Oleh :
Ardhea Mariza Putri 1901124788
Esa Febiyani Jezria 1901112241
Indah Oktarianda 1901111873
Nessy Fauziah Sari 1901113874
Yulfaizah 1901112906
Abstract
The conflict between Russia-Ukraine has an impact on the world, including Indonesia. This
conflict impacts various aspects and are most affected is economic. With Russia and Ukraine
accounting for up to 30% of the global exports for wheat, food prices, 11% exports for oil and
20% natural gas resulting in an increase in oil and food prices. Trade in export and imports with
both country also disturbed. This article discuss how the impact of the conflict between Russia-
Ukraine for Indonesia, and explain why this invasion happened and how Indonesia responded to
this conflict diplomatically
PENDAHULUAN
Ketegangan antara Rusia dan Ukraina telah berlangsung lama, dimulai pada tahun 1991
saat Uni Soviet dan Pakta Warsawa bubar dan Ukraina memberikan suara untuk memerdekakan
diri dari Uni Soviet dalam sebuah referendum Presiden Rusia Boris Yeltsin, menyetujui hal
tersebut. Selanjutnya Rusia, Ukraina dan Belarusia membentuk Commonwealth of Independent
States (CIS). Namun perpecahan terjadi. Ukraina menganggap bahwa CIS adalah upaya Rusia
untuk mengendalikan negara-negara di bawah Kekaisaran Rusia dan Uni Soviet.
Pada tahun 2013 di bawah dipimpin oleh Presiden Viktor Yanukovych, Ukraina lebih
dekat ke Rusia, tetapi masyarakat Ukraina memohon Yanukovych untuk tidak bergabung dengan
komunitas ekonomi yang dipimpin oleh Rusia, sehingga Yanukovych mengadakan referendum
yang mengarah ke 80% orang Ukraina lebih memilih Ukraina untuk bergabung dengan
komunitas ekonomi Eropa. Sebagai presiden yang lebih pro-Rusia, Yanukovych menyadari
bahwa dia tidak menyukai Rusia. Hal ini menyebabkan dibatalkannya referendum secara sepihak
dan memicu demonstrasi besar-besaran untuk melengserkan Yanukovych dari jabatannya.
Pada Januari 2014, Yanukovych berhasil digulingkan dan Ukraina merasa kosong dan
masyarakat Ukraina diduduki memilih presiden baru, melihat kemungkinan ini, Rusia melakukan
jajak pendapat di semenanjung Krimea dengan hasil bahwa mayoritas penduduk Krimea ingin
bergabung dengan Rusia tanpa melalui proses PBB, Rusia mengklaim bahwa Krimea bukan lagi
bagian dari Ukraina. Pernyataan ini menyebabkan konflik besar antara Rusia dan Ukraina,
sehingga pada tahun 2015 kedua negara menyetujui perjanjian Minsk untuk mencoba
menghentikan kekerasan yang terjadi. Perjanjian tersebut mencakup ketentuan untuk gencatan
senjata, penarikan senjata berat, serta kontrol penuh dari pemerintah Ukraina di seluruh zona
konflik.
Terpilihnya Vladimir Zelensky sebagai Presiden Ukraina pada 2019, Kampanye Zelenski
mengatakan dia akan mengakhiri semua ketegangan yang muncul itu sedang terjadi dan akan
mendorong Ukraina menuju Eropa, bukan Rusia. Zelenski mengambil kebijakan yang
bertentangan dengan keinginan Rusia. Selain mendorong Ukraina untuk bergabung dengan
Komunitas Ekonomi Eropa, Zelensky juga mendaftarkan Ukraina sebagai anggota North Atlantic
Treaty Organization (NATO) untuk meningkatkan kekuatan militer Ukraina untuk mencegah
agresi Rusia di Ukraina dan untuk menarik diri dari pengaruh Rusia.
