Disusun Oleh :
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Masih ada di antara sekitar 83 juta anak di Indonesia, terdapat anak-anak yang
terabaikan atau terlupakan atau tereksklusi dari program kesejahteraan dan
perlindungan anak oleh pemerintah. Pasal 59 ayat 1-2 Undang-Undang RI No. 35
tahun 2014 tentang Perubahan atas Undang-Undang No. 23 tahun 2002 tentang
Perlindungan Anak menyebutkan 15 kelompok anak yang memerlukan perlindungan
khusus. Mereka ini pada dasarnya merupakan kelompok anak tereksklusi. Kelompok
anak yang dimaksud adalah:
Para pemangku kebijakan, pakar dan pemerhati yang akan hadir menyumbangkan
pemikiran dan tulisan terkait anak-anak terekslusi ini antara lain berasal dari :
- Kementrian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak
- Badan Perencanaan Pembangunan Nasional/Bappenas terkait SDG atau
Tujuan Pembangunan Berkelanjutan
- Badan Pusat Statistik
- UNICEF Indonesia
- Pusat Kajian Perlindungan Anak
- Yayasan Sayangi Tunas Cilik, mitra dari Save the Children.
Advokasi Sosial
Upaya memberikan pendampingan, perlindungan dan pembelaan terhadap seseorang,
keluarga, kelompok dan/atau masyarakat yang dilanggar haknya. (UU No.11 tahun
2009 tentang Kesejahteraan Sosial)
2. Tujuan sistem tersebut adalah untuk mencapai tingkat kehidupan yang sejahtera
dalam arti singkat kebutuhan pokok seperti sandang, pangan, papan dan kesehatan,
dan juga relasi – relasi sosial dengan lingkungannya.
Hak anak adalah bagian dari hak asasi manusia yang wajib dimajukan,
dilindungi, dipenuhi, dan dijamin oleh orang tua, keluarga, masyarakat, pemerintah,
dan negara.
Identitas Anak :
Deskripsi masalah :
Pada tahun 2017 silam, klien AX yang masih berumur 16 tahun telah
mengawali hidupnya menjadi pengguna narkoba karena rasa penasarannya.
Awalnya AX merupakan anak yang di drop out oleh salah satu sekolah di
Malang yang dibilang cukup disiplin yaitu di SMKN PGRI 3 Malang Tlogomas.
AX dikeluarkan karena ia sering bolos sekolah dan tidak mentaati peraturan yang
dibuat sekolah seperti tidak rapi dalam berpakaian, sering telat dan lain
sebagainya. AX dikeluarkan pada semester dua di kelas 10 yang merupakan
masih awal masuk tahun ajaran baru. Setelah bergelut dengan masalah yang ada
di sekolahnya dan sudah tidak ada kesempatan kedua, maka AX pun akhirnya
putus sekolah dan menjadi pengangguran. Karena rasa ingin sekolahnya sudah
berkurang, maka AX memutuskan untuk bekerja daripada hanya menganggur di
rumah. Saat itu, papa AX masih dalam tahanan sebagai napi. Pekerjaan apapun
pernah AX lakukan seperti menjadi ojek online hingga tukang parkir. Di saat
menjadi tukang parkir inilah AX mulai mengenal narkoba.
Lingkungannya disana ternyata banyak yang mengonsumsi obat-obatan
terlarang. Saat itu, AX tidak di tawari ataupun diajak untuk mencoba. Semua
berasal dari diri AX sendiri yang begitu penasarannya dengan obat-obatan
tersebut. AX membelinya lalu mencoba sedikit demi sedikit. AX yang awalnya
mengonsumsi sedikit menjadi banyak setiap harinya. Kecanduan mulai
dirasakannya jika lama tidak mengonsumsi. AX mengatakan rasanya saat
pertama kali mencoba tidak ada yang enak tapi keesokan harinya ia mencoba lagi
dengan menambah jumlah yang dikonsumsi menjadi lebih banyak. Hal itu
dilakukannya setiap hari saat masih mempunyai stok. Terdapat beberapa macam
obat terlarang yang sudah dia konsumsi selama menjadi pecandu. AX juga kerap
berpesta narkoba dengan teman-temannya. Semakin AX lama mengonsumsi
narkoba semakin pintar dia dalam menyembunyikannya agar tidak ketahuan.
