Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

PERAN PEREMPUAN DALAM BIROKRASI

Di Susun Oleh

Ardiansyah

B20119034

PROGRAM STUDI SOSIOLOGI

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS TADULAKO

2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur Saya ucapkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat-Nya sehingga
makalah ini dapat tersusun sampai dengan selesai. Tidak lupa saya mengucapkan
terima kasih terhadap bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan
memberikan sumbangan baik pikiran maupun materinya. saya sangat berharap
semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman bagi
pembaca. Bahkan saya berharap lebih jauh lagi agar makalah ini bisa pembaca
praktekkan dalam kehidupan sehari-hari. Bagi saya sebagai penyusun merasa
bahwa masih banyak kekurangan dalam penyusunan makalah ini karena
keterbatasan pengetahuan dan pengalaman saya. Untuk saya sangat mengharapkan
kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.
DAFTAR ISI

SAMPUL............................................................................................................................1

KATA PENGANTAR.......................................................................................................2

BAB I..................................................................................................................................3

Pendahuluan.......................................................................................................................4

1.1........................................................................................................................................Latar Belak
.......................................................................................................................................5
1.2........................................................................................................................................Rumusan M
.......................................................................................................................................6
1.3........................................................................................................................................Tujuan Pen
.......................................................................................................................................7

BAB II.................................................................................................................................8

PEMBAHASAN.................................................................................................................9

A.Kepemimpinan...............................................................................................................10

B.Konsep perempuan .......................................................................................................11

C.Peranan Kepemimpinan Dalam Jabatan Publik........................................................12

BAB III...............................................................................................................................13

PENUTUP..........................................................................................................................14

Kesimpulan Dan Saran.....................................................................................................15

Kesimpulan.........................................................................................................................16

Saran...................................................................................................................................17

DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................18
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Isu kesetaraan gender di birokrasi menjadi krusial karena terdapat kecenderungan


dominasi laki-laki di birokrasiyang menjadikan posisi perempuan sebagai sub-
ordinat dari laki-laki. Kesetaraan antara perempuan dan laki-laki sudah
seyogyanya mendapat perhatian dalam setiap aspek kehidupan termasuk dalam
konteks birokrasi. Karena salah satu perwujudan dari nilai-nilai hak asasi manusia
dan demokrasi adalah isu tentang kesetaraan gender di birokrasi. Dari tidak
seimbangnya posisi perempuan dan laki-laki inilah yang kemudian memunculkan
pandangan pengarusutamaan gender.1 Perbandingan posisi perempuan dan laki-
laki di birokrasi selama ini masih belum seimbang, terutama dalam jabatan
struktural. Keberadaan jabatan struktural cukup strategis sebagai patokan dalam
mengambil dan membuat kebijakan. Perempuan belum sepenuhnya diberikan
ruang yang proporsional agar bisa berkontribusi dan berperan aktif dalam
pembangunan. Artinya, posisi perempuan masih tidak diperhitungkan penting
dalam pengambilan kebijakan. Keadaan ini bertolak belakang dengan teori
Equilibrium yang menekankan pada konsep kemitraan dan keharmonisan dalam
hubungan antara perempuan dan laki-laki. Karena itu, penerapan kesetaraan dan
keadilan gender harus memperhatikan masalah kontekstual dan situasional, bukan
berdasarkan perhitungan secara matematis dan tidak bersifat universal.2 Gender
diperkenalkan untuk menjelaskan perbedaan laki-laki dan perempuan yangbersifat
bawaan sebagai ciptaan Tuhan (kodrati) dan yang bersifat bentukan budaya.
Gender diartikan sebagai perbedaan peran, fungsi, status, dan tanggung jawab
pada laki-laki dan perempuan sebagai hasil dari bentukan (konstruksi) sosial
budaya yang tertanam lewat proses sosialisasi dari satu generasi ke generasi
berikutnya. Dengan demikian, kesetaraan gender yang dimaksud adalah kondisi
dimana laki-laki ataupun perempuan bebas mengembangkan kemampuan personal
mereka dan membuat pilihan-pilihan tanpa dipengaruhi oleh apakah mereka
dilahirkan sebagai laki-laki atau perempuan.3 Dalam mewujudkan upaya
kesetaraan gender, pemerintah Indonesia melaksanakan Pengarusutamaan Gender
(PUG)4 sebagai bentuk komitmen dalam upaya pewujudan kesetaraan gender
tersebut, dimana isu gender dijadikan pengarusutama dalam pembangunan dan
pemberdayaan gender. Oleh karenanya sangat menarik untuk melihat sejauh mana
kebijakan-kebijakan pengarusutamaan gender memberikan dampak terhadap
peluang Pegawai Negeri Sipil (PNS)

