Disusun Oleh
Emelia Dwinta (5012111033)
Nadhiroh Ulumiyah (5012111054)
Sabna (5012111057)
Reysia Putri Maisahrani (5012111058)
Salsabila Tania (5012111060)
Adanya perspektif bahwa politik hanya untuk para maskulin membuat jumlah
keterlibatan perempuan dalam politik tidak terwakili dan tercerminkan secara proporsional dan
signifikan. Terutama dalam lembaga maupun sektor strategis pengambilan keputusan /
kebijakan serta pembuatan hukum formal. Selama ini fakta yang bisa kita lihat ketika
terlaksanakanya pemilihan umum (pemilu), masyarakat akan dominan memilih calon laki-laki
karena sudah tertanamnya kepercayaan bahwa seorang pemimpin identik dengan laki-laki,
masyarakat juga percaya bahwa laki-laki lah yang berhak mengambil keputusan, baik dalam
keluarga, maupun di tempat kerja. Sehingga pilihan calon perempuan politik masih sebagai
opsi kedua untuk menduduki posisi dalam politik (jabatan politik). Asumsi minimnya
masyarakat yang memilih calon perempuan dapat kita lihat dari data sejarah politik Indonesia.
Dimana sejak di lakukannya pemilu untuk pertama kalinya pada tahun 1995 (Siti dan sakaria,
2015). Asumsi-Asumsi ini merupakan bagian dari Budaya patriarki yang membuat kesempatan
perempuan terbatasi.
Karena inilah penelitian tertarik untuk menelaah lebih dalam mengenai asumsi-asumsi
patriarki yang membatasi kesempatan perempuan terutama dalam ranah politik. Karena
Meskipun perempuan sudah terlibat dalam perpolitikan di Indonesia saat ini, dengan cara turut
berpartisipasi dalam politik, namun hasilnya tidak begitu memuaskan.
B. Metode penelitian
A. Pendekatan Penelitian
B. Jenis Penelitian
Melalui penggunaan pendekatan studi kasus, suatu teknik kualitatif yang melibatkan
pengumpulan data dari berbagai sumber untuk memeriksa suatu contoh kasus tertentu secara
lebih rinci. Menurut Creswell (2014) studi kasus adalah suatu strategi penelitian untuk
mengkaji sesuatu secara menyeluruh dengan mengumpulkan informasi yang komprehensif
dengan menggunakan berbagai teknik pengumpulan data. Studi kasus merupakan metode
utama yang digunakan dalam penelitian untuk menyampaikan pendapat subjek penelitian.
Studi kasus memberikan pembaca gambaran rinci tentang kasus apa yang ditemukan. Interaksi
antara peneliti dan subjek penelitian dapat ditunjukkan secara efektif melalui studi kasus.
1. Studi pustaka
2. Studi Literatur
Menurut Sugiyono (2019), analisis data dalam penelitian kualitatif dilakukan saat
pengumpulan data sedang berlangsung, kemudian setelah selesai pengumpulan data dalam
waktu yang telah ditentukan.
Hal ini dilakukan dengan mengkategorikan data, membaginya menjadi unit-unit yang
lebih kecil, mensintesisnya, dan menyusunnya menjadi pola-pola. Selain itu, teknik analisis
data melibatkan pemilihan informasi yang relevan untuk dipelajari dan menarik kesimpulan
yang mudah dipahami baik oleh diri sendiri maupun orang lain.
1. Pengumpulan Data
Tahapan ini meliputi pemindaian dokumen, pemasukan data dari sumber jurnal
yang berkaitan, atau pengklasifikasian dan pengorganisasian data menurut sumber
jurnal yang berkaitan.
