Anda di halaman 1dari 13

HUBUNGAN PARTAI

POLITIK DAN PEMILU


1) ARYA BAYU WICAKSONO
2) CHELSI VIONA PERMATA
3) DOREEN PRAMONO
4) HAYU SINTA
5) KHOIRUNNISA
6) RUDI PUJIANTO
PARTAI POLITIK
Menurut UU Nomor 2 tahun 2008, partai politik diartikan sebagai organisasi yang bersifat
nasional dan dibentuk oleh sekelompok warga negara Indonesia (WNI) secara sukarela atas
dasar kesamaan kehendak dan cita-cita untuk memperjuangkan dan membela kepentingan
politik anggota, masyarakat, bangsa dan negara, serta memelihara keutuhan Negara
Kesatuan Republik Indonesia berdasarkan Pancasila dan UUD 1945. Partai Politik dapat
mencantumkan ciri tertentu yang mencerminkan kehendak dan cita-cita Partai Politik yang
tidak bertentangan dengan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945. Tujuan dan fungsi partai politik diwujudkan secara konstitusional.
PARTAI POLITIK
Partai politik umumnya dianggap sebagai manifestasi dari sistem politik yang sudah
modern atau yang dalam proses modernisasi diri. Sebagai sistem politik, partai politik
mempunyai fungsi yang sangat strategis dalam mewujudkan dasar ideologi bahwa rakyat
berhak turut menentukan calon pemimpin yang nantinya menentukan kebijakan umum
(publik policy). Dalam berbagai literatur partai politik mempunyai fungsi sebagai sarana
komunikasi politik (instrumentof political comunication), sosialisasi politik (instrument of
political socialization) rekrutmen politik (selection of leadership), pengatur konflik (conflict
management), sarana artikulasi kepeningan dan sarana agregasi kepentingan.
PEMILU
Pemilu adalah sarana pelaksanaan kedaulatan rakyat yang dilaksanakan secara langsung, umum, bebas,
rahasia, jujur, dan adil dalam Negara Kesatuan Indonesia berdasarkan Pancasila dan Undang-undang Dasar
Negara Republik Indonesia 1945.
A. Fungsi Pemilu yaitu :
1) Menentukan Pemerintahan secara Langsung dan Tak Langsung Dalam kehidupan politik modern
yang demokratis, pemilu berfungsi sebagai suatu jalan dalam pergantian dan perebutan kekuasaan yang
dilakukan dengan regulasi, norma, dan etika. Sehingga penentuan pemerintahan yang akan berkuasa
ditentukan secara damai dan beradab. Pemilihan tersebut dapat dilakukan secara langsung yaitu rakyat
ikut memberikan suara. Dapat juga dilakukan secara tidak langsung yaitu pemilihan yang dilakukan
oleh wakil rakyat.
2) Wahana Umpan Balik antara Pemilik Suara dan Pemerintah Pemilu sebagai ajang untuk
memilih pejabat publik dapat dimanfaatkan sebagai sarana umpan balik dari masyarakat
terhadap pemerintah yang berkuasa. Ketika pemerintah yang berkuasa dianggap tidak
menunjukkan kinerja yang baik selama memerintah, maka dalam ajang pemilu berikutnya
pemilih menghukumnya dengan tidak memilih calon atau partai politik tersebut. Sebaliknya,
ketika selama menjalankan pemerintahan menunjukkan kinerja yang bagus, maka besar
kemungkinan pemilih akan memilih kembali calon atau partai yang sedang berkuasa untuk
melanjutkan roda pemerintahan.
3) Barometer Dukungan Rakyat terhadap Penguasa Setelah proses penghitungan suara dan
penetapan peserta pemilu usai, maka kita bisa mengukur seberapa besar dukungan rakyat
terhadap mereka yang telah terpilih. Pengukuran dapat dilakukan dengan melihat perolehan
suara. Apakah kemenangan didapatkan dengan suara mutlak atau menang dengan selisih suara
yang tipis. Semakin besar persentase perolehan suara yang didapat, maka semakin tinggi tingkat
dukungan rakyat kepada calon tersebut.
4) Sarana Rekrutmen Politik Rekrutmen politik adalah seleksi dan pengangkatan seseorang atau
kelompok untuk melaksanakan sejumlah peran dalam sistem politik pada umumnya dan
pemerintahan pada khususnya. Melalui proses rekrutmen politik inilah akan ditentukan siapa-
siapa saja yang akan menjalankan pemerintahan melalui lembaga-lembaga yang ada. Oleh
karena itu, fungsi rekrutmen politik memegang peranan penting dalam suatu sistem politik
sebuah negara.
B. Tujuan Pemilihan Umum
1) Mewujudkan peralihan kepemimpinan pemerintahan secara tertib dan damai.
2) Mewujudkan pergantian pejabat yang akan mewakili kepentingan rakyat di lembaga
perwakilan.
3) Memobilisasi dan menggalang dukungan rakyat terhadap negara dan pemerintahan
dengan ikut serta dalam proses politik.
4) Melaksanakan prinsip kedaulatan rakyat di lembaga perwakilan.
5) Melaksanakan prinsip hak-hak asasi warga negara.
HUBUNGAN PARTAI POLITIK DAN PEMILU