Setelah merasa mempunyai banyak pengalaman dalam mengonsumsi
narkoba maka AX mencoba untuk mulai mengedarkannya. AX bertemu dengan
temannya dari luar kota untuk memulai bisnis dan transaksi narkoba setiap stok
datang. AX menjualnya dengan berkomunikasi dengan pelanggan dan
memberikannya secara sembunyi-sembunyi. Banyak teknik yang dilakukan antar
penjual dan pembelinya dengan menyesuaikan keadaan yang ada. Bisnis
dijalankan dengan lancar dan AX terus mendapat kiriman uang hingga AX jarang
tidak mempunyai uang setiap harinya. Jadi, AX hanya bersantai dengan
menikmati kiriman uang yang terus berdatangan di rekeningnya. Klien merasa
puas dan terus menjalani bisnis tersebut sampai dua tahun lamanya.
Di awal tahun 2019, AX akhirnya ditagkap oleh petugas kepolisian saat ia
hendak melakukan transaksi dengan pelanggan. Awalnya AX dan pelanggan
ingin bertemu di gang dekat rumahnya tapi AX menyarankan untuk mengambil
uangnya terlebih dahulu lalu baru memberikan barangnya dengan bertemu di
indomart dekat gang tersebut. Setelah AX mengambil uang dari pelanggan dan
sudah melakukan pertemuan maka langkah selanjutnya pergi ke indomart. AX
pergi ke indomart terlebih dahulu dengan membeli rokok tapi alasan sebenarnya
ia ingin mengecek keadaan apakah sudah aman atau belum saat melakukan
transaksi nanti. Saat AX keluar dari indomart, tiba-tiba polisi langsung
menyerbunya dan melakukan borgol pada kedua tangannya lalu AX dimasukkan
ke dalam mobil polisi. AX di bawa ke Polsek Batu untuk diintrogasi lebih lanjut
dan di tahan semalam di sana. Polisi segera menelpon pihak keluarga dari AX
tapi papa AX membiarkan AX dalam polsek untuk di tahan semalam agar
membuat efek jera pada anaknya. Lalu keesokan harinya keluarga baru
mengunjungi AX, polisi mengharuskan anak wajib lapor setiap hari senin dan
kamis ditemani papa AX sampai mendapat kepastian waktu sidang terhadap
kasus ini agar cepat ditindaklanjuti.
2. Perumusan Masalah
1. Sudah adanya rasa ingin berubah dalam diri AX tetapi sangat sulit karena
diri AX yang terlanjur kecanduan menjadikannya susah untuk berhenti
mengonsumsi.
2. Adanya kesedihan bagi orang-orang terdekat AX karena melihat masa
depan AX yang masih panjang harus terhenti karena kesalahan yang ia buat
sendiri.
3. Adanya lingkungan sekitar yang masih mengonsumsi dan saling transaksi
barang akan berpotensi menimbulkan AX berbuat kesalahan yang sama
lagi.
3. Tujuan Advokasi
Advokasi membantu melancarkan masalah anak AX dengan baik dan sesuai
peraturan yang sudah ada. Maka dari itu dibutuhkan suatu pendampingan
khusus dari pekerja sosial terhadap anak yang bermasalah tersebut.
PENUTUP
A. Kesimpulan
Yayasan Sayangi Tunas Cilik menjadi mitra pelaksana utama Save the Children
untuk mengupayakan pemenuhan hak-hak anak Indonesia. Dalam melaksanakan
program yang ada di YSTC tidaklah mudah, perlu ada ketelatenan/ keterampilan serta
pengetahuan agar bisa menghadapinya. Peran lembaga untuk penyediaan pelayanan
terhadap kasus anak yang bermasalah sudah melakukan secara optimal dengan
memenuhi kebutuhan anak yang belum terpenuhi. Yayasan Sayangi Tunas Cilik
mitra dari Save the Children menyelamatkan kehidupan anak-anak. Dengan bantuan
dari dari seluruh dunia, Indonesia melakukan perubahan bagi kehidupan 3,6 juta anak
dan orang dewasa melalui berbagai program. Dipandu oleh visi lembaga untuk
melindungi hak anak-anak mendapatkan rasa gembira, aman dan sehat di masa depan,
maka YSTC membantu mereka melalui tiga inisiatif program yaitu survive(kesehatan
dan gizi), learn(pendidikan) dan be protected(perlindungan anak).