Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

KONSEP GENDER DALAM PEMERINTAHAN

Disusun untuk memenuhi tugas


Mata kuliah :Ilmu politik
Dosen pengampu : NUR HADIYANTI,S.IP,M.IP

Oleh:

1.NURULIS (201065201055)

2.YULANI (201065201063)

PROGRAM STUDI ILMU PEMERINTAHAN

SEKOLAH TINGGI ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

BUNDA TANAH MELAYU

TAHUN AJARAN 2022/2023


KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga saya
dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul etnografi ini tepat pada waktunya.

Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas dosen Nurhadiyanti,
S.IP, M.IP pada mata kuliah Ilmu Pemerintahan Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk
menambah wawasan tentang etnografi bagi para pembaca dan juga bagi penulis.

Saya mengucapkan terima kasih kepada ibu Nurhadiyanti, S.IP, M.IP, selaku dosen Ilmu
Pemerintahan yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat menambah pengetahuan dan
wawasan sesuai dengan bidang studi yang saya tekuni.

Saya juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membagi sebagian
pengetahuannya sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ini.

Saya menyadari, makalah yang saya tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik
dan saran yang membangun akan saya nantikan demi kesempurnaan makalah ini.

Senayang,28 november 2022

Penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI ....................................................................................................................................... 1

BAB 1 PENDAHULUAN .................................................................................................................... (i)

Latar Belakang ................................................................................................................................. 2

Rumusan Masalah ........................................................................................................................... 3

Tujuan. ............................................................................................................................................. 4

BAB ll PEMBAHASAN. .................................................................................................................... (ii)

Apa pengertian dari kesetaraan gender ............................................................................................ 5

Bagaimana wujud kesetaraan gender di indonesia........................................................................... 6

Bagaimana wujud kesetaraan gender di dunia pendidikan. .............................................................. 7

Bagaimana pandangan etis di Agama kesetaraan laki-laki dan perempuan. ......................................8

BAB lll KESIMPULAN ..................................................................................................................... (iii)

Kesimpulan. .................................................................................................................................... 9

Saran .............................................................................................................................................. 10

DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................................................... (iv)


BAB 1

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Salah satu sendi utama dalam demokrasi yaitu Kesetaraan Gender karena menjamin bebasnya
untuk berpeluang dan mengakses bagi seluruh elemen masyarakat. Gagalnya dalam mencapai cita –
cita demokrasi, seringkali dipicu oleh ketidaksetaraan dan ketidakadilan gender. Ketidaksetaraan ini
dapat berupa diskriminatif yang dilakukan oleh mereka yang dominan baik secara structural maupun
cultural. Perlakuan diskriminatif dan ketidaksetaraan dapat menimbulkan kerugian dan menurunkan
kesejahteraan hidup bagi pihak-pihak yang termarginalisasi dan tersubordinasi.

Sampai saat ini diskriminasi berbasis pada gender masih terasakan hampir di seluruh dunia,
termasuk di negara di mana demokrasi telah dianggap tercapai. Dalam konteks ini, kaum perempuan
yang paling berpotensi mendapatkan perlakuan yang diskriminatif, meski tidak menutup
kemungkinan laki- laki juga dapat mengalaminya. Pembakuan peran dalam suatu masyarakat
merupakan kendala yang paling utama dalam proses perubahan sosial.

Sejauh menyangkut persoalan gender di mana secara global kaum perempuan yang lebih
berpotensi merasakan dampak negatifnya. Berbagai cara tengah dilakukan diupayakan untuk
mengurangi ketidaksetaraan gender yang menyebabkan ketidakadilan sosial. Upaya tersebut
dilakukan baik secara individu, kelompok bahkan oleh negara dan dalam lingkup lokal, nasioanal dan
internasional. Upaya- upaya tersebut diarahkan untuk, Menjamin Kesetaraan Hak-Hak Azasi,
Penyusun Kebijakan Yang Pro Aktif Mengatasi Kesenjangan Gender, dan Peningkatan
Partisipasi politik.

B. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan yang akan di bahas di dalam makalah
tentang gender ini adalah sebagai berikut.
1. jelaskan pengertian dari kesetaraan gender ?
2. jelaskan wujud kesetaraan gender di indonesia ?
3. jelaskan wujud kesetaraan gender di dunia pendidikan ?
4. jelaskan pandangan etis di Agama kesetaraan laki-laki dan perempuan ?