perempuan dalam memperoleh jabatan-jabatan strategis di pemerintahan. Adanya


keterbukaan akses dan peluang yang setara dengan laki-laki, pada hakekatnya
merupakan parameter dari kualitas kesetaraan gender untuk memperoleh serta
menduduki jabatan strategis di pemerintahan.5 Urgensi dari keberadaan
pengarusutamaan gender adalah pentingnya perempuan diposisikan secara adil
(equal) dengan kaum laki-laki, termasuk dalam pengangkatan perempuan dalam
jabatan struktural di birokrasi. Pentingnya pengarusutamaan gender bercermin
pada kondisi dan konteks budaya di birokrasi yang cenderung menunjukkan
adanya ketidaksetaraan. Dalam Permendagri No.15 Tahun 2008 tentang Pedoman
Umum Pelaksaaan Pengarusutamaan Gender dalam Pembangunan di Daerah
dengan jelas dikemukakan bahwa “masih terdapat ketidaksetaraan dan
ketidakadilan gender dalam penyelenggaraan pemerintahan, pembangunan dan
pelayanan masyarakat di daerah”. Perempuan dan laki-laki tidak memiliki peluang
yang sama dalam hal pekerjaan khususnya dalam menduduki jabatan di sektor
publik ataupun privat. Dari penjelasan tersebut tampak ada diskrimiasi promosi
jabatan untuk perempuan dibandingkan dengan laki-laki.
1.2 Rumusan Maalah

1. Bagaimana peran kepemimpinan perempuan sebagai kepala kepemerintahan

1.3 Tujuan Penelitian


Untuk mengatahui bagaimana peran perempuan sebagai kepala
kepemerintahan.
BAB II

PEMBAHASAN

Kepemimpinan perempuan menjadi isu publik yang selalu di perbincangkan.


Peningkatan peran perempuan bukanlah tren apalagi fenomena baru seperti
dikatakan sebagian orang. Perempuan sebagai kepala pemerintahan telah ada
sejak abad ke-15. Kepemimpinan perempuan mulai bangkit dari tidur panjang
sejak isu hak asasi manusia dan persamaan gender secara lantang di suarakan oleh
aktivis feminisme. Kiprah perempuan tersebut semakin menonjol pada abad ke-
21. Di berbagai negara, sebagian besar perempuan mengalami perkembangan
dalam berbagai sisi kehidupan atau mobilitas vertikal. Sudah banyak kaum
perempuan yang dapat mengenyam dunia pendidikan yang sejajar dengan kaum
laki-laki sehingga dapat menduduki jabatan strategis dalam pemerintahan. Saat ini
kita dapat melihat kiprah kepemimpinan perempuan dalam berbagai peran dan
posisi strategis dalam kehidupan masyarakat. Perempuan Indonesia benar-benar
muncul mengambil peranan strategis kepemimpinan dalam pemerintahan.
Indonesia pernah mempercayakan kepemimpinan seorang presiden berjenis
kelamin perempuan, yaitu Megawati Soekarno Putri. Selain itu ada Tri
Rismaharini sebagai Walikota Surabaya dan Bupati Minahasa Selatan Tetty
Paruntu. Dewasa ini semakin banyak ilmuwan atau peneliti lebih memfokuskan
diri pada pengkajian perempuan secara khusus. Hal ini tentunya tidak terlepas dari
kompleksitas permasalahan yang berhubungan dengan perempuan itu sendiri
dimana selam ini belum ada kesepakatan mengenai bagaimana sesungguhnya
eksistensi perempuan itu ditempatkan.

