Anda di halaman 1dari 17

See discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.

net/publication/361457817

PERAN UNICEF DALAM MENANGANI KEKERASAN ANAK DI INDONESIA

Article · June 2022

CITATIONS READS
0 1,954

1 author:

Arifah Rahadatul Aisy Putri Nafiah


Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
1 PUBLICATION 0 CITATIONS

SEE PROFILE

All content following this page was uploaded by Arifah Rahadatul Aisy Putri Nafiah on 22 June 2022.

The user has requested enhancement of the downloaded file.


PERAN UNICEF DALAM MENANGANI KEKERASAN ANAK DI INDONESIA

Arifah Rahadatul Aisy Putri Nafiah (20200610290)


Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
Emai: arifah.r.law20@mail.umy.ac.id

ABSTRAK
Kekerasan terhadap anak Indonesia tidak dikelola dengan baik. Sebagai organisasi lintas
batas, UNICEF bekerja di seluruh dunia untuk memerangi pelanggaran hak-hak anak dan
menjadi perhatian besar bagi anak-anak. UNICEF melakukan berbagai upaya untuk
meningkatkan kualitas hidup anak-anak korban pelanggaran hak asasi manusia. Banyak
faktor penyebab terjadinya kekerasan terhadap anak, antara lain karakteristik pribadi anak,
karakteristik pelaku kekerasan, lingkungan fisik, dan budaya. UNICEF bekerja sama dengan
pemerintah Indonesia untuk mengidentifikasi risiko yang mengancam anak-anak, termasuk
kekerasan, diskriminasi dan kerentanan di berbagai bidang seperti peradilan anak dan
kesejahteraan masyarakat. Dalam hal ini, UNICEF dapat melakukan upaya penanggulangan
kekerasan terhadap anak Indonesia melalui empat fungsi dasarnya sebagai organisasi
internasional yaitu fungsi informasi, fungsi normatif, fungsi rule creating, dan fungsi role
supervisory.
Kata Kunci: Anak, Indonesia, UNICEF, Kekerasan
I. PENDAHULUAN

Perserikatan Bangsa-Bangsa mendirikan United Nations Children's Fund (UNICEF)

pada 11 Desember 1946. Sejak Perang Dunia II, Majelis Umum PBB telah mendirikan

sebuah badan untuk memberikan bantuan serta perlindungan kepada anak-anak yang

bermukim di zona-zona perang. Pada tahun 1953, UNICEF berkembang untuk memenuhi

kebutuhan anak-anak di negara berkembang. UNICEF kemudian dibentuk sebagai bagian

integral dari sistem Perserikatan Bangsa-Bangsa.1

1
Reqnews, “Sejarah Terbentuknya UNICEF, Organisasi Pemberi Bantuan Hingga Dukungan Bagi Anak Di
Daerah Perang,” https://www.reqnews.com/profil/43701/sejarah-terbentuknya-unicef-organisasi-pemberi-
bantuan-hingga-dukungan-bagi-anak-di-daerah-perang di akses pada 13 Juni 2022 Pukul 11.15

1
Secara historis, setelah krisis pangan dan kesehatan pada akhir 1940-an, UNICEF

melanjutkan perannya dalam mengulurkan bantuan pada anak-anak di negara-negara

bermasalah. Pada 1980-an, UNICEF membantu Komisi Hak Asasi Manusia Perserikatan

Bangsa-Bangsa menyusun Konvensi Hak Anak. Setelah diperkenalkan ke Majelis Umum

PBB pada tahun 1989, Konvensi Hak Anak telah menjadi perjanjian hak asasi manusia yang

paling penting dalam sejarah dan UNICEF telah memainkan peran penting dalam

memastikan penegakannya.2

Menurut John W Whitehead anak adalah pesan kehidupan yang dikirimkan untuk

membangun masa depan. Pentingnya anak sebagai generasi penerus, dan mereka adalah aset

terbesar untung membangun masa depan. Dari sudut pandang visioner, anak adalah aset yang

menjadi indikator keberhasilan bangsa dan negara. Anak kelak akan dipersiapkan,

dibimbing, serta mampu tumbuh dan berkembang dengan sebaik-baiknya sejak usia dini.

Selain itu, mendapatkan kesempatan sebesar mungkin untuk tumbuh dan berkembang.