C. TUJUAN
Adapun tujuan dalam penulisan makalah tentang gender ini adalah sebagai berikut.
1. untuk mengetahui pengertian Kesetaraan gender ?
2. Untuk mengetahui wujud kesetaraan gender di indonesia ?
3. Untuk mengetahui wujud kesetaraan gender di dunia pendidikan ?
4. Untuk mengetahui wujud kesetaraan gender pandangan etis di Agama kesetaraan laki -laki
dan perempuan ?
BAB ll
PEMBAHASAN

A. Apa pengertian dari kesetaraan gender

Kesetaraan Gender merupakan kesamaan kondisi bagi laki-laki dan perempuan untuk
memperoleh kesempatan serta hak- haknya sebagai manusia, agar mampu berperan dan
berpartisipasi dalam kegiatan politik, hukum, ekonomi, sosial budaya, pendidikan dan
pertahanan dan keamanan nasional (hankamnas), serta kesamaan dalam menikmati hasil
pembangunan tersebut.

Kesetaraan gender juga meliputi penghapusan diskriminasi dan ketidakadilan struktural,


baik terhadap laki-laki maupun perempuan. kesetaraan gender memiliki kaitan dengan keadilan
gender. keadilan gender merupakan suatu proses dan perlakuan adil terhadap laki – laki dan
perempuan. terwujudnya kesetaraan dan keadilan gender ditandai dengan tidak adanya
diskriminasi baik terhadap laki – laki maupun perempuan. sehingga denga hal ini setiap orang
memiliki akses, kesempatan berpartisipasi, dan control atas pembangunan serta memperoleh
manfaat yang setara dan adil dari pembangunan tersebut.

Memiliki akses di atas mempunyai tafsiran yaitu setiap orang mempunyai peluang /
kesempatan dalam memperoleh akses yang adil dan setara terhadap sumber daya dan memiliki
wewenang untuk mengambil keputusan terhadap cara penggunaan dan hasil sumber daya
tersebut. Memiliki partisipasi berarti mempunyai kesempatan untuk berkreasi / ikut andil dalam
pembangunan nasional. Sedangkan memiliki kontrol berarti memiliki kewenangan untuk
mengambil keputusan atas penggunaan dan hasil sumber daya. Sehingga memperoleh manfaat
yang sama dari pembangunan.
B. Bagaimana wujud kesetaraan gender di indonesia

Kesetaraan Gender di Indonesia dalam Bermasyarakat Perbedaan gender terkadang


dapat menimbulkan suatu ketidakadilan terhadap kaum laki – laki dan terutama kaum
perempuan. Ketidakadilan gender dapat termanifestasi dalam berbagai bentuk
ketidakadilan, yakni :

