Anda di halaman 1dari 13

AL-MURSHALAH, Vol. 3, No.

1, Januari – Juni 2017 • p-ISSN: 2442-7268 • e-2621-8240

PERAN POLITIK PEREMPUAN DALAM PENGAMBILAN KEPUTUSAN


DI LEMBAGA LEGISLATIF KABUPATEN ACEH SELATAN
TAHUN 2014-2019

Desi Purnamasari dan Iza Zubaidah1

Email: Depariza91@yahoo.com & Izazubaidah@gmail.com

Info Artikel Abstrak


__________ ___________________________________________________________________
Penelitian ini dilatarbelakangi oleh adanya peran politik perempuan
Sejarah Artikel: dalam dunia politik masih sangat minim di Dewan Perwakilan Rakyat
Dipublikasi Januari 2017 Kabupaten (DPRK) Aceh Selatan. Hal ini terlihat dai jumlah
keterwakilan perempuan, hanya 1 orang dan 29 orang laki-laki. Hal ini
akan mempengaruhi pengambilan kebijakan di DPRK Aceh Selatan,
khususnya yang berkaitan dengan persoalan kaum perempuan.
Penelitian ini tergolong kualitatif dengan menggunakan pendekatan
deskriptif dengan teknik pengumpulan data menggunakan observasi,
wawancara dan dokumentasi. Sedangkan analisis data menggunakan
reduksi, display dan verifikasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
minimnya partisipasi perempuan dalam politik di Aceh Selatan terlihat
dari sedikitnya jumlah perempuan yang menduduki jabatan politik,
salah satunya adalah lembaga legislatif. Fakta ini menunjukkan bahwa
jumlah keterwakilan perempuan di lembaga legislatif tidak mengurangi
eksistensi mereka dalam pengambilan keputusan di lembaga tersebut.
Namun demikian, dengan semakin banyaknya perempuan berkiprah di
dunia politik diharapkan ada lebih banyak ide dan gagasan dalam
pembangunan daerah terutama yang berkaitan dengan kaum
perempuan.

Kata Kunci : Politik, Perempuan dan Pengambilan Keputusan

• p-ISSN: 2442-7268 • e-2621-8240

Alamat Korespondensi:
Kampus STAI Tapaktuan, Jalan T. Ben Mahmud, Lhok Keutapang, Aceh Selatan,
Email: jurnal.staitapaktuan@gmail.com

_______________
1Desi Purnamasari, M.Pem.I, merupakan Dosen Tetap pada Program Studi Ahwal Al-Syakshiyah (ASY)
Sekolah Tinggi Agama Islam (STAI) Tapaktuan, Aceh Selatan. Iza Zubaidah, SH, merupakan alumni Program
Studi Ahwal Al-Syakshiyah (ASY) Sekolah Tinggi Agama Islam (STAI) Tapaktuan, Aceh Selatan.
25
AL-MURSHALAH, Vol. 3, No. 1, Januari – Juni 2017 • p-ISSN: 2442-7268 • e-2621-8240

PENDAHULUAN Stigma di atas menunjukkan bahwa


Perempuan dan politik adalah wacana perempuan dinilai tidak mampu memimpin
yang menarik diperbincangkan, bahkan dan membuat kebijakan karena patron
menjadi suatu yang politis untuk di membentuk perempuan sangat tendensius
perdebatkan. Hal ini disebabkan oleh fakta, (menyusahkan), mengutamakan perasaan
ketika politik ditetapkan di wilayah publik, sehingga jauh dari sikap rasionalitas.
definisi, konsep dan nilai-nilai yang Persepsi negatif tersebut dilekatkan pada
dikandungnya selalu menempatkan perempuan sendiri telah terbentuk
perempuan diluar area tersebut. Politik sedemikian rupa di benak kaum perempuan
didefinisikan sebagai suatu yang negative, dan laki-laki.5
afiliasi suatu partai politik dihubungkan Pembongkaran budaya patriakhal
hanya dengan mereka yang berkuasa, dimana men-jugment (tidak menghakimi) perempuan
laki-laki mendominasinya, bahkan ketika membuat mitos sangat luar biasa kuat.
politik didefinisikan dengan perspektif baru Pemberdayaan perempuan terbentur dengan
sebagai pembuatan keputusan yang dinding yang sangat kokoh dari interpretasi
transparan, kemampuan yang bernegosiasi, perempuan terhadap tinjauan politik, agama,
partisipasi dengan cakupan basis yang luas, sosial. Perempuan sebenarnya mempunyai
keterbukaan terhadap perubahan, distribusi otonomi mutlak tentang dirinya. Sebagai
sumber daya (kekuasaan) yang adil dan manusia mempunyai kedudukan setara
ekonomi yang produktif, dikotomi antara membawa kepemimpinan di muka bumi.
dunia perempuan dan dunia politik tetap Perempuan memiliki hak dan kewajiban yang
berlangsung.2 sama sebagai warga negara dalam mengatur
Secara realitas politik kaum kesejahteraan manusia. 6 Telah terjadi
perempuan masih sangat kurang. Kendala kesenjangan kesetaraan antara gagasan
utama disebabkan oleh laki-laki dan keadilan yang mendudukkan perempuan
perempuan dalam memandang dan dengan laki-laki, namun realitas terjadi
memperlakukan perempuan. Budaya perempuan masih terkekang oleh tidak
patriarkhi3 di kalangan masyarakat mengakar adanya ruang kesempatan memadai
dan mendominasi dalam kehidupan, bahkan mengaktualisasikan perannya.
dalam lingkungan terkecil seperti keluarga, Wacana keterlibatan perempuan
nuansa dominasi laki-laki sangat kuat, dalam dunia politik dalam Undang-Undang
terlebih di perdesaan. Label dan cap yang Nomor 2 Tahun 2008 dengan memberikan
diberikan pada sosok perempuan sangat kuota 30%, masih menjadi wacana
kental sebagai orang lemah, tidak bermanfaat kontroversi. Hal ini dikarenakan selama ini
dan terbelenggu ketergantungan telah perempuan hanya berjumlah 12% saja yang
didoktrin secara turun temurun. Perempuan berkiprah dalam ruang parlemen. Sepintas
dipersepsikan sebagai orang kelas dua yang apabila dicermati, permintaan kuota 30%
seharusnya di dapur, kasur dan sumur.4 untuk perempuan di parlemen memang
bernuansa pembatasan peran, namun menilik
sejarah dan realitas peran perempuan yang
_______________ hanya 12% di parlemen menunjukkan
2Siti Nur ‘Aini, “Analisis Terhadap Peran kemajuan pola berpikir dan gerakan yang
Politik Perempuan di Lembaga Legislatif progresif.
Kabupaten Rembang Tahun 2004-2009,” Skripsi, Minimnya partisipasi perempuan
Fakultas Syari’ah IAIN Walisongo Semarang, 2009, dalam politik seperti yang dijelaskan di atas
hal. 40. juga terjadi di Kabupaten Aceh Selatan. Hal
3Partriarki adalah sebuah sistem sosial
ini bisa dilihat dari jumlah anggota legislatif
yang menempatkan laki-laki sebagai sosok
otoritas utama yang sentral dalam organisasi _______________
sosial. Lihat, Abdullah, Kamus Besar Bahasa 5Fatimah Mernisi, Perempuan Di antara
Indonesia, Edisi Keempat (Surabaya: Erlangga: Logika dan Kekuasaan, (Jakarta: Qanita 2003),
2008). hal, 7.
4Elvy Pasaribu, Indonesia Masa Depan dari 6Kurniawati Hastuti, “Belajar dari

Perspektif Perempuan (Salatiga: Yayasan Bina Kemenangan Perempuan Australia,” Har(Jakarta:


Darma 2000), hal. Xii. Kompas, 2004), hal. 36.
26| Peran Politik Perempuan dalam Pengambilan Keputusan
AL-MURSHALAH, Vol. 3, No. 1, Januari – Juni 2017 • p-ISSN: 2442-7268 • e-2621-8240

di Kabupaten Aceh Selatan yang hanya satu pandang dalam menyelesaikan masalah-
orang dari 30 kursi yang disediakan atau masalah politik dengan mengutamakan
3,33% dari yang seharusnya 30% sesuai perdamaian dan tata cara anti kekerasan
Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2008. serta kebutuhan-kebutuhan khusus
Kurangnya keterwakilan perempuan di DPRK perempuan sebagai bagian dari agenda
Aceh Selatan inilah yang memotivasi penulis nasional.
untuk melakukan kajian lebih lanjut dalam Akibat yang akan terjadi apabila
tulisan ini, sehingga ditemukan penyebab dan jumlah perempuan dalam lembaga politik
solusinya. tidak berimbang adalah kepentingan sosial.
Hal ini dikarenakan lebih dari setengah total
KAJIAN TEORITIS jumlah penduduk di Indonesia adalah
Partisipasi Perempuan dalam Politik di perempuan. Mengabaikan perempuan
Indonesia Indonesia dalam pembuatan keputusan
Menurut Sensus yang dilaksanakan politik sama artinya dengan meminggirkan
Biro Pusat Politik (BPS) tahun 2000, jumlah mayoritas penduduk Indonesia dari proses
perempuan di Indonesia adalah 101.625.816 politik. Selama puluhan tahun lembaga-
jiwa atau 51% dari seluruh populasi atau lembaga politik di Indonesia beranggotakan
lebih banyak dari total jumlah penduduk di sebagian besar laki-laki dan menghasilkan
ketiga negara Malaysia, Singapura dan keputusan-keputusan yang sangat dibentuk
Filipina. Namun demikian jumlah yang besar oleh kepentingan serta cara pandang yang
tersebut tidak tampak dalam jumlah mengabaikan suara perempuan. Dalam
keterwakilan perempuan di lembaga jumlah yang sedikit, suara perempuan tidak
pembuat atau pengambil keputusan politik di akan memiliki kesempatan untuk membawa
Indonesia.7 perubahan yang berarti dalam proses
Partisipasi perempuan menjadi pengambilan keputusan politik.
penting dikarenakan perempuan memiliki Selain hal di atas juga perlu mendesak
kebutuhan-kebutuhan khusus yang hanya setiap partai politik agar mencantumkan
dapat dipahami paling baik oleh perempuan kualifikasi atau syarat-syarat menjadi caleg
sendiri. Kebutuhan-kebutuhan ini meliputi: secara transparan, terbuka dan adil gender
(1) Isu-isu kesehatan reproduksi, seperti cara sebab dengan demikian perempuan dapat
berKB yang aman; (2) isu-isu kesejahteraan lebih mudah ikut serta berkompetensi
keluarga, seperti sembilan bahan pokok yang mencalonkan diri. Menyertakan minimal 20%
terjangkau, masalah kesehatan dan calon legislatif perempuan dan nama-nama
pendidikan anak; (3) Isu-isu kepedulian kandidat perempuan dituliskan berselang-
terhadap anak, kelompok usia lanjut dan tuna seling dengan nama kandidat laki-laki dan
daksa dan (4) Isu-isu kekerasan seksual. juga menetapkan minimal 30% perempuan
Keikutsertaan perempuan sebagai sebagai calon anggota pengurus partai
pembuat keputusan politik dapat mencegah politik.8
diskriminasi terhadap perempuan yang Terlepas dari pro dan kontra
selama ini terjadi dalam masyarakat, seperti tersebut, sistem suara terbanyak hendaknya
diskriminasi di tempat kerja yang tidak menutup peluang bagi caleg perempuan
menganggap pekerja laki-laki lebih tinggi bisa survival. Tetap diberikan keistimewaan
nilainya daripada perempuan. Misalnya, dan kemudahan sebagaimana komitmen
penetapan upah yang berbeda antara laki-laki awal. Mendorong tampilannya perempuan
dan perempuan untuk beban kerja yang sama dalam jumlah besar, paling tidak bisa
dan juga diskriminasi di hadapan hukum mencakupi 30% sebagaimana target
yang merugikan posisi perempuan. Misalnya, bersama.
kasus perceraian, hanya dalam jumlah yang
signifikan, perempuan dapat menghasilkan
perubahan berarti, seperti: perubahan cara
_______________ _______________
7Lihat,Sensus Biro Pusat, Perempuan 8Astrid Anugraha, Keterwakilan Perempuan
Tahun 2000, Republika Online, diakses melalui dalam Politik, Cet ke-2, (Jakarta: Pancuran Alam,
situs: www.republika.or.id, tanggal 16 Maret 2016. 2009), hal. 68.
Desi Purnamasari, M.Pem.I dan Iza Zubaidah, SH |27
AL-MURSHALAH, Vol. 3, No. 1, Januari – Juni 2017 • p-ISSN: 2442-7268 • e-2621-8240

