HALAMAN JUDUL. i
DAFTAR ISI. ii
BAB I PENDAHULUAN
BAB II PEMBAHASAN
3.1 Kesimpulan
DAFTAR PUSTAKA...
BAB I
PENDAHULUAN
Pada awal kemunculannya, organisasi ini disebut “Organisasi Darurat” yang dibentuk karena
adanya perang dunia kedua yang memberikan dampak besar. Sehingga pada 11 Desember 1946
dibentuklah organisasi resmi yang bertujuan untuk menaungi dan menjaga anak – anak dari
segala bentuk peperangan dan diskriminasi terhadap anak – anak. Organisasi ini bernaung di
dalam PBB dan merupakan organisasi global yang bekerja dengan focus untuk anak – anak,
organisasi ini diberi nama UNICEF (United Nations Children's Fund).
Secara umum, UNICEF menyediakan bantuan yang berkepanjangan dalam kemanusiaan serta
perkembangan anak-anak dan para ibu di negara-negara berkembang. UNICEF juga memastikan
bahwa setiap anak di dunia ini diberi makan dengan baik, divaksinasi dengan baik, memperoleh
pendidikan yang layak, dan dilindungi secara baik. Intinya adalah pemenuhan hak anak secara
total dan baik. Perhatian UNICEF banyak tertuju kepada pemenuhan hak setiap anak yang dapat
dimulai dari membangun rumah atau tempat berlindung yang layak, penyediaan nutrisi yang
baik, perlindungan dari bencana alam dan konflik, kepedulian prenatal agar terjadi kelahiran
yang sehat, ketersediaan air dan sanitasi yang bersih, serta kepedulian terhadap pendidikan
dan kesehatan1
2
UNICEF mengembangkan pergerakannya keseluruh belahan dunia seperti Afrika, Amerika,
Timur tengah dan Asia. Di Indonesia sendiri UNICEF sudah menujukan rasa kepeduliannya
dengan membantu korban (anak - anak) bencana alam yang sudah terjadi di Indonesia,
tsunami, gempa di nias, bencana lumpur lapindo, dan lain sebagainya. Menyusul dengan
banyaknya bencana alam di Indonesia, banyak juga bantuan yang datang dari dunia
internasional melalui organisasi tersebut. Selanjtnya banyaknya anak – anak yang memiliki sifat
yang keterbelakangan mental dan moral di Indonesia. Kebanyakan anak mengalami
ketidakadilan dalam mendapatkan haknya. Dan juga banyak orangtua yang memdidik anak -
anaknya dengan didikan yang keras dan tidak dipenuhi dengan kasih sayang. Kemudian
kebanyakan orangtua berpikir dengan memberikan segala keperluan yang diperlukan anaknya
maka mereka sudah membahagiakan anak-anaknya, namun pola pikir itu salah. Maka
organisasi anak dunia ini bergerak untuk bertujuan membantu anak-anak yang ada di negara -
negara, sesuai dengan perjanjian yang dibuat disemua Negara untuk anak-anak, dalam konvensi
PBB tentang hak-hak anak. Maka dalam hal ini UNICEF memastikan agar setiap anak yang
sebagai salah satu aspek pembangun bangsa memperolehkan perlakuan khusus untuk
dilindungi dan di perhatikan oleh suatu Negara.
PEMBAHASAN
UNICEF (United Nations Emergency Children's Fund) adalah organisasi internasional yang
berada di bawah naungan PBB, didirikan pada 11 Desember 1946 mempunyai fungsi sebagai
lembaga yang menyalurkan bantuan kemanusiaan khususnya kepada anak-anak yang hidup
pada masa perang dunia ke II. UNICEF memiliki sejarah yang panjang dalam upaya memberikan
bantuan darurat diseluruh penjuru dunia, baik untuk bencana alam maupun yang disebabkan
konflik sehingga banyak yang telah berubah sejak saat itu hingga sekarang namun misi
fundamental UNICEF tetaplah sama yakni ingin memberikan bantuan kemanusiaan di bidang
kesehatan dan gizi, air dan kebersihan lingkungan, perlindungan, serta pendidikan dan
HIV/AIDS.3
Awal terbentuknya UNICEF dimulai ketika Perang Dunia II berakhir, PBB mulai mempromosikan
perdamaian dunia. Banyak pemimpin PBB dari seluruh dunia khawatir tentang anak-anak di
Eropa. Pada tahun 1946, para delegasi untuk PBB menyiapkan dana sementara yang disebut
Dana Darurat PBB Internasional Anak (UNICEF). Didirikan untuk membantu anak-anak semua
bangsa, bukan hanya negara-negara yang memenangkan Perang Dunia II. 4