a. Marginalisasi Perempuan Salah satu bentuk ketidakadilan terhadap gender


yaitu marginalisasi perempuan. Marginalisasi perempuan ( penyingkiran /
pemiskinan ) kerap terjadi di lingkungan sekitar. Nampak contohnya yaitu
banyak pekerja perempuan yang tersingkir dan menjadi miskin akibat dari
program pembangunan seperti internsifikasi pertanian yang hanya
memfokuskan petani laki-laki. Perempuan dipinggirkan dari berbagai jenis
kegiatan pertanian dan industri yang lebih memerlukan keterampilan yang
biasanya lebih banyak dimiliki laki-laki, dan perkembangan teknologi telah
menyebabkan apa yang semula dikerjakan secara manual oleh perempuan
diambil alih oleh mesin yang umumnya dikerjakan oleh tenaga laki-laki.
Dengan hal ini banyak sekali kaum pria yang beranggapan bahwa perempuan
hanya mempunyai tugas di sekitar rumah saja.
b. Subordinasi Selain Marginalisasi, terdapat juga bentuk keadilan yang berupa
subordinasi. Subordinasi memiliki pengertian yaitu keyakinan bahwa salah
satu jenis kelamin dianggap lebih penting atau lebih utama dibandingkan jenis
kelamin lainnya. Sudah sejak dahulu terdapat pandanganyang menempatkan
kedudukan dan peran perempuan yang lebih rendah dari laki – laki. Salah satu
contohnya yaitu perempuan di anggap makhluk yang lemah, sehingga sering
sekali kaum adam bersikap seolah – olah berkuasa (wanita tidak mampu
mengalahkan kehebatan laki – laki). Kadang kala kaum pria beranggapan
bahwa ruang lingkup pekerjaan kaum wanita hanyalah disekitar rumah.
Dengan pandangan seperti itu, maka sama halnya dengan tidak memberikan
kaum perempuan untuk mengapresiasikan pikirannya di luar rumah.
c. Pandangan stereotype Setereotype dimaksud adalah citra baku tentang
individu atau kelompok yang tidak sesuai dengan kenyataan empiris yang ada.
Pelabelan negatif secara umum selalu melahirkan ketidakadilan. Salah satu
stereotipe yang berkembang berdasarkan pengertian gender, yakni terjadi
terhadap salah satu jenis kelamin, (perempuan), Hal ini mengakibatkan
terjadinya diskriminasi dan berbagai ketidakadilan yang merugikan kaum
perempuan. Misalnya pandangan terhadap perempuan yang tugas dan
fungsinya hanya melaksanakan pekerjaan yang berkaitan dengan pekerjaan
domistik atau kerumahtanggaan. Hal ini tidak hanya terjadi dalam lingkup
rumah tangga tetapi juga terjadi di tempat kerja dan masyaraklat, bahkan di
tingkat pemerintah dan negara. Apabila seorang laki-laki marah, ia dianggap
tegas, tetapi bila perempuan marah atau tersinggung dianggap emosional dan
tidak dapat menahan diri. Standar nilai terhadap perilaku perempuan dan laki-
laki berbeda, namun standar nilai tersebut banyak menghakimi dan merugikan
perempuan. Label kaum perempuan sebagai “ibu rumah tangga” merugikan,
jika hendak aktif dalam “kegiatan laki-laki” seperti berpolitik, bisnis atau
birokrat. Sementara label laki-laki sebagai pencari nafkah utama,
(breadwinner) mengakibatkan apa saja yang dihasilkan oleh perempuan
dianggap sebagai sambilan atau tambahan dan cenderung tidak
diperhitungkan.
d. Beban Ganda Bentuk lain dari diskriminasi dan ketidakadilan gender adalah
beban ganda yang harus dilakukan oleh salah satu jenis kalamin tertentu
secara berlebihan. Dalam suatu rumah tangga pada umumnya beberapa jenis
kegiatan dilakukan laki-laki, dan beberapa dilakukan oleh perempuan.
Berbagai observasi, menunjukkan perempuan mengerjakan hampir 90% dari
pekerjaan dalam rumah tangga. Sehingga bagi mereka yang bekerja, selain
bekerja di tempat kerja juga masih harus mengerjakan pekerjaan rumah
tangga. Dalam proses pembangunan, kenyataannya perempuan sebagai
sumber daya insani masih mendapat pembedan perlakuan, terutama bila
