Anda di halaman 1dari 33

MAKALAH

PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN
KONDISI PEMBERDAYAAN GENDER DI INDONESIA

DOSEN PENGAMPU :
Ilham Mirza Saputra, M.A.P

DISUSUN OLEH :
Nama : Syarah Arifa

Nim : 1905905010061

Prodi : Ilmu Administrasi Negara

ILMU ADMINISTRASI NEGARA


FAKULTSYAAS ILMU SOSIAL DAN POLITIK
UNIVERSITAS TEUKU UMAR
2019/2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat TUHAN YANG MAHA ESA yang telah memberikan kita berbagai
macam nikmat, sehingga aktivitas hidup yang kita jalani ini akan selalu membawa keberkahan
baik kehidupan didunia ini, maupun lebih-lebih lagi pada kehidupan akhirat kelak, sehingga
semua cita-cita serta harapan yang ingin kita capai menjadi lebih muda dan penuh manfaat.
Terima Kasih kami ucapkan kepada dosen serta teman-teman sekalian yang telah membantu,
baik bantuan berupa morol maupun materi, sehinnga kami mampu menyeleseikan makalah yang
berjudul “Kondisi Pemberdayaan Gender Di Indonesia” Pada Mata Kuliah “pembangunan
berkelanjutan” semoga adanya makalah ini dapat menjadi wawasan ilmu kepada kita semua.
Kami menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penyusunan makalah ini baik
dari segi tata bahasa maupun dalam hal pengkonsolidasian kepada dosen dan teman-teman
sekalian. Oleh karena itu besar harapan kami untuk menerima kritik dan saran yang membangun
untuk menyempurnakan makalah kami dilain waktu.

MEULABOH , 23 september 2022


TTD

PENYUSUN

i
DAFTAR ISI

Kata Pengantar .......................................................................................................i

Daftar Isi ................................................................................................................ ii

BAB 1 PENDAHULUAN ...................................................................................... 1

1.1 Latar Belakang ................................................................................................ 1

1.2 Perumusan Masalah ........................................................................................ 4

1.3 Tujuan Penulisan ............................................................................................. 4

BAB II PEMBBAHASAN .................................................................................... 5

2.1 definisi ............................................................................................................... 5

2.2 ketimpangan pemberdayaan gender yang terjadi di indonesia................... 7

2.3 keterlibatan perempuan pada parlemen ...................................................... 12

2.4 perempuan semakin berkontribusi dala, pendiptaan pendapat ................ 18

2.5 profesionalisme pekerja perempuan telah banyak di perhitungkan ........ 21

BAB III PENUTUP ............................................................................................. 27

3.1 Kesimpulan ..................................................................................................... 27

Daftar Pustaka ..................................................................................................... 29

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Kesetaraan gender merupakan persoalan klasik yang belum sepenuhnya dapat diselesaikan
(Tuwo, 2016). Menurut UN Women (2016), persoalan kesetaraan gender tidak hanya terjadi
di satu daerah atau wilayah, tetapi juga berlangsung hampir di setiap bagian dunia, termasuk
di negara-negara di wilayah Asia Pasifik. Meskipun memiliki pertumbuhan ekonomi yang
sangat kuat, kemajuan perempuan dalam partisipasi ekonomi di kawasan Asia Pasifik sangat
lambat selama 20 tahun terakhir. Lebih lanjut, UN Women (2016) menyatakan bahwa jika
kondisi seperti ini masih terjadi, maka untuk mencapai kesetaraan gender antara pria dan
wanita di Asia-Pasifik membutuhkan waktu 118 tahun.
Rendahnya kesetaraan gender sudah menjadi hal lazim di wilayah Asia Pasifik. Lebih
menyedihkan lagi, isu tersebut sulit terselesaikan karena lembaga-lembaga pemerintah yang
diberi tanggung jawab menangani kesetaraan perempuan tidak memiliki dana yang cukup
(UN Women, 2016). Hambatan utama hal ini adalah kurangnya investasi. Oleh sebab itu,
pemerintah dan setiap pemangku kepentingan perlu memberikan perhatian lebih untuk
menangani masalah ini. Untuk menangani permasalahan kesetaraan gender, setiap kebijakan
yang dikeluarkan pemerintah perlu memperhatikan masalah ini. Dengan demikian, usaha
peningkatan pemberdayaan dan pembangunan gender dapat terlaksana dengan baik (UN
Women, 2016). World Economic Forum (WEF) telah merancang sistem untuk menunjukkan
pentingnya kesetaraan gender bagi pertumbuhan dan perkembangan negara.
Sistem bernama Global Gender Gap tahun 2015 mengurutkan 145 negara berdasarkan
besarnya kesenjangan di bidang pendidikan, kesehatan, politik, kekuasaan, dan ekonomi.
Dalam laporan tersebut, lima negara dengan kesetaraan gender paling rendah adalah Iran,
Chad, Suriah, Pakistan, dan Yaman. Sementara itu, Indonesia berada di posisi ke-92, satu
peringkat di bawah Tiongkok dan di atas Uruguay (WEF, 2015). Dalam konteks
pemberdayaan dan pembangunan gender, Katjasungkana dalam Nugroho (2008)
mengemukakan empat indikator pemberdayaan dan pembangunan gender, yang meliputi (i)
akses, mencakup kesamaan hak dalam mengakses sumber daya-sumber daya produktif di

