Universitas Terbuka
Tahun 2020/2021
TUGAS 3
Teman-teman peserta tuton TAP, saat ini Anda telah memasuki tugas 3. Pada tugas 3
ini Anda diminta untuk menganalisis wacana yang telah disampaikan pada sesi 2
dengan menggunakan perspektif Komunikasi Antar budaya dan Komunikasi
Organisasi. Berikut perincian tugas 3:
1. Pada wacana di atas terlihat jelas bahwa ada perbedaan persepsi dari media
televisi yang menyiarkan berita tentang penyergapan rumah Muhjahri di
Temanggung, Jawa Tengah oleh Densus 88 Polri dengan KPI dan Dewan Pers
sebagai lembaga regulator pemerintah. Ada 5 unsur utama sosial budaya dalam
kajian KAB yang secara langsung akan mempengaruhi makna dalam persepsi
seseorang terhadap peristiwa dan objek-objek tertentu yang selanjutnya akan
menentukan perilaku komunikasinya yang beragam. Berkaitan dengan hal tersebut di
atas.
Jawaban:
Ada tujuh unsur budaya yang secara universal dapat mempengaruhi persepsi kita
ketika berkomunikasi dengan orang dari budaya lain, yaitu:
a. Bahasa
b. Sistem teknologi
c. Sistem mata pencaharian
d. Organisasi sosial
e. Sistem pengetahuan
f. Religi
g. Kesenian
B. Selanjutnya, analisislah wacana yang ada pada sesi 2 dengan menggunakan unsur-
unsur kebudayaan yang mempengaruhi persepsi tersebut!
Jawaban:
Unsur Bahasa: Keberatan ini antara lain tentang penyebutan bahwa teroris yang
tewas dalam penyergapan di Temanggung adalah Noordin M Top. “Sebutan itu
berawal dari kesimpulan media itu sendiri. Awalnya memang disebut, yang diduga
tewas adalah Noordin. Namun kata diduga ini lama- lama hilang dan makin
diperparah oleh pernyataan sejumlah pihak hingga membingungkan masyarakat.
Padahal Kepala Polri sejak awal menyatakan belum dapat memastikan siapa yang
tewas’’ papar Sasa.
Unsur Sistem Pengetahuan: Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) dan Dewan Pers
menyesalkan berita tentang perburuan terorisme oleh polisi di sejumlah media
massa, terutama televisi. Sejumlah informasi yang disampaikan menilai telah
membingungkan masyarakat dan mengganggu penyelidikan polisi
Unsur Organisasi Sosial: Untuk itu, Ketua Komisi Penyiaran Indonesia (KPI), Sasa
Djuarsa Sendjaja, Rabu (12/8), menyatakan akan mengirimkan surat teguran ke
sejumlah stasiun televisi terkait pemberitaan mereka tentang terorisme, khususnya
setelah penyergapan rumah Muhjahri di Temanggung, Jawa Tengah oleh Densus 88
Polri, pada jumat pekan lalu. “Selasa kemarin, KPI juga sudah bertemu dengan
sejumlah pimpinan redaksi televisi dan Kepala Polri untuk membahas pemberitaan
terorisme. Saat itu, kami sudah menyampaikan kebenaran atas berita di televisi
karena diduga telah melanggar standar program siaran,” kata Sasa.
2. Dari wacana di atas, tampaknya media massa telah memasukkan unsur opini
dalam pemberitaannya, sehingga kebenaran informasi terabaikan. Padahal KPI
sebagai organisasi yang menaungi dan bertugas mengontrol lembaga-lembaga
penyiaran dalam menjalankan aktivitas kerjanya telah membuat aturan kepenyiaran
berupa Peraturan Komisi Penyiaran Indonesia no 2 tahun 2007. peraturan tesebut di
dalamnya antara lain berisi larangan untuk mencampurkan opini pribadi dalam
pemberitan dan memuat berita bohong (pasal 15), dengan sangsi pelanggaran berupa
kemungkinan pencabutan izin siaran (pasal 25). (sumber: www.kpi.go.id. Diunduh
pada tanggal 24 Agustus 2009).
Terkait dengan kasus dalam wacana, bila KPI dan lembaga kepenyiaran diasumsikan
sebagai satu kesatuan organisasi, maka KPI sebagai pimpinan, tampaknya belum
mampu mengatur lembaga-lembaga penyiaran yang dipimpinnya. Di dalam BMP
disampaikan tetang fungsi kepemimpinan dalam organisasi yaitu mewujudkan misi,
memberi dukungan dan semangat, menciptakan iklim dan budaya, menciptakan
budaya organisasi, menjadi role model, dan sebagai manajer konflik. Sekarang, coba
Anda analisis dan pecahkan masalah dalam wacana dengan menggunakan fungsi
kepemimpinan tersebut, dengan tahapan sebagai berikut:
Jawaban:
Leadership atau kepemimpinan adalah suatu seni, fungsi, proses dan kemampuan
dalam mempengaruhi dan mengarahkan orang-orang dengan cara kepatuhan,
kepercayaan dan kesetiaan agar berbuat sesuatu sesuai dengan tujuan dan sasaran
yang telah ditetapkan.
Istilah leadership berasal dari serapan bahasa Inggris yang berarti kepemimpinan.
Kata leadership memiliki kata dasar leader berarti pemimpin, serta kata to lead yang
keduanya mengandung beberapa arti yang saling berhubungan, yaitu: bergerak
lebih awal, berjalan di awal, mengambil langkah awal, berbuat paling dulu,
memelopori, mengarahkan pikiran-pikiran- orang lain, membimbing, dan
menggerakkan (Danin dan Suparno, 2004).
