Anda di halaman 1dari 30

JURNAL LK II

MENAKAR OBJEKTIVITAS GELOMBANG


PEMILIH GENERASI MILENIAL DALAM
KONTESTASI POLITIK DI INDONESIA
(Studi Kasus :Pemilihan presiden dan wakil
presiden tahun 2019 serta pemilihan kepala
Daerah Kabupaten Banyuwangi tahun 2020)
Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Mengikuti
“INTERMEDIATE TRAINING (LK II)” TINGKAT
NASIONAL HMI CABANG TULUNGAGUNG

Oleh
ILHAM LAYLI MURSIDI

KODE JURNAL (L)


HIMPUNAN MAHASISWA
ISLAM CABANG
BANYUWANGI
2021
Abstract
The purpose of this paper is to discuss “Measures of Millenial Generation’s
Objektivity in Political Contest indonesian”. The research method used is
deskriptive quantitative methode by describing the results of data that have been
processed in such a way. The importance of the role of the millenial generation in
the effort to realize the ideals of democracy, namely that absolutely the highest
power comes from the people, and for the people. The objectivity of youth voters
is expected to build a better nation’s civilization in the future. The main issues
discussed here include: (1) a review of the 2019 presidential and vice presidential
elections, (2) a review of the 2020 Banyuwangi regent and deputy regend
elections, (3) the objectivity of the millenial generation as voters in the 2019
presidential and vice presidential elections, as well as the election of the 2020
regent and deputy regent of Banyuwangi.
Keyword: Millenials, Politics, and Democracy
Abstrak
Tujuan makalah ini dibuat yaitu untuk membahas ”Takaran Objektivitas
Generasi Millenial Dalam Kontestasi Politik Indonesia”. Adapun metode
penelitian yang digunakan yaitu metode kuantitatif deskriptif dengan menjabarkan
hasil data yang telah di olah sedemikian rupa. Pentingnya peran generasi millenial
dalam upaya mewujudkan cita-cita demokrasi yakni secara mutlak kekuasaan
tertinggi hadir dari rakyat, dan untuk rakyat. Objektivitas pemilih pemuda inilah
yang diharapakan guna membangun peradaban bangsa yang lebih baik
kedepannya. Adapun pokok-pokok permasalahan yang di bahas disini meliputi:
(1) review pelaksanaan pemilihan presiden dan wakil presiden 2019, (2) review
pelaksanaan pemilihan bupati dan wakil bupati banyuwangi 2020, (3) objektifitas
generasi millenial sebagai pemilih dalam pemilihan presiden dan wakil presiden
2019 serta pemilihan bupati dan wakil bupati banyuwangi 2020.
Kata kunci: Generasi Millenial, Politik, dan Demokrasi.

ii
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat ALLAH SWT, karena atas limpahan rahmad dan
hidayahNya sehingga makalah dengan judul “Menakar Objektivitas
Gelombang Pemilih Generasi Milenial Dalam Kontestasi Politik Di
Indonesia (Studi Kasus:Pemilihan Presiden Dan Wakil Presiden Tahun
2019 Serta Pemilihan Kepala Daerah Kabupaten Banyuwangi 2020)” dapat
diselesaikan.

Makalah ini disusun dengan maksud dan tujuan sebagai syarat untuk
mengikuti LK II HMI Cabang TulungAgung”. Penulis menyadari bahwa dalam
penyusunan makalah melibatkan berbagai pihak yang membantu, baik secara
kritikan, maupun secara material. Maka dari itu ucapan terimakasih penulis
sampaikan kepada pihak yang telah membatu dalam penyusunan makalah ini.

Penulis menyadari bahwa penulisan makalah ini masih jauh dari kata
sempurna, untuk itu penulis mohon kritik dan saran guna menyempurnakan
makalah ini. Harapam penulis agar makalah ini dapat bermanfaat bagi semua
orang.

Banyuwangi,20 Juli 2021

Penulis

iii
DAFTAR ISI

Cover.....................................................................................................................i
Abstrak.................................................................................................................ii
Kata Pengantar....................................................................................................iii
Daftar isi...............................................................................................................iv
BAB 1 PENDAHULUAN....................................................................................1
1.1 Latar Belakang...................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah..............................................................................2
1.3 Tujuan Penelitian...............................................................................2
1.4 Manfaat Penelitian.............................................................................3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN METODE PENELITIAN...................4
2.1 Demokrasi Elektoral.........................................................................4
2.2 Partai Politik ....................................................................................4
2.3 Pemilihan Umum..............................................................................6
2.4 Metode Penelitian.............................................................................7
BAB II1 PEMBAHASAN...................................................................................9
3.1 Review Pelaksanaan Pemilihan PILPRES 2019 .............................9
3.2 Review Pelaksanaan Pemilihan Pilkada Banyuwangi 2020.............12
3.3 Objektifitas Generasi Millenial Dalam Pemilihan Pilpres 2019 dan
Pilkada Banyuwangi 2020...............................................................14
BAB IV KESIMPULAN ....................................................................................21
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................

