Anda di halaman 1dari 108

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Secara realitas politik kaum perempuan masih sangat kurang. 1

Kendala utama disebabkan oleh laki-laki dan perempuan dalam

memandang dan memperlakukan perempuan. Budaya patriarkhi di

kalangan masyarakat mengakar dan mendominasi dalam kehidupan,

bahkan dalam lingkungan terkecil seperti keluarga, nuansa dominasi

laki-laki sangat kuat, terlebih di pedesaan. Label dan cap yang

diberikan pada sosok perempuan sangat kental sebagai orang insan

yang lemah, tidak bermanfaat, terbelenggu dan juga ketergantungan.

Itu semua telah di doktrin secara turun temurun, perempuan

dipersepsikan sebagai orang kelas dua yang seharusnya di rumah dan

dininabobokkan. Perempuan lemah tidak sepatutnya bergelut dengan

dunia politik yang penuh dengan kekerasan dan kekasaran permainan

kekuasaan. Perempuan dinilai tidak mampu memimpin dan membuat

kebijakan karena patron membentuk perempuan sangat tendensius

mengutamakan perasaan sehingga jauh dari sikap rasionalitas.

Persepsi negative tersebut dilekatkan pada perempuan sendiri telah

Elvy Pasaribu, Indonesia Masa Depan Dari Perspektif Peremuan, Salatiga :


1

Yayasan Bina Darma 2000, hal.Xii

1
2

terstruktur sedemikian rupa dibenak kaum perempuan dan kaum

laki-laki. 2 Pembongkaran budaya patriarkhal men-jugment perempuan

membuat mitos sangat luar biasa kuat, pemberdayaan perempuan

terbentur dinding sangat kokoh dari interpretasi perempuan terhadap

tinjauan politik, agama, social dan budaya, perempuan sebenarnya

mempunyai otonomi mutlak tentang dirinya sebagai manusia yang

mempunyai kedudukan setara membawa kepemimpinan di muka

bumi, perempuan juga memiliki hak dan kewajiban yang sama

sebagai warga negara dalam mengatur kesejahteraan manusia. 3

Namun telah terjadi kesenjangan antara gagasan keadilan yang

mendudukkan perempuan dengan laki-laki setara, namun realitas

terjadi perempuan masih terkungkung oleh tidak adanya ruang

kesempatan memadai mengaktualisasikan perannya. Wacana

keterlibatan perempuan dalam politik dari waktu ke waktu terus

mengalami peningkatan. Salah satu indikatornya adalah tren

peningkatan keterwakilan perempuan di legislatif- terutama sejak

pemilihan umum (Pemilu) 1999 hingga Pemilu terakhir pada 2009.

Pada Pemilu 1999 (9%), Pemilu 2004 (11,8%), dan Pemilu 2009

(18%). Peningkatan keterwakilan perempuan dalam politik, terutama

2
Fatimah Mernisi, Perempuan Diantara Logika Dan Kekuasaan, Jakarta :
Qanita,2003, hal.7
3
Kurniawati Hastuti, Belajar Dari Kemenangan Perempuan Australia, Jakarta :
Kompas,2004, hal.17
3

dalam Pemilu, tersebut tidak terjadi secara serta merta. Namun karena

perjuangan yang terus menerus untuk mewujudkan hak setiap orang

untuk mencapai persamaan dan keadilan salah satunya adalah dengan

mewujudkan peraturan perundang-undangan yang memiliki

keberpihakan dan afirmatif terhadap peningkatan keterwakilan

perempuan. 4

Indonesia telah lama mengesahkan Undang-Undang (UU) No. 68

Tahun 1958 tentang Ratifikasi Konvensi Hak Politik Perempuan. Di

dalamnya, mengatur mengenai Perwujudan Kesamaan Kedudukan

(non diskriminasi), jaminan persamaan hak memilih dan dipilih,

jaminan partisipasi dalam perumusan kebijakan, kesempatan

menempati posisi jabatan birokrasi, dan jaminan partisipasi dalam

organisasi sosial politik. Namun, peningkatan keterwakilan

perempuan terjadi setelah berlakunya perubahan Undang- Undang

Dasar (UUD) Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yaitu pasal 28

H ayat (2 ) yang menyatakan “Setiap orang berhak mendapatkan

kemudahan dan perlakuan khusus untuk memperoleh kesempatan dan

manfaat yang sama guna mencapai persamaan dan keadilan”.

Ketentuan UUD 1945 tersebut menjadi landasan yang kuat bagi

semua golongan warga negara untuk bebas dari diskriminasi


4
Ramlan Surbakti, Didik Suprianto Dan Hasyim Asyari, Meningkatkan Keterwakilan
Perempuan : Penguatan Kebijakan Afirmasi, ( Jakarta : Kemitraan Pembaruan Bagi Tata
Pemerintah, 2009 ), hal.12
4

sistematik dan struktural dalam berbagai aspek kehidupan, termasuk

pada aspek politik. Karena itu, UU paket politik yang digunakan

sebagai landasan pelaksanaan Pemilu 2004 maupun Pemilu 2009

mengakomodasi norma-norma hukum yang bertujuan untuk

meningkatkan keterwakilan perempuan di legislatif.

Kebijakan afirmatif terhadap perempuan dalam bidang politik

setelah berlakunya perubahan UUD 1945 dimulai dengan

disahkannya UU Nomor 12 Tahun 2003 tentang Pemilu DPR, DPD,

dan DPRD. 5 Peningkatan keterwakilan perempuan berusaha

dilakukan dengan cara memberikan ketentuan agar partai politik

peserta Pemilu memperhatikan keterwakilan perempuan sekurang-

kurangnya 30% di dalam mengajukan calon anggota DPR, DPD, dan

DPRD. Di dalam Pasal 65 ayat (1) UU Nomor 12 Tahun 2003 tentang

Pemilu DPR, DPD, dan DPRD menyatakan‟Setiap Partai Politik

Peserta Pemilu dapat mengajukan calon Anggota DPR, DPRD

Provinsi, dan DPRD Kabupaten/Kota untuk setiap Daerah Pemilihan

dengan memperhatikan keterwakilan perempuan sekurang-kurangnya

30%.” Dari waktu ke waktu, kebijakan afirmatif atau (affirmative

action) terhadap perempuan dalam bidang politik semakin

disempurnakan. Hal itu dapat ditelaah ketika DPR menyusun RUU

Paket Politik yang digunakan dalam pelaksanaan Pemilu 2009, yaitu


5
Undang-undang no 12 tahun 2003 tentang pemilu DPR,DPD Dan DPRD
5

UU No. 22 Tahun 2007 te ntang Penyelenggara Pemilu, UU No. 2

Tahun 2008 tentang Partai Politik dan UU No. 10 Tahun 2008 tentang

Pemilu DPR, DPD, dan DPRD.

UU No. 22 Tahun 2007 tentang Penyelenggara Pemilu mengatur

agar komposisi penyelenggara Pemilu memperhatikan keterwakilan

perempuan minimal 30%. Pasal 6 ayat (5) UU tersebut menyatakan

bahwa ‟Komposisi keanggotaan KPU, KPU Provinsi, dan KPU

Kabupaten/Kota memperhatikan keterwakilan perempuan sekurang-

kurangnya 30% (tiga puluh perseratus). 6

Pada kelembagaan partai politik pun, kebijakan afirmatif

dilakukan dengan mengharuskan partai politik menyertakan

keterwakilan perempuan minimal 30% dalam penidirian maupun

dalam kepengurusan di tingkat pusat. UU No. 2 Tahun 2008 tentang

Partai Politik yang mengatur syarat pendirian Partai Politik, pada

Pasal 2 menyatakan ‟Pendirian dan pembentukan Partai Politik

sebagaimana dimaksud pada ayat (1) menyertakan 30% (tiga puluh

perseratus) keterwakilan perempuan”. Pada ayat sebelumnya

dinyatakan bahwa ‟Partai Politik didirikan dan dibentu paling

sedikit 50 (lima puluh) orang warga negara Indonesia yang telah

berusia 21 (dua puluh satu) tahun dengan akta notaris”.

6
Undang – Undang Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 2007 Tentang
Penyelenggaraan Pemilihan Umum
6

Dengan banyaknya persoalan perempuan dalam memimpin selalu

menarik dan aktual untuk diteliti, khususnya berkaitan dengan peran

perempuan dalam jabatan publik, hal ini dibanyak negara perempuan

diterima menempati jabatan-jabatan dalam sektor publik. Di

Kabupaten solok sendiri terdapat pula perempuan yang mengisi

perannya di sektor publik seperti Yetty Aswaty, S.H sebagai anggota

DPRD kabupaten solok, Vivi Yulistia Rahayu, M.AP dari partai

Golkar sebagai anggota di DPRD Kabupaten solok dan juga Dian

Anggraini S.H dari partai Demokrat. Dari sekian anggota DPRD

cuman mereka betiga yang duduk di kursi legislatif kabupaten solok.

Mereka semua adalah perempuan-perempuan yang memegang atau

mengurusi kepentingan orang banyak di lngkungan maisng-masing

khususnya di lingkungan legislatif.

Bukti ini sekaligus menunjukkan bahwa perempan dalam konteks

negara demokrasi sama kedudukannya di mata negara. 7 Begitu juga

dalam konteks dunia usaha tidak ada perbedaan antara kaum

perempuan dan laki-laki, artinya keduannya mempunyai posisi yang

setara dalam dunia usaha. Di era globalisasi dan modern sekarang

ini, kaum perempuan telah menunjukkan kiprahnya, dengan

penguasaan ilmu pengetahuan, sehingga tidak lagi dimonopoli oleh

7
Khairuddin, Kepemimpinan Wanita Menurut Islam Dalam Konteks Kekinian,
(Banda Aceh: Ar-Raniry Press, 2014), hal. 4
7

laki-laki. Perempuan telah menempatkan posisi dalam berbagai

kedudukan, baik sebagai anggota parlemen, kabinet, direktris, pada

berbagai perusahaan, jabatan-jabatan pemerintahan dan pemimpin-

pemimpin informal lainnya.

Menurut pandangan Islam kepemimpinan yaitu hal yang

menggerakkan orang lain dengan kemampuan maupun keahlian

masing-masing untuk mencapai tujuan dan cita-cita bersama. Maka

kepemimpinan itu lahir dari kepribadian maupun ilmu pengetahuan

yang dimiliki seseorang dan didorong oleh keinginan untuk

melakukan suatu perubahan dan perbaikan dalam masyarakat. Islam

juga memandang bahwa seorang pemimpin merupakan hal yang

penting dalam masyarakat, yaitu untuk menjaga terselenggaranya

ajaran agama, mengatur Negara, memegang kendali politik, dan

membuat kebijakan yang dilandaskan syariat agama. 8

Kepemimpinan merupakan dasar bagi terselenggaranya dengan

baik ajaran-ajaran agama sehingga kehidupan masyarakat menjadi

aman dan sejahtera. Seorang pemimpin tidak boleh membeda-

bedakan antara jenis kelamin, status sosial atau profesinya. Sebab

menjadi seorang pemimpin itu merupakan suatu kemampuan pribadi

dan karakteristiknya masing-masing. Semua orang berhak untuk

8
Raihan Putri, Kepemimpinan Perempuan Dalam Islam Antara Konsep Dan Realita,
(Yogyakarta: AK Group, 2006), Hal.53-55
8

menikmati kemajuan yang sama. Maka oleh karena itu, setiap orang

mempunyai hak untuk mencapai apa yang diinginkan atau dicita-

citakan.

Allah telah menciptakan manusia dari dua jenis, laki-laki dan

perempuan untuk hidup bersama dalam masyarakat. Keduanya diberi

potensi yang sama yakni berupa potensi akal dan potensi hidup.

Laki-laki dan perempuan memiliki sebuah tanggung jawab terhadap

masyarakat tempat mereka hidup. Namun banyak kalangan yang

berbeda pandangan, termasuk umat Islam sendiri tidak setuju

terhadap masuknya perempuan (pemimpin atau kepemimpinan) .

Sebagaimana tercantum dalam hadist yang menjelaskan bahwa

tidak boleh perempuan menjabat sebagai pemimpin dan larangan

perempuan dalam menjabat sebagai pemimpin, Hadist tersebut yang

berbunyi: 9

‫لن يفلح قوم ولّوا أمرهم امرأة‬ 

Artinya : Tidak akan beruntung suatu kaum, jika yang mengurusi


perkara mereka itu perempuan

Hadist di atas sudah jelas bahwa setiap kepemimpinan yang

dipimpin oleh perempuan tidak akan beruntung. Meski banyak

pendapat yang mengatakan hadis tersebut sebagai argument untuk


9
Husen Muhammad, Fiqh Perempuan, (Yogyakarta: LkiS,2007) hal.56
9

menggusur kaum perempuan dari dunia kepemimpinan. Ada pula

kelompok yang menolak terhadap pemakaian hadist tersebut dengan

alasan bahwa perempuan berhak terjun kedunia kepemimpinan.

Hadist di atas seringkali dipahami bahwa kepemimpinan hanya untuk

kaum laki-laki dan menegaskan bahwa perempuan harus mengakui

kepemimpinan dari laki-laki. 10

Sesungguhnya Islam memberikan potensi yang sama antara laki-

laki dan perempuan. Persamaan posisi tersebut meliputi berbagai

aspek kehidupan, baik dalam hal ibadah, mu’amalah, beramar ma’ruf

dan nahi mungkar, menuntut ilmu pengetahuan, bahkan ikut serta

dalam berjihad fi sabilillah (perang melawan musuh-musuh Islam).

Ada beberapa pendapat ulama yang membolehkan kepemimpinan

perempuan yaitu Abdurrauf bin Ali al-Jawi al-Fansury al-Sinkily

dan Muhammad Al-Ghazali. Abdurrauf bin Ali al-Jawi al-Fansury

al-Sinkily berpendapat bahwa sama antara laki-laki dan perempuan

dalam hal eksistensi al-insaniyah (kemanusian), Abdurrauf bin Ali

al-Jawi al-Fansury al-Sinkily juga mengakui bahwa laki-laki dan

perempuan sama-sama memiliki al-ahliyah (keahlian) dalam

masalah ibadah, dan dalam hal balasan dari perbuatan baik buruk

yang dilakukan. Dan beliau juga tidak menyinggung Hadits di atas,

10
M. Quraish Shihab, Wawasan Al-Qu’ran, Cet. 13, (Bandung: Mizan, 1996), hal.
313.
10

sehingga tidak dapat di pastikan bagaimana pemahamannya dalam

menganalisa hadits tersebut, tetapi ia tidak memahami hadist itu

secara tekstual seperti yang dilakukan oleh kebanyakan ulama yang

menentang pengangkatan perempuan sebagai kepala negara.

Abdurrauf bin Ali al-Jawi al-Fansury al-Sinkily melihat kondisi

perempuan di masa Rasul jauh berbeda dengan keadaan perempuan

dimasa sekarang baginya yang terpenting adalah setiap umat harus

memiliki pemimpin dan berbakti kepadanya 11 .

Namun ada juga ulama yang tidak membolehkan kepemimpinan

perempuan yaitu Mustafa As-Siba’i dan Muhammad Al-Mubarak.

Mustafa As-Siba’i berpendapat bahwa tidak bolehnya perempuan

menjadi pemimpin yang tertinggi dalam suatu negara, tidak ada

hubungannya dengan nilai-nilai kemanusian, kemuliaan dan

kecakapan perempuan itu, tetapi terkait dengan kesejahteraan bangsa

secara keseluruhan dan erat hubunganya dengan suasana kejiwaan

dari kaum perempuan itu sendiri, serta tugas berat yang diembannya.

Aktivitas publik merupakan hak asasi setiap manusia, termasuk

perempuan. Seorang perempuan mampu menjabat sebagai pemimpin

atau menduduki jabatan tertinggi dalam suatu organisasi atau negara.

Banyak pemimpin yang membuktikan bahwa seorang perempuan itu

bukan merupakan suatu kelemahan dibandingkan dengan kaum laki-


11
Khairuddin, Op. Cit hal. 64.
11

laki. Bahkan banyak diantaranya telah menjadi pemimpin

dikomunitas, organisasi tersebut bahkan menjadi pemimpin negara.

Untuk hal tersebut penulis tertarik untuk membahas apakah peran

politik perempuan di DPRD Kabupaten solok yang di tinjau dari

perspektif fiqih siyasah sudah sama dengan yang di jelaskan di oleh

ulama dan juga hadis nabi tersebut. Maka Untuk Itu Penulis

mengakaji dan menelaah lebih lanjut dalam sebuah permasalahan

tersebut dengan judul “PERAN POLITIK PEREMPUAN DI

LEMBAGA LEGISLATIF KABUPATEN SOLOK TAHUN

2019-2024 PERSPEKTIF FIQIH SIAYSAH”

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan di atas, maka ada

beberapa permasalahan yang akan menjadi objek pokok dalam penelitian

maupun pembahasan. Adapun rumusan masalah tesebut adalah:

1. Bagaimana Peran Politik Perempuan Di Lembaga Legislatif

Kabupaten solok Tahun 2019-2024 ?

2. Bagaiamana Tinjauan Fiqih Siyasah Terhadap Peran Politik

Perempuan?

C. Tujuan Penelitian
1. Untuk Menegtahui Bagaimana Peran Politik Perempuan Di Lembaga

Legislatif Kabupaten solok Tahun 2019-2024


12

2. Untuk Menegtahui Bagaiamana Tinjauan Fiqih Siyasah Terhadap

Peran Politik Perempuan

D. Tinjauan Kepustakaan Dan Penelitian Terdahulu

Dalam suatu penelitian diperlukan dukungan hasil-hasil penelitian

yang telah ada sebelumnya (penelitian terdahulu) yang berkaitn dengan

penelitian. Berikut merupakan penelitiaan terdahulu dari beberapa jurnal

terkait dengan penelitian yang dilakukan penulis.

1. Penelitian Khairuddin, “Kepemimpinan Perempuan Menurut Islam

dalam Konteks Kekinian”, Di mana penelitian ini membahas tentang

kedudukan perempuan dalam Islam, baik dalam rumah tangga,

masyarakat atau dalam jabatan pemerintahan seperti hakim.

Problematika perempuan sebagai pemimpin negara, baik itu hak

memililh dan di pilih serta pendapat ulama-ulama tentang perempuan

sebagai kepala negara.