Pada awalnya, para pemimpin UNICEF berpikir itu yang paling penting untuk meningkatkan
kesehatan anak-anak dan gizi. UNICEF bekerja dengan para pemimpin, petani, dan kelompok
amal untuk membantu peternakan menghasilkan lebih banyak susu di Eropa karena banyak
peternakan hancur dalam perang. Pada tahun 1950, UNICEF akan menutup diri karena kondisi
di Eropa jauh lebih baik. Namun, beberapa pemimpin PBB protes karena mereka merasa
pekerjaan UNICEF tidak dilakukan karena banyak anak di seluruh dunia sedang sekarat. Pada
tahun 1953, PBB memutuskan untuk membuat UNICEF bagian permanen dari PBB yang bekerja
untuk perdamaian dunia. Tujuan utama UNICEF adalah untuk memastikan bahwa anak-anak di
seluruh dunia mendapatkan perawatan dan pendidikan yang mereka butuhkan untuk tumbuh
3
4
menjadi orang dewasa bahagia dan sehat. UNICEF percaya bahwa anak membutuhkan jenis
khusus perawatan dan kasih sayang. Jika anak-anak tidak menerima perawatan yang baik, maka
akan dapat menyakiti mereka selamanya. Pasca Perang Dunia II, Majelis Umum dari suara PBB
kembali membangun Darurat PBB Internasional Dana Anak (UNICEF), sebuah organisasi untuk
membantu memberikan bantuan dan dukungan untuk anak yang tinggal di negara yang hancur
oleh perang.5
Setelah krisis pangan dan medis dari akhir 1940-an berlalu, UNICEF terus melakukan perannya
sebagai organisasi bantuan untuk anak-anak dari negara-negara bermasalah dan selama tahun
1970 tumbuh menjadi penganjur vokal tentang hak anak. Selama tahun 1980, UNICEF
membantu Komisi HAM PBB dalam penyusunan Konvensi Hak Anak. Setelah diperkenalkan
kepada Majelis Umum PBB pada tahun 1989, Konvensi Hak Anak menjadi konvensi yang paling
banyak meratifikasi perjanjian hak dalam sejarah, dan UNICEF memainkan peran penting dalam
memastikan penegakannya.6
Pada tahun 1946 tantangan besar pertama UNICEF adalah membantu anak-anak di Eropa yang
hidupnya telah hancur akibat Perang Dunia II. Selama 65 tahun terakhir UNICEF telah menjadi
kekuatan pendorong di belakang visi dunia untuk semua anak. UNICEF memiliki otoritas global
untuk mempengaruhi para pengambil keputusan, dan bekerja dengan mitra ditingkat akar
rumput untuk mengubah ide inovatif menjadi kenyataan. Dari awal di Eropa pada tahun 1940-
an UNICEF saat ini bekerja di 190 negara melalui program negara dan Komite Nasional.
6
mengenai Hak-hak Anak dan telah menjadi Hukum Internasional pada tanggal 2 September
1990. Dalam melaksanakan programnya, UNICEF berpedoman pada Convention on the Right of
the Child (CRC) atau Konvensi Hak Anak (KHA) dan berusaha untuk menegakkan hak-hak anak
sebagai prinsip-prinsip etika perdamaian abadi dan standar internasional tentang perilaku
terhadap anak-anak. UNICEF merupakan salah satu badan PBB dan merupakan organisasi
internasional yang mempunyai perhatian khusus terhadap semua anak-anak di dunia. 7
UNICEF didirikan untuk membantu anak-anak yang menjadi korban akibat peperangan tetapi
tetap dalam keberadaannya untuk melakukan peranan yang lebih luas. UNICEF menanggapi
kebutuhan-kebutuhan yang tidak terungkap tapi sangat mendesak dari sekian banyak anak
yang tidak terhitung jumlahnya di negara-negara berkembang. Hal tersebut menyebabkan
program UNICEF bergeser keluar sampai proyek-proyek sektoral, mengaitkan proses sosial
dengan perkembangan umat manusia. Dengan menyisihkan perbedaan antara kemanusiaan
dan tujuan pembangunan, UNICEF mulai menjangkau negara terbelakang dan berkembang
dalam program yang berkaitan dengan gizi, pengadaan air bersih, sanitasi, pelayanan kesehatan
primer, dan pendidikan dasar bagi ibu dan anak yang melibatkan sebanyak mungkin anggota
masyarakat. Pada saat negara-negara anggota PBB tidak bermaksud untuk memperpanjang
keberadaan UNICEF diluar keadaan darurat pasca perang, mereka telah memasukkan dalam
resolusi pembentukan kalimat yang berbunyi “untuk tujuan kesehatan anak pada umumnya”,