Kepemimpinan Perempuan dalam Manajemen Pemerintahan (Studi di Kantor


Kelurahan Pakowa Kecamatan Wanea Kota Manado. Hasil penelitian tersebut
menyatakan bahwa pemimpin perempuan dinilai mampu dalam menjalankan
organisasi pemerintahan, mampu berkomunikasi dengan baik, dekat dengan
bawahan, mampu berpartisipasi dalam membangun kelurahan, serta kinerja
pelayanan dapat berjalan dengan cepat. Kepemimpinan Perempuan di Organisasi
Pemerintah (Studi Kasus Kualitatif Tiga Lurah di Kota Yogyakarta). Penelitian ini
menggambarkan bagaimana perempuan memimpin suatu instansi dan kaitannya
dengan motivasi perempuan dalam mengejar karir. Tujuan dari penelitian ini
adalah untuk mengetahui gambaran sifat kepemimpinan perempuan yang terdiri
dari faktor the mother, the pet, the sex object, dan the iron maiden dalam
membangun kinerja organisasi serta gambaran motivasi karir dan prestasi yang
dialami seorang pemimpin perempuan dalam suatu organisasi. Kepemimpinan
Perempuan dalam Jabatan Publik (Studi Pada Kantor Pemberdayaan Perempuan
dan Perlindungan Anak, Sekretariat Daerah Provinsi Kepulauan Riau). Hasil
penelitian ini menunjukkan bahwa peran perempuan dalam kepemimpinan
membawa dampak yang mengarah lebih baik. Pemimpin perempuan berusaha
meningkatkan kualitas kerja agar menjadi contoh yang baik bagi bawahan, serta
memberi motivasi kerja dan menjaga hubungan sosial dengan bawahan.

Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi memotivasi perempuan untuk


memberdayakan diri agar mampu sejajar dengan lakilaki dalam segala bidang
khususnya bidang pemerintahan. Birokrasi pemerintah yang didominasi laki-laki
mencerminkan adanya pembatasan peran perempuan sebagai pengambil
keputusan dalam birokrasi. Oleh sebab itu, peranan perempuan dalam elite
birokrasi pemerintah masih sangat kecil. Hal tersebut disebabkan oleh banyak
faktor diantaranya adalah kuatnya pandangan subordinasi terhadap perempuan
dan pengaruh sosial budaya yang berlaku dalam masyarakat. Untuk mengetahui
prospek birokrat perempuan dan faktor-faktor yang mempengaruhi perempuan
dalam birokrasi pemerintah, maka perlu dilakukan penelitian terhadap prospek
birokrat perempuan dalam konfigurasi elite birokrasi Pemerintah Daerah Propinsi
Daerah Istimewa Yogyakarta. Penelitian ini menggunakan pendekatan campuran
antara kualitatif dan kuantitatif. Responden penelitian adalah pejabat struktural
Pemda Propinsi DIY baik laki-laki maupun perempuan yang ditentukan dengan
menggunakan metode purposive sampling. Teknik analisis data yang digunakan
adalah deskriptif kualitatif kuantitatif dengan langkah-langkah yaitu
pengumpulan, penyusunan, penilaian, penafsiran, dan penyimpulan data. Prospek
perempuan dalam konfigurasi elite birokrasi Pemda Propinsi DIY ditunjukkan
dari kompetensi para birokrat perempuan yang mencakup kompetensi
kepemimpinan, akademis, dan manajerial. Faktor-faktor yang mempengaruhi
perempuan dalam birokrasi dibedakan menjadi faktor pendukung dan faktor
penghambat. Keterlibatan perempuan dalam birokrasi pemerintah didukung oleh
kesetaraan gender, kesamaan kesempatan, dan kebijakan pemerintah. Hambatan
yang dihadapi perempuan untuk terlibat dalam birokrasi bersifat sosial budaya,
struktural, dan biologis. Prospek birokrat perempuan yang dilihat dari kompetensi
kepemimpinan, akademis, dan manajerial menunjukkan besarnya potensi
perempuan untuk mencapai posisi pemimpin yang sering diidentikkan dengan
laki-laki karena perempuan dinilai lebih bijaksana, berorientasi pada hubungan,
memiliki tingkat pendidikan setara dengan laki-laki, dan memiliki naluri yang
lebih peka. Dukungan faktor kesetaraan gender, kesamaan kesempatan, dan
kebijakan pemerintah memberikan peluang bagi perempuan untuk
mengaktualisasikan diri dan berkarir dalam sektorsektor formal khususnya
pemerintahan tanpa disertai pandangan buruk dari masyarakat. Hambatan faktor
sosial budaya, struktural, dan biologis menyebabkan ruang gerak perempuan
untuk bersosialisasi dalam lingkup yang lebih formal menjadi terbatas.
Berdasarkan hasil penelitian, maka rekomendasi yang dapat diberikan adalah
menyangkut penempatan pegawai dalam unit kerja birokrasi yang tepat,
peningkatan peran aktif perempuan dalam pengambilan keputusan, peningkatan
kualitas profesionalisme pejabat tanpa melihat gender, dan peningkatan
kepercayaan diri perempuan.
A. Kepemimpinan