1
dalam lingkungan; (ii) partisipasi, yaitu keikutsertaan dalam mendayagunakan aset atau
sumber daya yang terbatas tersebut; (iii) kontrol, mencakup kesempatan yang sama bagi
lelaki dan perempuan untuk melakukan kontrol atas pemanfaatan sumber daya-sumber daya
tersebut; dan (iv) manfaat, yaitu lelaki dan perempuan harus dapat menikmati hasil-hasil
pemanfaatan sumber daya atau pembangunan secara bersama dan setara Isu gender menarik
banyak perhatian karena tidak saja menyangkut aspek psiko-sosiologis, tetapi juga berkaitan
dengan aspek teologis.
Kesetaraan gender merupakan kesamaan kondisi bagi laki-laki dan perempuan untuk
memperoleh kesempatan serta hakhaknya sebagai manusia, agar mampu berperan dan
berpartisipasi dalam kegiatan politik, hukum, ekonomi, sosial budaya, pendidikan,
pertahanan dan keamanan nasional (hankamnas), serta kesamaan dalam menikmati hasil
pembangunan tersebut. Kesetaraan gender juga meliputi penghapusan diskriminasi dan
ketidakadilan struktural, baik terhadap laki-laki maupun perempuan.
Kesetaraan gender memiliki kaitan dengan keadilan gender. Keadilan gender merupakan
suatu proses dan perlakuan adil terhadap laki-laki dan perempuan. Terwujudnya kesetaraan
dan keadilan gender ditandai dengan tidak adanya diskriminasi, baik terhadap lakilaki
maupun perempuan. Setiap orang memiliki akses, kesempatan berpartisipasi, kontrol atas
pembangunan, serta memperoleh manfaat yang setara dan adil dari pembangunan tersebut.
Dalam konteks ini, memiliki akses berarti setiap orang mempunyai peluang/ kesempatan
dalam memperoleh akses yang adil dan setara terhadap sumber daya dan memiliki wewenang
untuk mengambil keputusan terhadap cara penggunaan dan hasil sumber daya tersebut.
Sementara itu, memiliki kesempatan berpartisipasi berarti mempunyai kesempatan untuk
berkreasi atau ikut andil dalam pembangunan nasional. Selanjutnya, memiliki kontrol berarti
memiliki kewenangan untuk mengambil keputusan atas penggunaan dan hasil sumber daya
sehingga memperoleh manfaat yang sama dari pembangunan. Kesetaraan gender dapat pula
dianggap sebagai cara pintar untuk mengatur perekonomian. Hal ini disebabkan kesetaraan
gender akan memberikan akses bagi para wanita untuk turut berkontribusi dalam pergerakan
ekonomi suatu bangsa.
Akibatnya, pergerakan ekonomi akan semakin efektif dan wanita juga lebih dihargai
perannya. Pada tahun 2015, negara-negara anggota PBB telah menyepakati deklarasi untuk

2
melaksanakan Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (Sustainable Development Goals atau
SDGs). Konsep SDGs ini merupakan kelanjutan dari Tujuan Pembangunan Milenium
(Millennium Development Goals atau MDGs) yang juga menetapkan isu gender menjadi
salah satu agenda pembangunan. Evaluasi capaian kesetaraan dan pemberdayaan perempuan
dapat dilihat melalui indikator-indikator yang menunjukkan capaian-capaian pembangunan
berbasis gender, berupa Indeks Pemberdayaan Gender (IDG).
Tiga komponen pada IDG meliputi keterwakilan perempuan dalam parlemen; perempuan
sebagai tenaga profesional, manajer, administrasi, dan teknisi; serta sumbangan pendapatan
perempuan (KPPA & BPS, 2016). Tren IDG Sumatera Barat sejak tahun 2010 hingga 2013
terus menunjukkan peningkatan. Pada tahun 2010, IDG Sumatera Barat sebesar 63,04 dan
pada tahun 2013 mengalami peningkatan mencapai 65,40. Namun, IDG Sumatera Barat
mengalami penurunan pada tahun 2014 menjadi 61,86 dan naik kembali menjadi 64,06 pada
tahun 2015. Angka ini jauh tertinggal jika dibandingkan dengan IDG nasional sebesar 70,83
(KPPA & BPS, 2016) Penurunan IDG Sumatera Barat di tahun 2014 dipengaruhi oleh
penurunan keterwakilan perempuan dalam parlemen. Pada tahun 2013, keterwakilan
perempuan Sumatera Barat dalam parlemen sebesar 12,73%.
Namun, proporsi ini menurun menjadi 9,23% pada tahun 2014 dan 10,77% pada tahun
2015 (KPPA & BPS, 2016) Kondisi ini tidak sejalan dengan agenda pembangunan RPJMN
2014-2019 yang salah satu sasarannya adalah peningkatan peranan dan keterwakilan
perempuan di lembaga eksekutif, legislatif, dan yudikatif. Sasaran ini pun sudah tertera
dalam Undang-Undang (UU) No.12 Tahun 2003 tentang Pemilihan Umum Anggota Dewan
Perwakilan Rakyat (DPR), Dewan Perwakilan Daerah (DPD), Dewan Perwakilan Rakyat
Daerah (DPRD). Aturan ini menyatakan bahwa kuota perempuan untuk dapat berpartisipasi
dalam politik sekurang-kurangnya 30%. Sayangnya, kuota ini belum tercapai di Provinsi
Sumatera Barat. Jika kuota perempuan yang diatur dalam UU tersebut mampu dicapai secara
optimal tentu akan berdampak dalam pemberdayaan perempuan, mengingat kebijakan-
kebijakan yang dibuat akan lebih memperhatikan isu-isu gender.
Komponen pengukuran IDG yang kedua adalah persentase perempuan sebagai tenaga
manajer, profesional, kepemimpinan, dan teknisi. Indikator ini menunjukkan peranan

3
perempuan dalam pengambilan keputusan di bidang penyelenggaraan pemerintah, serta
kehidupan ekonomi dan sosial.

1.2 rumusan masalah


1. apa itu pemberdayaaa gender ?
2. bagaimana pemberdayaaan gender di Indonesia?
3. mengapa pemberdayaaan gender ini perlu?
4. Mengapa ketimpangan pemberdayaan gender masih terjadi di Indonesia?
5. Bagaimana meningkatkan pemberdayaan gender di Indonesia?

2.3 tujuan

Makalah ini bertujuan untuk memenuhi tugas pada mata kuliah pembangunan
berkelanjutan, serta menambah wawasan penyusun tentang bagaimana kondisi
pemberdayaan gender di Indonesia. tujuan lainnya penyusunan makalah ini ialah agar
pembaca dapat mengetahui bagaimana kondisi pemberdayaan gender di Indonesia saat ini
serta agar dapat menjadi referensi pembaca untuk hal hal terkait pemberdayaan gender.

4
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Definisi
a. Pemberdayaan
secara etimologis pemberdayaan berasal dari kata dasar “daya” yang berarti kekuatan
atau kemampuan. menurut parsons (1994:49) pemberdayaan menekankan bahwa orang
memperoleh keterampilan, pengetahuan dan kekuasan yang cukup untuk mempengaruhi
kehidupannya dan kehidupan orang lain yang menjdai perhatinnya. Menurut Jim
Ife, pemberdayaan artinya memberikan sumber daya, kesempatan, pengetahuan dan
ketrampilan kepada warga untuk meningkatkan kemampuan mereka dalam menentukan
masa depannya sendiri dan berpartisipasi dalam dan mempengaruhi kehidupan dari
masyarakatnya.
jadi dapat kita simpulkan pemberdayaan adalah upaya untuk membangun daya
dengan mendorong, memotivasi dan membangkitkan kesadaran akan potensi yang
dimiliki masyarakat serta upaya untuk mengembangkannya agar masyarakat bisa bisa
memiliki masa depan yang lebih terjamin. kemudian dari definisi tersebut terlihat
ada 3 tujuan utama dalam pemberdayaan yaitu mengembangkan kemampuan masyarakat,
mengubah perilaku masyarakat, dan mengorganisir diri masyarakat. tujuannya adalah
untuk memastikan keadaan yang ingin dicapai baik dari suatu perubahan sosial yang
mana menjadi masyarakat yang lebih berdaya, memiliki kekuasaan juga pengetahuan dan
kemampuan untuk dapat memenuhi kebutuhan hidupnya menjadi lebih baik lagi.