Serangan militer yang dilancarkan Rusia ke Ukraina 24 Februari 2022 dipicu karena niat
Ukraina yang ingin bergabung dengan NATO, dengan bergabungnya Ukraina ke NATO
dianggap akan menjadi ancaman nasional bagi Rusia, dikarenakan akan membawa garis batas
pertahanan Barat ke Rusia, maka Putin menghadang rencana ini dan mempertahankan Ukraina
sebagai buffer zone antara Rusia dan Barat. Sebelum invasi pecah, dalam pidatonya Putin
mengakui kemerdekaan Donetsk dan Luhansk, daerah separatis pro-Rusia yang ingin merdeka
dari Ukraina. Putin juga mengirim tentara Rusia ke sana dengan alasan menjaga perdamaian,
suasana semakin mencekam dan hawa-hawa peperangan semakin dekat. Tentu saja Ukraina tidak
terima dengan tindakan dari Rusia dan pecahlah invasi pada 24 Februari
Konflik antara Ukraina dan Rusia ini telah mengakibatkan banyak korban jiwa dan
kerusakan infrastruktur fisik di Ukraina. Akibatnya, gelombang pengungsi dengan lebih dari 1
juta pengungsi terpaksa bermigrasi ke negara tetangga. Bahkan kondisi ekonomi bervariasi
sehingga harga energi dan komoditas termasuk gandum dan sereal lainnya meningkat dengan
menambah tekanan inflasi dari gangguan dan pemulihan rantai pasokan pandemi Covid-19 yang
sedang berlangsung. Hal ini juga berdampak ke negara berkembang tak terkecuali negara
Indonesia yang terkena dampak dari berbagai aspek
TEORI KONSEP
A. Dampak
Kata “dampak” merupakan sebuah kata yang banyak digunakan untuk menggambarkan
akibat dari sebuah tindakan. Akan tetapi apakah arti sesungguhnya dari kata ini? Berikut ini
adalah pengertian dampak menurut para ahli dan juga hal-hal menarik lainnya mengenai kata
“dampak”. Pengertian dampak menurut Jotin Khristy, Menurutnya, dampak adalah sebuah
pengaruh yang dimiliki oleh sebuah jasa terhadap lingkungan dan juga kawasan yang dilayani.
Pengertian dampak menurut Schemel. Menurut beliau, dampak adalah sebuah tingkat perusakan
terhadap tata guna yang disebabkan karena sesuatu hal lain. Pengertian dampak menurut Gorys
Kerap. Menurut Kerap, dampak adalah sebuah pengaruh yang kuat dari seseorang atau sebuah
kelompok orang dalam melakukan tugas dalam kedudukannya. Pengaruh yang besar dan kuat ini
nantinya akan membawa perubahan, baik itu perubahan ke arah yang positif ataupun ke arah
yang negatif.
Dari pengertian-pengertian yang sudah disampaikan sebelumnya, kita bisa mengambil
kesimpulan bahwa dampak adalah sebuah perubahan yang terjadi karena sebuah aktivitas
maupun tindakan yang disebabkan karena munculnya kebijakan. Dampak muncul sebagai akibat
dari kemunculan sesuatu yang baik itu membawa pengaruh positif maupun negatif.
Perang Rusia Ukraina memberikan dampak besar ke Indonesia. Menteri Koordinator
bidang Perekonomian Airlangga Hartarto menjabarkan apa saja dampak perang Rusia Ukraina
bagi Indonesia.Dia menyebutkan dampak perang Rusia Ukraina terlihat pada kenaikan berbagai
komoditas utamanya pangan maupun energi.
B. Invasi
Invasi merupakan serangan militer di mana sebagian besar angkatan bersenjata. Dari satu
entitas geopolitik secara agresif memasuki wilayah yang dikendalikan oleh entitas lain tersebut.
Seperti yang dirangkum dari laman Military-history.fandom.com. Tujuan umum dari sebuah
invasi adalah menaklukkan, membangun kembali otoritas atas sebuah wilayah, memaksa partisi
negara, mengubah pemerintahan yang ditetapkan atau mendapatkan konsesi dari pemerintah
tersebut.