bergerak dalam bidang publik. Dirasakan banyak ketimpangan, meskipun ada
juga ketimpangan yang dialami kaum laki-laki di satu sisi. Kesetaraan gender
di Indonesia masih dalam konteks perlindungan hak ketenagakerjaan serta
upah yang sepadan, tampaknya kita perlu menilik kembali peran pemerintah
terhadap10 para pahlawan devisa, khususnya para kaum perempuan. Mereka
adalah pihak yang memliki suara paling kecil untuk didengar oleh pemerintah
maupun penegak hukum, sebab posisinya yang seolah tak memiliki hak yang
sama untuk dilindungi secara penuh oleh kenegaraan. Masih banyak TKW
Indonesia yang hak-haknya belum sepenuhnya terlindungi oleh negara. Masih
marak pula terjadi kasus yang tak terselesaikan sebab insignifikansi
pemerintah (pemerintah mengganggap masalah ini tidak penting) tentang hal
ini. Lucunya, kasus TKW seringkali hanya disambut dengan komentar ringan
berupa ‘pemerintah belum dapat melindungi hak-hak umum para TKW, serta
belum dapat mengawasi seluruhnya kasus tentang pemerkosaan yang marak
terjadi’. Ini menyangkut soal hak; yang berarti pula akan menjadi masalah
yang memberatkan atau bahkan menyulitkan Indonesia di kemudia hari jika
tak segera diselesaikan dengan aksi nyata. Apalagi TKW merupakan major
labour yang bertugas menopang satu dari beberapa pilar utama negara, lewat
peran pentingnya terhadap pasokan devisa. Sebab mereka kecil, tak berarti
mereka menyumbang peran yang kecil pula untuk negara. Bisa jadi, dengan
adanya aksi peningkatan perlindungan kepada TKW secara nyata dan
signifikan dari pemerintah akan memunculkan stabilitas ekonomi lebih
mumpuni, sehingga perannya untuk kesejahteraan negeri secara langsung
juga akan terasa besar.
C. Bagaimana wujud kesetaraan gender di dunia pendidikan
Kesetaraan Gender dalam Dunia Pendidikan di Indonesia Perempuan sesungguhnya
membutuhkan pendidikan seperti halnya dengan laki – laki. Akan terlihat jelas apabila
dilihat dari sejarah masa lalu saat Indonesia masih di jajah, Para penjajah kurang
menghargai kaum perempuan. Mereka berlaku sewenang – wenang sesuka hati terhadap
kaum perempuan di Indonesia.
Peristiwa ini menggambarkan bahwa kesetaraan gender sama sekali belum
ditegakkan. Dampak dari peristiwa tersebut, pandangan – pandangan masyarakat
sepeninggalnya yaitu terdapat masyarakat yang beranggapan bahwa perempuan belum
memiliki kesempatan untuk berperan sentral diberbagai bidang seperti sekarang ini.
Orang tua yang memiliki pandangan seperti itu, akan menyekolahkan anak laki – lakinya
setinggi – tingginya sedangkan anak perempuan tidak harus bersekolah ke jenjang yang
lebih tinggi. Salah satu factor peristiwa tersebut yaitu orang tua hanya beranggaoan
bahwa peran perempuan dalam kehidupan tidak lain adalah sebagai ibu rumah tangga
yang tak perlu sekolah tinggi – tinggi.
Namun saat ini pemerintahan telah berupaya untuk menegakkan kesetaraan gender.
Hal ini terbukti dengan adanya program pemerataan pendidikan di seluruh Indonesia,
dengan hal ini banyak generasi penerus bangsa yang merupakan calon pembangunan
Negara ini mendapatkan mendapatkan kesempatan yang sama dalam mengenyam
pendidikan. Terlepas dari permasalahan pendidikan yang ada, namun dapat diakui
bahwa pandangan orang tua kolot masa lalu yang tidak menyekolahkan anak
perempuannya kini telah berubah.
Terlihat bahwa pada saat sekarang kaum perempuan pun banyak yang bersekolah
hingga jenjang yang tinggi. Selain hak untuk mendapatkan pendidikan, di Negara
Indonesia sebenarnya telah menerapkan kesetaraan gender dalam tatanan organisasi
dari mulai organisasi yang kecil hingga pemerintahan. Buktinya ialah perempuan pun