2. Penelitian Akbarizan, Perempuan, Politik dan Hukum Islam, Studi

Tentang Fenomena Calon Walikota. Di mana penelitian ini menjelaskan

tentang isu kepemimpinan perempuan. Karena salah satu calon walikota

Pekanbaru adalah perempuan. Buku ini juga menukil tentang

kepemimpinan perempuan menurut Islam ada tiga kelompok ulama yang

menyatakan pendapatnya berkaitan dengan hal tersebut, yaitu: pertama,

perempuan tidak boleh menjadi pemimpin, pendapat ini diwakili oleh


13

tokoh mazhab terkenal seperti, Imam Malik, Syafi‟i dan Ahmad bin

Hanbal. Kedua, perempuan boleh menjadi pemimpin, apabila perempuan

tersebut memiliki kapabilitas dan kompetensi yang memadai pendapat

ini diwakili oleh tokoh fiqh rasional, Imam Abu Hanifah. Ketiga,

perempuan boleh menjadi pemimpin secara mutlak. Pendapat ini

diwakili oleh imam Ibnu Jarir Al-Thabary. Sejalan dengan imam

Thabary, imam Ibnu Hazm juga mengemukakan kebolehan perempuan

sebagai pemimpin secara mutlak. 12

3. Penelitian Siti Nur Aini tentang Analisis Terhadap Peran Politik

Perempuan Di Lembaga Legislatif Kabupaten Rembang Tahun 2004 –

2009

E. Penjelasan Judul

Untuk lebih terarah dan menghindari kekeliruan dalam penulisan ini,

maka penulis akan menjelaskan istilah-istilah yang diaanggap perlu yaitu

sebagai berikut:

12
Akbarizan, Wanita, Politik dan Hukum Islam, Studi Tentang Fenomena Calon
Walikota, (Pekanbaru: Suska Press, 2014).
14

Fikih siyasah : Menurut Prof Ahmad Sukardja, dalam Ensiklopedi Tematis

Dunia Islam: Ajaran, fikih siyasah adalah salah satu disiplin ilmu tentang

seluk beluk pengaturan kepentingan umat manusia pada umumnya dan negara

pada khususnya, berupa hukum, peraturan, dan kebijakan yang dibuat oleh

pemegang kekuasaan yang bernafaskan ajaran Islam.

Peran : Peran merupakan aspek dinamis kedudukan. Ketika

seseorang melaksanakan hak dan kewajibannya sesuai

dengan kedudukannya, maka orang tersebut telah

menjalankan suatu peran. Peran dan kedudukan saling

tergantung satu sama lain. Tidak ada peran tanpa

kedudukan, demikian pula tidak ada kedudukan tanpa peran.

Politik : Proses  pembentukan dan pembagian  kekuasaan  dalam 

masyarakat  yang antara lain berwujud proses pembuatan

keputusan , khususnya dalam negar a.

Perempuan: Istilah untuk  jenis kelamin  manusia  yang berbeda

dengan  laki-laki

Legislatif : adalah lembaga atau dewan yang memiliki tugas dan

wewenang untuk membuat atau merumuskan UUD yang ada

di sebuah negara. Lembaga legislatif juga merupakan


15

lembaga legislator yang berarti jika lembaga ini dijalankan

oleh DPD, DPR, dan MPR.

F. Metode Penelitian

Metode penelitian adalah cara yang digunakan oleh penulis untuk

mengumpulkan data penelitian. 13 Untuk memperoleh data dan

penjelasan mengenai peran politik perempuan di lembaga legislatif

kabupaten solok tahun 2019-2024 yang di tinjau dari perspektif fiqih

siyasah. Dan segala sesuatu yang berhubungan dengan pokok

permasalahan dari judul diatas diperlukan suatu pedoman penelitian

yangdisebut metodologi penelitian.

1. Jenis Penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan pendekatan

kualitatif karena peneletian ini mendeskripsikan atau menggambarkan

mengenai peran politik perempuan di lembaga legislatif kabupaten solok

tahun 2019-2024 yang di tinjau dari perspektif fiqih siyasah. Menurut

Bogdan dan Taylor penelitian kualitatif adalah prosedur penelitian yang

menghasilkan data deskripstif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari

orang-orang dan perilaku yang dapat di amati. 14

Jadi penelitian kualitatif pada penelitian ini adalah suatu

penelitian yang bertujuan untuk menggambarkan atau mendeskripsikan


13
JokoSubagyo, Metodologi Penelitian dalam Teori dan Praktek ( Jakarta : PT
Rhineka Cipta, 1994), hal.2
14
Basrowi,Memahami Penelitian Kualitatif. (Jakarta : Rineka Cipta,2008), Hal 21
16

secara sistematis, faktual dan akurat menegenai fakta suatu hubungan

antara fenomena yang diselidiki khususnya pada peran politik

perempuan di lembaga legislatif kabupaten solok tahun 2019-2024.

2. Lokasi dan waktu penelitian

Berdasarkan judul Penelitian di atas yaitu peran politik perempuan di

lembaga legislatif kabupaten solok tahun 2019-2024 perspektif fiqih

siyasah. Maka lokasi penelitian ini Akan Dilaksanakan Di Kantor Dprd

Kabupaten Solok Yang Beralamat Di Batang Barus Kecamatan Gunung

Talang Kabupaten Solok.

3. Sumber data

a. Sumber data primer

Sumber data primer yaitu sumber data yang menjadi rujukan

pokok. Data primer didapat dengan melakukan hasil wawancara yang

dilakukan oleh peneliti. Dalam hal ini yang menjadi sumber data primer

adalah hasil wawancara langsung dengan ketua DPRD Kabupaten solok

Dan juga anggotanya.

b. Sumber data sekunder

Sedangkan sumber data sekunder adalah kitab-kitab, buku-buku,

dan lain sebagainya. Sumber data sekunder yang digunkan antara lain

Pasal 65 ayat (1) UU No 12 tahun 2003 tentang pemilu DPR,DPD Dan

DPRD Dan juga buku-buku yang berkaitan dengan Fiqh Siyasah , dan

dokumen-dokumen yang didapat di Kantor DPRD kabupaten solok.


17

4. Informan

Informan penelitian adalah orang yang dimanfaatkan untuk memberikan

informasi tentang situasi dan kondisi latar penelitian. Maka informan

penelitian ini ditentukan dengan cara purposive sampling yaitu

menentukan informan dengan pertimbangan tertentu yang di pandang

dapat memberikan data secara maksimal. 15 Maka, dalam penelitian ini

yang menjadi pertimbangan dalam pemilihan informan adalah :

1) Mempunyai pengetahuan dan pendidikan menegenai materi yang

di teliti

2) Menguasai materi penelitian dengan segala permasalahan.

Berdasarkan hal itu maka peneliti mengambil informan dari

orang-orang yang bekerja di Dprd Kabupaten Solok.

5. Teknik Dan Alat Pengumpulan Data

Agar data yang didapat terkumpul dengan baik dan lengkap maka

teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah

sebagai berikut :

a. Observasi

Pengumpulan data dengan cara observasi pada penelitian ini adalah

dengan cara terjun langsung kelapangan untuk mengamati perilaku dan

15
Lexy J, Metodologi Penelitian Kualitatif, ( Bandung : Remaja Rosdakarya 2007),
Hal.132
18

aktivitas individu atau masyarakat di lokasi penelitian. Dalam

melakukan pengamatan peneliti bisa mengajukan beberapa pertanyaan

kepada informan terkait.

b. Wawancara

Menurut basrowi dan suwandi wawancara adalah kegiatan bercakap-

cakap dengan maksud tertentu, percakapan tersebut dilakukan oleh dua

pihak yaitu pewawancara (interviewer) yang mengajukan pertanyaan

dan yang diwawancarai (interviewee) yang memberikan jawaban atas

pertanyaan itu 16 . Dalam penelitian ini yang di wawancarai adalah

beberapa informan penelitian yang berkaitan dengan objek penelitian

yaitu orang-orang yang bekerja di lingkungan dprd kabupaten solok di

mulai dari ketua dan juga anggota nya, akan tetapi lebih fokus ke

anggota dewan yang perempuan karena di dalam penelitian ini peneliti

membahas tentang politik perempuan.

c. Dokumentasi

Dokumentasi yaitu mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang

berupa undang-undang, peraturan daerah, buku, surat kabar, majalah,

dan sebagainya. 17 Pengumpulan data dengan cara dokumentasi yang

dilakukan dalam penelitian ini adalah dengan cara menggunakan hasil

dokumentasi berupa catatan-catatan penting yang berhubungan dengan

16
Ibid,. Hal.127
17
Noeng Muhajir, Metode Penelitian Kualitatif, (Yogyakarya : Rake Sarasin, 1996),
hlm. 106.
19

penelitian serta foto-foto yang bermanfaat maupun rekaman-rekaman

atau video-video yang berkaitan dan berguna untuk penelitian ini.

d. alat pengumpulan data

agar data yang dibutuhkan terkumpul dengan baik dan lengkap, maka

penelitian ini menggunakan alat bantu berupa pedoman wawancara,

lembar observasi, dan alat pengambilan gambar dan alat perekam suara.

6. Teknik Analisa Data

Dalam membahas tentang persn politik perempuan di lembaga legislatif

kabupaten solok ini, analisa dilakukan sejak awal penelitian

dilaksanakan, karena penelitian ini teruju pada makna dan kecocokan

penerapannya pada zaman sekarang. Maka dalam mengumpulkan data

harus selalu dilengkapi dengan catatan lapangan, dengan tujuan untuk

mencatat informasi wawancara serta hasil pengamatan yang

berhubungan dengan masalah penelitian. Analisis data yang dipakai

dalam penelitian ini adalah :

a. Reduksi data

Artinya sebagai proses pemilihan, pemusatan, perhatian, pada

penyederhanaan, pengabstrakan, dan transformasi data “ kasar “ yang

muncul dari catatan-catatan tertulis di lapangan.

b. Penyajian data

Setelah data direduksi, dalam penelitian ini penyajian data dilakukan

dalam bentuk uraian singkat, tabel, identitas subjek dan pertanyaan


20

penelitian. Dengan mendisplay data akan memudahkan peneliti untuk

memahami apa yang terjadi dan merencanakan kerja selanjutnya

berdasrkan apa yang telah di pahami tesebut.

c. Menarik kesimpulan/verifikasi

Langkah ketiga dalam analisis data dalam penelitian ini adalah

verifikasi dan penarikan kesimpulan. Verifikasi dilakukan untuk

mengecek kembali data-data yang diperoleh kemudian diadakan

penarikan kesimpulan awal. Kesimpulan awal yang dikemukakan masih

bersifat sementara dan akan berubah bila tidak ditemukan bukti-bukti

yang kuat yang mendukung pada tahap pengumpulan data berikutnya,

dan sebaliknya apabila ditemukan bukti-bukti yang mendukungnya,

maka kesimpulan yang dikemukakan merupakan kesimpulan yan

kredibel.

G. Sistematika Penelitian

BAB I : PENDAHULUAN

Bab Pendahuluan ini memuat tentang latar belakang masalah,

rumusan masalah, tujuan dan kegunaan, tinjauan kepustakaan,

penejelasan judul, metode penelitian dan sistematika

penelitian.
21

BAB II : PERAN PEREMPUAN DALAM POLITIK DI INDONESIA

Bab ini berisi tentang landasan teori yang terdiri dari

Perempuan Dan politik, peranan perempuan dalam politik,

peranan perempuan dalam partai politik, kendala yang

dialami perempuan dalam partai politik, dan lembaga

politik.

BAB III : FIQIH SIYASAH

Bab ini berisi tentang landasan teori selanjutnya yang terdiri

dari pengertian Fiqih siyasah, Sumber hukum fiqih siyasah,

dan Ruang lingkup fiqih siyasah

BAB IV : HASIL PENELITIAN

Bab ini berisi uraian dari rumusan masalah yaitu tentang,

Bagaimana Peran Politik Perempuan Di Lembaga Legislatif

Kabupaten solok Tahun 2019-2024 Serta Tinjauan Fiqih

Siyasah Terhadap Peran Politik Perempuan

BAB V: PENUTUP

Bab ini merupakan bagian penutup yang berisikan

kesimpulan dari pembahasan skripsi dan saran, serta di

akhir dilengkapi daftar pustaka.


22
BAB II

PERAN PEREMPUAN DALAM POLITIK DI INDONESIA

A. Perempuan Dan Politik

Perempuan dan politik merupakan slogan yang sering digunakan

partai politik menjelang pemilu. Slogan itu di maksud dengan

kampanye agar perempuan tertarik untuk menyumbangkan suaranya

pada partai politik tersebut. Namun itu hanya terjadi sebagai slogan

saja, itu semua terjadi karena setelah pemilu berakhir partai politik

tersebut juga lupa dengan semua janji-janji nya. Kepentigan perempuan

saat kampanye dijanjikan akan dijadikan sebagai agenda politik, akan

tetapi hal tersebut tidak pernah direalisasikan. 18

Bahkan jauh sebelum itu saat penjaringan calon anggotan

legislatif, perempuan tidak pernah dilibatkan Kalaupun dilibatkan

namanya pasti akan ditempat diurutan paling bawah atau yang dikenal

dengan nomer sepatu. Akibatnya jumlah perempuan dilembaga legislatif

baik ditingkat pusat maupun didaerah tidak memadai. Sebagai gambaran

pada periode 1992-1997 jumlah perempuan yang menjadi anggota

legislatif sebanyak 63 orang atau 12,5%, namun pada tahun 1997-1999

turun menjadi 57 orang atau 11.5 %. Saat reformasi, saat bangsa ini

bertekat mewujudkan demokrasi yang lebih sehat yaitu pada periode

18
Kurniawati Hastuti, “Mengenderkan Pemerintah Daerah”. (Jakarta : Kompas,
2005), hal.44

23
24

1999-2004, angka tersebut turun menjadi 45 orang atau hanya sekitar

9%. Berbagai alasan dikemukakan oleh para pemimpin partai perihal

penurunan keterwakilan perempuan di DPR. Pertama, partai politik

kesulitan dalam merekrut anggota legislatif perempuan dikarenakan

minimnya kualitas calon perempuan. Alasan minimnya kader perempuan

ini terkait dengan sistem pengaderan partai yang memang tidak memberi

tempat, perhatian serta peluang kepada perempuan. Kedua, partai politik

mengaku sulit untuk mengajak perempuan terlibat dalam wacana politik,

karena rendahnya kesadaran politik. Selain kendala-kendala tersebut

perempuan juga terhambat karena modal. Karena untuk bisa masuk ke

lembaga-lembaga politik formal seseorang harus memiliki sumber daya

ekonomi (modal). 19

Perempuan pada setiap tingkat sosial-politik merasa dirinya

kurang terwakili dalam parlemen dan jauh dari keterlibatan dalam

pembuatan keputusan. Perempuan yang ingin masuk dalam dunia politik

secara kenyataan bahwa publik dan budaya sering bermusuhan.

Perempuan dan politik sering mengalami pasang surut yang berakhir

pada penyempurnaan. Partisipasi perempuan dalam pembagunan

terutama dalam pengambilan keputusan dan menduduki posisi strategis

19
Siti Musdah Mulia & Anik Farida. Perempuan Dan Politik. (Jakarta : Gramedia
Pustaka Utama.2005), hal.17
25

sangat rendah, baik dibidang eksekutif, legislatif dan juga yudikatif

maupun lembaga lainnya. 20

Perempuan dan politik merupakan dua hal yang sulit

dibayangkan terutama pada Negara-Negara berkembang. Hal ini

disebabkan telah dibentuk oleh budayanya masing-masing yang

menekankan bahwa kedudukan atau peranan perempuan berkisar dalam

lingkungan keluarga. Sedangkan politik yang digambarkan sebagai

sesuatu yang berkenan dengan kekuasaan. Akan tetapi kedudukan

perempuan yang demikian ternyata tidak dapat dipertahankan karena

dengan berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi. Sedikit demi

sedikit bermula dari dunia barat, yang mana perempuan dapat

menaikkan posisinya di berbagai bidang termasuk politik. Memang

masih terdapat hambatan yang besar untuk menembus pandangan bahwa

politik adalah hanya milik laki-laki, tetapi kini masyarakat mulai

menyadari bahwa baik di Timur maupun di Barat perempuan dapat

terjun dan terlibat dalam politik asalkan diberi kesempatan.

Sekarang ini hampir semua negara telah memberikan hak

politiknya pada warga perempuannya. PBB telah berjasa besar bagi

proses perkembangan kedudukan perempuan. Usaha PBB dalam

mempebaiki kedudukan perempuan adalah membentuk badan The

20
Karam Azza dkk. Perempuan Di Parlemen,(Jakarta: Yayasan Jurnal
Perempuan,1999), hal.17
26

United Nations Committee on the Status of Women. Dalam sidangnya

yang pertama pada tanggal 11 Desember 1948, PBB memperingati pada

anggotanya agar membentuk undang- undang yang menjamin persamaan

hak antara laki-laki dan perempuan. Keterlibatan perempuan Indonesia

dalam politik sebenarnya bukan lagi merupakan hal yang baru, karena

mereka telah turut serta secara aktif dalam pergerakan kebangsaan. 21

1. Kebijakan kuota 30% untuk perempuan

Perjuangan perempuan untuk memperoleh kuota dalam

pembahasan RUU pemilu telah membuahkan hasil dengan

dimaksudkannya kuota pencalonan perempuan minimal 30% dalam

pasal 65 Undang-Undang No 12 tahun 2003 tentang pemilu. Akan tetapi

belum ada sanksi apabila ada partai politik yang tidak mematuhi

ketentuan sebagaimana dimaksud dalam UU. Upaya- upaya yang dapat

dilakukan untuk memenuhi jumlah kandidat perempuan minimal 30%

dan tercapainya jumlah keterwakilan perempuan yang signifikan

dilembaga legislatif yaitu, Yang Pertama, meningkatkan pemahaman

dan kesadaran politik kaum perempuan sehingga semakin bertambah

minat mereka untuk terjun di politik. Kedua, meyakinkan partai politik

bahwa peran serta perempuan dalam pengambilan kebijakan publik

sangat penting sehingga perlu meningkatkan rekrutmen calon

21
T.O.Ihromi. Kajian Wanita Dalam Pembangunan, (Jakarta : Yayasan Obor
Indonesia,1995), hal.482
27

perempuan dan menempatkan mereka dalam daftar calon tetap (DCT)

partai politik. Ketiga meyakinkan masyarakat agar termasuk media

massa agar mendukung keterwakilan perempuan pada lembaga legislatif

khususnya lembaga lembaga legislatif daerah.

Untuk memperjuangkan memenuhi kuota 30% ini memang bukan

hal yang mudah terutama jika menyadari bahwa budaya patriarki sudah

sedemikian merasuk dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Akan

tetapi perlu dipikirkan juga sesungguhnya dibutuhkan bukan hanya

sekadar memenuhi kuota tersebut melainkan bagaimana mempersiapkan

landasan kerja yang dapat memfasilitasi perempuan untuk masuk ke

arena politik sehingga yang dipersiapkan adalah kualitas.

Dengan begitu di masa depan tidak lagi ditemukan wakil- wakil

perempuan di parlemen yang menjadi hiasan belaka. Karena yang

dibutuhkan bukan hanya perempuan dalam arti fisik jasmani melainkan

perempuan yang memiliki komitmen pada upaya- upaya pemberdayaan

perempuan dan perempuan yang dapat mengartikulasikan kepentingan

strategi perempuan menuju terciptanya kesetaraan dan keadilan gender

dalam seluruh aspek kehidupan baik dalam ruang lingkup keluarga,

masyarakat dan Negara. 22

B. Peranan Perempuan Dalam Politik

1. Peranan perempuan dalam partai politik

22
Ibid, hal.120
28

Menurut Gross, Mason, dan Mc Eachem Peran Merupakan

seperangkat harapan-harapan yang dikenakan pada individu yang

menempati kedudukan sosial tertentu. Hal yang sama juga diungkap

oleh Ohen bahwa peranan ialah suatu perilaku yang diharapkan oleh

orang lain dari seseorang yang menduduki status tertentu. 23

Selanjutnya Dahrendorf juga menegaskan, bahwa peran

merupakan konsep kunci dalam memahami manusia sosiologis. Setiap

orang menduduki sekian posisi sosial dan setiap posisi tersebut harus

diperankannya. Role atau peranan merupakan dinamika dari status atau

penggunaan dari hak dan kewajiban atau bisa disebut status subyektif. 24

Dengan demikian peran suatu penjelasan yang merujuk pada

konotasi ilmu sosial yang mengartikan peran sebagai suatu fungsi yang

dibawah seseorang ketika menduduki suatu karakteristik atau (posisi)

dalam struktur sosial. Suatu penjelasan yang lebih bersifat operasional,

menyebutkan bahwa peran seorang aktor adalah suatu batasan yang

dirancang oleh faktor lain, yang kebetulan sama-sama berada dalam satu

penampilan/unjuk peran (role performance).

Klasifikasi peran mencakup tiga hal, yaitu: Yang Pertama,

Peranan meliputi norma-norma yang dihubungkan dengan posisi atau

tempat seseorang dalam masyarakat. Peranan dalam arti ini merupakan

23
Habibah.St.Partisipasi Dan Peran Perempuan Dalam Partai Politik. Al-
Maiyyah.Vol,8 No,2(2015).349
24
ibid
29

rangkaian peraturan-peraturan yang membimbing seseorang dalam

kehidupan kemasyarakatan. Yang Kedua, Peranan adalah suatu konsep

tentang apa yang dapat dilakukan oleh individu dalam masyarakat

sebagai organisasi. Yang Ketiga Peranan juga dapat dikatakan sebagai

perilaku individu yang penting bagi struktur sosial masyarakat.

Dari beberapa definisi mengenai pengertian peranan tersebut.

Maka dapatlah disimpulkan sebagai berikut :

1) Peranan atau role adalah pengaruh yang diharapkan dari sesuatu

hal atau seseorang dalam dan antara hubungan sosial tertentu

2) Peranan adalah pengaruh yang berhubungan dengan status atau

kedudukan social tertentu

3) Peranan berlangsung bilamana seseorang melaksanakan hak -hak

dan kewajiban-kewajibannya sesuai dengan statusnya

4) Peranan terjadi bila ada suatu tindakan dan bilamana ada

kesempatan yang diberikan.

Membahas tentang Peranan atau (role) tidak dapat dipisahkan

dengan uraian tentang Kedudukan atau (status), karena peranan

merupakan aspek dinamis dari kedudukan dan tidak ada peranan tanpa

kedudukan, dan sebaliknya tidak ada kedudukan tanpa peranan 25 .

Dengan demikian, kedudukan seseorang dalam suatu sistem sosial

25
I.Ahdiah, Peranan Atau Role, ( Jakarta : Kencana Prenada Media Group 2013),
hal.26
30

merupakan unsur yang statis yang menunjukkan tempat seseorang

dalam sistem itu, sedangkan peranan menunjuk pada fungsi dan

penyesuaian diri dalam suatu proses, kedudukan dalam suatu sistem

sosial, yang dapat diperoleh melalui empat cara, yaitu: Yang Pertama,

Kedudukan diperoleh karena kelahiran atau ( ascribed status),

misalnya seseorang memperoleh kedudukan sebagai bangsawan karena

ayahnya bangsawan. Yang Kedua, Kedudukan diperoleh karena

memiliki kemampuan dan kelebihan khusus (achieved status),

misalnya seseorang memperoleh kedudukan sebagai pemimpin karena

memiliki kemampuan dan seni memimpin. Yang Ketiga, Kedudukan

yang diperoleh karena pemberian yang bersifat pribadi atau (assigned

status), misalnya seseorang kepala kantor memberikan kedudukan

kepada salah seorang bawahannya sebagai kepala bagian karena

pernah berutang budi kepada ayahnya. Dan Yang Terakhir yaitunya,

Kedudukan yang diperoleh secara alamiah atau (natural status),

misalnya kedudukan sebagai ayah, ibu, kakak, adik, nenek dan lain-

lain.

Menurut Berger dalam Lukman peranan dikonseptualisasikan

sebagai mata rantai antara organisme manusia dan struktur sosial juga

mirip dengan rumusan fungsionalisme structural. Struktur sosial juga

mirip dengan rumusan fungsionalisme struktural. Struktur sosial terdiri


31

dari peranan perilaku yang terpola atau memiliki lamb ang yang

melambangkan hal timbal balik. Walau individu tidak identik dengan

peranan tetapi dia tetap menjalankan kegiatan yang sesuai dengan

ukuran-ukuran pelaksanaan peranannya tersebut. Tipologi peranan-

peranan itu merupakan hubungan yang diperlukan bagi institusional

kelakuan dengan demikian peranan dapat dikatakan sebagai unit dasar

aturan terlembaga yang obyektif.

Canto dan Bernay juga mengatakan bahwa peran perempuan

dalam partai politik tidak lain dimana wanita yang bermimpi untuk

terjun ke dalam kancah politik hendaknya jangan puas diri hanya

dengan mengerjakan tugas administrative, sebaiknya mereka harus

berupaya keras untuk mendaki tangga hirarki partai menuju posisi

lebih bertanggung jawab, dan tidak hanya menambah wawasan tetapi

juga meningkatkan pengetahuan mereka dalam partai dan

komunikasi. 26

Hal tersebut menunjukkan bahwa perempuan yang selama ini

banyak menjadi tekanan bahkan diberlakukan secara diskriminatif

ketidak adilan yang terjadi dalam sebuah partai politik diharapkan

mampu menanggapi yang sifatnya rasionalisasi, sehingga tidak terjadi

26
Cantor,Doroty W Dan Tonu Bernay, Kiprah Wanita Dalam Dunia Politik,
( Gramedia : Jakarta 1998 ) hal.97
32

konflik internal partai, akan tetapi bertanggung jawab dalam

menjalankan sebuah roda organisasi yang baik.

Dilain sisi juga dijelaskan di mana masa jabatan dan sikap

membeda-bedakan jenis kelamin merupakan tantangan bagi perempuan

yang hendak menduduki tampuk kekerasan, oleh karena itu dapat

disikapi dengan hati yang sabar serta rasionalisasi yang lebih ilmiah,

karena bagaimana pun juga peluang bagi perempuan akan lebih terbuka

bila ia memiliki pengalaman menduduki jabatan yang harus melalui

proses pemilihan, memiliki sikap peran gender non tradisional dan

memiliki dana finansial, waktu dan staf kampanye yang memadai. 27

Kondisi tersebut perempuan dalam memasuki kancah politik

hendaknya berjiwa besar serta memiliki pengalaman dalam

berorganisasi, karena perempuan selama ini sangat jarang dijumpai

untuk ikut berpartisipasi sekaligus berperan dalam partai politik. Hal

ini juga menjadi kendala yang perlu diperhatikan dari berbagai

organisasi politik yang akan memperjuangkan nasib kaum perempuan

di masyarakat umum.

2. Kendala Yang Dialami Perempuan Dalam Partai Politik

Kendala yang dialami perempuan untuk memasuki dan tetap

eksis dibidang politik cukup banyak, baik kendala internal yaitu pribadi

27
Ibid. Hal.120
33

dan keluarga maupun kendala eksternal yakni sistem dan budaya,

keduanya memiliki pengaruh yang sangat kuat kultur patriarkhi,

keterbatasan kesempatan, lemahnya daya saing, dan budaya diam. 28

Kendala-kendala yang dialami perempuan dalam berpartai politik, yang

berkaitan dengan Masalah pendidikan, pekerjaan, gender, peran

domestik (urusan rumah tangga), budaya partriarkhi, agama dan

hubungan kekeluargaan serta kendala-kendala yang bersifat umum,

yaitunya sebagai berikut:

1) Masalah Pendidikan

Pendidikan bagi perempuan merupakan kekuatan yang dapat

meningkatkan taraf hidupnya ke tingkat yang lebih baik. Karena

dengan pendidikan perempuan dapat berjuang melaksanakan

program-program partai. Pendidikan adalah suatu hal yang sangat

urgen untuk melakukan suatu tindakan yang bermakna bagi dirinya

sendiri maupun terhadap partai politik yang mereka perjuangkan. 29

pemberian kesempatan yang lebih besar kepada perempuan untuk

memperoleh pendidikan, secara umum menghasilkan peningkatan

“sharing” kekuasaan dalam keluarga, peningkatan pekerjaan dalam

28
Anonim,Sensitivitas Gender, Bahan Penelitian Gender, (Yogyakarta : PKB DIY
1995). Hal.35
29
Smock Anshori, Dadang, Membincangkan Feminisme,Refleksi Muslimah Atas
Peran Sosial Kaum Wanita. ( Cet I Pustaka Hidayah ; Bandung )
34

profesi, penurunan tingkat fertilitas, dan peningkatan partisipasi

dalam kegiatan sosial dan politik.

Begitu pula dengan perempuan yang terlibat dalam partai politik

di mana tugas yang diberikan oleh partai politik selalu relevan

dengan pendidikan yang dimiliki oleh perempuan tersebut sebagai

pengurus partai, yakni sebesar 100 persen. Ini berarti semua

perempuan yang terlibat sebagai pengurus partai politik sebetulnya

tidak mengalami kesulitan dalam menjalankan tugas-tugasnya sebab

pada umumnya mereka berpendidikan, perempuan tersebut sebagian

besar berkualifikasi Sarjana.

Dapat disimpulkan bahwa rendahnya partisipasi perempuan pada

partai politik bukan karena faktor pendidikan, bahkan dalam hal ini

partisipasi perempuan sangat tinggi bila dilihat dari relevansi antara

pendidikan dan tugas.

2) Masalah Pekerjaan

Dalam Pasal 3 UU No. 8 Tahun 1974 tentang Pokok-pokok

Kepegawaian menentukan bahwa “pegawai negeri sipil adalah

unsur Aparatur Negara, Abdi Negara Dan Abdi Masyarakat yang

dengan penuh kesetiaan dan ketaatan kepada Pancasila dan UUD

1945, Negara dan Pemerintah, menyelenggarakan tugas

pemerintahan dan pembangunan” 30 . Maka ia harus bersikap netral

30
Pasal 3 UU No.8 Tahun 1974
35

dan tidak memihak kepada partai politik serta tidak terlibat dalam

kegiatan politik praktis.

Pegawai negeri sipil yang menjadi anggota atau pengurus partai

politik harus diberhentikan dari jabatan negeri. Dengan demikian

pegawai negeri sipil dapat melaksanakan tugas pemerintah dan

pembangunan secara efisien dan efektif. Seseorang yang aktif dalam

salah satu partai politik sebenarnya tidak menganggu

aktifitas/pekerjaan pokoknya.

Sehubungan dengan hal tersebut, bilamana seorang perempuan

yang aktif dalam partai politik ternyata tidak menganggu pekerjaan

pokoknya jika mereka menjadi pengurus partai politik, dari

beberapa responden perempuan yang diwawancarai tidak ada yang

mengatakan mengganggu pekerjaan pokoknya. Mereka tetap aktif

dalam partai politik meskipun punya pekerjaan pokok. Kecuali

pekerjaan pokok mereka bersamaan dengan kegiatan partai politik

sehingga mereka lebih mengutamakan pekerjaan mereka. 31

Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa keaktifan

perempuan dalam partai politik tidak menganggu pekerjaan pokok,

dan rendahnya partisipasi perempuan dalam partai politik bukan

31
Mansour Fakih, Diskriminasi Dan Beban Kerja Perempuan Perspektif Gender
Dalam Bainar (ED),Wacana Perempuan Dalam Keindonesiaan Dan Kemodernan ,(Cides
Dan : UII Jakarta 1998), Hal.20
36

karena punya pekerjaan, bahkan ungkapan dari informan perempuan

partisipasi mereka tinggi karena ditunjang oleh pekerjaanya.

Walau demikian adanya Peraturan Pemerintah No 5 Tahun 1999

menyebabkan kurangnya perempuan muda yang melibatkan diri

dalam partai politik sebab lebih mementingkan berkarier dibidang

pekerjaanya sebagai pegawai negeri sipil daripada terjun dibidang

politik. Meskipun Peraturan Pemerintah tersebut bukan hanya

berlaku bagi perempuan saja melainkan bagi semua pegawai negeri

sipil yang menjadi anggota partai politik. Stereotipe adalah

pelabelan terhadap suatu kelompok atau jenis pekerjaan tertentu. 32

Stereotype ialah mengkategorikan seseorang sebagai golongan

jenis kelamin tertentu yang memiliki ciri-ciri khas. Gambaran

stereotype dari perempuan adalah sebagai seseorang yang lemah,

emosional, sensitif, tergantung, pasif, submisif, luwes, memerlukan

perlindungan dan sebagainya. Sedang gambaran stereotype dari

perempuan adalah fisik kuat, agresif, lebih rasional, ingin

memimpin, melindungi, aktif kompetitif, kaku, keras dan

sebagainya.

Raven dan Rubin mengungkapkan bahwa konsep stereotype ini

dapat dianalisa mengapa kuantitas perempuan dalam dunia politik

yang digambarkan sebagai dunia yang keras, sikut kanan sikut kiri,

32
Ibid. Hal 23
37

menggunakan segala cara untuk mencapai tujuan, dianggap sebagai

dunia laki-laki. Perempuan dengan stereotype yang terlanjur

dilabelkannya seolah tidak punya potensi yang cukup kuat untuk

terjun kedalamnya. Berdasarkan stereotype tersebut perempuan

dianggap terlalu emosional, sensitif untuk memutuskan persoalan-

persoalan masyarakat. Sehingga untuk masuk dalam partai politik

tidak mudah bagi perempuan, ia harus bekerja keras dua kali lipat

dari laki-laki, sampai ia bisa memenuhi berbagai kriteria yang

dijadikan standar laki-laki. Pada akhirnya sedikit sekali perempuan

yang bisa memenuhi kriteria-kriteria tersebut dan menjadikan

perempuan sebagai kaum minoritas dalam wilayah ini. 33

Pada hal, bukan hanya karena jumlahnya, tetapi karena potensi

perempuan dalam berbagai aspek kehidupan tidak bisa diabaikan

begitu saja. Pengalaman perempuan amat kaya, dan kalau

mengambil pengalaman politik Amerika latin misalnya, stereotype

yang dianggap melemahkan perempuan seperti merawat anak dan

keluarga, memelihara dan menjaga lingkungan sekitar, mencari

penyelesaian masalah dengan jalan damai, bisa menjadi senjata yang

amat ampuh, yang membuat mereka mampu bertahan dan melawan

pemerintah yang paling refresif sekalipun.

3) Masalah Keadilan Dan Kesetaraan Gender

33
Utami,Perempuan Dan Politik,( Yogakarta : Gama Media 1995). Hal 54
38

Masalah keadilan dan kesetaraan gender merupakan suatu

kendala yang paling banyak dialami oleh perempuan dalam

berkiprah dalam partai politik. Karena selama ini perempuan boleh

dikatakan tertekan oleh pihak-pihak politik yang berkepentingan

untuk melenserkan sekaligus menghilangkan posisi perempuan di

berbagai partai atau yang ingin mencalonkan dirinya sebagai

legislatif. Oleh karena itu diharapakan kesadaran bagi seluruh

pengurus partai politik untuk melakukan suatu gerakan yang

sifatnya manusiawi sehingga perempuan yang ikut dalam berpolitik

tidak dihalangi lagi.

4) Masalah Peran Domestik ( Rumah Tangga )

Peran dan fungsi perempuan merupakan peran kodrati

(refroduktif), peran ekonomi (produktif), dan peran sosial

kemasyarakatan yang didasarkan pada kodrat perempuan yang

mengarah kepada aspek biologis. 34 Begitu pula halnya dengan

perempuan yang terlibat dalam bidang politik tidak luput dari

urusan rumah tangga meskipun telah menjadi pengurus partai

politik, sehingga adanya hambatan yang dialami perempuan

mungkin saja terjadi, baik dalam rumah tangga maupun dalam partai

politik.

34
Rasdiansyah, perempuan dan kodratnya, ( jakarta : gramedia pustaka utama 1999).
Hal 27
39

5) Masalah budaya patriarkhi

Adat istiadat ada kaitannya dengan peran perempuan dalam partai

politik, dalam hal ini di satu sisi membicarakan tentang keberadaan

perempuan sebagai ibu rumah tangga dan disisi lain sebagai

pengurus partai politik, oleh karena itu menarik untuk dikaji, di

mana budaya Sulawesi Selatan masih banyak yang tidak

menginginkan perempuan untuk berkiprah secara penuh di partai

politik. Hal ini menunjukkan bahwa betapa sulitnya posisi

perempuan dalam rumah tangga, sehingga mampu memposisikan

kedua kegiatan tersebut tanpa mengabaikan aspek keluarganya.

Kramarae dan Paula menjelaskan bahwa patriarkhi merupakan

term yang penting yang digunakan sebagai cara untuk

mengelaborasi tertindasnya perempuan berdasarkan struktur dan

susunan masyarakat. Ideologi ini dibangun berdasarkan kekuatan

laki-laki, sebagai simbol prinsif laki-laki dan kekuasaan ayah, serta

sebagai kontrol laki-laki terhadap seks dan pikiran-pikiran

perempuan. 35

Sistem patriarkhi merupakan suatu mekanisme yang lebih

banyak menempatkan laki-laki pada posisi kunci atau peranan yang

35
Kremare dan paula, A feminist dictionary, ( jakarta : yayasan obor indonesia
1998). Hal 223
40

lebih dominan. Sistem tersebut terutama menempatkan status dan

peranan perempuan di bawah perwalian laki-laki.

Konsekuensinya kemudian adalah semakin terbatasnya

kesempatan dan akses perempuan dalam urusan-urusan yang

berkaitan dengan aktivitas publik (public sphere), lebih-lebih dalam

wilayah politik, perempuan hanya berada dipinggiran (periphery

zone). Bagi perempuan untuk menjadi bagian dari kelompok elit

politik sangat terjanggal dan penuh rintangan cultural. Sistem

patriarkhi yang telah disosialisasikan sejak perempuan lahir hingga

dewasa, perlahan tapi pasti membentuk konsep diri pada perempuan

itu sendiri. Mereka menjadi tidak siap memimpin, tergantung dan

menjadi manusia nomor dua dalam masyarakat. Perempuan menjadi

prioritas kedua dalam berbagai hal termasuk bidang politik. 36

Sebagai bangsa yang telah meratifikasi hak-hak politik

perempuan (UU No 68 tahun 1958) dan konvensi penghapusan

segala bentuk diskriminasi terhadap perempuan (CEDAW) melalui

UU No 7 tahun 1984, pada akhirnya belum cukup membantu dalam

menghadapi pemilu 1999 lalu. Waktu setahun terlalu pendek untuk

menghapuskan apatisme dan membangun posisi tawar perempuan

yang selama puluhan tahun direntankan terhadap intimidasi politik.

Waktu setahun juga teramat singkat untuk menghapus stigma yang

36
Ibid. Hal 225
41

dilekatkan pada perempuan, perempuan hanyalah sebagai alat untuk

melanggengkan kekuasaan yang refresif.