Kepemimpinan merupakan inti daripada suatu organisasi karena kepemimpinan


merupakan motor penggerak bagi sumbersumber dan alat-alat manusia dan alat
lainnya dalam suatu organisasi. Demikian pentingnya peranan kepemimpinan
dalam usaha mencapai tujuan suatu organisasi sehingga dapat dikatakan bahwa
sukses atau kegagalan yang dialami suatu organisasi sebagian besar ditentukan
oleh kualitas kepemimpinan yang dimiliki oleh orang-orang yang diserahi tugas
memimpin dalam organisasi itu.

B. Konsep Perempuan

Secara etimologis, kata perempuan berasal dari kata empu yang berarti tuan, orang
yang mahir/berkuasa, dihargai. Kata perempuan juga berakar erat dari kata
empuan, kata ini mengalami pemendekan menjadi puan yang artinya, sapaan
hormat pada perempuan, sebagai pasangan kata tuan, sapaan hormat pada lelaki
( Haikal 2012 : 39) Makhluk Tuhan yang bernama perempuan memang
mempunyai keunikan tersendiri, sejak membahas mengenai asal kejadiannya,
kadar rasionalitas nya, kodratnya sampai kepada peran-perannya dalam rumah
tangga. Perempuan merupakan makhluk lemah lembut dan penuh kasih sayang
karena perasaannya yang halus. Secara umum sifat perempuan yaitu keindahan,
kelembutan serta rendah hati dan memelihara. Para ilmuwan seperti Plato,
mengatakan bahwa perempuan ditinjau dari segi kekuatan fisik maupun spritiual,
mental perempuan lebih lemah dari laki-laki, tetapi perbedaan tersebut tidak
menyebabkan adanya perbedaan dalam bakatnya. Sedangkan gambaran tentang
perempuan menurut pandangan yang didasarkan pada kajian medis, psikologis
pelayanan publik. Namun menurut Saefullah (2012) dalam arti khusus pejabat
publik adalah aparat pemerintah baik pada pemerintahan pusat, pemerintahan
daerah, maupun pemerintahan desa. eksekutif atau lebih khusus lagi di birokrasi.
Dari pengertian tersebut dapatlah ditegaskan jabatan pada pemerintahan atau
pada birokrasi pemerintah; pejabat publik seseorang atau aparatur yang
memegang jabatan tertentu pada pemerintahan atau birokrasi pemerintah.