dan hal ini yang memberikan UNICEF suatu tempat yang tetap dalam pengawasan dan
pencegahan penyakit berskala besar yang mempengaruhi anak-anak. 8
8
Sesuai dengan konsep organisasi, bahwa setiap organisasi internasional yang berdiri memiliki
visi masing-masing untuk mencapai tujuan utamanya, UNICEF sebagai organisasi yang diberikan
mandat oleh Majelis Umum PBB memiliki visi yaitu sebuah dunia dimana hak setiap anak akan
terpenuhi. UNICEF memiliki visi untuk menciptakan sebuah dunia dimana setiap anak dapat
tumbuh sehat, terlindungi dari bahaya, dan terdidik. Sehingga mereka dapat mencapai potensi
yang mereka miliki. UNICEF bekerja untuk membuat visi menjadi nyata, tidak peduli siapa
mereka atau dimana mereka dilahirkan, UNICEF menjangkau anak-anak yang paling rentang di
manapun dan kapanpun mereka butuhkan. Untuk menciptakan visi tersebut, UNICEF
membutuhkan misi untuk mendukung hal tersebut. Pada tahun 1996, Dewan Eksekutif
menetapkan misi UNICEF dalam First Regular Session Executive Board :
10
Untuk melaksanakan tugas dan mencapai tujuan organisasi, UNICEF mempunyai 11 struktur
utama organisasi (UNICEF,2009). Adapun kesebelas struktur utama organisasi tersebut adalah
sebagai berikut:
a. Badan Eksekutif
Sebagai bagian integral dari PBB, UNICEF merupakan organisasi yang bersifat semi otonomi
yang memiliki badan pengatur sendiri, yaitu Badan Eksekutif dan Sekretariat (Rudy,2009:137).
Badan eksekutif terdiri dari 36 negara anggota yang terdiri dari 8 negara dari Afrika Selatan, 7
negara dari Asia, 4 negara dari Eropa Timur, 12 negara dari Eropa Baarat, 5 negara dari Amerika
Latin, dan negara-negara lainnya. Dalam dewan Eksekutif terdapat 5 petugas yaitu Presiden dan
4 Wakil Presiden yang mewakili 5 wilayah regional di PBB dan dipilih untuk masa jabatan 5
tahun. Dewan Eksekutif dipilih oleh Dewan Ekonomi dan Sosial PBB (ECOSOC) berdasarkan
rotasi tahunan untuk masa 3 tahun dengan memperhatikan pembagian geografis dan
perwakilan negara-negara penyumbang dan memiliki wewenang:
b. Direktur Eksekutif
Badan eksekutif ditingkat kantor pusat (New York, Jenewa, Copenbagen, Sidney, dan Tokyo)
terdiri dari badan-badan utama yaitu:
1. Kantor Direktur Eksekutif meliputi staff eksekutif, komite manajemen, kantor sekretaris
badan eksekutif dan kantor pembukuan internal.
2. Kelompok hubungan eksekutif meliputi kantor dana program, divisi komunikasi dan
informasi, penjualan kartu ucapan, dan kantor umum non pemerintah.
3. Kelompok program meliputi divisi perencanaan dan pengembangan, divisi program
pelayanan laporan dan unit operasi darurat.
4. Kelompok operasi meliputi divisi pengawasan, divisi personal, divisi suplai dan
manajemen serta pembiayaan.
Merupakan kantor utama yang bertanggung jawab terhadap semua tujuan dan aktivitas United
Nations Children’s Fund (UNICEF). Tugas kantor ini adalah mengkoordinir dan meninjau
kebijakan-kebijakan serta kemajuan yang telah dicapai oleh UNICEF melalui program-
programnya.
Mengusahakan adanya hubungan efektif antara badan eksekutif dan sekretariat UNICEF, juga
antara anggota dengan badan-badan PBB yang lainnya.
Adapun tugas dari kantor sekrtetaris badan eksekutif adalah sebagai berikut:
Berfungsi untuk menyalurkan dan memeriksa penggunaan keuangan UNICEF. Bergerak dalam
bidang manajemen informasi untuk sistem kontrol internasional dan untuk meningkatkan
kegiatan operasional dengan membuat pembukuan keuangan, program, dan tugas-tugas
lainnya. Pembukuan internasional bersifat independen dan laporan diberikan langsung kepada
Dewan Eksekutif.
Kelompok Program bertanggung jawab dalam pelaksanaan kebijakan dan penerapan program-
program UNICEF. Kelompok Program memiliki divisi program mengembangkan dan
perencanaan yang memiliki tujuan:
1. Menjadi perantara dan sarana komunikasi antara kantor lapangan dengan kantor
pusat.