Kebijakan pemerintah orde baru yang berkuasa waktu itu juga

menempatkan perempuan hanya sebagai isteri dan ibu, konsep peran

ganda, pengukuhan konsep panca tugas wanita yang

dioperasionalkan melalui organisasi-organisasi bentukan pemerintah

seperti dharma wanita atau PKK, sistem politik yang birokratis,

sentralistik dan militeristik, selama 32 tahun tersebut merupakan

beberapa sebab yang menghambat partisipasi politik perempuan.

Dari gambaran di atas jelaslah bahwa minimnya jumlah

perempuan di parlemen merupakan hasil dari perjalanan sejarah

perempuan itu sendiri yang telah dipinggirkan dari wilayah ini sejak

awal perkembangan perempuan. Posisinya yang selalu dibuat

tergantung pada laki-laki sebagai hasil dari budaya patriarki menjadi

kurang dapat diperhitungkan, dianggap tidak mampu menghadapi

persoalan-persoalan besar yang dianggap sebagai wilayah laki-laki,

apalagi dalam masalah politik yang penuh ketidak jelasan, seolah-

olah hanya laki-laki yang bisa memasuki wilayah ini. 37

Kebijakan-kebijakan pemerintah juga menguatkan posisi tawar

perempuan khususnya pemerintahan orde baru, yang melalui

kebijakan serta programnya telah membentuk perempuan terus

37
Ibid. Hal 227
42

berada di bawah kendali laki-laki dengan gaya patriarkinya. Ini

membuat seolah-olah melegitimasi pengekangan perempuan dalam

wilayah domestik dan sekalinya diberi kesempatan untuk masuk

dalam wilayah politik hanya dijadikan alat untuk kepentingan

politik sekelompok orang atau golongan tertentu.

6) Masalah Agama

Pandangan biologis menegaskan bahwa laki-laki dan perempuan

sama-sama berkewajiban terhadap tugas agamanya, maka kewajiban

melaksanakan tugas kemasyarakatan akan sama pula (At-Taubah :

7). 38

‫ ِع ن َد‬Oۡ ‫ين َٰع َه دمُّت‬ ِ َّ ‫ِ ِ ِإ‬ ِ ِ ِ ِ ِ ُ ‫ف ي ُك‬Oۡ‫َك ي‬


َ ‫ اَّل ٱل ذ‬Oٓ‫ ٌد ع ن َد ٱللَّ ه َو ع ن َد َر ُس ول هۦ‬Oۡ‫ني َع ه‬ َ ‫ ِر ك‬Oۡ‫ ُم ش‬Oۡ‫ون ل ل‬ َ َ
٧ ‫ني‬ ِ ُّ ِ‫ ِإ َّن ٱللَّ هَ حُي‬Oۚۡ ‫يم واْ هَلُم‬ ِ ٰ ِ ِِ
َ ‫ ُم تَّق‬Oۡ‫ب ٱل‬ ُ ‫تَق‬Oۡ‫ فَٱس‬Oۡ‫َت َق ُم واْ لَ ُك م‬Oۡ‫ فَ َم ا ٱس‬Oۖ‫ َح َر ام‬Oۡ‫ج د ٱل‬Oۡ‫ َم س‬Oۡ‫ٱل‬
Artinya : Bagaimana bisa ada perjanjian (aman) dari sisi Allah
dan Rasul-Nya dengan orang-orang musyrikin, kecuali
orang-orang yang kamu telah mengadakan perjanjian
(dengan mereka) di dekat Masjidil haraam? maka selama
mereka berlaku lurus terhadapmu, hendaklah kamu
berlaku lurus (pula) terhadap mereka. Sesungguhnya
Allah menyukai orang-orang yang bertakwa

Pandangan tersebut merupakan pemandu untuk mewujudkan

perempuan bermulti fungsi sebagai ibu dan pendidik yang bijaksana,

ilmuan yang sukses, isteri yang setia,serta pekerja sosial yang

berbudi luhur. Pandangan ini pula yang mengisyaratkan tentang

kebolehan perempuan aktif menekuni dunia politik.


38
https://www.merdeka.com/quran/at-taubah/ayat-7
43

Perempuan yang terdapat dalam kepengurusan partai politik

menganggap bahwa tidak pernah ada hambatan dalam tafsir agama

jika perempuan aktif dalam bidang politik, dan tidak ada satu orang

pun yang mengatakan selalu ataupun kadang-kadang ada larangan.

Ini berarti bahwa semua pengurus perempuan sepaham menganggap

bahwa boleh berkiprah dibidang politik dan tidak bertertangan

dengan agama, sehingga hasil penelitian ini menunjukkan partisipasi

politik perempuan dalam partai politik sangat tinggi, sebab agama

apapun di dunia ini selalu mengajarkan untuk berbuat kebajikan.

Dapat disimpulkan bahwa rendahnya partisipasi politik perempuan

pada partai politik bukan disebabkan oleh faktor agama.

Minimnya kuantitas perempuan dalam dunia politik atau

parlemen bisa pula dilihat berdasarkan analisis terhadap konsep

agama. Islam sebagai agama mayoritas mempunyai peranan penting

dalam kehidupan sosial masyarakat bangsa Indonesia. Sayangnya

budaya patriarkhi yang telah ada dan mengakar dalam kehidupan

masyarakat Indonesia, akhirnya berimbas pula pada pemahaman

terhadap ajaran Islam sebagai ajaran pembebasan dan pencerahan

bagi manusia. Ini mengakibatkan ajaran Islam digunakan untuk

menjanggal peran dan posisi perempuan dalam ruang politik. 39

7) Masalah Hubungan Kekeluargaan

39
Ja’far, perempuan dan pemimpin. ( Jakarta : Bima Aksara 1998 ). Hal 42
44

Selain keenam faktor yang telah dijelaskan diatas, ada faktor

yang lain juga dapat berpengaruh terhadap keterlibatan perempuan

dalam partai politik yaitu hubungan kekeluargaan (nepotisme) 40 di

mana perempuan tersebut mempunyai hubungan kekeluargaan

dengan salah satu orang terpandang dalam masyarakat (pejabat,

tokoh masyarakat, dermawan, bangsawan, ketua partai politik), baik

sebagai ayah dan anak maupun sebagai suami dan isteri.

C. Lembaga Politik

1. Pengertian Lembaga Politik

lembaga politik secara umum adalah suatu badan khusus yang

mengatur pelaksanaan kekuasaan dan wewenang menyangkut

kepentingan masyarakat pada umumnya agar tercapai suatu

keteraturan dan tata tertib dalam kehidupan bermasyarakat. 41

Adapun beberapa definisi lembaga politik menurut para ahli

sebagai berikut:

a. Menurut Kamanto Soenarto, lembaga politik merupakan

suatu badan di lingkungan negara yang mengkhususkan

diri terhadap pelaksanaan kekuasaan dan wewenang.

Sehingga lembaga politik di Indonesia mencakup lembaga

40
Ibid.hal 67
41
Paul Rosyadi, Lembaga-Lembaga Politik, (Jakarta: Ind Hill Co, 1984), hal.6
45

eksekutif, yudikatif dan legislatif, keamanan, pertahanan

nasional dan partai politik.

b. Menurut Surbakti, lembaga politik merupakan pranata

yang memegang monopoli penggunaan paksaan fisik

dalam suatu wilayah tertentu.

c. Menurut J.W.Schorel, lemabaga politik merupakan badan

yang mengatur dan memelihara tata tertib dan untuk

memilih pemimpin yang berwibawa dan karismatik.

2. Fungsi Lembaga Politik

a. Bekerja sama untuk merumuskan norma-norma kenegaraan yang

diwujudkan dalam undang-undang dan disahkan oleh

pemerintah. 42

b. Lembaga politik berperan meningkatkan pelayanan kepada

khalayak masyarakat seperti pendidikan, kesehatan, keamanan

dan kesejahteraan.

c. Mempertahankan kedaulatan negara dari serangan fisik maupun

ideology serta mempersiapkan diri jika sewaktu-waktu terjadi

serangan dari luar yang membuat gejolak negara.

d. Lembaga politik berperan untuk menjaga stabilitas di suatu

negara baik dalam bidang ekonomi, hukum, pertahanan dan

keamanan yang sewaktu waktu dapat memicu konflik.

42
Ibid. Hal 11
46

e. Memelihara kehidupan politik negara agar dapat mendorong

peningkatan kesejahteraan masyarakat.

3. Lembaga Eksekutif

Lembaga Eksekutif adalah lembaga yang bertugas untuk

melaksanakan kebijakan, peraturan dan undang-undang yang dibuat

oleh lembaga legislatif. 43 Presiden, wakil presiden dan menteri-

menterinya adalah lembaga eksekutif yang menjalankan suatu

pemerintahan. Lembaga eksekutif ini punya kekuasaan eksekutif

yaitu kekuasaan dalam menjalankan pemerintahan sebuah negara. Di

Indonesia presiden berkedudukan sebagai kepala negara dan juga

kepala pemerintahan. Beberapa contoh lembaga eksekutif sebagai

berikut:

a. Presiden, adalah kepala negara dan kepala pemerintahan yang

menjalankan roda pemerintahan suatu negara. Presiden memiliki

masa jabatan selama 5 tahun untuk satu periode. Namun, ia masih

diperbolehkan untuk mengajukan diri sebagai presiden kembali

untuk periode berikutnya.

b. Wakil presiden, adalah jabatan yang satu tingkat berda dibawah

presiden. Wakil presiden dapat diambil alih tugas dan jabatan

bila presiden berhalangan.

43
Miriam Budiardjo, Dasar-Dasar Ilmu politik, (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama,
2008), hal. 295
47

c. Menteri, adalah jabatan politik yang memegang suatu jabatan

public signifikan dalam pemerintah. Menteri biasanya memimpin

suatu kementerian dan dapat merupakan anggota dari suatu

kabinet, yang umumnya dipimpin oleh seorang presiden, ataupun

perdana menteri.

Tugas dan wewenang lembaga eksekutif sebagai berikut: 44

a. Melakukan kerja sama dan membuat perjanjian dengan negara

lain atas persetujuan perwakilan rakyat.

b. Mengangkat perwakilan negara Indonesia (duta dan konsul)

untuk negara-negara sahabat. Duta besar Indonesia ditempatkan

di ibu kota negara sahabat, dan konsul merupakan lembaga

dibawah kedutaan besar Indonesia di negara lain.

c. Menerima dan menjamu duta besar dari negara tetangga yang

datang ke Indonesia.

d. Memberikan tanda jasa, gelar dan tanda kehormatan lainnya pada

warga negara Indonesia / asing yang memiliki jasa bagi

Indonesia.

4. Lembaga Legislatif

Lembaga Legislatif adalah lembaga yang membuat undang-

undang yang anggota-anggotanya merupakan representasi dari rakyat

44
Ibid. Hal 297
48

Indonesia dimanapun dia berada yang dipilih melalui pemilihan

umum.

Menurut Budiardjo dalam Dasar-Dasar Ilmu Politik badan

legislatif adalah lembaga yang ”LEGISLATIF” atau membuat

Undang-Undang.

Anggota-anggotanya dianggap mewakili rakyat maka dari itu

badan ini sering dinamakan Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) nama

lain yang sering dipakai adalah parlemen. Dewan Perwakilan Rakyat

dianggap merumuskan kemauan rakyat atau umum ini dengan jalan

menentukan kebijaksanaan umum (public policy) yang mengikat

seluruh masyarakat. Undang-undang yang dibuat mencerminkan

kebijaksanaan-kebijaksanaan. Dapat dikatakan bahwa badan

legislatif merupakan badan yang membuat keputusan yang

menyangkut kepentingan umum. 45

Berdasarkan penjelasan tersebut dapat dipahami bahwa legislatif

adalahlembaga yang membuat kebijakan atau undang-undang yang

merupakan badan pembuat keputusan menyangkut kepentingan

umum dan dalam hal ini legislaif di daerah adalah Dewan

Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD)sebagai penyelenggara

pemerintahan daerah.

Beberapa contoh lembaga legislatif sebagai berikut:

45
Ibid. Hal 315
49

a. Dewan Perwakilan Rakyat (DPR), Lembaga legislatif yang

berkedudukan sebagai lembaga negara, DPR adalah

mereka yang menjadi anggota partai politik yang

mencalonkan diri sebagai peserta pemilu dan terpilih.

Tugas dari DPR adalah :

1) Memilih anggota BPK secara langsung

2) Mengajukan tiga orang hakim konstitusi

3) Memberi persetujuan kepada presiden untuk

menyatakan perang,damai dan perjanjian dengan

negara lain.

4) Mengusulkan pemberhentian presiden dan wakil

presiden.

b. Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD), merupakan

lembaga perwakilan rakyat daerah yang berkedudukan

sebagai unsure penyelenggara pemerintah kabupaten/kota.

DPRD kabupaten/kota terdiri atas anggota partai politik

peserta pemilihan umum yang dipilih melalui Pemilihan

Umun. 46

c. Dewan Perwakilan Daerah (DPD), adalah lembaga

legislatif perwakilan daerah yang memiliki kedudukan

sebagai lembaga negara. Anggota DPD merupakan

46
Ibid. Hal.317
50

perwakilan dari masing-masing provinsi yang terpilih saat

pemilu.

Tugas dari DPD adalah :

1) Mengajukan rancangan UUD yang berhubungan

dengan otonomi daerah dan mengawasi

pelaksanaannya.

2) Memeriksa hasil keuangan negara melaui BPK

3) Memberikan pertimbangan kepada presiden mengenai

RUU APBN

d. Majelis Permusyawarah Rakyat (MPR), lembaga legislatif

yang didalamnya terdiri dari anggota DPR Dan DPD yang

terpilih dalam pemilu.

Tugas dari MPR adalah sebagai berikut :

1) Membuat, menentapkan dan mengubah UUD

2) Melantik presiden dan wakil pesiden

3) Memberhentikan presiden dan wakil presiden

5. Lemabaga Yudikatif

Lembaga yudikatif merupakan lembaga negara yang bertugas

melakukan pengawasan, pengawalan, dan memantau proses

pelaksanaan UUD, dan pengawasan pelaksanaan hukum disuatu

negara. 47

47
Ibid. Hal 350
51

Beberapa contoh lembaga yudikatif sebagai berikut:

a. Mahkamah Agung (MA), merupakan lembaga yudikatif yang

mempunyai kewenangan kehakiman. Kekuasaan tersebut dalam

hal ini untuk penyelenggaraan peradilan dalam penegakan hukum

yang adil.

Tugas dari MA adalah :

1) Mengadili dan menguji peraturan perundang-undangan

2) Memberikan pertimbangan kepada presiden tentang

pemberian grasi dan juga rehabilitasi

3) Mengajukan tiga orang hakim konstitusi

b. Mahkamah Konstitusi (MK), merupakan lembaga yudiktif yang

berwenang sebagai pengadilan di tingkat pertama dan terakhir. 48

Tugas MK:

1) Mengadili pada tingkat pertama sampai akhir putusan yang

bersifat final untuk menguji UU

2) Memutuskan persengketaan yang terjadi

3) Memutuskan perselisuhan dan persengketaan yang

berhubungan dengan hasil pemilu

4) Memutuskan pembubaran sebuah partai politik

48
Ibid. Hal.353
52

5) Memberikan keputusan mengenai pendapat DPRD tentang

dugaan pelanggaran oleh presiden dan wakil presdien

sesuai dengan UU

6) Menerima usulan dari DPR perihal pemberhentian

presiden dan wakil presiden dan segera menindak

lanjutinya

c. Komisi Yudisial (KY), merupakan lembaga yudikatif yang punya

tugas dan wewenang:

1) Mengusulkan pengangkatan seorang hakim agung

2) Menjaga dan menegakkan kehormatan, keluhuran,

martabat, dan juga pelaku hukum.


BAB III

FIQIH SIYASAH

A. Pengertian Fiqih Siyasah

Kata fiqh berasal dari faqaha-yafqahu-fiqhan.Secara bahasa, pengertian

fiqh adalah “paham yang mendalam”. Imam al-tirmidzi, seperti dikutip Amir

Syarifuddin, menyebut fiqh tentang sesuatu berarti mengetahui batinnya

sampai kepada kedalamnya. 49 Fikih berarti pemahaman yang mendalam dan

akurat sehingga dapat memahami tujuan ucapan dan atau tindakan tertentu.

Fikih secara istilah, menurut ulama–ulama ushul yaitu:

‫العمل اب أ حلاكم الرشعية العملية املكتسب من أ دلهتا التفصيلية‬


“Ilmu yang menerangkan hukum-hukum syara’ amaliah yang
digali dari dalil-dalilnya secara terperinci”. 50
Terperinci maksudnya yakni dalil-dalil atau hukum-hukum khusus yang

diambil dari dasar-dasarnya dan sunah. Jadi fiqh adalah pengetahuan mengenai

hukum agama islam yang bersumber dari Al-Qur’an dan sunah yang disusun

oleh mujtahid dengan jalan penalaran dan ijtihad. 51

Siyasah berasal dari kata bahasa Arab O‫ة‬O‫س‬O‫ا‬O‫ي‬O‫ س‬O‫س‬O‫ا‬O ‫ س‬O-O‫س‬O‫و‬O ‫س‬O‫ي‬- yang berarti

mengatur, mengurus, dan memerintah. Siyasah juga berarti pemerintahan dan

politik, atau menuntut kebijakan.

49
Wahbah al-Zuhaylî, Ushul al-Fikih al-`Islami (Damaskus: Dar al-Fikr, 2001) vol.
1, Hal.18
50
Ibid. Hal 19
51
Syarial, Mabrur dan David, Fiqih Siyasah ( LP2 IAIN Curup,2019),2

53
54

Kata siyasah berasal dari kata sasa berarti mengatur, mengurus,dan

memerintah atau pemerintahan, politik dan pembuatan kebijakan. Pengertian

secara kebahasaan ini mengisyaratkan bahwa tujuan siayasah adalah mengatur

dan membuat kebijakan atas sesuatu yang bersifat politis untuk mencapai

sesuatu. 52 Secara terminologis, Abdul Wahhab Khallaf mendefinisikan bahwa

siyasah adalah pengaturan perundang-undangan yang diciptakan untuk

memelihara ketertiban dan kemaslahatan serta mengatur keadaan.

Sedangkan kata “dusturi ” berasal dari bahasa persia. Semula artinya

adalah seorang yang memiliki otoritas,untuk selanjutnya al-siyasah kadang-

kadang diartikan memimpin sesuatu dengan cara yang membawa kemaslahatan,

di dalam Al-Qur‟an tidak kurang dari ayat yang berkaitan semuanya dengan

kata Fiqh dalam bentuk kata kerja, seperti dalam surat at-Taubah ayat 122.  

