Anda di halaman 1dari 11

Dampak Perang Rusia - Ukraina dalam Ekonomi Politik Internasional

Akhma Awsi Essa N1, Ibnu Ghufroon2, Kevin Christian Sion3, Okta Syatika4,
Princess Restauli Hutagaol5,
Ilmu Hubungan Internasional, Fakultas Ilmu Sosial Ilmu Politik, Universitas Riau, Pekan Baru,
Indonesia

Abstrak
Perang merupakan tindakan atau aksi permusuhan menggunakan kekerasan militer antar
dua atau lebih kelompok (negara) untuk menunjukkan pihak mana yang akan menjadi dominasi.
Perang pada dasarnya menjadi opsi terakhir dalam ketegangan antar kedua negara setelah jalur
diplomasi tidak berjalan dengan baik. Salah satu perang besar yang terjadi saat ini adalah perang
Rusia-Ukraina dimana Rusia melakukan invasi atau dengan kata lain Rusia adalah pemicu
perang dengan Ukraina. Perang yang dimulai tanggal 24 Februari 2022 ini tebukti memberikan
dampak kerugian dalam ekonomi global. Terjadi inflasi di beberapa negara, rantai pasok
terganggu, dan harga minyak mentah naik sec
ara drastis. Hal ini terjadi dikarenakan Rusia dan Ukraina merupakan salah satu produsen utama
minyak mentah dunia dan bersama Ukraina menjadi eksportir utama gandum dunia sehingga
apabila kedua negara ini berselisih, maka akan sangat mempengaruhi ekonomi global, yang pada
akhirnya bukan hanya Rusia dan Ukraina yang merasakan masalah ekonomi, namun negara lain
terkhususnya negara yang bermitra dengan Rusia dan Ukraina ikut merasakannya.
Keyword: Perang, perang Rusia-Ukraina, invasi, ekonomi global, inflasi, rantai pasok terganggu,
harga minyak naik drastis, negara mitra Rusia-Ukraina.

Pendahuluan
Perang merupakan aksi penyerangan bersenjata yang sudah ada sangat lama dan masih
sering kita pelajari sampai hari ini. Sebagai contoh, Perang Dunia I (World War I) dan Perang
Dunia II (World War II) yang merupakan perang terbesar sepanjang sejarah dan diharapkan tidak
akan pernah terjadi lagi dalam kehidupan manusia karena perang brutal ini telah menghancurkan
banyak wilayah, negara, bahkan banyak korban jiwa yang dikorbankan dalam sejarah kedua
perang tersebut. Carl von Clausewith, seorang filosof perang dari Jerman, dalam bukunya “On
War” mengartikan perang sebagai “suatu tindakan kekerasan yang dimaksudkan untuk memaksa
lawan kita guna memenuhi keinginan kita” (War is an act of violence intended to compel our
opponent to fulfill our will). Ia juga mengatakan “Perang adalah seperti duel akan tetapi dalam
skala yang luas” (War is like a duel, but on an extensive scale). Clausewith juga berpendapat
bahwa perang bukan merupakan sesuatu yang berdiri sendiri. ”Perang merupakan kelanjutan
politik dengan cara lain” (War is the continuation of policy by other means) atau gagalnya
penyelesaian masalah dengan diplomasi sehingga membuat tindakan memaksa dengan senjata.
Berdasarkan pernyataan Carl von Clausewith dapat disimpulkan bahwa perang
merupakan opsi akhir dari ketegangan politik antar kedua negara atau dalam artian lain gagalnya
penyelesaian masalah antar kedua negara dengan jalur diplomasi sehingga pada akhirnya
mengambil opsi perang.
Peristiwa perang yang terjadi saat ini adalah perang Rusia-Ukraina. Perselisihan antara
Rusia dan Ukraina telah terjadi cukup lama semenjak runtuhnya USSR, tapi puncak terjadinya
perang dari Rusia dan Ukraina telah terjadi pada 2014 atau aneksasi oleh pihak Rusia dimana
yang sebelumnya Semenanjung Krimea merupakan wilayah dari Ukraina. Tensi mulai mereda
ketika Ukraina membiarkan Rusia mengambil alih wilayah Krimea. Awal tahun 2022
ketegangan antara Rusia dan Ukraina kembali terjadi dimana Ukraina menyatakan ingin
bergabung ke dalam NATO dan EU yang mana merupakan wilayah yang berbatasan langsung
dengan Rusia (Buffer Zone) yang membahayakan bagi keseimbangan politik dan ekonomi
negara Rusia. Sehingga Rusia terpaksa melakukan Invasi untuk menggulingkan pemerintahan
Ukraina dengan dalih ingin membantu wilayah Ukraina yang ingin melakukan gerakan separatis
dan ingin bergabung dengan Rusia.
Berbicara mengenai Rusia dan Ukraina, diketahui bahwa kedua negera tersebut memiliki
posisi yang sangat penting dalam tatanan ekonomi politik global. Rusia merupakan produsen
minyak mentah terbesar ketiga di dunia setelah Arab Saudi bahkan 10% produksi minyak
mentah. Rusia adalah pemasok minyak mentah global atau sekitar 10,5 juta/barel/ hari Rusia
memproduksi minyak mentah untuk global. Rusia memiliki industri pertambangan nikel,
aluminium, dan palladium (40% ekspor global dari Rusia), merupakan produsen terbesar kalium
karbonat (bahan baku pupuk), dan juga Rusia dengan Ukraina adalah eksportir utama gandum
dunia.
Berdasarkan fakta tersebut dapat disimpulkan bahwa Rusia memiliki kekuatan yang besar
dalam tatanan ekonomi global baik produksi, ekspor, maupun impor. Kita bisa membayangkan
besarnya pertumbuhan kualitas ekonomi Rusia dan Ukraina. Minyak mentah dan gandum
merupakan komoditas dasar dan terpenting di setiap negara. Oleh sebab itu, Rusia dan Ukraina
sebenanrnya memiliki kekuatan yang mendominasi dalam hal ekonomi global.