2. Bertanggung jawab untuk memilih dan menyebarluaskan informasi kesemua wilayah
yang mungkin untuk menerima pelayanan dan penerapan program UNICEF dan
mengatur pelayanan bantuan sesuai dengan permintaan dari kantor perwkilan disetiap
negara.
i. Kelompok Operasional
Selain itu, kelompok Kelompok Operasional membawahi divisi manajemen finansial, informasi,
suplai, sumber daya manusia, manajemen dan administratif.
11
sekolah, serta yang terbaru adalah kerjasama salah satu bank swasta di Indonesia, yakni
Bank Muamalat yang memiliki program untuk menyisikan dana khusus untuk membantu
anak-anak di bawah naungan UNICEF.
Salah satu tantangan yang di hadapi unicef adalah perlindungan anak, contohnya dalam kasus
pernikahan di bawah umur di India, unicef menghadapi beberapa tantangan diantaranya
progam child protection merupakan program baru dibandingkan progam lain, sehingga masih
belum bisa di pahami masyarakat dan perlu diperkenalkan lagi pada masyarakat. Tantangan
kedua ialah adanya latar belakang sosial dan budaya yang cukup kompleks, yang ketiga yakni
tingginya angka buta huruf di India, mayoritas orang tua memilih untuk menikahkan anaknya
dari pada melanjutkan sekolah dengan alasan terbatasnya akses menuju sekolah.
UNICEF menjadi sebuah organisasi sukarela dalam pelaksanaannya di lapangan, terus berusaha
mengajak partisipasi dari segenap masyarakat internasional guna menggalang dukungannya
terhadap kelangsungan kehidupan anak bangsa di seluruh dunia. Bekerja terus dalam upaya
memberikan perlindungan bagi anak-anak, terutama menyalurkan perlindungan di masa-masa
darurat dan saat anak-anak merasa terancam, karena seorang anak haruslah berada pada
lingkungan yang terlindungi, tidak boleh menghadapi perlakuan yang kasar, terancam,
eksploitasi, dll.13
Dana UNICEF telah digunakan untuk mengatasi kendala bahwa kemiskinan, kekerasan, penyakit
dan diskriminasi terjadi terhadap anak diseluruh dunia. Tantangan terbesar UNICEF adalah
membantu anak-anak yang hidupnya telah hancur hidupnya akibat perang dunia II. Selama ini
12
13
UNICEF telah menjadi kekuatan untuk seluruh anak diseluruh dunia. UNICEF memiliki otoritas
global untuk mempengaruhi para pengambil keputusan.
Hambatan besar bagi UNICEF yaitu dalam menggalang partisipan selain dari pihak-pihak
pemerintah dan masyarakat internasional, yaitu sektor swasta yang turut andil dalam bagian
ini. Sektor swasta mampu menjadi pihak penting dalam melancarkan perwujudan visi-misi
mulia UNICEF yaitu menjamin kesehatan, pendidikan, keadilan, perlindungan bagi anak-anak
dunia.
Sasaran UNICEF dalam menciptakan dunia yang layak bagi anak-anak, memang sangat
membutuhkan sumbangsih besar dari semua pihak. Menciptakan kemitraan yang sukses inilah
yang menjadi sebuah hambatan dalam proses pelaksanannya. Dukungan pemerintah,
masyarakat internasional, lembaga sukarela, keagamaan, institusi penelitian, bahkan koordinasi
organisasi-organisasi lainnya akan memberikan sumbangsih besar dan sangat berarti bagi
kemajuan UNICEF dan masa depan anak-anak dunia. UN Special Session On Children 2002, turut
andil besar sebagai nilai-nilai yang mengilhami tugas mulia UNICEF dilapangan dan
menyadarkan masyarakat internasional untuk berpartisipasi besar dalam upaya perlindungan
anak-anak di seluruh dunia.14
Angkatan Militer memiliki peran yang sangat penting dalam sebuah negara. Keamanan sebuah
negara selalu berbanding lurus dengan kekuatan angkatan militer negara tersebut. Oleh karena
itu semua negara akan berupaya semaksimal mungkin untuk menjadikan angkatan militernya
menjadi benteng pertahanan terkuat dibanding negara lain untuk memastikan keamanan
negara mereka masing-masing. Berbagai macam upaya dilakukan oleh negara-negara untuk
menjadikan angkatan militer sebuah negara menjadi angkatan militer terkuat dibanding negara
lain. Namun sayangnya, negara-negara tertentu seperti contohnya Myanmar menggunakan
cara yang salah dengan merekrut anak-anak dibawah umur untuk bergabung dalam ajang
pertahanan negara tersebut. Anak-anak ini dipaksa, bahkan ada yang menggunakan kekerasan,
14
untuk bergabung dalam angkatan militer. Namun tidak jarang anak-anak ini bergabung dalam
angkatan militer karena faktor ekonomi, sosial, dan tekanan keamanan lingkungan sekitarnya.