b. Gender
gender merupakan perbedaan yang terlihat antara laki-laki dan perempuan apabila
dilihat dari nilai dan tingkah laku. gender itu berasal dari bahasa latin “genus” yang
berarti jenis atau tipe. gender adalah sifat dan perilaku yang dilekatkan pada laki-laki dan
perempuan yang dibentuk secara sosial maupun budaya. pengertian gender menurut
muhtar (2002), bahwa gender dapat diartikan sebagai jenis kelamin sosial atau konotasi
masyarakat untuk menentukan peran sosial berdasarkan jenis kelamin. h.t. wilson dalam

5
sex dan gender mengartikan gender sebagai suatu dasar untuk menentukan perbedaan
sumbangan laki-laki dan perempuan pada kebudayaan dan kehidupan kolektif yang
sebagai akibatnya mereka menjadi laki-laki dan perempuan.
dari berbagai definisi diatas dapat disimpulkan bahwa gender adalah suatu konsep
yang digunakan untuk mengidentifikasi perbedaan antara laki-laki dan perempuan dilihat
dari segi sosial-budaya yang dapat berubah sesuai dengan perkembangan zaman dengan
demikian gender dalam arti ini mendefinisikan laki-laki dan perempuan dari sudut non-
biologis. istilah gender digunakan untuk menjelaskan perbedaan peran perempuan dan
laki-laki yang bersifat bawaan sebagai ciptaan tuhan. gender adalah pembedaan peran,
kedudukan, tanggung jawab, dan pembagian kerja antara laki-laki dan perempuan yang
ditetapkan oleh masyarakat berdasarkan sifat perempuan dan laki-laki yang dianggap
pantas menurut norma, adat istiadat, kepercayaan atau kebiasaan masyarakat.

gender tidak sama dengan kodrat. kodrat adalah sesuatu yang ditetapkan oleh tuhan yme,
sehingga manusia tidak mampu untuk merubah atau menolak. sementara itu, kodrat bersifat
universal, misalnya melahirkan, menstruasi dan menyusui adalah kodrat bagi perempuan,
sementara mempunyai sperma adalah kodrat bagi laki-laki. ketidakadilan gender merupakan
kondisi tidak adil akibat dari sistem dan struktur sosial, sehingga perempuan maupun laki-laki
menjadi korban dari pada sistem tersebut. laki-laki dan perempuan berbeda hanya karena kodrat
antara laki-laki dan perempuan berbeda. keadilan gender akan dapat terjadi jika tercipta suatu
kondisi di mana porsi dan siklus sosial perempuan dan laki-laki setara, serasi, seimbang dan
harmonis.

dari definisi pemberdayaan dan gender maka pemberdayaan gender adalah suatu upaya
untuk membuat masyarakat mampu mengembangkan potensi yang di milikinya untuk memiliki
kedudukan yang sama baik dalam masyarakat ,social, ekonomi, budaya dan lainnya terutaa untuk
kaum wanita dalam rangka mewujudkan salah satu tujuan nasional adalah menyejahterakan
seluruh rakyat indonesia.

6
2.2 ketimpangan pemberdayaan gender yang terjadi di Indonesia
indeks pemberdayaan gender (idg) merupakan sebuah indeks yang melihat keberdayaan
perempuan berdasarkan pada tiga hal, yaitu keterlibatan perempuan di parlemen, sumbangan
pendapatan perempuan, serta perempuan sebagai tenaga profesional. berdasarkan gambar
2.1 terlihat bahwa idg indonesia pada tahun 2020 mencapai 75,57 meningkat 0,33 poin
dibandingkan tahun 2019.

gambar 2.1 indeks pemberdayaan gender (idg) indonesia, 2010-2020

dari gambar tersebut, dapat dilihat bahwa masih ada ketimpangan besar capaian idg pada
provinsi-provinsi di indonesia tahun 2020. idg indonesia atau nilai nasional mencapai angka
75,57 dan lima provinsi dengan idg terendah adalah nusa tenggara barat, kep bangka belitung,
sumatera barat, kepulauan riau dan aceh sedangkan lima provinsi dengan idg tertinggi adalah
kalimantan tengah, sulawesi utara, maluku utara, sulawesi selatan dan sulawesi tengah.

gambar 2.2 indeks pemberdayaan gender (idg) menurut provinsi, 2020

7
dari peringkat capaian idg wilayah-wilayah yang memiliki capaian tertinggi dan terendah,
perlu dicatat bahwa tidak ada provinsi-provinsi dari wilayah barat indonesia (pulau sumatera,
jawa, dan bali) yang memiliki angka idg di atas nilai nasional, bahkan 2 provinsi dengan angka
idg terendah terdapat di wilayah barat yaitu kepulauan bangka belitung dan sumatera barat. di
wilayah barat indonesia, provinsi yang memiliki nilai idg yang mendekati angka nasional adalah
dki jakarta, di yogyakarta, dan sumatera selatan.

gambar 2.3 nilai idg menurut provinsi, 2014, 2017, dan 2020

8
gambar tersebut melihat tren idg pada 3 titik tahun yaitu 2014, 2017 dan 2020 berdasarkan
provinsi di indonesia. perbandingan tinggi batang menggambarkan tren yang meningkat atau
menurun dibandingkan tahun sebelumnya. dengan demikian, apabila nilai idg terus meningkat
maka batang akan berada pada posisi teratas dari kedua batang lainnya. batang merah
menggambarkan capaian idg tahun 2014, batang kuning menggambarkan idg tahun 2017 dan
batang hijau menggambarkan capaian idg tahun 2020. kenyataannya, ada provinsi, posisi batang
hijau justru berada tingkat paling bawah yang menunjukkan adanya nilai idg tahun 2020 lebih
rendah dibandingkan tahun 2017 atau 2014. provinsi kepulauan bangka belitung memiliki angka
idg yang terus menurun pada tahun 2014, 2017 dan 2020, yaitu tahun 2014 memiliki nilai idg
sebesar 56,12, tahun 2017 nilai idg menjadi 54,91 dan akhirnya mencapai 53,03 pada tahun
2020. bila dilihat jumlah wilayah yang bisa mencapai nilai idg diatas nasional, maka tahun 2020
lebih rendah dibandingkan tahun 2017 dan 2014. pada tahun 2020 terdapat 5 provinsi yang
capaian nilai idg diatas nilai nasional, 8 wilayah pada tahun 2017 dan 6 wilayah pada tahun
2014. pada tahun 2014, provinsi kalimantan tengah adalah wilayah dengan capaian idg tertinggi
sedangkan papua barat yang terendah, tahun 2017 provinsi sulawesi utara menjadi wilayah
tertinggi dan papua barat tetap yang terendah, tetapi pada tahun 2020 provinsi kalimantan tengah
kembali menjadi posisi tertinggi sedangkan nusa tenggara barat menjadi wilayah yang terendah.

