Anda di halaman 1dari 7

Partisipasi Politik Perempuan

Dr.RR.Cahyowati, SH,MH
Dasar Konstitusional

 Pasal 28H ayat (2) UUD  Maknanya mengandung


NRI 1945: “Setiap orang kebijakan keberpihakan
berhak mendapat (afirmative action) bagi
kemudahan dan setiap warga negara yang
perlakuan khusus untuk memerlukan
memperoleh kesempatan
dan manfaat yang sama
guna mencapai
persamaan dan keadilan”
Pengertian Affirmative Action

 Affirmative action adalah  Kebijakan afirmasi di Indonesia


sebuah kebijakan tindakan dimulai sejak diratifikasinya
Konvensi Penghapusan terhadap
sementara untuk
Segala Bentuk Diskriminasi
memberikan kompensasi terhadap Perempuan
kepada kelompok yang (Convention on the Elimination of
selama ini terdiskriminasi All Forms Discrimination Against
serta tidak memiliki sumber Women atau CEDAW) dalam UU
daya untuk yang memadai. No.7 Tahun 1984 tentang
Penghapusan Diskriminasi Dalam
 Perempuan masih tertinggal
Segala Bentuk
di bidang politi
Pengertian Affirmative Action

 kebijakan tersebut baru  Kedua UU tsb. merupakan


dilaksanakan setelah terobosan konstitusional
peningkatan partisipasi
dibentuknya UU tentang perempuan dalam politik.
Parpol dan UU Pemilu  Ketentuan keterwakilan
Anggota DPR RI, DPD, perempuan dalam
dan DPRD kepengurusan Parpol yang
Provinsi/Kabupaten/Kota. mengatur dipenuhinya kuota
30% keterwakilan perempuan
di struktur kepengurusan
parpol
Penerapan Affirmative Action

 Berdasarkan hasil penelitian Puskapol UI, penempatan nomor


urut memengaruhi keterpilihan calon anggota legislatif. Pada
Pemilu 2009, 44% perempuan caleg DPR RI terpilih menempati
nomor urut 1, 29% di nomor urut 2, 20% di nomor urut 3, 7% di
nomor urut 4, dan seterusnya. Artinya, total 93% perempuan
caleg DPR RI terpilih berada di nomor urut 1, 2, dan 3. Di DPRD
provinsi, 41% perempuan caleg DPRD terpilih menempati nomor
urut 1, 20% di nomor urut 2, 24% di nomor urut 3, 14% di nomor
urut 4, dan seterusnya sehingga total 75% perempuan caleg
DPRD provinsi terpilih berada di nomor urut 1, 2, dan 3. Dampak
kebijakan afirmasi
Hasil Penelitian Menunjukan

 Hasil Pemilu 2019, (berdasarkan UU No. 7 Tahun 2017 tentang Pemilu dan UU No.2
Tahun 2011 tentang Perubahan Atas UU No.02 Tahun 2008 tentang Partai Politiki
keterwakilan perempuan di Lembaga Legislatif Nasional (DPR-RI) berada pada angka
20,8 persen atau 120 anggota legislatif perempuan dari 575 anggota DPR RI (KPU, 2019).
 Hasil Penelitian (WFD-Perwakilan Conservative Westminster Foundation for Democracy,
terkait kepemimpinan perempuan dan partisipasi perempuan di lembaga legislatif. Jika
perempuan memimpin, maka kualitas demokrasi di suatu negara akan meningkat.
 “Anggota legislatif perempuan terbukti lebih banyak melakukan kerja-kerja konstituen
dibandingkan anggota legislatif laki-laki. Lebih banyaknya pemimpin politik perempuan
juga berkorelasi positif dengan rendahnya tingkat korupsi di berbagai negara yang
diteliti. Selain itu, ketika perempuan memimpin, maka pembentukan kebijakan lebih
memprioritaskan kepentingan perempuan, isu-isu perlindungan sosial, mengusulkan,
dan meloloskan kebijakan yang ramah perempuan,” ungkap Agus.
Hasil Penelitian Menunjukan

 “Anggota legislatif perempuan terbukti lebih banyak


melakukan kerja-kerja konstituen dibandingkan anggota
legislatif laki-laki. Lebih banyaknya pemimpin politik
perempuan juga berkorelasi positif dengan rendahnya
tingkat korupsi di berbagai negara yang diteliti. Selain
itu, ketika perempuan memimpin, maka pembentukan
kebijakan lebih memprioritaskan kepentingan
perempuan, isu-isu perlindungan sosial, mengusulkan,
dan meloloskan kebijakan yang ramah perempuan,”.

Anda mungkin juga menyukai