Oٞ‫ِئ َف ة‬Oٓ‫ طَا‬Oۡ‫ ُه م‬Oۡ‫ ِّم ن‬Oٖ‫قَة‬Oۡ‫اَل نَ َف َر ِم ن ُك ِّل فِ ر‬Oۡ‫ َف لَ و‬Oۚٗ‫فَّ ة‬Oٓ‫ون لِيَ ِنف ُر واْ َك ا‬ َ ُ‫ ِم ن‬Oۡ‫ ُم ؤ‬Oۡ‫ان ٱل‬
َ ‫ َو َم ا َك‬O۞
ِ ‫ين و لِي‬
َ ‫ َذ ُر‬Oۡ ‫ حَي‬Oۡ‫ لَ َع لَّ ُه م‬Oۡ‫ ِه م‬Oۡ‫اْ ِإلَي‬Oٓ‫ ِإذَ ا َر َج عُ و‬Oۡ‫ َم ُه م‬Oۡ‫نذ ُر واْ قَو‬ ِّ ‫لِّ يَ َت َف َّق ُه واْ يِف‬
١٢٢ ‫ون‬ ُ َ ِ ‫ٱلد‬
Artinya : Tidak sepatutnya bagi mukminin itu pergi semuanya (ke medan
perang). Mengapa tidak pergi dari tiap-tiap golongan di antara
mereka beberapa orang untuk memperdalam pengetahuan mereka
tentang agama dan untuk memberi peringatan kepada kaumnya
apabila mereka telah kembali kepadanya, supaya mereka itu dapat
menjaga dirinya 53

52
Muhammad Iqbal, fiqh siyasah, Konstekstualisasi Doktrin Politik Islam, ( jakarta :
PT. Rineka Cipta 1998 ). Hal.3
53
Depertemen Agama RI,Al-Quran tajwid danTerjemah,(Bandung: CV Penerbit
Diponegoro,2015), Hal.206.
55

Sedangkan secara istilah, kata fiqih didefinisikan oleh para ulama

dengan berbagai definisi yang berbeda-beda. Sebagiannya lebih merupakan

ungkapan sepotong-potong, tapi ada juga yang memang sudah mencakup

semua batasan ilmu fiqih itu sendiri. Para usuliyyun membagi makna fiqh

secara istilah dalam tiga fase, yakni:

1. Fase pertama fiqh sama dengan syariat, yakni segala pengetahuan

yang terkait dengan apa-apa yang datang dari Allah SWT. baik

berupa akidah, akhlak, maupun perbuatan anggota badan.

2. Fase kedua fiqh didefinisikan sebagai ilmu tentang hukum-hukum

syar’iyyah yang bersandarkan pada dalil-dalil yang terperinci.

3. Fase ketiga ini yang berlaku hingga saat ini, yaitu ilmu tentang

hukum-hukum syariah bersifat furu’iyyah amaliah yang bersandar

pada dalil-dalil terperinci. 54

Fiqh 1siyasah adalah ilmu tata negara Islam yang membahas tentang

seluk-beluk pengaturan kepentingan umat manusia pada umumnya dan negara

pada khususnya, berupa penetapan hukum, peraturan, dan kebijakan oleh

pemegang kekuasaan yang bernafaskan atau sejalan dengn ajaran Islam, 55 guna

mewujudkan kemaslahatan bagi manusia dan menghindarkannya dari berbagai

54
Abdul Wahab Khallaf, Al-Siyasat Al-Syar’iyat (Al-Qahirah: Dar Al-Anshar,
1977),Hal.4.
55
Khamami Zada, “Fiqih Siyasah Doktrin dan Pemikiran Politik Islam”,
(Jakarta:
56

kemudharatan yang mungkin timbul dalam kehidupan bermasyarakat,

berbangsa dan bernegara yang dijalaninya. 56

B. Sumber Hukum Fiqh Siyasah

Dilihat dari pengertiannya sudah dapat dimengerti bahwa sumber-

sumber Fiqh siyasah itu merujuk dari nash-nash Al-Quran dan Hadist yang

merupakan sumber hukum pertama yang memuat prinsip-prinsip dasar untuk

membangkitkan kesadaran manusia yang lebih tinggi dalam hubungannya

dengan Tuhan dan alam semesta untuk berbagai kondisi.

1. Al-Quran sebagai kalam Allah SWT. yang merupakan wahyu yang

diturunkan melaluli malaikat Jibril kepada nabi Muhammad SAW, yang

berbahasa arab dengan makna yang sudah pasti benar dan terjamin

kebenarannya hingga akhir zaman. Agar menjadi hujjah bagi Rasulullah

dalam pengakuannya sebagai rasul, juga sebagai undang-undang yang

dijadikan pedoman oleh seluruh umat manusia yang beragama Islam dan

sebagai amal bila dibaca.Allah SWT berfirman:

ُ ‫ ِر ِم‬Oۡ‫َأم‬Oۡ‫ول َو ُْأو يِل ٱل‬


Oۡ‫تُم‬Oۡ‫ فَ ِإ ن َت ٰنَ َز ع‬Oۖۡ‫نك م‬ َ ‫ٱلر ُس‬ ِ ‫َأط يع واْ ٱللَّ ه و‬
َّ ْ‫َأط يعُ وا‬ ِ ِ َّ ‫َأي‬Oٰٓ‫ي‬
ََ ُ ْ‫ا‬Oٓ‫ين ءَ َام نُو‬
َ ‫ُّه ا ٱل ذ‬ َ َ
ِ
Oٞ‫ر‬Oۡ‫ك َخ ي‬ َ ‫ ٰذَ ل‬Oۚ‫ ِخ ِر‬Oٓ‫أ‬Oۡ‫ِم ٱل‬Oۡ‫يَ و‬Oۡ‫ون بِٱللَّ ِه َو ٱل‬
َ ُ‫ ِم ن‬Oۡ‫ تُؤ‬Oۡ‫ول ِإن ُك نتُم‬
ِ ‫ٱلر س‬ ِ ‫ِإ‬
ُ َّ ‫ َف ُر دُّوهُ ىَل ٱللَّ ه َو‬Oٖ‫ء‬Oۡ‫يِف َش ي‬
٥٩ ‫ ِو ياًل‬Oۡ‫ َس ُن تَأ‬Oۡ‫َو َأح‬
Arinya : Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah
Rasul (Nya), dan ulil amri di antara kamu. Kemudian jika
kamu berlainan pendapat tentang sesuatu, maka
kembalikanlah ia kepada Allah (Al Quran) dan Rasul
56
H.A. Djazuli, “Implementasi Kemaslahatan Umat dalam Rambu-rambu Syariah” ,
(Jakarta: Kencana, 2003), Hal. 47
57

(sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada Allah


dan hari kemudian. Yang demikian itu lebih utama (bagimu)
dan lebih baik akibatnya. 57

Perintah untuk mentaati Allah SWT dan mengamalkan isi kitabnya,

selanjutnya taatila Rasulullah, karena beliaulah yang menerangkan bagi setiap

manusia semua apa yang telah diturunkan kepada mereka. Dimana telah

ditetapkan bahwa diantara manusia ada rasul yang akan menyampaikan syari’at

Allah kepada umat manusia sehingga manusia wajib untuk menaati. Kemudian

taatlah kepada ulil amri, yakni para umara, hakim, ulama, dan seluruh

pemimpin yang menjadi tempat kembalinya manusia dalam kebutuhandan

maslahat umum.Apabila mereka telah menyepakati suatu urusan atau hukum,

maka hal tersebut wajib diikuti atau ditaati. Hal yang harus diperhatikan,

mereka harus bisa dipercaya serta tidak menyalahi perintah Allah dan rasulnya,

dan didalam pembahasan serta saat menyepakati tidak ada pihak yang memaksa

dan merasa terpaksa bila terjadi perselisihan dan tidak ada titik terang maka

kembalikanlah kepada Allah (quran) dan Rasul (sunnah).

2. As-Sunnah Selain Al-Quran yang dijadikan dasar hukum dalam fiqh

siyasah, ada pula sunnah yang juga digunakan sebagai das ar hukum.

Sunnah ialah hal-hal yang datangnya dari Rasulullah, baik hal tersebut

ucapan,perbuatan, atau ketetapan beliau.

C. Ruang Lingkup Fiqih Siyasah


57
Depertemen Agama RI, Al-Quran Tajwid dan Terjemah ,(Bandung: CV Penerbit
Diponegoro,2015),101.
58

Ruang lingkup kajian fiqh siyasah menurut Abdurrahman-Taj menjadi 7

bidang, yaitu siyasah dusturiyah (konstitusi), siyasah tasyri’iyah (legislatif),

siyasah qadhaiyah (peradilan), siyasah maliyah (keuangan), siyasah idariyah

(administrasi), siyasah tanfiziyah (eksekutif), siyasah kharijiah (luar negeri),

dan siyasah Harbiyyah (politik perperangan). 58 Substansi fiqh siyasah adalah

pengaturan hubungan antara pemerintah dan rakyatnya dalam menciptakan

kesejahteraan dan kemaslahatan bersama.

Sedangkan menurut Al-Mawardi kajian fiqh siyasah mencakup

kebijaksanaan pemerintah tentang peraturan perundang-undangan (siyasah

dusturiyah), ekonomi dan moneter (siyasah maliyah), peradilan (siyasah

qadhaiyah), hukum perang (siyasah harbiyah), dan adminsitrasi negara

(siyasah idariyah).Namun, Ibn Taimiyah merangkumnya menjadi4 bidang

kajian, yaitu peradilan, administrasi negara, moneter serta hubungan

internasional. Sedangkan Abdul Wahab Khallaf merangkumnya menjadi 3

bidang, yaitu: Dusturiyah (konstitusi), Kharijiah hubungan internasional dan

(al-Maliyah), urusan keuangan Negara.

Siyasah Dusturiyah yaitu yang berhubungan dengan undang-undang

dasar yang menjelaskan bentuk pemerintahan, membatasi kekuasaaan

penguasa dan penyelenggara negara lainnya dan meletakan cara yang

58

T.M.Hasbi Ash-shiddieqy, pengantar siyasah syari’iyah,(Yogyakarta:Madah,t.tp.),8.


59

ditempuh dalam menerapkannya serta menetapkan hak-hak perorangan dan

lembaga.Sedangkan SiyasahTasri’yah adalah yang berkaitan dengan undang-

undang dan mengeluarkan peraturan-peraturan yang berhubungan dengan

kemaslahatan masyarakat.

Adapun Siyasah Qadhaiyah adalah upaya lembaga dalam menerapkan

undang-undang dan peraturan yang berlaku.Dengan demikian jelasbahwa

setidaknya hal ini terkait dengan peraturan perundang-undangan suatu negara

baik legislasi maupun regulasi, hubungan luar negeri dalam masadamai dan

perang serta kebijaksanaan keuangan dan moneter serta penerapan

peraturannya oleh lembaga peradilan dalam berbagai tingkatan. Sehingga

dalam konteks Indonesia setidaknya kajian fiqh siyasah mencakup Dusturiyah

(Peraturan Perundangan) dan Maliyah (Keuangan dan Moneter).

Berkenaan dengan luasnya objek kajian fiqih siyasah, maka dalam tahap

perkembangan fiqih siyasah ini dikenalkan beberapa pembidangan fiqih

siyasah, tidak jarang pembidangan yang diajukan ahli yang satu berbeda

dengan pembidangan yang diajukan oleh ahli yang lain. Contoh dari

pembidangan fiqih siyasah terlihat dari kurikulum fakultas syariah, yang

membagi fiqih siyasah ke dalam 4 bagian, yaitu: 59

1. Fiqih Siyasah Dusturyyahadalah hal yang mengatur atau kebijakan yang

diambil oleh kepala negara atau pemerintah dalam mengatur warga


59
Ahmad Djazuli, Fiqih Siyasah Implementasi Kemaslahatan Umat Dalam Rambu-
Rambu Syariah,(Jakarta,Pranada Media Group,Cet Ketiga,2003),29.
60

negaranya. Hal ini berarti Siyasah Dusturiyah adalah kajian terpenting

dalam suatu negara, karena hal ini menyangkut hal-hal yang mendasar

dari suatu negara. Yaitu keharmonisan antara warga negara dengan

kepala negaranya. Fiqih Siyasah Dusturiyah mencakup bidang

kehidupan yang sangat luas dan kompleks, secara umum meliputi hal-

hal sebagai berikut:

a. Persoalan dan ruang lingkup (pembahasan) membahas tentang

imam, rakyat, hak dan kewajibanya, permasalahan Bai’at,

Waliyul Ahdi, perwakilan dan persoalan Ahlul Halli Wal Aqdi.

b. Persoalan imamah, hak dan kewajibannya. Imamah atau imam di

dalam Al-Qur’an pada umumnya, kata-kata imam menunjukan

kepada bimbingan kepada kebaikan sebagaimana Firman Allah:

QS. AL-Furqan: 74).

‫نَ ا‬Oۡ‫ َع ل‬Oۡ‫ َو ٱج‬Oٖ ‫نُي‬Oۡ‫ َٰو ِج نَ ا َو ذُ ِّر يَّٰ تِ نَ ا ُق َّر ةَ َأع‬Oۡ‫ َأز‬Oۡ‫ لَنَ ا ِم ن‬Oۡ‫ون َر بَّ نَ ا َه ب‬
َ ُ‫ين َي ُق ول‬ ِ َّ
َ ‫َو ٱل ذ‬
٧٤ ‫ني ِإ َم امًا‬ ِ ِ
َ ‫ ُم تَّق‬Oۡ‫ل ل‬
Artinya : Dan orang orang yang berkata: "Ya Tuhan kami,
anugrahkanlah kepada kami isteri-isteri kami dan
keturunan kami sebagai penyenang hati (kami), dan
jadikanlah kami imam bagi orang-orang yang
bertakwa. 60

60
Depertemen Agama RI,Al-Quran Tajwid dan Terjemah, (Bandung: CV Penerbit
Diponegoro,2015),366.
61

c. Persoalan rakyat, status dan hak-hak rakyat terdiri dari muslim

dan non-muslim. Adapun hak-hak rakyat, Abu A’la al-Maududi

menyebutkan bahwa hak-hak rakyat adalah sebagai berikut: 61

1) Perlindungan terhadap hidup, harta dan kehormatannya.

2) Perlindungan terhadap kebebasan pribadi.

3) Kebebasan menyatakan pendapat dan keyakinan.

4) Terjamin kebutuhan pokok hidupnya dengan tidak

membedakan kelas dan kepercayaan.

2. Fiqih Malliy atau Siyasah Maliyah as Syar’iyah. Arti kata Maliyah

bermakna harta benda, kekayaan, dan harta. Oleh karena itu Siyasah

Maliyah secara umum yaitu pemerintahan yang mengatur mengenai

keuangan negara. Djazuli mengatakan bahwa Siyasah Maliyah adalah

hak dan kewajiban kepala negara untuk mengatur dan mengurus

keungan negara guna kepentingan warga negaranya serta kemaslahatan

umat.Dari pembahasan diatas dapat kita lihat bahwa siyasah maliyah

adalah hal-hal yang menyangkut kas negara serta keuangan negara yang

berasal dari pajak, zakat baitul mal serta pendapatan negara yang tidak

bertentangan dengan syari’at Islam.

3. Fiqh Dauliyah atau Kharjiyah yaitu Dauliyah bermakna tentang daulat,

kerajaan, kekuasaan, wewenang, serta kekuasaan. Sedangkan Siyasah

Dauliyah bermakna sebagai kekuasaan kepala negara untuk mengatur

61
Ibid. hal 30.
62

negara dalam hal hubungan internasional, masalah teritorial,

nasionalitas, ekstradisi tahanan, pengasingan tawanan politik, dan

pengusiran warga negara asing. Dari pengertian diatas dapat dilihat

bahwa Siyasah Dauliyah lebih mengarah pada pengaturan masalah

kenegaraan yang bersifat luar negeri, serta kedaulatan negara. Hal ini

sangat penting guna kedaulatan negara untuk pengakuan dari negara

lain. Dasar-dasar Siyasah Dauliyah, diantaranya sebagai berikut:

a. Kesatuan umat manusia meskipun manusia ini berbeda suku

b. berbangsa-bangsa, berbeda warna kulit, berbeda tanah air bahkan

berbeda agama, akan tetapi merupakan satu kesatuan manusia

karena sama-sama makhluk Allah, sama bertempat tinggal

dimuka bumi ini.

c. Al-Adalah (Keadilan) Ajaran islam mewajibkan penegakan

keadilan baik terhadap diri sendiri, keluarga, tetangga, bahkan

terhadap musuh sekalipun kita wajib bertindak adil. Banyak ayat-

ayat yang berbicara tentang keadilan antara lain:

Oٓ‫ َع لَ ٰى‬Oۡ‫ءَ لِلَّ ِه َو لَو‬Oٓ‫ ِط ُش َه َد ا‬Oۡ ‫ ِق س‬Oۡ‫ني بِٱل‬ ِ


َ ‫ين ءَ َام نُ واْ ُك ونُ واْ َق َّٰو م‬
ِ َّ
َ ‫ُّه ا ٱل ذ‬ َ ‫َأي‬Oَٰٓ‫ي‬O۞
‫ فَاَل‬Oۖ‫ىَل ٰ هِبِ َم ا‬Oۡ‫ا فَٱللَّ هُ َأو‬Oٗ‫ فَ ِق ري‬Oۡ‫ َغ نِ يًّ ا َأو‬Oۡ‫ ِإن يَ ُك ن‬Oۚ‫ني‬ ِ ِ Oۡ‫َأنف ِس ُك م‬
َ ِ‫َر ب‬Oۡ‫َأق‬Oۡ‫ ِن َو ٱل‬Oۡ‫ َٰو ل َد ي‬Oۡ‫َأو ٱل‬ ُ
َ ُ‫ َم ل‬Oۡ‫ان مِب َ ا تَع‬ َ ‫ض واْ فَ ِإ َّن ٱللَّ هَ َك‬ ِ
‫ون‬ ُ ‫ ِر‬Oۡ‫ تُع‬Oۡ‫اْ َأو‬Oٓ‫ ُوۥ‬Oۡ‫ َو ِإن تَل‬Oْۚ‫د لُوا‬Oۡ‫ َأن تَع‬Oٓ‫ َه َو ٰى‬Oۡ‫َت تَّبِ عُ واْ ٱل‬
١٣٥ ‫ا‬Oٗ‫َخ بِ ري‬
Artinya : Wahai orang-orang yang beriman, jadilah kamu orang yang
benar-benar penegak keadilan, menjadi saksi karena Allah
biarpun terhadap dirimu sendiri atau ibu bapa dan kaum
63

kerabatmu. Jika ia kaya ataupun miskin, maka Allah lebih


tahu kemaslahatannya. Maka janganlah kamu mengikuti
hawa nafsu karena ingin menyimpang dari kebenaran.
Dan jika kamu memutar balikkan (kata-kata) atau enggan
menjadi saksi, maka sesungguhnya Allah adalah Maha
Mengetahui segala apa yang kamu kerjakan. 62
d. Al-Musawah (persamaan) Manusia memiliki hal-hal kemanusian

yang sama, untuk mewujudkan keadilan adalah mutlak

mempersamakan manusia dihadapan hukum kerjasama

internasional sulit dilaksanakan apabila tidak di dalam

kesederajatan antar negara dan antar bangsa.

e. Karomah Insaniyah (Kehormatan Manusia) Karena kehormatan

manusia inilah maka manusia tidak boleh merendahkan manusia

lainnya. Kehormatan manusia ini berkembang menjadi

kehormatan terhadap satu kaum atau komunitas dan bisa

dikembangkan menjadi suatu kehormatan suatu bangsa atau

negara.

f. Tasamuh (Toleransi) dasar ini tidak mengandung arti harus

menyerah kepada kejahatan atau memberi peluang kepada

kejahatan. Allah mewajibkan menolak permusuhan dengan

tindakan yang lebih baik, penolakan dengan lebih baik ini akan

menimbulkan persahabatan bila dilakukan pada tempatnya

setidaknya akan menetralisir ketegangan.

62
Depertemen Agama RI,Al-Quran Tajwid dan Terjemah ,(Bandung: CV Penerbit
Diponegoro,2015),101.
64

4. Fiqih Harbiy adalah Harbiyah bermakna perang, secara kamus Harbiyah

adalah perang, keadaan darurat atau genting. Sedangkan makna Siyasah

Harbiyah adalah wewenang atau kekuasaan serta peraturan pemerintah

dalam keadaan perang atau darurat. 63 Dalam kajian Fiqh Siyasahnya

yaitu Siyasah Harbiyah adalah pemerintah atau kepala negara mengatur

dan mengurusi hal-hal dan masalah yang berkaitan dengan perang,

kaidah perang, mobilisasi umum, hak dan jaminan keamanan perang,

perlakuan tawanan perang, harta rampasan perang, dan masalah

perdamaian.

D. Ahlul Halli Wa Al-Aqdi Atau Dewan Perwakilan Rakyat

Istilah Ahlu al-Halli wa al-Aqdi berasal dari tiga suku kata, yaitu ahlun,

hallun dan aqdun. Kata ahlun berarti ahli atau famili atau keluarga, sedangkan

kata hallun berarti membuka atau menguraikan, sementara kata aqdun memiliki

arti perjanjian. Dari ketiga suku kata tersebut dapat dirangkai menjadi sebuah

kata (istilah) yang mempunyai arti “orang-orang yang mempunyai wewenang

melonggarkan dan mengikat”.

Dengan demikian 64 , Ahlul Halli wa al-Aqdi dapat di definisikan sebagai

sebuah lembaga yang berisi tokoh masyarakat dari berbagai latarbelakang yang

diberi kewenangan untuk memilih seorang khalifah atau pemimpin bagi umat

Islam. Lembaga ini juga berhak membuat ketentuan mengenai syarat seseorang

63
Ahmad Djazuli, implementasi..31.
64
Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam, (Jakarta: Rajawali Pers, 2010), hal.28
65

yang boleh dipilih sebagai khalifah atau pemimpin. Dalam terminologi politik

Ahlu Halli wa al-Aqdi adalah dewan perwakilan rakyat (lembaga legislatif)

sebagai representatif dari seluruh masyarakat yang akan memilih kepala negara

serta menampung dan melaksanakan aspirasi rakyat.


BAB IV

HASIL PENELITIAN

A. Deskripsi Tentang DPRD Kabupaten Solok

1. Sejarah DPRD Kabupaten Solok

Pada tanggal 9 April 1913, adalah tanggal dipergunakan nama

Solok sebagai, nama sebuah unit Administrasi setingkat Kabupaten

Solok, sebagai mana disebut dalam besluit gubernur jenderal belanda

yang kemudian dimuat dalam van nederland indie 1913 Nomor 321.

Sejak ditetapkannya nama solok setingkat kabuapten tahun 1913,

solok tetap digunakan sebagai daerah administratif pemerintah dan

berkedudukan di solok. 65

Sehubungan dengan sudah cukup matangnya usia kabupaten

solok yang ke- 109 pada 9 April 2022, memang sudah banyak

keberhasilan pembangunan yang dicapai dan banyak perubahan-

perubahan yang terjadi. Diawali dengan pembentukan Kotamadya

Solok dan sekaligus pemisahan dengan Kabupaten Solok dan Solok

tetap sebagai ibu kabupaten. Selanjutnya berdasarkan pesatnya

perkembangan pemerintah, yang diiringi dengan berbagai

pembangunan, maka ibukota kabupaten solok dipindahkan ke Koto

Baru.

65
Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Solok, Buku Agenda DPRD
Kab.Solok. Hal. 12

66
67

Karena semakin pesat dan padatnya tugas pemerintah, jauhnya

daerah yang di jangkau dan merupakan keinginan masyarakat, maka

diusulkan pemekaran kabupaten, dengan terbentuknya Kabupaten

Solok Selatan pada tanggal 7 Januari 2004. Maka seiring pesatnya

pertumbuhan dan dinamika pemerintahan dan perkembangan, maka

kabupaten solok dipindahkan lagi ke Arosuka pada tahun 2002.

2. Struktur Organisasi Sekretariat DPRD Kabupaten Solok 66

Struktur organisasi disusun untuk membantu mencapai tujuan

organisasi agar lebih efektif. Tujuan organisasi akan menentukan

struktur organisasinya, guna mengetahui seluruh pekerjaan,

hubungan antar tugas, batas wewenang dan tanggung jawab pada

masing-masing tugas dan fungsi yang telah ditentukan.

Adapun struktur organisasi yang tedapat pada sekretariat DPRD

Kabupaten Solok yaitu sebagai berikut:

a. Sekretaris DPRD

b. Bagian umum, membawahi 3 (tiga) sub bagian terdiri dari

1) Sub bagian tata usaha

2) Sub bagian umum dan perlengkapan

3) Sub bagian perencanaan, keuangan dan pelaporan

c. Bagian hukum dan persidangan, membawahi 3 (tiga) sub

bagian terdiri dari :

66
Ibid, Hal 13
68

1) Sub bagian pembentukan perundang-undangan

2) Sub bagian persidangan dan risallah

3) Sub bagian protokoler dan publikasi

d. Sub bagian anggaran, membawahi3 (tiga) sub bagian

terdiri dari :

1) Sub bagian pembahasan anggaran

2) Sub bagian pengawasan dan evaluasi anggaran

3) Sub bagian fasilitas aspirasi Dewan Perwakilan

Rakyat Daerah

e. Kelompok bagian fungsional

3. Fungsi, Tugas, Hak Dan Wewenang DPRD

a. Fungsi DPRD 67

Dalam melaksanakan fungsinya, DPRD Kabupaten Solok

mempunyai fungsi, yang terdapat dalam peraturan DPRD No.1 tahun

2021 sebagai berikut :

Pasal 6

1) DPRD Mempunyai Fungsi :

a) Pembentukan Peraturan Daerah

b) Anggaran, dan

c) pengawasan

67
Peraturan DPRD NO.1 Tahun 2021. Hal.9
69

2) fungsi sebagai mana dimaksud dalam ayat (1) dijalankan

dalam kerangka representasi rakyat di daerah.

b. Tugas dan wewenang DPRD 68

Pasal 27

1) Membentuk perda bersama bupati

2) Membahas dan memberikan persetujuan rancangan perda

tentang APBD yang diajukan oleh bupati

3) melaksanakan pengawasan terhadap pelaksanaan Perda

dan APBD

4) memilih Bupati dan wakil Bupati atau wakil Bupati dalam

hal terjadi kekosongan jabatan untuk meneruskan sisa

masa jabatan lebih dari 18 (delapan belas) bulan

5) mengusulkan pengangkatan dan pemberhentian Bupati dan

wakil Bupati kepada Menteri melalui gubernur untuk

mendapatkan pengesahan pengangkatan dan

pemberhentian

6) memberikan pendapat dan pertimbangan kepada

Pemerintah Daerah terhadap rencana perjanjian

internasional di daerah memberikan persetujuan terhadap

rencana kerja sama internasional yang dilakukan oleh

Pemerintah Daerah

68
Ibid. Hal. 27
70

7) meminta laporan keterangan pertanggung jawaban Bupati

dalam penyelenggaraan pemerintahan daerah

8) memberikan persetujuan terhadap rencana kerja sama

dengan daerah lain atau dengan pihak ketiga yang

membebani masyarakat dan daerah

9) melaksankan tugas dan wewenang lain yang diatur dalam

ketentuan perundang-undangan

c. Hak DPRD 69

Berdasarkan pasal 75 ayat (1) dan (2) DPRD Dan Anggota DPRD

mempunyai hak sebagai berikut :

1) DPRD Mempunyai hak :

a) Hak interpelasi

b) Hak angket

c) Hak menyatakan pendapat

2) Anggota DPRD Mempunyai hak sebagai berikut :

a) Mengajukan rancangan Perda

b) mengajukan pertanyaan

c) menyampaikan usul dan pendapat

d) memilih dan dipilih

e) membela diri

f) imunitas

69
Ibid. Hal.71
71

g) mengikuti orientasi dan pendalaman tugas

h) protokoler

i) keuangan dan administratif .

4. Susunan Anggota DPRD Kabupaten Solok 70

Tabel 1.1

Daftar anggota DPRD Kabupaten Solok

No Nama Parpol Jenis kelamin

1 Dodi Hendra Gerindra Laki-laki

2 Iskan Nofis Gerindra Laki-laki

3 Septrismen Gerindra Laki-laki

4 Madra Inriawan,SH Gerindra Laki-laki

5 Hafnis Hafiz,A.Md Gerindra Laki-laki

6 Arlon Gerindra Laki-laki

7 Aurizal,S.Pd PAN Laki-laki

8 Renaldo Gusmal.Se PAN Laki-laki

9 Drs. Ahmad Purnama PAN Laki-laki

10 Ivoni Munir,S.Farm.Apt PAN Laki-laki

70
SET DPRD Kab.Solok, Data Anggota DPRD Kabupaten Solok Masa Jabatan 2019-
2024. Hal. 10
72

11 Etranedi,S.Kep PAN Laki-laki

12 Faizal PAN Laki-laki

13 Yetty Asawty,SH Golkar Perempuan

14 Vivi Yulistia Golkar Permpuan


Rahayu,M.AP

15 Olzaheri Golkar Laki-laki

16 Mukhnaldi Golkar Laki-laki

17 M.Hidayat.B,SC Nasdem Laki-laki

18 Armen Plani Nasdem Laki-laki

19 Jamris Nasdem Laki-laki

20 Azwirman,S.Ag Nasdem Laki-laki

21 Nosa Eka Nanda,S.Pd PKS Laki-laki

22 Drs. Nazar Bakri PKS Laki-laki

23 Yusferdizen PKS Laki-laki

24 Harry Pawestrie PKS Laki-laki

25 Lucki Effendi Demokrat Laki-laki

26 Dian Anggraini.SH Demokrat Perempuan


73

27 Mulyadi Demokrat Laki-laki

28 Efdizal,SH Demokrat Laki-laki

29 Dendi, S.Ag.Ma PPP Laki-laki

30 Nelson PPP Laki-laki

31 M. Syukri PPP Laki-laki

32 Zamroni,SH PDI-P Laki-laki

33 Jamaris PDI-P Laki-laki

34 Sutan Muhammad Hanura Laki-laki


Bahri,Se

35 Syukri Firman, S.Pi Hanura Laki-laki

Berdasarkan data dari tabel diatas DPRD Kabupaten Solok hanya

mempunyai 3 orang anggota perempuan pada periode 2019-2024.

Meskipun hanya 3 orang anggota perempuan hal tersebut tidak menjadi

penghalang bagi mereka anggota DPRD perempuan tersebut, untuk

menjalankan tugas dan fungsinya selayaknya anggota DPRD yang laki-

laki. Seperti yang diungkapkan oleh Dian Anggraini,SH. Dalam

wawancara singkat Dian Anggraini,SH. Mengatakan 71 :

71
Dian Anggraini SH.Wawancara Pribadi. Kantor DPRD Kab.Solok 17 mei 2022
74

“alhamdulillah walaupun kami perempuan yang duduk di legislatif

hanya 3 orang, akan tetapi hal tersebut tidak menjadi penghalang

bagi kami untuk memperjuangakan kaum kami”.

Berdasarkan hal tersebut berikut kejelasan lebih lanjut mengenai

politik perempuan di legislatif kabupaten tahun 2019-2024.

B. Deskripsi Tentang Peran Politik Perempuan Di Lembaga Legislatif

Kabupaten Solok Periode 2019-2024

Proses demokrasi politik di Indonesia sejak era reformasi telah

memberikan peluang yang lebar terhadap peran politik perempuan. 72

Sebagaimana diketahui, beberapa pemimpin perempuan telah hadir dan

mampu menduduki atau menjabat jabatan-jabatan formal dalam struktur

pemerintahan dan kenegaraan. Hal tersebut menunjukkan bahwa kiprah

perempuan dalam politik di Indonesia semakin menunjukkan

kecenderungan yang meningkat. Perempuan Indonesia semakin akrab

dalam politik dan berupaya sedemikian rupa untu k berpartisipasi secara

aktif dengan melibatkan diri dan berperan dalam kancah politik. Hal ini

berjalan seiring dengan kecenderungan atau tren hadirnya politisi-

politisi perempuan di berbagai negara, dimana mereka memiliki posisi

politik yang strategis dan sangat berpengaruh.

72
Sri Lestari, Wahyuningrum, Perempuan dalam Demokrasi : Di Negara Eropa
Pasca Komunisme, (Jakarta : Pt Medika Utama 2004). Hal 75
75

Itu semua menunjukkan bahwa sesungguhnya di dalam demokrasi

politik, perempuan memiliki peluang yang sama dengan saudara-

saudaranya, kaum laki-laki (pria), untuk berpartisipasi aktif di kancah

politik, khususnya berkiprah dalam politik dengan aktif di dalam partai-

partai dan berkarir menggapai posisi puncak jabatan-jabatan formal

kenegaraan melalui proses-proses yang demokratis pula. Kaum

perempuan harus mampu mengatasi berbagai tantangan yang ada dan

benar-benar siap untuk berkiprah dalam politik dan menambah bobot

dari praktik demokrasi itu sendiri.

Mengemukanya peluang yang semakin terbuka atas kiprah

perempuan dikancah politik Indonesia itu, tidak lepas dari perubahan

konstitusi (UUD 1945). Konstitusi mengamanatkan adanya perubahan

UU bidang Politik, yang antara lain terdiri dari UU tentang Partai

Politik dan UU tentang Pemilu, yang semakin mengukuhkan adanya

prioritas affirmative action terhadap kaum perempuan dalam politik.

Gagasan atau ide dasar yang memberikan peluang lebar pada

keterwakilan perempuan dalam politik tersebut, adalah berdasarkan

perspektif keadilan gender. 73

Regulasi politik keterwakilan politik perempuan dalam

perundang-undangan bidang politik yang paling baru, terbaca antara lain

73
Heriyani,Agustina, Keterwakilan perempuan di parlemen dalam perspektif
keadilandan kesetaraan gender. Dlm. Siti Hariti Sastriyani (pnyt.). Gender and politics.
(Yogyakarta: Tiara Wacana 2009). Hal 163
76

dalam UU No. 2 tahun 2008 tentang Partai Politik dan UU tentang

Pemilu yang sudah disepakati DPR, sebagai landasan penyelenggaraan

Pemilu 2009. Pasal-pasal dalam kedua UU tersebut yang memberikan

peluang pada konteks keterwakilan politik perempuan di Indonesia:

- UU tentang Partai Politik : Adanya klausul bahwa parpol dapat didirikan

dan dibentuk oleh paling sedikit 50 orang warga negara Indonesia yang

telah berusia 21 tahun dengan akta notaris, dengan menyertakan 30

perseratus keterwakilan perempuan dalam kepengurusan tingkat pusat,

tingkat provinsi dan kabupaten/kota. (Pasal 2, Ayat 2).

- UU tentang Pemilu: Keterwakilan perempuan dengan ketentuan dalam

daftar calon yang diajukan parpol memuat 30% (tiga puluh perseratus)

keterwakilan perempuan, dalam setiap 3 (tiga) nama calon terdapat

sekurang-kurangnya 1 (satu) calon perempuan (Pasal 53 dan 55). 74

Klausul-klausul dalam kedua UU tersebut, bagaimanapun sudah

jauh lebih maju daripada sebelumnya dan tentu saja, apabila masih ada

yang perlu diperbaiki atau disempurnakan kembali, maka peluangnya

juga masih terbuka lebar ke depan. Dengan adanya klausul-klausul

tersebut, maka partai-partai politik diwajibkan untuk mematuhinya.

Tentu saja, hal ini membuka peluang bagi kaum perempuan untuk

berperan serta secara aktif di dalamnya. Selain affirmative action atas

keterwakilan perempuan di parlemen, pintu-pintu masuk kaum

74
Ibid. Hal 165
77

perempuan ke kancah pilitik juga terbuka pada pemilu presiden, pemilu

kepala daerah, baik tingkat provinsi maupun kabupaten/kota, serta

menjadi calon perseorangan dalam pemilu anggota DPD.

Dalam konteks calon perseorangan, kaum perempuan memiliki

hak dan peluang politik yang sama dalam pemilu kepala daerah

(pilkada), karena memang aturannya memunkinkan. Tidak menutup

kemungkinan ke depan calon perseorangan atau calon independen juga

dapat diperbolehkan dalam pemilu presiden (pilpres). Jika demikian

kaum perempuan, semakin dituntut untuk mempersiapkan diri

menghadapi segenap peluang politik yang ada. 75

1. Profil Politisi Perempuan Di DPRD Kabuapten Solok

Berdasarkan daerah pemilihannya DPRD Kabupaten Solok di

menjadi 4 daerah yaitu : Daerah Pemilihan (Dapil) meliputi Dapil Solok

1 ( kubung, IX Koto sungai lasi dan gunung talang. Dapil solok 2 ( X

koto singkarak, X koto diatas dan junjung sirih). Dapil solok 3 ( tigo

lurah, bukit sundi, danau kembar, lembang jaya dan payung sekaki ).

Dapil solok 4 (lembah gumanti, hiliran gumanti, dan pantai cermin).

Dengan jumlah pemilih sebanyak 281,902 orang dengan jumlah tempat

pemungutan suara (TPS) sebanyak 1,314 buah. Partai peserta pemilu

berjumlah 16 partai dengan jumlah calon legislatif sebanyak 116 orang

75
Ibid. Hal 167
78

yang terdiri dari 37 orang perempuan dan 79 laki-laki. Jumlah kursi

yang diperebutkan yaitu sebanyak 35 kursi.

Dari 37 orang perempuan yang mencaleg pada pemilu 2019

dikabupaten solok hanya 3 orang saja yang terpilih untuk duduk

dibangku legislatif kabupaten solok tahun 2019-2024. Berikut daftar

politisi perempuan di DPRD Kabupaten Solok yang berjumlah 3 orang

yaitu : 76

1. Nama : Yetty Aswati,SH

Tempat tanggal lahir : Guguk, 25 mei 1972

Alamat : Gunung Talang

Agama : Islam

Jabatan : Anggota DPRD

Pendidikan terakhir : S1

Partai politik : Golkar

2. Nama : Vivi Yulistia Rahayu, M.AP

Tempat tanggal lahir : Padang, 20 Juli 1993

Agama : Islam

Jabatan : Anggota DPRD

Pendidikan terakhir : S2

Partai politik : Golkar

3. Nama : Dian Anggraini,SH

76
Ibid. Hal.169
79

Tempat tanggal lahir : Padang, 08 agustus 1975

Agama : Islam

Jabatan : Pemimpin Fraksi Demokrat

Pendidikan terakhir : SI

Partai politik : Demokrat

2. Hasil Wawancara Dengan Berbagai Komponen Di DPRD Kabupaten

Solok Tentang Peran Politik Perempuan Di Lembaga Legislatif

Kabupaten Solok Tahun 2019-2024

Mensikapi minimnya keterlibatan perempuan dalam politik di

Legislatif Kabupaten Solok. Yang keseluruhannya berjumlah 35 orang,

dan Jumlah anggota perempuannya hanyak sebanyak 3 orang. Kalau di

bandingkan dari segi persentase perempuan yang mana perempuan di

haruskan 30% untuk ikut serta dalam legislatif tersebut sangat minim

dan sangat sedikit sekali karena hanya 3 orang yang mewakili dari 35

orang tersebut. Itu semua disebabkan karena perempuan yang berani

tampil di Legislatif Kabupaten Solok dan yang dipilih hanya 3 orang

tersebut.

Peranan perempuan di Legislatif Kabupaten Solok memiliki peranan

tersendiri yaitunya 77 :

1) Untuk mewakili kesetaraan gender di Legislatif tersebut

77
Dian Anggraini SH, dkk, Wawancara Pribadi, Kantor DPRD Kab.Solok 17 Mei
2022
80

Negara kita indonesia adalah negara yang sudah menghapuskan

diskriminasi terhadap perempuan yang sesuai dengan Undang-

Undang No 7 Tahun 1984, tentang “Pengesahan Konvensi Mengenai

Penghapusan Segala Bentuk Diskiriminasi Terhadap Wanita

(Convention On The Elimination Of All Forms Of Discrimanation

Against Women)”.

Dimana dalam undang – undang tersebut dijelaskan bahwa

Dengan ratifikasi Konvensi Wanita tersebut, maka segala bentuk

diskriminasi yang didasarkan pada perbedaan jenis kelamin (laki -

laki dan perempuan) harus dihapuskan. Misalnya, perlakuan

pemberian upah buruh wanita dibawah upah buruh pria harus

dihapus, begitu pula dalam dunia politik bukanlah milik pria maka

perempuan harus diberi kesempatan yang sama menduduki posisi

dalam partai politik maupun pemerintahan.

Dengan demikian terjadi perbedaan penghargaan terhadap pria

dan wanita, bukan karena jenis kelaminnya tetapi karena perbedaan

pada prestasi. Kita harus menyadari bahwa pembangunan suatu

negara, kesejahteraan dunia, dan usaha perdamaian menghendaki

partisipasi maksimal kaum wanita atas dasar persamaan dengan

kaum pria. Kita tidak dapat menyangkal besarnya sumbangan wanita

terhadap kesejahteraan keluarga dan membesarkan anak . Hal ini

menunjukan keharusan adanya pembagian tanggung jawab antara


81

pria dan wanita dan masyarakat sebagai keseluruhan, bukan

dijadikan dasar diskriminasi.

2) Untuk menaikkan harkat dan martabat perempuan agar bisa sama

dengan laki-laki

Karena pada dasarnya politik itu tidak hanya untuk kaum laki-

laki, dalam hal ini berarti yang mana biasanya perempuan tersebut

dihalangi oleh beberapa faktor misalnya :

a) Faktor keluarga, dimana keluarga menghambat atau tidak

menyetujui hal tersebut

b) Keterbatasan finansial

c) Dianggap sebagai kaum yang minoritas dalam politik.

Artinya disini perempuan dianggap tidak perlu untuk

berpendidikan tinggi, karena nantinya perempuan dianggap

akan menjadi ibu rumah tangga.

3) Untuk mengentaskan kemiskinan 78

Sebagaimana rata-rata kemiskinan tersebut berawal dari

perempuan, hal tersebut dikarenakan perempuan lah yang akan

menghidupi anak-anaknya, yang akan membesarkan anak-anaknya

terlepas dari peran seorang bapak adalah perempuan itu sendiri. Dari

segi pendidikan pun seperti itu, madrasah pertama bagi seorang

anak adalah ibunya.

78
Ibid. wawancara pribadi, Kantor DPRD Kab.Solok Tanggal 02 Juni 2022
82

4) Untuk memperjuangkan nasib kaumnya sendiri ( perempuan )

Perempuan sering dianggap kaum yang lemah dan minoritas

dalam politik. Terutama dalam hal perlindungan hak-haknya, seperti

kekerasan dalam rumah tangga, pembatasan kreativitas diluar dalam

artian membantu ekonomi keluarga, perempuan sering diangap tidak

bisa dalam hal tesebut. Dengan adanya Undang – Undang No.12

tahun 2003 dalam pasal 65 ayat (1) Setiap Partai Politik Peserta

Pemilu dapat mengajukan calon Anggota DPR, DPRD Provinsi, dan

DPRD Kabupaten/Kota untuk setiap DaerahPemilihan dengan

memperhatikan keterwakilan perempuan sekurang- kurangnya

30%. 79

Dengan adanya penetapan kuota 30% untuk pencalekan

perempuan tersebut, maka perempuan harus diikut sertakan dalam

parlemen. Hal tersebut menjadi peluang bagi perempuan–perempuan

indonesia untuk ikut berkecimpung didalam lembaga legislatif

tersebut.

Legislatif Kabupaten Solok yang hanya memilik 3 orang

perwakilan perempuan, akan tetapi hal tersebut tidak menjadi

penghalang bagi ibuk-ibuk tersebut untuk menyampaikan aspirasi dari

kaumnya sendiri. Mereka juga mendapatkan kesamaan hak di muka

79
Undang-Undang No.12 Tahun 2003 Pasal 65 ayat (1) tentang pemilu
DPR,DPD Dan DPRD
83

DPRD, namun untuk selanjutnya, diminta kepada seluruh perempuan

Kabupaten Solok yang memenuhi kriteria sebagai perwakilan rakyatnya

dilegislatif agar dapat mengajukan dirinya ( harapan dari ibuk yetty

aswaty SH.) 80

Dalam wawancara singkat pada tanggal 17 mei 2022 ibuk Dian

mengatakan bahwa mereka bisa Duduk dibangku Legislatif berkat

dukungan dari keluarga dan juga seluruh kaumnya yang mempercayai

bahwa mereka bisa mewakili dan membela kaumnya. Seperti dalam hal

kekersan rumah tangga dan adanya pembatasan untuk bagaimana

berkreaktivitas diluar untuk membantu ekonomi keluarga. Dengan

adanya keterwakilan mereka di legislatif juga dapat menjadi contoh

untuk kaum perempuan yang lain bahwa perempuan juga bisa

berkreativitas diluar dan itu pun juga bisa membantu ekonomi keluarga

dan menjadi jenjang untuk memperjuangkan kaumnya.

Menurut ibuk vivi juga menyatakan tentang kepemimpinan

dalam islam, ia berkata walaupun dalam islam sebenarnya perempuan

dilarang untuk memimpin dan akan menimbulkan suatu bahaya akan

tetapi kita dilegislatif itu mewakili bukan memimpin kita mewakili

kaum kita untuk mendapatkan haknya. Tetapi jika niat dan tujuan kita

80
Yetty Aswaty,SH. Wawancara Pribadi, Kantor DPRD Kab.Solok 06 Juni 2022
84

kearah yang baik apa boleh buat, buktinya banyak sekarang yang

menjadi pemimpin. 81

Karena konsep pemimpin itu seperti ini, jika suatu negara itu

tidak di pimpin oleh orang yang baik maka hancurlah suatu negara

tersebut. Dan lain halnya dengan ini, apabila perempuan tersebut mampu

dalam memimpin dan cakap serta memenuhi kriteria syarat pemimpin

tersebut serta dipilih oleh masyarakat kenapa tidak. Itu tidak akan jadi

masalah ketika tujuan kita baik dan tidak melanggar norma-norma

islam. Karena pada dasarnya perempuan kalau dalam bekerja lebih

loyal, murni dan sedikit kelicikan. Seandainya perempuan memilih

perempuan itu akan banyak perwakilan di parlemen karena pada

dasarnya pemilih perempuan lebih banyak dibandingkan pemilih laki-

laki.

Menurut Yetty Aswaty SH, ada satu permasalahan di DPRD Kab.

Solok yaitunya, dalam pemilihan yang terjadi pada DPRD Kabupaten

Solok di dalam pemilihan anggota DPRD tidak memperhatikan adanya

keterwakilan perempuan didalam keanggotaannya. Dengan adanya kuota

30% untuk perempuan akan tetapi hal tersebut tidak terpenuhi di DPRD

Kabupaten Solok. Seharusnya dengan adanya kuota 30% untuk

perempuan tersebut, seharusnya bisa digunakan dengan sebaik-baiknya.

81
Vivi Yulistia Rahayu,M.AP. Wawancara Pribadi, Kantor DPRD Kab.Solok 06 Juni
2022
85

Akan tetapi karena kurangnya inisiatif dari perempuan-perempuan

tersebut, itulah yang menyebabkan kuota 30% tersebut tidak terpenuhi.

Namun hal tersebut tidak menjadi pengahalang bagi perempuan

anggota Legislatif di DPRD Kabupaten Solok tersebut untuk

menjalankan tugas dan fungsinya, walaupun hanya bertiga (3) mereka

tetap mendapatkan hak mereka sepenuhnya dan terealisasi dengan baik.

Namun dalam hal lainnya DPRD Kabupaten Solok belum sepenuhnya

menjalankan aturan yang telah dibuat khususnya untuk keterwakilan

perempuan, dalam Islam ketika tidak ada keterwakilan perempuan tidak

menjadi masalah dan ketika ada Islam memperbolehkan dan

membenarkannya, namun bila dilihat dari aturan perundang-undangan

aturan tersebut sebatas rekomendasi, dikarenakan tidak adanya pasal

sanksi apabila tidak dilaksanakan.

C. Tinjauan Fiqih Siyasah Terhadap Peran Politik Perempuan

Substansi kepemimpinan politik dalam perspektif Islam

merupakan sebuah amanat yang harus diberikan kepada orang yang

benar-benar “ahli”, berkualitas dan memiliki tanggung jawab, adil, jujur

dan bermoral baik. Islam tawarkan dalam memilih seorang pemimpin

agar dapat membawa umat kepada kehidupan yang lebih baik, harmonis,

dinamis, makmur, sejahtera dan tenteram. 82 Hal inilah yang membuat

82
Mukhlis Zamzami Can, “Profil Pemimpin Islam”, dalam www.eramuslim.com
86

Islam tidak menerima pandangan Vilfredo Pareto, ahli politik Italia,

yang menyatakan bahwa kepemimpinan dan kekuasaan politik hanya

sekedar persoalan siapakah yang berkuasa. 83

Di samping itu, pemimpin juga harus orang yang bertakwa

kepada Allah. Karena ketakwaan ini sebagai acuan dalam melihat sosok

pemimpin yang benar-benar akan menjalankan amanah. Bagaimana

mungkin pemimpin yang tidak bertakwa dapat melaksanakan

kepemimpinannya? Karena dalam terminologinya, takwa diartikan

sebagai melaksanakan perintah-perintah Allah dan menjauhi segala

larangan-Nya. Takwa berarti taat dan patuh serta takut

melanggar/mengingkari dari segala bentuk perintah Allah.

Sebagai kitab suci agama Islam yang mengandung perintah dan

aturan dari Allah, Alquran juga menyinggung masalah kepemimpinan.

Dalam kisah pengangkatan Thalut sebagai raja untuk berperang

melawan Jalut yang direkam oleh Alquran, segelintir masyarakat

menolak Thalut untuk menjadi raja mereka karena dianggap bukanlah

dari kalangan orang kaya. Namun Thalut memang layak menjadi

pemimpin karena ia dianugerahi Tuhan kelebihan ilmu pengetahuan dan

jasmani. Pada akhirnya, memang Thalut pantas menjadi pemimpin

karena ia berhasil mengalahkan pihak agresor yang dipimpin oleh Jalut

Dari Alquran tersebut, kita bisa menilai bahwa faktor ilmu pengetahuan

83
K.J. Veeger, Realitas Sosial, (Jakarta: Gramedia, 1990), hal. 82.
87

dan jasmani merupakan dua hal yang penting dalam memilih seorang

pemimpin yang baik.

Di bawah ini pendapat para ulama Sunni dan Syi’ah yang

berhubungan dengan kepimimpinan

1. Sunni

Yurisprudensi Islam klasik, Al-Mawardi merupakan salah satu

tokoh penting dalam merumuskan teori dan konsep yang berkaitan

dengan politik dan ketatanegaraan menurut Islam. Pada masterpiece-

nya yang bertitel Al-Ahkam as-Sulthaniyyah, Al-Mawardi

menyatakan bahwa kepemimpinan (imamah) dibentuk untuk tujuan

menjaga agama dan mengatur persoalan dunia. Karena itulah, bagi

al-Mawardi membentuk sebuah pemerintahan merupakan sesuatu

yang wajib fardlu kifayah secara syara’ dan tidak hanya secara

rasional. 84

Pada proses pemilihan seorang imam, jika belum ada seorang

pemimpin, maka dibentuk terlebih dahulu dewan pemilihan (ahl al-

ikhtiyar/ahlul aqdi wal halli) dan ditentukan para kandidat

pemimpin. Orang-orang yang menjabat dalam dewan pemilihan

harus memenuhi beberapa persyaratan yaitu:

a. Adil yang mencakup segala aspeknya

84
Abu al-Hasan Ali bin Muhammad bin Muhammad bin Habib al-Bashri al-Baghdadi
(al-Mawardi), al-Ahkam as-Sulthaniyyah, hal. 3
88

b. Memiliki ilmu pengetahuan yang bisa dipergunakan untuk

mengetahui siapa yang betul-betul berhak untuk menjabat sebagai

pemimpin sesuai dengan syarat-syarat yang telah ditentukan

c. Memiliki pandangan yang luas dan kebijaksanaan agar betul-betul

bisa memiliki siapa yang paling layak untuk menjabat sebagai

pemimpin, yang paling memiliki kemampuan dan pengetahuan

untuk mengatur kemaslahatan umat. Karena itulah, pemimpin

yang baik adalah seorang warga negara setempat yang betul-betul

mengenal karakter dan kondisi negaranya. 85

Sedangkan kandidat pemimpin, menurut al-Mawardi, harus

memenuhi tujuh persyaratan, yaitu :

a. Adil yang meliputi segala aspeknya

b. Berilmu pengetahuan sehingga mampu membuat keputusan yang

tepat (berijtihad) terhadap berbagai peristiwa dan hukum yang

timbul

c. Sehat indranya, seperti penglihatan, pendengaran, dan lisannya

agar ia mampu mengetahui langsung persoalan yang dihadapi

d. Anggota tubuhnya normal dan tidak cacat. Karena jika cacat, hal

itu akan menghalanginya untuk bergerak dan bertindak dengan

cepat

85
Ibid. Hal 5
89

e. Memiliki kecerdasan yang membuatnya mampu mengatur rakyat

dan mengelola kepentingan publik (al-mashlahah)

f. Keberanian dan ketegasan sehingga mampu melindungi pihak

yang lemah dan menghadapi musuh

g. Keturunan dari suku Quraisy, berdasarkan hadis Para pemimpin

berasal dari Quraisy.

Selain al-Mawardi, Ibnu Khaldun juga menguraikan syarat-syarat

kepemimpinan (imamah) dalam kitab Muqaddimah-nya. Syarat-syarat

itu adalah: 86

a. Pengetahuan

b. Keadilan

c. Kesanggupan (capability)

d. Sehat jasmani dan rohani

e. Keturunan Quraisy

Terkait dengan kriteria atau syarat pemimpin, khalifah Abu

Bakar Assiddiq ra pernah berpidato saat dilantik menjadi pemimpin

umat sepeninggal Rasulullah Saw. Inti dari isi pidato tersebut dapat

dijadikan pandangan dalam memilih profil seorang pemimpin yang baik.

Isi pidato tersebut diterjemahkan sebagai berikut:

86
Ibnu Khaldun, Muqaddimah, dalam program kitab digital al-Maktabah asy-
Syamilah, versi 2.09. hal. 83
90

“Saudara-saudara, aku telah diangkat menjadi pemimpin

bukanlah karena aku yang terbaik di antara kalian semuanya. Untuk itu

jika aku berbuat baik bantulah aku, dan jika aku berbuat salah

luruskanlah aku. Sifat jujur itu adalah amanah, sedangkan kebohongan

itu adalah pengkhianatan. ‘Orang lemah’ di antara kalian aku pandang

kuat posisinya di sisiku dan aku akan melindungi hak-haknya. ‘Orang

kuat’ di antara kalian aku pandang lemah posisinya di sisiku dan aku

akan mengambil hak-hak mereka yang mereka peroleh dengan jalan

yang jahat untuk aku kembalikan kepada yang berhak menerimanya.

Janganlah di antara kalian meninggalkan jihad, sebab kaum yang

meninggalkan jihad akan ditimpakan kehinaan oleh Allah Swt. Patuhlah

kalian kepadaku selama aku mematuhi Allah dan Rasul-Nya. Jika aku

durhaka kepada Allah dan Rasul-Nya maka tidak ada kewajiban bagi

kalian untuk mematuhiku. Kini marilah kita menunaikan salat. Semoga

Allah Swt melimpahkan rahmat-Nya kepada kita semua.”

Ada 7 poin yang dapat diambil dari inti pidato khalifah Abu

Bakar ra ini, di antaranya: 87

a. Sifat rendah hati

b. Sifat terbuka untuk dikritik

c. Sifat jujur dan memegang amanah

d. Sifat berlaku adil

87
Miriam Budiardjo, Dasar-dasar Ilmu Politik, (Jakarta: Gramedia, 1982), hal. 59.
91

e. Komitmen dalam perjuangan

f. Bersikap demokratis

g. Berbakti dan mengabdi kepada Allah.

Menurut Al-Gazali. Nama lengkap Al-Gazali adalah Abu Hamid

al-Ghazali atau Imam Ghazali (450H/1058M-505H/111M). Bukunya

yang paling terkenal adalah Ihya Ulum al-Din (Menghidupkan Kembali

Ilmu-Ilmu Agama). Kriteria yang dikemukakan al-Ghazali sebagai

syarat seorang imam, khalifah atau kepala negara adalah:

a. Dewasa atau aqil baligh

b. Otak yang sehat

c. Merdeka dan bukan budak

d. Laki-laki

e. Keturunan Quraisy

f. Pendengaran dan penglihatan yang sehat

g. Kekuasaan yang nyata

h. Hidayah

i. Ilmu pengetahuan

j. Kehidupan yang bersih dengan kemampuan mengendalikan diri,

tidak berbuat hal-hal yang terlarang dan tercela (wara‟).