pada tabel 2.1 dapat dilihat bahwa tahun 2017 dan 2020, terdapat 2 provinsi yang memiliki
nilai idg tertinggi yaitu kalimantan tengah dan sulawesi utara, sedangkan tahun 2014 pada
9
provinsi kalimantan tengah dan maluku. provinsi maluku utara mengalami peningkatan peringkat
cukup cepat dibandingkan tahun 2017 dan 2014, dimana pada tahun 2020 posisi maluku utara
sudah masuk ke dalam 3 besar provinsi yang memiliki nilai idg tertinggi, padahal tahun-tahun
sebelumnya peringkat maluku utara masih jauh dibawah provinsi-provinsi lainnya. sebaliknya,
pada tahun 2020, 2 provinsi dengan nilai idg terendah terdapat pada provinsi nusa tenggara barat
dan kepulauan bangka belitung, tahun 2017 provinsi papua barat dan kepulauan bangka belitung
dan tahun 2014 provinsi papua barat dan kalimantan timur.

tablel 2.1 provinsi dengan idg tertinggi dan terendah, tahun 2014, 2017, 2020

berdasarkan tabel 2.1 dapat disimpulkan bahwa ada beberapa provinsi yang dapat dijadikan
benchmark untuk peningkatan idg di provinsi lainnya di indonesia, yaitu: (1) provinsi papua
barat yang mampu keluar dari kategori provinsi dengan idg terendah melalui peningkatan poin
sebesar 14,29 pada tahun 2020; (2) provinsi maluku utara dengan poin peningkatan yang
konsisten dari tahun 2014, 2017, dan 2020 dan akhirnya tahun 2020 berhasil masuk pada
kategori provinsi dengan nilai idg tertinggi ditunjukkan melalui peningkatan poin dari tahun ke
2014 ke tahun 2020 sebesar 16,23 poin; (3) provinsi papua dan nusa tenggara timur mengalami
peningkatan poin tertinggi pada tahun 2020 dibandingkan tahun 2017, sedangkan maluku dan
kepulauan riau mengalami peningkatan poin tertinggi pada tahun 2017 dibandingkan tahun 2014;
(4) provinsi kalimantan tengah dan sulawesi utara merupakan provinsi yang konsisten
menempati 3 besar provinsi yang memiliki nilai idg tertinggi dari tahun 2014, 2017 dan 2020; (5)

10
di wilayah barat indonesia, nilai idg tahun 2020 paling tinggi adalah dki jakarta, di yogyakarta,
dan sumatera selatan.

tabel 2.2 melihat kabupaten/kota yang memiliki capaian idg tertinggi dan terendah pada
tahun 2020. pada tabel tersebut kabupaten gunung mas di provinsi kalimantan tengah memiliki
capaian idg tertinggi sedangkan kabupaten pegunungan arfak memiliki capaian idg terendah. dari
10 wilayah yang memiliki capaian idg tertinggi, 3 kabupaten berada di provinsi kalimantan
tengah, 3 kabupaten/kota berada di provinsi sulawesi utara, 3 kabupaten/kota berada di jawa
timur dan 1 kabupaten berada di jawa tengah. sebaliknya dari 10 wilayah yang memiliki capaian
idg terendah, 6 kabupaten berada di provinsi papua, 2 kabupaten di papua barat, provinsi
sulawesi barat dan riau masing-masing 1 kabupaten.

table 2.2 kabupaten/kota dengan idg tertinggi dan terendah, 2020

memahami masing-masing komponen idg pada gambar 2.4, terlihat secara umum posisi
terendah komponen pembentuk idg adalah persentase keterlibatan perempuan di parlemen,
diikuti oleh persentase sumbangan pendapatan perempuan dan persentase perempuan sebagai

11
tenaga profesional. dari gambar 1.4 tersebut juga terlihat bahwa ketiga komponen idg mengalami
peningkatan di tahun 2020.

gambar 2.4 idg indonesia menurut komponennya, 2020

gambar 2.4 memperlihatkan bahwa pada tahun 2020, komponen yang perlu terus
ditingkatkan secara drastis adalah persentase keterlibatan perempuan di parlemen serta
persentase sumbangan pendapatan perempuan. pada bagian berikutnya akan dibahas tiap-tiap
komponen berdasarkan sebaran wilayah agar bisa mendapatkan gambaran terkait pendekatan
untuk meningkatkan nilai dari masing-masing komponen idg.

2.3 keterlibatan perempuan pada parlemen

keterlibatan perempuan pada parlemen perlu perjuangan besar ada tiga hal yang dapat
dipahami dari gambar 2.5, pertama, pada tahun 2020 terdapat 2 dari 3 provinsi dengan nilai idg
tertinggi juga memiliki persentase keterlibatan perempuan di parlemen tertinggi di indonesia,
yaitu kalimantan tengah dan sulawesi utara. peringkat ke-3 tertinggi dengan persentase
keterlibatan perempuan di parlemen adalah sulawesi selatan. kedua, 3 provinsi dengan nilai idg
terendah juga memiliki persentase keterlibatan perempuan di parlemen terendah, yaitu nusa
tenggara barat, kep. bangka belitung, dan sumatera barat.

