net/publication/361457817
CITATIONS READS
0 1,954
1 author:
SEE PROFILE
All content following this page was uploaded by Arifah Rahadatul Aisy Putri Nafiah on 22 June 2022.
ABSTRAK
Kekerasan terhadap anak Indonesia tidak dikelola dengan baik. Sebagai organisasi lintas
batas, UNICEF bekerja di seluruh dunia untuk memerangi pelanggaran hak-hak anak dan
menjadi perhatian besar bagi anak-anak. UNICEF melakukan berbagai upaya untuk
meningkatkan kualitas hidup anak-anak korban pelanggaran hak asasi manusia. Banyak
faktor penyebab terjadinya kekerasan terhadap anak, antara lain karakteristik pribadi anak,
karakteristik pelaku kekerasan, lingkungan fisik, dan budaya. UNICEF bekerja sama dengan
pemerintah Indonesia untuk mengidentifikasi risiko yang mengancam anak-anak, termasuk
kekerasan, diskriminasi dan kerentanan di berbagai bidang seperti peradilan anak dan
kesejahteraan masyarakat. Dalam hal ini, UNICEF dapat melakukan upaya penanggulangan
kekerasan terhadap anak Indonesia melalui empat fungsi dasarnya sebagai organisasi
internasional yaitu fungsi informasi, fungsi normatif, fungsi rule creating, dan fungsi role
supervisory.
Kata Kunci: Anak, Indonesia, UNICEF, Kekerasan
I. PENDAHULUAN
pada 11 Desember 1946. Sejak Perang Dunia II, Majelis Umum PBB telah mendirikan
sebuah badan untuk memberikan bantuan serta perlindungan kepada anak-anak yang
bermukim di zona-zona perang. Pada tahun 1953, UNICEF berkembang untuk memenuhi
1
Reqnews, “Sejarah Terbentuknya UNICEF, Organisasi Pemberi Bantuan Hingga Dukungan Bagi Anak Di
Daerah Perang,” https://www.reqnews.com/profil/43701/sejarah-terbentuknya-unicef-organisasi-pemberi-
bantuan-hingga-dukungan-bagi-anak-di-daerah-perang di akses pada 13 Juni 2022 Pukul 11.15
1
Secara historis, setelah krisis pangan dan kesehatan pada akhir 1940-an, UNICEF
bermasalah. Pada 1980-an, UNICEF membantu Komisi Hak Asasi Manusia Perserikatan
PBB pada tahun 1989, Konvensi Hak Anak telah menjadi perjanjian hak asasi manusia yang
paling penting dalam sejarah dan UNICEF telah memainkan peran penting dalam
memastikan penegakannya.2
Menurut John W Whitehead anak adalah pesan kehidupan yang dikirimkan untuk
membangun masa depan. Pentingnya anak sebagai generasi penerus, dan mereka adalah aset
terbesar untung membangun masa depan. Dari sudut pandang visioner, anak adalah aset yang
menjadi indikator keberhasilan bangsa dan negara. Anak kelak akan dipersiapkan,
dibimbing, serta mampu tumbuh dan berkembang dengan sebaik-baiknya sejak usia dini.
Selain itu, mendapatkan kesempatan sebesar mungkin untuk tumbuh dan berkembang.
Memiliki kepribadian sosial dan luhur, baik jasmani maupun rohani. Oleh karena itu,
Semua anak memiliki hak yang sama untuk dilindungi sejak mereka berada didalam
kandungan. Keluarga, komunitas, pemerintah, dan negara adalah posisi utama yang
bertanggung jawab untuk menjaga dan memelihara hak berdasarkan hukum yang berlaku.
Maka setiap anak yang lahir sudah mendapat jaminan hidup dan perlindungan hak-hak semua
2
Republika.co.id, “Sejarah Hari Ini: Badan PBB UNICEF Didirikan,”
https://www.republika.co.id/berita/pjjnei377/sejarah-hari-ini-badan-pbb-unicef-didirikan di akses pada 13 Juni
2022 Pukul 13.03
3
Muhamad Rahmawan, 2021, “Peran UNICEF Dalam Menangani Isu Kekerasan Terhadap Anak Di Indonesia
Selama Pandemi Covid-19”, Jurnal Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik, hlm. 1
2
anak. Namun, masih banyak anak di Indonesia yang hidupnya kurang atau bahkan tidak
layak. Lebih dari 50% anak Indonesia lahir di keluarga miskin, yang menyebabkan beberapa
masalah. 4
Contoh masalah tersebut adalah perdagangan anak atau child trafficking. Perdagangan
anak merupakan suatu bentuk perekrutan, pemindahan dan pengiriman untuk dieksploitasi.