iv
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Indonesia adalah negara demokrasi dengan banyak sejarah di dalamnya,


termasuk dari transisi demokrasi sejak zaman sebelum kemerdekaan hingga
sampai saat ini. Mulai dari demokrasi parlementer,presidensial sampai pada
demokrasi elektoral yang kita anut sejak reformasi hingga sekarang. Dimana
demokrasi elektoral mengakar kepada kekuatan multi partai dan mendasar kepada
pancasila dan UUD 1945.
Demokrasi berasal dari bahasa yunani yakni “Demos” yang artinya
rakyat,dan “kratos atau cratein” yang artinya pemerintahan. Jadi, demokrasi
merupakan pemerintahan rakyat atau juga bisa disebut sebagai pemerintahan dari
rakyat, oleh rakyat, dan untuk rakyat. Meriam Boediardjo (1996:50) mengatakan
bahwa Demokrasi adalah Goverment Ruled by the people atau ungkapan umum
yang populer yaitu Goverment of the people,by the people and for the people atau
pemerintahan dari rakyat oleh rakyat dan untuk rakyat.
Demokrasi elektoral secara umum diartikan sebagai konsep demokrasi yang
melibatkan partai-partai politik sebagai wadah penyerapan aspirasi rakyat dalam
mengantarkan anggota/kader terbaiknya dalam kontestasi politik untuk
menduduki pos kekuasaan disuatu negara atau wilayah. Didalam kontestasi politik
ini akan berdampak kepada polarisasi politik yang menimbulkan oposisi-oposisi
dikalangan partai. Partai politik sebagai pengusung kandidat akan merancang
strategi-strategi untuk memperluas jaringan pemilih demi tercapainya kepentingan
politiknya. Namun di dalam konsep elektoral demokrasi saat ini justru mengarah
kepada pragmatisme politik elite-elite penguasa sebagai kedok kejahatan melalui
bentuk-bentuk kecurangan seperti money politic,black campaighn untuk mencapai
kekuasaannya melihat cost politick yang dikeluarkan pemodal sangat besar. Pada
kesimpulannya, demokrasi elektoral memang dapat dirasionalisasi sebagai salah
satu alternatif mutakhir dalam upaya idealisasi proses demokrasi dalam suatu
1
negara atau wilayah. Tetapi dibalik itu, tentu potensinya terjadi pragmatisme
politik dan konvensionalisasi kekuasaan tetap tidak bisa dinafikkan
keberadaannya.
Tidak lepas dari semua itu, keterlibatan generasi muda yang mana menjadi
pacuan semangat dalam proses demokratisasi dalam suatu negara adalah
keniscayaan yang sudah sepatutnya diperjuangkan. Hal ini dikarenakan pemilih
dari lapisan generasi muda minim tendensi dalam bilik-bilik politik pemerintahan
dan memiliki potensi untuk secara objektif melihat kandidat berdasarkan gagasan
dan kapasitasnya dalam membangun peradaban bangsa. Bagaimanapun,
objektifitas pemilih pemuda menjadi suatu harapan tersendiri dalam
mengupayakan terwujudnya cita-cita demokrasi, yakni secara mutlak kekuasaan
tertinggi hadir dari rakyat dan untuk rakyat, mengingat data mencatat bahwa
Dunia kini mengalami kemunduran demokrasi dalam beberapa tahun terakhir.
Freedom house (2020) melaporkan bahwa 25 dari 41 negara demokrasi yang telah
mapan mengalami erosi demokrasi selama 14 Tahun berturut-turut. Para pakar
politik menyebut kejadian ini dengan istilah bermacam-macam seperti istilah
Regresi Demokrasi,Resesi demokrasi,atau Dekonsolidasi Demokrasi.

1.2 RUMUSAN MASALAH


Berdasarkan latar belakang yang telah kami jelaskan di atas, terdapat
beberapa permasalahan yang dapat di rumuskan dan akan dibahas dalam makalah
ini sebagai berikut :
1.2.1 Bagaimana review pelaksanaan pemilihan presiden dan wakil presiden 2019?
1.2.2 Bagaimana review pelaksanaan pemilihan bupati dan wakil bupati banyuwangi
2020?
1.2.3 Seberapa besar objektivitas pemuda dalam memilih calon presiden dan wakil
presiden 2019 serta pemilihan bupati dan wakil bupati banyuwangi 2020?

1.3 TUJUAN PENELITIAN


Sebagai Refrensi kita untuk mengatahui makna beserta penjelasan dari
rumusan masalah tersebut:

2
1.3.1 Untuk mengetahui review pelaksanaan pemilihan presiden dan wakil
presiden 2019.
1.3.2 Untuk mengetahuui review pelaksanaan pemilihan bupati dan wakil bupati
banyuwangi 2020.
1.3.3 Untuk mengetahui seberapa besar objektifitas pemuda dalam pemilihan
umum presiden dan wakil presiden 2019 serta pemilihan bupati dan wakil
bupati banyuwangi 2020.

1.4 MANFAAT PENELITIAN


Manfaat dari penelitian ini untuk memberikan informasi dan pengetahuan
serta menjawab fenomena-fenomena yang terjadi dalam kontestasi politik kaum
mileniall. Harapan penulis dari penelitian ini yaitu untuk mengukur dan
menjadikan penelitian ini sebagai referensi bagi pembaca maupun pencari data
tentang preferensi politik kaum muda yang terjadi di indonesia maupun di
wilayah-wilayah khusus.

