Anda di halaman 1dari 15

Perkembangan dan Upaya ASEAN

dalam Hak perempuan dan Anak:


ACWC (ASEAN Commission on the
Rights
of Women and Children)
Kelompok 14
Kelompok 14

Princess r.
Hutagaol
Aisha Safira
2101134524 2101134517
Perkembangan dan Upaya asean dalam Hak perempuan dan
Anak: ACWC
 ASEAN menunjukkan dan telah melakukan usaha untuk melindungi hak perempuan
dan anak dengan membentuk Lembaga atau komisi ASEAN Commission on the
Rights of Women and Children (ACWC).

 ACWC adalah komisi atau lembaga hak asasi manusia regional ASEAN yang
didirikan pada tanggal 7 April 2010 di Ha Noi, Vietnam. Salah satu mandat
ACWC adalah mengembangkan kebijakan, program, dan strategi inovatif untuk
mempromosikan dan melindungi hak-hak perempuan dan anak untuk melengkapi
pembangunan Komunitas ASEAN.
Perkembangan dan Upaya asean dalam Hak perempuan dan
Anak: ACWC

Terbentuknya dan berkembangnya ACWC ini memang membutuhkan proses yang


cukup lama dikarenakan tidak semua anggota negara ASEAN menjadikan isu hak
perempuan dan anak sebagai salah satu kepentingan nasional. Pembedaan pola pikir
setiap negara anggota ASEAN yang membuat beroperasinya ACWC cukup lambat.
Namun, ASEAN tetap mengusahakan agar ACWC tetap berjalan dan beroperasi demi
melindungi dan mempromosikan pentingnya hak perempuan dan anak untuk dilindungi
secara khusus di ASEAN.
Perkembangan acwc
 Berdasarkan data sejarahnya, ACWC telah melakukan 22 petemuan bersamaan dengan
studi visit

 Sebelum melakukan pertemuan, ACWC melakukan kunjungan studi ke Jenewa pada


Januari 2011, ACWC terlibat dalam diskusi tentang isu-isu substantif kritis kesetaraan
gender dan hak-hak anak di ASEAN. Kunjungan ini diselenggarakan bersama oleh UN
Women, UNICEF dan OHCHR. Juga telah melakukan dialog dengan badan-badan PBB,
khususnya UN Women, UNICEF, dan UNODC tentang berbagai isu mengenai hak-hak
perempuan dan anak. Konsultasi dengan Komite Perwakilan Tetap ASEAN (CPR)
diadakan pada 16 Juni 2011 untuk saling memperbarui kemajuan pekerjaan mereka.
Masalah mekanisme kemungkinan keterlibatan Komisi dengan masyarakat sipil juga
dibahas.
Perkembangan acwc

 Rapat pertama dan kedua pada tanggal


16-18 Februari 2011 dan 15-16 Juni 2011.
Pada rapat tersebut dibentuk area tematik
memprioritaskan fokus dan perhatian
ACWC terhadap segudang isu regional
yang mendesak yang dihadapi kehidupan
perempuan dan anak di wilayah maisng-
masing anggota ASEAN. Rencana kerja 5
tahun Komisi saat itu masih dalam status
sedang disusun.
Perkembangan acwc
 Pada pertemuan ketiga, tentang Promosi dan
Perlindungan Hak Perempuan dan Anak (ACWC)
diselenggarakan pada 6-8 September 2011 di Solo,
Indonesia. Status rencana kerja 5 tahun masih
dalam proses penyelesaian. Disisi lain, pengajuan
proposal Singapura untuk mengadakan acara yang
melibatkan filantropis, yayasan dan perusahaan
dengan komitmen CSR untuk menjanjikan
dukungan pendanaan untuk pekerjaan ACWC
dalam membantu korban kekerasan yang
didominasi perempuan dan anak-anak.
Perkembangan acwc
 Berjalannya waktu, ACWC sudah memiliki Work Plan (rencana
kerja) yang akan menjadi panduan rencana kerja ACWC untuk 5
tahun kedepan (2012- 2016) dan telah menentukan tema prioritas
utama yang akan dikejakan untuk 5 tahun kedepan.