C. Peranan Kepemimpinan Dalam Jabatan Publik

Peranan kepemimpinan perempuan dalam jabatan publik dapat di artikan sebagai


serangkaian perilaku yang di lakukan oleh perempuan sesuai dengan
kedudukannya sebagai pemimpin dalam jabatan publik. Apabila perempuan telah
masuk dan terlibat dalam sektor publik khususnya memegang peranan sebagai
pemimpin dalam jabatan publik, ada beberapa hal fundamental yang
mempengaruhi posisinya, antara lain :

1.Nilai Sosial
Nilai sosial yang di maksudkan sebagai pengendali perilaku manusia. Nilai sosial
ini merupakan ukuran-ukuran di dalam menilai tindakan dalam hubungannya
dengan orang lain. Menurut Soedjito, dengan nilai-nilai sosial ini orang yang satu
dapat memperhitungkan apa yang di lakukan orang lain. Nilai-nilai yang ada
dalam suatu masyarakat bersifat dinamis. Ia akan selalu mengalami perubahan,
bersamaan dengan meningkatnya pengalaman, baik yang diperoleh dari luar
masyarakatnya atau perkembangan pola piker yang selaras dengan tuntutan
zaman. Hal ini akan berakhir pada berubahnya nilai-nilai sosial yang dianut.
Namun begitu ada nilai-nilai tertentu yang relatif sulit mengalami perubahan
misalnya agama.

2.Status Sosial
Setiap individu dalam masyarakat memiliki status sosialnya masing-masing.
Status merupakan perwujudan atau pencerminan dari hak dan kewajiban individu
dalam tingkah lakunya. Status sosial sering juga di sebut kedudukan atau posisi,
peringkat seseorang dalam masyarakatnya. Pada semua sistem sosial, tentu
terdapat berbagai macam kedudukan atau status, seperti anak, isteri, suami dan
sebagainya.

3.Komunikas
Komunikasi sangatlah penting bagi organisasi, sebagaimana di ungkapkan oleh
Chester Bernard (Thoha,2001) bahwa setiap organisasi yang tuntas, komunikasi
akan mendukung suatu tempat utama karena susunan, keluasan, dan cakupan
organisasi secara keseluruhan ditentukan oleh teknik komunikasi. Thoha juga
mengatakan bahwa komunikasi sangat penting mengingat suatu program hanya
dapat dilaksanakan dengan baik apabila program jelas bagi pelaksana, hal ini
menyangkut penyampaian informasi, kejelasan dari informasi yang disampaikan
dan konsistensi dari informasi

tersebut. Komunikasi juga bertujuan untuk mengembangkan suatu iklim yang


mengurangi tekanan dan konflik didalam masyarakat, maka komunikasi tidak
hanya datang dari atas, melainkan timbal balik.

4.Pendidikan

Peningkatan peranan perempuan dalam dunia kerja ternyata di tunjang dengan


peningkatan pendidikan perempuan. Mereka yang berpendidikan cukup tinggi
memiliki pengetahuan dan informasi lebih baik di bandingkan dengan mereka
yang berpendidikan lebih rendah atau tidak sekolah. Dengan model tersebut,
mereka yang berpendidikan lebih tinggi lebih memahami makna kehidupan
politik sehingga lebih cenderung terlibat dalam kegiatan publik. Bagi perempuan
yang memilih bekerja setelah mengenyam pendidikan tinggi, kemungkinan besar
akan mendapat dukungan dari sebagian masyarakat yang beranggapan bahwa
sekolah atau pendidikan adalah untuk mencari pekerjaan.

