Anda di halaman 1dari 19

TUGAS AKHIR PROGRAM

Nama : Bima Putera Setiawan


NPM : 041000643

Universitas Terbuka

Fakultas Hukum, Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FHISIP)

Tahun 2020/2021
TUGAS 3
Teman-teman peserta tuton TAP, saat ini Anda telah memasuki tugas 3. Pada tugas 3
ini Anda diminta untuk menganalisis wacana yang telah disampaikan pada sesi 2
dengan menggunakan perspektif Komunikasi Antar budaya dan Komunikasi
Organisasi. Berikut perincian tugas 3:

1. Pada wacana di atas terlihat jelas bahwa ada perbedaan persepsi dari media
televisi yang menyiarkan berita tentang penyergapan rumah Muhjahri di
Temanggung, Jawa Tengah oleh Densus 88 Polri dengan KPI dan Dewan Pers
sebagai lembaga regulator pemerintah. Ada 5 unsur utama sosial budaya dalam
kajian KAB yang secara langsung akan mempengaruhi makna dalam persepsi
seseorang terhadap peristiwa dan objek-objek tertentu yang selanjutnya akan
menentukan perilaku komunikasinya yang beragam. Berkaitan dengan hal tersebut di
atas.

A. Sebutkan unsur-unsur kebudayaan yang dapat mempengaruhi persepsi ?

Jawaban:

Ada tujuh unsur budaya yang secara universal dapat mempengaruhi persepsi kita
ketika berkomunikasi dengan orang dari budaya lain, yaitu:
a. Bahasa
b. Sistem teknologi
c. Sistem mata pencaharian
d. Organisasi sosial
e. Sistem pengetahuan
f. Religi
g. Kesenian

B. Selanjutnya, analisislah wacana yang ada pada sesi 2 dengan menggunakan unsur-
unsur kebudayaan yang mempengaruhi persepsi tersebut!

Jawaban:

Unsur Bahasa: Keberatan ini antara lain tentang penyebutan bahwa teroris yang
tewas dalam penyergapan di Temanggung adalah Noordin M Top. “Sebutan itu
berawal dari kesimpulan media itu sendiri. Awalnya memang disebut, yang diduga
tewas adalah Noordin. Namun kata diduga ini lama- lama hilang dan makin
diperparah oleh pernyataan sejumlah pihak hingga membingungkan masyarakat.
Padahal Kepala Polri sejak awal menyatakan belum dapat memastikan siapa yang
tewas’’ papar Sasa.

Unsur Sistem Pengetahuan: Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) dan Dewan Pers
menyesalkan berita tentang perburuan terorisme oleh polisi di sejumlah media
massa, terutama televisi. Sejumlah informasi yang disampaikan menilai telah
membingungkan masyarakat dan mengganggu penyelidikan polisi

Unsur Organisasi Sosial: Untuk itu, Ketua Komisi Penyiaran Indonesia (KPI), Sasa
Djuarsa Sendjaja, Rabu (12/8), menyatakan akan mengirimkan surat teguran ke
sejumlah stasiun televisi terkait pemberitaan mereka tentang terorisme, khususnya
setelah penyergapan rumah Muhjahri di Temanggung, Jawa Tengah oleh Densus 88
Polri, pada jumat pekan lalu. “Selasa kemarin, KPI juga sudah bertemu dengan
sejumlah pimpinan redaksi televisi dan Kepala Polri untuk membahas pemberitaan
terorisme. Saat itu, kami sudah menyampaikan kebenaran atas berita di televisi
karena diduga telah melanggar standar program siaran,” kata Sasa.

Unsur Sistem Teknologi: Ironisnya keberatan KPI dalam pemberitaan terorisme di


televisi ini bukan yang pertama kalinya. KPI juga pernah menyesalkan pemberitaan
sejumlah televisi saat eksekusi tiga terpidana mati bom Bali, Amrozi, Imam
Samudra dan Ali Ghufron, November 2008, hal ini disebabkan pemberitaan yang
dilakukan justru terkesan menjadikan mereka pahlawan dan bukan musuh bersama.