Memiliki kepribadian sosial dan luhur, baik jasmani maupun rohani. Oleh karena itu,

perlindungan terhadap anak harus diprioritaskan.3

Semua anak memiliki hak yang sama untuk dilindungi sejak mereka berada didalam

kandungan. Keluarga, komunitas, pemerintah, dan negara adalah posisi utama yang

bertanggung jawab untuk menjaga dan memelihara hak berdasarkan hukum yang berlaku.

Maka setiap anak yang lahir sudah mendapat jaminan hidup dan perlindungan hak-hak semua

2
Republika.co.id, “Sejarah Hari Ini: Badan PBB UNICEF Didirikan,”
https://www.republika.co.id/berita/pjjnei377/sejarah-hari-ini-badan-pbb-unicef-didirikan di akses pada 13 Juni
2022 Pukul 13.03
3
Muhamad Rahmawan, 2021, “Peran UNICEF Dalam Menangani Isu Kekerasan Terhadap Anak Di Indonesia
Selama Pandemi Covid-19”, Jurnal Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik, hlm. 1

2
anak. Namun, masih banyak anak di Indonesia yang hidupnya kurang atau bahkan tidak

layak. Lebih dari 50% anak Indonesia lahir di keluarga miskin, yang menyebabkan beberapa

masalah. 4

Contoh masalah tersebut adalah perdagangan anak atau child trafficking. Perdagangan

anak merupakan suatu bentuk perekrutan, pemindahan dan pengiriman untuk dieksploitasi.

Eksploitasi dilakukan dengan cara penipuan, kekerasan dan pemaksaan anak, serta memaksa

mereka menjadi pekerja seks, perbudakan dan perdagangan manusia.5

Masalah yang kedua ada kekerasan terhadap anak atau child abuse. Kekerasan dan

penganiayaan terhadap anak merupakan salah satu kejahatan yang sudah berlangsung lama

di seluruh dunia. Definisi lain dari kekerasan terhadap anak adalah setiap tindakan terhadap

anak yang menyebabkan kesengsaraan atau penderitaan fisik, mental, seksual atau

psikologis, mengancam integritas fisik dan merendahkan martabat anak.6 Kekerasan adalah

salah satu pelanggaran hak asasi manusia yang paling umum. Masalah hak asasi manusia

pada dasarnya adalah masalah hukum dan dalam arti hukum melibatkan hak, kewajiban dan

tanggung jawab dan harus dihormati.7

Masalah yang ketiga adalah pernikahan anak atau child marriage. Perkawinan anak

merupakan perkawinan yang terjadi sebelum anak berusia 18 tahun dan sebelum anak

4
Dewi Astuti Mudji. Ajeng Laras Caharamayang, 2017, “Kontribusi UNICEF terhadap Upaya Menegakkan
Perlindungan Anak di Indonesia”, Jurnal Transbordera, Vol. 1 No.1, hlm. 35-36
5
Nori Oktadewi, 2018, “Peranan UNICEF Dalam Menangani Child Trafficking Di Indonesia,” Jurnal slamic
World and Politics, Vol.2 No.2, hlm. 346
6
Mirsal Gani, 2018, “Perlindungan Anak Dari Kekerasan,” Jurnal Ilmiah Kesejahteraan Sosial, Vol. 14 No.26,
hlm. 136
7
Catharina Ida Ayu Putri Renyut, 2016, “Peran UNICEF (United Nations International Children’s Emergency
Fund) Dalam Melindungi Anak-Anak Terhadap Kekerasan Yang Dilakukan Oleh Kelompok Separatis Isis
(Islamic State Of Iraq And Syria),” Jurnal Ilmu Hukum, hlm. 2

3
tersebut menjadi dewasa secara fisik, fisiologis, dan psikologis serta bertanggung jawab atas

anak sebagai akibat dari perkawinan dan perkawinan yang akan dating.8 Perserikatan

Bangsa-Bangsa mengatakan pada tahun 2007 ada 72 juta anak perempuan di seluruh dunia

menikah pada usia muda, di bawah usia 18 tahun.9

Masalah yang terakhir ada bullying, atau yang dikenal dengan istilah perundungan.

Bullying merupakan kasus yang sangat mengkhawatirkan, karena dapat memberikan dampak

yang signifikan bagi korbannya. Bullying adalah tindakan kekuasaan, intimidasi, intimidasi,

penyalahgunaan, atau kontrol agresif orang lain, yang menjadi kebiasaan berulang-ulang. 10

Kekerasan terhadap anak di Indonesia bukanlah hal baru. UNICEF pertama kali

membantu Indonesia pada tahun 1948, dalam keadaan darurat yang membutuhkan perhatian

segera akibat kekeringan parah di Lombok. Kerjasama resmi antara UNICEF dan pemerintah

Indonesia pertama kali dimulai pada tahun 1950. Pada awal 1960-an, UNICEF lebih tertarik

pada pengembangan kesejahteraan anak daripada bantuan kemanusiaan. Pada tahun 1962,

UNICEF melakukan program pemberian makan di 100 desa di delapan provinsi di Indonesia.

Indonesia bergabung kembali dengan PBB pada tahun 1966 dan menandatangani perjanjian

dengan UNICEF tentang kerjasama yang saling menguntungkan. Di Indonesia, banyak anak

yang mengalami ketidakadilan dalam menjalankan haknya. Awal mula terjadinya kekerasan

8
Herviryandha. Asep Kamaluddin N, 2017, “Peran UNICEF dalam Menanggulangi Masalah Pernikahan Anak
Di Indonesia Periode 2014-2017,” Jurnal Perspektif, hlm. 252
9
Mutiara Oktaviani. Maria Indira Aryani, 2021, “Peran UNICEF Dalam Menangani Child Marriage Di India
Tahun 2014-2016”, Jurnal Ilmu Pengetahuan Sosial, Vol. 8 No. 2, hlm. 388
10
Arlianda Nadira Rizal, 2021 “Peran UNICEF Dalam Menangani Cyberbullying Anak Di Indonesia Pada
Tahun 2020,” Jurnal Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik, hlm. 1

4
terhadap anak adalah pemenjaraan, penculikan, penelantaran, pemerkosaan, bahkan

perdagangan manusia.11

Sepanjang 2021 Lembaga Perlindungan Sanksi Dan Korban telah mencatat naiknya

jumlah kasus tuntutan perlindungan atas kasus kekerasan seksual terhadap anak, yakni telah

mencapai 426 aduan. Jika dilihat secara keseluruhan, angka tuntutan yang diterima oleh

LPSK mencapai 2.182, naik 50% dari tahun 2020 yang berjumlah 1.454. Tuntutan terbanyak

berstatus sebagai korban yang mencapai 983 orang, sisanya merupakan saksi 386 orang, saksi

korban 370 orang, pelapor sebanyak 169 orang, serta selebihnya berstatus hukum lainnya.12

Kekerasan terhadap anak Indonesia tidak dikelola dengan baik. Sebagai organisasi lintas

batas, UNICEF berkomitmen untuk mengatasi masalah pelanggaran hak-hak anak di seluruh

dunia dan menjadi perhatian besar bagi anak-anak. UNICEF berusaha memenuhi berbagai

upaya untuk meningkatkan kualitas hidup anak-anak korban pelanggaran hak asasi manusia.

Meningkatnya jumlah kasus kekerasan terhadap anak di Indonesia menjadi perhatian bagi

generasi penerus di Indonesia. Pemerintah Indonesia telah bekerjasama dengan UNICEF

salah satu organisasi internasional yang didukung oleh PBB untuk membantu mengatasi

masalah tersebut dengan tujuan membantu anak-anak sesuai dengan kesepakatan nasional

yang terjalin untuk menangani kasus ini. 13

11
Khairunnisa. Dwi Ardiyanti, 2021 “Peran UNICEF Dalam Mengatasi Peningkatan Eksploitasi Terhadap
Anak Di Indonesia (2014-2019)”, Jurnal FISK, Vol. 2 No.1, hlm. 151-152
12
Tempo.co, “LPSK: Laporan Kasus Kekerasan Anak Meningkat 91 Persen,”
https://nasional.tempo.co/read/1554120/lpsk-laporan-kasus-kekerasan-anak-meningkat-91-persen, Diakses
pada 18 Juni 2022 Pukul 07.54
13
Muhammad Arafat, 2017 “Upaya UNICEF Dalam Memberikan Perlindungan Terhadap Korban Anak Dalam
Konflik Israel Palestina Pasca Ratifikasi Convention On The Rights Of The Child (CRC)”, Jurnal Ilmu Sosial
Dan Ilmu Politik, hlm. 23

5
II. RUMUSAN MASALAH

1. Bagaimana kekesaran terhadap anak dapat terjadi?

2. Bagaimana upaya UNICEF menangani kekerasan anak di Indonesia?

III. PEMBAHASAN

1. Bentuk Kekerasan Terhadap Anak

Kekerasan yang terjadi tidak hanya mencakup kekerasan fisik atau psikis (emosional),

tetapi juga kekerasan seksual, kekerasan sosial, dan kekerasan tradisional serta adat. Selain

itu, banyak negara Indonesia yang sangat kaya akan tradisi dan adat istiadat. Bentuk-bentuk

kekerasan yang digambarkan Suharto terjadi pada anak-anak adalah14:

Pertama, kekerasan fisik (physical abuse) adalah kekerasan yang di dalamnya termasuk

penyiksaan, pemukulan, dan penganiayaan anak dengan atau tanpa penggunaan benda

tertentu yang mengakibatkan luka fisik atau bahkan kematian. Kedua, kekerasan psikis

(mental abuse) adalah kekerasan yang dilakukan dengan memperlihatkan buku, foto, dan

film porno kepada anak atau mengucapkan kata-kata kasar dan kotor. Kekerasan psikis sering

disebut sebagai kekerasan emosional. Kekerasan emosional adalah tindakan yang secara

khusus mempengaruhi pertumbuhan intelektual anak. Kekerasan psikis berbeda dengan

kekerasan verbal. Kekerasan verbal atau verbal abuse adalah kekerasan yang dilakukan

dengan penggunaan kata-kata verbal seperti orang bodoh, sombong, kasar, dan lain-lain.

Ketiga, kekerasan seksual (sexual abuse) adalah kekerasan berupa kontak seksual secara

tidak langsung atau kontak seksual langsung antara anak-anak dan orang dewasa. Keempat,

14
Yordan Gunawan, 2021, Hukum Internasional: Sebuah Pendekatan Modern, Yogyakarta, LP3M UMY, hlm.
268

6
kekerasan sosial (social abuse) adalah kekerasan yang melibatkan eksploitasi anak dan

penelantaran anak. Kelima, kekerasan yang disebabkan oleh tradisi dan adat istiadat seperti

kawin paksa bagi anak perempuan yang masih di bawah umur, dan itu sering terjadi di

Indonesia.

2. Faktor Terjadinya Kekerasan Terhadap Anak

Penyebab terjadinya kekerasan pada anak antara lain karakteristik pribadi anak,

karakteristik pelaku kekerasan, lingkungan fisik dan budaya. Menurut Nugroho, faktor utama

dibalik kekerasan pada anak adalah orang tua yang sudah terbiasa dengan perlakuan

kekerasan sejak kecil, tidak mampu mengontrol emosinya, tidak mampu memahami aspek

perkembangan anaknya, akibat kurangnya dukungan sosial, cacat fisik, anak yang tidak

diinginkan, dan kelahiran anak yang hampir membunuh ibunya, dianggap sebagai anak yang

tidak membawa keberuntungan.15 Faktor lain dalam kekerasan terhadap anak adalah stres

keluarga. Stres keluarga dapat diakibatkan oleh anak, orang tua (suami atau istri), atau

keadaan tertentu. 16

3. Kebijakan Pencegahan Kekerasan terhadap Anak

Kebijakan yang berkaitan dengan pencegahan kekerasan terhadap anak diantaranya

adalah Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2014 tentang Perubahan Atas Undang-Undang

Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak, Pasal 1 Ayat (2) bahwa Perlindungan

Anak adalah segala kegiatan untuk menjamin dan melindungi anak dan hak-haknya agar

15
Rabiah Al Adawiah, 2015, “Upaya Pencegahan Kekerasan Terhadap Anak,” Jurnal Keamanan Nasional,
Vol. 1 No. 2, hlm. 283-286
16
https://daldukkbpppa.bulelengkab.go.id/informasi/detail/pengumuman/faktor-penyebab-terjadinya-
kekerasan-pada-anak-27 diakses pada 16 Juni 2022 Pukul 17.40