3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA DAN METODE PENELITIAN

2.1 Demokrasi Elektoral


Sejak reformasi bergulir, indonesia menegakkan
demokrasi elektoral yang mana kelamahan didalamnya,
masyarakat menganggap demokrasi elektoral adalah demokrasi
yang optimal untuk dilakukan, paradigma semacam inilah yang
menimbulkan banyak terjadinya dispersepsi masyarakat dalam
menyikapi proses berdemokrasi. Sebagian masyarakat hanya
beranggapan bahwa demokrasi elektoral sebagai pelaksanaan
pemilihan umum dan momentum politik nasional maupun
wilayah secara normatif, tanpa menelisik lebih dalam apa yang
terjadi di belakang panggung arena kontestasi politik elektoral,
padahal dalam pelaksanaan sistemnya(elektoral), dinamika yang
terjadi sangatlah besar jika dibandingkan dengan sistem
kontestasi politik yang lainnya.
(Adrain,1992:259) berpendapat bahwa demokrasi elektoral
adalah arena kompetisi dalam rangka memilih untuk
mendapatkan seseorang yang mampu menjadi pemimpin dalam
usaha mencapai ataupun mewujudkan cita-cita bersama. Dengan
demikian dapat dikatan bahwa bukan hanya proses pelaksanaan
demokrasinya yang penting melainkan juga kualitas orang yang
akan dipilih dan juga kiprahnya untuk mewujudkan cita-cita
bersama. Pemimpin yang bersaing maupun yang terpilih harus
mampu menyeimbangkan antara dinamika keragaman demokrasi
dengan keutuhan bangsa. Identitas demokrasi yang ideal
bertumpu kepada “kesatuan dalam keanekaragaman” dan
pergaulan mengisyaratkan adanya konsesus dan konflik.
2.2 Partai Politik
2.2.1 Pengertian Partai Politik
4
Secara umum partai politik dapat diartikan sebagai suatu organisasi yang
dibentuk dari sekumpulan orang yang didalamnya mempunyai tujuan,
ideologi,cita-cita yang sama untuk mempertahankan pos kekuasaan melalui
kebijakan-kebijakan yang telah mereka atur dan susun didalam suatu pemilihan
umum.
Menurut (Ramlan Surbekti, 1992:116) partai politik merupakan sekelompok
orang yang terorganisir secara rapi yang dipersatukan oleh ideologi yang sama
untuk mencari dan mempertahankan kekuasaan dalam pemilihan umum guna
melaksanakan kebijakan alternatif yang mereka susun. Definisi berikutnya
dikemukakan oleh R.H Soltau yang mengatakan bahwa “Partai Politik adalah
sebagai kelompok warga negara yang sedikit banyak terorganisir yang bertindak
sebagai suatu kesatuan politik (dan dengan memanfaatkan kekuasaannya untuk
memilih) yang bertujuan untuk menguasai pemerintahan dan melaksanakan
kebijakan umum mereka (Ahmad Sukardja,2012:146).
2.1.1 Peran dan Fungsi Partai Politik
(Miriam Budiharjo,2008:405) mengemukakan bahwa ada
empat peran dalam partai politik, pertama sebagai sarana
komunikasi politik artinya partai politik sebagai sarana agresi
kepentingan dan sarana permusuhan kepentingan. Kedua,
sebagai sarana sosialisasi politik, yaitu sarana bagi proses yang
melaluinya seseorang memperoleh sikap dan orientasi terhadap
fenomena politik dan untuk menciptakan citra bahwa dia
memperjuangkan kepentingan umum. Ketiga, partai politik
sebagai sarana rekruitmen politik, fungsi ini berhubungan
dengan perkaderan dan rekruitmen anggota legislatif maupun
eksekutif, partai politik harus benar-benar mencari sosok yang
profesional dan orang-orang yang punya integritas. Keempat,
sebagai sarana pengatur konflik,karena masyarakat politik
adalah masyarakat yang hitrogen, yang tentunya selalu berbeda
yang kemungkinan berpotensi konflik.
2.2.3 Partisipasi Politik
5
Partisipasi politik dapat diartikan sebagai pemungutan
suara, keanggotaan dalam partai, kegiatan dalam perkumpulan
sukarela, gerakan protes dan sebagainya. Partisipasi mulai
dihubungkan dengan proses administratif dengan menambahkan
peran serta dalam proses implementasi sehingga individu dan
kelompok dapat mengejar kepentingan yang bertentangan dan
bersaing (Rahman Mujibur, 2007:47).
Samuel P. Huntington dan John Nelson membagi
partisipasi politik menjadi beberapa bentuk seperti:
1. Kegiatan Pemilih. Yaitu kegiatan pemberian suara dalam pemilihan,
mencari dana partai, menjadi tim sukses, mencari dukungan bagi calon
legislatif atau eksekutif, atau tindakan lain yang berusaha mempengaruhi
hasil pemilu.
2. Lobby. Yaitu upaya perorangan atau suatu kelompok yang melalui
seorang pemimpin politik dengan maksud mempengaruhi kepututusan
mereka tentang suatu isu.
3. Kegiatan organisasi. Yaitu partisipasi individu kedalam organisasi,baik
selaku anggota maupun pimpinannya guna mempengaruhi pengambilan
keputusan oleh pemerintah.
4. Koneksi. Yaitu upaya individu atau kelompok dalam membangun
jaringan atau hubungan dengan pejabat-pejabat pemerintah guna
mempengaruhi keputusan mereka.
5. Tindakan kekerasan. Yaitu suatu tindakan individu atau kelompok guna
mempengaruhi keputusan pemerintah dengan cara menciptakan kerugian
fisik atau harta benda, seperti halnya teror, kudeta, revolusi dan
pemberontakan (Anwar Ariffin,2013:70).
2.3 Pemilihan Umum
Didalam representatif demokrasi rakyat tidak ikut secara langsung
menentukan jalannya pemerintahan, akan tetapi melalui wakil-wakilnya yang
duduk didalam badan perwakilan rakyat. Rakyat mewakilkan kepada wakil-
wakilnya yang duduk didalam lembaga tersebut untuk menentukan roda
6
pemerintahan. Dengan cara rakyat memilih wakil-wakilnya yang duduk di badan
perwakilan rakyat itu dengan melalui pemilihan umum (Mashudi,1993:22).
(syafie kencana & Azhari, 2002:98) mengatakan pemilu adalah suatu proses
dimana para pemilih untuk memilih orang-orang untuk mengisi jabatan-jabatan
politik tertentu. Jabatan-jabatan politik beraneka ragam mulai dari presiden, wakil
rakyat diberbagai tingkat pemerintahan.
Pemilihan umum merupakan suatu “transmission belt”, sehingga kekuasaan
yang berasal dari rakyat dan dapat beralih menjadi kekuasaan negara yang
kemudian menjelma dalam bentuk wewenang-wewenang pemerintahan untuk
memerintah dan mengatur rakyat. Pemilihan umum dan perwakilan dengan
demikian merupakan sarana penghubung antara infrastruktur politik atau
kehidupan politik di lingkungan masyarakat dengan suprastruktur politik atau
kehidupan politik di pemerintahan. Melalui kedua lembaga ini rakyat dapat
memasuki kehidupan politik dilingkungan pemerintah sehingga dimungkinkan
terciptanya pemerintahan dari rakyat, pemerintahan oleh rakyat dan pemerintahan
untuk rakyat (Tambunan A.S.S,1995:3).
2.4 Metode Penelitian
2.4.1 Jenis Penelitian
Penelitian yang dilakukan merupakan penelitian dalam menakar
objektifitas gelombang pemilih generasi milenial dalam kontestasi politik
indonesia. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan
pendekatan deskriptif. Data yang terkumpul dibagi menjadi dua kelompak
data,yaitu kuantitatif yang berbentuk angka-angka dan data kualitatif yang
dinyatakan dalam kata-kata atau simbol. Di dalam penelitian ini diperlukan
data menggunakan angka kemudian diperjelas dengan kata-kata.
2.4.2 Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di pemuda desa dan kota yang terletak di
wilayah Indonesia Povinsi Jawa Timur. Tepatnya penelitian ini dilakukan di
pemuda desa dan pemuda kota kabupaten Banyuwangi, yakni para tokoh
pemuda yang telah berkontestasi di arena politik. Adapun waktu penelitian
dilakukan sejak perencanaan penelitian, pelaksanaan penelitian sampai
7
pembuatan laporan penelitian.
2.4.3 Subjek Penelitian
Menurut (Arikunto, 2002:66) subjek dalam penelitian adalah benda,
keadaan atau orang tempat data melekat dipermasalahkan. Pada penelitian
ini yang menjadi subjek adalah beberapa generasi millenial di daerah setapal
kuda Banyuwangi khususnya millenial HMI BANYUWANGI.
2.4.4 Tekhnik Pengumpulan Data
Sumber data penelitian ini meliputi kaum remaja, mahasiswa,
teman seorganisasi. Adapun tekhnik pengumpulan datanya dilakukan
dengan cara sebagai berikut,
1) Metode Observasi
Observasi adalah suatu cara pengumpulan data dengan
pengamatan langsung dan pencatatan secara sistematis terhadap objek
yang akan diteliti. Observasi dilakukan oleh peneliti dengan cara
pengamatan dan pencatatan mengenai objektifitas generasi mileniall
dalam kontestasi politik.
2) Metode wawancara
Wawancara dilakukan dengan beberapa kaum mileniall yang
pernah melaksanakan arena kontestasi politik. Wawancara dalam
penelitian ini dilakukan untuk mengetahui tanggapan kaum mileniall
terhadap objektifitas dalam kontestasi politik indonesia.
3) Dokumentasi
Dokumentasi ini merupakan kumpulan-kumpulan data yang
berbentuk tulisan (Burhan Bungin,2001:152) yang dapat bersumber dari
buku, jurnal, maupun keterangan-keterangan ilmiah lainya. Adapun
dokumentasi yang dilakukan dalam penelitian ini yaitu pencarian
pengumpulan data dari sumber-sumber data yang berkaitan dengan
politik kaum muda menurut disiplin ilmu yang lain. Selain itu, bentuk
dokumentasi lainnnya berupa buku ataupun jurnal sebagai penambah
refrensi dalam penelitian ini.
2.4.5 Analisis Data
8
Analisa data dilakukan dalam beberapa tahapan analisis data diantaranya
melalui reduksi data, penyajian data serta verifikasi atau kesimpulan. Tahapan
pertama yaitu reduksi data yang dilakukan setelah hasil wawancara atau observasi
di transkip dan kemudian dipilah data kaum mileniall yang berperan di dalam
arena kontestasi politik sesuai dengan topik penelitian. Selanjutnya data di
lakukan dengan tahapan deskriptif untuk memberi penjabaran lebih lanjut tentang
tingkat partisipasi pemuda dalam kontestasi politik. Kemudian data tersebut
dilakukan verifikasi dan kesimpulan dari data-data yang telah diolah dan
dianalisa.