Pembahasan
A. Dampak Perang Rusia-Ukraina dalam bidang Ekonomi Global
1. Rantai Pasok Terganggu (Supply Chain Shock)
Seperti yang kita ketahui apabila kita membahas mengenai ekonomi
global tentunya tidak akan terpisahkan dengan rantai pasok (supply chain). Rantai
pasok adalah kegiatan yang berisi fungsi-fungsi untuk memenuhi permintaan
konsumen (negara). Fungsi-fungsi tersebut meliputi pengembangan produk baru,
pemasaran, operasi, distribusi, keuangan, dan layanan pelanggan. Dalam hal ini
dapat disimpulkan bahwa rantai pasok adalah segala hal yang berhubungan
dengan pemasaran dan distribusi baik itu pangan maupun material.
Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa Rusia adalah produsen
dunia minyak bumi ke 3 dunia dan industri pertambangan nikel, aluminium, dan
palladium, produsen terbesar kalium karbonat (bahan baku pupuk), dan juga
Rusia dan Ukraina adalah eksportir utama gandum dunia. Rusia dan Ukraina
memiliki peran yang besar dalam hal penyedia pasok pangan dan material yang
sangat dibutuhkan oleh setiap negara.
Faktanya saat ini terjadi perang dimana Rusia melakukan invasi ke
Ukraina atas alasan politik dan militer. Namun perang ini menimbulkan banyak
kerugian untuk kedua negara dan global terkhususnya negara yang bermitra
dengan Rusia dan Ukraina. Banyak lahan pangan yang rusak dan pastinya
kualitasnya juga menurun serta kuantitas bahan bakar yang semakin menipis. Hal
ini akan berakibat kepada kelangkaan makanan dan bahan bakar yang dimana
kondisi persediaan terbatas dan tidak mampu memenuhi permintaan konsumen
dan berujung pada kenaikan harga pangan dan bahan bakar yang menyulitkan
perekonomian konsumen atau negara yang bermitra secara ekonomi dengan Rusia
dan Ukraina. Laju distribusi produk juga pasti akan terganggu akibat produsen
atau eksportir (Rusia dan Ukraina) yang sedang fokus pada strategi perang.
Apabila perang Rusia dengan Ukraina terus memanas maka rantai pasok
akan terus semakin terganggu sehingga timbul tekanan inflasi global yang
merugikan banyak negara terkhusnya negara mitra Rusia dan Ukraina.
Saat ini seluruh dunia sedang melakukan pemulihan besar-besaran akibat
pandemi COVID-19 yang sampai sekarang terus menghantui dunia. Pandemi
COVID-19 tentu merugikan banyak aspek terkhususnya di bidang ekonomi.
Banyak anggaran negara yang dialokasikan untuk pemenuhan kebutuhan medis
demi merawat masyarakat yang positif COVID-19 yang pada akhirnya timbul
ketidakseimbangan ekonomi dalam suatu negara. Oleh sebab itu, banyak negara
yang masih terus berusaha dalam memulihkan perekonomian negaranya. Namun
usaha memulihkan ekonomi ini akan terasa semakin sulit dilakukan apabila harga
pangan dan material dari eksportir sangat mahal karena rantai pasok terganggu
akibat perang, sedangkan makanan dan bahan bakar merupakan proporsi utama
dalam suatu negara dengan pengeluaran yang tentunya sangat besar. Inilah yang
sedang dirasakan oleh banyak negara khususnya negara yang bermitra dengan
Rusia dan Ukraina.