Sejarah hubungan antara partai politik dan pemilu dimulai sejak munculnya sistem politik
demokrasi modern di Eropa dan Amerika pada abad ke-19. Pada saat itu, partai politik menjadi
alat penting dalam memenangkan pemilu dan memperoleh kekuasaan politik.
Di Indonesia, hubungan antara partai politik dan pemilu juga sangat erat. Sejak masa awal
kemerdekaan, sistem pemilu di Indonesia telah mengalami beberapa perubahan. Pada awalnya,
pemilu di Indonesia menggunakan sistem pemilihan langsung, di mana pemilih memilih
langsung calon anggota parlemen. Namun, pada masa Orde Baru, sistem pemilihan langsung
dihapus dan diganti dengan sistem pemilihan tidak langsung atau DPRD, di mana anggota
parlemen dipilih oleh wakil-wakil rakyat yang telah ditunjuk. Setelah reformasi 1998, sistem
pemilihan langsung kembali diterapkan. Pada pemilu 1999, terdapat 48 partai politik yang
bertarung dalam pemilu dan hanya 7 partai politik yang berhasil masuk ke dalam parlemen.
Pada pemilu berikutnya, jumlah partai politik peserta pemilu semakin bertambah dan pada pemilu 2019, terdapat 16 partai politik
yang bertarung dalam pemilu dan 9 partai politik berhasil masuk ke dalam parlemen. Dalam pemilu, partai politik berlomba-
lomba untuk memenangkan suara dari pemilih. Mereka melakukan kampanye politik dan memobilisasi dukungan dari masyarakat.
Partai politik juga dapat membentuk koalisi dengan partai politik lain untuk meningkatkan peluang kemenangan mereka.

Pemilu dengan partai politik merupakan dua konsep yang tidak bisa dipisahkan. Pemilu membutuhkan partai politik sebagai
kontestannya. Sedangkan partai politik membutuhkan pemilu sebagai sarana memilih wakil-wakilnya yang akan duduk dalam
legislatif maupun kabinet. Meskipun partai politik sudah ada sejak sebelum kemerdekaan tetapi pemilu di Indonesia baru
dilaksanakan pada tahun 1955. Pada masa itu digunakan sistem multi partai dan sistem perwakilan berimbang atau proporsional.
Dalam prakteknya sistem ini justru menimbulkan distorsi dan friksi. Terbukti dari tidak bertahan lamanya kabinet yang dibentuk
dan sering terjadi konflik. Kondisi ini menjadikan pemerintah pada waktu itu tidak dapat menjalankan fungsinya dengan baik.
Setelah dilakukan reformasi dan dilaksanakannya Pemilu 1971 fungsi pemerintah berjalan normal. Barometer kesuksesan
pelaksanaan Pemilu 1971 dipakai acuan untuk Pemilu selanjutnya.

Hubungan antara partai politik dan pemilu memiliki pengaruh yang besar terhadap kehidupan politik di Indonesia. Dalam
demokrasi, partai politik menjadi alat penting bagi masyarakat untuk menentukan pilihan politik mereka dan memilih pemimpin
atau wakil rakyat yang dianggap mampu mewakili kepentingan rakyat. Selain itu, partai politik juga berperan dalam membangun
kesadaran politik dan partisipasi politik di antara masyarakat. Dengan adanya partai politik yang aktif dan berperan dalam pemilu,
masyarakat menjadi lebih terlibat dalam kehidupan politik dan memiliki kesempatan untuk mempengaruhi kebijakan publik.
Namun, hubungan antara partai politik dan pemilu juga menghadapi tantangan dan masalah. Salah satu masalah yang sering
terjadi adalah praktik politik uang atau money politics, di mana partai politik atau kandidat memanfaatkan uang untuk
memenangkan pemilu. Terdapat juga praktik politik yang tidak fair seperti kampanye hitam, intimidasi, dan kecurangan dalam
penghitungan suara.
Hal ini dapat merusak integritas pemilu dan memengaruhi kepercayaan masyarakat terhadap proses pemilu. Oleh
karena itu, perlu adanya upaya untuk memperbaiki hubungan antara partai politik dan pemilu. Salah satu cara yang
dapat dilakukan adalah dengan meningkatkan transparansi dan integritas dalam proses pemilu, serta meningkatkan
pengawasan dan penegakan hukum terhadap pelanggaran pemilu. Partai politik juga perlu meningkatkan kualitas dan
kapasitas politik mereka, sehingga dapat memperoleh dukungan masyarakat secara jujur dan adil dalam pemilu.
Dengan demikian, hubungan antara partai politik dan pemilu dapat terjalin dengan baik dan masyarakat dapat
memperoleh manfaat dari proses pemilu yang transparan dan adil. Peran media juga sangat penting dalam menjaga
integritas pemilu dan hubungan antara partai politik dan pemilu. Media dapat berperan sebagai pengawas dan
penghubung antara masyarakat dengan partai politik dan proses pemilu. Melalui liputan media yang berimbang dan
objektif, masyarakat dapat memperoleh informasi yang akurat dan menyeluruh tentang partai politik dan kandidat
yang bertarung dalam pemilu. Selain itu, media juga dapat memperlihatkan kekurangan atau pelanggaran yang terjadi
dalam proses pemilu, sehingga dapat diambil tindakan yang tepat dan cepat.