2. Reduksi Data
3. Penyajian Data
4. Penarikan Kesimpulan
C. Landasan Teori
D. Tinjauan Pustaka
1. Kesetaraan Gender
Kesetaraan gender adalah suatu kondisi adil untuk perempuan dan laki-laki melalui
proses budaya dan kebijakan yang menghilangkan hambatan-hambatan berperan bagi
perempuan dan laki-laki (Herien Puspitawati, 2013). Kesetaraan gender juga dapat diartikan
sebagai sebuah prinsip yang menuntut pemberian mengenai hak, tanggungjawab, serta peluang
yang sama kepada semua individu, tanpa memandang jenis kelamin mereka. Dalam hal ini
menegaskan bahwa perempuan dan laki-laki seharusnya memiliki akses yang setara dalam
berbagai aspek kehidupan seperti pendidikan, pekerjaan, pengambilan keputusan, serta
keaktifan dalam berpartisipasi di ruang publik terutama dalam ranah politik. Pada dasarnya
implementasi kesetaraan gender bukan hanya tentang memberikan hak yang sama antar kedua
belah pihak saja, namun juga mengatasi ketidaksetaraan structural dan normative yang dimana
dapat menghambat perempuan dalam mencapai potensi yang ada pada diri mereka. Hal ini
nyata nya tak lepas dari perubahan norma sosial, budaya dan kebijakan yang mendukung peran
aktif perempuan dalam semua aspek kehidupan.
2. Stereotip Gender
Stereotip gender merujuk pada sebuah pandangan umum yang dimana menggambarkan
sebuah ketidakadilan yang diterapkan pada individu berdasarkan jenis kelamin mereka.
Stereotip gender nyata nya dapat mempengaruhi persepsi masyarakat terhadap peran, sifat,
serta kemampuan yang dianggap cocok atau sesuai untuk laki-laki maupun perempuan.
Misalnya dapat kita artikan bahwa adanya stereotip gender yang mungkin mengganggap bahwa
laki-laki lebih kuat dan rasional, sementara itu perempuan lebih cenderung lembut dan
emosional. Stereotip gender dapat muncul dalam berbagai konteks, termasuk di rumah tangga,
tempat kerja, media massa dan dalam ruang public. Dimana mereka cenderung membentuk
sebuah norma-norma sosial yang dimana dapat membatasi pilihan dan peluang individu
berdasarkan jenis kelamin mereka.
3. Struktur Politik
Struktur politik merujuk pada sebuah kumpulan organisasi dan hubungan kekuasaan di
dalam sebuah entitas politik, seperti negara atau pemerintahan. Konsep ini mencakup berbagai
elemen, termasuk lembaga-lembaga pemerintahan, system politik, proses pengambilan
keputusan, dan distribusi kekuasaan. Dalam konteks ini, struktur politik membentuk sebuah
kerangka kerja untuk bagaimana keputusan politik dibuat, diimplementasikan, dan diawasi.
Sistem politik juga merujuk pada cara kekuasaan politik didistribusikan dan dijalankan dalam
suatu negara. Sistem demokrasi yang dimana mendasarkan kekuasaan pada partisipasi raykat,
sementara system otoriter cenderung menempatkan kekuasaan pada individua tau kelompok
kecil. Struktur politik nyata nya harus mengedepankan berbagai partisipasi disemua kalangan
masyarakat, terutama keterwakilan partisipasi politik yang didasarkan pada jenis kelamin.
Sehingga nantinya struktur politik yang ada dapat mencerminkan kesetaraan gender, karena
tidak menutup kemungkinan bahwa semua kalangan dapat ikut serta aktif dalam ranah politik
Penelitian Terdahulu
Penelitian terdahulu merupakan upaya para peneliti untuk mencari perbandingan dan
menghasilkan ide-ide baru untuk penelitian lebih lanjut. Penelitian terdahulu ini membantu
peneliti dalam menunjukkan orisinalitas temuan mereka. Pada penelitian terdahulu ini peneliti
melampirkan sejumlah penelitian terdahulu yang dirasa relevan terkait dengan penelitian yang
hendak dilakukan, kemudian membuat ringkasan mengenai penelitian terdahulu tersebut.
Berikut beberapa penelitian terdahulu tersebut yaitu:
Penelitian terdahulu tentang jurnal pertama yang dilakukan oleh Kiftiyah, A. (2019)
dalam penelitiannya yang berjudul "Perempuan dalam Partisipasi Politik di Indonesia". Hasil
penelitiannya adalah sesuai dengan Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2008 dan Undang-
Undang Nomor 7 Tahun 2017, Indonesia telah memfasilitasi partisipasi perempuan dalam
politik. Namun kenyataannya, yang terjadi justru sebaliknya partisipasi perempuan dalam
politik sebagai legislator belum dilaksanakan secara maksimal. Hal ini terjadi karena laki-laki
yang tertarik pada politik nasional melakukan diskriminasi terhadap perempuan berdasarkan
latar belakang agama dan budaya.