Invasi bisa menjadi pemicu peperangan, jadi elemen siasat lebih besar untuk mengakhiri
perang atau bisa juga menjadi keseluruhan dari perang itu sendiri. Terdapat beberapa cara invasi
yaitu invasi darat, laut, udara atau gabungan dari ketiganya, nah untuk lebih jelasnya simak
ulasan berikut, yang dirangkum dari Military-history.fandom.com: Invasi darat adalah masuknya
angkatan bersenjata dengan serempak ke suatu wilayah. Biasanya melewati zona yang ditentukan
seperti zona demiliterisasi. Invasi laut yakni jenis invasi yang memanfaatkan perairan untuk
memudahkan masuknya angkatan bersenjata ke sebuah daerah. Biasanya pada daratan yang
berbatasan dengan pulau atau badan air. Invasi udara merupakan Invasi yang dilakukan dengan
menyertakan pengiriman unit militer ke suatu wilayah menggunakan pesawat.
D. Negara Berkembang
Negara berkembang adalah istilah yang digunakan untuk menjelaskan dan
mengkategorikannegara-negara di dunia yang memiliki standar hidup relatif rendah, sektor
industri yangkurang berkembang, skor Indeks Pembangunan Manusia atau Human Development
Index(HDI) berada pada tingkat menengah ke bawah, serta rendahnya pendapatan perkapita.
Negara yang dikategorikan sebagai Beberapa negara yang masuk kategori negara industri
baru, antara lain Argentina, Brasil, Meksiko, China (termasuk Taiwan dan Hongkong),
Singapura, Korea Selatan, Yunani, Spanyol dan Portugal. Sebagian besar negara di dunia, yakni
sekitar 76% dikategorikan sebagai negara berkembang. Negara-negara tersebut adalah sebagian
besar negara di Afrika, Amerika Tengah, dan sebagian negara di Laut Karibia. Termasuk juga
negara-negara Arab, serta sebagian besar negara Asia Tenggara.
Indonesia merupakan salah satu negara berkembang yang memiliki pertumbuhan
ekonomi yang terus meningkat dari tahun ketahun. Pertumbuhan ekonomi dapat didefinisikan
sebagai suatu proses yang menyebabkan kenaikan pendapatan riil perkapita penduduk di suatu
wilayah dalam jangka panjang. dimana pertumbuhan ekonomi dapat di ukur melalui Produk
Nasional Bruto (PNB) yang dapat mencerminkan tingkat kesejahteraan masyarakat. didalam
proses pertumbuhan ekonomi itu sendiri masih memiliki berbagai masalah yang dihadapi.
Mengutip riset PT Ashmore Asset Management Indonesia, saat ini menjadi momen untuk
menyeimbangkan kembali portofolio di tengah ketegangan geopolitik Rusiake Ukraina
berdampak ke Eropa dan banyak negara maju. Ashmore melihat saat ini ekonomi makro tidak
menarik di negara maju untuk investasi ketimbang negara berkembang. Hal ini setelah krisis
energi yang mendorong banyak negara untuk diversifikasi dari inisiatif energi hijau. Invasi Rusia
ke Ukraina memperburuk kondisi dan mendorong harga energi terutama harga minyak.
Di sisi lain, ada secercah harapan untuk negara berkembang yang lebih independen pada
sumber energinya dan didorong komoditas. Indonesia alami siklus super komoditas sehingga
perkuat pertumbuhan ekonomi pada 2010-2013. “Saat ini banyak dari harga komoditas telah
melampaui tingkat itu. Tak hanya itu, dibandingkan beberapa tahun lalu, Indonesia sudah mulai
terintegrasi rantai pasokan yang meningkatkan kualitas ekspornya,” demikian mengutip riset
itu.Dengan kenaikan harga komoditas saat ini, ekonom mulai prediksi transaksi berjalan surpluss
pada 2022. Demikian juga surplus fiskal. Selain itu, dengan Rusia dihapus sementara dari indeks
MSCI Emerging Market, Ashmore melihat aliran dana asing masuk ke negara berkembang lebih
kuat.
PEMBAHASAN
Konflik antara Ukraina dan Rusia bermula dari perbedaan kepentingan di antara kedua
negara. Keinginan Rusia melakukan invasi ke Ukraina karena merasa kedaulatannya terancam
oleh keinginan Ukraina untuk bergabung dengan NATO. Rusia memiliki kepentingan nasional
dalam melindungi kedaulatan negaranya dari ancaman blok Barat. Sedangkan Ukraina ingin
menjadi negara yang berdaulat dan tidak dipengaruhi oleh negara lain, Ukraina berusaha
meningkatkan kekuatan militer internasional negaranya agar dapat lebih menjamin keamanan
negaranya dengan upaya bergabung keanggotaan NATO, selain itu Ukraina telah lama ingin
bergabung dengan Masyarakat Ekonomi Eropa sesuai dengan keinginannya mayoritas Ukraina
untuk meningkatkan kesejahteraan mereka.
