Anda di halaman 1dari 11

YAYASAN SAYANGI TUNAS CILIK MALANG

Disusun untuk memenuhi tugas Ujian Semester mata kuliah

Gerakan Sosial Dan Advokasi Sosial

Dosen Pengampu : Luthfi J. Kurniawan, S.Sos

Disusun Oleh :

Lolita Maidina 201610030311018


Dinda Rifa L. D. 201610030311069

FAKULTAS ILMU SOSIAL ILMU POLITIK


ILMU KESEJAHTERAAN SOSIAL
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
2019
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Yayasan Sayangi Tunas Cilik adalah organisasi yang bergerak di bidang


perlindungan anak yang sering disebut dengan Perlindungan Anak. Perlindungan
Anak yang di maksud di sini adalah segala kegiatan untuk menjamin dan
melindungi anak dan hak-haknya agar dapat hidup, tumbuh, berkembang, dan
berpartisipasi secara optimal sesuai dengan harkat dan martabat kemanusiaan,
serta mendapat perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi. (UU PA). dan
membantu mengembangkan potensi mereka. menciptakan sebuah dunia di mana
setiap anak mendapatkan pemenuhan hak atas kelangsungan hidup, perlindungan,
pengembangan dan partisipasi.
Yayasan Sayangi Tunas Cilik bersama Save the Children memiliki 3 inisiatif
global yaitu memastikan setiap anak dapat bertahan hidup (SURVIVE)
mendapatkan pendidikan (LEARN) dan perlindungan (BE PROTECTED).
Yayasan Sayangi Tunas Cilik mitra dari Save the Children menyelamatkan
kehidupan anak-anak.
Survive kesehatan dan gizi membantu meningkatkan kesehatan anak-anak dan
keluarga mereka untuk mendapatkan nutrisi yang mereka butuhkan untuk tumbuh
sehat dan kuat,dan juga agar mereka memiliki akses ke sarana fasilitas kesehatan.
Anak-anak tidak boleh meninggal dunia sebelum umur lima tahun, hanya karena
penyakit yang sebetulnya bisa kita cegah.
Learn perndidikan sasaran program pendidikan save the children Indonesia
adalah untuk meningkatkan akses terhadap Pendidikan dan Pengasuhan Anak
Usia Dini terpadu holistic integrative dan kami juga berupaya untuk meningkat
akses bagi anak-anak yang miskin dan rentan, dan terutama anak penyandang
disabilitas agar mendapatkan pendidikan dasar inklusi yang bermutu dan
menunjukan hasil belajar yang relevan.
Be Protected Perlindungan Anak Sasaran Program Pelindungan Anak kami
adalah semua anak, termasuk anak di penampungan sementara maupun dalam
keadaan darurat, mendapatkan pengasuhan yang baik dari orangtua maupun
lembaga alternatif berbasis masyarakat Anak terlindungi dari hukuman fisik dan
hukuman yang menghinakan baik dirumah maupun di sekolah anak-anak
terlindungi dari pekerjaan yang membahayakan semua anak terlindungi melalui
sistem perlindungan anak yang kuat yang menggabungkan unsur formal dan
nonformal.
Masalah yang di hadapi oleh lembaga saat ini yaitu kekurangan nya pegawai
karena tidak tetap memaksimalkan 3 tahun dan memiliki kantor yang kecil.
BAB II

Masih ada di antara sekitar 83 juta anak di Indonesia, terdapat anak-anak yang
terabaikan atau terlupakan atau tereksklusi dari program kesejahteraan dan
perlindungan anak oleh pemerintah. Pasal 59 ayat 1-2 Undang-Undang RI No. 35
tahun 2014 tentang Perubahan atas Undang-Undang No. 23 tahun 2002 tentang
Perlindungan Anak menyebutkan 15 kelompok anak yang memerlukan perlindungan
khusus. Mereka ini pada dasarnya merupakan kelompok anak tereksklusi. Kelompok
anak yang dimaksud adalah:

- Anak dalam situasi darurat


- Anak yang berhadapan dengan hukum
- Anak dari kelompok minoritas dan terisolasi
- Anak yang dieksploitasi secara ekonomi dan/atau seksual
- Anak yang menjadi korban penyalahgunaan narkotika, alkohol, psikotropika, dan
zat adiktif
lainnya
- Anak yang menjadi korban pornografi
- Anak dengan HIV/AIDS
- Anak korban penculikan, penjualan, dan/atau perdagangan
- Anak korban Kekerasan fisik dan/atau psikis
- Anak korban kejahatan seksual
- Anak korban jaringan terorisme
- Anak Penyandang Disabilitas
- Anak korban perlakuan salah dan penelantaran
- Anak dengan perilaku sosial menyimpang
- Anak yang menjadi korban stigmatisasi dari pelabelan terkait dengan kondisi Orang
Tuanya.

Secara umum dapat kita pahami bahwa penyebab anak-anak tereksklusi di


Indonesia adalah karena ketimpangan ekonomi dan geografis serta pengucilan sosial
(social exclusion). Data terpilah terkait status ekonomi dan geografinya yang jelas
belum ada. Save the Children melalui mitranya di Indonesia (Yayasan Sayangi Tunas
Cilik disingkat YSTC) akan melakukan pemetaan anak-anak tereksklusi (excluded
children) di Indonesia melalui pengembangan alat diagnostik (diagnostic toolkit)
berupa dokumen pedoman yang mudah digunakan oleh siapa saja termasuk para
pemangku kepentingan dan pemerhati anak serta anak-anak tereksklusi dan dapat
membantu dalam advokasi untuk mengurangi penderitaan anak-anak yang termasuk
dalam kelompok anak-anak terabaikan di Indonesia. Pengumpulan data terkait anak-
anak yang tergolong tereksklusi serta seluk beluk informasi terkait mereka di
Indonesia merupakan suatu keharusan.
Mengingat pentingnya data dan informasi mengenai anak-anak tereksklusi di
Indonesia, maka diperlukan upaya bersama antara semua pemangku kebijakan dan
pemerhati di bidang anak di Indonesia termasuk pemerintah, cendekiawan, lembaga-
lembaga atau organisasi sosial dan kemanusiaan serta masyarakat dan anak-anak.
Dengan mempertimbangkan berbagai hal di atas maka Yayasan Sayangit
Tunas Cilik sebagai mitra Save the Children di Indonesia merasa penting
memfasilitasi diskusi antar pemangku kebijakan dan pemerhati yang fokus pada
upaya peningkatan kesejahteraan anak-anak tereksklusi di Indonesia. Menurut
Direktur Yayasan Sayangi Tunas Cilik, Selina Patta Sumbung, kegiatan ini
merupakan salah satu rangkaian acara Kampanye Global Every Last Child dari Save
the Children yang di Indonesia diluncurkan serentak pada bulan April 2016 dengan
judul ‘Berpihak pada Anak.

Para pemangku kebijakan, pakar dan pemerhati yang akan hadir menyumbangkan
pemikiran dan tulisan terkait anak-anak terekslusi ini antara lain berasal dari :
- Kementrian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak
- Badan Perencanaan Pembangunan Nasional/Bappenas terkait SDG atau
Tujuan Pembangunan Berkelanjutan
- Badan Pusat Statistik
- UNICEF Indonesia
- Pusat Kajian Perlindungan Anak
- Yayasan Sayangi Tunas Cilik, mitra dari Save the Children.
Advokasi Sosial
Upaya memberikan pendampingan, perlindungan dan pembelaan terhadap seseorang,
keluarga, kelompok dan/atau masyarakat yang dilanggar haknya. (UU No.11 tahun
2009 tentang Kesejahteraan Sosial)

Advokasi merupakan suatu usaha yang sistematis dan terorganisir untuk


mempengaruhi dan mendesakkan terjadinya perubahan kebijakan yang berpihak
kemasyarakat secara bertahap maju. Oleh karena itu advokasi lebih merupakan usaha
perubahan sosial melalui semua saluran dan alat demokrasi, proses-proses politik dan
legislasi yang terdapat dalam sistem demokrasi yang berlaku di suatu negara.
Advokasi merupakan kegiatan yang meletakkan korban kebijakan sebagai subjek
utama, sehingga kepentingan rakyat harus menjadi agenda pokok dan penentu arah
dari kegiatan. Hal-hal inilah yang mendasari lahirnya advokasi keadilan sosial yang
kegiatan utamanya adalah memperjuangkan terciptanya keadilan sosial melalui
perubahan-perubahan 64 Jurnal Al-Bayan / VOL. 21, NO. 30, JULI - DESEMBER
2014 kebijakan publik (LBH Bandung, 2007).

