Anda di halaman 1dari 12

Perbandingan Pemenuhan Hak

Politik Perempuan Melalui


Keterwakilan Pada Lembaga
Legislatif Indonesia Dan Korea
Selatan
Siti Nafisah Ainurrahmah
NIM. 2010211320060
.
● Persoalan partisipasi perempuan menjadi topik yang menarik
diperbincangkan, mengingat prasyaratan mutlak bagi terwujudnya
demokrasi yang lebih bermakna yakni adanya partisipasi dan
representasi yang lebih adil, tetapi juga merupakan prakondisi
untuk menciptakan pemerintahan yang lebih transparan dan

Latar akuntabel.
● Usaha untuk memberikan kesempatan yang sama kepada
perempuan setidaknya telah tercantum dalam beberapa peraturan

Belakang perundang-undangan
● Adanya keterwakilan perempuan yang muncul selaku aktor dalam
lembaga legislatif ataupun pengambil keputusan sebab perempuan
dianggap mempunyai kebutuhan-kebutuhan khusus yang dimana
hanya perempuan yang dapat menguasai dengan baik
Bagaimana Ketentuan
Rumusan Perbandingan jaminan
Bagaimana affirmative
action yang dilakukan
Masalah hak politik perempuan pemerintah untuk
di Indonesia dan Korea memenuhi hak
Selatan? keterwakilan perempuan
pada lembaga legislatif
di Indonesia dan Korea
Selatan?
Peraturan Perundang-undangan
● Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945

● The Constitution of the Republic of Korea 대한민국 헌법 [Hangul: Daehanmingug

Heonbeob]

● Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia

● Deklarasi Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) tentang hak-hak politik perempuan (diratifikasi

dengan Undang-Undang Nomor 68 Tahun 1958 tentang Pengesahan Kesepakatan tentang

Hak-hak Politik Perempuan (The Convention on Political Rights for Women)


Peraturan Perundang-undangan
● Kesepakatan PBB tentang Penghapusan Seluruh Wujud Diskriminasi terhadap Perempuan/ Convention

on the Elimination of All Forms of Discrimination against Women (CEDAW), diratifikasi dengan Undang-

Undang Nomor 7 Tahun 1984 tentang Pengesahan Kesepakatan mengenai Penghapusan Seluruh

Wujud Diskrimasi terhadap Wanita.

● Convention on the Elimination of All Forms of Discrimination against Women ratification and accession

by General Assembly resolution 34/180 of 18 December 1979 (Ratifikasi CEDAW Korea Selatan)

● National Human Rights Commission Of Korea Act (Undang-Undang Hak Asasi Manusia Korea Selatan)

● Public Official Election Act (Undang-Undang Pemilihan Umum Korea Selatan)

● Undang-undang Nomor 7 Tahun 2023 Tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-

undang Nomor 1 Tahun 2022 Tentang Perubahan Atas Undang-undang Nomor 7 Tahun 2017 Tentang

Pemilihan Umum Menjadi Undang.


HAK POLITIK PEREMPUAN
Hak politik menurut konsep Universal Declration of Human Rights sebagai sebuah hak
dasar manusia dapat didefinisikan menjadi dua bentuk yakni hak sipil dan hak politik. Secara
tegas hak perempuan untukberpolitik dijamin oleh hukum internasional, yakni dalam Konvensi
tentang Penghapusan Segala Bentuk Diskriminasi terhadap Perempuan (Convention on the
Elimination of All Forms of Discrimination against Women/CEDAW).
Hak Keterwakilan Perempuan
Undang-Undang No.39 Tahun 1999 dalam penjelasannya, pasal 46, mengenai keterwakilan
perempuan diartikan bahwa keterwakilan wanita adalah pemberian kesempatan dan kedudukan
yang sama bagi wanita untuk melaksanakan peranannya dalam bidang eksekutif, yudikatif,
legislatif, kepartaian, dan pemilihan umum menuju keadilan dan kesetaraan gender.
JAMINAN HAK POLITIK DI INDONESIA DAN
KOREA SELATAN