memiliki peranan yang sama dalam hal menduduki jabatan tertentu dalam suatu
institusi. Presiden Negara Indonesia yang pernah diduduki oleh seorang perempuan
yaitu Megawati Soekarno Putri merupakan bukti real-nya.
D. Bagaimana pandangan etis di Agama kesetaraan laki-laki
dan perempuan
a. Kesetaraan gender menurut agama muslim Sejak 15 abad yang lalu Islam telah
menghapuskan diskriminasi berdasarkan jenis kelamin. Islam memberikan
posisi yang tinggi kepada perempuan. Prinsip kesetaraan dan keadilan gender
dalam Islam tertuang dalam Kitab Suci Al-Quran. Dalam ajaran Islam tidak
dikenal adanya isu gender yang berdampak merugikan perempuan. Islam
bahkan menetapkan perempuan pada posisi yang terhormat, mempunyai
derajat, harkat, dan martabat yang sama dan setara dengan laki – laki. Islam
memperkenalkan konsep relasi gender yang mengacu kepada ayat – ayat Al-
Qur’an. Suatu kenyataan, masih banyak masyarakat, tidak terkecuali beberapa
guru agama yang belum memahami makna qodrat, apabila berbicara soal
jenis kelamin perempuan, dikaitkan dengan upaya mewujudkan keadilan dan
kesetaraan gender. Salah satu akibat10 dari salah memahami alasan untuk
mempertahankan subordinasi, marginalisasi, dan diskriminasi terhadap
perempuan. Al-Qur an sebagai “Hudan linnasi”, petunjuk bagi umat manusia,
dan kehadiran Nabi Muhammad Rasulullah SAW dengan sunnahnya, sebagai
“Rahmatan lil alamin”, tentu saja menolak anggapan di atas. Islam datang
untuk membebaskan manusia dari berbagai bentuk ketidak-adilan. Sejak awal
dipromosikan, Islam adalah agama pembebasan. Islam adalah agama
ketuhanan sekaligus agama kemanusiaan dan kemasyarakatan. Dalam
pandangan Islam, manusia mempunyai dua kapasitas, yaitu sebagai hamba
dan sebagai representasi Tuhan (khalifah) tanpa membedakan jenis kelamin,
etnik, dan warna kulit. Islam mengamanatkan manusia untuk memperhatikan
konsep keseimbangan, keserasian, keselarasan, dan keutuhan, baik sesama
manusia maupun manusia dengan lingkungan alamnya.
b. Kesetaraan gender dari sudut pandang agama khatolik Permasalahan gender
dalam Katolik tidak terlepas dari konteks tradisi dan budaya, khususnya
budaya agama Yahudi. Dalam agama Yahudi, laki-laki mempunyai posisi yang
lebih dominan dibandingkan dengan perempuan. Dominasi ini menciptakan
ketidakadilan gender. Ketika suatu perbuatan itu dilakukan oleh laki-laki,
maka dianggap sebagai suatu kebenaran. Begitu juga di Indonesia, ajaran
kristen tidak dapat terlepas dari budaya warga Indonesia. Dalam Kejadian 2
(Kejadian 2 (disingkat Kej 2) adalah bagian dari Kitab Kejadian dalam Alkitab
Ibrani atau Perjanjian Lama di Alkitab Kristen.) Disebutkan bahwa Allah
menciptakan manusia dari bumi. Manusia yang pertama kali diciptakan adalah
Adam. Kemudian dari tulang rusuk Adam diciptakanlah Hawa. Kemudian
disebutkan bahwa Adam jatuh ke dalam dosa karena Hawa. Teks ini
memunculkan pandangan bahwa perempuan adalah manusia kedua.
Perempuan juga dipandang sebagai sumber dosa. Gereja mengambil teks ini
sebagai dasar pandangan hubungan (relasi) antara laki-laki dengan
perempuan. Hubungan ini dipandang hanya berdasarkan jenis kelamin saja.
Posisi subordinat (posisi yang rendah) perempuan seperti inilah yang menjadi
dasar pandangan awal gereja mengenai perempuan. Namun dalam
perkembangan selanjutnya, seiring dengan perkembangan zaman, Gereja
menolak ketidakadilan gender, baik dalam keluarga maupun dalam
masyarakat. Gereja memperhatikan dengan serius dasar-dasar ajaran agama,
yaitu; tradisi, teologi dan filsafat, kitab suci serta ajaran gereja dengan pastoral
lainnya.
1. Aspek Tradisi Salah satu sumber ajaran iman dan moral Katolik adalah
