Anda di halaman 1dari 3

Nama : Zulfikar Muhammad

NIM : 041728092

Tugas 2 Pengantar Ilmu Politik

Partisipasi Perempuan Dalam Ranah Politik di Provinsi Jawa Tengah

Saat ini perempuan sudah tidak seperti dulu lagi. Dulu perempuan hanya dianggap sebagai
pengurus rumah tangga, memasak dan mengasuh anak. Dengan semangat penyetaraan gender
para perempuan ingin mendapatkan kesetaraan hak baik secara pribadi maupun konstitusi.
Seiring berjalanya waktu perempuan berfikir bahwa gender itu bukan hanya bermakna
identitas dan struktur sosial saja, melainkan lebih dari itu. Hal tersebut yang membuat
perempuan sekarang tidak lagi ingin dibedakan dengan laki-laki dalam dunia profesi maupun
lainya.

Dunia politik juga tidak dilewati oleh peran perempuan di dalamnya, bahkan sekarang setiap
partai politik pasti memiliki kader dan anggota seorang perempuan.Selain itu perempuan di
indonesia juga semakin mendapat jalan lebih luas untuk berperanaktif dalam kancah politik.
Dengan peraturan yang mengatur porsi caleg perempuan sebesar minimal 30% dari jumlah
caleg, hal itu akan member peluang lebih lebar kepada kaum perempuan untuk menekuni
dunia politik.

Aturan tentang kewajiban kuota 30 persen bagi caleg perempuan adalah salah satu capaian
penting dalam perjalanan demokrasi Indonesia pascareformasi. Aturan tersebut tertuang
dalam sejumlah UU, yakni UU No. 31 Tahun 2002 tentang Partai Politik, UU No. 12 Tahun
2003 tentang Pemilihan Umum, UU No. 2 Tahun 2008 tentang Partai Politik dan UU No. 10
Tahun 2008 tentang Pemilihan Umum Anggota DPR-DPRD yang di dalamnya juga memuat
aturan terkait Pemilu tahun 2009. UU No. 2 Tahun 2008 mengamanahkan pada parpol untuk
menyertakan keterwakilan perempuan minimal 30 dalam pendirian maupun kepengurusan di
tingkat pusat. Angka 30 persen ini didasarkan pada hasil penelitian PBB yang menyatakan
bahwa jumlah minimum 30 persen memungkinkan terjadinya suatu perubahan dan membawa
dampak pada kualitas keputusan yang diambil dalam lembaga publik.

UU No. 10 Tahun 2008 mewajibkan parpol untuk menyertakan 30 persen keterwakilan


perempuan pada kepengurusan tingkat pusat. Syarat tersebut harus dipenuhi parpol agar dapat
ikut serta dalam Pemilu. Peraturan lainnya terkait keterwakilan perempuan tertuang dalam
UU No. 10 Tahun 2008 Pasal ayat 2 yang mengatur tentang penerapan zipper system, yakni
setiap 3 bakal calon legislatif, terdapat minimal satu bacaleg perempuan.

Pada pemilu tahun 2014, dari 35 Kabupaten/Kota di Jawa Tengah dapat dilihat fakta
perempuan anggota DPRD Kabupaten/Kota lebih banyak terpilih dari partai politik besar,
seperti Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP), Partai Demokrat, Partai Golongan
Karya (Golkar) dan Partai Kebangkitan Bangsa (PKB). Total jumlah anggota DPRD Provinsi
Jawa Tengah adalah 100 orang, yang terdiri dari 76 orang anggota laki-laki (67%) dan 24
orang anggota perempuan (24%). Partai Demokrasi Indonesia (PDIP) menempati urutan
tertinggi (37%) dalam menyumbang perempuan terpilih di DPRD Provinsi Jawa Tengah,
disusul Golkar (67%) dan PKB (30%).

Beberapa kepala daerah di Jawa Tengah juga merupakan seorang perempuan. Beberapa
diantaranya yaitu Bupati Kendal Mirna Annisa, Bupati Grobogan Sri Sumarni, Bupati Sragen
Kusdinar Untung Yuni Sukowati. Pada periode 2008-2013 sendiri Wakil Gubernur Jawa
Tengah dijabat oleh Rustriningsih yang sebelumnya menjabat sebagai Bupati Kebumen.

Peran perempuan dalam politik di indonesia saat ini memang semakin kuat, hal itu terlihat
makin banyaknya kepala daerah, anggota DPR, bahkan para menteri yang di jabat seorang
perempuan. Bukan hanya menjabat namun kekuatan mereka mampu merubah indonesia
dalam hal positif. Terlihat mereka menghilangkan gender sebagai identitas mereka sehingga
mereka mampu bersifat dominan bahkan lebih kuat di banding laki-laki.

Hal tersebut terlihat jelas bahwa tidak ada diskriminasi bagi perempuan maupun pria, semua
sama dalam konstitusi Negara kita. Bahkan tak ada aturan perundang-undangan dalam
kaitannya hak politik warga Negara Indonesia yang menyatakan bahwa harus mendahulukan
atau memprioritaskan kaum pria dari pada kaum perempuan. Peran perempuan dalam dunia
politik Indonesia memang akan menjadi sebuah warna tersendiri bahkan dengan segala sifat
keperempuanannya hal itu akan semakin melengkapi perpolitikan Indonesia. Pada akhirnya
kemampuan dan kepatutan yang akan menjadi penilaian utama.

Diskusi pro-kontra terkait keterwakilan perempuan selalu hangat dan tidak pernah berakhir.
Kesetaraan gender dan semangat menjamin kepentingan keperempuaan dalam legislasi
menjadi landasan utama kelompok pro. Sedangkan yang kontra menganggap hal tersebut
tidak harus diatur secara kuantitatif karena dapat terjadi alami, ada juga yang berkaca pada
sifat kodrati perempuan yang tidak baik jika dipaksa, serta alasan lainnya. Lepas dari pro
kontra tersebut, amanat regulasi mewajibkan keterwakilan perempuan. Parpol mau tidak mau
harus menyiapkannya.

Dalam lingkup yang lebih luas, diperlukan pula sebuah gerakan yang membangkitkan
kesadaran publik akan pentingnya praktik politik berbasis keadilan gender. Persepsi publik
bahwa perempuan adalah makhluk domestik yang tidak cocok dengan dunia politik mutlak
harus diakhiri. Begitu pula tafsir keagamaan yang cenderung mengidentikkan kepemimpinan
dengan maskulinitas idealnya harus digeser ke perspektif yang lebih sensitif gender.

Sumber Referensi :

Miriam Budiardo, dkk.2018. Buku Pengantar Ilmu Politik. Universitas Terbuka

Hamidah Abdurrachman,dkk. 2019. KUOTA PEREMPUAN DI DPRD JAWA TENGAH


PADA PEMILU 2014 DAN PEMILU 2019. Universitas Pancasakti Tegal

https://www.suaramerdeka.com/news/baca/163871/keterlibatan-perempuan-dalam-politik-
perlu-didorong

https://news.detik.com/kolom/d-4174432/keterwakilan-perempuan-dalam-politik

https://medium.com/hipotesa-indonesia/perempuan-dan-politik-indonesia-8ebae17c57e5

https://jatengprov.go.id/publik/aktivitas-politik-perempuan-diminta-tak-hanya-cari-kursi/

Anda mungkin juga menyukai