12
ketiga, ketimpangan capaian yang sangat besar antara provinsi-provinsi di wilayah barat
(pulau jawa, sumatera, dan bali) dan wilayah timur indonesia pada komponen persentase
keterlibatan perempuan di parlemen. dapat dilihat di wilayah timur banyak provinsi yang
memiliki capaian persentase keterlibatan perempuan di parlemen di atas garis nasional (21,09)
sebaliknya di wilayah barat sebagian besar provinsinya berada di bawah garis nasional. provinsi
dengan capaian tinggi pada persentase keterlibatan perempuan di parlemen banyak terpusat pada
provinsi-provinsi di wilayah timur indonesia, sedangkan capaian rendah banyak didominasi
pada provinsi-provinsi di wilayah barat indonesia.

gambar 2.5 persentase keterlibatan perempuan di parlemen menurut provinsi, 2020

peningkatan maupun penurunan persentase keterlibatan perempuan pada parlemen tahun


2020 dibandingkan 2017 dan tahun 2017 dibandingkan 2014 dapat dilihat pada gambar 4.6.
tahun 2017 dibandingkan 2014 terdapat lebih banyak wilayah yang mengalami peningkatan
dibanding penurunan (tercermin dari banyaknya bar berwarna oranye di sebelah kanan
dibandingkan di sebelah kiri). pada tahun 2017 sebanyak 5 provinsi yang mengalami penurunan,
9 provinsi yang yang tidak mengalami kenaikan dan sisanya 20 provinsi mengalami kenaikan
dibandingkan tahun 2014. beberapa provinsi yang mengalami penurunan persentase keterlibatan
perempuan di parlemen adalah: papua, papua barat, kalimantan utara, kalimantan selatan, dan
kep. bangka belitung. pola perbandingan antara 2020 dengan 2017, terlihat jumlah wilayah yang

13
mengalami penurunan persentase keterlibatan perempuan tahun 2020 dibandingkan dengan 2017
lebih banyak dibandingkan dengan jumlah wilayah yang mengalami penurunan pada tahun 2017
dibandingkan tahun 2014.

pada tahun 2020 terdapat sebanyak 15 provinsi yang mengalami penurunan dibandingkan
tahun 2017, sedangkan tahun 2017 terdapat 5 provinsi yang mengalami penurunan dibandingkan
tahun 2014. tahun 2020 sebanyak 15 provinsi yang mengalami penurunan, 1 provinsi yang tidak
mengalami kenaikan dan 18 provinsi yang mengalami kenaikan dibandingkan tahun 2017.
peningkatan tertinggi terdapat pada provinsi ntt yaitu 10,77 persen, sedangkan penurunan
tertinggi terdapat pada provinsi riau yaitu 9,67 persen.

gambar 2.6 tren peningkatan atau penurunan angka keterlibatan perempuan pada parlemen
menurut provinsi, 2014 dibandingkan 2017 dan 2017 dibandingkan 2020

tabel 2.3 menjelaskan provinsi sulawesi utara mempunyai persentase keterlibatan perempuan
dalam parlemen tertinggi pada tahun 2014 dan 2017 kemudian turun menjadi posisi kedua pada
14
tahun 2020, sebaliknya provinsi maluku yang menduduki posisi ketiga pada tahun 2014 dan
2017 kemudian posisinya digantikan sulawesi selatan pada tahun 2020. pada posisi terendah
terlihat provinsi papua barat dan bali yang menempati posisi terendah pertama dan ketiga pada
tahun 2014 dan 2017 digantikan oleh ntb dan sumatera barat pada tahun 2020.

tabel 2.3 kategori provinsi dengan persentase keterlibatan perempuan di parlemen tertinggi dan
terendah, 2014, 2017, dan 2020

tahun 2020, angka keterlibatan perempuan di parlemen tertinggi, peningkatan angka


tercepat, dan peningkatan angka secara konsisten dipegang oleh provinsiprovinsi di wilayah
timur indonesia. penurunan beberapa justru terjadi di wilayah barat indonesia. hal ini
menunjukkan bahwa daerah-daerah yang jauh dari ibu kota atau pulau jawa lebih terbuka dalam
melibatkan perempuan di parlemen. belum ada penelitian di indonesia yang benar-benar
menjelaskan mengapa lebih banyak provinsi di wilayah timur indonesia yang memiliki
persentase keterlibatan perempuan di parlemen di atas angka nasional dibandingkan wilayah
barat.

hanya saja sebagai langkah ke depan terkait peningkatan keterlibatan perempuan di


parlemen, diperlukan rencana-rencana strategis yang berangkat dari data dan penelitian. hal ini
diperlukan karena angka keterlibatan perempuan masih begitu rendah dibanding dua komponen
pembentuk idg lainnya. pada tabel 1.4 terlihat posisi kabupaten/kota yang memiliki persentase
keterlibatan perempuan di parlemen tertinggi dan terendah pada tahun 2020. kabupaten minahasa
memiliki persentase tertinggi yaitu 48,57 persen sedangkan terendah kabupaten aceh utara.

15
untuk kabupaten/kota yang memiliki persentase tertinggi terdiri dari 3 kabupaten/kota di
sulawesi utara, 2 kabupaten di kalimantan tengah sedangkan sisanya ada di kalimantan timur,
sulawesi tenggara, aceh, kepulauan riau dan jawa timur. sedangkan persentase terendah sebanyak
4 kabupaten di provinsi riau, 2 kabupaten di aceh dan sisanya ada di jambi, papua dan sumatera
utara.

tabel 1.4 persentase keterlibatan perempuan di parlemen menurut kabupaten/kota tertinggi dan
terendah, 2020

aspinall et.al (2021) menyatakan bahwa ada dua hal yang membuat perempuan cukup
terhambat menjadi anggota parlemen, antara lain keterbatasan sumber daya materi kandidat
perempuan untuk mencalonkan diri. kenyataannya, di indonesia, pihak yang memiliki banyak
16
sumber daya materi dan jaringan luas dan berpengaruh adalah kandidat dari laki-laki, sehingga
terkadang kandidat perempuan akhirnya bertumpu pada laki-laki untuk bisa mengorganisir
kampanye dan membangun jaringan yang luas dan berpengaruh. wardani dan subekti (2021)
menyebutkan bahwa ketentuan minimal 30% keterwakilan perempuan di parlemen memang
telah mendorong peningkatan angka perempuan di parlemen, hanya saja mereka yang menang
dan terus bertahan adalah perempuan dari kelompok-kelompok tertentu.

wardani dan subekti (2021) menyebutkan bahwa dari tahun ke tahun (terakhir data 2019)
memperlihatkan bahwa perempuan yang berasal dari dinasti politik justru semakin meningkat
bukan semakin menurun. hal ini sangat berhubungan dengan temuan aspinall et.al (2021):
perempuan yang mampu melakukan kampanye dengan aktif dan mendapatkan kursi adalah
mereka yang memiliki koneksi dengan tokoh laki-laki yang merupakan bagian dari dinasti
politik. wardana dan subekti (2021) juga membuktikan bahwa lebih dari setengah para
perempuan di parlemen tidak terpilih kembali dengan detil data hanya 39% perempuan yang
terpilih kembali di tahun 2014 dan 38,6% perempuan yang terpilih kembali di tahun 2019.

penelitian perdana dan hillman (2020) juga menunjukkan hasil yang sama dimana tingkat
pergantian perempuan di parlemen sangat tinggi yang membuktikan bahwa perempuan
mengalami kesulitan untuk membangun karirnya di parlemen. temuan-temuan dari penelitian di
atas memperlihatkan bahwa syarat minimal 30% keterwakilan perempuan di parlemen belum
diikuti dengan sistem yang membuat perempuan dapat secara berkelanjutan terwakili di
parlemen. kecenderungan terpilihnya perempuan-perempuan yang merupakan bagian dari dinasti
politik justru semakin menjauhkan tujuan dari diadakannya kuota minimal perempuan di
parlemen, yaitu kesetaraan keterwakilan suara berbasis gender.

para perempuan di parlemen yang merupakan bagian dari dinasti politik akan terus
melanggengkan ketidaksetaraan hubungan kuasa yang dialami oleh perempuan. indonesia perlu
membangun sistem yang mendukung kandidat perempuan yang berkualitas dan dapat
mendukung perempuan untuk bisa terus membangun karir di parlemen.