7
dapat hidup, tumbuh, berkembang, dan berpartisipasi secara optimal sesuai dengan harkat

dan martabat dan martabat kemanusiaan, serta mendapat perlindungan dari kekerasan dan

diskriminasi. 17

4. Upaya Dan Peran UNICEF Dalam Menangani Kekersan Anak Di Indonesia

UNICEF bekerja sama dengan pemerintah Indonesia untuk mengidentifikasi risiko yang

mengancam anak-anak, termasuk kekerasan, diskriminasi dan kelemahan di bidang-bidang

seperti kesejahteraan masyarakat dan peradilan anak. Fungsi UNICEF adalah untuk

menyediakan infrastruktur pendidikan di seluruh dunia, terus meningkatkan kehidupan anak-

anak di negara berkembang, mempromosikan kesetaraan gender melalui pelaksanaan

program pendidikan untuk anak perempuan, serta melindungi anak-anak dari kekerasan dan

pelecehan.18 Dalam hal ini, UNICEF berupaya memerangi kekerasan terhadap anak

Indonesia melalui empat fungsi yaitu fungsi informasi, fungsi normatif, fungsi rule creating,

dan fungsi role supervisory.

a. Fungsi Informasi UNICEF Menjadikan Media Sebagai Wadah Informasi

Media adalah alat untuk mencari atau mempublikasikan informasi. Dalam mencari

informasi, UNICEF menggunakan media sebagai wadah untuk memberikan informasi,

mengumpulkan dan menganalisis data, berbagi data, menyebarluaskan data, serta

menginformasikan dari sudut pandangnya atau pendapatnya. Pemahaman yang

17
Nandang Mulyana. Risna Resnawaty. Gigin Ginanjar Kamil Basar, 2018, “Penanganan Anak Korban
Kekerasan”, Jurnal Hasil-Hasil Penelitian, Vol. 13 No. 1, hlm. 83-84.
18
Ita Suryani, 2019 “Upaya Preventif UNICEF (United Nations Children's Fund) Dalam Pencegahan
Kejahatan Seksual Pada Anak (Studi kasus pada video animasi pendidikan anak “Kisah Si Geni”)”, Jurnal
Akrab Juara, Vol. 3 No. 4, hlm. 47.

8
komprehensif tentang kekerasan dan kejahatan terhadap anak memerlukan berbagai jenis

informasi, tidak hanya berdasarkan kebiasaan dan hal yang sama, tetapi juga pada informasi

latar belakang pribadi dan keluarga dan lingkungan sosial. Demikian pula isu kekerasan tidak

hanya dilihat dari seberapa banyak kejadiaan,t etapi dapat memberikan informasi tentang

penyebab atau akar penyebab kekerasan terhadap anak serta jumlah kejadiannya.

UNICEF melakukan survei tentang kekerasan terhadap anak di Indonesia. Hal ini

dipandang sebagai langkah penting dalam mengatasi masalah kekerasan terhadap anak,

terutama dengan menyediakan data dasar termasuk karakteristik dan latar belakang masalah

kekerasan terhadap anak. Pengelolaan ini didasarkan pada ketersediaan data dan informasi

yang akurat tentang kekerasan dan kejahatan terhadap anak. Informasi tentang kekerasan

terhadap anak dapat diperoleh dari catatan administrasi dan investigasi, catatan atau laporan

tentang praktik kekerasan terhadap anak. Kajian ini merupakan kerjasama lembaga nasional

dengan UNICEF yang melibatkan Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak,

Kesejahteraan Sosial, Perencanaan Pembangunan Nasional (BAPPENAS), Badan Pusat

Statistik, dan Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI).

b. Fungsi Normatif Memperkuat Pendekatan Berbasis Sistem Bagi Perlindungan

Terhadap Anak

UNICEF berusaha untuk melindungi anak-anak dari segala bentuk kekerasan, kejahatan

dan eksploitasi. UNICEF juga mengambil tindakan dalam bentuk pencegahan kejahatan,

bantuan langsung, penuntutan pidana, dan penelitian berbasis bukti. Indonesia telah

mengembangkan sistem kesejahteraan anak dan keluarga yang berfokus pada pencegahan

dan penanggulangan segala bentuk kekerasan terhadap anak.