Dalam memperbaiki hubungan antara partai politik dan pemilu, peran masyarakat juga sangat penting. Masyarakat
perlu meningkatkan kesadaran dan partisipasi politik mereka dengan cara memilih partai politik dan kandidat yang
dianggap mampu mewakili kepentingan rakyat dan memperjuangkan keadilan dan kesejahteraan bersama. Selain itu,
masyarakat juga dapat memantau dan melaporkan pelanggaran yang terjadi dalam proses pemilu, sehingga dapat
diambil tindakan yang tepat dan menjaga integritas pemilu. Dalam kesimpulannya, hubungan antara partai politik dan
pemilu sangat erat dan memiliki pengaruh besar dalam kehidupan politik di Indonesia. Dalam memperbaiki hubungan
tersebut, perlu adanya upaya untuk meningkatkan transparansi, integritas, dan partisipasi politik yang adil dan jujur
dari semua pihak yang terlibat.
TINGKAT KEPERCAYAAN MASYARAKAT TENTANG
PARTAI POLITIK PADA PEMILU
Kepercayaan masyarakat terhadap parta politik, bisa dikatakan sebagai esensi dari
hubungan antara partai politik dan masyarakat. Partai politik membutuhkan dukungan dan
kepercayaan dari masyarakat dalam menjalankan perannya dalam sistem politik. tanpa
adanya dukungan dan kepercayaan dari masyarakat, maka mustahil sebuah partai politik
bisa memperoleh kekuasaan dan menjalankan semua program kerjanya. Kepercayaan
masyarakat terhadap penyelenggaraan pemilu menjadi salah satu hal penting di negara
demokrasi. Pasalnya, hal tersebut akan mendorong partisipasi pemilih dalam pemilu.
Diketahui bahwa struktur yang membentuk kepercayaan masyarakat terhadap partai politik
terdiri dari;
1) Sosialisasi politik,yaitu proses transmisi nilai, ide dan informasi politik yang
diterima individu dalam lingkungannya.
2) Institusi partai yaitu organisasi, aktor dan kinerja partai politik.
3) Kepentingan, faktor-faktor internal yang mendorong seseorang untuk mempercayai
partai politik dan biasanya berorientasi pada pertimbangan untung dan rugi.
Faktor-faktor yang mempengaruhi kepercayaan masyarakat terhadap partai politik, ditentukan oleh orientasi
masyarakat dalam memandang partai politik. Orientasi masyarakat sendiri, terbentuk dari prakondisi yang
dihadapi dalam lingkungannya, baik itu lingkungan sosial maupun lingkungan politiknya. Faktor Rendahnya
Kepercayaan Masyarakat Terhadap Partai Politik. Salah satunya adalah rasa apatis atau tidak percaya
terhadap hal-hal yang berbau politik. Ketidak percayaan rakyat sebagai potret buram perpolitikan nasional.
Sebab, tidak mungkin rakyat memberikan respon sebegitu sinis, jika hanya persoalaan kecil, kekecewaan
yang begitu besar disebabkan oleh hal-hal kecil yang terulang-ulang.

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), derajat kepercayaan masyarakat Indonesia terhadap proses
pemilu cukup rendah. Rata-rata skornya hanya sebesar 69,72 poin pada 2021. Menurut provinsinya, Sulawesi
Tengah menjadi provinsi dengan derajat kepercayaan paling tinggi terhadap proses pemilu, yakni 80 poin.
Posisinya diikuti oleh Sulawesi Utara dengan skor kepercayaan sebesar 79,52 poin. Derajat kepercayaan
masyarakat terhadap proses pemilu di Nusa Tenggara Timur dan Gorontalo masing-masing sebesar 76,7 poin
dan 76,17 poin. Kemudian, Kalimantan Utara memiliki derajat kepercayaan terhadap proses pemilu sebesar
75,95 poin. Lebih lanjut, Maluku Utara memiliki derajat kepercayaan tehradap proses pemilu 74,91 poin.
Sulawesi Barat memiliki tingkat kepercayaan terhadap pemilu sebesar 74,51 poin. Sementara itu, Papua
menjadi provinsi dengan tingkat kepercayaan terhadap proses pemilu paling rendah, yakni 63,7 poin. Di
atasnya ada Banten dan Aceh dengan derajat kepercayaan masing-masing sebesar 63,88 poin dan 64,05 poin.
Adapun, derajat kepercayaan terhadap proses pemilu di perdesaan sebesar 71,72 poin. Angkanya lebih tinggi
dibandingkan di perkotaan yang sebesar 68,58 poin.
SEKIAN

Anda mungkin juga menyukai