Pelayanan sosial adalah suatu aktivitas yang bertujuan untuk memperbaiki


hubungan dengan lingkungan sosialnya. Pelayanan sosial disebut juga sebagai
pelayanan kesejahteraan sosial. Menurut Walter Friedlander, kesejahteraan sosial
adalah sistem yang terorganisir dari usaha–usaha sosial dan lembaga–lembaga sosial
yang ditujukan untuk membantu individu maupun kelompok dalam mencapai relasi
perseorangan dan sosial yang dapat memungkinkan mereka mengembangkan
kemampuan secara penuh, serta mempertinggi kesejahteraan selaras dengan
kebutuhan–kebutuhan keluarga dan masyarakat (Wibhawa dkk, 2010 : 24).
1. Konsep kesejahteraan sosial sebagai suatu sistem atau “organized system” yang
berintikan lembaga – lembaga dan pelayanan sosial.

2. Tujuan sistem tersebut adalah untuk mencapai tingkat kehidupan yang sejahtera
dalam arti singkat kebutuhan pokok seperti sandang, pangan, papan dan kesehatan,
dan juga relasi – relasi sosial dengan lingkungannya.

3. Tujuan tersebut dapat dicapai dengan cara meningkatkan “kemampuan individu”


baik dalam memecahkan masalahnya maupun dalam memenuhi kebutuhannya.

Perlindungan anak adalah segala kegiatan untuk menjamin dan melindungi


anak dan pemenuhan hak-haknya agar dapat hidup, tumbuh, berkembang, dan
berpartisipasi secara optimal sesuai dengan harkat dan martabat kemanusiaan, serta
mendapat perlindungan dari tindak kekerasan dan diskriminasi.

Hak anak adalah bagian dari hak asasi manusia yang wajib dimajukan,
dilindungi, dipenuhi, dan dijamin oleh orang tua, keluarga, masyarakat, pemerintah,
dan negara.

Jaminan sosial adalah salah satu bentuk perlindungan sosial yang


diselenggarakan oleh negara guna menjamin warganegaranya untuk memenuhi
kebutuhan hidup dasar yang layak, sebagaimana dalam deklarasi PBB tentang HAM
tahun 1948 dan konvensi ILO No.102 tahun 1952. Utamanya adalah sebuah bidang
dari kesejahteraan sosial yang memperhatikan perlindungan sosial, atau perlindungan
terhadap kondisi yang diketahui sosial, termasuk kemiskinan, usia lanjut,
kecacatan, pengangguran, keluarga dan anak-anak, dan lain-lain.
BAB III

A. Laporan Rencana Kerja Advokasi


1. Konteks Masalah

Tema : Pendampingan terhadap anak pengguna dan pengedar narkoba

Identitas Anak :

1. Nama (Inisial) : Alexander Herland Putra Paska (AX)


2. Jenis Kelamin : Laki-laki
3. Tempat/Tgl. Lahir : Batu/05 April 2001
4. Pendidikan : Sekolah Menengah Pertama (SMP)
5. Agama : Katholik
6. Anak ke/ dari :2/3
7. Bahasa yang digunakan : Jawa, Indonesia
8. Alamat : Jl. Brantas RT 01/RW 01 Kel. Ngaglek Kec.
Batu Kota Batu 65311 Prov. Jawa Timur
9. Status Pernikahan : Belum Menikah

Deskripsi masalah :

