L I N D U N GA N A N A K
DA R I
M AS A K E M AS A
7
dalam usaha kegiatan di sawah, berladang, berburu, menangkap
ikan, dan merapikan rumah agar anak-anak belajar cara memenuhi
kebutuhan hidup sejak kecil.
8
Anak sebagai Miniatur Orang Dewasa
Sebaliknya, bangsa Eropa baru menyadari anak adalah individu
yang berbeda dari orang dewasa saat Abad XIX. Sebelum Abad XVI,
bangsa Eropa belum memiliki kebiasaan mencatat kelahiran anak
sebagai peristiwa penting sebagaimana kebiasaan ulang tahun di
masa sekarang. Sampai Abad XVII, anak-anak dianggap miniatur orang
dewasa. Tanpa batas, anak dibiarkan melihat, mendengar, dan melakukan
apa yang orang dewasa lakukan. Pada masa itu, organ kelamin anak-
anak menjadi bahan canda bagi orang dewasa. Anak-anak, baik lelaki
maupun perempuan, sudah menikah pada usia 14 tahun.
Pada Abad XIX dan seterusnya, masyarakat Eropa baru mendefinisikan
anak sebagai kelompok sosial yang murni, harus dilindungi dari
kekerasan dan dibedakan dari kegiatan orang dewasa. Namun, selama
era industri Eropa di awal Abad XX, anak-anak ikut bekerja di industri
dan mengalami eksploitasi ekonomi tanpa perlindungan.
9
Merah Internasional untuk membantu dan melindungi anak-anak
korban perang serta membuat Deklarasi Hak Anak (Declaration of
the Rights of the Child) pada tanggal 23 Februari 1923. Deklarasi Hak
Anak tersebut kemudian dikirimkan Jebb kepada Liga Bangsa-Bangsa
dengan pernyataan bahwa orang dewasa seharusnya mengakui hak
anak secara universal.
Liga Bangsa-Bangsa kemudian mengadopsi usulan Jebb dan
menamakan Deklarasi Hak Anak tersebut sebagai Deklarasi Jenewa,
pada tanggal 26 September 1924. Sejak itu hak anak sebagai kelompok
sosial dalam tatanan dunia internasional diakui. Deklarasi Jenewa
berisi tentang kesejahteraan anak dan pengakuan tentang hak anak
untuk tumbuh berkembang, memperoleh pendampingan khusus,
memperoleh prioritas untuk dihindarkan dari kekerasan,
10
memberikan hak sipil, politik, ekonomi, sosial, dan budaya kepada
anak-anak.
Bercermin pada eksploitasi anak di masyarakat industri Eropa,
International Labour Organization (ILO), sebuah badan di bawah
Perserikatan Bangsa-Bangsa, kemudian menetapkan batas usia
minimum orang boleh bekerja di lingkungan yang mungkin berbahaya
bagi kesehatan, keamanan dan moral, yaitu usia 18 tahun.
Komite Hak Asasi Anak pada tahun 1978 kemudian mengajukan draf
Konvensi Hak Asasi Anak kepada negara-negara anggota Perserikatan
Bangsa-Bangsa, lembaga-lembaga antar pemerintah, dan organisasi
non pemerintah. Sebelas tahun kemudian, tepatnya pada tanggal 20
November 1989, Konvensi Hak Anak, yang dibuat Komite Hak Asasi Anak
bersama UNICEF sebagai tim ahli, disahkan Majelis Umum Perserikatan
Bangsa-Bangsa sebagai standar dalam mewujudkan hak asasi anak
dan pengakuan peran anak di bidang sosial, ekonomi, politik, sipil
dan budaya. Konvensi Hak Anak tersebut menjamin dan menetapkan
standar minimum untuk segala upaya melindungi hak anak.
Konvensi Hak Anak adalah instrumen hukum internasional yang
dipakai untuk melindungi hak anak di dunia. Konvensi Hak Anak
kemudian diadopsi, ditandatangani, diratifikasi, dan diaksesi negara-
negara anggota Perserikatan Bangsa-Bangsa. Sebagai sebuah hukum
internasional, Konvensi Hak Anak memiliki kekuatan memaksa sejak 2
September 1990. Negara anggota Perserikatan Bangsa-Bangsa yang
menandatangani dan mengesahkan (meratifikasi) Konvensi Hak Anak,
wajib membuat undang-undang yang menjamin dan melindungi hak
anak di negara masing-masing dan melaporkan pelaksanaan Konvensi
Hak Anak setiap lima tahun sekali. Apabila negara peserta Konvensi Hak
Anak tersebut tidak melaksanakan Konvensi Hak Anak dalam tata kelola
negaranya maka negara tersebut akan dikucilkan dalam pergaulan
internasional.
Negara Indonesia, sebagai anggota Perserikatan Bangsa-Bangsa,
sejak awal ikut menandantangani dan meratifikasi Konvensi Hak Anak
11
yang dibuat Komite Hak Asasi Anak PBB. Oleh karena itu, Indonesia
disebut sebagai Negara Pihak. Indonesia menandatangani Konvensi
Hak Anak pada tanggal 26 Januari 1990 dan melakukan ratifikasi pada
tanggal 5 September 1990. Pemerintah Negara Indonesia meratifikasi
Konvensi Hak Anak dengan menerbitkan Keputusan Presiden Nomor 36
Tahun 1990. Selanjutnya, Presiden bersama Dewan Perwakilan Rakyat
Republik Indonesia membuat dan mengesahkan Undang-Undang
Nomer 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak yang menjamin,
menghargai, dan melindungi hak anak. Dalam perjalanannya, Undang-
Undang tersebut kemudian diperbarui melalui Undang-Undang Nomor
35 Tahun 2014 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 23
tahun 2002 tentang Perlindungan Anak. Pemerintah Indonesia juga
membuat peraturan perundangan, langkah-langkah kelembagaan, dan
kebijakan untuk mewujudkan pemenuhan dan perlindungan hak anak
di Indonesia.
12
Rekam Jejak
2
peraturan, dan kelembagaan. Status
negara juga berubah menjadi Negara
Ratifikasi (Ratification) adalah Pihak setelah melakukan aksesi.
pengesahan Konvensi Hak Anak oleh
sebuah negara setelah negara tersebut
menandatangani Konvensi Hak Anak.
Negara tersebut menjadi terikat dan 4 Persetujuan (Approval) adalah
wajib melaksanakannya dengan membuat pernyataan tertulis Negara Pihak untuk
Undang-Undang, peraturan, dan menyetujui adanya perubahan Konvensi
kelembagaan. Status negara berubah Hak Anak.
menjadi Negara Pihak setelah melakukan
6
tahap ratifikasi.
5
Reservasi (Pensyaratan)
adalah negara yang melakukan
Penerimaan (Acceptance) mirip penandatanganan, ratifikasi, aksesi,
dengan ratifikasi dan aksesi namun persetujuan, atau penerimaan menyatakan
suatu negara terpaksa melakukannya secara sepihak bahwa negara tersebut
karena kondisi mendesak di negara memberlakukan Konvensi Hak Anak
tersebut. 14 dengan persyaratan tertentu.