Anda di halaman 1dari 7

MAKALAH PERSPEKTIF GENDER

PEREMPUAN DALAM POLITIK

Disusun memenuhi tugas Mata Kuliah Perspektif Gender

Disusun Oleh:

Kelompok 1

Muhammad Ikhsanul Hadi (21052055)

Rada Oktavia (21052015)

Nala Oftayanti (21052057)

Iffa Amalia (21052043)

Indriana df (21052044)

Universitas Negeri Padang

Fakultas Ilmu Sosial Prodi Pendidikan Pancasila Dan kewarganegaraan

2021/2022
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum wr .wb

Puji syukur kehadirat Allah SWT.atas rahmat dan hidayahnya,penulis dapat

menyelesaikan makalah yang berjudul “PEREMPUAN DALAM POLITIK” dengan tepat waktu.

Makalah ini disusun untuk memenuhi Tugas kelompok mata kuliah Perspektif Gender

,selain itu makalah ini bertujuan untuk mengasah dan menambah wawasan penulis maupun

pembaca tentang bagaimana Perempuan dalam politik.

Penulis mengucapkan terimakasih kepada Ibu Dr. Fatmariza.M.Hum. selaku dosen

Perspektif gender.Penulis menyadari Makalah ini masih jauh dari sempurna,oleh sebab itu saran

dan kritik yang membangun diharapkan demi kesempurnaan makalah ini.

Sesudah dan sebelumnya penulis ucapkan terimakasih.

Padang, 15 November 2021

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.....................................................................................................................2
DAFTAR ISI...................................................................................................................................3
BAB I...............................................................................................................................................4
PENDAHULUAN...........................................................................................................................4
A.Latar Belakang.........................................................................................................................4
B. Rumusan Masalah...................................................................................................................4
C. Tujuan Penulisan.....................................................................................................................4
BAB II.............................................................................................................................................5
PEMBAHASAN..............................................................................................................................5
PEREMPUAN DALAM POLITIK.............................................................................................5
BAB III............................................................................................................................................7
PENUTUP.......................................................................................................................................7
A. KESIMPULAN.......................................................................................................................7
B. SARAN...................................................................................................................................7
C. DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................7
BAB I

PENDAHULUAN

A.Latar Belakang
Perbedaan laki-laki dan perempuan secara gender masih menjadi masalah yang mengundang
keprihatinan. Perbedaan anatomi yang jelas, menimbulkan perdebatan khususnya pada
pembagian peran sosial dalam masyarakat.Demikian halnya dengan dunia politik, dimana
anggapan bahwa dunia politik merupakan dunia kaum laki-laki telah terinternalisasi dalam
masyarakat. Di sektor public, dibutuhkan orang kuat dan cepat dalam mengambil keputusan. Hal
ini sangat berbanding terbalik dengan karakter perempuan yang lemah lembut, emosional dan
tidak rasional. Pandangan ini berkonsekuensi pada semakin termarginalnya perempuan dalam
aktifitas public. Penggunaan jargon politik dalam dinamika politik Indonesia masih dianggap
efektif. Jargon-jargon yang cenderung tidak berpihak pada perempuan antara lain: “Pemimpin
harus laki-laki”, “Perempuan tidak perlu berpolitik” “Perempuan sebagai perhiasan politik,
Perempuan sebagai komoditas politik, Perempuan sebagai obyek, Dunia politik dunianya
maskulin, Perempuan tidak vocal, dan lain-lain.”

B. Rumusan Masalah
1. Apa saja permasalahan yang di alami para perempuan dalam dunia politik.

2. Bagaimana Tindakan dari pemerintah dalam menyikapi permasalahan ini.

3. Apakah sudah ada hukum yang berlaku untuk memperkuat perempuan bisa masuk ke dunia
politik.

4. Siapa saja tokoh perempuan yang bisa membuktikan bahwa perempuan bisa juga
berkecimpung dalam perpolitikan.

C. Tujuan Penulisan
1. Mengetahui berbagai permasalahan yang terjadi pada perempuan di dalam dunia perpolitikan.

2. Menambah wawasan kita mengenai berbagai perjuangan perempuan dalam menuntut haknya
dalam politik.

3. Dan dapat memahami berbagai Tindakan yang dilakukan pemerintah dalam menangani
perjuangan kesetaraan gender antara laki-laki dan perempuan dalam menuntut hak-hak
politiknya.
BAB II

PEMBAHASAN

PEREMPUAN DALAM POLITIK


Dalam representasi politik, perempuan memperjuangkan keterwakilan mereka dalam
pengambilan keputusan politik. Oleh sebab itu, representasi perempuan dalam politik adalah
upaya penguatan hak-hak politik. Pada negara-negara yang sistem demokrasinya telah mapan
sekalipun, persoalan perempuan dan politik selalu menjadi topik penting dalam setiap
penyelenggaraan pemilihan umum. Terlebih lagi di dalam negara yang sedang membangun, di
mana budaya patriarki masih sangat kental. Hal tersebut di latar belakangi oleh beragam
kepentingan, mulai dari politik, historis, agama hingga tradisi dalam masyarakat. Hal tersebut,
tidaklah mengherankan, karena memang dalam masyarakat kita terdapat satu “aksioma” bahkan
telah menjadi “ortodoksi”, di mana dianggap bahwa kaum pria merupakan pemimpin bagi
wanita atau lelaki lebih berhak menjadi pemimpin dibandingkan kaum wanita.