tradisi. Tradisi gereja masih dipengaruhi oleh budaya yang bersifat
patriarkhis (Budaya yang menomor satukan laki – laki). Suami
merupakan penguasa dalam keluarga. Wanita diletakkan dalam posisi
subordinat. Hal ini merupakan suatu bentuk ketidakadilan gender yang
mendasar. Namun Perjanjian Baru memandang bahwa laki-laki dan
perempuan adalah sama, sehingga dengan jelas Perjanjian Baru
menolak segala bentuk kekerasan dalam rumah tangga. Berdasarkan hal
tersebut maka perlu diadakan perubahan penafsiran kitab suci,
terutama Kitab Perjanjian Lama.
2. Aspek Teologi (Ilmu tentang Ketuhanan) dan Filsafat Dalam Kristen, baik
itu Katolik maupun Protestan, pencitraan Allah adalah sebagai Bapak,
sehingga muncul pandangan bahwa Allah adalah laki-laki. Hal ini
mengontruksikan suatu pemikiran bahwa laki-laki adalah penguasa
dalam keluarga sehingga sangat berpotensi menimbulkan kekerasan
dalam rumah tangga. Sesungguhnya hubungan manusia dengan Allah
adalah bersifat personal sehingga Allah dapat mempersonifikasikan diri
sebagai Bapak maupun sebagai Ibu.
3. Aspek Kitab Suci Untuk memahami Kitab Suci perlu dipahami latar
belakang penulis. Dalam Kejadian 2 pasal 2 ayat (5) disebutkan bahwa
perempuan merupakan manusia kedua, perempuan sebagai penggoda.
Teks normatif ini sangat berpotensi memunculkan kekerasan dalam
rumah tangga jika ditafsirkan secara salah. Padahal dalam Kejadian 1
ayat (26) disbutkan bahwa Allah menciptakan laki-laki dan perempuan
sama secitra dengan Allah, keduanya adalah baik. Dalam Kitab
Perjanjian Lama, banyak ketentuan-ketentuan yang menempatkan
perempuan sebagai mahkluk kedua, dan diposisikan pada posisi yang
sub ordinat. sangat berpotensi memunculkan kekerasan psikologis
dalam keluarga.Pencitraan perempuan yang cenderung terasa tidak adil
gender ini diperbaharui dan diformulasikan kembali dalam Kitab
Perjanjian Baru. Dalam Kitab Perjanjian Baru, perempuan mendapat
posisi yang sejajar dengan laki-laki. Yesus menempatkan perempuan
pada posisi yang harus dihormati. Bahkan karena dianggap terlalu
memuliakan perempuan dan terlalu memperjuangkan perempuan inilah
kemudian Yesus ditangkap dan kemudian dihukum salib oleh penguasa
pada waktu itu yang memegang faham patriarkal
4. Aspek Ajaran Gereja Dalam pandangan Gereja Katolik, perempuan
dianggap mempunyai martabat yang sama dengan laki-laki. Mereka
mempunyai hak untuk berperan dalam masyarakat. Pengakuan
kesejajaran antara laki-laki dan perempuan haruslah dihormati. Gereja
mengemukakan sikap keterbukaan dalam keluarga, sehingga interaksi
dalam keluarga muncul kesejajaran. Gereja Katolik dengan jelas
bersikap tidak toleran terhadap ketidakadilan, termasuk ketidakadilan
gender yang berpotensi memicu kekerasan dalam keluarga. Dalam
Katolik ada satu komisi yang melayani urusan keluarga yaitu pastoral
keluarga yang bertugas melakukan pendampingan keluarga, untuk
menanggulangi munculnya kekerasan dalam rumah tangga, termasuk
perceraian. Dari hal tersebut dapat disimpulkan bahwa Gereja Katolik
menolak ketidakadilan gender. Tetapi untuk mewujudkan keadilan
gender dalam masyarakat masih terdapat hambatan yaitu faktor tradisi
patriarkhis.
C .kesetaraan gender dari sudut pandang agama kristen Alkitab
Mengatakan bahwa :
Allah menciptakan perempuan dan laki-laki menurut gambar dan
rupa Allah: “maka Allah menciptakan manusia itu menurut gambarnya,
Menurut gambar Allah diciptakannya dia laki -laki dan perempuan di
Ciptakannya mereka (ke:1:27).
Alkitab mencatat bahwa hubungan yang timpang antara laki-laki dan
Perempuan itu terjadi setelah manusia memakan buah yang di larang oleh
Allah swt (ke 3:12 dst).