Indonesia telah lama mengesahkan Undang-Undang


(UU) No. 68 Tahun 1958 tentang Ratifikasi Konvensi Pada Konstitusi Korea Pasal 11 tegas disebutkan
Hak Politik Perempuan, disamping itu UU No.7/1984 bahwa “semua warga negara setara di hadapan
tentang Ratifikasi CEDAW. Di dalamnya, mengatur hukum dan tidak boleh ada diskriminasi dalam
mengenai Perwujudan Kesamaan Kedudukan (non- politik, ekonomi, sipil atau kehidupan budaya
diskriminasi), jaminan persamaan hak memilih dan berdasarkan jenis kelamin, agama atau status
dipilih, jaminan partisipasi dalam perumusan sosial”. Di Pasar 24 kembali ditegaskan bahwa
kebijakan, kesempatan menempati posisi jabatan perempuan memiliki hak yang sama dengan laki-
birokrasi, dan jaminan partisipasi dalam organisasi laki untuk bebas memilih dalam pemilu.
sosial politik.
Indonesia yang masih kurang tertarik terjun dalam dunia
perpolitikan. Isu affirmative action mulai menjadi sangat popular di
Affirmative Indonesia sering dengan disahkannya Undang-Undang No. 10
Tahun 2008 tentang Pemilu Anggota Dewan Perwakilan Rakyat
(DPR), Dewan Perwakilan Daerah (DPD), dan Dewan Perwakilan

Action Rakyat Daerah (DPRD) serta UU No. 2 Tahun 2008 tentang Partai
Politik. Pada hakikatnya, perempuan dan laki-laki mempunyai
akses yang sama dalam berpolitik ataupun dalam pemerintahan.
Undang-undang Nomor 7 Tahun 2023 Tentang Penetapan
Pemerintah Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-undang Nomor 1 Tahun
2022 Tentang Perubahan Atas Undang-undang Nomor 7 Tahun
2017 Tentang Pemilihan Umum Menjadi Undang telah
mengamanatkan keterwakilan perempuan sekurang-kurangnya
Indonesia 30% dalam susunan penyelenggara pemilu, yakni KPU dan
Bawaslu maupun peserta pemilu. Tiap institusi penyelenggara
pemilu tidak luput control untuk mendorong keterwakilan
perempuan dengan memberi ruang seluas-luasnya bagiu
perempuan untuk berpartisipasi. Partai politik pun sama, berlomba
untuk menggaet perempuan untuk pemenuhan kuota yang
disyaratkan 30% keterwakilan perempuan
Affirmative Action Korea Selatan
Affirmative action dari KWAU selaku civil society di Korea Selatan melakukan berbagai
upaya untuk dapat memperjuangkan kesetaraan gender di ranah politik Korea Selatan. .
Dengan peran tersebut KWAU melakukan berbagai upaya seperti terjun langsung dalam
parlemen, melakukan pertemuan langsung dengan anggota parlemen, partai politik,
ataupun pembuat kebijakan dengan tujuan untuk menyampaikan aspirasi para perempuan.
Selain itu KWAU juga membuat kebijakan yang diajukan kepada parlemen serta ikut turut
serta merevisi undang-undang. KWAU juga melakukan pendekatan dengan masyarakat
melalui penyediaan ruang publik untuk mereka menyuarakan aspirasi, membuat event yang
melibatkan mereka serta mempertemukan para aktivis perempuan
Kesimpulan
Keterwakilan perempuan di parlemen Indonesia dan
Korea Selatan dihambat oleh faktor-faktor yang relatif
sama. Hambatan oleh budaya yang patriarkis dan
sistem rekrutmen partai politik Dari factor tersebut
maka mengakibatkan kurangnya minat perempuan
dalam berpolitik, padahal sebenarnya tidak ada
kesenjangan gender dalam berpolitik atau memiliki hak
yang sama untuk dapat berpolitik.

This is where you section ends. Duplicate this set of slides as many times you need to go over all your sections.
Saran

Adapun solusi yang telah dilakukan oleh kedua negara ini memiliki

persamaan juga yaitu membuat landasan hukum untuk mengikutsertakan

perempuan dalam ranah politik. Disisi lain menurut penulis affirmative action

dari pemerintah perlu meningkatkan sosialisasi terhadap politik kepada

perempuan dan meningkatkan kualitas sumber daya perempuan.

Anda mungkin juga menyukai