UNICEF sebagai organisasi yang berfokus pada pemenuhan ha-hak anak memiliki tanggung
jawab untuk menghentikan perekrutan tentara anak yang terjadi di Myanmar, memulihkan
keadaan mereka seperti anak-anak pada umumnya dan mencegah agar tidak ada lagi
perekrutan tentara anak di Myanmar.
Myanmar merupakan negara yang berada di kawasan Asia Tenggara. Myanmar memiliki
masalah yang kompleks mulai dari sosial, ekonomi, hingga politik. Semenjak memperoleh
kemerdekaan dari Inggris, Myanmar selalu diwarnai dengan konflik. Ada dua jenis konflik yang
ada di negara ini, yaitu konflik etnis dan konflik terhadap pemerintahan militer yang telah
berlangsung selama kurang lebih 6 dekade. Myanmar memiliki sejumlah catatan pelanggaran
HAM yang menjadi perhatian komunitas internasional, seperti kekerasan terhadap satu etnis,
pengusiran, dan juga masalah tentara anak. 15
Perekrutan tentara anak dilakukan oleh tentara nasional Myanmar yakni Tatmadaw. Tatmadaw
merupakan organisasi militer, terutama yang bertanggungjawab mengamankan teritorial dan
pertahanan Myanmar yang didirikan pada tahun 1948 bertepatan dengan kemerdekaan
Myanmar. Dalam menjalankan peranannya di pemerintahan, Tatmadaw Kyi (Angkatan Darat)
melakukan perluasan dan penambahan kekuatan secara internal yaitu dengan melakukan
perekrutan anggota militernya guna menambah jumlah pasukan. Pada tahun 1988, Tatmadaw
Kyi mulai melakukan perekrutan kepada anak-anak untuk bergabung dalam angkatan
militernya. 16
Selain oleh Tatmadaw, tentara anak juga digunakan oleh angkatan bersenjata non pemerintah
yang memiliki tujuan untuk mendapatkan otonomi dan hak demokrasi yang lebih besar dari
rezim militer yang berkuasa. Pada tahun 2009, terdapat beberapa kelompok militer
pemberontak yang melakukan gencatan senjata yang kemudian dikenal sebagai Border Guard
Forces (BGF). BGF merupakan kelompok militer yang melakukan perjanjian gencatan senjata
15
16
dengan rezim dan berada di bawah komando State Peace and Development Council (SDPC).
Praktek perekrutan anak ke dalam tentara yang dilakukan oleh Tatmadaw Kyi dan Border Guard
Forces telah berlangsung sejak kurangnya kuota personel angkatan bersenjata dan tidak adanya
prosedur perekrutan yang ketat. Anak-anak menjadi target rekrut paling mudah karena mereka
rentan akan tekanan dan udah dikelabui. Perekrutan dan penggunaan anak ke dalam tentara
biasanya terjadi pada anak-anak yang miskin dan tidak berpendidikan, yang mana rata-rata dari
mereka belum menyelesaikan sekolah. Perekrutan tentara anak antara tentara nasional sedikit
berbeda dengan yang dilakukan oleh kelompok etnis. Tatmadaw, Tentara Nasional Myanmar,
biasanya merekrut anak-anak melalui proses perekrutan desentralisasi atau dapat disebut
dengan Unit Jaringan Perekrutan.17 Mereka direkrut dibawah ancaman akan dipenjarakan
apabila tidak mengikuti perintah, dan dengan janji-janji palsu berupa gaji yang besar. 18
17
18
4. Sesuai dengan kewajiban-kewajiban mereka dalam undang-undang
kemanusiaan internasional untuk melindungi penduduk sipil dalam sengketa-
sengketa bersenjata, negara-negara peserta akan mengambil semua langkah
yang tepat untuk menjamin adanya perlindungan dan perawatan bagi anak-
anak yang terkana akibat dari sengketa konflik bersenjata.