2. Dari wacana di atas, tampaknya media massa telah memasukkan unsur opini
dalam pemberitaannya, sehingga kebenaran informasi terabaikan. Padahal KPI
sebagai organisasi yang menaungi dan bertugas mengontrol lembaga-lembaga
penyiaran dalam menjalankan aktivitas kerjanya telah membuat aturan kepenyiaran
berupa Peraturan Komisi Penyiaran Indonesia no 2 tahun 2007. peraturan tesebut di
dalamnya antara lain berisi larangan untuk mencampurkan opini pribadi dalam
pemberitan dan memuat berita bohong (pasal 15), dengan sangsi pelanggaran berupa
kemungkinan pencabutan izin siaran (pasal 25). (sumber: www.kpi.go.id. Diunduh
pada tanggal 24 Agustus 2009).

Terkait dengan kasus dalam wacana, bila KPI dan lembaga kepenyiaran diasumsikan
sebagai satu kesatuan organisasi, maka KPI sebagai pimpinan, tampaknya belum
mampu mengatur lembaga-lembaga penyiaran yang dipimpinnya. Di dalam BMP
disampaikan tetang fungsi kepemimpinan dalam organisasi yaitu mewujudkan misi,
memberi dukungan dan semangat, menciptakan iklim dan budaya, menciptakan
budaya organisasi, menjadi role model, dan sebagai manajer konflik. Sekarang, coba
Anda analisis dan pecahkan masalah dalam wacana dengan menggunakan fungsi
kepemimpinan tersebut, dengan tahapan sebagai berikut:

A. Jelaskan terlebih dahulu masing-masing unsur dari fungsi kepemimpinan.

Jawaban:
Leadership atau kepemimpinan adalah suatu seni, fungsi, proses dan kemampuan
dalam mempengaruhi dan mengarahkan orang-orang dengan cara kepatuhan,
kepercayaan dan kesetiaan agar berbuat sesuatu sesuai dengan tujuan dan sasaran
yang telah ditetapkan.

Istilah leadership berasal dari serapan bahasa Inggris yang berarti kepemimpinan.
Kata leadership memiliki kata dasar leader berarti pemimpin, serta kata to lead yang
keduanya mengandung beberapa arti yang saling berhubungan, yaitu: bergerak
lebih awal, berjalan di awal, mengambil langkah awal, berbuat paling dulu,
memelopori, mengarahkan pikiran-pikiran- orang lain, membimbing, dan
menggerakkan (Danin dan Suparno, 2004).
Leadership adalah proses mempengaruhi orang untuk memahami dan setuju dengan
apa yang perlu dilakukan secara efektif serta proses untuk memfasilitasi individu
dan kolektif untuk mencapai tujuan bersama. Leadership merupakan sebuah
kemampuan menggerakkan, memberi motivasi, dan mempengaruhi orang-orang
agar bersedia melakukan tindakan- tindakan yang terarah pada pencapaian tujuan
melalui keberanian mengambil keputusan tentang kegiatan yang harus dilakukan.
Leadership merupakan bagian dari fungsi-fungsi manajemen yang menduduki
posisi strategis dalam sistem dan hierarki kerja dan tanggung jawab pada sebuah
organisasi. Berhasil tidaknya suatu organisasi salah satunya ditentukan oleh
kepemimpinan yang memimpin organisasi, bahkan maju mundurnya suatu
organisasi sering diidentikkan dengan perilaku kepemimpinan dari pimpinannya.
Berikut definisi dan pengertian leadership dari beberapa sumber buku:

a. Menurut Purwanto (2007), leadership adalah permulaan dari suatu struktur atau
prosedur baru untuk mencapai tujuan-tujuan dan sasaran organisasi atau untuk
mengubah tujuan-tujuan dan sasaran organisasi.
b. Menurut Zakub (1984), leadership adalah menstimulasi, memobilisasi,
mengarahkan, mengkoordinasi motif-motif dan kesetiaan orang-orang yang terlibat
dalam usaha bersama.

c. Menurut Slamet (2002), leadership adalah suatu kemampuan, proses, atau fungsi,
pada umumnya untuk mempengaruhi orang-orang agar berbuat sesuatu dalam
rangka mencapai tujuan tertentu.
d. Menurut Rivai (2004), leadership adalah seni mempengaruhi dan mengarahkan
orang dengan cara kepatuhan, kepercayaan, kehormatan, dan kerjasama yang
bersemangat dalam mencapai tujuan bersama.
e. Menurut Baharudin dan Umiarso (2012), leadership adalah suatu kegiatan
mempengaruhi orang lain agar orang tersebut mau bekerja sama (mengolaborasi
dan mengolaborasikan potensinya) untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