Eksploitasi dilakukan dengan cara penipuan, kekerasan dan pemaksaan anak, serta memaksa
Masalah yang kedua ada kekerasan terhadap anak atau child abuse. Kekerasan dan
penganiayaan terhadap anak merupakan salah satu kejahatan yang sudah berlangsung lama
di seluruh dunia. Definisi lain dari kekerasan terhadap anak adalah setiap tindakan terhadap
anak yang menyebabkan kesengsaraan atau penderitaan fisik, mental, seksual atau
psikologis, mengancam integritas fisik dan merendahkan martabat anak.6 Kekerasan adalah
salah satu pelanggaran hak asasi manusia yang paling umum. Masalah hak asasi manusia
pada dasarnya adalah masalah hukum dan dalam arti hukum melibatkan hak, kewajiban dan
Masalah yang ketiga adalah pernikahan anak atau child marriage. Perkawinan anak
merupakan perkawinan yang terjadi sebelum anak berusia 18 tahun dan sebelum anak
4
Dewi Astuti Mudji. Ajeng Laras Caharamayang, 2017, “Kontribusi UNICEF terhadap Upaya Menegakkan
Perlindungan Anak di Indonesia”, Jurnal Transbordera, Vol. 1 No.1, hlm. 35-36
5
Nori Oktadewi, 2018, “Peranan UNICEF Dalam Menangani Child Trafficking Di Indonesia,” Jurnal slamic
World and Politics, Vol.2 No.2, hlm. 346
6
Mirsal Gani, 2018, “Perlindungan Anak Dari Kekerasan,” Jurnal Ilmiah Kesejahteraan Sosial, Vol. 14 No.26,
hlm. 136
7
Catharina Ida Ayu Putri Renyut, 2016, “Peran UNICEF (United Nations International Children’s Emergency
Fund) Dalam Melindungi Anak-Anak Terhadap Kekerasan Yang Dilakukan Oleh Kelompok Separatis Isis
(Islamic State Of Iraq And Syria),” Jurnal Ilmu Hukum, hlm. 2
3
tersebut menjadi dewasa secara fisik, fisiologis, dan psikologis serta bertanggung jawab atas
anak sebagai akibat dari perkawinan dan perkawinan yang akan dating.8 Perserikatan
Bangsa-Bangsa mengatakan pada tahun 2007 ada 72 juta anak perempuan di seluruh dunia
Masalah yang terakhir ada bullying, atau yang dikenal dengan istilah perundungan.
Bullying merupakan kasus yang sangat mengkhawatirkan, karena dapat memberikan dampak
yang signifikan bagi korbannya. Bullying adalah tindakan kekuasaan, intimidasi, intimidasi,
penyalahgunaan, atau kontrol agresif orang lain, yang menjadi kebiasaan berulang-ulang. 10
Kekerasan terhadap anak di Indonesia bukanlah hal baru. UNICEF pertama kali
membantu Indonesia pada tahun 1948, dalam keadaan darurat yang membutuhkan perhatian
segera akibat kekeringan parah di Lombok. Kerjasama resmi antara UNICEF dan pemerintah
Indonesia pertama kali dimulai pada tahun 1950. Pada awal 1960-an, UNICEF lebih tertarik
pada pengembangan kesejahteraan anak daripada bantuan kemanusiaan. Pada tahun 1962,
UNICEF melakukan program pemberian makan di 100 desa di delapan provinsi di Indonesia.