2. Harga Minyak Mentah Naik Drastis


Minyak adalah salah satu komoditas yang esensial bagi negara. Fluktuasi
minyak di seluruh negara akan berdampak sangat besar pada kesehatan ekonomi
negara, baik negara produsen maupun konsumen minyak. Manfaat dari minyak
mentah ternyata sangat banyak, seperti sebagai bahan bakar (bensin, solar, avtur),
sumber gas cair (gas LPG), untuk industri kimia (cat minyak, cat dinding, cat
mobil, dan cat kayu), untuk produksi bahan serat (rayon, polyester, dan nilon),
bahan produksi mobil, pembangkit listrik, untuk pengolahan pupuk, dan masih
banyak lagi. Inilah mengapa minyak mentah merupakan salah satu komponen
dasar untuk menyokong kesejahteraan ekonomi negara walaupun harganya sangat
mahal.
Rusia merupakan produsen dan importir minyak mentah terbesar kedua di
dunia. Rusia bahkan memproduksi sekitar 10% dari pasokan minyak global.
Berbagai negara besar didunia mengimpor minyak mentah ke Rusia diantaranya
ialah China, Jerman, Belanda, Amerika Serikat, Korea Selatan, dan masih banyak
lagi. Perang yang terjadi antara Rusia dan Ukraina menimbulkan masalah yang
serius dalam hal harga minyak mentah. Berdasarkan informasi dari berita Liputan
6.com, harga minyak naik menjadi >US$110/ barel dari yang sebelumnya hanya
US$55-65/ barrel. Sebenarnya, pemicu kenaikan harga minyak mentah tidak bisa
dijawab secara pasti karena banyak penyebabnya. Perang Rusia dan Ukraina
dapat mempengaruhi persediaan dan kualitas minyak mentah sehingga harganya
naik. Namun ada hal lain yang menyebabkan harga minyak mentah naik, yaitu
faktanya minyak mentah dijual dengan mata uang Dollar Amerika. Namun, saat
ini Amerika Serikat sedang mengalami inflasi sejak tahun 2021 hingga Februari
2022 menjadi 7,9%. Diketahui penyebabnya adalah naiknya harga komoditas
energi terutama batubara.
Apabila inflasi tinggi di Amerika Serikat maka harga USD akan melemah
sehingga harga minyak dalam nilai USD menjadi semakin naik. Ditambah
Amerika Serikat saat ini memberikan sanksi ekonomi kepada Rusia yaitu larangan
mengimpor energi dari Rusia padahal Amerika Serikat sedang kesusahan dengan
harga komoditas energi. Hal ini membuat inflasi di Amerika Serikat semakin sulit
dikendalikan dan nilai USD semakin turun dan harga minyak mentah terus naik
yang berakibat menyusahkan ekonomi global.