Penelitian terdahulu tentang jurnal kedua yang dilakukan oleh Hasanah, U., &
Musyafak, N. (2017) dalam penelitiannya yang berjudul "Gender and politics: Keterlibatan
Perempuan dalam Pembangunan Politik". Hasil penelitiannya adalah gender sebagai proses
"konstruksi sosial" di masyarakat. Penciptaan kerangka konseptual dan budaya linguistik
dikenal sebagai konstruksi sosial. Lalu, terdapat peran yang dapat dimainkan oleh laki-laki dan
perempuan dalam upaya mengungkapkan gender dalam pertumbuhan; peran tidak harus sama.
Penelitian terdahulu tentang jurnal ketiga yang dilakukan oleh Nimrah, S., & Sakaria,
S. (2015) dalam penelitiannya yang berjudul "Perempuan dan Budaya Patriarki dalam Politik:
Studi Kasus Kegagalan Caleg Perempuan dalam Pemilu Legislatif 2014". Hasil penelitiannya
adalah pola pemilihan laki-laki dan perempuan untuk menduduki jabatan legislatif dipengaruhi
oleh sejumlah faktor. Budaya ‘patriarkal’ adalah faktor utama. Partai politik adalah faktor
kedua. Ketiga, media khususnya. Persoalan keempat adalah kurangnya jaringan antar partai
politik, LSM, dan organisasi massa untuk mendorong keterwakilan perempuan. Hal inilah yang
menjadi alasan mengapa masyarakat secara konsisten meyakini bahwa perempuan adalah
bagian dari rumah tangga dan bahwa politik adalah wilayah laki-laki, sehingga melanggengkan
anggapan bahwa perempuan lebih rendah dari laki-laki.
E. Pembahasan
1. Kendala yang dihadapi perempuan sehingga minimnya keterlibatan dalam
politik.
Kehadiran perempuan dalam dunia politik tentunya menjadi topik yang banyak
diperbincangkan oleh para analis politik. Dibandingkan negara lain, perempuan di Indonesia
dikatakan memiliki peran yang lebih maju di bidang ekonomi dan bidang lainnya. Namun
perempuan Indonesia masih belum bisa berpartisipasi penuh dalam kehidupan politik karena
hambatan budaya. Keterlibatan perempuan dalam politik terbatas pada gerakan-gerakan
tertentu. Tapi banyak perempuan yang memasuki dunia politik tidak menyadari akan hal ini.
2. Kesimpulan
Adi, J., Razak, F. S. H., & Kurniawan, H. (2022). Persepsi Masyarakat Terhadap Perempuan
di Ranah Politik Lokal Kabupaten Bulukumba. Kolaborasi: Jurnal Administrasi
Publik, 8(1), 122-137.
Afif, N., Ubaidillah, A., & Sulhan, M. (2020). Konsep Kesetaraan Gender Perspektif Fatima
Mernissi dan Implikasinya dalam Pendidikan Islam. IQ (Ilmu Al-qur'an): Jurnal
Pendidikan Islam, 3(02), 229-242.
Fadli, M. R. (2021). Memahami desain metode penelitian kualitatif. Humanika, Kajian Ilmiah
Mata Kuliah Umum, 21(1), 33-54.
Hasanah, U., & Musyafak, N. (2017). Gender and politics: Keterlibatan perempuan dalam
pembangunan politik. Sawwa: Jurnal Studi Gender, 12(3), 409-432.
Kiftiyah, A. (2019). Perempuan dalam partisipasi politik di Indonesia. Yinyang: Jurnal Studi
Islam Gender dan Anak, 14(1), 1-13.
Muslimat, Ade. 2020. Rendahnya Partisipasi Wanita Di Bidang Politik. Jurnal Studi Gender
dan Anak. Vol. 7 No. 2.
Nimrah, S., & Sakaria, S. (2015). Perempuan dan budaya patriarki dalam politik: Studi kasus
kegagalan caleg perempuan dalam pemilu legislatif 2014. The Politics: Jurnal Magister
Ilmu Politik Universitas Hasanuddin, 1(2), 173-181.
Oktavia W. K ,& Hamdan N. R, (2022) Upaya Korea Women’s Assosiation United Dalam
Memperjuangkan Kesetaraan Gender di Ranah Politik Korea Selatan: Jurnal Ilmu
Sosial, Politik dan Humaniora.