Indonesia bergabung kembali dengan PBB pada tahun 1966 dan menandatangani perjanjian
dengan UNICEF tentang kerjasama yang saling menguntungkan. Di Indonesia, banyak anak
yang mengalami ketidakadilan dalam menjalankan haknya. Awal mula terjadinya kekerasan
8
Herviryandha. Asep Kamaluddin N, 2017, “Peran UNICEF dalam Menanggulangi Masalah Pernikahan Anak
Di Indonesia Periode 2014-2017,” Jurnal Perspektif, hlm. 252
9
Mutiara Oktaviani. Maria Indira Aryani, 2021, “Peran UNICEF Dalam Menangani Child Marriage Di India
Tahun 2014-2016”, Jurnal Ilmu Pengetahuan Sosial, Vol. 8 No. 2, hlm. 388
10
Arlianda Nadira Rizal, 2021 “Peran UNICEF Dalam Menangani Cyberbullying Anak Di Indonesia Pada
Tahun 2020,” Jurnal Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik, hlm. 1
4
terhadap anak adalah pemenjaraan, penculikan, penelantaran, pemerkosaan, bahkan
perdagangan manusia.11
Sepanjang 2021 Lembaga Perlindungan Sanksi Dan Korban telah mencatat naiknya
jumlah kasus tuntutan perlindungan atas kasus kekerasan seksual terhadap anak, yakni telah
mencapai 426 aduan. Jika dilihat secara keseluruhan, angka tuntutan yang diterima oleh
LPSK mencapai 2.182, naik 50% dari tahun 2020 yang berjumlah 1.454. Tuntutan terbanyak
berstatus sebagai korban yang mencapai 983 orang, sisanya merupakan saksi 386 orang, saksi
korban 370 orang, pelapor sebanyak 169 orang, serta selebihnya berstatus hukum lainnya.12
Kekerasan terhadap anak Indonesia tidak dikelola dengan baik. Sebagai organisasi lintas
batas, UNICEF berkomitmen untuk mengatasi masalah pelanggaran hak-hak anak di seluruh
dunia dan menjadi perhatian besar bagi anak-anak. UNICEF berusaha memenuhi berbagai
upaya untuk meningkatkan kualitas hidup anak-anak korban pelanggaran hak asasi manusia.
Meningkatnya jumlah kasus kekerasan terhadap anak di Indonesia menjadi perhatian bagi
salah satu organisasi internasional yang didukung oleh PBB untuk membantu mengatasi
masalah tersebut dengan tujuan membantu anak-anak sesuai dengan kesepakatan nasional
11
Khairunnisa. Dwi Ardiyanti, 2021 “Peran UNICEF Dalam Mengatasi Peningkatan Eksploitasi Terhadap
Anak Di Indonesia (2014-2019)”, Jurnal FISK, Vol. 2 No.1, hlm. 151-152
12
Tempo.co, “LPSK: Laporan Kasus Kekerasan Anak Meningkat 91 Persen,”
https://nasional.tempo.co/read/1554120/lpsk-laporan-kasus-kekerasan-anak-meningkat-91-persen, Diakses
pada 18 Juni 2022 Pukul 07.54
13
Muhammad Arafat, 2017 “Upaya UNICEF Dalam Memberikan Perlindungan Terhadap Korban Anak Dalam
Konflik Israel Palestina Pasca Ratifikasi Convention On The Rights Of The Child (CRC)”, Jurnal Ilmu Sosial
Dan Ilmu Politik, hlm. 23
5
II. RUMUSAN MASALAH
III. PEMBAHASAN
Kekerasan yang terjadi tidak hanya mencakup kekerasan fisik atau psikis (emosional),
tetapi juga kekerasan seksual, kekerasan sosial, dan kekerasan tradisional serta adat. Selain
itu, banyak negara Indonesia yang sangat kaya akan tradisi dan adat istiadat. Bentuk-bentuk
Pertama, kekerasan fisik (physical abuse) adalah kekerasan yang di dalamnya termasuk
penyiksaan, pemukulan, dan penganiayaan anak dengan atau tanpa penggunaan benda
tertentu yang mengakibatkan luka fisik atau bahkan kematian. Kedua, kekerasan psikis
(mental abuse) adalah kekerasan yang dilakukan dengan memperlihatkan buku, foto, dan
film porno kepada anak atau mengucapkan kata-kata kasar dan kotor. Kekerasan psikis sering
disebut sebagai kekerasan emosional. Kekerasan emosional adalah tindakan yang secara
kekerasan verbal. Kekerasan verbal atau verbal abuse adalah kekerasan yang dilakukan
dengan penggunaan kata-kata verbal seperti orang bodoh, sombong, kasar, dan lain-lain.
Ketiga, kekerasan seksual (sexual abuse) adalah kekerasan berupa kontak seksual secara
tidak langsung atau kontak seksual langsung antara anak-anak dan orang dewasa. Keempat,
14
Yordan Gunawan, 2021, Hukum Internasional: Sebuah Pendekatan Modern, Yogyakarta, LP3M UMY, hlm.