9
BAB III
PEMBAHASAN

3.1 Review Pelaksanaan Pemilihan Calon Presiden, dan Wakil Presiden RI 2019.
3.1.1 Pembagian Garis Dukungan Partai/Koalisi Kandidat
Pada tahun 2019, terjadi rematch antara jokowi dan prabowo yang
mana pada awalnya pertandingan politik ini terjadi tahun 2014 dan terulang
kembali pada tahun 2019. Meski dengan wakil yang berbeda, peta koalisi
partai tidak banyak berubah, berikut pembagian peta koalisi partai politik
antara Jokowi dan Prabowo:
a) Poros Jokowi
Pertama, dari koalisi partai pengusung dan pendukung jokowi
sebagai Petahana. Beberapa partai politik sudah mendeklarasikan secara
resmi dukungan ke jokowi yakni partai PDIP, GOLKAR, HANURA,
NASDEM, PPP, PKB, dan PKPI. Sejak pilpres Tahun 2014 PDIP, Nasdem,
dan Hanura sudah menjadi partai pendukung jokowi yang berpasangan
dengan jusuf kala. Sementara partai lainnya baru bergabung dalam koalisi
jokowi baru-baru ini.
b) Poros Prabowo
Kedua, dari koalisi partai pengusung dan pendukung prabowo.
Beberapa partai pendukung prabowo yakni Partai Gerindra, PKS,
DEMOKRAT, dan PAN. Partai Gerindra dan Partai PKS sejak awal
pemerintahan jokowi menyatakan diri sebagai oposisi dan masih konsisten
hingga saat ini.

10
3.1.2 Keterlibatan partai dalam proses pemenangan kandidat
Keterlibatan serta konsolidasi sebuah koalisi partai dari masing-
masing calon kandidat memang sangat dibutuhkan untuk mempererat politik
agar lebih kuat dan solid. Dilihat dari momentum pemilihan presidan dan
wakil presiden 2019, partai-partai pendukung mulai menggencarkan strategi
politiknya dalam upaya memenangkan calon kandidat yang di usung.
Menurut lock dan Harris, kampanye terkait erat dengan image politik
(Firmanzah, 2010:275). Dengan demikian konsolidasi pada masa kampanye
perlu dilakukan secara menyeluruh dari tahap awal mulai perencanaan
hingga tahap akhir Evaluasi. Berikut keterlibatan atau strategi aktif yang
dilakukan partai pengusung dalam proses pemenangan kandidat pemilu:
1. Strategi partai pengusung jokowi-Amin
Dalam upaya pemenangan, kubu jokowi menyatakan bahwa telah
terbentuk 10 direktorat dalam tim kampanye. Direktorat tersebut yakni
direktorat progam, keuangan, penggalangan dan jaringan, hukum dan
advokasi, infokom, logistik dan APK, saksi pemilu, konten kampanye,
penggalangan pemilih muda/milennial, dan relawan. Menurut sekjen
Partai Persatuan Pembangunan(PPP) Arsul Sani dibawah 10 direktorat
ini akan ada 34 koordinator wilayah seluruh indonesia. Setiap partai
juga akan menyiapkan 25 juru bicara kampanye pilpres 2019 yang di
bagi sesuai bidangnya masing-masing. Mereka akan mendapat
pelatihan secara profesional sebelum terjun ke lapangan baik untuk
bicara defense ketika diserang serta ofense ketika menyerang (Debora

11
Sanur:2018)
2. Strategi partai pengusung Prabowo-Sandi
Sementara itu partai pengusung dari prabowo juga melancarkan
strategi-strategi politiknya. Ketua DPP PKS Mardani Ali Sera
mengatakan bahwa tim pemenangan Prabowo-Sandi hanya akan
memuat 6 Direktorat. Meski demikian untuk merancang strategi
pemenangan akan ada tim yang membagi peta wilayah berdasarkan
ukuran kekuatan (Debora Sanur:2018)

3.1.3 Partisipasi aktif masyarakat


Data mencatat bahwa angka partisipasi pemilih dalam pemilu 2019
melampaui target nasional. Bahkan, dibanding pemilu tahun 2014,angka
partisipasinya lebih tinggi. Angka partisipasi pemilih di pilpres 2019
sebanyak 81 persen, sedangkan dari pilpres 2014 yang mencapai 70 persen,
dan ini melampaui target nasional 77,5 persen.

12
3.2 Review Pelaksanaan Pemilihan Calon Bupati dan Calon Wakil Bupati
Kabupaten Banyuwangi 2020
3.2.1 Pembagian Garis Dukungan Partai/Koalisi Kandidat.
Pada tahun 2020 tepatnya tanggal 9 Desember dikabupaten
Banyuwangi telah berlangsung pemilihan kepala daerah kabupaten

13
Banyuwangi . Begitupun seperti halnya pilpres 2019,pilkada di banyuwangi
tahun 2020 juga tak lepas dari partai-partai pendukung masing-masing
kandidat calon bupati dan wakil bupati tersebut. Adapun partai-partai
pendukung yakni:
1. Poros Ipuk-Sugirah
Partai politik yang berporos mendukung Ipuk-Sugirah yaitu Partai
Nasdem, PPP, PDIP, Hanura, dan partai Gerindra.
2. Poros Yusuf-Riza
Adapun partai yang mendukung Yusuf-Riza yaitu Partai Demokrat, PKB,
PKS, Golkar.
Berdasarkan perolehan kursi dari partai koalisi masing-masing
pasangan calon, dapat di lihat bahwa kekuatan Ipuk sedikit lebih unggul
dibandingkan dengan kekuatan Yusuf-Riza. Ipuk-Sugirah mengantongi 56
persen kursi parlemen, sedangkan Yusuf-Riza hanya mendapat 44 persen
kuri parlemen.