Leadership adalah proses mempengaruhi orang untuk memahami dan setuju dengan
apa yang perlu dilakukan secara efektif serta proses untuk memfasilitasi individu
dan kolektif untuk mencapai tujuan bersama. Leadership merupakan sebuah
kemampuan menggerakkan, memberi motivasi, dan mempengaruhi orang-orang
agar bersedia melakukan tindakan- tindakan yang terarah pada pencapaian tujuan
melalui keberanian mengambil keputusan tentang kegiatan yang harus dilakukan.
Leadership merupakan bagian dari fungsi-fungsi manajemen yang menduduki
posisi strategis dalam sistem dan hierarki kerja dan tanggung jawab pada sebuah
organisasi. Berhasil tidaknya suatu organisasi salah satunya ditentukan oleh
kepemimpinan yang memimpin organisasi, bahkan maju mundurnya suatu
organisasi sering diidentikkan dengan perilaku kepemimpinan dari pimpinannya.
Berikut definisi dan pengertian leadership dari beberapa sumber buku:
a. Menurut Purwanto (2007), leadership adalah permulaan dari suatu struktur atau
prosedur baru untuk mencapai tujuan-tujuan dan sasaran organisasi atau untuk
mengubah tujuan-tujuan dan sasaran organisasi.
b. Menurut Zakub (1984), leadership adalah menstimulasi, memobilisasi,
mengarahkan, mengkoordinasi motif-motif dan kesetiaan orang-orang yang terlibat
dalam usaha bersama.
c. Menurut Slamet (2002), leadership adalah suatu kemampuan, proses, atau fungsi,
pada umumnya untuk mempengaruhi orang-orang agar berbuat sesuatu dalam
rangka mencapai tujuan tertentu.
d. Menurut Rivai (2004), leadership adalah seni mempengaruhi dan mengarahkan
orang dengan cara kepatuhan, kepercayaan, kehormatan, dan kerjasama yang
bersemangat dalam mencapai tujuan bersama.
e. Menurut Baharudin dan Umiarso (2012), leadership adalah suatu kegiatan
mempengaruhi orang lain agar orang tersebut mau bekerja sama (mengolaborasi
dan mengolaborasikan potensinya) untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
Unsur-unsur Leadership
Menurut Vietzal dkk (2013), seorang leadership dalam suatu organisasi harus
memiliki unsur dan kriteria tertentu sehingga layak disebut sebagai pemimpin,
yaitu:
Menurut Baharuddin dan Umiarso (2012), terdapat lima fungsi pokok leadership
atau kepemimpinan, yaitu:
a. Fungsi Instruktif
Pemimpin sebagai pengambil keputusan berfungsi memerintahkan pelaksanaannya
pada orang-orang yang dipimpin. Pemimpin sebagai komunikator merupakan pihak
yang menentukan apa (isi perintah), bagaimana (cara mengerjakan perintah),
c. Fungsi Partisipatif
Fungsi ini berarti kesediaan pemimpin untuk tidak berpangku tangan pada saat-saat
orang yang dipimpin melaksanakan keputusannya. Pemimpin tidak boleh sekedar
mampu membuat keputusan dan memerintahkan pelaksanaannya, tetapi juga ikut
dalam proses pelaksanaannya, dalam batas-batas tidak menggeser dan mengganti
petugas yang bertanggung jawab melaksanakannya.
d. Fungsi Delegatif
e. Fungsi Pengendalian
Menurut Terry (2009), seorang leadership atau pemimpin yang baik harus
memiliki sifat-sifat sebagai berikut, yaitu:
d. Pemimpin adalah seorang mediator. Konflik selalu terjadi pada setiap tim dan
organisasi. Oleh karena itu, pemimpin harus dapat menjadi seorang mediator
(penengah), terlebih ketika konflik telah menjadi jurang pemisah antara komponen
organisasi.
B. Selanjutnya, gunakan fungsi kepemimpinan tersebut untuk menganalisis masalah
dalam wacana
Jawaban:
Unsur Pengikut/followership
Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) dan Dewan Pers menyesalkan berita tentang
perburuan terorisme oleh polisi di sejumlah media massa, terutama televisi.
Sejumlah informasi yang disampaikan menilai telah membingungkan masyarakat
dan mengganggu penyelidikan polisi.
Unsur Tujuan.
Wakil ketua Dewan pers Leo Batubara menilai sejumlah media, terutama televisi
mendahului sumber berita resmi dalam menyiarkan perburuan terorisme. “Meski
dikejar deadline dan persaingan yang ketat, media tetap harus mengonfirmasi
kebenaran informasi yang diperolehnya sebelum informasi itu disiarkan ke
masyarakat sehingga kebenaran informasi yang ditawarkan dapat
dipertanggungjawabkan. Ini bukan dasar jurnalistik.” Paparnya.
Ironisnya keberatan KPI dalam pemberitaan terorisme di televisi ini bukan yang
pertama kalinya. KPI juga pernah menyesalkan pemberitaan sejumlah televisi saat
eksekusi tiga terpidana mati bom Bali, Amrozi, Imam Samudra dan Ali Ghufron,
November 2008, hal ini disebabkan pemberitaan yang dilakukan justru terkesan
menjadikan mereka pahlawan dan bukan musuh bersama.
Sumber:
Dwi Purbaningrum. 2019. Komunikasi Organisasi. Universitas Terbuka: Tanggerang
Selatan.