268
6
kekerasan sosial (social abuse) adalah kekerasan yang melibatkan eksploitasi anak dan
penelantaran anak. Kelima, kekerasan yang disebabkan oleh tradisi dan adat istiadat seperti
kawin paksa bagi anak perempuan yang masih di bawah umur, dan itu sering terjadi di
Indonesia.
Penyebab terjadinya kekerasan pada anak antara lain karakteristik pribadi anak,
karakteristik pelaku kekerasan, lingkungan fisik dan budaya. Menurut Nugroho, faktor utama
dibalik kekerasan pada anak adalah orang tua yang sudah terbiasa dengan perlakuan
kekerasan sejak kecil, tidak mampu mengontrol emosinya, tidak mampu memahami aspek
perkembangan anaknya, akibat kurangnya dukungan sosial, cacat fisik, anak yang tidak
diinginkan, dan kelahiran anak yang hampir membunuh ibunya, dianggap sebagai anak yang
tidak membawa keberuntungan.15 Faktor lain dalam kekerasan terhadap anak adalah stres
keluarga. Stres keluarga dapat diakibatkan oleh anak, orang tua (suami atau istri), atau
keadaan tertentu. 16
Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak, Pasal 1 Ayat (2) bahwa Perlindungan
Anak adalah segala kegiatan untuk menjamin dan melindungi anak dan hak-haknya agar
15
Rabiah Al Adawiah, 2015, “Upaya Pencegahan Kekerasan Terhadap Anak,” Jurnal Keamanan Nasional,
Vol. 1 No. 2, hlm. 283-286
16
https://daldukkbpppa.bulelengkab.go.id/informasi/detail/pengumuman/faktor-penyebab-terjadinya-
kekerasan-pada-anak-27 diakses pada 16 Juni 2022 Pukul 17.40
7
dapat hidup, tumbuh, berkembang, dan berpartisipasi secara optimal sesuai dengan harkat
dan martabat dan martabat kemanusiaan, serta mendapat perlindungan dari kekerasan dan
diskriminasi. 17
UNICEF bekerja sama dengan pemerintah Indonesia untuk mengidentifikasi risiko yang
seperti kesejahteraan masyarakat dan peradilan anak. Fungsi UNICEF adalah untuk
program pendidikan untuk anak perempuan, serta melindungi anak-anak dari kekerasan dan
pelecehan.18 Dalam hal ini, UNICEF berupaya memerangi kekerasan terhadap anak
Indonesia melalui empat fungsi yaitu fungsi informasi, fungsi normatif, fungsi rule creating,
Media adalah alat untuk mencari atau mempublikasikan informasi. Dalam mencari
17
Nandang Mulyana. Risna Resnawaty. Gigin Ginanjar Kamil Basar, 2018, “Penanganan Anak Korban
Kekerasan”, Jurnal Hasil-Hasil Penelitian, Vol. 13 No. 1, hlm. 83-84.
18
Ita Suryani, 2019 “Upaya Preventif UNICEF (United Nations Children's Fund) Dalam Pencegahan
Kejahatan Seksual Pada Anak (Studi kasus pada video animasi pendidikan anak “Kisah Si Geni”)”, Jurnal
Akrab Juara, Vol. 3 No. 4, hlm. 47.
8
komprehensif tentang kekerasan dan kejahatan terhadap anak memerlukan berbagai jenis
informasi, tidak hanya berdasarkan kebiasaan dan hal yang sama, tetapi juga pada informasi
latar belakang pribadi dan keluarga dan lingkungan sosial. Demikian pula isu kekerasan tidak
hanya dilihat dari seberapa banyak kejadiaan,t etapi dapat memberikan informasi tentang
penyebab atau akar penyebab kekerasan terhadap anak serta jumlah kejadiannya.
UNICEF melakukan survei tentang kekerasan terhadap anak di Indonesia. Hal ini
dipandang sebagai langkah penting dalam mengatasi masalah kekerasan terhadap anak,
terutama dengan menyediakan data dasar termasuk karakteristik dan latar belakang masalah
kekerasan terhadap anak. Pengelolaan ini didasarkan pada ketersediaan data dan informasi
yang akurat tentang kekerasan dan kejahatan terhadap anak. Informasi tentang kekerasan
terhadap anak dapat diperoleh dari catatan administrasi dan investigasi, catatan atau laporan
tentang praktik kekerasan terhadap anak. Kajian ini merupakan kerjasama lembaga nasional
Terhadap Anak
UNICEF berusaha untuk melindungi anak-anak dari segala bentuk kekerasan, kejahatan
dan eksploitasi. UNICEF juga mengambil tindakan dalam bentuk pencegahan kejahatan,
bantuan langsung, penuntutan pidana, dan penelitian berbasis bukti. Indonesia telah
mengembangkan sistem kesejahteraan anak dan keluarga yang berfokus pada pencegahan
9
Indonesia telah mengembangkan kerangka hak anak yang progresif. Pendekatan berbasis
sistem perlindungan anak merupakan pendekatan yang memfokuskan pada tanggung jawab
atau kewajiban negara yang bertanggung jawab terutama dalam memberikan pelayanan
pemenuhan hak dan perlindungan anak. Negara memiliki hak untuk mengakui dan
melindungi anak-anak sebagai pemilik hak dan mempromosikan tanggung jawab dan
akuntabilitas nasional untuk kesejahteraan mereka. Fokus pada pencegahan kekerasan pada
anak yang menyebabkan masalah, menjangkau semua anak, dan fokus pada keluarga dan
masyarakat.19
Indonesia menyetujui Konvensi Hak Anak pada tanggal 25 Agustus 1990 dalam
Keputusan Presiden No. 36 Tahun 1990 yang berlaku sejak tanggal 5 Oktober 1990. Setelah
menyetujui Konvensi Hak Anak sebagai Negara Peserta, Indonesia akan melaksanakan
Konvensi Hak Anak melalui pendidikan hukum nasional dan berdampak hukum untuk
kekerasan dalam rumah tangga, kekerasan jalanan, kekerasan sekolah dan kekerasan teman
sebaya. Namun, dalam banyak kasus tetap tidak terselesaikan. Kekerasan terhadap anak
mendisiplinkan anak.
19
Yordan Gunawan, 2012, “Penegakan Hukum terhadap Pembajakan di Laut Melalui Yurisdiksi Mahkamah
Pidana Internasional”, Jurnal Media Hukum, Vol. 19 No. 1, hlm. 72-86.
10
Secara historis, di Indonesia kebijakan perlindungan anak tidak memiliki pendekatan
yang komprehensif untuk mencegah pelanggaran terhadap anak-anak. Untuk mengatasi hal
tersebut, UNICEF mendukung pembangunan kapasitas staf nasional tingkat menengah dari
yang menghasilkan peraturan, serta anggaran yang ditujukan untuk perlindungan anak di
tingkat lokal. Saran teknis kebijakan dari UNICEF telah menghasilkan reformasi yang
Dalam menjalankan fungsi organisasi internasional, yaitu fungsi pengawasan atau fungsi
menjamin berlakunya peraturan yang telah disepakati. Dalam hal ini, UNICEF harus dapat
memantau, melaporkan, dan menerbitkan pedoman tentang insiden kekerasan anak yang
terjadi di Indonesia. Di Indonesia terdapat pandangan tradisional tentang pola asuh yang
salah satunya didasari oleh kurangnya pengetahuan. Jadi memberikan arahan yang baik
UNICEF bekerja sama dengan Pemerintah Indonesia dan program UNICEF dirancang
dalam proses pemantauan dan prosedur untuk mengungkap pelanggaran hak anak di
Indonesia. UNICEF mengumpulkan data dan melakukan survei langsung di setiap negara
11
bagian. UNICEF membuat informasi tersedia untuk umum secara online, di media cetak,
atau melalui media elektronik sehingga orang dapat melaporkan ketika kekerasan terjadi.
UNICEF memantau melalui kegiatan pemerintah yang merupakan salah satu fungsi
utama DPR. Dewan Perwakilan Rakyat dan anggotanya berhak atas informasi yang
memungkinkan mereka untuk melihat dan menyelidiki kegiatan semua cabang pemerintahan.
Salah satu misi DPR dan anggotanya yang paling penting dan seringkali lebih teknis adalah
mungkin terhadap kekerasan, pelecehan, dan eksploitasi anak. Hukum saja tidak cukup untuk
IV. PENUTUP
A. Kesimpulan
Kekerasan pada anak tidak hanya mencakup kekerasan fisik atau psikis (emosional),
tetapi juga kekerasan seksual, kekerasan sosial, dan kekerasan yang disebabkan oleh tradisi
serta adat istiadat. Menurut UNICEF, ada banyak jenis kekerasan yang dialami anak, antara
yang terlibat dalam kekerasan pada anak antara lain karakteristik pribadi anak, karakteristik
pelaku kekerasan, lingkungan fisik dan budaya. Faktor lain dalam kekerasan terhadap anak
adalah stres keluarga. Semua anak Indonesia berhak atas perlindungan dari bahaya,
pelecehan dan eksploitasi. UNICEF bekerja sama dengan pemerintah Indonesia untuk
mengidentifikasi risiko yang mengancam anak-anak, seperti kekerasan dan diskriminasi, dan
20
Rizky Rosiana Fauziah, 2018, “Upaya UNICEF Dalam Menanggulangi Kekerasan Terhadap Anak Di
Indonesia Tahun 2011-2017,” Jurnal Ilmu Sosial Dan Politik. hlm 113-127.
12
kerentanan di bidang-bidang seperti peradilan anak dan kesejahteraan masyarakat. Dalam hal
ini, UNICEF dapat melakukan upaya penanggulangan kekerasan terhadap anak Indonesia
melalui empat fungsi dasarnya sebagai organisasi internasional yaitu fungsi informasi, fungsi
B. Saran
Dengan bekerja sama dengan UNICEF, maka sangat diharapkan kasus kekerasan,
penindasan, penganiayaan, serta pengeksploitasi terhadap anak dapat berkurang atau bahkan
menghilang. Selain itu, Indonesia juga bisa melakukan pencegahan tersendiri. Misalnya
dengan cara sosialisasi perlindungan di sekolah, di kampus, atau di masyarakat umum. Selain
itu, berani melapor kepada pihak yang berwenang jika ada kekerasan disekitar serta selalu
13
DAFTAR PUSTAKA
JURNAL
Rahmawan M, 2021, “Peran UNICEF Dalam Menangani Isu Kekerasan Terhadap Anak Di
Indonesia Selama Pandemi Covid-19”, Jurnal Ilmu Sosial Dan Politik, hlm, 1.
Oktadewi. N., 2018, “Peranan Unicef Dalam Menangani Child Trafficking Di Indonesia,”
Gani M., “Perlindungan Anak Dari Kekerasan”, Jurnal Ilmiah Kesejahteraan Sosial, Vol. 14
No. 26.
Dilakukan Oleh Kelompok Separatis Isis (Islamic State Of Iraq And Syria)”, Jurnal
Ilmu Hukum.
Herviryandha, Asep K. N., 2017, “Peran United Nations Children's Fund (UNICEF) Dalam
Perspektif.
Oktaviani M. Aryani M. I., 2021, “Peran UNICEF Dalam Menangani Child Marriage Di
14
Rizal A. N., 2021, “Peran UNICEF Dalam Menangani Cyberbullying Anak Di Indonesia
Khairunnisa. Ardiyanti D., 2021, “Peran UNICEF Dalam Mengatasi Peningkatan Eksploitasi
Korban Anak Dalam Konflik Israel Palestina Pasca Ratifikasi Convention On The
UMY.
Mulyana N., Resnawaty R., Basar G. G. H., 2018, “Penanganan Anak Korban Kekerasan”,
Suryani I., 2019, “Upaya Preventif UNICEF (United Nations Children's Fund) Dalam
Pencegahan Kejahatan Seksual Pada Anak (Studi Kasus Pada Video Animasi
Mahkamah Pidana Internasional”, Jurnal Media Hukum, Vol. 19 No. 1, hlm. 72-86.
Fauziah R. R., 2018, “Upaya UNICEF Dalam Menanggulangi Kekerasan Terhadap Anak Di
15
INTERNET
terbentuknya-unicef-organisasi-pemberi-bantuan-hingga-dukungan-bagi-anak-di-
https://www.republika.co.id/berita/pjjnei377/sejarah-hari-ini-badan-pbb-unicef-
Ardito Ramadha, “Laporan Kasus Kekerasan terhadap Anak dan Perempuan Meningkat 3
kasus-kekerasan-terhadap-anak-dan-perempuan-meningkat-3-
tahun#:~:text=Angka%20laporan%20kasus%20kekerasan%20terhadap,pada%20202
https://daldukkbpppa.bulelengkab.go.id/informasi/detail/pengumuman/faktor-penyebab-
https://nasional.tempo.co/read/1554120/lpsk-laporan-kasus-kekerasan-anak-
16