Anda di halaman 1dari 13

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Indonesia merupakan negara yang memiliki hasrat dan martabat

yang tinggi dalam mewujudkan kesejahteraan rakyat yang merata disemua

lapisan masyarakat. Oleh karena itu, pemerintah sebagai pemimpin negara

mempunyai tugas utama untuk memajukan kesejahteraan rakyat dan wajib

menjamin agar setiap warganya mencapai kesejahteraan dengan dasar atau

taraf hidup minimum yang layak bagi kemanusiaan.

Kesejahteraan masyarakat menjadi pusat perhatian pada beberapa

tahun terakhir ini dan yang paling meningkat yaitu pusat perhatian terhadap

kesejahteraan anak. Perhatian terhadap kesejahteraan anak merupakan hal

utama karena keberadaan anak merupakan sesuatu yang sangat berarti.

Dimana anak adalah pribadi yang memiliki peranan strategis dalam

mengemban tanggung jawab masa depan bangsa. Di sisi lain, anak adalah

generasi penerus umat. Seorang anak merupakan amanah yang harus dijaga

dan tidak bisa ditinggalkan ataupun diterlantarkan.

Pemerintah sebagai pemimpin juga bertanggungjawab menjamin

kehidupan anak sebagaimana Arif Gosita mengatakan anak wajib dilindungi

agar mereka tidak menjadi korban tindakan siapa saja (individu atau

kelompok, organisasi swasta maupun pemerintah).4 Perlindungan anak ini

juga sangat dibutuhkan oleh anak terlantar dengan kondisinya yang sangat

memprihatinkan dilihat dari sisi kesejahteraan sosialnya.

1
Perlindungan untuk anak terlantar dijelaskan dalam UUD 1945

Pasal 34 ayat (1) bahwa “Fakir miskin dan anak terlantar dipelihara oleh

negara”. Artinya pemerintah mempunyai tanggung jawab terhadap

pemeliharaan dan pembinaan anak terlantar. Dan UU No. 23 Tahun 2002

pasal 23 ayat (1) bahwa “Negara dan pemerintah menjamin perlindungan,

pemeliharaan, dan kesejahteraan anak dengan memperhatikan hak dan

kewajiban orang tua, wali, atau orang lain yang secara hukum bertanggung

jawab terhadap anak”.

Perlindungan anak mempunyai maksud sebagai suatu usaha yang

mengadakan kondisi dimana setiap anak dapat melaksanakan hak dan

kewajibannya. Adapun perlindungan anak merupakan suatu usaha untuk

mewujudkan keadilan dalam suatu masyarakat, dengan demikian maka

perlindungan anak harus diusahakan dalam berbagai bidang kehidupan

bernegara dan bermasyarakat. Perlindungan anak bertujuan untuk menjamin

terpenuhinya hak-hak anak agar dapat hidup, tumbuh, berkembang dan

berpartisipasi secara optimal sesuai dengan harkat dan martabat kemanusiaan,

serta mendapat perlindungan dari kekerasan, diskriminasi, perlakuan salah,

eksploitasi, dan penelantaran secara sistematis, terintegrasi dan

berkesinambungan.

Termasuk di dalam system perlindungan anak yang akan kami

bahas adalah Panti Bayi Sehat Muhammadiyah yang terletak di Jl.

Purnawarman No.25, Tamansari, Bandung Wetan, Kota Bandung, Jawa Barat.

2
B. RUMUSAN MASALAH

Kami telah menyusun beberapa masalah yang akan dibahas dalam

makalah ini sebagai batasan dalam pembahasan. Beberapa rumusan masalah

tersebut antara lain:

1. Apa definisi PKSA?

2. Bagaimana mekanisme PKSA?

3. Bagaimana sasaran PKSA?

4. Apa saja syarat dan ketentuan PKSA?

5. Apa saja hambatan PKSA di lapangan khususnya di Panti Bayi Sehat

Muhammadiyah Bandung?

C. TUJUAN PEMBAHASAN

Berdasarkan rumusan masalah di atas maka tujuan dalam penulisan

makalah ini sebagai berikut;

1. Untuk mengetahui definisi PKSA

2. Untuk mengetahui mekanisme PKSA

3. Untuk mengetahui sasaran PKSA

4. Untuk mengetahui syarat dan ketentuan PKSA

5. Untuk mengetahui hambatan PKSA di lapangan khususnya di Panti Bayi

Sehat Muhammadiyah Bandung

3
BAB II

PEMBAHASAN

A. DEFINISI

Anak adalah seseorang yang belum berusia 18 (delapan belas)

tahun, termasuk anak yang masih dalam kandungan.