Sebagai contoh, pada akhir 1999 Megawati Soekarno Putri pernah dicalonkan sebagai
presiden, akan tetapi kemudian muncul penentangan terhadap rencana pencalonan tersebut, baik
dari partai politik ataupun dari ormas yang berlatar belakang Islam konservatif. Penolakan
tersebut bersumber dari perdebatan tentang dibolehkan atau tidaknya seorang wanita menjadi
pemimpin negara dalam konteks syari’ah Islam. Adapun dalil yang dikemukakan, pertama:
adanya teks hadis yang menyatakan: “Tidak akan beruntung suatu kaum yang menyerahkan
kekuasaan (pemerintahan) mereka kepada seorang wanita” (H.R. Bukhari). Selain itu, terdapat
ayat Al Qur’an: “ar-rijalu qoawamuna ‘ala an-nisa” (Surah Al Nisa’: 34) yang bermakna “lelaki
ialah pemimpin bagi kaum wanita”. Kata qowwamun ditafsirkan sebagai “pemimpin”,
“penanggung jawab”, “penguasa”, “pelindung”, sehingga ayat ini dijadikan justifikasi bagi
kepemimpinan kaum laki-laki ke atas kaum wanita.

Pemahaman proses perwakilan kaum perempuan yang semakin meningkat menuntut kita
untuk mempertahankan baik perspektif kesetaraan maupun perbedaan. supaya pemahaman
politik tetap seimbang. Para wakil perempuan bekerja dalam konteks di mana harapan-harapan
tidak hanya sensitif terhadap perbedaan seks dan gender, tetapi juga terhadap ketidakleluasaan
dalam berbagai arena politik, budaya.Para pelaku politik perempuan telah mengubah wacana
politik Namun, untuk melukiskan tatanan-tatanan kelembagaan dan kultural di mana perdebatan
mengenai perwakilan politik perempuan dilokalisir dan untuk menelusuri kemajuan mereka
melalui siklus-siklus politik secara berurutan. Berangkat pula dari pemikiran bahwa manusia
memiliki hak-hak yang melekat pada dirnya semenjak ia lahir, karena ia manusia, dan karenanya
hak itu tidak dapat dihilangkan atau dinyatakan tidak berlaku oleh siapapun, termasuk Negara.
Hak itu berlaku pula pada hak-hak politik. bahwa setiap orang berhak atas kebebasan berpikir,
memiliki dan menyatakan pendapatnya, berserikat dan berkumpul; berpartisipasi dalam
pemerintahan, termasuk hak untuk mengambil bagian dalam pemerintahan.

Aturan hukum tersebut juga diperkuat dengan Instruksi Presiden (Inpres) Nomor 9 Tahun
2000 tentang Pengarusutamaan Gender dalam Pembangunan Nasional. Inpres ini (Amalia,
2012) merumuskan pengarusutamaan gender sebagai suatu strategi untuk mencapai kesetaraan
dalam keadilan gender melalui kebijakan dan program yang memperhatikan pengalaman,
aspirasi, kebutuhan, dan permasalahan perempuan dan laki-laki ke dalam proses perencanaan,
pelaksanaan, pemantauan, dan evaluasi atas seluruh kebijakan dan program di berbagai bidang
kehidupan dan sektor pembangunan.(Amalia, 2012:238-239)

Dengan adanya dasar hukum tersebut, sangat terbuka peluang bagi perempuan untuk bisa
eksis dalam seluruh komponen kehidupan berbangsa dan bernegara termasuk mengabdi di
bidang politik dan pemerintahan. Namun sangat disadari bahwa ada rintangan-rintangan secara
budaya yang masih menjadi halangan terberat bagi perempuan untuk masuk pada bidang politik
dan pemerintah.
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN
Peran perempuan dalam pembangunan dan terjunnya perempuan dalam politik berkaitan dengan
masalah kebijakan, kekuasaan, dan secara praktiknya banyak disalahgunakan oleh kelompok
masyarakat. Intrik-intrik yang terjadi di dunia politik membuat sebagian besar masyarakat
berpandangan minor terhadap perempuan yang terjun ke politik. Dalam ajaran agama Islam,
seorang perempuan dapat berkiprah dalam politik dengan syarat-syarat tertentu, misalnya harus
seijin anak dan suami, serta tidak meninggalkan kewajibannya sebagai ibu rumah tangga.

B. SARAN
Saran kami Secara umum, penelitian tentang perempuan dalam politik harus diperluas di tingkat
nasional, regional dan regional. Perempuan umumnya mulai tertarik pada politik tingkat kota.
Misalnya, ada perwakilan tingkat desa dalam Konsultasi Kesehatan Keluarga (PKK) (PKK,
2011). Saat ini, sedikit atau tidak ada informasi atau data tentang keterwakilan perempuan dalam
politik di tingkat desa. Sebuah proposal untuk penelitian masa depan mengkaji keterwakilan
perempuan di tingkat desa dan bagaimana kaitannya dengan partisipasi perempuan dalam politik
lokal, regional dan nasional. Mendorong lebih banyak perempuan untuk berpartisipasi dalam
politik pedesaan dapat membantu meningkatkan partisipasi perempuan di semua bidang politik.

C. DAFTAR PUSTAKA

Fadli, Yusuf. 2017. "Islam, Perempuan dan Politik: Argumentasi Keterlibatan Perempuan dalam
Politik di Indonesia Pasca Reformasi." Journal of Government and Civil Society
42-49.

Hardjaloka, Loura. 2012. "Potret Keterwakilan Perempuan dalam Wajah Politik Indonesia
Perspektif Regulasi dan Implementasi." Jurnal Konstitusi 410-411.

Mulyana, Leviane Jackelin Hera Lotulung dan Deddy. 2018. "PEREMPUAN DALAM
POLITIK DI SULAWESI UTARA." Jurnal Ilmu-ilmu Sosial dan Humaniora
138-140.

Anda mungkin juga menyukai