9
Indonesia telah mengembangkan kerangka hak anak yang progresif. Pendekatan berbasis

sistem perlindungan anak merupakan pendekatan yang memfokuskan pada tanggung jawab

atau kewajiban negara yang bertanggung jawab terutama dalam memberikan pelayanan

pemenuhan hak dan perlindungan anak. Negara memiliki hak untuk mengakui dan

melindungi anak-anak sebagai pemilik hak dan mempromosikan tanggung jawab dan

akuntabilitas nasional untuk kesejahteraan mereka. Fokus pada pencegahan kekerasan pada

anak yang menyebabkan masalah, menjangkau semua anak, dan fokus pada keluarga dan

masyarakat.19

c. Fungsi Rule Creating UNICEF mendesak Pemerintah Indonesia untuk

melakukan Pembuatan Sistem Perlindungan Anak di Indonesia

Indonesia menyetujui Konvensi Hak Anak pada tanggal 25 Agustus 1990 dalam

Keputusan Presiden No. 36 Tahun 1990 yang berlaku sejak tanggal 5 Oktober 1990. Setelah

menyetujui Konvensi Hak Anak sebagai Negara Peserta, Indonesia akan melaksanakan

Konvensi Hak Anak melalui pendidikan hukum nasional dan berdampak hukum untuk

memastikan pelaksanaan Konvensi Hak Anak. Anak-anak Indonesia banyak mengalami

kekerasan dalam rumah tangga, kekerasan jalanan, kekerasan sekolah dan kekerasan teman

sebaya. Namun, dalam banyak kasus tetap tidak terselesaikan. Kekerasan terhadap anak

seringkali dianggap remeh karena masyarakat melihatnya sebagai sarana untuk

mendisiplinkan anak.

19
Yordan Gunawan, 2012, “Penegakan Hukum terhadap Pembajakan di Laut Melalui Yurisdiksi Mahkamah
Pidana Internasional”, Jurnal Media Hukum, Vol. 19 No. 1, hlm. 72-86.

10
Secara historis, di Indonesia kebijakan perlindungan anak tidak memiliki pendekatan

yang komprehensif untuk mencegah pelanggaran terhadap anak-anak. Untuk mengatasi hal

tersebut, UNICEF mendukung pembangunan kapasitas staf nasional tingkat menengah dari

mitra kementerian dengan cara memberikan pelatihan-pelatihan tentang pendekatan sistem

berbasis perlindungan anak, melaksanakan beberapa inisiatif pemetaan di tingkat provinsi

yang menghasilkan peraturan, serta anggaran yang ditujukan untuk perlindungan anak di

tingkat lokal. Saran teknis kebijakan dari UNICEF telah menghasilkan reformasi yang

sedang berlangsung untuk pengembangan sistem perlindungan terhadap anak di Indonesia.

d. Fungsi Role Supervisory UNICEF Untuk Melakukan Pemantauan Terhadap

Kasus Pelanggaran Hak Anak Melalui Dewan Perwakilan Rakyat

Dalam menjalankan fungsi organisasi internasional, yaitu fungsi pengawasan atau fungsi

pengawasan, organisasi internasional memantau, melaporkan dan mengambil tindakan untuk

menjamin berlakunya peraturan yang telah disepakati. Dalam hal ini, UNICEF harus dapat

memantau, melaporkan, dan menerbitkan pedoman tentang insiden kekerasan anak yang

terjadi di Indonesia. Di Indonesia terdapat pandangan tradisional tentang pola asuh yang

salah satunya didasari oleh kurangnya pengetahuan. Jadi memberikan arahan yang baik

adalah salah satu tugas UNICEF.

UNICEF bekerja sama dengan Pemerintah Indonesia dan program UNICEF dirancang

sesuai dengan kesepakatan dengan Pemerintah Indonesia. UNICEF menghadapi tantangan

dalam proses pemantauan dan prosedur untuk mengungkap pelanggaran hak anak di

Indonesia. UNICEF mengumpulkan data dan melakukan survei langsung di setiap negara

11
bagian. UNICEF membuat informasi tersedia untuk umum secara online, di media cetak,

atau melalui media elektronik sehingga orang dapat melaporkan ketika kekerasan terjadi.