Unsur-unsur Leadership

Leadership atau kepemimpinan memiliki tiga unsur utama, yaitu:

a. Pengikut/followership. Adanya kepemimpinan ini disebabkan adanya pengikut


atau followership. Seseorang menjadi pemimpin karena ada beberapa orang yang
berkehendak untuk mengikuti yaitu bertindak sesuai dengan keinginan
pemimpinnya.
b. Tujuan. Kepemimpinan timbul karena adanya kepengikutan yang melakukan
kerja sama dalam rangkai mencapai tujuan yang telah ditentukan bersama. Dengan
adanya tujuan-tujuan tertentu timbul kerja sama dan timbul pula pemimpin untuk
mengaturnya.
c. Kegiatan mempengaruhi. Ini berarti bahwa seorang pimpinan dalam
aktivitasnya membimbing. Mengontrol dan mengarahkan tindakan orang lain untuk
menuju suatu sasaran tertentu.

Menurut Vietzal dkk (2013), seorang leadership dalam suatu organisasi harus
memiliki unsur dan kriteria tertentu sehingga layak disebut sebagai pemimpin,
yaitu:

a. Pengaruh. Seorang pemimpin adalah seorang yang memiliki orang-orang yang


mendukungnya yang turut membesarkan nama sang pimpinan. Pengaruh itu
menjadikan sang pemimpin diikuti dan membuat orang ain tunduk pada apa yang
dikatakan sang pemimpin.
b. Kekuasaan/power. Seorang pemimpin umumnya diikuti oleh orang lain karena
ia memiliki kekuasaan yang membuat orang lain menghargai keberadaannya. Tanpa
kekuasaan atau kekuatan yang dimiliki sang pemimpin tentunya tidak ada orang
yang mau menjadi pendukungnya. Kekuasaan dan kekuatan yang dimiliki seorang
pemimpin ini menjadikan orang lain akan tergantung pada apa yang dimiliki
seorang pemimpin, tanpa itu ia tidak akan bisa berbuat apa-apa. Hubungan ini
menjadikan hubungan yang bersifat simbiosis mutualisme, dimana kedua belah
pihak merasa saling diuntungkan.
c. Wewenang. Wewenang adalah hak yang diberikan kepada pemimpin untuk
menetapkan sebuah keputusan dalam melaksanakan suatu hal/kebijakan. Wewenang
disini juga dapat dialihkan kepada karyawan oleh pimpinan apabila pemimpin
percaya bahwa karyawan tersebut mampu melaksanakan tugas dan tanggung jawab
dengan baik, sehingga karyawan diberi kepercayaan untuk melaksanakan tanpa
perlu campur tangan dari segi sang pemimpin.
d. Pengikut. Seorang pemimpin yang memiliki pengaruh, kekuasaan/power dan
wewenang tidak dapat dikatakan sebagai pemimpin apabila dia tidak memiliki
pengikut yang berada di belakangnya yang memberi dukungan mengikuti apa yang
dikatakan pemimpin.
Fungsi-fungsi Leadership

Menurut Baharuddin dan Umiarso (2012), terdapat lima fungsi pokok leadership
atau kepemimpinan, yaitu:
a. Fungsi Instruktif
Pemimpin sebagai pengambil keputusan berfungsi memerintahkan pelaksanaannya
pada orang-orang yang dipimpin. Pemimpin sebagai komunikator merupakan pihak
yang menentukan apa (isi perintah), bagaimana (cara mengerjakan perintah),

kapan (waktu memulai, melaksanakan, dan melaporkan hasilnya), dan di mana


(tempat mengerjakan perintah) agar keputusan dapat diwujudkan secara efektif.
b. Fungsi Konsultatif

Pemimpin kerap kali memerlukan bahan pertimbangan yang mengharuskannya


berkonsultasi dengan orang-orang yang dipimpinnya. Konsultasi dapat pula
dilakukan melalui arus sebaliknya, yakni dari orang- orang yang dipimpin kepada
pemimpin yang menetapkan keputusan dan memerintahkan pelaksanaannya. Hal ini
berarti fungsi ini berlangsung dan bersifat komunikasi dua arah, meskipun
pelaksanaannya sangat tergantung pada pihak pemimpin.