3. Rusia Terkena Sanksi Ekonomi oleh Beberapa Negara Karena Memicu Perang
Diketahui Rusia yang merupakan pemicu perang dengan Ukraina. Perang
tersebut telah menimbulkan banyak kerugian, terkhususnya di bidang ekonomi
global. Akibatnya, banyak negara melakukan sanksi ekonomi terhadap Rusia
yang merupakan pemicu perang yang telah menghilangkan lebih dari 300 nyawa
ini. Sanksi ekonomi diberikan dengan tujuan “mematikan ekonomi” Rusia agar
mulai merenungkan invasi yang telah dilakukannya terhadap Ukraina yang
berakibat memberikan kerugian besar terhadap ekonomi global. Beberapa negara
yang memberikan sanksi ekonomi kepada Rusia, diantaranya adalah Amerika
Serikat, Kanada, Inggris, Jerman, dan Jepang. Berikut sanksi ekonomi dari
beberapa negara untuk Rusia berdasarkan katadata.co.id:
a) Amerika Serikat
- Memutuskan koneksi ke sistem keuangan AS untuk lembaga
keuangan terbesar Rusia, Sberbank serta 25 anak perusahaan
yang menerapkan fungsi koresponden dan pembayaran melalui
rekening. Tindakan ini akan membatasi akses Sberbank yang
memegang hampir sepertiga transaksi perbankan Rusia ke
transaksi yang dilakukan dalam USD.
- Melakukan pemblokiran penuh terhadap lembaga keuangan
terbesar kedua Rusia, VTB Bank (VTB). Tindakan ini akan
membekukan aset VTB yang menyentuh sistem keuangan
Amerika Serikat serta mata uang USD dan melarang orang
Amerika Serikat untuk berurusan dengan mereka. VTB
memegang hampir seperlima dari keseluruhan aset sektor
perbankan Rusia dan sangat berhubungan dengan sistem
keuangan Amerika Serikat dan barat.
- Memblokir empat lembaga keuangan besar Rusia yaitu, Bank
Otkritie, Sovcombank, OJSC, dan Novicom Bank. Sanksi ini
akan membekukan aset lembaga tersebut yang telah menyentuh
sistem keuangan Amerika Serikat serta melarang orang
Amerika Serikat untuk berurusan dengan lembaga keuangan
tersebut.
- Memblokir elit Rusia dan anggota keluarga mereka dari sistem
keuangan USD, yang terdiri dari: Sergei Ivanov (dan putranya,
Sergei), Nikolai Patrushev (dan putranya Andrey), Igor Sechin
(dan putranya Ivan), Andrey Puchkov, Yuri Soloviev (dan dua
real estate perusahaan yang dimilikinya), Galina Ulyutina, dan
Alexander Vedyakhin.
b) Inggris
Inggris melakukan pembekuan aset dua bank terbesar di
Rusia serta memblokir beberapa perusahaan Rusia dengan tujuan
menghentikan mereka (Rusia) mengakses Poundsterling dan
melakukan pembayaran melalui Inggris termasuk pembekuan bank
VTB secara penuh, membekukan aset yang dimiliki 100 individu,
menghentikan ekspor barang-barang berteknologi tinggi dan
peralatan kilang minyak serta memblokir Rusia dari sistem
pembayaran internasional SWIFT (Society for Worldwide
Interbank Financial Telecommunication).

c) Jerman
Kanselir Jerman, Olaf Scholz, mengumumkan penghentian
proses sertifikasi pipa gas, Nord Stream 2 dari Rusia, kesepakatan
menguntungkan yang telah lama dicari oleh Moskow tetapi dikritik
oleh AS karena meningkatkan ketergantungan Eropa pada energi
Rusia. Diketahui proyek senilai US$11,6 miliar ini dimiliki oleh
raksasa gas milik negara Rusia, Gazprom. Walaupun Jerman
diketahui memiliki ketergantungan gas alam 55%, minyak mentah
35%, dan batu bara 50% milik Rusia, namun Menteri Ekonomi
Jerman Robert Habeck memastikan pasokan energi Jerman akan
terjamin walaupun tanpa pengiriman dari Rusia.

d) Jepang
Perdana Menteri Jepang, Fumio Kishida mengumumkan
pemberian sanksi kepada Rusia berupa larangan penerbitan
obligasi Rusia di Jepang dan membekukan aset individu Rusia
tertentu serta membatasi perjalanan ke Jepang, larangan chip
semikonduktor dan ekspor teknologi utama ke Rusia, serta
pembekuan aset bank Rusia terhadap Jepang.
Berdasarkan beberapa sanksi ekonomi diatas dapat disimpulkan bahwa
Rusia telah membuat kesal banyak negara. Sikap Rusia ini dinilai oleh Jepang
sebagai pelanggaran terhadap hukum Internasional. Terlebih lagi, ekonomi global
saat ini sedang bermasalah bukan hanya karena pandemi COVID-19 tetapi juga
karena perang yang ditimbulkan akibat invasi Rusia terhadap Ukraina. Sanksi
ekonomi diatas dinilai sangat merugikan posisi ekonomi Rusia, terlebih Rusia
diketahui pasti akan melakukan rekonstruksi untuk negaranya namun dengan
pembatasan, pemblokiran dan pembekuan ekonomi dari negara lain dapat
menghambat pertumbuhan ekonomi Rusia.

B. Dampak Perang Rusia-Ukraina terhadap Perekonomian Indonesia


Indonesia memiliki hubungan bilateral dalam bidang ekonomi dengan Rusia.
Berdasarkan Pers Presiden Joko Widodo tanggal 11 Maret 2022 dalam rangka
menyambut Pembukaan Munas IX Korpri Tahun 2022 pada 28 Januari 2022, Ia
mengatakan bahwa perang Rusia-Ukraina mempengaruhi naiknya food price atau
harga pangan dunia. Indonesia mengimpor >20% gandum dari Rusia dan Ukraina
sehingga inflasi juga dirasakan oleh Indonesia. Presiden Joko Widodo juga
mengatakan bahwa harga kontainer atau media distribusi juga ikut naik sehingga
membuat barang logistik mengalami kenaikan harga.
Berdasarkan pernyataan diatas dapat disimpulkan bahwa Perang Rusia-Ukraina
memiliki dampak yang signifikan untuk negara lain dikarenakan Rusia dan Ukraina
termasuk negara yang memiliki posisi ekonomi yang sangat berpengaruh di dunia,
yaitu menjadi Produsen utama minyak mentah dan eksportir utama gandum dan biji-
bijan di dunia yang dimana Minyak dan gandum merupakan hal pokok yang
dibutuhkan oleh seluruh negara di dunia, termasuk Indonesia.
Presiden Joko Widodo menyatakan kabar baik dimana inflasi Indonesia masih
terkendali dengan baik, hanya 2,2%. Angka inflasi Indonesia diketahui masih dalam
status normal dibandingkan beberapa negara lainnya seperti Turki 54,44%, Argentina
50,7%, Amerika Serikat 7,9%, India 6,7%, dan bahkan Rusia juga ikut naik mencapai
9,17%. Walaupun inflasi Indonesia masih dalam status terkendali, Indonesia harus
tetap siaga dalam mengantisipasi akan terjadinya tekanan inflasi atau bahkan deflasi.
Data terbaru di bulan April, Badan Pusat Statistik (BPS) menyatakan bawah
neraca perdagangan Indonesia dengan Rusia dan Ukraina mengalami defisit (rugi)
dalam beberapa bulan terakhir. Tentunya defisit ini disebabkan oleh konflik Rusia-
Ukraina yang akhirnya menggangu kinerja kinerja ekspor impornya.
Perdagangan Indonesia dan Rusia sempat mencatat surplus USD11,5 juta pada
Januari 2022. Namun setelah itu, perdagangan dengan Rusia selalu mencatatkan defisit
dengan defisit terbesar USD186,8 juta pada Maret lalu. Kemudian Secara kumulatif
perdagangan Indonesia dengan Ukraina mencatat defisit USD23,3 juta selama Januari
hingga April 2022. Defisit ini lebih buruk dibandingkan dengan surplus sebesar USD69
juta pada periode yang sama tahun lalu.
Berdasarkan hal ini dapat disimpulkan bahwa negara tidak bisa berdiri sendiri
tanpa adanya kerjasama bilateral maupun multilateral dengan negara lain, salah
satunya adalah kerjasama ekonomi. Namun, salah satu kerugiannya adalah peristiwa
yang sekarang terjadi, yaitu inflasi global yang apabila rekan negara mengalami
masalah dalam hal ekonomi, negara mitra juga akan ikut terkena imbasnya. Oleh
sebab itu, penting bagi setiap negara untuk terus bisa mengusahakan pertumbuhan
ekonomi yang baik untuk negaranya agar saat inflasi global menyerang, negara
mampu bertahan dan mengendalikan tekanan inflasi dan tetap menjaga kesejahteraan
masyarakat terkait ekonomi negaranya.