2.4 perempuan semakin berkontribusi dalam penciptaan pendapatan


17
pada gambar 2.7, tahun 2020, persentase sumbangan pendapatan perempuan tertinggi di
provinsi nusa tenggara timur yaitu 43,56 persen, lalu disusul dengan di yogyakarta sebesar
40,82 persen, dan peringkat 3 dipegang oleh bali sebesar 38,55 persen. untuk wilayah yang
memiliki persentase sumbangan pendapatan perempuan terendah berada di kalimantan timur
dengan angka 24,17 persen, disusul oleh kalimantan utara dengan angka 26,58 persen, dan
di peringkat 3 adalah kep. bangka belitung dengan angka 26,89.

gambar 2.7 juga menunjukkan banyak provinsi-provinsi di indonesia memiliki


persentase sumbangan pendapatan perempuan masih banyak yang berada di bawah garis
rata-rata atau angka nasional. persentase sumbangan pendapatan perempuan secara nasional
adalah 37,26 persen, terdapat 5 provinsi yang memiliki nilai persentase sumbangan
perempuan diatas nasional, sedangkan sisanya atau 29 provinsi memiliki persentase dibawah
nasional. untuk meningkatkan kontribusi sumbangan pendapatan perempuan pada idg
indonesia, mengurangi ketimpangan antar provinsi di indonesia menjadi strategi yang harus
diprioritaskan.

gambar 2.7 persentase sumbangan pendapatan perempuan menurut provinsi, 2020

gambar 2.8 memperlihatkan bagaimana dua tren peningkatan sumbangan pendapatan


perempuan berdasarkan provinsi yaitu perbandingan tahun 2020 dengan 2017 dan perbandingan
2017 dengan 2014. secara umum komponen persentase sumbangan pendapatan perempuan
berbeda pola tren dengan persentase keterlibatan perempuan dalam parlemen. komponen
18
persentase keterlibatan perempuan dalam parlemen memiliki wilayah yang memiliki tren
penurunan angka capaian, sedangkan untuk kompenen persentase sumbangan pendapatan
perempuan tidak terdapat wilayah yang memiliki tren penurunan angka capaian.

beberapa hal yang harus diperhatikan dalam gambar 2.8 adalah percepatan kenaikan tren
persentase sumbangan pendapatan perempuan, dimana percepatan kenaikan tahun 2017
dibandingkan dengan 2014 menunjukkan lebih cepat dibandingkan dengan tren tahun 2020
dibandingkan tahun 2017. hal ini ditunjukkan dengan lebih banyak wilayah memiliki batang
berwarna jingga (tren data 2017 dengan 2014) lebih panjang dibandingan batang berwarna biru
(tren data 2020 dengan 2017). dengan demikian, berdasarkan gambar 2.8 dapat disimpulkan
walaupun hampir semua provinsi di indonesia mengalami kenaikan persentase sumbangan
pendapatan perempuan ditahun 2020 dibandingkan tahun 2017, tetapi sebagian besar provinsi
mengalami perlambatan kenaikan tren bila dibandingkan dengan kenaikan tahun 2017
dibandingkan 2014.

hanya 2 provinsi yaitu kalimantan utara dan sulawesi barat yang mengalami percepatan
kenaikan tren di tahun 2020 dibandingkan tahun 2017 selebihnya mengalami perlambatan
kenaikan tren. hal ini menunjukkan bahwa percepatan peningkatan persentase sumbangan
pendapatan perempuan di tahun 2020 dibandingkan dengan tahun 2017 lebih lambat
dibandingkan percepatan peningkatan persentase sumbangan pendapatan perempuan ditahun
2017 dibandingkan tahun 2014.

gambar 2.8 tren peningkatan persentase sumbangan pendapatan perempuan menurut provinsi,
2014 dibandingkan 2017 dan 2017 dibandingkan 2020

19
sepuluh wilayah kabupaten/kota yang memiliki persentase sumbangan pendapatan
perempuan pada tahun 2020 tertinggi terlihat lebih banyak dari provinsi sumatera utara yaitu 5
kabupaten/kota sedangkan sisanya berasal dari sulawesi barat, papua barat, papua, ntt dan
kalimantan tengah. untuk sepuluh wilayah yang memiliki persentase pendapatan perempuan
yang terendah terbanyak di provinsi kalimantan timur sebanyak 3 kabupaten/kota sedangkan
sisanya berada maluku utara, sulawesi tenggara, sulawesi barat, sulawesi selatan, kalimantan
tengah, riau dan lampung. persentase tertinggi terdapat pada kabupaten konawe kepulauan
sebesar 77,61 persen dan terendah terdapat pada kabupaten pulau taliabu sebesar 15,25 persen.

tabel 2.5 persentase sumbangan pendapatan perempuan menurut kabupaten/kota tertinggi dan
terendah, 2020

20
2.5 profesionalisme pekerja perempuan telah banyak diperhitungkan
secara umum berdasarkan gambar 1.9, provinsi-provinsi di indonesia telah banyak
melibatkan perempuan sebagai tenaga profesional. hal ini tercermin dari banyaknya angka
perempuan sebagai pekerja profesional yang di atas rata-rata indonesia (48,76). apabila
dibandingkan, ada 12 provinsi yang angka perempuan sebagai tenaga profesionalnya di
bawah nilai indonesia dan 22 provinsi yang telah memiliki angka perempuan sebagai tenaga
profesional di atas nilai indonesia.