UNICEF memantau melalui kegiatan pemerintah yang merupakan salah satu fungsi

utama DPR. Dewan Perwakilan Rakyat dan anggotanya berhak atas informasi yang

memungkinkan mereka untuk melihat dan menyelidiki kegiatan semua cabang pemerintahan.

Salah satu misi DPR dan anggotanya yang paling penting dan seringkali lebih teknis adalah

untuk memastikan bahwa norma hukum nasional memberikan perlindungan sebesar

mungkin terhadap kekerasan, pelecehan, dan eksploitasi anak. Hukum saja tidak cukup untuk

melindungi hak-hak anak.20

IV. PENUTUP

A. Kesimpulan

Kekerasan pada anak tidak hanya mencakup kekerasan fisik atau psikis (emosional),

tetapi juga kekerasan seksual, kekerasan sosial, dan kekerasan yang disebabkan oleh tradisi

serta adat istiadat. Menurut UNICEF, ada banyak jenis kekerasan yang dialami anak, antara

lain kekerasan fisik, kekerasan seksual, dan kekerasan psikologis/emosional. Faktor-faktor

yang terlibat dalam kekerasan pada anak antara lain karakteristik pribadi anak, karakteristik

pelaku kekerasan, lingkungan fisik dan budaya. Faktor lain dalam kekerasan terhadap anak

adalah stres keluarga. Semua anak Indonesia berhak atas perlindungan dari bahaya,

pelecehan dan eksploitasi. UNICEF bekerja sama dengan pemerintah Indonesia untuk

mengidentifikasi risiko yang mengancam anak-anak, seperti kekerasan dan diskriminasi, dan

20
Rizky Rosiana Fauziah, 2018, “Upaya UNICEF Dalam Menanggulangi Kekerasan Terhadap Anak Di
Indonesia Tahun 2011-2017,” Jurnal Ilmu Sosial Dan Politik. hlm 113-127.

12
kerentanan di bidang-bidang seperti peradilan anak dan kesejahteraan masyarakat. Dalam hal

ini, UNICEF dapat melakukan upaya penanggulangan kekerasan terhadap anak Indonesia

melalui empat fungsi dasarnya sebagai organisasi internasional yaitu fungsi informasi, fungsi

normatif, fungsi rule creating, dan fungsi role supervisory.

B. Saran

Dengan bekerja sama dengan UNICEF, maka sangat diharapkan kasus kekerasan,

penindasan, penganiayaan, serta pengeksploitasi terhadap anak dapat berkurang atau bahkan

menghilang. Selain itu, Indonesia juga bisa melakukan pencegahan tersendiri. Misalnya

dengan cara sosialisasi perlindungan di sekolah, di kampus, atau di masyarakat umum. Selain

itu, berani melapor kepada pihak yang berwenang jika ada kekerasan disekitar serta selalu

berupaya untuk melindungi anak-anak dari kasus-kasus yang membahayakan.

13
DAFTAR PUSTAKA

JURNAL

Rahmawan M, 2021, “Peran UNICEF Dalam Menangani Isu Kekerasan Terhadap Anak Di

Indonesia Selama Pandemi Covid-19”, Jurnal Ilmu Sosial Dan Politik, hlm, 1.

Mujdi. D. A., Cahayamarang. A. L., 2017, “Kontribusi UNICEF Terhadap Upaya

Menegakkan Perlindungan Anak Di Indonesia”, Jurnal Transborders, Vol. 1 No.1.

Oktadewi. N., 2018, “Peranan Unicef Dalam Menangani Child Trafficking Di Indonesia,”

Jurnal Islamic World and Politics, Vol. 2, No. 2.

Gani M., “Perlindungan Anak Dari Kekerasan”, Jurnal Ilmiah Kesejahteraan Sosial, Vol. 14

No. 26.

Renyut. C. I. A. P., 2016, “Peran UNICEF (United Nations International Children’s

Emergency Fund) Dalam Melindungi Anak-Anak Terhadap Kekerasan Yang

Dilakukan Oleh Kelompok Separatis Isis (Islamic State Of Iraq And Syria)”, Jurnal

Ilmu Hukum.