UNICEF dan pemerintah Myanmar telah bekerja sama sejak ditandatanganinya perjanjian dasar
pada tahun 1950. Pada tahun 2012, Myanmar mengalami perubahan akibat hasil pemilihan
umum yang dimenangkan oleh partai oposisi terbesar di parlemen. Berkat hasil pemilihan
umum ini, tidak ada lagi pembatasan pada media, serikat buruh diizinkan untuk mengatur dan
hal ini juga memberikan peluang baru kepada UNICEF untuk mempromosikan hak anak. 19
Pendanaan UNICEF di Myanmar diperoleh dari sejumlah bantuan yang diberikan oleh
pemerintah, swasta dan juga individu dari seluruh dunia. Donatur terbesar UNICEF di Myanmar
adalah pemerintah Jepang, Amerika Serikat, Kanada, Belanda, Norwegia, Inggris, dan Swedia,
Komite Eropa, Komite Nasional UNICEF di Jepang, Amerika dan Australia20
The Joint Action Plan yang ditandatangani Pemerintah Myanmar dalam hal ini Jenderal Mayor
Ngwe Thein (Direktur dari Direktorat Kekuatan Militer, Kementerian Pertahanan) dan Jenderal
Mayor Tin Maung Win (Wakil Ajudan Angkatan Militer Myanmar) dengan PBB yang diwakili
oleh Mr. Ashok Nigam (Koordinator Penduduk PBB) dan Mr. Ramesh Shrestha (perwakilan
UNICEF) dengan disaksikan oleh Hia Min (Letnan Jenderal Unit Kementerian Pertahanan) dan
19
20
Ms. Radhika Coomaraswamy (Perwakilan khusus dari Sekretaris Jenderal PBB untuk anak-anak
dan konflik militer) pada tahun 2012 merupakan hasil dari negosiasi panjang yang telah
berlangsung selama 5 tahun sebagai upaya untuk melepaskan dan mereintegrasi anak-anak
yang direkrut menjadi tentara serta mencegah perekrutan terjadi di masa depan.
Setelah berhasil mendukung pelepasan anak dari angkatan militer, UNICEF selanjutnya
melakukan pemulihan secara psikologis dengan memberikan konseling bekerja sama dengan
organisasi Save the Children dalam menyediakan pelatihan dasar bagi anak-anak. UNICEF juga
bekersama dengan ILO untuk melatih anak-anak yang dahulunya pernah menjadi tentara dalam
praktek bisnis secara dasar dan keterampilan yang menghasilkan uang. 21
Pada November 2013, UNICEF mendukung pemerintah Myanmar untuk mengadakan kampanye
nasional untuk meningkatkan kepekaan kepada masyarakat Myanmar tentang komitmen
mereka untuk menghentikan penggunaan dan perekrutan anak ke dalam angkatan militer.
Kampanye Nasional bernama “Children, Not Soldiers” ini resmi diluncurkan pada bulan Maret
2015 oleh UNICEF yang memperoleh dukungan penuh oleh Myanmar, PBB, dan kelompok
masyarakat22
Pernikahan anak di India merupakan masalah yang cukup kompleks karena berkaitan dengan
adat tradisional, agama, dan beberapa masalah sosial di India. Selain itu, pernikahan anak ini
menimbulkan dampak yang cukup parah karena pernikahan anak ini merupakan kasus
pelanggaran hak asasi anak bahkan sampai menyebabkan kematian. Pernikahan anak ini juga
merupakan masalah sosial yang mengancam kehidupan masa depan pemuda India. 23
Pernikahan anak didefinisikan sebagai pernikahan dimana usia pengantin laki-laki masih di
bawah 21 tahun dan usia pengantin perempuan di bawah 18 tahun. Pernikahan anak di India
telah telah terjadi semenjak abad pertengahan dan dipengaruhi dengan budaya kasta yang ada
di India. Dengan berjalannya waktu, pernikahan anak dianggap sebagai bentuk pelanggaran hak
21
22
23
anak, karena jika anak dinikahkan dibawa umur, maka beberapa hak anak akan terhambat atau
terbatasi, hak tersebut diantaranya adalah hak mendapatkan pendidikan, hak mendapatkan
pelayanan kesehatan, hak atas perlindungan hukum, dan hak untuk tumbuh dan berkembang.
Mayoritas yang menjadi korban dari pernikahan anak ini adalah anak perempuan. Pengantin
anak seringkali harus menghadapi putus sekolah, resiko awal kehamilan dan mengalami
kekerasan. Pada tahun 2007 hingga 2010, sekitar 23.000.000 anak perempuan di India
menghadapi kenyataan ini. Hal tersebut memiliki dampak cukup besar tidak hanya pada anak-
anak sebagai individu, tetapi juga pada keluarga, masyarakat dan bangsa secara keseluruhan.
Mayoritas anak perempuan yang menikah di usia dini tidak diperbolehkan untuk menyelesaikan
pendidikan dan mereka hanya memiliki sedikit keterampilan untuk bekerja, hal ini dapat
meningkatkan angka kemiskinan di India.24
Ada beberapa faktor yang menjadi penyebab terjadinya kasus pernikahan anak di India,
diantaranya: Adat dan budaya tradisional India, persepsi masyarakat mengenai keselamatan
anak, faktor pendidikan dan faktor ekonomi. Jika dilihat dari adat dan budaya tradisional India,
pernikahan anak di India dilandasi sejumlah motivasi diantaranya: pernikahan anak dipercaya
mampu mempromosikan kasta dalam kehidupan sehari-hari apabila kedua pasangan menikah
dengan kasta yang berbeda, dapat meningkatkan kesuburan dan memperbanyak garis
keturunan dan pernikahan anak ini dapat membantu hubungan ekonomi, politik dan sosial
diantara keluarga mereka.