21
gambar 2.9 persentase perempuan sebagai tenaga profesional menurut provinsi, 2020

bila dilihat menurut provinsi, ketimpangan capaian persentase perempuan sebagai tenaga
profesional juga terjadi. sudah banyak provinsi yang mengakui perempuan dapat menjadi tenaga
profesional, namun capaian titik puncak dan titik terendah memiliki gap yang cukup besar
sehingga ketimpangan antara provinsi masih cukup tinggi. tahun 2020, capaian provinsi yang
memiliki persentase perempuan sebagai tenaga profesional tertinggi adalah sumatera barat,
gorontalo, dan sulawesi selatan, sedangkan terendah adalah provinsi papua, papua barat, dan
kalimantan utara dengan rentang antara provinsi dengan capaian tertinggi dan terendah sebesar
23,49 persen.

pada masing-masing kelompok wilayah, juga terlihat ketimpangan persentase perempuan


sebagai tenaga profesional. di wilayah barat terdapat 4 provinsi dibawah angka nasional,
sedangkan di wilayah timur terdapat 8 provinsi dibawah angka nasional. provinsi jawa barat,
banten, dki jakarta, dan kepulauan riau adalah kelompok wilayah barat yang memiliki persentase
perempuan tenaga profesional di bawah nasional. sedangkan di wilayah timur indonesia, papua,
papua barat, kalimantan utara, kalimantan barat, kalimantan timur, nusa tenggara barat,
kalimantan tengah, dan maluku utara adalah provinsi yang memiliki persentase perempuan
sebagai tenaga profesional di bawah nasional. data yang menjadi catatan adalah bahwa provinsi
di wilayah barat indonesia seperti dki jakarta yang menjadi ibukota negara dan jawa barat yang
menjadi provinsi yang cukup dekat dengan ibukota masih memiliki persentase perempuan
sebagai tenaga profesional yang lebih rendah dibanding wilayah-wilayah lain. selain itu pulau

22
kalimantan secara keseluruhan memerlukan usaha yang sangat tinggi untuk meningkatkan angka
tenaga profesional perempuannya, karena hanya kalimantan selatan yang memiliki angka tenaga
profesional di atas ratarata indonesia dibandingkan provinsi di kalimantan lainnya.

gambar 2.10 tren peningkatan atau penurunan tenaga profesional perempuan menurut provinsi,
2014 dibandingkan 2017 dan 2017 dibandingkan 2020

gambar 2.10 memperlihatkan 2 pola tren peningkatan dan penurunan persentase perempuan
sebagai tenaga profesional berdasarkan provinsi yaitu pola tren tahun 2020 dibandingkan 2017
dengan pola tren tahun 2017 dibandingkan 2014. bila dilihat data pada tahun 2017 dibandingkan
tahun 2014, ada 12 provinsi yang mengalami penurunan persentase perempuan sebagai tenaga
profesional, sebaliknya 21 provinsi lainnya mengalami peningkatan sedangkan 1 provinsi yaitu
sumatera utara capaiannya tetap.

23
selanjutnya, data tahun 2020 dibandingkan tahun 2017 menggambarkan bahwa jumlah
daerah yang mengalami peningkatan lebih banyak dibandingkan jumlah daerah yang mengalami
penurunan, dimana terdapat 27 provinsi yang mengalami peningkatan persentase perempuan
sebagai tenaga profesional. provinsi-provinsi yang mengalami penurunan angka tenaga
profesional perempuan adalah kalimantan utara, aceh, sulawesi barat, jambi, riau, maluku utara
dan gorontalo. perlu diperhatikan bahwa angka capaian persentase perempuan sebagai tenaga
profesional di maluku utara dan gorontalo terus menurun dari 2014-2017 ke 2017-2020.

pada tabel 2.5 dapat dilihat keterwakilan provinsi di wilayah timur dan barat ada yang
memiliki angka tenaga profesional perempuan tertinggi, namun pada angka terendah sebagian
besar berada pada wilayah timur indonesia. pada 3 wilayah yang memiliki capian persentase
perempuan sebagai tenaga profesional wilayah barat diwakilkan oleh aceh dan sumatera barat
pada tahun 2014 dan tahun 2017 dan 2020 diwakilkan hanya oleh provinsi sumatera barat.
sedangkan wilayah timur tahun 2014 persentase tertinggi diwakilkan oleh provinsi gorontalo,
tahun 2017 diwakilkan oleh gorontalo dan sulawesi barat, dan tahun 2020 kembali diwakilkan
oleh gorontalo dan sulawesi selatan.

untuk persentase perempuan sebagai tenaga profesional terendah untuk wilayah barat
terdapat di provinsi riau selebihnya berada di provinsi papua, papua barat, kalimantan timur dan
kalimantan utara. hal ini memperlihatkan bahwa di wilayah timur masih ada ketimpangan dalam
hal pemberdayaan perempuan sebagai tenaga profesional.

tabel 2.6 kategori provinsi dengan tenaga profesional perempuan tertinggi dan terendah, 2014,
2017, dan 2020

24
tabel 2.6 menunjukkan bahwa wilayah yang memiliki persentase perempuan sebagai tenaga
profesional tertinggi terdapat di kabupaten sijunjung (provinsi sumatera barat) dan terendah di
kabupaten mamberamo tengah (provinsi papua) dengan rentang perbedaan sebesar 51,58 persen.
dari 10 kabupaten/kota yang memiliki persentase perempuan sebagai tenaga profesional 5
kabupaten/kota berada di provinsi sumatera barat, 2 kabupaten berada di sumatera utara, 2
kabupaten berada di sulawesi selatan dan sisanya berada di sulawesi tenggara dan sulawesi
selatan. sedangkan untuk wilayah yang memiliki persentase perempuan sebagai tenaga
profesional 9 kabupaten berada di provinsi papua dan 1 kabupaten berada di provinsi papua
barat.

tabel 2.7 persentase perempuan sebagai tenaga profesional menurut kabupaten/kota tertinggi dan
terendah, 2020

25
26
provinsi di wilayah barat indonesia juga cukup konsisten dalam peningkatan angka tenaga
profesional perempuan. secara umum, angka tenaga profesional perempuan sudah cukup tinggi
dibandingkan dua komponen idg lainnya, namun masih diperlukan usaha besar di beberapa
daerah dengan nilai angka tenaga profesional perempuan terendah atau daerah yang kerap
mengalami penurunan dari tahun ke tahun.

27
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Dalam konteks pemberdayaan dan pembangunan gender, Katjasungkana dalam Nugroho


(2008) mengemukakan empat indikator pemberdayaan dan pembangunan gender, yang meliputi
(i) akses, mencakup kesamaan hak dalam mengakses sumber daya-sumber daya produktif di
dalam lingkungan; (ii) partisipasi, yaitu keikutsertaan dalam mendayagunakan aset atau sumber
daya yang terbatas tersebut; (iii) kontrol, mencakup kesempatan yang sama bagi lelaki dan
perempuan untuk melakukan kontrol atas pemanfaatan sumber daya-sumber daya tersebut; dan
(iv) manfaat, yaitu lelaki dan perempuan harus dapat menikmati hasil-hasil pemanfaatan sumber
daya atau pembangunan secara bersama dan setara Isu gender menarik banyak perhatian karena
tidak saja menyangkut aspek psiko-sosiologis, tetapi juga berkaitan dengan aspek teologis.