Rusia melakukan invasi berskala besar ke Ukraina pada 24 Februari 2022 dengan tujuan
mempertahankan keamanan dan eksistensi negaranya dari ancaman Ukraina. Serangan tersebut
dinilai sebagai akumulasi masalah multidimensi sejak runtuhnya Uni Soviet. Invasi Rusia ke
Ukraina menyebabkan meningkatnya tekanan terhadap perekonomian global di tengah berbagai
risiko lainnya, seperti normalisasi kebijakan moneter AS, terganggunya rantai pasokan global
yang memberikan tekanan pada harga komoditas, terutama energi dan pangan, untuk pulih dari
COVID-19. Di tengah pemulihan ekonomi dunia yang tidak merata (uneven recovery), invasi
tersebut menjadi “perfect storm” bagi negara-negara berkembang yang masih berjuang untuk
memulihkan ekonominya, termasuk Indonesia yang tidak hanya berdampak secara fisik tetapi
juga berdampak ke perekonomian global.
A. Dampak Ekonomi
Rusia dan Ukraina merupakan negara produsen dan pengekspor bahan makanan, mineral,
dan energi. Rusia dan Ukraina menyumbang sekitar 11% ekspor minyak dan 20% ekspor gas
alam. Sehingga adanya konflik antara Rusia dan Ukraina mempengaruhi kenaikan harga energi
di seluruh dunia tak terkecuali Indonesia. Oleh karena itu, adanya perang antar kedua negara
menyebabkan guncangan ekonomi dan keuangan yang cukup besar.
1. Kenaikan Harga Minyak
Menjelang akhir perdagangan waktu AS pada Kamis (24 Februari), setelah Rusia
melancarkan serangan militer ke Ukraina, harga minyak dunia telah melampaui US$105 per
barel. Harga menembus level tertinggi sejak 2014. Selama enam bulan terakhir harga minyak di
Indonesia menunjukkan tren kenaikan, yakni mulai Agustus 2021 yang sebesar US$67,8 per
barel hingga US$85,9 per barel pada Januari 2022. Terlebih, dengan harga saat ini yang sudah di
atas US$100 per barel.
Kenaikan harga minyak dunia tercermin dari harga minyak mentah Indonesia atau
Indonesian Crude Price (ICP) pada perdagangan 24 Februari 2022 yang mencapai USD95,45 per
barel, sementara harga minyak West Texas Intermediate (WTI) telah mencapai USD96,27 per
barel dan harga minyak Brent mencapai USD101,86 per barel berdasarkan data Bloomberg pada
28 Februari 2022. Kenaikan harga ini berpeluang memperbesar biaya impor komoditas energi, di
mana impor migas Indonesia pada tahun 2021 telah mencapai USD196,20 miliar atau setara
Rp2.805 triliun dengan menggunakan kurs Rp14.300 per dolar AS (Bisnis Indonesia, 1 Maret
2022).
Kenaikan harga minyak juga berdampak pada sektor lainnya, termasuk transportasi dan
industri yang menggunakan BBM nonsubsidi. Kenaikan harga minyak ini akan meningkatkan
harga keekonomian BBM sehingga berpotensi mendorong kenaikan harga BBM nonsubsidi di
Indonesia yang saat ini masih menjadi salah satu yang termurah dibandingkan negara-negara di
kawasan ASEAN. Sebagai gambaran, harga BBM nonsubsidi di Singapura sebesar
Rp28.500/liter, Thailand Rp19.300/liter, Laos Rp19.200/liter, Filipina Rp18.500/liter, Vietnam
Rp16.800/liter, Kamboja Rp16.500/liter, dan Myanmar Rp15.300/liter. (CNBCIndonesia.com,
28 Februari 2022).
Impor gandum Indonesia relatif tinggi, menurut data Badan Pusat Statistik (BPS),
Ukraina menempati urutan pertama sebagai pengimpor gandum di Indonesia. Secara keseluruhan
pada 2020, total impor gandum Indonesia sebanyak 10,299 juta ton. Dengan demikian, Ukraina
berkontribusi pada lebih dari 20 persen stok gandum di Tanah Air. (Kompas, 27 Februari 2022)
Selain itu, invasi ini juga akan menyebabkan kenaikan harga gandum secara
global yang selanjutnya akan berdampak pada industri pangan dalam negeri yang membutuhkan
gandum sebagai bahan bakunya seperti mie, tepung terigu, roti, kue, dan lain-lain.