Pada tahun 2017 silam, klien AX yang masih berumur 16 tahun telah
mengawali hidupnya menjadi pengguna narkoba karena rasa penasarannya.
Awalnya AX merupakan anak yang di drop out oleh salah satu sekolah di
Malang yang dibilang cukup disiplin yaitu di SMKN PGRI 3 Malang Tlogomas.
AX dikeluarkan karena ia sering bolos sekolah dan tidak mentaati peraturan yang
dibuat sekolah seperti tidak rapi dalam berpakaian, sering telat dan lain
sebagainya. AX dikeluarkan pada semester dua di kelas 10 yang merupakan
masih awal masuk tahun ajaran baru. Setelah bergelut dengan masalah yang ada
di sekolahnya dan sudah tidak ada kesempatan kedua, maka AX pun akhirnya
putus sekolah dan menjadi pengangguran. Karena rasa ingin sekolahnya sudah
berkurang, maka AX memutuskan untuk bekerja daripada hanya menganggur di
rumah. Saat itu, papa AX masih dalam tahanan sebagai napi. Pekerjaan apapun
pernah AX lakukan seperti menjadi ojek online hingga tukang parkir. Di saat
menjadi tukang parkir inilah AX mulai mengenal narkoba.
Lingkungannya disana ternyata banyak yang mengonsumsi obat-obatan
terlarang. Saat itu, AX tidak di tawari ataupun diajak untuk mencoba. Semua
berasal dari diri AX sendiri yang begitu penasarannya dengan obat-obatan
tersebut. AX membelinya lalu mencoba sedikit demi sedikit. AX yang awalnya
mengonsumsi sedikit menjadi banyak setiap harinya. Kecanduan mulai
dirasakannya jika lama tidak mengonsumsi. AX mengatakan rasanya saat
pertama kali mencoba tidak ada yang enak tapi keesokan harinya ia mencoba lagi
dengan menambah jumlah yang dikonsumsi menjadi lebih banyak. Hal itu
dilakukannya setiap hari saat masih mempunyai stok. Terdapat beberapa macam
obat terlarang yang sudah dia konsumsi selama menjadi pecandu. AX juga kerap
berpesta narkoba dengan teman-temannya. Semakin AX lama mengonsumsi
narkoba semakin pintar dia dalam menyembunyikannya agar tidak ketahuan.
Setelah merasa mempunyai banyak pengalaman dalam mengonsumsi
narkoba maka AX mencoba untuk mulai mengedarkannya. AX bertemu dengan
temannya dari luar kota untuk memulai bisnis dan transaksi narkoba setiap stok
datang. AX menjualnya dengan berkomunikasi dengan pelanggan dan
memberikannya secara sembunyi-sembunyi. Banyak teknik yang dilakukan antar
penjual dan pembelinya dengan menyesuaikan keadaan yang ada. Bisnis
dijalankan dengan lancar dan AX terus mendapat kiriman uang hingga AX jarang
tidak mempunyai uang setiap harinya. Jadi, AX hanya bersantai dengan
menikmati kiriman uang yang terus berdatangan di rekeningnya. Klien merasa
puas dan terus menjalani bisnis tersebut sampai dua tahun lamanya.
Di awal tahun 2019, AX akhirnya ditagkap oleh petugas kepolisian saat ia
hendak melakukan transaksi dengan pelanggan. Awalnya AX dan pelanggan
ingin bertemu di gang dekat rumahnya tapi AX menyarankan untuk mengambil
uangnya terlebih dahulu lalu baru memberikan barangnya dengan bertemu di
indomart dekat gang tersebut. Setelah AX mengambil uang dari pelanggan dan
sudah melakukan pertemuan maka langkah selanjutnya pergi ke indomart. AX
pergi ke indomart terlebih dahulu dengan membeli rokok tapi alasan sebenarnya
ia ingin mengecek keadaan apakah sudah aman atau belum saat melakukan
transaksi nanti. Saat AX keluar dari indomart, tiba-tiba polisi langsung
menyerbunya dan melakukan borgol pada kedua tangannya lalu AX dimasukkan
ke dalam mobil polisi. AX di bawa ke Polsek Batu untuk diintrogasi lebih lanjut
dan di tahan semalam di sana. Polisi segera menelpon pihak keluarga dari AX
tapi papa AX membiarkan AX dalam polsek untuk di tahan semalam agar
membuat efek jera pada anaknya. Lalu keesokan harinya keluarga baru
mengunjungi AX, polisi mengharuskan anak wajib lapor setiap hari senin dan
kamis ditemani papa AX sampai mendapat kepastian waktu sidang terhadap
kasus ini agar cepat ditindaklanjuti.