5.Pengalaman Kerja
Ada dua sudut pandang yang berbeda yang menyebabkan perempuan memilih
untuk tetap bekerja meskipun mereka sudah menikah. Pertama untuk
meningkatkan standar ekonomi keluarga dalam arti karena adanya kebutuhan
ekonomi, dan yang kedua meningkatkan kualitas hidup seperti keinginan untuk
memuaskan diri, ketertarikan dalam melakukan sesuatu, atau mengaktualisasikan
kemampuan yang ada. Pengalaman kerja menentukan kesuksesan seseorang
dalam karier yang di pengaruh oleh bentuk dan jenis tugas serta jenis pekerjaan
yang spesifik, sehingga mendorong orang mencapai penyelesaian yang sempurna
dan lebih baik di bandingkan orang lain
BAB III

PENUTUP

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian mengenai peranan kepemimpinan perempuan dalam


jabatan publik di Sekretariat daerah kabupaten Minahasa Selatan, maka dapat
ditarik kesimpulan sebagai berikut: Pemimpin perempuan di Sekretariat Daerah
kabupaten Minahasa Selatan dinilai mampu menjalankan tugas tanggung
jawabnya dengan baik. Para pemimpin perempuan sudah sangat berperan aktif
dalam kegiatan organisasi di masingmasing bidang yang ada. Para pemimpin juga
dapat memberikan motivasi kerja kepada bawahan dengan baik, sehingga
bawahan bisa menerima dengan baik juga. Sebagai pemimpin perempuan ada
beberapa hal fundamental yang sangat mempengaruhi posisinya sebagai pejabat
publik, yang dapat dinilai dari segi nilai-nilai sosial, status sosial, komunikasi,
pendidikan dan pengalaman kerja. Untuk itu diperlukan peningkatan kerja dari
pemimpin perempuan yang bersangkutan agar bisa dianggap pantas dalam
menduduki jabatan di masing-masing bidang.

B. SARAN

Seorang pemimpin perempuan harus tetap mempertahankan nilai-nilai yang baik


dan ditingkatkan dalam rangka kesuksesan kerja dalam masing-masing bidang
yang dipimpin. Sifat kepribadian yang baik harus dijaga, serta kestabilan akan
emosi ketika masalah muncul baik dari keluarga maupun kerja, sehingga tetap
menghasilkan kerja yang optimal. Seorang pemimpin perempuan perempuan juga
harus menjaga hubungan baik dengan para bawahan agar selalu tercipta
lingkungan kerja yang kondusif.

DAFTAR PUSTAKA

A.S.Nitisemito,,1996. Manajemen Personalia. Jakarta: Graha Indonesia Azis,


Asmaeny. 2012. Perempuan Di Persimpangan Parlemen. Yogyakarta: Rangkang
Education Bungin,B.M 2010. Penelitian Kualitatif. Kencana Prenada Media
Group, Jakarta Gibson.L.J. dkk,1998, Organisasi (terjemahan), Jakarta Erlangga
Haikal, Husain. 2012. Wanita Dalam Pembinaan Karakter Bangsa. Yogyakarta :
Pustaka Belajar. Hubeis, Aida. 20120. Pemberdayaan Perempuan Dari Masa Ke
Masa. Bogor : IPB Press. M. Thoha, 1983. Perilaku Organisasi, Konsep Dasar,
dan Aplikasinya. CV Rajawali Jakarta M. Thoha, 2003. Kepemimpinan dalam
Manajemen. PT Raja grafindo Persada Jakarta Moleong,L.J 2006. Metodologi
Penelitian Kualitatif. PT Remaja Rosdakarya,Bandung Pasolong, Harbani. 2013.
Kepemimpinan Organisasi. Bandung, Alfabeta Poerwadarminta,W.J.S 1990.
Kamus Besar Bahasa Indonesia. Balai Pustaka Jakarta Ratih, I Gusti Agung Ayu.
2009. Catatan Perjuangan Politik Perempuan. Jurnal Perempuan Vol. 63. Jakarta :
Yayasan Jurnal Perempuan Rivai Veithzal 2003. Kepemimpinan dan Perilaku
Organisasi. PT Raja Grafindo Persada Jakarta Sedarmayanti, 2009. Manajemen
Sumber Daya Manusia, Reformasi Birokrasi dan Manajemen PNS. PT Refika
Aditama Bandung Stoner L.J & Charles Wankel 1996. Manajemen (terjemahan).
Intermedia Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai