Anda di halaman 1dari 6

SEMINAR PROPOSAL

Nama/NIM Dicky Rifaldo / 1801123834

Judul Faktor Penurunan Angka Keterwakilan Perempuan di DPRD


Kabupaten Rokan Hulu Tahun 2019
Jadwal Seminar Kamis, 15 September 2022 / 10.30 WIB
Tempat Menyesuaikan (online)
Tim Seminar 1. Adlin, S.Sos, M.Si
2. Fadhiilatun Nisaa, M.I.P
3. Dr. Ali Yusri, MS

Masukan tim:

1. Adlin, S.Sos, M.Si

 Terjadinya penurunan suara lebih dari 50%. Ini merupakan penelitian yang
menarik.
 Coba telusuri latar belakang 2 perempuan pemenang pileg. Latar belakang
pendidikan dan latar belakang keluarganya. Apakah mempunyai keluarga yang
berkecimpung di dunia politik juga ?
 Pertegas latar belakang masalah, liat caleg-caleg yang lain. Mengapa mereka
gagal terpilih di pileg.

2. Dr. Ali Yusri, MS

 Coba cari teori terkait keterwakilan perempuan di politik yang cocok dengan
penelitian anda
 Fokus pada factor penyebab naik atau turunnya keterwakilan perempuan di politik
 Deskripsikan fenomena yang terjadi di lapangan dalam latar belakang.
3. Fadhiilatun Nisaa, M.I.P

 Dalam latar belakang masukkan kenapa urgensi atau penting adanya keterwakilan
perempuan di legislative.
 Pada daftar pustaka tidak terdapat buku mengenai perempuan dan politik. Silakan
dibaca, dipahami dan gunakan teori yang sesuai.
 Gunakan konsep sistem pemilu dan keterwakilan politik di Indonesia.

Kesimpulan:

1. Ubah sesuai saran dan masukan tim


2. Konsultasi kembali dengan pembimbing
3. Waktu perbaikan 1 bulan
4. Setelah tim semua menyetujui revisi proposal, wajib lapor ke jurusan.
JAWABAN MASUKAN DARI DOSEN – DOSEN

A. Adlin S.Sos, M.Si

1. Penurunan suara hingga 50%?

2. Latar belakang Pendidikan dan keluarga pemenang pileg? Adakah yang

berkecimpung dalam dunia politik juga?

Jawaban: tidak ada data keluarga yang bisa didapatkan terkait caleg perempuan yang

terpilih menjadi anggota legislative DPRD (Hj. Sumiartini dan Hasmeri Yulinawati).

Namun, ditemukan informasi bahwa terpilihnya Hj. Sumartini sebagai anggota

legislative dalam DPRD dikarenakan beliau telah memiliki pengalaman dalam

menduduki kursi anggota legislative pada periode sebelumnya, dan juga disebabkan

karena kurangnya semangat partisipasi dari kaum perempuan untuk mencalonkan diri

dalam pemilihan anggota legislative DPRD. Sehingga, dengan 2 (dua) factor kondisi

tersebut, maka dapat menjadi factor pendukung yang cukup kuat untuk bisa

memberikan ilmu pada Hj. Sumartini untuk dapat menguasai medan dalam dunia

pemilihan legislative, dan dapat memenangkan beliau dari pemilihan calon legislative

DPRD pada periode berikutnya.

3. Latar belakang caleg – caleg yang lain mengalami kegagalan dalam pemilihan

legislative.

Jawaban: Terjadinya kegagalan pada caleg – caleg yang lain disebabkan oleh tidak

optimalnya kaderisasi politik. Terdapat dugaan “main comot caleg perempuan” yang

dilakukan partai untuk mengisi kuota 30% caleg perempuan agar bisa diajukan ke

KPU. Ketua DPC Demokrat Rohul Kelmi Amri menyebutkan bahwa sangat sulit

mendapatkan calon perempuan untuk memenuhi kuota 30%. Menurutnya, banyak


perempuan yang tidak mau maju menjadi calon legislative (caleg) pada pemilu yang

diselenggarakan.

B. Dr. Ali Yusri, MS

1. Teori terkait keterwakilan perempuan di politik

Dalam penelitian yang dilakukan oleh Dessy Artina yang berjudul “Keterwakilan

Politik Perempuan dalam Pemilu Legislatif Provinsi Riau Periode 2014-2019”,

disebutkan bahwa masih sulit menemukan perempuan yang benar-benar siap untuk

masuk ke kancah politik yang memang berdasarkan keinginan sendiri, kemampuan,

dan pengalaman sendiri. Ketidaksiapan tersebut bukan hanya karena faktor diri

sendiri tetapi juga karena faktor eksternal, seperti budaya, agama, pemahaman dan

perspektif masyarakat terhadap perempuan, oleh karena itu perlunya peran

perempuan dalam parlemen supaya isu-isu terkait perempuan dapat diangkat

disampaikan di parlemen supaya isu-isu terkait perempuan dapat diangkat

disampaikan di parlemen.

2. Fokus pada factor penyebab naik atau turunnya keterwakilan perempuan di politik?

Faktor penyebab naik atau turunnya keterwakilan perempuan di politik disebabkan

oleh masih adanya system diskriminasi antara pihak laki – laki dan perempuan. Selain

itu, masih adanya keterikatan pada beberapa daerah terhadap adat istiadat dan norma

– norma budaya, agama, dan perspektif tertentu yang berlaku dalam lingkungan

tersebut, seperti contohnya keyakinan bahwa kaum laki – laki harus berada di depan

kaum perempuan. Beberapa daerah yang meyakini keyakinan tersebut menyebabkan

rendahnya partisipasi perempuan dalam pemilihan legislative.


3. Deskripsikan fenomena yang terjadi di lapangan dalam latar belakang?

C. Fadhiilatun Nisaa, M.I.P


1. Dalam latar belakang masukkan kenapa urgensi atau penting adanya keterwakilan
perempuan di legislative.
Sebagaimana adanya kesetaraan gender antara laki – laki dan perempuan, maka
perempuan juga memiliki hal yang sama untuk mengisi keterwakilan dalam
pemilihan legislative. Pendapat Rod Hague et al dalam Miriam Budiardjo
mengatakan: politik adalah kegiatan yang menyangkut cara bagaimana kelompok-
kelompok mencapai keputusan-keputusan yang bersifat kolektif dan mengikat melalui
usaha untuk mendamaikan perbedaan-perbedaan di antara anggotaanggotanya.
Sementara Miriam Budiardjo menyatakan bahwa unsur dari politik yang diambil dari
beberapa pendapat ahli ada lima yaitu: negara (state), kekuasaan (power),
pengambilan keputusan (decision making), kebijakan (policy, beleid) dan pembagian
kekuasaan (distribution) atau alokasi (allocation).
Di dalam politik, penting keterlibatan semua warganegara baik laki-laki maupun
perempuan, terutama di lembaga Legislatif. Partisipasi dan keterwakilan perempuan
di Legislatif, sebagai anggota legislatif sangat penting karena terkait dengan
representasi politik. Anggota Legislatif merupakan representasi rakyat yang dipilih
melalui pemilihan umum. Oleh sebab itu, seharusnya anggota legislatif yang berasal
kader dari partai politik tertentu tidak hanya loyal pada parpol dan kebijakan parpol,
tetapi juga loyal pada pemilih. Dengan demikian, wakil rakyat anggota parlemen
terpilih seharusnya tidak hanya didasarkan pada kriteria statistik dan matematika,
seperti yang berkembang selama ini dalam pemilu, tetapi juga dipilih lewat kriteria
kepentingan dan aspirasi yang ada diberbagai kalangan dalam masyarakat di negeri
itu agar kepentingan minoritas juga terlindungi dan mendapat tempat.
Aan Philips dalam bukunya yang berjudul The Politics Of Presence (1998)
menuangkan gagasannya: wakil rakyat perempuan di parlemen bukan hanya
dimaknai dengan jumlah (numbers) tetapi juga dimaknai bahwa kehadiran mereka di
parlemen memang bermakna dan bisa membawa ide dan gagasan yang bisa
merepresentasikan kepentingan konstituen (politics of presence)
2. Pada daftar pustaka tidak terdapat buku mengenai perempuan dan politik. Silakan
dibaca, dipahami dan gunakan teori yang sesuai.
3. Gunakan konsep sistem pemilu dan keterwakilan politik di Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai