Anda di halaman 1dari 30

PROPOSAL PENELITIAN

FAKTOR PENURUNAN ANGKA KETERWAKILAN PEREMPUAN DI


DPRD KABUPATEN ROKAN HULU TAHUN 2019

OLEH:
DICKY RIFALFO
1801123834

JURUSAN ILMU PEMERINTAHAN


FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN POLITIK
UNIVERSITAS RIAU
PEKANBARU
2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur atas Kehadirat Allah SWT bagi penulis atas segala limpahan
rahmat, serta karuniaNya yang tak ternilai dan tidak dapat dihitung sehingga
penulis dapat menyelesaikan proposal penelitian dengan judul “Faktor
Penurunan Angka Keterwakilan Perempuan Di DPRD Kabupaten Rokan
Hulu Tahun 2019”.
Penulisan dan pembuatan proposal ini bertujuan untuk memenuhi syarat
dalam mengerjakan Skripsi pada Program Studi Strata 1 Ilmu Pemerintahan
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Riau. Adapun terkait penulisan
proposal penelitian ini penulis menyadari akan kemampuan yang masih belum
sempurna serta banyaknya kekurangan baik itu dari penulisan serta susunan
proposal penelitian ini.
Oleh karena itu, penulis mengharapkan saran dan juga kritik membangun
agar dapat menyempurnakan kekurangan dalam penyusunan proposal ini. Semoga
proposal penelitian ini dapat berguna dan bermanfaat baik itu bagi penulis,
pembaca, dan juga pihak-pihak yang berkepentingan.

Pekanbaru, Agustus 2022

Dicky Rifaldo

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL................................................................................................i
KATA PENGANTAR.............................................................................................ii
DAFTAR ISI..........................................................................................................iii
DAFTAR TABEL...................................................................................................iv
DAFTAR BAGAN..................................................................................................v
DAFTAR GRAFIK..................................................................................................v
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................1
1.1. Latar Belakang..........................................................................................1
1.2. Rumusan Masalah.....................................................................................9
1.3. Tujuan dan Peneliti....................................................................................9
1.4. Tinjauan Pustaka.....................................................................................10
1.5. Kerangka Pemikiran................................................................................16
1.6. Definisi Konseptual.................................................................................17
1.7. Metode Penelitian....................................................................................17
1.8. Sistematika Penulisan..............................................................................21
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................22

iii
DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Calon anggota legislatif perempuan yang terpilih menjadi anggota

DPRD Kabupaten Rokan Hulu Periode 2014-2019.................................................6

Tabel 1.2 Calon legislatif perempuan yang terpilih menjadi DPRD Kabupaten

Rokan Hulu Periode 2019 – 2024............................................................................7

Tabel 1.3 Jumlah Calon Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Rokan

Hulu Dalam Pemilu Legislatif Tahun 2019 Berdasarkan Partai dan jenis kelamin7

Tabel 1.4 Informan Penelitian................................................................................19

iv
DAFTAR BAGAN

Bagan 1.1 Kerangka Pemikiran........................................................................................16

v
DAFTAR GRAFIK

Grafik 1.1 Grafik perbandingan antara anggota DPRD Kabupaten Rokan Hulu laki-laki
dan perempuan dari 3 periode Pemilu Terakhir..................................................................5

vi
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Pemberian hak kepada seluruh masyarakat Indonesia dalam politik


memiliki tujuan agar terwujud kesejahteraan rakyat dengan memberikan
kebebasan kepada seluruh warga negara sehingga mendapatkan kesetaraan.
Melalui kesetaraan ini harus tetap memperhatikan prinsip-prinsip demokrasi,
keadilan dan pemerataan agar mampu meningkatkan daya saing. Kesetaraan
yang dimaksud disini adalah tidak adanya pembedaan perlakuan hak politik
perempuan dan laki-laki. Demokrasi menjamin setiap warga negara baik laki-
laki maupun perempuan memiliki hak untuk berpartisipasi dalam politik
secara setara. Perempuan dalam berpolitik juga memiliki hak untuk memilih
(right to vote) dan hak untuk dapat dipilih dalam pemilihan umum (right to
stand for election). Perempuan seperti halnya laki-laki dapat menjadi
pemenang dalam pemilihan umum.
Pergerakan dan perjuangan perempuan Indonesia secara nyata lahir
bersama-sama dengan dikobarkannya semangat nasional oleh
pemimpinpemimpin nasional pada saat dikumandangkan “Sumpah Pemuda”
di seluruh tanah air pada tahun 1928. Semenjak saat itulah berbagai
perkumpulan dan organisasi berdiri yang dilandasi oleh kesadaran bahwa
kaum perempuan sanggup dan mampu ikut mengatur masyarakat. Adapun
kesadaran perempuan tersebut akan memberikan dampak besar dalam
mendorong kepada keadilan dan keharmonisan hidup bersama dengan
lakilaki.
Dominasi kaum lelaki di ranah politik, boleh dibilang tidak
berimbang.Apalagi dalam konteks dunia politik Indonesia. Peran perempuan
jika dibandingkan dengan laki-laki, presentasenya sangat memprihatinkan.
Ibarat permainan sepakbola, laki-laki identik dengan pemain sepakbola,
walaupun sepakbola wanita sudah ada, namun gemanya masih kurang. Begitu
juga dengan kaum perempuan, politik ibarat hanya permainan seni kaum
lelaki.

1
Sejak Pemilihan Umum (Pemilu) tahun 2004, Indonesia sudah
mengesahkan aturan keterwakilan politik perempuan dengan batasan kuota
minimal 30 persen bagi calon legislatif (caleg) dan 30 persen kuota bagi
perempuan dalam kepengurusan partai politik sebagai bentuk affirmative
action (UU No. 12 Tahun 2003). Aturan tersebut diklaim berhasil mendorong
peningkatan jumlah keterwakilan perempuan di tingkat nasional, meskipun
partisipasi politik perempuan dalam lembaga legislatif di tingkat propinsi dan
kabupaten secara umum tetap rendah (Purwanti 2015:153).
Perempuan memiliki peran yang sangat penting untuk meningkatkan
kesadaran berpolitik, mampu bertindak sebagai penggagas dalam berbagai
masalah dan keluhan yang muncul dalam masyarakat, serta mampu menjadi
pemantau parpol dan pemerintah terhadap kesetaraan gender hingga ke
tingkat internasional (Meco, 2018). Berdasarkan Undang-undang No. 7
Tahun 2017 tentang Pemilu pada pasal 245 bahwa calon perwakilan
perempuan di legislatif minimal 30%.
Selain itu, dalam pasal 246 ayat (2) juga menyebutkan bahwa dalam
setiap 3 (tiga) orang bakal calon harus ada 1 (satu) perempuan diantaranya,
yang berarti caleg perempuan dapat ditempatkan pada urutan 1, 2 atau 3 dan
seterusnya. Masih rendahnya keterwakilan perempuan dibandingkan laki-laki
di parlemen akan menimbulkan keraguan dalam upaya penciptaan kesetaran
gender seperti kebijakan-kebijakan yang ramah gender. Sebenarnya
keterwakilan perempuan di legislatif sudah meningkat sejak tahun 1999-2014,
tetapi tetap belum mencapai standar 30% (Gerintya, 2017).
Kajian tentang modalitas caleg perempuan yang terpilih menjadi
anggota DPRD ini penting dilakukan karena adanya beban ganda perempuan
yang tidak hanya berada dalam tekanan ruang privat, tetapi juga semakin
berat ketika berada di ruang publik misalnya medan politik. Caleg perempuan
menghadapi medan pertarungan politik melalui sistem Pemilu di satu sisi
diperlakukan sama sebagaimana laki-laki dalam mengumpulkan modal sosial,
ekonomi, budaya dan simbolik bahkan diberikan afirmasi. Caleg perempuan
selalu berada di bawah bayang-bayang beban ganda dirinya sebagai
perempuan sekaligus istri di ruang privat yang secara kultural diperlakukan

2
berbeda, sehingga dirinya dituntut harus berjuang lebih keras untuk dapat
mengoptimalkan modalitas pada dirinya agar mendapatkan kepercayaan dari
masyarakat.
Diskursus tentang perlunya peningkatan partisipasi politik perempuan
dianggap mencapai babak baru pasca terbitnya UU No. 12 Tahun 2003
tersebut. Hasilnya, terdapat sedikit peningkatan jumlah perempuan yang
terpilih sebagai anggota DPR dalam Pemilu 2004: dari 44 perempuan (8.8%)
dari 499 anggota DPR menjadi 62 perempuan(11.3%) dari 549 anggota DPR.
Bahkan pada DPD terdapat 27 perempuan (21.1%) dari 128 kursi yang
tersedia. Hal ini kemudian berlanjut hingga Pemilu 2009 yang mencapai 101
kursi (18%), Pemilu 2014 yang mencapai 97 kursi (17.1%) dan Pemilu 2019
mendapatkan 118 kursi (20.5%) .
Mulia dan Anik Farida (2005: 19) mengatakan bahwa naiknya
perempuan ketampuk kekuasaan politik dan kemampuan
mempertahankannya hampir-hampir tidak dapat dilepaskan dari figur lakilaki,
baik ayah atau suami. Artinya figur laki-laki merupakan faktor penting untuk
menggugah emosi dan memperkuat basis dukungan massa.
Seberapa banyak dukungan massa yang diperoleh oleh politikus
perempuan bukan hanya ditentukan oleh kemampuan tetapi juga siapa yang
berada dibalik perempuan tersebut. Selain itu, dari hasil penelitian mengenai
aspirasi perempuan anggota parlemen terhadap pemberdayaan politik
perempuan yang dilakukan oleh Litbang Republika bekerja sama dengan The
Asia Foundation yang dibuat tahun 1996 juga mengungkapkan hasil yang
tidak menggembirakan.
Penelitian itu secara gamblang mengungkapkan betapa lemahnya
perspektif perempuan dari para anggota parlemen perempuan, dan kondisi
tersebut justru meminggirkan kepentingan perempuan sendiri (Mulia,dkk;
2005: 123). Salah satu hal yang kini diperjuangkan adalah adanya jaminan
kuota perempuan di berbagai bidang kekuasaan negara. Padahal pemberian
kuota terhadap perempuan di badan parlemen maupun badan negara lain
bukanlah merupakan sesuatu yang haram, sebab dalam Union (IPU) tahun
1994 ada rekomendasi perekrutan perempuan minimal 30 persen dalam badan

3
eksekutif dan legislatif. Kenyataan yang terjadi jatah kursi untuk perempuan
sangat sedikit, lebih banyak didominasi oleh laki-laki. Hal ini sekaligus
membuktikan masih derasnya marginalisasi perempuan di sektor publik
(politik) (Sugiarti,dkk; 2003: 58).
Dalam menjalankan partisipasi perempuan mendapatkan banyak kendala.
Menurut kamus bahasa Indonesia, menjelaskan bahwa hambatan ataupun
penghambat adalah hal yang menjadi penyebab atau karenya, tujuan atau
keinginan tersebut tidak dapat diwujudkan. Faktor penghambat partisipasi
politik perempuan dalam pemilihan kepada negara ataupun daerah maupun
anggota dewan ada dua faktor internal dan eksternal. Faktor penghambat
internal yaitu faktor segi pendidikan, segi kultur budaya, segi keluarga, segi
diri perempuan itu sendiri sedangkan faktor eksternal yaitu faktor yang
datang dari luar yang melingkupi sosialisasi atau pengarah, segi pandangan
politik, dan segi peran lokal
a. Segi Pendidikan (Internal).
Adanya perbedaan antara laki-laki dengan perempuan berdampak
pada perbedaan pada pneguasa Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
(IPTEK), sehingga tertinggal dalam memperoleh informasi dan
keterbatasan komunikasi, sehingga perempuan terhambat dalam
membangun jaringan diwilayah publik. Informasi tentang politik
selalu diterima melalui perspektif laki-laki, sehingga perempuan
tereliminasi karena beranggapan bahwa politik menjadi fenomena
diluar dirinya diluar dirinya. Hal ini dapat menjadi kendala terbesar
dalam mengankat keterpurukan dan ketertindasan perempuan dalam
budaya patriarki sehingga menjadi faktor keterhambatan perempuan
untuk berpartisipasi dalam politik.
b. Segi Kultur Budaya (Internal).
11 Segi kultur budaya bahwa terdapat perbedaan kemampuan antara
perempuan dan laki-laki dalam memimpin, bahkan perempuan selalu
menilai bahwa kebudayaan suku/etnis mempengaruhi
kepartisipasinya dalam politik bahkan segi kultur budayapun
perempuan cendrung mengikuti pilihan laki-laki baik itu ayah

4
ataupun suami. Perempuan lebih ditekankan kepada budaya yang
melekat, yang mengatakan bahwa perempuan adalah pelayanan bagi
laki-laki serta perempuan tidak berhak mengambil keputusan
termasuk dalam pilihan politik.
c. Segi Keluarga (Internal).
Segi keluarga adalah masih terikat dengan adanya faktor budaya yang
menyatakan perempuan di dalam mengambil keputusan harus
berdasarkan suami/ayah karena perempuan dianggap sebagai pelayan
bagi laki-laki serta tidak berhak mengambil keputusan termasuk
dalam pilihan politik, sehingga kurangnya dukungan keluarga
didalam perempuan berpartisipasi.
d. Segi Diri Perempuan Sendiri
Hambatan berpartisipasi secara politisi berasal dari perempuan
sendiri. Pencitraan perempuan sebagai makhluk lemah, tidak mandiri,
kurang tanggung jawab yang sudah meresap di alam bahwah sadar,
dirasakan oleh perempuan sebagai fitrah, bawaan dan kodrati.
e. Soialisasi atau Pengarahan (Eksternal)
Sosialisasi atau pengarahan tentang politik atau tentang pemilihan
umum kaum perempuan terkadang menganggap bahwa sosialisasi
tersebut dianggap tidak perlu untuk dihadiri, karena perempuan lebih
mementingkan kepentingan yang bersifat pribadi.
Grafik 1.1 Grafik perbandingan antara anggota DPRD
Kabupaten Rokan Hulu laki-laki dan perempuan dari 3 periode Pemilu
Terakhir
50
45
40
35
30
25 Anggota DPRD Kabupaten
20 Rokan Hulu Perempuan
15 Anggota DPRD Kabupaten
Rokan Hulu Laki - Laki
10
5
0
Periode Periode
2014 - 2019 -
2019 2024
Su
mber : Data olahan penulis 2021

5
Berdasarkan grafik 1.1 diatas menyatakan pada periode 2014 – 2019
jumlah anggota DPRD Kabupaten Rokan Hulu yang perempuan berjumlah 5
orang, dan yang laki-laki 40 orang sama seperti periode sebelumnya, dan
pada periode 2019 – 1024 jumlah anggota DPRD Kabupaten Rokan Hulu
yang perempuan berjumlah 2 orang, dan yang laki-laki berjumlah 43 orang.
Pada grafik ini menyimpulkan bahwa pada periode 2019 – 2024 mengalami
penurunan pada jumlah anggota DPRD Kabupaten Rokan Hulu yang
perempuan.
Tabel 1.1 Calon anggota legislatif perempuan yang terpilih menjadi anggota
DPRD Kabupaten Rokan Hulu Periode 2014-2019
Jumlah
No Nama Dapil Parpol
Suara
1 Sumiartini I PDIP 1.703
2 Kasma Wati I Golkar 1.906
3 Ermi Yanti II Demokrat 2.903
4 Wahyuni IV Demokrat 2.003
5 Yulikah V Golkar 2.968
Sumber : GORIAU.COM
Berdasarkan Tabel 1.2. diatas menyatakan bahwa calon legislatif
perempuan yang terpilih menjadi anggota DPRD Kabupaten Rokan Hulu
periode 2014-2019, pertama Sumiartini dapil I dari partai PDIP, kedua Kasma
Wati dapil I dari partai Golkar, ketiga Ermi Yanti dapil II dari partai
Demokrat, keempat Wahyuni dapil IV dari partai Demokrat, dan kelima
Yulikah dapil V dari partai Golkar.

6
Tabel 1.2 Calon legislatif perempuan yang terpilih menjadi DPRD
Kabupaten Rokan Hulu Periode 2019 – 2024
Nama Anggota
No DPRD Partai Dapil Jumlah Suara
Perempuan
1 Hj. Sumiartini PDI Perjuangan 1 1.968
2 Hj. Hasmeri Golkar 1 2.769
Yulinawati,
A.Md
Sumber: Sertifikat Rekapitulasi Hasil Perhitungan Perolehan Suara Calon
Anggota DPRD Kabupaten/Kota Dari Setiap Kecamatan Di Daerah
Pemilihan Dalam Wilayah Kabupaten/Kota Pemilu Tahun 2019.
Berdasarkan Tabel 1.3. diatas dapat dilihat perolehan suara anggota
DPRD perempuan Kabupaten Rokan Hulu tahun 2019-2024, pertama Hj.
Sumiartini dari partai PDI Perjuangan dengan jumlah suara 1.968, dan kedua
Hj. Hasmeri Yulinawati, A.Md dari partai PKNU dengan jumlah suara 2.769.
Tabel 1.3 Jumlah Calon Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten
Rokan Hulu Dalam Pemilu Legislatif Tahun 2019 Berdasarkan Partai dan
jenis kelamin

NO Jumlah Calon Calon Jumlah


Nama Parpol
Dapil Laki-laki Perempuan Calon
Partai
1 Kebangkitan 4 28 13 41
Bangsa
Partai Gerakan
2 4 31 14 45
Indonesia Raya
Partai Demokrasi
3 Indonesia 4 27 15 42
Perjuangan
Partai Golongan
4 4 28 12 40
Karya
Partai Nasional
5 4 24 18 42
Demokrat

7
Partai Garda
6 Perubahan 4 3 4 7
Indonesia
7 Partai Berkarya 4 7 4 11
Partai Keadilan
8 4 28 16 44
Sejahtera
Partai Persatuan
9 4 21 11 32
Indonesia
Partai Persatuan
10 4 23 15 38
Pembangunan
Partai Solidaritas
11 4 6 5 11
Indonesia
Partai Amanat
12 4 29 13 42
Nasional
Partai Hati
13 4 16 8 24
Nurani Rakyat
14 Partai Demokrat 4 24 14 38
Partai Bulan
15 4 17 8 25
Bintang
Partai Keadilan
16 Persatuan 4 9 3 12
Indonesia
Jumlah 327 173 500
Sumber: https;//pemilu2019.kpu.go.id
Berdasarkan Tabel 1.4. menyatakan bahwa PKB memiliki jumlah caleg
41 orang, Partai Gerakan Indonesia Raya 45 orang, PDI-P 42 orang, Golkar
40 orang, Partai Nasional Demokrat 42 orang, Partai Garda Perubahan
Indonesia 7 orang, Parta Berkarya 11 orang, Partai Keadilan Sejahtera 44
orang, Partai Persatuan Indonesia 32 orang, Partai Persatuan Pembangunan
38 orang, PSI 11 orang, Partai Amanat Rakyat 42 orang, Hanura 24 orang,
Partai Demokrat 38 orang, Partai Bulan Bintang 25 orang, dan PKPI 12 orang

8
Berdasarkan uraian serta tabel diatas, dapat kita dilihat terjadinya
kenaikan jumlah caleg perempuan terpilih dapat dilihat pada grafik 1.1.
selanjutnya, banyak anggota DPRD Kabupaten Rokan Hulu perempuan
terpilih mayoritas orang baru, hanya sedikit yang bertahan, dan ada beberapa
caleg terpilih kebanyakan wajah lama. Maka dari itu penulis tertarik untuk
melakukan penelitian yang lebih mendalam sehubungan dengan
pengoptimalan modalitas yang dimiliki caleg perempuan menduduki kursi
legislatif daerah dengan judul: “Faktor Penurunan Angka Keterwaki;an
Perempuan di |DPRD Kabupaten Rokan Hulu periode 2019 ”

1.2. Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang masalah sebagaimana telah diuraikan
diatas, maka permasalahan yang akan diteliti diajukan dalam bentuk
pertanyaan penelitian yaitu: Bagaimana Faktor Penuunan Angka
Keterwakilan Perempuan Di DPRD Kabupaten Rokan Hulu

1.3. Tujuan dan Peneliti


1. Tujuan Penelitian
Untuk mengetahui dan memahami secara mendalam faktor
penurunan angka keterwakilan perempuan terpilih Pada Pemilihan
Umum Legislatif Kabupaten Rokan Hulu periode 2019-2024.
2. Manfaat Penelitian
a. Sebagai konstribusi ilmiah yang dituangkan dalam bentuk karya
tulis serta berguna untuk menambah ilmu pengetahuan dan wawasan
penulis.
b. Hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna sebagai bahan
referensi bagi semua pihak yang memerlukan untuk bahan
perbadingan penelitian yang sama selajutnya.
c. Hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi ilmu
pengetahuan padaprogram studi ilmu pemerintahan di fisipol
Universitas Riau.

9
1.4. Tinjauan Pustaka
1.4.1. Studi Terdahulu
Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan bahan perbandingan
dan acuan. Selain itu, untuk menghindari anggapan kesamaan dengan
penelitian ini. Maka kajian pustaka ini peneliti mencantumkan hasil hasil
penelitian terdahulu.
Dalam penelitian Fauzan azima (2015) yang berjudul “Analisis
faktor pendukung kemenangan calon legislatif perempuan Partai
Golongan Karya di Daerah Pemilihan III Kabupaten Karimun Provinsi
Riau tahun 2014”, diketahui bahwa modal yang dibutuhkan untuk bisa
membuat seorang calon merebut kemenangan di Pemilu Legislatif adalah
manajemen yang baik. Modal tersebut dibagi menjadi tiga bagian yang
dikenal sebagai modal sosial, modal politik, dan modal ekonomi. Tiga
modal dasar dengan pengelolaan yang hati-hati mampu memberikan
kemenangan bagi calon.
Selain itu, dalam penelitian Giscka Canna Indira S (2021) dengan
judul “Analisis modal politik, sosial, dan ekonomi terhadap keterpilihan
caleg perempuan pemula pada Pileg DPRD DKI Jakarta 2019”,
disebutkan bahwa keterpilihan Ima Mahdiah berasal dari modal politik
oleh partai politik yang mengusungnya, yaitu PDIP. Adapun modal
ekonomi Ima bersumber dari pendanaan oleh relawan Basuki dan
pendanaan parpol. Selain itu, dijelaskan dalam penelitian tersebut bahwa
modal ekonomi dapat dianggap sebagai modal penunjang dan penguat
modal politik dan modal sosial. Lokasi penelitian dilakukan di Provinsi
DKI Jakarta. Ruang lingkup pembahasan yaitu, analisa kekuatan modal
dari caleg perempuan pemula di DKI Jakarta.
Dari penelitian oleh Rizki Maharani, Mudiyati Rahmatunnisa,
Leo Agustino yang berjudul “Modalitas RA. Anita Noeringhati pada
Pemilihan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi Sumatera Selatan
2019”, dapat ditarik kesimpulan bahwa kemenangan RA. Anita
Noeringhati pada Pemilihan Anggota DPRD Provinsi Sumatera Selatan
didukung oleh beberapa hal. Pertama, pada modal ekonomi, terdapat

10
harta kekayaan dan dana dari partai Golkar yang berhasil dimanfaatkan
sebagai salah satu faktor kemenangannya. Kedua, dari modal sosial yang
Anita miliki, diketahui bahwa modal sosial menjadi modal utama dalam
mendulang suara dari masyarakat. Modal sosial ini berupa interaksi
sosial dengan elit politik, organisasi dan masyarakat Kota Palembang,
kemudian ada juga kepercayaan masyarakat sejak tahun 2009 yang
menjadikannya petahana di DPRD Sumatera Selatan. Ketiga, pada modal
kultural latar belakang keluarga dan pendidikan tidak menjadi penunjang
kemenangan, tetapi kemampuannya dalam berhadapan dengan publik
menjadi salah satu faktor pendukungnya. Keempat, modal simbolik yang
dimiliki berupa pengalaman dalam politik dan penghargaan-penghargaan
yang Ia dapatkan menjadi faktor pendukung keterkenalannya dan mampu
mendulang suara dari masyarakat. Penelitian tersebut dilakukan di
Provinsi Sumatera Selatan. Ruang lingkup pembahasan yaitu modalitas
politik dari RA. Anita Noeringhati.
Dalam penelitian lain yang dilakukan oleh Fahri Baharuddin.
(2015) dengan judul “Perjuangan politik perempuan meraih kursi
Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Indra Giri Hilir pada
periode 2014 – 2019”, diketahui bahwa ruang lingkup penelitian ini
lebih kepada penyebab minimnya keterpilihan perempuan diparlemen
pada pileg 2014-2019 di Indragiri Hilir. Walaupun sebenarnya
pemerintah telah memberikan peluang yang sama bagi kaum perempuan
melalui UU nomor 2 tahun 2008 tentang Partai Politik, implementasinya
di Kabupaten Inhil belum menunjukkan hasil yang signifikan.
Keikutsertaan perempuan di dunia politik di Kabupaten Inhil
masih didasari oleh beberapa hal, diantaranya yang pertama adalah
karena latar belakang keluarga yang memang sudah secara turun temurun
menguasai sumber-sumber politik yang ada, seperti contoh pada caleg
perempuan yang berasal dari keluarga pejabat. Anggota keluarga
perempuan yang berasal dari keluarga pejabat ini, telah bertransformasi
sebagai elit perempuan yang juga berkiprah di dunia politik, selain pada
tugasnya sebagai pemimpin pengajian untuk kaum perempuan. Kedua,

11
perempuan yang terjun di dunia politik di Kabupaten Inhil adalah
memang berlatarbelakang sebagai seorang aktivis atau tokoh perempuan
yang telah berkecimpung dalam organisasi perempuan di Kabupaten
Inhil. Yang ketiga, perempuan yang terjun ke dunia politik di Kabupaten
Inhil hanyalah sebagai pelengkap saja, sebagai formalitas persyaratan
administratif kuota 30%. Motivasi dan tujuan perempuan untuk terjun ke
dunia politik juga beragam seperti yang telah disimpulkan peneliti dari
wawancara dengan kedelapan informan, yaitu yang pertama adalah caleg
perempuan ingin mengangkat derajat dan kualitas hidup kaum
perempuan dengan menyuarakan aspirasinya ke ranah legislatif melalui
program pemberdayaan perempuan. Lokasi penelitian ini di Kabupaten
Indragiri Hilir.
Penelitian oleh Desy Ramadhani dan Dian Eka Rahmawati (2020)
yang berjudul “Modal Caleg Perempuan dan Politik Patriarkhi dalam
Pemilihan Umum di Indonesia: Keterwakilan Perempuan pada Pemilu
2019 di Kabupaten Sleman” turut membahas keterpilihan wakil
perempuan di parlemen Kabupaten Sleman yang tidak signifikan, yang
mana disebabkan oleh adanya habitus politik yang dikendalikan oleh
struktur kelas Patriarkhi melalui medan Pemilu. Meskipun perolehan
kursi perempuan terus meningkat, peningkatannya tidak pernah
signifikan. Salah satu sebabnya adalah modal caleg perempuan dan
habitus politik yang dikendalikan oleh struktur kelas patriarkhi melalui
medan Pemilu. Dengan menggunakan teori Bourdieu tentang modal,
habitus, dan medan, artikel ini menunjukkan bahwa habitus caleg
perempuan dibentuk oleh interaksi sosial diri mereka dalam aktivitas
politik yang dikuasai oleh laki-laki. Karena itu, walaupun sistem politik
dalam Pemilu menyediakan afirmasi bagi caleg perempuan, dalam
praktiknya, dominasi habitus politik patriarkhi yang dikendalikan oleh
struktur kelas laki-laki dalam masyarakat tidak memungkinkan caleg
perempuan untuk mendapatkan suara yang lebih banyak dibanding laki-
laki. Faktor modal politik, ekonomi, sosial, budaya dan simbolik sangat

12
penting untuk terjun dalam politik bagi caleg perempuan. Penelitian ini
dilakukan di Kabupaten Sleman, Yogyakarta.
Penelitian oleh Ika Kartika, Mudiyati Rahmatunnisa, dan Neneng
Yani Yuningsih (2018) yang berjudul “MODAL POLITIK TJHAI CHUI
MIE DALAM PEMILIHAN WALIKOTA SINGKAWANG TAHUN 2017”
membahas tentang pengelolaan modal politik secara maksimal. modal
politik merupakan sumber daya yang mutlak dimiliki kandidat untuk
mendapatkan dukungan dari partai politik sekaligus suara dari para
pemilih. Tjhai Chui Mie berhasil membangun kekuatan personal sebagai
kandidat dengan kemampuan mengelola modal politik. Beberapa aspek
dalam modal tersebut antara lain kemampuan dia meniti karier politik di
badan legislatif, sehingga memiliki popularitas dan elektabilitas yang
cukup serta mendapatkan kepercayaan dari masyarakat. Dengan kekuatan
itu ia berhasil memperoleh tiket dari partai politik untuk maju sebagai
calon walikota Singkawang 2017. Selain itu, Tjhai Chui Mie
menghubungkan modal politiknya dengan modal sosial yakni dengan
memanfaatkan jejaring sosial berdasarkan ikatan etnik dan kelompok
keagamaan. Sementara pada modal ekonomi, ia berhasil mengelola dana
kampanye secara efektif atau tepat sasaran, sehingga meskipun tidak
memiliki dana yang besar dibandingkan dengan kandidat lainnya, ia
mampu meraih para pemilih terutama dari golongan pemilih muda.
Penelitian ini dilakukan di Kota Singkawang.

1.4.2. Kerangka Teori


1.4.2.1. Modal Ekonomi
Modal ekonomi adalah yang mencakup seperti alat
produksi, materi (pendapatan dan benda) dan uang, yang mampu
dimanfaatkan untuk segala tujuan dan oleh generasi-generasi
selanjutnya (Halim, 2014). Modal ekonomi dikatakan jenis modal
yang relatif paling independen serta fleksibel, dikarenakan modal
ekonomi dapat mudah dimanfaatkan atau di transformasikan pada
ranah lainnya, bahkan dapat diwariskan atau diberikan kepada
orang lain (Krisdinanto, 2014).

13
Sahdan dan Haboddin (2009) mengatakan, bahwa setiap
penyelenggaraan pilkada membutuhkan “dana politik” untuk
biaya kegiatan pilkada. Istilah dana politik dapat dibedakan
dengan melihat sumber dan penggunaan, yaitu :
a. Dilihat dari sumbernya, dana politik berasal dari
sumbangan pasangan calon dan sumbangan dari para
simpatisan (donatur) baik secara perseorangan maupun
perusahaan. Dana politik juga bisa diartiikan sebagai
wujud konkrit dari partisipasi dan dukungan masyarakat
terhadap pasangan calon kepala daerah.
b. Dari sisi pengguna, dana politik dibedakan berdasarkan
bentuk peruntukan pengeluarannya menjadi pengeluaran
untuk membiayai 39 aktivitas rutin partai politik dan
pengeluaran kampanye. Dalam konteks pilkada
penggunaan dana politik dilakukan oleh calon pasangan
tidak hanya untuk pengeluaran kampanye dalam bentuk
mencetak brosur, konvoi, biaya transportasi, biaya
konsumsi, cetak kaos, poster dan iklan. Tetapi juga
mengenai pengeluaran pasangan calon untuk bayar partai
politik yang akan dijadikan kendaraan politik, dan
membeli suara masyarakat.

1.4.2.2. Modal Budaya


Modal budaya diperoleh individu dengan cara yang
terbentuk dan terinternalisasi padanya sejak ia kecil, terutama
melalui ajaran orang tuanya dan pengaruh lingkungan
keluarganya. Maka, dapat dikatakan bahwa modal budaya
dibentuk oleh lingkungan sosial yang multidimensional serta
pendidikan yang diperoleh oleh individu tersebut, baik pendidikan
formal maupun warisan keluarga. Dan individu hanya dapat
memahami tentang modal dan budaya secara tak sadar, karena
dengan cara itulah hal tersebut baru akan berfungsi secara efektif.

14
Modal budaya yang didefinisikan sebagai selera bernilai
budaya dan pola-pola konsumsi. Modal budaya dapat mencakup
tantangan luas properti, seperti seni, pendidikan dan bentuk-
bentuk bahasa. Bagi Bourdieu modal berperan sebagai relasi
sosial yang terdapat didalam sistem pertukaran, dan istilah ini
diperluas pada segala bentuk barang-baik materi maupun simbol,
tanpa perbedaan-yang mempresentasikan dirinya sebagai suatu
yang jarang dan layak untuk dicari dalam sebuah formasi sosial
tertentu

1.4.2.3. Modal Sosial


Modal sosial termanifestasikan melalui hubungan-
hubungan dan jaringan hubungan-hubungan yang merupakan
sumber daya yang berguna dalam penentuan dan reproduksi
kedudukan-kedudukan sosial. Modal sosial atau jaringan sosial ini
dimiliki pelaku dalam hubungannya dengan pihak lain yang
memiliki kuasa. Modal sosial adalah relasi yang dibangun serta
kepercayaan yang dimiliki oleh calon politisi dengan masyarakat,
juga termasuk sejauh mana calon politisi tersebut meyakinkan
rakyat terhadap kemampuann yang dimiliki sehingga masyarakat
memilihnya (Marijan, 2010).
Kepercayaan digunakan untuk memperoleh kedudukan
merupakan seseorang atau sekelompok orang yang memang dapat
dipercaya atas dasar kepercayaan masyarakat. Jika kekuasaan
dilanggar, maka masyarakat dengan mudah tidak percaya lagi
kepada pemegang kekuasaan. Pengaruh ketokohan dan
popularitas, latar belakang pendidikan dan pekerjaan kandidat
menentukan pemenangan pemilukada, karena untuk membangun
relasi dan kepercayaan dari masyarakat kandidat harus memiliki
pengaruh tersebut. Pandangan para pakar dalam mendefinisikan
modal sosial di bagi dalam dua kelompok. Pertama menekankan
pada jaringan hubungan sosial (sosial network), sedangakan

15
kelompok kedua lebih menekankan pada karakteristik yang
melekat (embedded) pada diri individu manusia yang terlibat
dalam sebuah interaksi sosial.

1.5. Kerangka Pemikiran

Faktor Penurunan Angka Keterwakilan Calon


Legislatif Perempuan Terpilih Pada Pemilu
Legislatif Kabupaten Rokan Hulu Periode 2019-
2024

Modalitas menurut Pierre Bourdieu (1986): yaitu


Modal ekonomi, modal budaya, modal sosial.

1. Berkurang anggota DPRD Kabupaten


Rokan Hulu perempuan pada Pileg 2019
2. Terdapat 2 nama calon dewan perempuan
terpilih pada Pileg periode 2019

Keberhasilan terpilihnya calon anggota DPRD


Rokan Hulu yang perempuan pada Pileg 2019
Bagan 1. 1 Kerangka Pemikiran
Sumber Data: Olahan Penulis 2021

1.6. Definisi Konseptual


Untuk memudahkan menganalisa dan menghindari kesalahpahaman
dalam penggunaan konsep-konsep serta menghilangkan salah satu pengertian
dari istilah-istilah yang dipergunakan dalam penelitian ini, maka penulis
memperjelas tentang konsep yang akan di operasionalkan dilapangan.
Sebagaimana yang penulis maksudkan, sesuai dengan permasalahan-
permasalahan yang diteliti, untuk lebih jelasnya dapat dilihat defenisi-defenisi
konseptual berikut:

16
1. Keterwakilan
Keterwakilan Perempuan dalam UU No.2 Tahun 2008 Tentang Partai
Politik tidak ada dijelaskan. Untuk mendapatkan pengertian demikian,
perlu dicari dalam perundangan lain. Di dalam UU No.39 Tahun 1999
Tentang Hak Asasi Manusia, dalam penjelasannya, Pasal 46, kita dapat
memperoleh penjelasan mengenai keterwakilan perempuan. Diartikan
bahwa “keterwakilan wanita” adalah pemberian kesempatan dan
kedudukan yang sama bagi wanita untuk melaksanakan peranannya
dalam bidang eksekutif, yudikatif,
legislatif, kepartaian, dan pemilihan umum menuju keadilan dan
kesetaraan jender.
2. Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD)
Menurut Miriam Budiarjo dalam Baskoro (2005:30) menyebutkan
DPRD adalah lembaga yang legislate atau membuat peraturan,
peraturan perundang- undangan yang dibuatnya mencerminkan
kebijaksanaan-kebijaksanaan itu. Dapat dikatakan bahwa ia
merupakan badan yang membuat keputusan yang menyangkut
kepentingan umum.
3. Pemilihan Umum adalah sarana yang tersedia bagi rakyat untuk
menjalankan kedaulatannya dan merupakan lembaga demokrasi.

1.7. Metode Penelitian


Metodologi merupakan tahapan peneliti menjelaskan cara bagaimana
peneltian dapat dilakukan. Untuk mendapatkan hasil penelitian yang baik,
peneliti harus menentukan metodologi penelitian yang sesuai dengan masalah
dan tujuan penelitian yang ingin dicapai.
1. Pendekatan Penelitian
Untuk memperoleh data dan informasi maka penulis menggunakan
pendekatan kualitatif. Menurut Sugiyono metode kualitatif adalah metode
yang digunakan untuk meneliti objek yang alamiah, dimana peneliti adalah
sebagai instrument kunci, teknik pengumpulan data dilakukan secara

17
gabungan, analisis data bersifat induktif dan hasil penelitian kualitatif
lebih menekan makna pada generalisasi.
2. Lokasi Penelitian
Lokasi Penelitian adalah tempat dimana peneliti memperoleh data dan
informasi. Penelitian ini dilakuakan di Kabupaten Rokan Hulu guna
mendapatkan data dan informasi tentang DPRD Kabupaten Rokan Hulu.
Alasan penulis memilih lokasi ini karena berbagai alasan, diantaranya
adalah sebagai berikut : lebih dekat dengan tempat tinggal, mudah
dijangkau dan ekonomis. Selain itu penelitian dilakukan untuk mengetahui
apa saja modalitas yang dimiliki caleg terutama yang perempuan di Kota
tempat penulis tinggal.
3. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan adalah jenis penelitian deskriptif
dengan menggunakan pendekatan kualitatif, dapat diartikan sebagai proses
pemecahan masalah yang diselidiki dengan mendeskripsikan keadaan
subjek dan objek yang diteliti.
4. Jenis Data
Dalam penelitian ini, ada dua data yang digunakan oleh peneliti
antara lain:
a. Data Primer
Data Primer, yaitu data yang diperoleh langsung dari sumber
pertama Data primer langsung bersangkutan dengan keperluan
penelitian atau dikumpulkan untuk mencapai tujuan penelitian.
Adapun yang menjadi data primer dalam penelitian ini yaitu, data
wawancara dengan anggota DPRD Kabupaten Rokan Hulu yang
perempuan periode 2019-2024,ketua partai,beserta Badan
Pemenangan Parpolnya.
b. Data Sekunder
Data Sekunder, yaitu data yang diperoleh secara tidak langsung
melalui perentara atau sumber kedua. Adapun data skunder yang
digunakan dalam peneliian ini yaitu:

18
1. Data dari Komisi Pemilihan Umum (KPU) Kabupaten
Rokan Hulu.
2. Undang-undang Nomor 17 Pasal 1 tentang Pemilihan
Umum Anggota Dewan Perwakilan Rakyat (DPR), DPRD
Provinsi dan Kabupaten/Kota.
3. Media masa, internet,dokumen, buku bacaan, jurnal masa
yang bersangkutan dengan topik pembahasan.

5. Sumber Data
Sumber data dalam penelitian ini pertama adalah Informan, Informan
adalah orang yang menjadi sumber data didalam penelitian yang
berhubungan langsung dengan permasalahan dan mampu memberikan
informasi yang akurat kepada peneliti. Kedua yaitu bersumber dari data
hardfile yang dimintai langsung kepada instansi yang terkait dengan topik
pembahasan, ketiga data softfile seperti, media masa,internet, jurnal online,
berita dll. Berikut perencanaan informan penelitian yang akan di
wawancarai.
Tabel 1.4 Informan Penelitian

No. Informan Jumlah


1 Anggota DPRD Perempuan Kabupaten Rokan 2
Hulu
2 Ketua Partai Golkar dan PDIP 2

3 Ketua Bapilu Partai Golkar dan PDIP 2

Jumlah 6
Sumber Data : Sumber Data: Olahan Penulis 2022

6. Teknik Pengumpulan Data


1. Wawancara
Wawancara adalah tanya jawab lisan antara kedua orang atau lebih
secara langsung. Pewawancara disebut interviewe, sedangkan orang
yang diwawancarai disebut interviewee. wawancara be rguna untuk

19
mendapatkan data dari tangan pertama (primer); pelengkap teknik
pengumpulan lainnya (Usman & Akbar, 2014:52).
2. Dokumentasi
Dokumentasi adalah sebuah cara yang dlakukan untuk menelusuri
data historis dengan menggunakan bukti yang akurat dari pencatatan
sumber-sumber informasi khusus dari karangan/tulisan, wasiat, buku,
berita, undang-undang dan sebagainya.
3. Teknik Analisis Data
Teknik analisis data yang peneliti gunakan adalah analisis data
kulitatif. Analisis kualitatif ini adalah usaha untuk mengungkapkan
makna dari data penelitian dengan cara mengumpulkan data sesuai
dengan klasifikasi tertentu. (Siyoto & Sodik, 2015, hal. 121) Menurut
Siyoto & Sodik (2015) analisis data dilakukan melalui tahapan:
Reduksi data, penyajian atau display data, dan kesimpulan atau
verifikasi.
a. Reduksi Data
Mereduksi data adalah merangkum, memilih hal-hal yang
pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan
polanya dan membuang yang tidak perlu. Reduksi data bertujuan
untuk menyederhanakan data yang diperoleh selama penggalian
data dilapangan dan untuk memastkan data yang diolah itu
merupakan data yang tercangkup dalam scope penelitian.
b. Penyajian Data
Penyajian data adalah sekumpulan informasi tersusun yang
meemberi kemungkinan adanya penarikan kesimpulan. Langkah
ini dilakukan dengan menyajikan sekumpulan informasi yang
tersusun yang memberi kemungkinan adanya penarikan
kesimpulan.
c. Kesimpulan atau Verifikasi
Kesimpulan atau veriifikasi adalah tahap akhir dalam proses
analsis data. Pada bagian ini peneliti 31 mengutarakan kesiimpulan
dari data-data yang telah diperoleh. Kegiatan ini dimaksudkan

20
untuk mencari makna data yang dikumpulkan dengan mencari
hubungan, persamaan, atau perbedaan. Penarikan kesimpulan bisa
dilakukan dengan jalan membandingkan kesesuaian pernyataan
dari subjek penelitian dengan makna yang terkandung dengan
konsep-konsep dasar dalam penelitiian tersebut.

1.8. Sistematika Penulisan


Penulisan dalam penaelitian ini direncanakan akan disusun dengan
sistematika penulisan sebagai berikut:
BAB I PENDAHULUAN
Mencakup latar belakang, rumusan masalah, tujuan dan
manfaat penelitian, tinjauan putaka, kerangka pemikiran, definisi
konseptual dan metode penelitian.
BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN
Mencakup deskripsi umum Dewan Perwakilan Rakyat Daerah
Kabupaten Rokan Hulu.
BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Pada bab ini membahas dan menganalisis data-data yang telah
didapatkan dilapangan mengenai Penurunan Angka Keterwakilan
perempuan menjadi anggota DPRD Kabupaten Rokan Hulu periode
2019-2024.
BAB IV PENUTUP
Pada bab ini, hasil dalam penelitian dijelaskan secara ringkas
dan merupakan inti dari semua kegiatan yang dilakukan dalam
penelitian ini. bab ini berisi uraian mengenai kesimpulan hasl
penelitian dan saran serta masukan terhadap penelitian.

21
DAFTAR PUSTAKA

Buku:
Abd. Halim. (2014). Politik Lokal: Pola, Aktor, dan Alur Dramatikalnya.
Yogyakarta: LP2B.
Agustinova, Danu Eko. (2015). Memahami Metode Penelitian Kualitatif.
Yogyakarta: Calpus.