c. Fungsi Partisipatif

Fungsi ini berarti kesediaan pemimpin untuk tidak berpangku tangan pada saat-saat
orang yang dipimpin melaksanakan keputusannya. Pemimpin tidak boleh sekedar
mampu membuat keputusan dan memerintahkan pelaksanaannya, tetapi juga ikut
dalam proses pelaksanaannya, dalam batas-batas tidak menggeser dan mengganti
petugas yang bertanggung jawab melaksanakannya.

d. Fungsi Delegatif

Fungsi ini mengharuskan pemimpin memilah-milah tugas pokok organisasinya dan


mengevaluasi yang dapat dan tidak dapat dilimpahkan kepada orang-orang yang
dipercayainya. Fungsi delegasi pada dasarnya berarti kepercayaan. Pemimpin harus
bersedia dan dapat mempercayai orang lain sesuai dengan posisi/jabatannya.

e. Fungsi Pengendalian

Pemimpin mampu mengatur aktivitas anggotanya secara terarah dan dalam


koordinasi yang efektif sehingga memungkinkan tercapainya tujuan bersama secara
maksimal.

Sifat dan Syarat Seorang Leadership

Menurut Terry (2009), seorang leadership atau pemimpin yang baik harus
memiliki sifat-sifat sebagai berikut, yaitu:

a. Energi. Untuk tercapainya kepemimpinan yang baik memang diperlukan energi


yang baik pula, jasmani maupun rohani. Seorang pemimpin harus sanggup bekerja
dalam jangka panjang dan dalam waktu yang tidak tertentu. Sewaktu-waktu
dibutuhkan tenaganya, ia harus sanggup melaksanakannya mengingat
kedudukannya dan fungsinya. Karena itu kesehatan fisik dan mental benar-benar
diperlukan bagi seorang pemimpin.
b. Memiliki stabilitas emosi. Seorang pemimpin yang efektif harus melepaskan
dari berprasangka, kecurigaan terhadap bawahan- bawahannya. Sebaliknya ia harus
tegas, konsekuen dan konsisten dalam tindakan-tindakannya, percaya diri sendiri
dan memiliki jiwa sosial terhadap bawahannya.
c. Motivasi pribadi. Keinginannya untuk memimpin harus datang dari dorongan
batin pribadinya sendiri, dan bukan paksaan dari luar dirinya. Kekuatan dari luar
hanya bersifat stimulus saja terhadap keinginan- keinginan untuk menjadi
pemimpin. Hal tersebut tercermin dalam keteguhan pendiriannya, kemauan yang
keras dalam bekerja dan penerapan sifat-sifat pribadi yang baik dalam
pekerjaannya.
d. Kemahiran mengadakan komunikasi. Seorang pemimpin harus memiliki
kemahiran dalam menyampaikan gagasan baik secara lisan maupun tulisan. Hal ini
sangat penting bagi pemimpin untuk mendorong maju bawahan, memberikan atau
menerima informasi bagi kemajuan organisasi dan kepentingan bersama.
e. Kecakapan mengajar. Sering kita dengar bahwa seorang pemimpin yang baik
pada dasarnya adalah seorang guru yang baik. Mengajar adalah jalan yang terbaik
untuk memajukan orang-orang atas pentingnya tugas- tugas yang dibebankan atau
sebagainya.
f. Kecakapan sosial. Seorang pemimpin harus mengetahui benar tentang
bawahannya. Ia harus mempunyai kemampuan untuk bekerja sama dengan
bawahan, sehingga mereka benar-benar memiliki kesetiaan bekerja di bawah
kepemimpinan-nya.

g. Kemampuan teknis. Meskipun dikatakan bahwa Semakin tinggi tingkat


kepemimpinan seseorang, makin kurang diperlukan kemampuan teknis ini, karena
lebih mengutamakan manajerial skillnya, namun sebenarnya kemampuan teknis ini
diperlukan juga. Karena dengan dimilikinya kemampuan teknis ini seorang
pemimpin akan lebih mudah dikoreksi bila terjadi suatu kesalahan pelaksanaan
tugas.