Herviryandha, Asep K. N., 2017, “Peran United Nations Children's Fund (UNICEF) Dalam

Menanggulangi Masalah Pernikahan Anak: Di Indonesia Periode 2014-2017”, Jurnal

Perspektif.

Oktaviani M. Aryani M. I., 2021, “Peran UNICEF Dalam Menangani Child Marriage Di

India Tahun 2014-2016”, Jurnal Ilmu Pengetahuan Sosial, Vol. 8 No. 2.

14
Rizal A. N., 2021, “Peran UNICEF Dalam Menangani Cyberbullying Anak Di Indonesia

Pada Tahun 2020”, Jurnal Ilmu Sosial Dan Politik.

Khairunnisa. Ardiyanti D., 2021, “Peran UNICEF Dalam Mengatasi Peningkatan Eksploitasi

Terhadap Anak Di Indonesia (2014-2019)”, Jurnal FISK, Vol. 2 No.1.

Muhammad Arafat, 2017, “Upaya UNICEF Dalam Memberikan Perlindungan Terhadap

Korban Anak Dalam Konflik Israel Palestina Pasca Ratifikasi Convention On The

Rights Of The Child (CRC)”, Jurnal Ilmu Sosial Dan Politik.

Gunawan Y, 2021, Hukum Internasional: Sebuah Pendekatan Modern, Yogyakarta: LP3M

UMY.

Rabiah Al Adawiah, 2015, “Upaya Pencegahan Kekerasan Terhadap Anak”, Jurnal

Keamanan Nasional, Vol. 1 No. 2.

Mulyana N., Resnawaty R., Basar G. G. H., 2018, “Penanganan Anak Korban Kekerasan”,

Jurnal Hasil-Hasil Penelitian, Vol. 13 No. 1.

Suryani I., 2019, “Upaya Preventif UNICEF (United Nations Children's Fund) Dalam

Pencegahan Kejahatan Seksual Pada Anak (Studi Kasus Pada Video Animasi

Pendidikan Anak “Kisah Si Geni”)”, Jurnal Akrab Juara, Vol. 4 No.3.

Gunawan Y, 2012, “Penegakan Hukum terhadap Pembajakan di Laut Melalui Yurisdiksi

Mahkamah Pidana Internasional”, Jurnal Media Hukum, Vol. 19 No. 1, hlm. 72-86.

Fauziah R. R., 2018, “Upaya UNICEF Dalam Menanggulangi Kekerasan Terhadap Anak Di

Indonesia Tahun 2011-2017”, Jurnal Sosial Dan Politik.

15
INTERNET

Reqnews, “Sejarah Terbentuknya Unicef, Organisasi Pemberi Bantuan Hingga Dukungan

Bagi Anak Di Daerah Perang,” https://www.reqnews.com/profil/43701/sejarah-

terbentuknya-unicef-organisasi-pemberi-bantuan-hingga-dukungan-bagi-anak-di-

daerah-perang di akses pada 13 Juni 2022

Republika.co.id, “Sejarah Hari Ini: Badan PBB UNICEF Didirikan,”

https://www.republika.co.id/berita/pjjnei377/sejarah-hari-ini-badan-pbb-unicef-

didirikan di akses pada 13 Juni 2022

Ardito Ramadha, “Laporan Kasus Kekerasan terhadap Anak dan Perempuan Meningkat 3

Tahun Terakhir,” https://nasional.kompas.com/read/2022/01/20/12435801/laporan-

kasus-kekerasan-terhadap-anak-dan-perempuan-meningkat-3-

tahun#:~:text=Angka%20laporan%20kasus%20kekerasan%20terhadap,pada%20202

0%2C%20dan%20menjadi%2015.972. Diakses pada 15 Juni 2022

https://daldukkbpppa.bulelengkab.go.id/informasi/detail/pengumuman/faktor-penyebab-

terjadinya-kekerasan-pada-anak-27 diakses pada 16 Juni 2022

Tempo.co, “LPSK: Laporan Kasus Kekerasan Anak Meningkat 91 Persen,”

https://nasional.tempo.co/read/1554120/lpsk-laporan-kasus-kekerasan-anak-

meningkat-91-persen, Diakses pada 18 Juni 2022

16

View publication stats

Anda mungkin juga menyukai