Menurut Permensos no. 8 tahun 2012, Anak terlantar adalah

seorang anak berusia 6 (enam) tahun sampai dengan 18 (delapan belas) tahun,

meliputi anak yang mengalami perlakuan salah dan ditelantarkan oleh orang

tua/keluarga atau anak kehilangan hak asuh dari orang tua/keluarga.

Kriteria :

1. berasal dari keluarga fakir miskin;

2. anak yang dilalaikan oleh orang tuanya;dan

3. anak yang tidak terpenuhi kebutuhan dasarnya.

B. PROGRAM

Program Kesejahteraan Sosial Anak (PKSA) adalah upaya yang

terarah, terpadu dan berkelanjutan yang dilakukan pemerintah, pemerintah

daerah dan masyarakat dalam bentuk pelayanan sosial guna memenuhi

kebutuhan dasar anak, yang meliputi bantuan pemenuhan kebutuhan dasar,

aksesibilitas pelayanan sosial dasar, peningkatan potensi diri dan kreativitas

anak, penguatan orang tua/keluarga dan penguatan lembaga kesejahteraan

sosial anak.

4
Salah satu pelaksana program kesejahteraan sosial anak sebagai

sistem perlindungan sosial adalah Panti Bayi Sehat Muhammadiyah Bandung.

Panti Bayi Sehat Muhammadiyah Bandung merupakan salah satu Lembaga

Pelayanan Sosial yang menerima anak-anak mulai dari usia 0 yang telah

meneriama Program Kesejahteraan Sosial Anak (PKSA). Anak yang tinggal di

Panti Bayi Sehat Muhammadyah Bandung berasal dari anak-anak yang

diajukan oleh dinas sosial setempat dari berbagai daerah.

Kementrian Sosial bersama BNI Berencana akan membagikan

bantuan khusus berupa Tabungan Sosial Anak (Tasa) kepada anak penerima

Program Kesejahteraan Sosial Anak (PKSA) termasuk anak-anak yang tinggal

di Panti Bayi Sehat Muhammadyah Bandung.

Tabungan Sosial Anak (TASA) adalah salah satu program bantuan

sosial yang disalurkan melalui Dana Pusat dan Dekonsentrasi dalam rangka

mendukung pengasuhan anak berbasis keluarga. Tasa diterbitkan khusus bagi

anak terlantar, anak jalanan, anak yang berhadapan dengan hukum, anak

penyandang disabilitas, dan anak yang membutuhkan perlindungan khusus

untuk mendapatkan akses pada layanan sosial dasar.

C. TUJUAN

Adapun tujuan dari PKSA adalah untuk mewujudkan pemenuhan

hak dasar anak dan perlindungan terhadap anak dari penelantaran, eksploitasi

dan diskriminasi, sehingga tumbuh kembang, kelangsungan hidup dan

partisipasi anak dapat terwujud.

5
Selain itu, program lainnya ialah TASA yang memiliki tujuan

untuk menjangkau seluruh anak yang mengalami masalah sosial sehingga

mereka dapat menikmati kehidupan dan berada dalam lingkungan pengasuhan

yang memungkinkannya untuk tumbuh dan berkembang secara optimal sesuai

potesi yang dimilikinya.

D. MEKANISME

Kerangka Kerja Konseptual PKSA. Merupakan upaya peningkatan

kesejahteraan dan perlindungan anak berbasis keluarga yang dilaksanakan

berdasarkan proses sosial:

1. Asesmen masalah dan kebutuhan anak, termasuk orangtua/keluarga dan

lingkungan sosial.

2. Pendampingan sosial oleh Peksos, TKSA atau Relawan Sosial sampai

anak memperoleh bantuan pemenuhan kebutuhan dasar, akses terhadap

pelayanan sosial dasar, dan meningkatnya tanggungjawab

orangtua/keluarga dalam pengasuhan dan perlindungan terhadap anak,

serta semakin berperannya lembaga kesejahteraan sosial anak.