Namun, proporsi ini menurun menjadi 9,23% pada tahun 2014 dan 10,77% pada tahun 2015
(KPPA & BPS, 2016) Kondisi ini tidak sejalan dengan agenda pembangunan RPJMN 2014-2019
yang salah satu sasarannya adalah peningkatan peranan dan keterwakilan perempuan di lembaga
eksekutif, legislatif, dan yudikatif. wilson dalam sex dan gender mengartikan gender sebagai
suatu dasar untuk menentukan perbedaan sumbangan laki-laki dan perempuan pada kebudayaan
dan kehidupan kolektif yang sebagai akibatnya mereka menjadi laki-laki dan perempuan.

dari berbagai definisi diatas dapat disimpulkan bahwa gender adalah suatu konsep yang
digunakan untuk mengidentifikasi perbedaan antara laki-laki dan perempuan dilihat dari segi
sosial-budaya yang dapat berubah sesuai dengan perkembangan zaman dengan demikian gender
dalam arti ini mendefinisikan laki-laki dan perempuan dari sudut non-biologis.

pemberdayaan gender (idg) merupakan sebuah indeks yang melihat keberdayaan perempuan
berdasarkan pada tiga hal, yaitu keterlibatan perempuan di parlemen, sumbangan pendapatan
perempuan, serta perempuan sebagai tenaga profesional. dari gambar 2.1, dapat dilihat bahwa
masih ada ketimpangan besar capaian idg pada provinsi-provinsi di indonesia tahun 2020. idg
indonesia atau nilai nasional mencapai angka 75,57 dan lima provinsi dengan idg terendah
28
adalah nusa tenggara barat, kep bangka belitung, sumatera barat, kepulauan riau dan aceh
sedangkan lima provinsi dengan idg tertinggi adalah kalimantan tengah, sulawesi utara, maluku
utara, sulawesi selatan dan sulawesi tengah.dari peringkat capaian idg wilayah-wilayah yang
memiliki capaian tertinggi dan terendah, perlu dicatat bahwa tidak ada provinsi-provinsi dari
wilayah barat indonesia (pulau sumatera, jawa, dan bali) yang memiliki angka idg di atas nilai
nasional, bahkan 2 provinsi dengan angka idg terendah terdapat di wilayah barat yaitu kepulauan
bangka belitung dan sumatera barat.

berdasarkan tabel 2.1 dapat disimpulkan bahwa ada beberapa provinsi yang dapat dijadikan
benchmark untuk peningkatan idg di provinsi lainnya di indonesia, yaitu: (1) provinsi papua
barat yang mampu keluar dari kategori provinsi dengan idg terendah melalui peningkatan poin
sebesar 14,29 pada tahun 2020; (2) provinsi maluku utara dengan poin peningkatan yang
konsisten dari tahun 2014, 2017, dan 2020 dan akhirnya tahun 2020 berhasil masuk pada
kategori provinsi dengan nilai idg tertinggi ditunjukkan melalui peningkatan poin dari tahun ke
2014 ke tahun 2020 sebesar 16,23 poin; (3) provinsi papua dan nusa tenggara timur mengalami
peningkatan poin tertinggi pada tahun 2020 dibandingkan tahun 2017, sedangkan maluku dan
kepulauan riau mengalami peningkatan poin tertinggi pada tahun 2017 dibandingkan tahun 2014;
(4) provinsi kalimantan tengah dan sulawesi utara merupakan provinsi yang konsisten
menempati 3 besar provinsi yang memiliki nilai idg tertinggi dari tahun 2014, 2017 dan 2020; (5)
di wilayah barat indonesia, nilai idg tahun 2020 paling tinggi adalah dki jakarta, di yogyakarta,
dan sumatera selatan.

dari 10 wilayah yang memiliki capaian idg tertinggi, 3 kabupaten berada di provinsi
kalimantan tengah, 3 kabupaten/kota berada di provinsi sulawesi utara, 3 kabupaten/kota berada
di jawa timur dan 1 kabupaten berada di jawa tengah.memahami masing-masing komponen idg
pada gambar 2.4, terlihat secara umum posisi terendah komponen pembentuk idg adalah
persentase keterlibatan perempuan di parlemen, diikuti oleh persentase sumbangan pendapatan
perempuan dan persentase perempuan sebagai tenaga profesional.

29
DAFTAR PUSTAKA

Muzayyanah, Dini, Iklilah, dkk. 2020. Pembangunan Manusia Berbasis Gender 2020.
indonesia Diterbitkan Oleh Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak
(Kemen PPPA).

Tanziha, Ikeu, dkk. 2021. Pembangunan Manusia Berbasis Gender 2021. Indonesia.
Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak.

Adi, Isbandi Rukminto. 2012. Intervensi Komunitas & Pengembangan Masyarakat Sebagai
Upaya Pemberdayaan Masyarakat. Jakarta: Rajawali Pers. Ali, Madekhan. 2007. Pemberdayaan
Masyarakat. Jakarta:Averros Press.

Keraf, A.Sony. 2010. Etika Lingkungan Hidup. Jakarta: Penerbit Buku Kompas. Ma’arif,
Syafi’i, 2003. Pembangunan dalam Perspektif Gender. Malang: UMM Press.

Mardikanto, T.& Soebiato, P. 2013. Pemberdayaan Masyarakat Dalam Perspektif Kebijakan


Publik.Bandung: Alfabeta.

Soerjani, Muhammad. 2009. Pendidikan Lingkungan (Environmental Education) Sebagai


Dasar Sikap dan Perilaku Bagi Kelangsungan Kehidupan Menuju Pembangunan Berkelanjutan.
Jakarta: Institut Pendidikan dan Pengembangan Lingkungan.

https://ejurnal.kependudukan.lipi.go.id/index.php/jki/article/view/303/pdf

https://dp3appkb.kalteng.go.id/artikel/kalimantan-tengah-predikat-indeks-pemberdayaan-gender-
tertinggi-di-
indonesia.html#:~:text=Indeks%20Pemberdayaan%20Gender%20(Gender%20Empowerment,la
ki%20dan%20perempuan%20dalam%20parlemen%2C

file:///C:/Users/HP/Downloads/388-901-1-SM.pdf

file:///C:/Users/HP/Desktop/buku%20pembangunan-manusia-berbasis-gender-2020.pdf

file:///C:/Users/HP/Desktop/buku%20pmbg-tahun-2021.pdf

30

Anda mungkin juga menyukai