Perempuan dan Peran Politik Formal kehidupan kepartaian politik di negara ini.11
Perempuan dan politik adalah wacana Pengertian mengenai keterwakilan
yang menarik diperbincangkan, bahkan perempuan di dalam UU No. 2 Tahun 2008
menjadi suatu yang politis untuk di tidak ada dijelaskan. Untuk mendapatkan
perdebatkan. Hal ini disebabkan oleh fakta, pengertian demikian, perlu dicari dalam
ketika politik ditetapkan di wilayah publik, perundangan lain. Di dalam UU No 39 Tahun
definisi, konsep dan nilai-nilai yang 1999, dalam penjelasannya, pasal 46, kita
dikandungnya selalu menempatkan dapat memperoleh penjelasan mengenai
perempuan di luar area tersebut.9 keterwakilan perempuan. Diartikan bahwa
Pada tahun 2008, tidak jauh selang “keterwakilan wanita adalah pemberian
beberapa hari dari penghujung tahun 2007, kesempatan dan kedudukan yang sama bagi
diundangkan sebuah “Undang-Undang Partai wanita untuk melaksanakan peranannya
Politik yang baru. Nama resminya adalah dalam bidang eksekutif, yudikatif, legislatif,
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 2 kepartaian dan pemilihan umum menuju
Tahun 2008 tentang Partai Politik, yang keadilan dan kesetaraan gender”.12
berbunyi a. Bahwa kemerdekaan berserikat, Dengan menyimak pengertian istilah
berkumpul, serta mengeluarkan pikiran dan keterwakilan perempuan di atas, maka
pendapat merupakan hak asasi manusia yang jelaslah bahwa terdapat suatu kedudukan
diakui dan dijamin oleh Undang-Undang yang bersifat setara. Jadi, tanpa pembedaan,
Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; atau deskriminasi dalam kedudukan sosial
b. Bahwa untuk memperkukuh kemerdekaan dan politik (eksekutif, legislatif, yudikatif,
berserikat, berkumpul dan mengeluarkan kepartaian dan organisasi-organisasi politik
pendapat merupakan bagian dari upaya untuk lain), antara kaum pria dan kaum
mewujudkan kehidupan bangsa yang kuat perempuan.13
dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia Sampai saat ini, perkembangan
yang merdeka, bersatu, berdaulat, adil dan wacana perempuan dan politik masih
makmur, serta demokratis dan berdasarkan terjebak dalam perdebatan tentang
hukum; c bahwa kaidah demokrasi yang partisipasi dan reprensitasi, yang mengarah
menjunjung tinggi kedaulatan rakyat, aspirasi, pada indikator normatif kuantitatif. Kuota
keterbukaan, keadilan, tanggung jawab, dan 30% untuk reprensitasi politik perempuan
perlakuan yang tidak diskriminatif dalam adalah salah satu indikator tersebut. Sebagai
Negara Kesatuan Republik Indonesia perlu afirmative action ( tindakan khusus), kuota
diberi landasan hukum; d. Bahwa partai memang tak boleh melupakan kualitas dari
politik merupakan sarana partisipasi politik representasi tersebut, tetapi harus di sadari
masyarakat dalam mengembangkan sungguh-sungguh, tuntutan kuota bersumber
kehidupan demokrasi untuk menjunjung tinggi dari realitas sejarah panjang
kebebasan yang bertanggung jawab; e. Bahwa pendiskriminasian terhadap perempuan,
Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2002 melalui proses yang sistematik yang tidak
tentang Partai Politik perlu diperbaharui akan berakhir hanya dengan “menunggu
sesuai dengan tuntutan dan dinamika waktu bergulir” tanpa tindakan khusus.
perkembangan masyarakat; f. Bahwa Sejarah pembelengguan kaum
berdasarkan pertimbangan sebagaimana perempuan sama tuanya dengan sejarah
dimaksud dalam huruf a, huruf b, huruf c, perbudakan dan perlawanan terhadap
huruf d, dan huruf e perlu membentuk perbudakan di dunia. Upaya pembelengguan
Undang-Undang tentang Partai Politik10 . kaum perempuan dan budak serta
UU No. 2 tahun 2008 ini diundangkan penghancuran peradaban-peradaban kuno
pada 4 Januari 2008 tentang Partai Politik, sangat menghargai perempuan, telah
menggantikan UU No. 31 tahun 2002, adalah berlangsung ribuan tahun silam. Hal ini
hasil respon dinamika politik atas masalah terjadi karena adanya perlawanan kaum
perempuan dan budak terhadap para
_______________
9‘Aini, Analisis Terhadap … hal. 40. _______________
10Lihat, Undang-Undang Pemilu dan Partai 11Anugraha, Keterwakilan …. hal. iv.
Politik 2008, (Yogyakarta: Gradien Mediatama, 12 Ibid 28
2008), hal. 209. 13 Ibid 30

28| Peran Politik Perempuan dalam Pengambilan Keputusan


AL-MURSHALAH, Vol. 3, No. 1, Januari – Juni 2017 • p-ISSN: 2442-7268 • e-2621-8240

penguasa yang menganut sistem patriakal. laki), yang mengakibatkan terjadinya proses
Dalam perspektif dan kajian sejarah klasik peminggiran terhadap rakyat dan terhadap
peradaban manusia, konflik seputar hak-hak perempuan, harus segera diubah. Karena
perempuan dan hak asasi manusia, persepsi ini membuat rakyat (apalagi
merupakan kelanjutan dari perseteruan lama perempuan) merasa tidak layak dan tidak
yang dimulai sejak munculnya sistem mempunyai kemampuan untuk ikut
penghambaan terhadap laki-laki atau sistem melakukan perubahan dalam proses-proses
patriaki.14 politik. Dari sinilah kita berangkat
Oleh karenanya, wacana tentang membicarakan soal partisipasi dan
perempuan dan politik mestinya diletakkan representasi politik perempuan, catatan
dalam konteks penghormatan terhadap kritisnya sebagaimana kalangan pejuang
martabat kemanusiaan kaum perempuan. demokrasi gelisah tentang representasi
Itulah sebabnya dalam agenda gerakan politik rakyat yang masih merupakan
perempuan politik adalah seluruh idiom yang representasi semu, kita juga harus gelisah
berhubung dengan kehidupan perempuan, karena dinamika politik belum mewujudkan
baik di wilayah domestik maupun publik. representasi politik perempuan, melainkan
Jadi, dialektika perempuan dan politik sebatas representasi jenis kelamin.15
mestinya tidak hanya berbasis pada material Peran politik formal perempuan
partisipasi dan representasi, melainkan merupakan fenomena menarik, yang
seluruh aspek termasuk sejarah patriaki yang berkepanjangan dalam rangka mencari
menjadi dasar ideologi penindasan terhadap format yang baku. Melalui format yang baku
perempuan. Oleh sebab itu, indikator- tersebut diharapkan perempuan dapat
indikator kuantitatif (termasuk kuota) berperan secara optimal dalam kancah
menjadi prinsip untuk menegakkan moralitas perpolitikan nasional. Upaya perempuan
politik terhadap realitas penindasan dan untuk melepaskan jeratan terali besi kultural
penyingkiran perempuan yang telah kaum laki-laki telah memasuki tahapan yang
berlangsung berabad-abad. paling menentukan. Tuntutan tradisional
Konkritnya, perempuan-perempuan yang hanya sebatas menuntut kesetaraan
dan politik adalah dialektika terhadap dalam status sosial ekonomi, telah berubah
seluruh aspek dalam hubungan dan dinamika menjadi tuntutan yang lebih modern.
sosial, mulai dari rumah tangga sampai ruang Tuntutan modern dimanifestasikan ke dalam
lingkup pemerintahan dan negara. Paradigma bentuk kesetaraan dalam hal pengambilan
bahwa politik hanya milik kalangan keputusan strategi dalam bidang politik.
pemegang kekuasaan formal (dan milik laki- Saat ini masalah perempuan dalam
politik dalam pengambilan keputusan telah
_______________ menjadi isu global karena beberapa alasan,
14 Sebagai contoh adalah partisipasi politik yaitu: (1) Pemerintahan oleh (mayoritas)
perempuan yang relatif tinggi di PKS, tidak diikuti laki-laki dengan perspektif laki-laki (dengan
representasi politik yang sepadan. Kuatnya sendirinya lebih menguntungkan laki-laki),
pengaruh paham Islamic exceptionalism bahwa
tidak dapat melegitimasi “prinsip
tempat yang layak bagi mar’ah al shalihah
(perempuan salehah) adalah rumah, segregasi
pemerintahan untuk rakyat oleh rakyat”
seksual dalam ruang publik seperti tergambarkan sebagai esensi demokrasi. Hal ini disebabkan
dalam pembentukan Departemen Kewanitaan di di antaranya, hak-hak politik perempuan
DPP/DPW/DPC PKS, dan afirmasi positis para merupakan bagian integral dan tidak
konstituen PKS atas agenda-agenda Islamis, terpisahkan dari hak asasi manusia, bahwa
diyakini sebagai sebab rendahnya representasi dalam demokrasi pandangan dari kelompok
politik perempuan di partai dakwah ini. Islamisme yang berbeda-beda termasuk berbeda jenis
adalah sebentuk keyakinan yang termasuk kelamin harus dipertimbangkan dalam setiap
memosisikan Islam sebagai sistem kehidupan kebijakan, dan perempuan adalah separuh
yang total dan integral dalam seluruh arah
penduduk dunia dan separuh dari jumlah`
kehidupan, termasuk politik sebagai subordinasi
dari agama. Burhanudin, “Islamisme, PKS dan
penduduk masing-masing negara; (2) Tidak
Representasi Politik Perempuan. Diakses melalui ada sekelompok orang pun yang dapat
situs http://PKRS.indonesia.go.id/ pada tanggal 5 _______________
Juni 2016, hal. 3. 15‘Aini, Analisis Terhadap … hal. 40.
Desi Purnamasari, M.Pem.I dan Iza Zubaidah, SH |29
AL-MURSHALAH, Vol. 3, No. 1, Januari – Juni 2017 • p-ISSN: 2442-7268 • e-2621-8240

mengartikulasikan kepentingan dan efektif dan responsif terhadap kaum


kebutuhan perempuan dengan kualitas perempuan. Lembaga-lembaga Legislatif di
tertinggi selain kaum perempuan sendiri, semua tingkatan jug harus di berdayakan
khususnya untuk mengartikulasikan agar dapat melakukan pengawasan terhadap
kebutuhan perempuan yang spesifik kekuasaan eksekutif. Lembaga-lembaga
misalnya dalam maslah kekerasan terhadap peradilan harus diubah agar lebih melayani
perempuan, kesehatan reproduksi dan lain- kepentingan publik ketimbang melayani
lain; (3) Kebutuhan-kebutuhan perempuan kepentingan pemerintah dan penguasa, atau
yang spesifik diatas, lebih berhasil kepentingan politik tertentu.
diagendakan oleh perempuan sendiri dari
pada kaum laki-laki; (4) Keikutsertaan Politik Perempuan dalam Perspektif
perempuan dalam merumuskan dan Islam
pengambilan keputusan didalam keluarga, Dalam Islam, politik (al-Siyasah)
masyarakat, dan negara, masih sangat dirumuskan sebagai cara mengatur urusan
terbatas. Perempuan dianggap membawa kehidupan bersama untuk mencapai
perubahan dalam gaya dan nilai-nilai baru kesejahteraan di dunia dan akhirat. Semua
dalam politik dan juga dalam pembangunan. manusia memiliki ambisi meraih kekuasaan.
Peminggiran perempuan dalam politik dan Untuk meraihnya, berbagai upaya dilakukan,
pembangunan telah bertentangan dengan yang tidak jarang sepak terjangnya
kemampuan mereka dalam mengelola menimbulkan korban, terutama “rakyat” yang
ketahanan keluarga dan pemeliharaan sering diatasnamakan oleh politisi ambisius
kehidupan.16 dan haus kekuasaan.18 Jadi politik adalah
Perbincangan tentang perempuan ruang maha luas, seluas ruang kehidupan itu
dan politik pada umumnya terfokus pada sendiri. Ia muncul dalam ruang domestik
masalah peningkatan akses dan maupun publik, kultural maupun struktural,
partisipasinya dalam politik khususnya personal dan komunal, tetapi penyebutan
dalam parlemen serta transformasi atau politik dalam pikiran banyak orang telah
perubahan relasi gender dalam institusi- menyempit menjadi istilah politik praktis,
institusi politik yang ada, serta dalam politik struktural, perebutan kekuasaan
keluarga dan masyarakat. pengalaman untuk kepentingan diri atau sebagian orang
menunjukkan bahwa meskipun jumlah dan sesaat, bukan untuk kepentingan
perempuan meningkat di lembaga-lembaga masyarakat luas dan masa depan yang
pengambil keputusan khususnya di panjang.
parlemen, tidak dengan sendirinya
menghasilkan perubahan dalam upaya Ada dua hal yang selalu menjadi
mewujudkan kesetaraan dan keadilan perbincangan utama. Siapa yang harus dipilih
gender.17 Masalahnya adalah karena sebagian menjadi kepala negara (al-Imam) dan siapa
perempuan yang terjun dalam dunia politik yang berhak memilihnya. Untuk kedua
juga mengalami kendala kultural maupun pertanyaan itu, wacana politik Islam klasik
struktural baik yang berkenaan dengan menyebutkan sejumlah persyaratan idealistik
substansi kebijakan yang ada maupun dan beragam. Sejarah kenabian mencatat
mekanisme pembuatan kebijakan itu sendiri. sejumlah besar perempuan yang ikut
Kendala kultural terkait dengan masih memainkan peran-peran ini bersama kaum
kentalnya budaya partiarkhi dalam laki-laki. Khadijah, Aisyah, Ummu Salamah,
masyarakat yang menetapkan pola dan peran dan para isteri nabi yang lain, Faṭimah (anak),
sosial yang berbeda untuk laki-laki dan Zainab (cucu) dan Sukainah (cicit).19
perempuan.
Iklim politik yang cukup kondusif saat _______________
ini merupakan peluang yang baik untuk
18 Beni Ahamd Saebani, Fiqh Siyasah
(Pengantar Ilmu Politik Islam), (Bandung: Pustaka
melakukan perubahan mendasar di segala
Setia), hal. 5.
bidang. Namun demikian pemerintah harus 19 Amatullah Shafiyyah dan Haryati

_______________ Soeripno, Kiprah Politik Muslimah Konsep dan


16Anurgaha, keterwakilan … hal. 6. Implementasinya, (Jakarta: Gema Insani, 2003),
17Ibid, hal. 18. hal. 45.
30| Peran Politik Perempuan dalam Pengambilan Keputusan
AL-MURSHALAH, Vol. 3, No. 1, Januari – Juni 2017 • p-ISSN: 2442-7268 • e-2621-8240

Mereka sering terlibat dalam diskusi mendapat dasar yuridis dalam Undang-
tentang tema-tema sosial dan politik, bahkan Undang Dasar 1945.
mengkritik kebijakan-kebijakan domestik Terlepas masih adanya diskriminasi
maupun publik yang patriarkis. Partisipasi atas perempuan, sejumlah kemajuan atas
perempuan juga muncul dalam sejumlah status perempuan telah dicapai. Adanya
“baiat” (perjanjian, kontrak) untuk kesetiaan responsi dan akseptabilitas terhadap
dan loyalitas kepada pemerintah. Sejumlah partisipasi politik perempuan diharapkan
perempuan sahabat nabi seperti Nusaibah bukan hanya karena kepentingan politik
bint Ka’b, Ummu Athiyyah al Anshariyyah sesaat demi menarik dukungan kaum
dan Rabi’ bint al Mu’awwadz ikut bersama perempuan dalam perebutan kekuasaan
laki-laki dalam perjuangan bersenjata bernama pemilu. Dalam pandangan Islam,
melawan penindasan dan ketidakadilan. laki-laki dan perempuan memiliki beban yang
Umar bin Khattab juga pernah mengangkat al sama untuk berkiprah dalam dakwah dan
Syifa, seorang perempuan cerdas dan arena publik lainnya, sesuai dengan fiṭrahnya
terpercaya, untuk jabatan manager pasar di masing-masing.
Madinah. Allah berfirman dalam surah. At-
Sayangnya sekarang partisipasi Taubah ayat 71:
politik perempuan mengalami proses
ِ ‫ض يأْمرو َن بِالْمعر‬ ِ ِ ِ
‫وف‬ ُ ُ َ ٍ ‫ض ُه ْم أ َْوليَاءُ بَ ْع‬ُ ‫ات بَ ْع‬ ُ َ‫َوالْ ُم ْؤمنُو َن َوالْ ُم ْؤمن‬
degradasi dan reduksi secara besar-besaran.
Ruang aktivitas perempuan di batasi hanya ُْ َ
‫الزَكا َة َويُ ِط ُيعو َن‬ ِ
pada wilayah domestik dan diposisikan َّ ‫الصال َة َويُ ْؤتُو َن‬
َّ ‫يمو َن‬ ُ ‫َويَْن َه ْو َن َع ِن الْ ُمْن َك ِر َويُق‬
secara subordinat. Pembatasan ini tidak ِ ِ َ ِ‫اللَّ َه َوَر ُسولَهُ أُولَئ‬
hanya terbaca dalam buku-buku pelajaran, ٌ ‫ك َسيَ ْر ََحُ ُه ُم اللَّهُ إ َّن اللَّ َه َع ِز ٌيز َحك‬
‫يم‬
tetapi juga muncul dalam realitas sosial.
Sejarah politik Islam sejak Nabi Saw wafat Dan orang-orang yang beriman, lelaki dan
dan masa khulufa al-rasyidin sampai awal perempuan, sebahagian mereka (adalah)
abad 20 tak banyak menampilkan tokoh menjadi penolong bagi sebahagian yang lain.
perempuan untuk peran-peran publik. Mereka menyuruh (mengerjakan) yang
Partisipasi perempuan dalam ruang makruf, mencegah dari yang mungkar,
ini juga dibatasi oleh kebaikan laki-laki. Ini mendirikan sembahyang, menunaikan zakat,
adalah pandangan kebudayaan yang dan mereka taat kepada Allah dan Rasul-Nya.
dibungkus agama. Pandangan keagamaan Mereka itu akan diberi rahmat oleh Allah;
klasik di atas kini berhadapan dengan sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha
modernitas. Kaum perempuan kini tengah Bijaksana”.
bergerak merengkuh masa depannya dan Dalam ayat di atas Allah Swt
mengubur masa lalu yang suram dan penuh menegaskan bahwa kewajiban amar ma’ruf
nestapa. Sejak awal abad 20 sejumlah negara (memerintahkan kebaikan) dan nahi munkar
Islam menggeliat menggugat otoritas (mencegah kemungkaran) dalam artian
patriakhi. Peminggiran perempuan dari seluas-luasnya, berlaku untuk laki-laki dan
ruang publik/politik disadari telah perempuan. Taklif (beban) perempuan sama
merugikan semua orang. Status perempuan dengan laki-laki dalam berbagai kewajiban
dalam hukum pada akhiratnya harus syari’at, kecuali sesuatu yang dikhususkan
mengalami perubahan. oleh Allah Swt bagi laki-laki atau perempuan.
Melalui amandemen dan revisi demi Ayat di atas menekankan satu bentuk
revisi atas Undang-Undang di negara-negara tanggung jawab manusia untuk berdakwah.
Indonesia, hak-hak perempuan mengalami Dalam perspektif dakwah, dunia politik
kemajuan demi kemajuan. Meski masih hanyalah salah satu media untuk berdakwah
belum cukup proporsional (adil) tetapi cita- (menyeru kepada kebaikan dan mencegah
cita perempuan untuk membangun masa kemungkaran).
depannya semakin terbuka lebar. Bagi Dalam firman Allah yang lainnya
Indonesia yang mayoritas penduduknya dalam surah an-Naml ayat 23:
beragama Islam, status yang setara bagi
‫يم‬ ِ ‫إِ يِّن وج ْدت امرأًَة َتَْلِ ُكهم وأُوتِيت ِمن ُك يل َشي ٍء وََلا عر‬
perempuan dan peluang mereka dalam ٌ ‫ش َعظ‬
ٌ َْ َ َ ْ ْ ْ َ َ ُْ َْ ُ َ َ
aktivitas-aktivitas politik sesungguhnya telah
Desi Purnamasari, M.Pem.I dan Iza Zubaidah, SH |31
AL-MURSHALAH, Vol. 3, No. 1, Januari – Juni 2017 • p-ISSN: 2442-7268 • e-2621-8240

Sesungguhnya aku menjumpai seorang wanita Dewan Perwakilan Rakyat Kabupaten (DPRK)
yang memerintah mereka, dan dia Tapaktuan Periode 2014-2019 dengan teknik
dianugerahi segala sesuatu serta mempunyai purpose sampling. Teknik pengumpulan data
singgasana yang besar” menggunakan observasi, wawancara dan
Dengan pemahaman tersebut, dokumentasi, sedangkan analisis data
perempuan memiliki tanggung jawab dakwah menggunakan reduksi, display dan verifikasi
yang sama dengan laki-laki, termasuk dapat atau trianggulasi.
pula hadir di kancah politik untuk
kepentingan dakwah. Dalam perspektif yang
HASIL PENELITIAN
lebih luas, dakwah bisa dipahami sebagai
1. Peran Politik Perempuan di
upaya menghadirkan perbaikan atau
reformasi serta menegakkan keadilan dan DPRK Aceh Selatan
kesejahteraan masyarakat.20 Kalau kita runut Menyikapi minimnya keterlibatan
sejarah kenabian, tercatat sejumlah besar perempuan dalam politik di Aceh Selatan
perempuan yang ikut memainkan peran sangatlah sulit, karena adanya budaya
publik bersama kaum laki-laki. patriakhi yang membudidaya sampai
Para isteri Nabi, seperti Khadijah, sekarang. Dalam hal ini beberapa politisi
‘Aisyah, Ummu Salamah, dan Faṭimah juga Aceh Selatan terutama politisi perempuan
tampil ke kancah publik. Mereka sering Aceh Selatan mengungkapkan faktanya.
terlibat dalam diskusi tentang tema-tema Yenny Roslijar, salah satu politisi
sosial dan politik, bahkan mengkritik perempuan di Aceh Selatan mengungkapkan,
kebijakan-kebijakan domestik maupun publik keterwakilan perempuan dalam kancah
yang patriakis. ‘Umār bin Khaṭab juga pernah politik saat ini khususnya di Aceh Selatan
mengangkat al Syifa, seorang perempuan masih minim. Kendati, kenyataannya
cerdas dan terpercaya, untuk jabatan perempuan masih menghadapi sejumlah
manager pasar di Madinah. kendala, mulai dari aturan partai, tatanan
Kiprah perempuan dalam arena sosial, kultur hingga kemampuan
publik juga dapat ditelusuri dalam pentas mengembangkan diri. Dampak dari
sejarah nasional bangsa Indonesia.
permasalahan ini, menjadikan perempuan
Perjuangan kaum perempuan di masa
cuma sebagai perlengkap dari partai
penjajah kolonial tak kalah heroiknya degan
kaum pria. Seperti yang kita kenal Cut Nyak semata.22 Lebih lanjut, ia mengungkapkan
Dhien, tokoh pejuang perempuan yang bagaimana perannya dalam pengambilan
tangguh asal Aceh, Cut Muetia, Malahayati keputusan di lembaga legislatif Kabupaten
dan pejuang perempuan lainnya. Oleh karena Aceh Selatan yang mana pengambilan
itu, upaya berbagai kalangan untuk menuntut keputusannya selalu didengar karena cuma
kuota 30% bagi perempuan dalam politik, dia (Yenny Rosnijar) yang memperjuangkan
cakupan relevan dengan dinamika hak-hak perempuan agar kebutuhan
masyarakat saat ini. perempuan selalu tersalurkan melalui
dirinya.23
METODE PENELITIAN Beliau juga mengungkapkan tidak ada
Penelitian ini tergolong kualitatif. satupun keputusan yang di sampaikan waktu
Kualitatif adalah penelitian yang rapat Paripurna yang tidak didengar. Karena
menghasilkan data deskriptif berupa kata- setiap anggota Dewan Perwakilan Rakyat
kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan berhak atau malah di wajibkan untuk
perilaku yang dapat diamati penelitian untuk mengambil keputusan yang bertujuan
melihat perilaku dalam situasi yang mensejahterakan rakyatnya. Maka dari pada
sebenarnya tanpa adanya rekayasa yang itu apapun hasil dari rapat tersebut selalu
terkadang terjadi pada penelitian tidak pernah merugikan masyarakat, malah
eksperimental.21 Adapun yang dijadikan
sampel dalam penelitian ini adalah anggota
_______________ _______________
20Amatullah, Kiprah Politik … hal. 3 22Hasilwawancara dengan Yenny Rosnijar
21Sayuṭī ‘Alī, Metodologi Penelitian Agama: (Anggota Komisi C DPRK Aceh Selatan),
Pendekatan Teori & Praktek, cet. 1 (Jakarta: Raja Tapaktuan, tanggal 12 April 2017.
Grafindo Persada, 2002), hal. 23. 23Ibid.

32| Peran Politik Perempuan dalam Pengambilan Keputusan


AL-MURSHALAH, Vol. 3, No. 1, Januari – Juni 2017 • p-ISSN: 2442-7268 • e-2621-8240

keputusan tersebut diutamakan untuk Dari sisi ini terlihat, partai politik
kemaslahatan masyarakat.24 sebenarnya merupakan faktor esensial dalam
Yenny Rosnijar juga mengungkapkan meningkatkan partisipasi perempuan
presentasi perempuan dalam politik yang menjadi wakil rakyat di Parlemen. Akan
kualitas minim atau 0% (nol persen) karena tetapi, partai politik tidaklah berdiri sendiri,
masih kurangnya pastispasi perempuan perlu dukungan dari pemerintah, tokoh
dalam politik.25 Dalam sistem pemilu, secara agama, LSM dan sistem pendidikan yang ada.
umum perempuan bisa di untungkan oleh Hasbullah berpendapat, fenomena
PRS (Proportional Representative System). politisi perempuan pada level nasional juga
Alasannya karena sistem proporsional ini berimbas pada level lokal, karena
memiliki jumlah kursi per-distrik yang lebih keterlibatan perempuan di Kabupaten Aceh
tinggi daripada plurality system. Jumlah kursi Selatan dalam politik sedikitnya mengikuti
yang tertinggi akan memberikan peluang dua pola yaitu. Pertama, para perempuan
partai memiliki lebih banyak kursi. Hal ini yang memperoleh jabatan politik bukan
berarti, semakin besar jumlah kursi untuk karena mereka memiliki kemampuan politik
partai maka besar juga peluang perempuan yang prima. Kedua, perempuan yang terjun
untuk terpilih. ke panggung politik karena memiliki
Pendapat seirama juga disampaikan kemampuan intelektual dan organisatoris28.
oleh Masliyah, jumlah keterwakilan Rustaman juga berpendapat bahwa realitas
perempuan di panggung politik masih terlalu politik perempuan di Aceh Selatan masih
minim. Hal ini dikarenakan, separuh lebih diwarnai bias gender yang pada akhirnya
penduduk Indonesia adalah perempuan, mengucilkan perempuan dari dunia politik
namun keterwakilan perempuan di parlemen formal. Hal itu disebabkan oleh (1) adanya
hanya sekitar 2,8% saja. Padahal sejak zaman legitimasi keagamaan yang mendukung
dahulu pun banyak perempuan yang telah diskriminasi gender dan (2) adanya
aktif terjun ke dunia politik. Setelah hegemoni negara dalam meminimalkan
kemerdekaan, jumlah mereka berkurang. peran perempuan dalam ranah politik.
Memang ada sedikit peningkatan di masa Ketiga, budaya politik kita masih menganut
Orde Baru, namun kebijakan politik Orde tradisi patriarki.29
Baru Menyebabkan peran perempuan saat itu Berbicara mengenai keterwakilan
hanya sebagai pelengkap bagi laki-laki.26 politik perempuan tidak dapat dilepaskan
Masliyah juga mengatakan yang perlu dari partisipasi politik perempuan secara
dicermati adalah jika bicara kuota saja umum. Hak ini dijamin dalam pasal 27 dan
misalnya bagi saya sudah merupakan sebuah pasal 28 UUD 1945 dan UU no.39 Tahun 1999
prestasi dari gerakan perempuan Indonesia tentang hak Asasi Manusia dengan bab
tetapi kita harus realitis melihat bahwa khusus mengenai hak-hak perempuan serta
memang politik di Indonesia itu belum diperkuat oleh Deklarasi PBB mengenai Hak
berubah. Tidak ada reformasi oleh partai Asasi Manusia. Konvensi PBB tentang hak-
politik (parpol), khususnya parpol lama hak politik perempuan diratifikasi dengan UU
masih menggunakan cara lama untuk no. 68 Tahun 1958, dan konvensi PBB
mencari kekuasaan yaitu dengan uang. tentang penghapusan segala bentuk
Makanya di parpol besar itu, kuota 30% tidak deskriminasi terhadap perempuan. Mengacu
dapat dicapai karena perempuannya miskin pada konvensi PBB mengenai konvensi
dan tidak punya uang untuk menyaingi tentang penghapusan segala bentuk
money politic yang dilakukan oleh politisi diskriminasi terhadap perempuan tersebut
laki-laki27. telah di sahkan pada tanggal 18 Desember

_______________ _______________
24Ibid. 28Hasil Wawancara dengan Hasbullah
25Ibid. (Ketua Komisi D di DPRK Aceh Selatan),
26Hasil Wawancara dengan Masliyah Tapaktuan, tanggal 11 April 2017.
(Sekretaris BPT2A), Tapaktuan, tanggal 09 April 29Hasil Wawancara dengan Rustaman

2017. (Sekretaris Komisi A di DPRK Aceh Selatan),


27Ibid. Tapaktuan, tanggal 02 Mei 2017.
Desi Purnamasari, M.Pem.I dan Iza Zubaidah, SH |33
AL-MURSHALAH, Vol. 3, No. 1, Januari – Juni 2017 • p-ISSN: 2442-7268 • e-2621-8240

1979 dan telah diratifikasi dengan Undang- dininabobokkan dengan konsumerisme31


Undang no. 7 tahun 1984.30 (gerakan atau gaya hidup) dan dalam
Dengan rendahnya partisipasi cengkraman kapitalisme32 (paham ekonomi).
perempuan dalam partai di Indonesia Yenny Rosnijar mengatakan faktor yang
tersebut secara tidak langsung telah menjadi pendukung perempuan dalam politik
merugikan perempuan itu sendiri. Padahal, yaitu masyarakat, keluarga dan bagi
sesungguhnya keterwakilan perempuan perempuan yang sudah bersuami setidaknya
sangat berarti karena seperti pendapat harus ada izin dari suami.33
Rustaman yang menyatakan dari segi Lebih lanjut, ia mengungkapkan
demokrasi, jumlah perempuan lebih dari bahwa faktor yang menjadikan politisi
setengah jumlah total total penduduk. Dari perempuan termarjinalkan, di antaranya (1)
segi penggunaan sumber daya, merupakan Kesalahan awal terjadi dari partai politik itu
penggunaan kemampuan intelektual sendiri, karena tidak mempersiapkan kader
perempuan. Dari segi kesetaraan, perempuannya sejak awal dan (2) Dengan
keterwakilan dari perempuan untuk diberikannya kuota sebesar 30%, belum
perempuan sama halnya dengan tuntutan menempatkan kader perempuan pada posisi
atas keterwakilan dari rakyat untuk rakyat. yang menguntungkan, sebab salah satu
Dari segi keterwakilan, banyak penelitian kebajikan parpol saat ini adalah setiap calon
empiris yang menunjukkan bahwa bila yang maju sebagai kandidat harus memenuhi
perempuan tidak terlibat dalam pengambilan syarat administrasi di samping persyaratan
keputusan, maka kepentingan mereka tidak lainnya.34
dipertimbangkan secara sungguh-sungguh. Penyebab kurangnya partisipasi
Pemahaman inilah yang mengakar perempuan di Aceh ini adalah kurangnya rasa
kuat dalam tradisi masyarakat kita sehingga percaya terhadap kaum perempuan itu
peran perempuan semakin dijauhkan dalam sendiri. Dikarenakan mereka berfikir bahwa
ranah politik. Namun, pada dasarnya kaum perempuan tersebut tidak layak dan
anggapan ini tidak sepenuhnya dapat tidak pantas untuk menjadi pemimpin
dibenarkan. Kekuasaan dalam kancah politik maupun menjadi anggota Dewan Perwakilan
sebenarnya merupakan gabungan antara Rakyat. Karena kurangnya rasa percya
sifat-sifat maskulin dan feminin. Sehingga tersebut membuat kaum perempuan
kekuasaan dapat diraih oleh siapa saja, baik termajinalkan dari para laki-laki.
oleh kaum laki-laki maupun kaum Untuk itu, alternatif yang perlu di
perempuan. kembangkan adalah mempresentasikan
2. Faktor Penghambat Keterwakilan jumlah perempuan di parlemen melalui
Perempuan di Lembaga Legislatif sistem kuota. Sistem kuota telah di
Kendala utama yang menjadi perjuangkan di berbagai LSM seperti KPPI
penyebab peran politik perempuan masih (Kaukus Perempuan Politik Indonesia) dan
sangat kurang disebabkan oleh laki-laki dan KPPI (Kaukus Perempuan Parlemen
perempuan dalam memandang dan Indonesia), yang peduli terhadap
menyikapi permasalahan perempuan itu keterwakilan perempuan di parlemen untuk
yang lemah. Karena budaya Patriakhi masih diterapkan pada pemilihan mendatang.
mengakar dan mendominasi dalam Posisi keterwakilan perempuan
kehidupan masyarakat. Bahakan dalam Indonesia di parlemen hingga saat ini
lingkungan terkecil seperti keluarga bahwa memang rendah jika di bandingkan rata-rata
kedudukan laki-laki sangatlah kuat. presentasi perempuan di Asia. Padahal di
Perempuan dipersepsikan sebagai orang negara-negara itupun tidak memiliki sistem
kelas dua yang seharusnya di rumah dan
_______________
31http;//kbbi.web.id/konsumerisme,

tanggal 10 April 2017


_______________ 32Ibid
30Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1984, 33Hasil wawancara dengan Yenny Rosnijar

tentang “Pengesahan Konvensi Mengenai (Anggota Komisi C DPRK Aceh Selatan),


Penghapusan Segala Bentuk Diskriminasi Tapaktuan, tanggal 12 April 2017.
Terhadap Wanita.” 34Ibid.

34| Peran Politik Perempuan dalam Pengambilan Keputusan


AL-MURSHALAH, Vol. 3, No. 1, Januari – Juni 2017 • p-ISSN: 2442-7268 • e-2621-8240

politik yang memihak pada perempuan. Pada persoalan-persoalan perempuan selalu


negara ini tidak ada peraturan pemerintah menjadi agenda politik laki-laki. (c)
atau negara yang memberikan prefensi dan Perempuan membawa gaya dan nilai politik
peluang kepada perempuan untuk terlibat yang berbeda.
dalam politik, tetapi partai politiknya yang Minimnya partisipasi perempuan
berinisitif dan memperjuangkan dalam politik di DPRD Kabupaten Aceh
keterwakilan perempuan dalam daftar Selatan diperparah dengan posisi mereka
kandidat sehingga setiap tiga atau lebih yang tidak mendapat porsi maksimal bahkan
politisi itu terpilih, terdapat nama terkesan hanya sekedar sebagai pelengkap
perempuan di dalamnya. saja. Kesan ini dapat dirujuk bahwa keempat
Menurut T. Zulhelmi, ada tiga faktor perwakilan perempuan di lembaga legislatif
yang menentukan keterwakilan perempuan adalah dari partai besar yang berbeda
di lembaga legislatif, yaitu: (1) faktor budaya sehingga dapat dimaknai keterwakilan
yang ditumbuhkembangkan yang cenderung mereka hanya untuk daya tarik mobilisasi
berpengaruh negatif terhadap keterwakilan masa perempuan demi kemenangan partai.
perempuan di dunia politik; (2) tingkat
pendidikan dan keterampilan perempuan PEMBAHASAN
dan (3) sistem pemilu dan sistem kuota.35 Posisi keterwakilan perempuan
Hasbullah juga berpendapat, secara umum Indonesia di parlemen hingga saat ini
sosok politisi perempuan Indonesia yang memang rendah jika di bandingkan rata-rata
muncul di posisi “atas” saat pemilu 2014 presentasi perempuan di Asia. Padahal di
bukan sepenuhnya akibat kapabilitas dirinya negara-negara itupun tidak memiliki sistem
sendiri, tetapi ada faktor lain, yaitu seperti politik yang memihak pada perempuan. Pada
faktor geonologis. Sebut saja nama Megawati, negara ini tidak ada peraturan pemerintah
Rachmawati dan Sukmawati bisa langsung atau negara yang memberikan prefensi dan
melejit dan mendapatkan dukungan yang peluang kepada perempuan untuk terlibat
tidak sedikit, tak lain karena Soekarno. dalam politik, tetapi partai politiknya yang
Realitas politik perempuan Indonesia berinisiatif dan memperjuangkan
memang terlihat begini adanya. Jika memang keterwakilan perempuan dalam daftar
benar, maka perempuan masih belum bisa kandidat sehingga setiap tiga atau lebih
membongkar konspirasi rezim laki-laki, politisi itu terpilih, terdapat nama
sebab popularitas perempuan Indonesia perempuan di dalamnya.
masih mengekor pada Bapaknya. Dengan Beberapa langkah yang dapat
kata lain, perempuan belum bisa mandiri.36 ditempuh dalam upaya pemberdayaan politik
Selain harus terwakili perempuan adalah (1) membangun kebijakan
kepentingannya, perempuan juga harus yang strategis dan persuasif dalam rangka
terlibat dalam politik karena adanya faktor- mewujudkan persamaan pandangan,
faktor yang saling berkaitan seperti berikut persepsi, dan langkah, sehingga tidak
ini (a) Sebuah pemerintahan oleh laki-laki menjadikan hal yang krusial dalam upaya
untuk laki-laki tidak dapat mengklaim meningkatkan potensi perempuan melalui
menjadi sebuah pemerintahan oleh rakyat peningkatan kualitas maupun kuantitas. (b)
untuk rakyat. (b) Perempuan pada dasarnya memfasilitasi penataan kembali penguatan
adalah pelaku politik yang lebih bisa terhadap kelembagaan politik perempuan
memahami kepentingan dan kebutuhan yang telah ada seperti Kaukus Politik
mereka sendiri dengan lebih baik. Padahal, Perempuan Indonesia dan penguatan
selama ini umumnya segala keputusan dan jaringan antar organisasi perempuan serta
kebijakan yang berkaitan dengan isu-isu dan dengan pers atau media masa dalam bentuk
jaringan kerja (Net Working) untuk
_______________ membentuk opini dan kekuatan serta
35Hasil Wawancara dengan T. Zulhelmi
mendorong perempuan sebagai anggota
(Katua DPRK Aceh Selatan), Tapaktuan, tanggal
11 April 2017.
partai politik terutama dalam menyusun dan
36Hasil Wawancara dengan Hasbullah menetapkan Tema Politik untuk kampanye
(Ketua Komisi D di DPRK Aceh Selatan), khususnya mengenai isu-isu perempuan
Tapaktuan, tanggal 11 April 2017. menghadapi Pemilu 2019 nantinya.
Desi Purnamasari, M.Pem.I dan Iza Zubaidah, SH |35
AL-MURSHALAH, Vol. 3, No. 1, Januari – Juni 2017 • p-ISSN: 2442-7268 • e-2621-8240

(c) memprioritaskan kegiatan pendidikan KESIMPULAN


politik dan dapat tersusunnya modul Dari hasil penelitian dan pembahasan
pendidikan politik yang bersifat nasional di atas, dapat disimpulkan, yaitu:
sesuai dengan tuntutan perkembangan 1. Minimnya partisipasi perempuan dalam
dinamika politik secara global guna politik di Aceh Selatan terlihat dari
menunjang peningkatan kualitas sedikitnya jumlah perempuan yang
kelembagaan politik. menduduki jabatan publik dan politik,
Aturan mengenai keterwakilan salah satunya adalah lembaga legislatif.
perempuan dalam politik tertuang dalam Dari jumlah penduduk Aceh Selatan dan
pasal 65 UU No. 2 Tahun 200337 tentang sebagian besarnya perempuan hanya
pemilu. Namun, dalam pelaksanaannya satu orang yang terpilih menjadi anggota
perempuan yang berhasil masuk dalam legislatif periode tahun 2014-2019. Hal
pentas politik tahun 2014 masih kurang dari ini jauh dari jumlah minimal 30% yang
30% walaupun dalam pencalonannya diamanatkan dalam Undang-Undang
melebihi dari kuota 30%. Jumlah perempuan nomor 2 Tahun 2008.
yang terpilih menjadi anggota legislatif hanya 2. Fakta ini menunjukkan bahwa jumlah
bagian yang sedikit dari jumlah keseluruhan. keterwakilan perempuan di lembaga
Hal ini menunjukkan bahwa perempuan tidak legislatif tidak mengurangi eksistensi
ditempatkan pada posisi-posisi yang mereka dalam pengambilan keputusan
berpeluang terpilih, yaitu berdasarkan nomor di lembaga tersebut. Namun demikian,
urut dan daerah pemilihan. dengan semakin banyaknya perempuan
Dari pengalaman pemilu 2014 berkiprah di dunia politik di harapkan
tersebut, terbukti bahwa walaupun Undang- ada lebih banyak ide dan gagasan dalam
Undang telah mengatur keterwakilan pembangunan daerah terutama yang
perempuan dalam pentas politik. Partai- berkaitan dengan kaum perempuan.
partai politik hanya menjalankan aturan itu
sekedar formalitas saja. Untuk itu perlu SARAN-SARAN
dibuat aturan sanksi yang tegas bagi partai Dari kesimpulan di atas, dapat
politik yang tidak mencalonkan 30% disarankan, yaitu:
perempuan dalam pencalonan Pemilu 1. Dapat memberikan wawasan terhadap
Legislatif dan menempatkan calon masyarakat khusus perempuan untuk
perempuan dalam daftar calon tetap lebih membuka pandangannya terhadap
diurutkan secara selang-seling antara jenis kaumnya sendiri agar kedudukan
kelamin yang berbeda. perempuan tidak terbelakangi;
Dari penjelasan di atas dapat di pahami 2. Tokoh-tokoh perempuan yang kini
bahwa kemajuan maksimal yang sudah dapat berada dalam barisan elite, sudah
dicapai dari aspek pembangunan hukum di saatnya segera memilih media yang
bidang politik guna mengejar ketertinggalan paling canggih untuk melemparkan isu
perempuan untuk mendapatkan kesempatan kesetaraan yang dituntutnya ke tengah-
yang sama dan setara berperan dengan laki- tengah publik seluas-luasnya, agar
laki, peraturan perundang-undangan politik perempuan-perempuan yang kini masih
terebut harus diimplementasikan untuk banyak terkurung dalam kotak-kotak
dapat mewujudkan budaya politik demokrasi dan kelas-kelas sosial yang penuh
berdasarkan perspektif gender atau tidak kegelapan segera mendengar dan
deskriminasi gender guna meminalisasi meresponnya.
dominasi budaya politik patriakhi.

_______________
37Undang-undang Nomor 12 Tahun 2003,
tentang “Pemilihan Umum Anggota Dewan
Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah,
dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah.”
36| Peran Politik Perempuan dalam Pengambilan Keputusan
AL-MURSHALAH, Vol. 3, No. 1, Januari – Juni 2017 • p-ISSN: 2442-7268 • e-2621-8240

DAFTAR BACAAN

‘Abdullah. (2008). Kamus Besar Bahasa Indonesia, Edisi Keempat, Surabaya: Erlangga.
‘Aini, Siti Nur. (2009). “Analisis Terhadap Peran Politik Perempuan di Lembaga Legislatif
Kabupaten Rembang Tahun 2004-2009,” Skripsi, Fakultas Syari’ah IAIN Walisongo Semarang.
‘Alī, Sayuṭī (2002). Metodologi Penelitian Agama: Pendekatan Teori & Praktek, cet. 1 (Jakarta: Raja
Grafindo Persada.
Astrid Anugraha. (2009). Keterwakilan Perempuan dalam Politik, Cet ke-2, Jakarta: Pancuran Alam.
Burhanudin. “Islamisme, PKS dan Representasi Politik Perempuan. Diakses melalui situs
http://PKRS.indonesia.go.id./
Hastuti, Kurniawati. (2004). “Belajar dari Kemenangan Perempuan Australia,” Harian Kompas.
Mernisi, Fatimah. (2003). Perempuan Di antara Logika dan Kekuasaan, Jakarta: Qanita.
Pasaribu, Elvy. (2000). Indonesia Masa Depan dari Perspektif Perempuan (Salatiga: Yayasan Bina
Darma.
Saebani, Beni Ahamd. (2015). Fiqh Siyasah: Pengantar Ilmu Politik Islam, Bandung: Pustaka Setia.
Sensus Biro Pusat, Perempuan Tahun 2000, Republika Online, diakses melalui situs:
www.republika.or.id.
Shafiyyah, Amatullah dan Haryati Soeripno. (2003). Kiprah Politik Muslimah Konsep dan
Implementasinya, Jakarta: Gema Insani.

Undang-Undang
Undang-Undang (2008), tentang Pemilu dan Partai Politik, Yogyakarta: Gradien Mediatama.
Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1984, tentang “Pengesahan Konvensi Mengenai Penghapusan
Segala Bentuk Diskriminasi Terhadap Wanita.”
Undang-undang Nomor 12 Tahun 2003, tentang “Pemilihan Umum Anggota Dewn Perwakilan
Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah.”

Hasil Wawancara
Hasil Wawancara dengan Yenny Rosnijar (Anggota Komisi C DPRK Aceh Selatan), Tapaktuan,
tanggal 12 April 2017.
Hasil Wawancara dengan Masliyah (Sekretaris BPT2A), Tapaktuan, tanggal 09 April 2017.
Hasil Wawancara dengan Hasbullah (Ketua Komisi D di DPRK Aceh Selatan), Tapaktuan, tanggal 11
April 2017.
Hasil Wawancara dengan Rustaman (Sekretaris Komisi A di DPRK Aceh Selatan), Tapaktuan,
tanggal 02 Mei 2017.
Hasil Wawancara dengan T. Zulhelmi (Katua DPRK Aceh Selatan), Tapaktuan, tanggal 11 April
2017.

Desi Purnamasari, M.Pem.I dan Iza Zubaidah, SH |37

Anda mungkin juga menyukai