3. Verifikasi/pemantauan terhadap keberlanjutan pemenuhan hak-hak anak

dalam system pengasuhan dan perlindungan orangtua/keluarga, komunitas

atau lembaga kesejahteraan sosial anak, yang sesuai dengan karakteristik

perkembangan fungsi sosial anak. Komponen Progam. PKSA dibagi

menjadi 5 komponen utama program, yaitu:

a) Program Kesejahteraan Sosial Anak Batira (PKS-AB)

6
b) Program Kesejahteraan Sosial Anak Terlantar/Jalanan (PKS-

Antar/PKS Anjal)

c) Program Kesejahteraan Sosial Anak yang Berhadapan dengan Hukum

(PKS-ABH)

d) Program Kesejahteraan Sosial Anak dengan Kecacatan (PKS-ADK)

e) Program Kesejahteraan Sosial Anak dengan Perlindungan Khusus

(PKS-AMPK)

PKSA dirancang sebagai upaya yang terarah, terpadu dan

berkelanjutan yang dilakukan pemerintah, pemerintah daerah dan masyarakat

dalam bentuk pelayanan dan bantuan kesejahteraan sosial anak bersyarat

(conditional cash transfer), yang meliputi:

1. Bantuan sosial/subsidi pemenuhan kebutuhan dasar.

2. Peningkatan aksesbilitas terhadap pelayanan sosial dasar (akte kelahiran,

pendidikan, kesehatan, tempat tinggal dan air bersih, rekreasi, ketrampilan

dan lain-lain).

3. Penguatan dan tanggungjawab orangtua/keluarga dalam pengasuhan dan

perlindungan anak.

4. Penguatan kelembagaan kesejahteraan sosial anak.

7
E. SASARAN

Sasaran PKSA adalah:

1. Anak balita terlantar, anak jalanan, anak yang berhadapan dengan hukum,

anak dengan kecacatan dan anak yang membutuhkan perlindungan khusus

agar meningkat prosentase terhadap akses pelayanan sosial dasar.

2. Orangtua dan keluarga yang bertanggungjawab dalam pengasuhan dan

perlindungan kepada anak meningkat prosentasenya.

3. Penurunan prosentase anak yang mengalami masalah sosial.

4. Lembaga kesejahteraan sosial yang menangani anak meningkat baik

kuantitas maupun kualitasnya.

5. Pekerja Sosial Profesional, Tenaga Kesejahteraan Sosial dan Relawan

Sosial di bidang pelayanan kesejahteraan sosial anak yang terlatih

meningkat.

6. Pemerintah Daerah (kabupaten/kota) yang bermitra dan berkontribusi

melalui dana Anggaran Pendapatan Belanja Daerah dalam pelaksanaan

PKSA.

7. Produk hukum perlindungan hak anak yang djperlukan untuk landasan

hukum pelaksanaan PKSA.

F. SYARAT

Kriteria Penerima Program. Penerima manfaat program ini

diprioritaskan kepada anak-anak yang memiliki kehidupan yang tidak layak

secara kemanusiaan dan memiliki kriteria masalah sosial seperti kemiskinan,

8
ketelantaran, kecacatan, keterpencilan, ketunaan sosial dan penyimpangan

perilaku, korban bencana, dan/atau korban tindak kekerasan, eksploitasi dan

diskriminasi.

Prioritas penerima manfaat dibagi dalam 5 (lima) kelompok,

meliputi:

1. Anak balita terlantar dan/atau membutuhkan perlindungan khusus (5

tahun ke bawah).

2. Anak telantar/tanpa asuhan orangtua (6 – 18 tahun), meliputi: anak yang

mengalami perlakuan salah dan ditelantarkan oleh orangtua/keluarga atau

anak kehilangan hak asuh dari orangtua/keluarga.

3. Anak terpaksa bekerja di jalanan (6-18 tahun) meliputi: anak yang rentan

bekerja di jalanan, anak yang bekerja di jalanan, anak yang bekerja dan

hidup di jalanan.

4. Anak berhadapan dengan hukum (6 – 18 tahun) meliputi: anak yang

diindikasi melakukan pelanggaran hukum, anak yang mengikuti proses

peradilan, anak yang berstatus diversi, anak yang telah menjalani masa

hukuman pidana, dan anak yang menjadi korban perbuatan pelanggaran

hukum.

5. Anak dengan kecacatan (0 – 18 tahun), meliputi: anak dengan kecacatan

fisik, anak dengan kecacatan mental dan anak dengan kecacatan ganda.

6. Anak yang memerlukan perlindungan khusus lainnya (6 – 18 tahun),

meliputi: anak dalam situasi darurat, anak korban trafficking

(perdagangan), anak korban kekerasan baik fisik dan atau mental, anak

9
korban eksploitasi, anak dari kelompok minoritas dan terisolasi serta dari

komunitas adat terpencil, anak yang menjadi korban penyalagunaan

narkotika, alcohol, psikotropika dan zat adiktif lainnya (NAPZA), serta

anak yang terenfeksi HIV/AIDS.