 Pertemuan keempat pada tanggal 16-18 Februari 2012 di


Vientiane, Laos. Pada pertemuan kali ini ACWC fokus terhadap
memantapkan tema prioritas dan rencana kerja unutk 5 tahun
kedepan. Adanya Kerjasama antara ACWC dengan PBB tentang
kekerasan terhadap anak, serta diskusi dengan masyarakat sipil
tanggal 18 Januari 2012 di Manila, Filipina. Kemudian,
kunjungan ke Pusat Konseling dan Perlindungan untuk
Perempuan dan Anak di Vientiane pada sore hari tanggal 18
Februari 2012.
Pertemuan kelima adalah kegiatan Kunjungan studi ke Amerika Serikat
pada tanggal 18-25 April 2012 termasuk agenda Komisi ASEAN untuk
Promosi dan Perlindungan Hak Perempuan dan Anak dengan dukungan
ASEAN-U.S. kemudian adanya kegiatan Konsultasi diadakan bersama
dengan Perserikatan Bangsa-Bangsa dan berbagai Badan PBB, termasuk:
UN Entity for Gender Equality and Empowerment of Women (UN
Women), United Nations Population Fund (UNFPA), United Nations
Children's Fund (UNICEF), dan UN Economic and Social Council
(ECOSOC) tentang isu-isu global dan regional serta prioritas kerja masing-
masing terkait perempuan dan anak di ASEAN.
Perkembangan ACWC
Pertemuan Keenam yang diselenggarakan dari 1-2 April 2013 di
Jakarta, Indonesia. Mengakui bahwa pencegahan dan penghapusan
kekerasan terhadap perempuan dan anak adalah intinya, ACWC
menyusun Deklarasi ASEAN tentang Penghapusan Kekerasan
Terhadap Perempuan dan Anak. Setelah melalui beberapa tinjauan
sejak tahun 2011, draft akhir Deklarasi diterima pada Pertemuan ini dan
ditujukan untuk diadopsi oleh Para Pemimpin ASEAN.

Deklarasi tersebut bertujuan untuk mencerminkan upaya kolektif


ASEAN untuk memperkuat hukum dan kerangka kebijakan dan
kapasitas kelembagaan untuk memerangi kekerasan terhadap
perempuan dan anak, dan membantu korban melalui perlindungan,
pelayanan, rehabilitasi, pemulihan dan reintegrasi korban.
Perkembangan ACWC
 Pertemuan ketujuh, diselenggarakan pada 22-24 Juli 2013 di Kuala
Lumpur, Malaysia. Pertemuan tersebut diikuti oleh Negara Anggota ASEAN
dan acara utamanya adalah finalisasi draft Declaration on the
Elimination of Violence Against Women (VAW) dan Elimination of
Violence Against Children (VAC).

 Kemudian di tahun 2017, ACWC memperbaharui Work Plan 2011-2016


menjadi Work Plan 2016-2020. ACWC bahkan melakukan 2 kali pertemuan
ditahun 2017. Pertemuan pertama pada tanggal 28 Februari – 2 Marert 2017
di Jakarta dan pertemuan kedua pada tanggal 2-6 Oktober 2019 di Phuket,
Thailand. Pertemuan tersebut juga menghasilkan finalisasi Work-plan
ACWC 2016-2020.
Perkembangan ACWC
Walaupun sudah sejauh ini ACWC masih menghadapi tantangan yang
menghambat pelaksanaan rencana kerjanya. Kurangnya koordinasi dan
dukungan antar pemerintah di dalam negara menjadi salah satu kendala
yang dihadapi oleh perwakilan ACWC untuk memajukan agenda mereka
karena mereka jarang mendapatkan akses dalam proses pengambilan
keputusan dan kebijakan di tingkat nasional. Peran ACWC di kawasan juga
dikompromikan dan dikesampingkan mengingat kurangnya kepemilikan
politik dari negara-negara anggota ASEAN atas hak-hak perempuan dan
anak-anak di kawasan tersebut. Akibatnya, badan tersebut mengalami
kekurangan sumber daya, terutama dana untuk menopang pekerjaan mereka
sesuai rencana.

kESIMPULAN
Terimakasi
h! Kelompok 14
Princess Restauli Hutagaol- Aisha Safira

Anda mungkin juga menyukai