Ibn Taimiyah 88 berpendapat bahwa, Orang yang pantas menjabat

kepala negara adalah

88
Taimiyah, Al-Siyasah Syar’iyah, hlm. 15
92

a. Memiliki kualifikasi kekuatan

b. Memiliki sifat al-amanah

Kedua syarat tersebut berdasarkan Al-Qur’an surat (28) Al-

qashash ayat 26 :

٢٦ ‫ني‬ ِ ُّ ‫ َق ِو‬Oۡ‫ت ٱل‬Oۡ‫ج ر‬Oۡٔ‍َ‫ت‬Oۡ‫ر م ِن ٱس‬Oۡ‫ ِإ َّن خ ي‬Oۖ‫ه‬Oۡ‫ ِج ر‬Oۡٔ‍َ‫ت‬Oۡ‫ت ٱس‬


ِ ‫َأب‬Oٰٓ‫ َد ٰى ه م ا ي‬Oۡ‫ ِإح‬Oۡ‫قَالَت‬
ُ ‫َأم‬Oۡ‫ي ٱل‬ َ َ َ ََ ُ َ َ َُ
Artinya : Salah seorang dari kedua wanita itu berkata: "Ya bapakku
ambillah ia sebagai orang yang bekerja (pada kita), karena
sesungguhnya orang yang paling baik yang kamu ambil untuk
bekerja (pada kita) ialah orang yang kuat lagi dapat
dipercaya"

2. Syi’ah

Persyaratan seorang Imam (Pemimpin) menurut Syi’ah adalah

a. Harus ma’shum (terpelihara) dari perbuatan salah, lupa dan

maksiat

b. Seorang Imam boleh membuat hal yang luar biasa dari adat

kebiasaan yang mereka sebut mukjizat untuk mengukuhkan

keimanannya sebagaimana mukjizat yang terjadi pada Nabi-

nabi Allah

c. Seorang Imam harus memiliki ilmu yang meliputi setiap

sesuatu yang berhubungan dengan syari’at, pengetahuan yang

luas itu bukan melalui proses belajar dan ijtihad tetapi

merupakan ilmu laduni


93

d. Imam adalah pembela agama dan pemelihara kemurnian serta

kelestarian agar terhindar dari penyelewengan. 89

Dan untuk pembahasan kali ini mengenai peran politik

perempuan di lembaga legislatif menurut Fiqh Siyasah, banyak pendapat

para ulama mengenai peran politik perempuan di lembaga legislatif

menurut Fiqh Siyasah. Namun mayoritas ulama mensyaratkan laki- laki

sebagai pemimpin, berdasarkan Nash hadist yang berbunyi :

‫لَن يُ ْف لِ َح َق ْو ٌم َو لَّ ْو ا َْأم َر ُه ُم ْام َر َأة‬


Artinya : Tidak akan beruntung suatu kaum, jika yang mengurusi
perkara mereka itu perempuan.

Hadist ini disabdakan bertepatan dengan satu kejadian historis

tertentu, yakni ketika sampai kepada Rasulullah SAW berita bahwa

Persia yang saat itu dalam krisis politik dan dekadensi moral yang saat

itu diperintah oleh seorang ratu yang otoriter dan kejam. Pertentangan -

pertentangan kekuasaan sampai pada batas perang saudara terus terjadi,

sementara peperangan mereka dengan bangsa arab belum berakhir. 90

Mereka (bangsa Persia) menyerahkan perkara kepemimpinan dan

kerajaan mereka kepada anak perempuan kisra, karena berpegang

dengan khayalan-khayalan paganisme, bukan bedasarkan pendapat

dan musyawarah, hadist ini gambaran bagi keadaan Persia yang

89
Abu Zahrah, Tarikh al-Madzahib al-Islamiyat fi al-Siyasat wa al- Aqidat , Bairut :
Dar al-fikr al-arabi, t.t hlm. 56-58
90
Ibid.40
94

sedang krisis, juga merupakan firasat hati dalam ketentuan Ilahi

berdirinya sebuah negara dan kehancurannya.

Mengangkat dari hadist bahwasanya tidak ada nash nya secara

jelas yang melarang keterwakilan perempuan didalam lembaga

perwakilan. Adapun yang diperintahkan adalah menyerahkan perkara

kepada ahlinya dan mendahulukan orang yang lebih kempeten

daripada yang kurang kompeten, kecuali ada penengah yang bisa

disahkan.

Ulama-ulama madzhab Maliki juga membolehkan perempuan

menjadi orang yang diwasiatkan dan orang yang diwakili, dan tidak

ada nash yang melarang perempuan untuk memimpin atau mengatur

urusan-urusan. Jika pendapat-pendapat para ulama fikih berbeda-beda

seputar keabsahan perempuan ikut serta bersama laki-laki dalam

mengerjakan urusan-urusan politik dan pengaturan perkara-perkara

Negara berdasarkan dalil-dalil dalam Al-Quran dan Sunnah, itu

karena dalil-dalil tersebut adalah dalil-dalil zhanni (tidak pasti dan

tidak baku) yang mengandung beberapa pemahaman berbeda.

Hal semacam ini memang ada secara syara dan logika. Allah

SWT berfirman:

ِ ‫ َن ٱلن‬Oۡ‫تُم بَي‬Oۡ‫لِ َه ا َو ِإذَ ا َح َك م‬Oۡ‫ َأه‬Oٰٓ ‫ت ِإىَل‬


‫َّاس َأن‬ ِ َ‫ َٰأم ٰن‬Oۡ‫ َأن ُت دُّواْ ٱل‬Oۡ‫م ر ُك م‬Oۡ‫ِإ َّن ٱللَّ ه ي أ‬O۞
‫َؤ‬
َ ُُ َ َ
ِ ‫ا ب‬Oۢ‫ان مَسِ يع‬ ‫ِ ِۗ ِإ‬ ِ ِِ ‫ِ ِ ِإ‬
٥٨ ‫ا‬Oٗ‫ص ري‬ َ َ َ ‫ َّن ٱللَّ هَ َك‬O‫ َّن ٱللَّ هَ ن ع َّم ا يَع ظُ ُك م ب ه ٓۦ‬Oۚ‫ل‬Oۡ‫ َع د‬Oۡ‫ ُك ُم واْ ب ٱل‬Oۡ ‫حَت‬
95

Artinya: Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat


kepada yang berhak menerimanya, dan (menyuruh kamu)
apabila menetapkan hukum di antara manusia supaya kamu
menetapkan dengan adil. Sesungguhnya Allah memberi
pengajaran yang sebaik-baiknya kepadamu. Sesungguhnya
Allah Maha Mendengar lagi Maha Melihat. (QS. An-Nisa‟
(4): 58).

Ibnu Hazm berkata: Ayat diatas ditujukan dengan keumumannya

kepada laki-laki dan perempuan, perlu di singgung mengenai hukum

tentang pengangkatan perempuan menjadi pemimpin atau wakil rakyat

yang diberi mandat untuk ikut andil agar mensejahterakan rakyatnya.

menarik dari kejadian bangsa Persia bukan terletak pada pengangkatan

perempuan menjadi wakil rakyat melainkan dari rusaknya sistem hukum

mereka (penduduk Persia) dan tidak menyampaikan amanah kepada

orang yang berhak menerimanya, menyerahkan perkara mereka kepada

anak perempuan kisra yang tidak layak untuk dijadikan pemimpin. 91

Jadi dapat ditarik kesimpulan sah-sah saja bilamana perempuan

dijadikan sebagai pemimpin ataupun wakil rakyat khususnya didalam

lembaga perwakilan seperti lembaga legislatif, tetapi untuk menjadikan

perempuan sebagai anggota perwakilan harus mempunyai kompeten

yang memenuhi syarat agar tidak terjadinya kerusakan sistem hukum

negara.

91
Ibid. Hal.42
96

Bila melihat kembali tentang keterwakilan perempuan di

legislatif , maka tidak menjadi persoalan apabila perempuan menjadi

anggota Legislatif khususnya di Kabupaten Solok, karena didalam

aturan fiqh siyasah tidak melarang seorang perempuan menjadi

pemimpin atau wakil rakyat. Dimana mereka boleh memimpin atau

mewakili kaumnya. Oleh karena itu semua peran politik perempuan di

kabupaten solok sama halnya dengan peran politik yang laki-laki. Yang

artinya perempuan dan laki-laki sama-sama mempunyai hak yang sama,

tidak ada pembatasan hak atau tidak adanya perbedaan gender.


BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Setelah melakukan pembahasan dan menganalisa rumusan masalah,

maka penulis mengambil kesimpulan sebagai berikut :

1. Peran politik perempuan dilembaga legislatif kabupaten solok

mempunyai peran tersendiri yaitu, yang pertama, untuk mewakili

kesetaraan gender di Legislatif kabupaten solok, yang kedua,

untuk menaikkan harkat dan martabat perempuan agar sama

dengan laki-laki, yang ketiga, untuk mengentaskan kemiskinan

dan yang terakhir adalah untuk memperjuangkan nasib kaumnya

sendiri.

2. Dari pandangan fiqih siyasah terhadap peran politik perempuan

seharusnya suatu lembaga pemerintahan harus tunduk kepada

aturan yang telah dibuat, serta di dalam Islam pun tidak melarang

perempuan menjadi wakil rakyat ataupun pemimpin sepanjang

dia mampu dan mau, namun dalam pelaksanaan keterwakilan

perempuan pada Legislatif Kabupaten Solok. Dengan adanya

kuota 30% untuk perempuan akan tetapi hal tersebut tidak

terpenuhi di DPRD Kabupaten Solok. Namun hal tersebut tidak

menjadi pengahalang bagi perempuan anggota Legislatif di

96
98

DPRD Kabupaten Solok tersebut untuk menjalankan tugas dan

fungsinya. Akan tetapi dalam pemilihan anggotanya Legislatif

Kabupaten Solok tidak memperhatikan adanya keterwakilan

perempuan di dalam keanggotaannya. Sehingga dapat

disimpulkan bahwa di dalam pemilihan anggota Legislatif

Kabupaten Solok belum sepenuhnya menjalankan aturan yang

telah dibuat khususnya untuk keterwakilan perempuan, dalam

Islam ketika tidak ada keterwakilan perempuan tidak menjadi

masalah dan ketika ada Islam memperbolehkan dan

membenarkannya, namun bila dilihat dari aturan perundang-

undangan aturan tersebut sebatas rekomendasi, dikarenakan tidak

adanya pasal sanksi apabila tidak dilaksanakan.

B. Saran

Dari kesimpulan yang telah ditulis oleh penulis yang dikemukakan

penulis sehingga membagikan beberapa saran untuk mengatasi

permasalahaan atau perkaraa tentang politik perempuan di Legislatif

Kabupaten Solok yaitu :

1. Bagi pihak pemerintah Kabuapten Solok, agar dapat

mensosialisasikan kembali tentang keterwakilan perempuan pada

DPRD.
99

2. Bagi masyarakat Kabupaten Solok terkhususnya bagi kaum

perempuan, bagi yang memenuhi syarat dan kriteria anggota

DPRD agar dapat memilih atau mencalonkan dirinya sebagai

anggota DPRD, agar kuota 30% untuk perempuan bisa terpenuhi.

3. Bagi peneliti selanjutnya dapat melakukan pengawalan terhadap

Pemerintahan Kabupaten Solok Dalam menegakan peraturan

mengenai kuota 30% keterwakilan perempuan di Legislatif,

sehingga diharapkan penelitian tersebut dapat melengkapi

penelitian sebelumnya.
DAFTAR PUSTAKA

BUKU

Akbarizan, Wanita, Politik dan Hukum Islam, Studi Tentang Fenomena


Calon Walikota, Pekanbaru: Suska Press, 2014

Anik Farida & Siti Musdah Mulia. Perempuan Dan Politik. Jakarta :
Gramedia Pustaka Utama.2005

Ahdiah I. Peranan Atau Role, Jakarta : Kencana Prenada Media Group


2013

Anonim,Sensitivitas Gender, Bahan Penelitian Gender, Yogyakarta : PKB


DIY 1995

Agustina Heriyani, Keterwakilan perempuan di parlemen dalam perspektif


keadilandan kesetaraan gender. Dlm. Siti Hariti Sastriyani (pnyt.).
Gender and politics. Yogyakarta: Tiara Wacana 2009

Basrowi, Memahami Penelitian Kualitatif. Jakarta : Rineka Cipta 2008

Budiardjo Miriam, Dasar-Dasar Ilmu politik, Jakarta: Gramedia Pustaka


Utama 2008

Badan Pusat Statistik Kabupaten Solok, Kabupaten Solok Dalam Angka


2022, Cv Aditya : Bps-Statistic Of Solok Regency 2022

Dkk. Karam Azza Perempuan Di Parlemen, Jakarta: Yayasan Jurnal


Perempuan 1999

Doroty W Dan Tonu Bernay Cantor, , Kiprah Wanita Dalam Dunia


Politik, Gramedia : Jakarta 1998

99
101

David Dan Mabrur, Syarial, Fiqih Siyasah LP2 IAIN Curup 2019

Depertemen Agama RI,Al-Quran tajwid danTerjemah, Bandung: CV


Penerbit Diponegoro 2015

Djazuli, H.A. “Implementasi Kemaslahatan Umat dalam Rambu-rambu


Syariah”, Jakarta: Kencana, 2003

Departemen Agama RI, Al-Qur‟an dan Terjemahnya, Semarang: PT.


Karya Toha Putra Semarang 1995

Departemen Agama RI, Al-Qur‟an dan Terjemahnya

Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Solok, Buku Agenda DPRD


Kab.Solok.

Espasito, L John. “Islam and Development: Religion and Sociopolitical


Change”, New York: Syracuse University Press, 1980

Fakih, Mansour Diskriminasi Dan Beban Kerja Perempuan Perspektif


Gender Dalam Bainar (ED),Wacana Perempuan Dalam Keindonesiaan
Dan Kemodernan, Cides Dan : UII Jakarta 1998

Fudhali, Ahmad “Perempuan Di Lembaan Suci : Kritik Atas Hadist-hadist


Shahih”, Yogyakarta: Pilar Reigia, 2005

Hastuti Kurniawati, Belajar Dari Kemenangan Perempuan Australia,


Jakarta : Kompas,2004

Hastuti Kurniawati, “Mengenderkan Pemerintah Daerah”. Jakarta :


Kompas, 2005
102

Ihromi. T.O. Kajian Wanita Dalam Pembangunan, Jakarta : Yayasan Obor


Indonesia,1995

Iqbal Muhammad , fiqh siyasah, Konstekstualisasi Doktrin Politik Islam,


jakarta : PT. Rineka Cipta 1998

JokoSubagyo, Metodologi Penelitian dalam Teori dan Praktek . Jakarta :


PT Rhineka Cipta, 1994

J Lexy, Metodologi Penelitian Kualitatif, ( Bandung : Remaja Rosdakarya


2007

Ja’far, perempuan dan pemimpin. Jakarta : Bima Aksara 1998

Jung, s ibn ullah mahomed. The Administration Of Justice In Islam : An


Introduction to The Muslim Conception of The State, New Delhi: Kitab
Bhavan, 1990

Khairuddin, Kepemimpinan Wanita Menurut Islam Dalam Konteks


Kekinian, Banda Aceh: Ar-Raniry Press, 2014

Khairuddin, Kepemimpinan Perempuan Menurut Islam Dalam Konteks


Kekinian, Banda Aceh: Ar-Raniry Press, 2014

Khallaf Abdul Wahab, Al-Siyasat Al-Syar’iyat Al-Qahirah: Dar Al-


Anshar, 1977

Mernisi Fatimah, Perempuan Diantara Logika Dan Kekuasaan, Jakarta :


Qanita,2003

Muhammad Husen, Fiqh Perempuan, Yogyakarta: LkiS,2007


103

Muhajir Noeng, Metode Penelitian Kualitatif, Yogyakarya : Rake Sarasin,


1996

Ningsih, Widya Diskriminasi Perempuan. Jakarta : Kencana 1999

Peraturan DPRD NO.1 Tahun 2021.

Pasaribu Elvy , Indonesia Masa Depan Dari Perspektif Peremuan, Salatiga


: Yayasan Bina Darma 2000

Putri Raihan, Kepemimpinan Perempuan Dalam Islam Antara Konsep Dan


Realita, Yogyakarta: AK Group, 2006

Paula dan, Kremare A feminist dictionary. Jakarta : yayasan obor


indonesia 1998

Quraish Shihab M, Wawasan Al-Qu’ran, Cet. 13,Bandung: Mizan, 1996

Rasdiansyah, perempuan dan kodratnya, Jakarta : gramedia pustaka utama


1999

Rosyadi Paul, Lembaga-Lembaga Politik, Jakarta: Ind Hill Co, 1984

Surbakti, Ramlan Didik Suprianto Dan Hasyim Asyari, Meningkatkan


Keterwakilan Perempuan : Penguatan Kebijakan Afirmasi , ( Jakarta :
Kemitraan Pembaruan Bagi Tata Pemerintah, 2009

Utami,Perempuan Dan Politik, Yogakarta : Gama Media 1995

Umar Nasaruddin, Argumen Kesetaraan Gender Perspektif al-Qur‟an,


Jakarta: Paramadina, 1999

Wahyuningrum, Sri Lestari, Perempuan dalam Demokrasi : Di Negara


EropaPasca Komunisme, Jakarta : Pt Medika Utama 2004
104

Zada, Khamami “Fiqih Siyasah Doktrin dan Pemikiran Politik Islam”,


Jakarta: Erlangga, 2008

JURNAL

Al-Zuhaylî Wahbah, Ushul al-Fikih al-`Islami (Damaskus: Dar al-Fikr,


2001) vol. 1

Dadang, Smock Anshori, Membincangkan Feminisme,Refleksi Muslimah


Atas Peran Sosial Kaum Wanita. Cet I Pustaka Hidayah ; Bandung

Manzur Ibn Muhammad Lisan al-Arab,Jilid I, Beirut: Dar Shadir. t t

St Habibah..Partisipasi Dan Peran Perempuan Dalam Partai Politik . Al-


Maiyyah.Vol,8 No,2(2015)

UNDANG-UNDANG

Undang-Undang No.12 Tahun 2003 Pasal 65 ayat (1) tentang pemilu


DPR,DPD Dan DPRD

Undang – Undang Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 2007 Tentang


Penyelenggaraan Pemilihan Umum
DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Identitas Diri

Nama : Oktami Nadia Sari

Nim : 1318043

Jurusan : Hukum Tatanegara (Siyasah)

Tempat Tanggal Lahir : Sungai Durian, 17 Oktober 1999

Alamat : Jorong Batu Kudo Nagari Sungai Durian

Anak Dari : Ervinadis (Ayah) Jusniar (Ibu)

Jumlah Bersaudara : Anak Ke-3 (Tiga) Dari 3 Bersaudara

Pendidikan

1. Taman kanak-kanak (TK) Cemara Sungai Durian Tamat Tahun 2006


2. Sekolah Dasar (SD) Negeri 16 Sungai Durian Tamat Tahun 2012
3. Madrasah Tsanawiyah Negeri (MTsN) Sungai Lasi Tamat Tahun 2015
4. Sekolah Menengah Atas (SMA) 1 Sungai Lasi Tamat Tahun 2018
5. Universitas Islam Negeri (UIN) Sjech M.Djamil Djambek Bukittinggi
Tamat Tahun 2022

Pengalaman Organisasi

1. Pengurus HMPS Hukum Tatanegara Tahun 2019


2. Pengurs Himpunan IMS3 ( Ikatan Mahasiswa Solok Saiyo Sakato)
Tahun 2019

Pentraining Yang Diikuti

1. LDK HMPS Tata Negara Tahun 2019

104
LAMPIRAN – LAMPIRAN

105
107
108

Anda mungkin juga menyukai