Persyaratan dan Kewajiban Penerima Manfaat/Layanan. Sasaran

penerima layanan PKSA, baik anak, orangtua/keluarga maupun lembaga

kesejahteraan sosial yang menjadi mitra pendamping harus memenuhi

persyaratan (conditionalities) sebagai berikut:

1. Adanya perubahan sikap dan perilaku (fungsi sosial) ke arah positif.

2. Intensitas kehadiran dalam layanan sosial dasar dari berbagai

organisasi/lembaga semakin meningkat.

3. Peran Lembaga Kesejahteraan Sosial Anak yang bermitra dengan instansi

sosial dalam mendampingi anak sehingga anak dapat terhindar dari

penelantaran, eksploitasi, kekerasan dan diskriminasi.

10
BAB III

PERMASALAHAN

HAMBATAN DI LAPANGAN

Dalam pelaksanaan Program Kesejahteraan Sosial Anak (PKSA)

menemui sejumlah hambatan, diantaranya :

1. Program Tabungan Sosial Anak (TASA) yang diberikan kurang optimal

bagi kebutuhan si anak, dimana pemerintah memberikan uang sebesar Rp.

1.000.000,- untuk 1 anak dalam setahun. Uang ini tidak seluruhnya

diberikan pada anak, melainkan Rp. 900.000,- untuk anak dan Rp.

100.000,- untuk operasional.

2. Kurangnya implementasi program dari pemerintah terutama bantuan sosial

yang dianggap hanya sebagai formalitas saja karena bantuan yang

diberikan sedikit atau tidak cukup untuk memenuhi kebetuhan sehari-hari

si anak.

3. Kekurangan pekerja sosial, karena pekerja sosial yang telah bekerja di

Panti mempunyai pekerjaan lain yaitu bekerja di PKH (Program Keluarga

Harapan).

4. Kekurangan pengasuh, karena optimalnya setiap 2 anak diasuh oleh 1

pengasuh.

11
BAB IV

PENUTUP

Menurut Permensos no. 8 tahun 2012, Anak terlantar adalah

seorang anak berusia 6 (enam) tahun sampai dengan 18 (delapan belas) tahun,

meliputi anak yang mengalami perlakuan salah dan ditelantarkan oleh orang

tua/keluarga atau anak kehilangan hak asuh dari orang tua/keluarga.

Salah satu sistem perlindungan sosial Anak Terlantar ialah PKSA.

Program Kesejahteraan Sosial Anak (PKSA) adalah upaya yang terarah,

terpadu dan berkelanjutan yang dilakukan pemerintah, pemerintah daerah dan

masyarakat dalam bentuk pelayanan sosial guna memenuhi kebutuhan dasar

anak.

Tabungan Sosial Anak (TASA) adalah salah satu program bantuan

sosial yang disalurkan melalui Dana Pusat dan Dekonsentrasi dalam rangka

mendukung pengasuhan anak berbasis keluarga. Tasa diterbitkan khusus bagi

anak terlantar, anak jalanan, anak yang berhadapan dengan hukum, anak

penyandang disabilitas, dan anak yang membutuhkan perlindungan khusus

untuk mendapatkan akses pada layanan sosial dasar.

A. SARAN

Kami berharap semoga makalah ini dapat menjadi bahan referensi

tugas dalam pembuatan makalah atau tugas yang sejenis dan kami sadar

banyak kekurangan dalam susunan dan penulisan makalah ini. Oleh sebab itu,

12
kritik dan saran dari pembaca sangat diperlukan demi perbaikan pembuatan

makalah lainnya.

BAB V

DAFTAR PUSTAKA

DInsos.jogjaprov.go.id. Program Kesejahteraan Sosial Anak (1 April 2018, 13.00) dari


http://dinsos.jogjaprov.go.id/Program-kesejahteraan sosial-anak .

Rmoljabar.com. Tabungan Sosial Anak (1 April 2018, 13.30) dari


http://www.rmoljabar.com/read/2017/08/30/52794/Program-TASA-Kemensos,-Carut-
Marut-di-Bandung-Barat-

Sindonews.com. Tabungan Sosial Anak (1 April 2018, 13.30) dari


https://ekbis.sindonews.com/read/1233620/178/kemensos-bni-perluas-program-
tabungan-sosial-anak-di-gunung-kidul-1503589702

13

Anda mungkin juga menyukai