Dosen:
DR. Joko Pramono, S.Sos, M.Si
PAPPER POLICY
PUJI KUSMARTI
MAP ANGKATAN XXX
NPM ; 2142102
BAB I
PENDAHULUAN
Perempuan adalah warga negara dengan hak politik yang sama dengan
memilih wakil-wakil rakyat yang akan bertugas di tingkat pusat (anggota DPR-
legislatif, baik di pusat maupun di daerah idealnya dijabat oleh seseorang yang
dapat mewakili rakyat dan yang dapat mengkomunikasikan aspirasi rakyat,
orang, sekitar 49% dari total populasi Indonesia, dengan total 270.203.917
dalam hal ini termasuk juga partai politik, akademisi dan tokoh agama.
reaksioner karena kader adalah bagian dari politisi praktis berpartisipasi dalam
perempuan di Indonesia masih relatif rendah. Salah satunya dapat dilihat dari
angka tersebut.
tentang Pemilihan Anggota DPR, DPD dan DPRD. Sistem kuota merupakan
politik dan juga Rekrutmen politik dalam proses pengisian jabatan politik
keadilan gender
angka kritis TKS minimal 30%. Namun, peranan perempuan di DPD ini
kurang maksimal mengingat fungsi DPD itu sendiri berada di Parlemen.
Kendala yang dihadapi perempuan untuk meraih suara, antara lain masalah
dana dan peranan Parpol yang masih dominan memberikan kesempatan bagi
anggota legislatif perempuan tidak menduduki posisi- posisi penting dan tidak
Perwakilan Daerah, Dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah. Oleh sebab itu,
berkiprah di politik. Namun pelaksanannya akan kita lihat pada Pemilu 2014
baik secara kuantitatif (minimum 30%) dan kualitas yang baik tentu akan
gender.
kebijakan yang netral gender, kebijakan yang spesifik gender, dan kebijakan
ini.
kedudukan yang sama dan kesempatan yang sama dalam bidang politik. Hal
dan laki-laki memiliki hak untuk memilih dan dipilih untuk jabatan terpilih
tanpa diskriminasi.
3. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1984 tentang Pengesahan Konvensi
politik terhadap perempuan. Hal ini dapat dilihat pada klausa 2, 3, 4, 7 dan
8.
pada konvensi ini dan bersedia menjamin persamaan hak bagi laki-laki dan
perempuan atas semua hak sipil dan politik yang diatur pada konvensi ini
adanya jaminan hukum atas hak-hak perempuan di bidang politik, akan tetapi
secara kuantitatif maupun kualitatif masih terjadi diskriminasi. Oleh sebab itu
kritis minimun 30%. Hal ini dapat dilihat dari peraturan perundang-
perempuan.
dimaksud pada ayat 2 disusun dengan menyertakan paling sedikit 30% (tiga
keterwakilan perempuan.
BAB IV
PENDANAAN PARTAI POLITIK YANG AFIRMATIF
Sekalipun uang saja memang tidak cukup, tetapi uang sangat berarti bagi
pemilu dan kampanye tidak akan berjalan tanpa adanya uang (Jacobson
1980: 33). Maka pertanyaanya, berapa banyak uang yang dibutuhkan oleh
bagi perempuanyang lebih luas. Sebagai contoh, alat peraga berupa baliho
partai politik (political party finance) yang diberikan rutin setiap tahunnya
afirmasi dari dana negara untuk partai politik ini dapat mendorong partai
tidak memenuhi syarat kuota kandidat perempuan minimal yang diatur dalam
undang-undang pemilu;
2. Penarikan subsidi dana negara bagi partai yang tidak mengusung kandidat
4. Insentif berupa tambahan subsidi dana negara bagi partai yang berhasil
kaukus lintas partai dan kolaborasi dengan masyarakat sipil. Praktek ini sudah
pencalonan minimal 30% perempuan dari daftar calon yang diajukan oleh
partai politik. Afirmasi perlu hadir pada arena kampanye melalui bantuan
massa cetak/elektronik dan alat peraga minimal 30% bagi calon anggota
4. Dana negara untuk partai politik yang berhasil meraih kursi legislatif dan
dan responsif sebab kader merupakan bagian dari aktor politik praktis yang
perempuan, pendidikan politik oleh partai dapat menjadi batu loncatan untuk
Indonesia masih relatif rendah. Salah satunya dapat dilihat dari kuantitas
kali melalui Undang-Undang No.10 tahun 2008 tentang pemilu anggota DPR,
DPD dan DPRD. Sistem kuota adalah bentuk tindakan afirmasi yang harus
politik.
BAB VI
MENDORONG STRATEGI AFIRMASI LEBIH MAKSIMAL
Perempuan sebagai penduduk Republik Indonesia yang jumlahnya
hampir sama dengan laki - laki harus terwakili kebutuhan dan kepentingannya
tidak hanya dalam pemilihan pimpinan akan tetapi dalam penetapan anggota
per komisi dan alat kelengkapan yang ada. Perempuan anggota DPR RI
pengembangan kapasitas.
antara lain:
memperoleh suara antara lain masalah pendanaan dan peran partai politik
keputusan di MPR, DPR, DPRD, DPD. Oleh karena itu, upaya penguatan
sudah melihat implementasinya pada Pemilu 2019, jika ada perubahan yang
signifikan.
27 tahun 2009, menyatakan bahwa DPR memiliki tiga (tiga) fungsi, yaitu:
secara kuantitas (minimal 30%) maupun kualitas yang baik tentunya akan
1. Kesimpulan
2. Saran
Pemilihan Umum, peraturan dan regulasi Pemilu dan Partai Politik telah
sementara yang ditetapkan dalam Pasal 53 dan 55, termasuk sistem hak pilih
gender di bidang politik, karena tidak ada sanksi tegas terhadap partai yang
tidak patuh.
kebijakan publik yang dilaksanakan oleh sekelompok orang atas nama rakyat.
melayani pemilih.