3.2.2 Keterlibatan partai dalam proses pemenangan kandidat


1. Strategi Partai Pengusung Ipuk-Sugirah
Dalam upaya pemenangan Ipuk-Sugirah, strategi yang dilakukan partai
politik pengusung khususnya partai PDIP melakukan kampanye dengan
membranding mobil pick up maupun ambulance dengan foto ipuk
sugirah. Hal ini di lakukan di setiap wilayah atau desa-desa oleh para
14
koalisi partai maupun relawan. Tak lepas dari semua itu ipuk juga sering
terjun langsung ke lapangan untuk bersosialisasi dan pengenalan diri
terhadap masyarakat.
2. Strategi Partai Pengusung Yusuf-Riza
Di pihak partai pengusung yusuf riza sama halnya dengan pihak koalisi
partai ipuk-sugirah, strategi yang dilakukan yakni dengan melakukan
Kampanye Tour di berbagai wilayah yang ada di banyuwangi. Hal ini di
benarkan oleh Yusuf selaku calon bupati nomer urut 1, pada saat acara
debat kandidat di JTV Banyuwangi dan mengatakan sudah berkeliling di
751 dusun yang ada di banyuwangi bersama partai pengusungnya untuk
mendengarkan aspirasi masyarakat. Selain itu, bersama Tokoh-tokoh NU
di banyuwangi, koalisi mulai menyusun strategi politik demi mendapat
dukungan dari masyarakat melalui mimbar-mimbar ceramah dan
kegiatan sosialisasi masyarakat, para tokoh-tokoh NU itupun mulai
melancarkan strategi politiknya. Selain tokoh-tokoh NU, ada juga public
figure atau artis-artis banyuwangi yang berpolitik memberi dukungan
penuh melalui karya-karya lagu untuk pemenangan Yusuf-Riza.
3.2.3 Partisipasi aktif masyarakat
Pilkada di tahun 2020 yang berada di kabupaten banyuwangi
mengalami peningkatan dibandingkan pilkada di tahun 2015. Meskipun di
tahun 2020 merupakan tahun maraknya pandemi covid namun tidak
menghalangi partisipasi masyarakat dalam berdemokrasi dalam pemilihan
bupati dan wakil bupati 2020. Data mencatat bahwa pada tahun 2020
demokrasi bumi blambangan mengalami peningkatan yakni dikisaran angka
65,84 persen atau naik 6,37 persen di bandingkan Pilbub 2015 yang hanya
dikisaran 59,47 persen. Sejak pemilihan Bupati kali pertama di gelar di
tahun 2005 hingga tahun 2020, tercatat bahwa di tahun 2020 ini memiliki
partisipasi paling tinggi.

15
3.3 Objektifitas Generasi Millenial sebagai Pemilih Dalam Pilpres 2019 dan
Pilkada 2020
3.3.1 Karakteristik dan klasifikasi generasi mileniall
Generasi millenial merupakan generasi yang lahir pada rentang waktu
awal tahun 1980-2000. Mereka disebut millenial karena berdekatan dengan
milenium baru dan dibesarkan di era yang lebih digital. Menurut
(Horovitz,2012) Generasi Y sering disebut Millenial Generation, yaitu
kelompok muda yang lahir awal 1980-2000. Jadi bisa dikatakan generasi
millenial adalah generasi muda masa kini yang saat ini berusia sekitar 15-34
tahun. Kisaran usia tersebut sesuai dengan rata-rata usia mahasiswa yang
menempuh pendidikan di perguruan tinggi sekitar 19-34 tahun. Generasi
muda yang erat dengan tekhnologi juga bisa disebut dengan digital native
atau net generation. Mereka adalah penutur asli dari bahasa digital, karena
lahir di era yang lebih digital (prensky, 2001:1). Dan di era inilah prilaku,
pola pikir generasi millenial banyak dipengaruhi oleh perkembangan
tekhnologi.
Berdasarkan hasil analisa dari situasi disrupsi saat ini generasi
millenial mempunyai karakteristik yang berbeda dari generasi sebelumnya
yaitu:
1. Memiliki kreatifitas dibidang tekhnologi
2. Millenial cenderung malas dan konsumtif

16
3. Millenial lebih tau tekhnologi daripada orang tua mereka
4. Millenial kurang suka membaca buku Konvensional dan lebih suka
membaca buku digital.
5. Millenial lebih bergantung kepada jaringan internet
6. Millenial lebih cenderung pragmatis.
7. Sudah tidak menyukai TV karna hiburan apapun sudah ada di
smartphone.
Setiap generasi memang memiliki karakteristik persamaan ataupun
perbedaan, keunggulan atau kelemahan masing-masing tergantung dari
tahun, tempat, wilayah seseorang lahir. yang paling menonjol pada generasi
millenial ini yaitu kehadiran tekhnologi yang tidak bisa dipisahkan dari
kehidupan generasi millenial. Bagi kaum pedalaman, tekhnologi bukanlah
prioritas utama dalam kemajuan peradaban bangsa karena memang kaum
pedalaman sangat jauh dari tekhnologi sehingga minim pengetahuan akan
baik, buruknya peranan tekhnologi bagi generasi millenial saat ini.
3.3.2 Analisis data dan hasil takaran objektifitas generasi millenial
Disini penulis mencoba menyajikan table dan sampel dari penelitian
mengenai takaran objektifitas gelombang pemilih generasi millenial dalam
kontestasi politik di indonesia, penelitian ini dilakukan kurang lebih selama
2 minggu, dimana hasil data yang diperoleh terbanyak dari wawancara,
melihat pendekatan yang dilakukan yaitu melalui pendekatan kuantitatif
observatif. Berikut ulasan data yang telah diperolah dari beberapa responden
yakni:

Nama Pemilih/Tidak
Memilih Dalam Pilpres
2019 dan Pilkada 2020 UMUR ASAL
Banyuwangi
Suftyan saury 25 Glenmore
Rifqi Jauhari 21 Kabat
Nur Istikomah 21 Karangsari
17
Sulthan Ayung 22 Sumbersari
Hendra 23 Sumbersari
Novia Fitriani 21 Glenmore
Madhu Purwo 26 Kesilir
Miswan 21 Pakistaji
Maya Astarina 21 Truko
Inayah Wulandari 21 Licin

Khoirul Anwar 25 Sumbersari


Ihya Ulumuddin 22 Muncar
Ahmada Zulhan 23 Wongsorejo
Ainul yaqin 22 Wongsorejo
Febri Wiantono 21 Muncar
Wildan aji 22 Songgon
Romi alfa 22 Songgon
Nur Hidayat 23 Songgon

Fahmi yusup 21 Songgon

Via aqylia 21 Genteng

Raeval 25 Muncar
Gilang Ramadhan 21 Parijatah
Sutikno hartanto 27 Songgon
Siti khotizah 21 Alas malang
Sholeh 23 Genteng
Beny 23 Genteng
Diki prasetyo 22 Sempu
Fajar susanto 24 Genteng
Gunawan efendi 24 Lombok

Roudhotul firdaus 25 Muncar

Arby maulana 26 Srono

18
Kemudian dari tabel nama-nama diatas ditemukan sampel berupa
diagram lingkar yaitu data faktor yang mempengaruhi responden dalam
pemilihan presiden dan wakil presiden 2019 serta pemilihan Bupati dan
wakil Bupati Banyuwangi 2020. Berikut sampel data yang telah diolah dan
dianalisa sehingga menghasilkan sebuah persentase dalam kontestasi politik
dengan studi kasus Pilpres 2019 dan Pilkada Banyanyuwangi 2020.

FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PEMILIH


DALAM PILPRES 2019
kehendak diri GOLPUT
dorongan orang tua
5%

20%

75%

19
FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PEMILIH
DALAM PILKADA BANYUWANGI 2020
kehendak diri GOLPUT
dorongan orang tua

25%

60%
15%

Dari data diatas kemudian di simpulkan penjabaran dari masing-masing


responden terkait faktor yang mempengaruhi pemilih dalam Pilpres 2019 dan
Pilkada Banyuwangi 2020. Adapun penjabaran masing-masing rsponden sebagai
berikut:

20
1. Faktor yang mempengaruhi pemilih dalam Pilpres 2019:
a. Responden memilih sesuai kehendak diri.
Disini responden memilih sesuai kehendak diri karena memang
mengerti kemampuan memimpin, bukti nyata kualitas dari setiap
kandidat calon presiden maupun wakil presiden, sehingga
memutuskan untuk memilih sesuai kehendak hatinya tanpa ada
paksaan dari siapapun.
b. Responden memilih karena dorongan orang tua.
Disini sebagian responden, memilih karena dorongan orang tua
bukan karena kehendak dirinya. Dikarenakan sang pemilih bimbang
akan pilihannya dan mencari saran atas pilihannya kepada orang tua
sehingga orang tua mengarahkan untuk memilih salah satu calon yang
telah di sarankan.
c. Responden memilih Golput.
Ada beberapa alasan pemilih lebih memilih golput diantaranya:
karena alasan pekerjaan yang tidak bisa ditinggalkan karena
responden bekerja di perusahaan swasta, tidak ada pemimpin yang
sesuai dengan kehendak hatinya , dan apatis terhadap pemilihan
umum.
2. Faktor yang mempengaruhi pemilih dalam Pilkada Banyuwangi 2020:
a. Responden memilih sesuai kehendak diri.
Pertama dalam takaran objektifitas pemilih Ipuk-Sugirah,
responden memilih sesuai kehendak diri dengan alasan ipuk
mempunyai jiwa pemimpin yang merakyat, dari segi kualitas bisa
dilihat saat masih menjadi kader PDIP yang mampu membangun
kesinambungan partai dan masyarakatnya, serta bisa di andalkan
ketika saat memimpin banyuwangi kedepan seperti halnya Abdull
azhar Annas selaku mantan wakil bupati banyuwangi 2 periode dan
juga termasuk istri dari calon Bupati Ipuk Festiandini.
Kedua dalam takaran objektifitas pemilih Yusuf-Riza,

21
responden memilih sesuai kehendak diri dengan alasan Yususf sudah
berpengalaman dalam hal memimpin Banyuwangi, dilihat dari
pengalaman sebelumnya yaitu Yusuf adalah Wakil Bupati 2 periode
yang menemani kepemimpinan Abdullah Azwar Annas kala itu.
b. Responden memilih karena dorongan orang tua.
Ada beberapa alasan yang mempengaruhi responden dalam
memilih sesuai arahan orang tua, yaitu dikarenakan orang tua
responden adalah relawan dari salah satu calon kandidat. Karena
memang di setiap desa-desa terbentuk koalisi relawan dalam
mendukung masing-masing calon kandidat.
c. Responden memilih Golput.
Alasan memilih golput dikarenakan responden menganggap
bahwa dipihak Ipuk sedang terjadi Praktek Politik dinasti, melihat
Ipuk Festiandini adalah istri dari Abdullah Azwar Annas Mantan
Bupati Banyuwangi 2 periode, dan di pihak Yususf sendiri
melakukan politik Agama karena wakil dari Yusuf yaitu Gus Riza
adalah salah satu Pengasuk Pondok Pesantren Terbesar di
Banyuwangi yaitu pondok pesantren Blok Agung. Hal itu lah yang
dijadikan alasan beberapa responden lebih memilih Golput dalam
Pilkada Banyuwangi 2020.

