Anda di halaman 1dari 3

PERANG RUSIA-UKRAINA

Konflik antar negara kerap kali terjadi karena perbedaan kepentingan yang
membuat kedua negara tersebut terlibat dalam perselisihan.Sehingga tidak jarang
menimbulkan konflik bahkan peperangan yang tidak hanya melibatkan kedua negara
tersebut.Dampaknya pun cukup besar bagi dunia.Seperti konflik antara Rusia dan
Ukraina yang terjadi karena adanya perselisihan.Tepatnya pada 24 februari 2022
lalu,Presiden Vladimir Putin mengumumkan secara resmi akan benar-benar
menyerang Ukraina.

Serangan Rusia kemudian dimulai dengan ledakan di sejumlah kota di Ukraina, termasuk
Kyiv, Odessa, Kharkiv dan Mariupol. Hingga saat ini ketegangan masih
berlangsung.Ketegangan Rusia dan Ukraina yang menyeret Amerika Serikat (AS) dan NATO
menjadi topik hangat pekan ini. Rusia disebut intel barat akan menyerang Ukraina.

Ini berdasarkan penumpukan pasukan Rusia di perbatasan negara tersebut yang juga
tertangkap citra satelit. Disebutkan ada lebih dari 100.000 lebih pasukan disiagakan Rusia di
tiga titik, termasuk di Krimea dan negara lain dekat Ukraina, Belarusia.Hal ini terjadi karena
kedekatan Ukraina dengan Barat. Ya, Ukraina yang dulu bukanlah Ukraina yang
sekarang.Dulu Ukraina rapat dengan Rusia. Namun pemimpin Ukraina yang sekarang lebih
suka merapat kebarat dan berikhtiar untuk menjadi bagian dari NATO.
Perang Dingin terjadi, sebelum 1990, orang-orang Ukraina dan Rusia bersatu dalam
sebuah negara federasi bernama Uni Soviet. Negara komunis yang kuat di zaman itu.

Pada 1991, Uni Soviet dan Pakta Warsawa bubar. Di tahun yang sama, Ukraina
memberikan suara untuk memerdekakan diri dari Uni Soviet dalam sebuah
referendum.Selanjutnya Rusia, Ukraina dan Belarusia membentuk Commonwealth of
Independent States (CIS).Namun perpecahan terjadi. Ukraina menganggap bahwa CIS
adalah upaya Rusia untuk mengendalikan negara-negara di bawah Kekaisaran Rusia dan Uni
Soviet.

Pada Mei 1997, Rusia dan Ukraina menandatangani perjanjian persahabatanRusia


diizinkan untuk mempertahankan kepemilikan mayoritas kapal di armada Laut Hitam yang
berbasis di Krimea Ukraina. Rusia pun harus membayar Ukraina biaya sewa karena
menggunakan Pelabuhan Sevastopol.

Hubungan Rusia dan Ukraina memanas lagi sejak 2014. Kala itu muncul revolusi
menentang supremasi Rusia.Massa antipemerintah berhasil melengserkan mantan presiden
Ukraina yang pro-Rusia, Viktor Yanukovych.

Revolusi juga membuka keinginan Ukraina bergabung dengan Uni Eropa (UE) dan NATO.
Ini, mengutip Al-Jazeera, membuat Putin marah karena prospek berdirinya pangkalan NATO
di sebelah perbatasannya.

Saat Yanukovych jatuh, Rusia menggunakan kekosongan kekuasaan untuk


mencaplok.Krimea di 2014. Rusia juga mendukung separatis di Ukraina timur, yakni Donetsk
dan Luhansk, untuk menentang pemerintah Ukraina.
Dampaknya pun cukup besar bagi dunia dan sekitar,khususnya Indonesia.

Beberapa dampak yang terdapat di Indonesia

1. Melemahnya Pasar Modal Indonesia

Saat Rusia berperang, aktivitas ekonomi secara psikologis akan terjadi perpindahan
aset besar-besaran untuk menghindari kerugian. Orang-orang akan beralih menuju
aset yang stabil seperti dollar amerika dan juga logam mulia seperti emas. Dengan
menguatnya nilai dollar amerika, maka akan berdampak juga pada nilai tukarnya
terhadap rupiah.

2. Kehilangan Pendapatan Dari Ekspor Komoditas

Indonesia ternyata banyak mengirimkan produk yang dibutuhkan baik oleh Ukraina
maupun Rusialho guys! Berdasarkan data dari UN Comtrade Database, komoditas
terbesar yang dikirim ke Rusia dan Ukraina antara lain minyak kelapa sawit, kopi, teh,
karet, tembakau, kertas, dan sepatu.

Menurut data dari Katadata, Sepanjang tahun 2021, nilai ekspor Indonesia ke Rusia
sebesar US$2,75 miliar atau kurang lebih 40 triliun rupiah. Adapun pada Ukraina, nilai
ekspor Indonesia sebesar US$1,46 miliar atau sekitar 21,2 triliun rupiah. Sebuah
angka yang sangat besar dan Indonesia kehilangan potensi perdagangan tersebut.

3. Kenaikan Harga Bahan Pokok Impor

Nah, setelah kita kehilangan potensi pendapatan karena berhentinya aktivitas ekspor,
kita juga akan diuji dengan kelangkaan barang karena terhambatnya impor dari Rusia
maupun Ukraina ke Indonesia.

Komoditas-komoditas yang akan mengalami kenaikan harga diantaranya yakni


minyak bumi, bahan logam, pupuk, dan yang paling terpengaruh adalah produk
gandum dari Ukraina. Ternyata, Ukraina merupakan pemasok produk gandum nomor
satu di Indonesia dengan kontribusi sebesar 20%.

Dengan berkurangnya pasokan gandum, bukan tidak mungkin akan terjadi kenaikan
harga pada bahan makanan yang menggunakan tepung, dan juga mie instan
kesukaan kita nih!

Namun dibalik itu semua, tentunya bukan hanya ekonomi yang terpenting untuk
dipikirkan solusinya saat ini, namun bagaimana keselamatan seluruh penduduk, dan
terhindarnya korban jiwa harus menjadi prioritas utama.

Konflik Rusia dan Ukraina bisa menjadi peristiwa yang singkat, maupun panjang dan
kita masih belum tau apa yang akan terjadi kedepannya. Ketika artikel ini ditulis,
perang tersebut masih berkecamuk dan harapannya agar perdamaian segera
tercapai. Seperti lagunya John Lennon, “Imagine all the people, livin’ life in peace ”

Referensi:

Why is Russia invading Ukraine and what does Putin want? [Daring] Tautan:
https://www.bbc.com/news/world-europe-56720589 (Diakses 4 Maret 2022)

Budapest Memorandum on Security Assurances [Daring] Tautan:


https://en.wikipedia.org/wiki/Budapest_Memorandum_on_Security_Assurances#:~:t
ext=The
%20Budapest%20Memorandum%20on%20Security,on%20the%20Non%2DProliferati
on%20of (Diakses 4 Maret 2022)

5 Dampak Perang Rusia-Ukraina bagi Indonesia, Apa Saja? [Daring] Tautan:


https://www.kompas.com/tren/read/2022/03/03/103000365/5-dampak-perang-
rusia-ukraina-bagi-indonesia-apa-saja?page=all (Diakses 4 Maret 2022)

Zelensky reveals Ukrainian prisoners with combat experience will be RELEASED to


help defend the nation against Russian invasion [Daring] Tautan:
https://www.dailymail.co.uk/news/article-10559879/Zelensky-reveals-prisoners-
combat-experience-R

Anda mungkin juga menyukai