Naiknya harga bahan pangan dan energi, khususnya gandum, juga akan mempengaruhi harga
bahan baku di Indonesia. Dikhawatirkan ketergantungan yang terlalu besar pada kedua
komoditas tersebut juga akan mendongkrak harga-harga barang lain sehingga menyebabkan
inflasi.
Potensi penurunan perdagangan dunia. Selain gangguan rantai pasok akibat perang,
pertumbuhan ekonomi di sejumlah negara maju juga diproyeksikan lebih rendah. Termasuk
pertumbuhan ekonomi mitra dagang utama Indonesia. Konflik ini dapat menurunkan ekspor
nonmigas Indonesia dan menghambat impor gandum, sehingga berpotensi menaikkan harga
beberapa bahan pangan di dalam negeri. Porsi perdagangan Indonesia dengan Rusia dan Ukraina
sebenarnya tidak terlalu besar. Konflik yang sedang berlangsung saat ini diperkirakan hanya
berdampak sekitar 1% baik terhadap ekspor maupun impor.
Investor cenderung memilih menempatkan dananya pada aset yang lebih aman dan
menguntungkan. Sejak konflik kedua negara tersebut memanas, aliran modal asing dari pasar
Surat Berharga Negara (SBN) sekitar Rp 30 triliun dan sekitar Rp 4 triliun di pasar saham.
Ketidakpastian di pasar keuangan global juga mempengaruhi potensi tekanan pada nilai tukar
rupiah. Seperti berbagai nilai tukar mata uang lain di dunia, rupiah pun tidak kebal
kebal terhadap fluktuasi nilai akibat ketidakpastian pasar dan spekulasi tentang langkah
selanjutnya dari Rusia ke Ukraina. Namun, bila mengukur dampak eskalasi konflik ini terhadap
nilai tukar rupiah relatif lebih stabil bahkan cenderung menguntungkan. Berdasarkan data BI,
pada 16 Maret 2022 nilai tukar rupiah menguat 0,38% point to point dan rata-rata 0,01%
dibandingkan level akhir Februari 2022. Meski dibandingkan level akhir tahun 2021, dilaporkan
bahwa nilai tukar rupiah telah terdepresiasi sekitar 0,42%. Namun, ini lebih rendah dibandingkan
negara serupa seperti Malaysia yang turun 0,76%, India 2,53%, dan Filipina 2,56%.
B. Dampak Politik
Dari sisi politik terutama segi keamanan, mengingat jarak geografis Indonesia dengan
kedua negara yang berkonflik terbilang sangat jauh, sehingga tidak berdampak signifikan.
Namun, Indonesia dinilai mampu berperan dalam meredam konflik tersebut. Indonesia dapat
berperan dalam upaya meredakan konflik melalui berbagai jalur diplomatik. Misalnya, secara
multilateral, yang paling jelas adalah G20, di mana Indonesia dan Rusia menjadi anggotanya.
Selain itu, tampuk kepresidenan G20 sudah berada di tangan Indonesia. Kemudian jalur bilateral
dapat ditempuh, mengingat sejarah panjang hubungan kedua negara sejak era Soviet, serta terkait
dengan Indonesia, yang ke depan diharapkan menjadi mitra utama Rusia dalam banyak
kerjasama.