d. kesetaraan gender dari sudut pandang agama budha


Sang budha tidak membedakan antara laki -laki dan perempuan.
Mereka memiliki peran yang setara dan adil.
Menurut agama budha manusia terdiri dari laki-laki dan perempuan
Yang muncul bersama di muka bumi in. Dan dia dapat terlahir sesuai
karmannya masing-masing ,sehingga kedudukan antara laki-laki dan
Perempuan dalam agama budha tidak di permasalahkan .Agama budha
membimbing umatnya untuk menghargai gender.

e.kesetaraan gender dari sudut pandang agama hindu


Pengertian gender dalam agama hindu merupakan hubungan sosial
Yang membedakan perilaku antara perempuan secara Proposional yang
menyangkut moral ,etika,dan budaya,bagaimana seharusnya laki-laki
dan perempuan diharapkan untuk berperan dan bertindak ketentuan sosia,
moral,etika budaya, di mana mereka berada.
BAB lll

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Kesetaraan gender berguna untuk memberikan kesempatan setiap orang


untuk berapresiasi terhadap hal – hal yang terjadi disekitarnya. Kesetaraan
gender berkaitan dengan keadilan gender. Keadilan gender merupakan
perlakuan adil terhadap laki – laki dan perempuan. perbedaan antara
kesetaraan dan keadilan gender yaitu kesetaraan lebih condong terhadap
peluang sedangkan keadilan gender lebih condong terhadap tingkah laku laki
– laki dan perempuan. Kesetaraan gender dan keadilan gender harusnya dapat
ditegakkan dalam kehidupan bermasyarakat. Selain bermasyarakat
kesetaraan gender dan keadilan gender haruslah di tegakkan juga di dunia
pendidikan.
Bukan hanya kaum laki - laki saja yang harus sekolah tinggi namun
perempuan juga punya hak untuk dapat bersekolah setinggi – tingginya. Pada
dasarnya semua agama di Indonesia memaparkan bagaimana Tuhan
mewujudkan kasihnya terhadap manusia tanpa memandang jenis kelamin,
dari golongan mana, berapa usianya, terang kasih Tuhan tidak ada yang
mendominasi. Tuhan menciptakan laki-laki dan perempuan dibentuk
sedemikian rupa menurut rupa dan gambarnya dan Tuhan melihat bahwa
ciptaannya itu sungguh amat baik. Pada dasarnya perbedaan kodrat laki-laki
dan perempuan berkaitan dengan fungsi biologis dan perbedaan itu adalah
untuk saling melengkapi agar menjadi utuh.
Dalam agama mengajarkan bahwa laki-laki maupun perempuan memiliki
kesamaan kondisi untuk memperoleh kesempatan serta hak-haknya sebagai
manusia, agar mampu berperan dan berpartisipasi dalam kegiatan politik,
hukum, ekonomi, sosial budaya, pendidikan dan pertahanan dan keamanan
nasional (hankamnas), serta kesamaan dalam menikmati hasil pembangunan
tersebut.

B.SARAN
Manusia ada untuk berpeluang bukan hanya untuk ditindas. Jadi dengan adanya
Makalah ini penulis mempunyai saran yaitu sebaiknya sesama manusia saling
Menegakkan kesetaraan gender .Agar tidak ada sesuatu yang menjadi sesuatu
Permasalahan dalam kehidupan bersosial.
DAFTAR PUSTAKA
Abdullah, J. 2009. Kesetaraan Gender Dalam Islam. Musawa, Vol. 1, No.1 Juni 2009: 107- 114

Amiruddin, M. 2008. Membangun Resistensi, Membongkar Setereotype. Jurnal Perempuan Online.


(http//:www.kompas.com/kompas- cybermedia/0704/20/655308/htm) Diakses : 24 juni 2010, 13:21 wib.

Arikunto, S. 2002. Prosedur Penelitian Edisi Revisi VI. Jakarta: Rineka Cipta
.
Asyhari, 2009. Kesetaraan Gender Menurut Nasaruddin Umar Dan Ratna Megawangi. Skripsi, tidak
diterbitkan. Perbandingan Mazhab Dan Hukum Fakultas Syari’ah Universitas Islam Negeri Sunan
Kalijaga Yogyakarta.

http://filsafat.kompasiana.com/2013/05/04/kedudukan-perempuan-dan-kesetaraan-gender-dalam-
pandangan-islam--557073.html

http://mjeducation.co/kesetaraan-gender-untuk-kesejahteraan-negara/
md101j.files.wordpress.com/2011/10/makalah-agama-kel-5-sore.docx

http://www.scribd.com/doc/96367675/Makalah-Kesetaraan-Dan-Keadilan-Gender
http://edukasi.kompasiana.com/2012/05/19/kesetaraan-gender-diterapkan-dalam-pendidikan-
464068.html

http://www.google.com/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=2&cad=rja&ved=0CC
0QFjAB&url=http%3A%2F%2Fhaqfaisol.files.wordpress.com%2F2012%2F05%2Fmakalah-
gender.docx&ei=B9aVUc-
ZIdKO7QbtiIG4BQ&usg=AFQjCNG71Zw3RF6MSgerAwokMaaQxHM34A&bvm=bv.4647
1029,d.bGE

http://www.sarjanaku.com/2012/06/pengertian-gender-menurut-para-ahli.html

Anda mungkin juga menyukai