Sedangkan menurut Indrafachrudi (2006), leadership hanya dapat dilaksanakan oleh


seorang pemimpin yang mempunyai fungsi, peran, dan tugas yang selaras dengan
tujuan organisasi. Adapun syarat yang harus dilakukan oleh seorang pemimpin
dalam sebuah organisasi adalah sebagai berikut:

a. Pemimpin adalah tanggung jawab dan mempertanggungjawabkan. Seorang


pemimpin bertanggung jawab untuk menyusun tugas, menjalankan tugas,
mengadakan evaluasi, untuk mencapai outcome yang terbaik. Pemimpin
bertanggung jawab untuk kesuksesan stafnya tanpa kegagalan.
b. Pemimpin menyeimbangkan pencapaian tujuan dan prioritas. Proses
kepemimpinan dibatasi sumber, sehingga pemimpin harus dapat menyusun tugas
dengan mendahulukan prioritas. Dalam upaya pencapaian tujuan pemimpin harus
dapat mendelegasikan tugas- tugasnya kepada staf. Kemudian, pemimpin harus
dapat mengatur waktu secara efektif, dan menyelesaikan masalah secara efektif.
c. Pemimpin harus berpikir secara analitis dan konseptual. Seorang pemimpin
harus menjadi seorang pemikir yang analitis dan konseptual. Selanjutnya, dapat
mengidentifikasi masalah dengan akurat. Pemimpin harus dapat menguraikan
seluruh pekerjaan menjadi lebih jelas dan kaitannya dengan pekerjaan lain.

d. Pemimpin adalah seorang mediator. Konflik selalu terjadi pada setiap tim dan
organisasi. Oleh karena itu, pemimpin harus dapat menjadi seorang mediator
(penengah), terlebih ketika konflik telah menjadi jurang pemisah antara komponen
organisasi.
B. Selanjutnya, gunakan fungsi kepemimpinan tersebut untuk menganalisis masalah
dalam wacana

Jawaban:

Unsur Pengikut/followership
Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) dan Dewan Pers menyesalkan berita tentang
perburuan terorisme oleh polisi di sejumlah media massa, terutama televisi.
Sejumlah informasi yang disampaikan menilai telah membingungkan masyarakat
dan mengganggu penyelidikan polisi.

Unsur Tujuan.
Wakil ketua Dewan pers Leo Batubara menilai sejumlah media, terutama televisi
mendahului sumber berita resmi dalam menyiarkan perburuan terorisme. “Meski
dikejar deadline dan persaingan yang ketat, media tetap harus mengonfirmasi
kebenaran informasi yang diperolehnya sebelum informasi itu disiarkan ke
masyarakat sehingga kebenaran informasi yang ditawarkan dapat
dipertanggungjawabkan. Ini bukan dasar jurnalistik.” Paparnya.

Unsur Kegiatan mempengaruhi.


Untuk itu, Ketua Komisi Penyiaran Indonesia (KPI), Sasa Djuarsa Sendjaja, Rabu
(12/8), menyatakan akan mengirimkan surat teguran ke sejumlah stasiun televisi
terkait pemberitaan mereka tentang terorisme, khususnya setelah penyergapan rumah
Muhjahri di Temanggung, Jawa Tengah oleh Densus 88 Polri, pada jumat pekan lalu.
“Selasa kemarin, KPI juga sudah bertemu dengan sejumlah pimpinan redaksi
televisi dan Kepala Polri untuk membahas pemberitaan terorisme. Saat itu, kami
sudah menyampaikan kebenaran atas berita di televisi karena diduga telah melanggar
standar program siaran,” kata Sasa.
Keberatan ini antara lain tentang penyebutan bahwa teroris yang tewas dalam
penyergapan di Temanggung adalah Noordin M Top. “Sebutan itu berawal dari
kesimpulan media itu sendiri. Awalnya memang disebut, yang diduga tewas adalah
Noordin. Namun kata diduga ini lama-lama hilang dan makin diperparah oleh
pernyataan sejumlah pihak hingga membingungkan masyarakat. Padahal Kepala
Polri sejak awal menyatakan belum dapat memastikan siapa yang tewas’’ papar Sasa.

Ironisnya keberatan KPI dalam pemberitaan terorisme di televisi ini bukan yang
pertama kalinya. KPI juga pernah menyesalkan pemberitaan sejumlah televisi saat
eksekusi tiga terpidana mati bom Bali, Amrozi, Imam Samudra dan Ali Ghufron,
November 2008, hal ini disebabkan pemberitaan yang dilakukan justru terkesan
menjadikan mereka pahlawan dan bukan musuh bersama.

Sumber:
Dwi Purbaningrum. 2019. Komunikasi Organisasi. Universitas Terbuka: Tanggerang
Selatan.

Anda mungkin juga menyukai