Indonesia memiliki pengalaman serupa antara Rusia dan Ukraina. Pertama, Rusia dalam
suasana perang dingin karena Ukraina didorong oleh sejumlah negara besar untuk bergabung
dengan NATO dan Uni Eropa. Pada masa Perang Dingin, Indonesia merupakan salah satu negara
yang memprakarsai pembentukan Gerakan Non-Blok. Artinya, Indonesia selalu memiliki posisi
yang profesional dalam mewujudkan perdamaian dunia, dan selalu memiliki pengalaman ikut
serta dalam konflik seperti ini. termasuk konflik Kamboja melalui Pertemuan Informal Jakarta
pada tahun 1988 dan 1989. Indonesia juga merupakan negara yang netral baik terhadap Rusia
atau Ukraina. Kedua, permasalahan yang muncul antara Rusia dan Ukraina yang salah satunya
disebabkan oleh keragaman budaya. Sehingga patut menjadi pertimbangan agar Indonesia dapat
berperan menjadi mediator dalam resolusi konflik ini karena rekam jejaknya yang bagus dalam
hal mediator penyelesaian konflik.
KESIMPULAN
Rusia-Ukraina sebelumnya sudah bersitegang sejak lama, invasi yang dilakukan Rusia
tidak lepas dari ketegangan antara Rusia dengan Barat. Presiden Ukraina yang menjabat saat ini
menginginkan bergabung dengan NATO, dan pihak Rusia tidak menyukai gagasan ini karena
Ukraina merupakan negara buffer zone bagi Rusia, dan takut ini menjadi ancaman nasional. Dan
sebelumnya Presiden Putin juga mengakui kemerdekaan dua daerah yang ingin merdeka dari
Ukraina. Hal inilah yang membuat keadaan semakin panas ditambah dengan konflik 2014
terdahulu yang membuat Ukraina terbagi menjadi dua kubu
Perang Rusia-Ukraina tentu memberikan dampak terhadap negara-negara di dunia,
termasuk negara berkembang seperti Indonesia. Dampak terhadap perekonomian dunia sangat
signifikan, karena kedua negara ini adalah produsen dan eksportir utama sejumlah komoditas.
Rusia merupakan negara eksportir kedua terbesar untuk minyak mentah. Kemudian nomor tiga
untuk ekpsor batu bara, nomor satu di gandum, dan nomor tujuh dalam hal gas alam cair (LNG).
Sementara Ukraina adalah eksportir seed oil terbesar dunia, jagung nomor empat dan gandum
nomor lima. Perang ini membuat kenaikan harga minyak, gandum dan penurunan perdagangan
dan pasar keuangan di Indonesia.
Dari segi politik dan keamanan tidak berdampak signifikan karena letak geografis
Indonesia dengan negara yang berkonflik sangat jauh. Indonesia bergabung untuk meredam
konflik secara diplomati yaitu melalui G20. Negara-negara G20 mendesak Rusia untuk
menghentikan serangannya ke Ukraina dan G20 juga sepakat untuk membantu negara-negara
berkembang untuk bangkit dari dampak perang Rusia-Ukraina.
DAFTAR PUSTAKA
Gubernur BI Negara Anggota G20 Sepakat Bantu Negara Berkembang Atasi Dampak Perang
Rusia Ukraina - Bisnis Liputan6. (n.d.).
Harbani, R. I. (2022). Kronologi Konflik Rusia-Ukraina Sejak 1991, Berawal dari Pecahnya
Soviet. In Detikedu. https://www.detik.com/edu/detikpedia/d-5966988/kronologi-konflik-
rusia-ukraina-sejak-1991-berawal-dari-pecahnya-soviet
Hidayat, M. R. (2022). Dampak Perang Rusia Ukraina bagi Ekonomi Indonesia. In CNN
Indonesia. https://www.cnnindonesia.com/ekonomi/20220225103250-532-763950/dampak-
perang-rusia-ukraina-bagi-ekonomi-indonesia
Permana, S. H. (2022). DAMPAK PERANG RUSIA – UKRAINA TERHADAP
PEREKONOMIAN INDONESIA.
Saputra, F., & Ali, H. (2021). The Impact of Indonesia ’ s Economic and Political Policy
Regarding Participation in Various International Forums : G20 Forum ( Literature Review
of Financial Management ). 2(1), 40–51.
supply chain ),. (2022). 1–6.
Tim Redaksi CNBC Indonesia. (2022). Kronologi dan Latar Belakang Perang Rusia vs Ukraina.
In 06 March 2022 12:46. https://www.cnbcindonesia.com/news/20220304133929-4-
320041/kronologi-dan-latar-belakang-perang-rusia-vs-ukraina