Bourdieun Piere. (1986). The Forn of Caopital : Hand Book Theory and Research
in Sociologi of Education, J.G. Richardson (edt). West Port: Greenwood.

Bungin, Burhan. (2015). Metodologi Penelitian Social dan Ekonomi. Jakarta:


Kencana.

Depdikbud. (1995). Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta : Balai Pustaka.

Harker, Richard, dkk. (2009). (Habitus x Modal) + Ranah = Praktik: Pengantar


Paling Kompeherensif Kepada Pemikiran Pierre Bourdieu. Yogyakarta:
Jalasutra.

Marijan, K. (2010). Sistem Politik Indonesia: Konsolidasi Demokrasi Pasca Orde


Baru. Jakarta: Kencana Predana Media Group.

Martono, Nanang. (2015). Metode Penelitian Sosial. Jakarta: Rajawali Pers.

Miles, B. Mathew dan Michael Huberman. (1992). Analisis Data Kualitatif Buku
Sumber Tentang Metode-metode Baru. Jakarta: UI Press.

Prastowo, Andi. (2016). Metode Penelitian Kualitatif dalam Prespektif


Rancangan Penelitian. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.

Shadan, Gregorius dan Muchtar Haboddin. Ed. (2009). Evalusai Kritis


Penyelenggaraan Pilkada di Indonesia. Yogyakarta: The Indonesia Power
For Democracy (IPD).

Suyanto, Bagong. (2010). Metode Penelitian Sosial. Jakarta: Kencana.

W. Gulo. (2007). Metodologi Penelitian. Jakarta: PT Grasindo.

Jurnal:
Ali, M.A. (2014). Analisis Optimalisasi Pelayanan Konsumen Berdasarkan Teori
Antrian pada Kaltimgps.Com di Samarinda. E-journal Ilmu Administrasi
Bisnis, 2 (3): 346 – 357.

Budiarjo, Miriam. (2008). Dasar-dasar Ilmu Politik. Jakarta: PT. Gramedia


Pustaka

22
Utama

Dessy Ramadhani. (2020). Dian Eka Rahmawati. Modal Caleg Perempuan dan
Politik Patriarkhi dalam Pemilihan Umum di Indonesia: Keterwakilan
Perempuan pada Pemilu 2019 di Kabupaten Sleman. JISPO Jurnal Ilmu
Sosial dan Ilmu Politik 2020, Vol. I0, No. 1: 39-62
https://journal.uinsgd.ac.id/ index.php/jispo/index.

Fahri Baharuddin. (2015). Perjuangan politik perempuan meraih kursi Dewan


Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Indra Giri Hilir pada periode 2014 –
2019. JOM FISIP Vol 2 No.

Fauzan Azhima. (2015). Analisis faktor pendukung kemenangan calon legislatif


perempuan Partai Golongan Karya di Daerah Pemilihan III Kabupaten
Karimun Provinsi Riau tahun 2014. JOM FISIP Vol. 2 No. 2.

Giscka Canna Indira S. (2021). Analisis modal politik, sosial, dan ekonomi
terhadap keterpilihan caleg perempuan pemula pada Pileg DPRD DKI
Jakarta 2019. Volume 2 Nomor 2 Juni 2021: TheJournalish Hal. 056-0.

Ika Kartika. (2018). Mudiyati Rahmatunnisa, dan Neneng Yani Yuningsih.


MODAL POLITIK TJHAI CHUI MIE DALAM PEMILIHAN
WALIKOTA SINGKAWANG TAHUN 2017. Jurnal Wacana Politik -
ISSN 2502 - 9185 : E-ISSN: 2549-2969 Vol. 3, No. 2, Oktober 2018: 139
– 149.

Julita, Eka Nusya. 2020. KETERWAKILAN POLITIK PEREMPUAN DALAM


PEMILU LEGISLATIF KABUPATEN TEBO PERIODE 2019-2024.
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTHAN THAHA SAIFUDDIN
JAMBI

Krisdinanto, N. (2014). Pierre Bourdieu: Sang Juru Damai. Kanal. Jurnal Ilmu
Komunikasi, 2 (2): 189-206.

Meco, L. Di. (2018). Women’s Political Networks Defining Leadership, Breaking


Barriers, And Fostering Change. Wilson Center.

Rizki Maharani. (2020). Mudiyati Rahmatunnisa, Leo Agustino, Modalitas RA.


Anita Noeringhati pada Pemilihan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah
Provinsi Sumatera Selatan 2019. JUPIIS: Jurnal Pendidikan Ilmu-ilmu
Sosial, 12(2) (2020): 487-496.

Raqim, Ukhti. 2016. IMPLEMENTASI KETENTUAN KUOTA 30%


KETERWAKILAN PEREMPUAN DI DPRD KOTA SALATIGA.
Universitas Negeri Semarang.

Siyoto, Sandu dan Ali Sodik.2015.Dasar Metodologi


Penelitian.Yogyakarta:Literasi Media Publishing.

23
Undang-Undang:

UU No. 7 Tahun 2017 tentang Pemilu

UU No. 12 Tahun 2003 tentang Pemilihan Umum Anggota Dewan Perwakilan


Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah

UU No. 39 Tahun 1999 Tentang Hak Asasi manusia Indonesia.

UU No 2 Tahun 2008 tentang Partai Politik;

Media Online:
Gerintya, S. (2017). Periksa Data Kuota 30% Perempuan Di Parlemen Belum
Pernah Tercapai. Diakses pada laman: https://tirto.id/kuota-30-
perempuan-di-parlemen-belum-pernah-tercapai-cv8q
Komisi Kemilihan Umum (KPU). (2019, Desember). Hasil hitung suara pemilu
legislatif DPRD Kab/Kota 2019. Diakses pada laman:
https://pemilu2019.kpu.go.id/#/dprdkab/hitung-suara/
Dairul Riadi. (2014, Mei). Inilah anggota DPRD Kabupaten Rokan Hulu 2014-
2019. Diakses melalui laman: https://m.goriau.com/berita/baca/inilah-
anggota-dprd-pekanbaru-2014-2019.html

Jariungu.com. (2019). Daftar anggota DPRD Kabupaten Rokan Hulu periode


2009-2014. Diakses melalui laman:
https://www.jariungu.com/parlemen_profil.php?
pageNum_rsAnggotaParlemen1=0&totalRows_rsAnggotaParlemen1=45&
idJenisParlemen=5&idParlemen=467&idKabKota=439&cariAnggotaParle
menDaerah=y&maxRows_rsAnggotaParlemen1=45

24

Anda mungkin juga menyukai