Saat ini di India khususnya di daerah yang memiliki kasus pernikahan anak cukup besar seperti
Bihar, Rajashtan, Jharkhand, Uttar Pardesh, dan Madya Pardesh, pernikahan anak sudah
menjadi tradisi dan telah disalah gunakan oleh sebagian besar penduduk India karena tidak
jarang dijadikan pekerja anak maupun diperdagangkan. Pernikahan anak di bawah umur
menjadikan status perempuan di India dipandang rendah oleh kaum laki-laki. Anak perempuan
yang belum menikah dianggap sebagai harga terpenting bagi kehormatan keluarga. Pernikahan
anak dipercaya sebagai cara untuk memastikan kesucian dan keperawanan pengantin wanita,
24
sehingga para orang tua menikahkan anak perempuannya untuk menjaga kehormatan
keluarganya. Selain itu, Jika anak perempuan mereka belum menikah hingga anak perempuan
mereka mendapat menstruasi maka dosa mereka sama seperti mereka membunuh orang.
Dengan adanya kepercayaan tersebut, maka orang tua memilih untuk menikahi anak mereka
sedini mungkin dengan tujuan menghindari dosa.25
UNICEF India bekerjasama dengan pemerintah India untuk mengatasi masalah-masalah yang
ada di India dan membantu anak-anak dalam mengatasi masalah yang terjadi pada anak, salah
satunya adalah masalah pernikahan pada anak. Kegiatan UNICEF India dilakukan bersama
dengan pemerintah negara yang bersangkutan, melaksanakan dan bertanggung jawab atas
program secara langsung ataupun melalui organisasi - organisasi yang ditugaskan pemerintah.
Dukungan yang sangat besar di berikan kepada program-program yang menangani
permasalahan anak-anak di India. Pernikahan anak di India sudah menjadi salah satu fokus
UNICEF, dalam menangani masalah pada anak khususnya kasus pernikahan anak di India ini,
pemerintah India dan UNICEF melalui Eleventh Five Years Plan memfokuskan kembali rencana
kerjanya untuk menangani kasus pernikahan anak di India, yaitu:
UNICEF dan pemerintah India melalui kementerian pendidikan di India bekerjasama untuk
meningkatkan akses pendidikan yang lebih berkualitas dan memastikan bahwa kesenjangan
gender dapat dihilangkan dibidang pendidikan, dengan membuat program the National
Programme for Education of Girls at Elementary Level (NPEGEL school) atau pendidikan nasional
25
pada anak perempuan di tingkat sekolah dasar (SD), program ini merupakan komponen dan
pengembangan dari program Sarva Shiksa Abhiyan (SSA) yang dibuat oleh pemerintah India
pada tahun 2010.26
Selain itu, UNICEF bekerjasama dengan pemerintah India melalui Kementerian Pengembangan
Sumber Daya Manusia atau Ministry of Human Resource Development India untuk
mempromosikan hak-hak perempuan dan memobilisasi masyarakat India khususnya anak
perempuan untuk mengubah norma-norma sosial yang merugikan mereka termasuk
distkriminasi, ketidaksetaraan gender dan rendahnya nilai anak perempuan dalam lingkungan
sosial dengan membuat suatu program Mahila Samakhya atau sekolah perumahan. Program
tersebut dikhususkan untuk perempuan, baik perempuan yang telah menikah, perempuan yang
putus sekolah atau perempuan yang dipekerjakan. Selanjutnya ditahun 2010, UNICEF dan
pemerintah India melalui Kementerian Perempuan dan Anak atau Ministry of Women and Child
Development di India bekerja sama untuk menetapkan dan menegakkan undang - undang yang
tepat untuk meningkatkan usia minimum pernikahan untuk anak perempuan yakni 18 tahun
dan meningkatkan kesadaran masyarakat tentang pernikahan anak sebagai pelanggaran hak
asasi manusia khususnya perempuan dengan membuat buku saku mengenai Prohibition of
Child Marriage Act.
26
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
UNICEF, menjadi salah satu dari beberapa organisasi internasional di dunia yang memiliki
tujuan mulia dalam menciptakan lingkungan nyaman dan layak bagi anak-anak dunia,
membutuhkan banyak dukungan besar dari segenap elemen-elemen masyarakat internasional.
Baik itu, pemerintah, pihak swasta, organisasi-organisasi internasional lainnya, bahkan kita
semua sebagai bagian dari masyarakat internasional itupun perlu memberikan dukungan besar
bagi tiap-tiap pelaksanaan program perlindungan anak-anak dunia yang dijalankan UNICEF.
Pengumpulan dan membentuk jalinan mitra yang baik dari segenap elemen masyarakat
internasional menjadi tantangan tersendiri dalam pelaksanaannya di lapangan. Serta
menciptakan lingkungan yang sadar akan kepedulian nasib anak-anak di dunia perlu terus
ditingkatkan karena ini menyangkut dari masa depan kita semua. Anak-anak yang sehat,
berpendidikan layak dan memperoleh perlindungan merupakan harapan besar bagi tugas mulia
UNICEF dan pengharapan besar bagi kita semua. Untuk itu kita sebagai bagian dari masyarakat
internasional harus terus menggalang persatuan dan kerjasama yang erat dalam menciptakan
ligkungan yang adil, sejahtera dengan tetap mengedepankan nilai-nilai moral, agama dan
hukum demi kemajuan kita saat ini dan generasi di masa mendatang.
Dalam kasus tentra anak di Myanmar UNICEF dan pemerintah Myanmar telah bekerja sama
sejak ditanda tanganinya perjanjian dasar pada tahun 1950. UNICEF memfasilitasi dialog antara
Myanmar dan Komisi Hak Asasi Manusia Indonesia dan India untuk mengajarkan Myanmar
bagaimana berinteraksi dengan organisasi masyarakat, pemerintah, dan United Nations. The
Joint Action Plan yang ditandatangani Pemerintah Myanmar dengan PBB dan perwakilan
UNICEF pada tahun 2012 merupakan hasil dari negosiasi panjang yang telah berlangsung
selama 5 tahun sebagai upaya untuk melepaskan dan mereintegrasi anak-anak yang direkrut
menjadi tentara serta mencegah perekrutan terjadi di masa depan.
UNICEF selanjutnya melakukan pemulihan secara psikologis dengan memberikan konseling
bekerja sama dengan organisasi Save the Children dalam menyediakan pelatihan dasar bagi
anak-anak.
Sedangkan dalam kasus pernikahan paksa di India, UNICEF bekerjasama dengan pemerintah
India melalui Kementerian Pengembangan Sumber Daya Manusia atau Ministry of Human
Resource Development India untuk mempromosikan hak-hak perempuan dan memobilisasi
masyarakat India khususnya anak perempuan untuk mengubah norma-norma sosial yang
merugikan mereka termasuk distkriminasi, ketidaksetaraan gender dan rendahnya nilai anak
perempuan dalam lingkungan sosial dengan membuat suatu program Mahila Samakhya atau
sekolah perumahan. Selanjutnya ditahun 2010, UNICEF dan pemerintah India melalui
Kementerian Perempuan dan Anak atau Ministry of Women and Child Development di India
bekerja sama untuk menetapkan dan menegakkan undang - undang yang tepat untuk
meningkatkan usia minimum pernikahan untuk anak perempuan yakni 18 tahun dan
meningkatkan kesadaran masyarakat tentang pernikahan anak sebagai pelanggaran hak asasi
manusia khususnya perempuan dengan membuat buku saku mengenai Prohibition of Child
Marriage Act 2006.
Daftar Pustaka
Buku :
Rudy, T.M. 2014. Administrasi dan Organisasi Internasional. Jakarta : Refika Aditama
Skripsi :
Maula, N. I, Skripsi : “Peran United Nations Children’s Fund (UNICEF) Dalam Menangani Kasus
Pernikahan Anak di India Periode Tahun 2010-2012”, (Jakarta : Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah)
Rombot, A.C.F, Skripsi : “Peran UNICEF Dalam Upaya Mencegah Perekrutan Tentara Anak di
Myanmar”, (Makassar : Universitas Hasanuddin, 2017
Internet :
repository.unpas.ac.id/9592/6/BAB%20II%20BUNGA%20cd.docx
oleh BN Ramadhaniyah
https://media.neliti.com/media/publications/31174-ID-peranan-unicef-dalam-menangani-
masalah-tentara-anak-di-afrika-tengah-tahun-2007.pdf, diakses tanggal 20 November 2017
UNITED NATIONS, Pres Conference on Action Plan to End Recruitmnt of Child Soldiers in
Myanmar. 5 Juli 2012. http://www.un.org/press/en/2012/120705_Guest.doc.htm diakses pada
tanggal 22 November 2017
UNICEF, https://windimoon.wordpress.com/2012/06/07/unicef-united-nations-international-
childrens-emegency-fund/, diakses tanggal 20 November 2017