Kesimpulan
Berdasarkan penjelasan diatas kita dapat menyimpulkan bahwa Perang merupakan
peristiwa yang selalu jadi hal yang sangat mengerikan tetapi sulit untuk dihindari karena adanya
perbedaan pandangan, tujuan, dan kepentingan dari setiap pemimpin negara. Hal tersebut
memaksa kita harus dapat berpikir kritis terhadap kondisi dunia. Perang yang sedang terjadi
akhir-akhir ini adalah Perang Rusia dengan Ukraina. Diketahui perang kedua negara ini telah
menimbulkan dampak negatif terhadap ekonomi global. Diawali dengan inflasi global, rantai
pasok terganggu, dan harga minyak mentah naik secara drastis.
Hal ini terjadi dikarenakan Rusia dan Ukraina merupakan negara yang sumber dayanya
sangat dibutuhkan dunia, yaitu minyak mentah dan gandum. Rusia dan Ukraina adalah produsen
serta Eksportir utama dua komuditias tersebut karena dinilai melimpah di Rusia dan Ukraina.
Namun dikarenakan perang antara kedua negara, kualitas dan kuantitas minyak tanah serta
gandum menjadi masalah yang serius dalam ekonomi global, sehinggal inflasi terjadi dan
merugikan banyak negara. Beberapa negara diantaranya yang mengalami inflasi yang sangat
tinggi adalah Turki, Argentina, Amerika Serikat, India, dan Rusia itu sendiri. Kita sebagai
bangsa Indonesia harus bijak dalam menghadapi situasi perang yang di barengi dengan Pandemi
Covid-19 yang masih menyerang dunia. Kita harus tetap sedia, waspada, dan selalu update fakta
terkini mengenai dua situasi berat ini. Faktanya, dampak perang Rusia dan Ukraina tidak
berdampak langsung untuk Indonesia tetapi dari segi ekonomi cukup berpengaruh dari berbagai
komoditas dan energi.

Referensi
Report:
http://www.science.uva.nl/~seop/entries/war/ diakses pada 14 Maret 2022.

https://ekonomi.bisnis.com/read/20220306/9/1507157/dampak-perang-rusia-vs-ukraina-
terhadap-perekonomian-indonesia diakses pada 14 Maret 2022.

https://ekbis.sindonews.com/read/698411/33/perang-rusia-ukraina-ganggu-pemulihan-ekonomi-
global-indonesia-ikut-terdampak-1645956128?showpage=all diakses pada 14 Maret 2022.

https://manfaat.co.id/15-manfaat-minyak-bumi-bagi-manusia-sehari-hari diakses pada 14 Maret


2022.

https://thehill.com/policy/energy-environment/597882-here-are-the-countries-that-import-the-
most-russian-oil?rl=1 diakses pada 15 Maret 2022.

https://www.liputan6.com/bisnis/read/4910151/apa-hubungan-inflasi-as-dengan-kenaikan-harga-
minyak-ini-penjelasan-arcandra-tahar diakses pada 15 Maret 2022.

https://www.liputan6.com/bisnis/read/4909391/imbas-perang-rusia-ukraina-ekonomi-as-juga-
tertekan-berat diakses pada 15 Maret 2022.

https://katadata.co.id/agustiyanti/finansial/62187d258bf4a/daftar-sanksi-ekonomi-as-dan-sekutu-
ke-rusia-karena-memicu-perang diakses pada 15 Maret 2022.

https://www.inews.id/finance/bisnis/fakta-fakta-sanksi-negara-negara-di-dunia-untuk-rusia-
paling-ekstrem-jerman#:~:text=Beragam%20sanksi%20yang%20diberikan%20terhadap
%20Rusia%2C%20mulai%20dari,yaitu%20Amerika%20Serikat%2C%20Inggris%2C
%20Kanada%2C%20Jerman%2C%20dan%20Jepang. diakses pada 15 Maret 2022.
https://id.tradingeconomics.com/country-list/inflation-rate diakses pada 15 Maret 2022.

Anda mungkin juga menyukai