Sebab-sebab Terjadinya masalah/kasus :


Berdasarkan hasil asesmen, terdapat beberapa sebab yang melatarbelakangi AX
terlibat dalam kasus ini. Beberapa sebab tersebut adalah:
a. Adanya rasa penasaran yang mendalam tentang mempelajari lebih jauh jenis
narkoba dengan cara mengonsumsinya lalu mengedarkannya.
b. Dikeluarkan dari sekolah sebab tidak mentaati tata tertib sekolah yang
mengharuskan AX untuk bekerja
c. Mendapatkan uang dengan cara cepat dan tidak merepotkan.
d. Lingkungan yang tidak baik secara langsung mempengaruhi AX untuk
melakukan sesuatu yang tidak baik pula.
e. Kurangnya kontrol keluarga secara intensif terhadap AX sampai keluarga
tidak menyadari ia sedang terjerat narkoba.

2. Perumusan Masalah
1. Sudah adanya rasa ingin berubah dalam diri AX tetapi sangat sulit karena
diri AX yang terlanjur kecanduan menjadikannya susah untuk berhenti
mengonsumsi.
2. Adanya kesedihan bagi orang-orang terdekat AX karena melihat masa
depan AX yang masih panjang harus terhenti karena kesalahan yang ia buat
sendiri.
3. Adanya lingkungan sekitar yang masih mengonsumsi dan saling transaksi
barang akan berpotensi menimbulkan AX berbuat kesalahan yang sama
lagi.

3. Tujuan Advokasi
Advokasi membantu melancarkan masalah anak AX dengan baik dan sesuai
peraturan yang sudah ada. Maka dari itu dibutuhkan suatu pendampingan
khusus dari pekerja sosial terhadap anak yang bermasalah tersebut.

4. Capaian yang ingin di capai


 AX segera melakukan sidang awal, pidana, dan putusan dengan cepat
 AX mendapatkan putusan hukuman yang ringan maksimal 6 bulan
 Keluarga tetap memberi dukungan kepada AX dalam keadaan apapun.
BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan

Yayasan Sayangi Tunas Cilik menjadi mitra pelaksana utama Save the Children
untuk mengupayakan pemenuhan hak-hak anak Indonesia. Dalam melaksanakan
program yang ada di YSTC tidaklah mudah, perlu ada ketelatenan/ keterampilan serta
pengetahuan agar bisa menghadapinya. Peran lembaga untuk penyediaan pelayanan
terhadap kasus anak yang bermasalah sudah melakukan secara optimal dengan
memenuhi kebutuhan anak yang belum terpenuhi. Yayasan Sayangi Tunas Cilik
mitra dari Save the Children menyelamatkan kehidupan anak-anak. Dengan bantuan
dari dari seluruh dunia, Indonesia melakukan perubahan bagi kehidupan 3,6 juta anak
dan orang dewasa melalui berbagai program. Dipandu oleh visi lembaga untuk
melindungi hak anak-anak mendapatkan rasa gembira, aman dan sehat di masa depan,
maka YSTC membantu mereka melalui tiga inisiatif program yaitu survive(kesehatan
dan gizi), learn(pendidikan) dan be protected(perlindungan anak).

Sistem advokasi di YSTC dilakukan dengan berbagai pelatihan dan dengan


sejumlah aplikasi yang modern di gunakan dalam melancarkan program lembaga. Hal
ini mempermudah lembaga dalam mengumpulkan data sample untuk di jadikan hasil
survey dan disetorkan kepada pusat yang ada di Jakarta. Kelemahannya dari lembaga
ini adalah lemmbaga tidak akan berjalan lama maksimal hanya 3 tahun lalu berpindah
lagi ke kota yang lain. Saat ini lembaga sudah berada di Malang sekitar 1,5 tahun dan
sudah banyak melakukan perubahan lewat program-program yang mereka buat
seperti Families first.

Anda mungkin juga menyukai