22
BAB IV KESIMPULAN

Dari uraian pembahasan diatas kita bisa mengambil


kesimpulan bahwa di dalam suatu kontestasi politik khususnya
dalam pelaksanaan pemilihan presiden dan wakil presiden 2019
serta pemilihan Bupati dan wakil Bupati Banyuwangi 2020
terdapat sebuah pembagian peta koalisi partai di setiap masing-
masing kandidat calon, baik yang sifatnya sebagai partai
pengusung maupun pendukung. Kemudian dari setiap
keterlibatan partai dalam proses pemenangan kandidat
mempunya strategi politik masing-masing guna memenangkan
kandidat yang di usungnya. Setelah itu kita melihat partisipasi
aktif masyarakat yang meningkat dalam pemilihan umum,
dimana dalam pemilihan presiden dan wakil presiden 2019
partisipasi masyrakat mencapai 81 persen dibandingkan pada
tahun 2014 yang hanya mencapai 70 persen. Dan ini mencapai
target nasional yang hanya 77 persen. Sedangkan dalam
pemilihan kepala daerah Banyuwangi 2020 tingkat partisipasi
masyarakat mencapai 65 persen daripada pemilihan kepala
daerah sebelumnya tahun 2015 yang hanya mencapai 59 persen.
Kemudian dari rangkaian kontestasi politik yang bersifat
makro hingga mikro tersebut didapatkan sebuah analisa data
tentang objektifitas generasi millenial dalam kontestasi politik
baik dalam takaran objektifitas pemilihan presiden dan wakil
presiden 2019 serta pemilihan bupati dan wakil bupati
banyuwangi 2020. Tingkat objektifitas generasi millenial dalam
kontestasi politik tersebut dipengaruhi oleh beberapa faktor baik
dari dirinya sendiri, dorongan orang tua bahkan golput dalam
pemilihan. Namun dari data di atas dapat disimpulkan bahwa
tingkat objektifas generasi millenial sesuai kehendak diri Tanpa
intervensi dari luar dirinya dalam pemilihan presiden dan wakil
23
presiden 2019 mencapai 75 persen, dan tingkat objektifitas
sesuai kehendak diri dalam pemilihan bupati dan wakil bupati
banyuwangi 2020 mencapai 80 persen.

24
DAFTAR PUSTAKA

Adrain, 1992, Kehidupan Politik dan Perubahan Sosial, Yogyakarta: P.T. Tiara
Wicana
Ariffn, Anwar, 2013, Politik Pencitraan-Pencitraan Politik, Edisi Pertama,
Yogyakarta:Graha Ilmu.
Arikunto, 2002, Prosedur Penelitian : Suatu Pendekatan Praktek, Jakarta: PT
Rineka Cipta.
Boediardjo, Miriam, 2008, Dasar-Dasar Ilmu Politik, Jakarta: PT Gramedia
Pustaka Utama.
Boediardjo, Miriam, 1996, Demokrasi di Indonesia, Jakarta: P.T. Gramedia
Pustaka Utama.
Bungin, Burhan, 2001, Metodologi penelitian kualitatif Aktualisasi Metodologis
ke Arah Ragam Varian Kontemporer, Jakarta:Rajawali Pers.
Firmanzah, 2010, Persaingan, Legitimasi Kekuasaan, dan Marketing
Politik:Pembelajaran Politik Pemilu 2009, Jakarta:Yayasan Obor Indonesia.
Horovitz, 2012, After Gen X, Millenials, what should next generation be?, USA
Today, Retrieved 24 November 2012.
Kencana, Syafie & Azhari, 2002, Sistem Politik Indonesia, Bandung:P.T Refika
Aditama
Mashudi, 1993, Pengertian-Pengertian Mendasar Tentang Kedudukan Hukum
Pemilihan Umum Di Indonesia Menurut Undang-Undang Dasar1945,
Bandung:P.T Mandar Maju.
Rahman, Mujibur, 2007, Menggugat Partisipasi Publik Dalam Pemerintahan
Daerah, Malang: Bayu Media Publishing.
Prensky, VOL 9 No 5, 2001, Digital Natives, Digital Immigrant. On The
Horizon:MCB University Press.
Sanur, Debora, Vol 10 No 16, 2018, Konsolidasi dan Strategi Pemenangan
Pemilihan Presiden 2019, Jakarta Pusat:Pusat Penelitian Badan Keahlian
DPR RI.
Surbekti, Ramlan, 1992, Memahami Ilmu Politik , Jakarta: Grasindo.
Sukardja, Ahmad, 2012, Hukum Tata Negara dan Administrasi Negara Dalam
Perspektif Fiqih Siyasah, Jakarta Timur:Sinar Grafika.
Tambunan A.S.S, 1995, Pemilihan Umum di Indonesia dan Susunan &
Kedudukan MPR, DPR, dan DPRD, Bandung:Binacipta.

25
26

Anda mungkin juga menyukai