Anda di halaman 1dari 13

Keuangan Negara

Sifat Barang Publik dan Implikasi


Pengelolaannya

Dosen Pengampu : Firman ST, MAP


Kelompok 5
Anugrah Perkasa (2105020037)
Beki Sukmawan (2105020038)
Fauzan Fadillah Di Harjo (2105020063)
Sub Materi

01. Definisi Barang Publik 02. Sifat Barang Publik

03. Skema Pengklasifikasian 04. Implikasi Pengelolaan


Definisi Barang Publik
Pada definisi sederhana, barang publik dinyatakan sebagai barang atau
layanan yang diberikan melalui sektor publik.
Barang publik merupakan barang-barang yang tidak dapat dibatasi siapa
penggunanya dan sebisa mungkin bahkan seseorang tidak perlu
mengeluarkan biaya untuk mendapatkannya.
Definisi abstrak menyatakan bahwa "barang publik" adalah barang dan jasa
yang bersifat “non-rival in consumption” dan “non-excludable”
Sifat Barang Publik
01 02

non-rival in consumption non-excludable


Sebuah barang bersifat “non-rivalry in Sebuah barang dikatakan “non-excludable”
consumption” adalah ketika seseorang yang ketika barang tersebut tidak mampu
sedang mengkonsumsi barang tersebut tidak mengecualikan pihak lain yang tidak
menghalangi orang lain untuk menikmati membayar untuk menikmati barang
barang yang sama. tersebut.
Skema Pengklasifikasian Barang
Dari pengklasifikasian diatas, barang dikelompokkan menjadi sebagai
berikut.

Tabel Jenis Barang

21.8%
34.5%

32.7%
10.9%
1. Public Goods (barang publik): barang-barang ini dapat digunakan oleh banyak
orang secara bersamaan atau secara bersama dikonsumsi sehingga tidak dapat
untuk mengecualikan mereka yang tidak membayar untuk menikmati barang-
barang tersebut, sehingga membuatnya sangat sulit bagi produsen barang publik
untuk mendapatkan penggantian atas biaya mereka.

2. Private Goods (barang privat): Barang-barang ini cocok untuk pasar, “excludable”
meyakinkan bahwa produsen barang-barang ini akan mendapatkan bayaran untuk
usaha mereka, dan “rival” dalam konsumsi mengurangi kemungkinan bahwa
konsumen akan mencoba untuk menikmati barang milik orang lain daripada
membeli barang sendiri. Sekaleng softdrink adalah contoh yang bagus untuk
menggambarkan barang privat. Seseorang yang sedang meminum softdrink akan
menghalangi orang lain untuk menikmati softdrink tersebut dalam waktu yang
sama. Sekaleng softdrink juga bersifat excludable, dimana mesin penjual otomatis
dapat dengan mudah mencegah orang yang tidak membayar untuk mendapatkan
softdrink.
3. Common Goods (barang semi-publik): barang ini berbeda dari public goods
karena “rival” dalam mengkonsumsinya. Meskipun barang ini luas dan terdapat di
berbagai lokasi, namun penggunaan barang ini oleh seorang individu mencegah
individu lain untuk menggunakannya. Istilah common goods tidaklah universal.
Barang tersebut biasa disebut juga sebagai “common pool resourses” atau
“common resources”. Misalnya, ikan di laut bersifat rivalry in consumption karena
ikan yang telah ditangkap oleh seseorang tidak akan tersedia untuk digunakan oleh
orang lain.

4. Club Goods (barang semi-swasta): barang-barang yang bersifat “nonrival in


consumption” tapi “excludable”. Istilah lainnya adalah “natural monopolies”.
Sebagai contoh, sistem TV kabel dapat menghalangi mereka yang tidak membayar
untuk melihat program-program tertentu. Sifat excludable ini menciptakan
timbulnya iuran bagi pemirsa yang menikmati program TV kabel tersebut. Dengan
pembayaran iuran tersebut, memungkinkan penyedia program TV kabel untuk
membayar tenaga kerja mereka.
Implikasi Pengelolaannya
Barang publik, akan menjadi bermanfaat apabila dapat disediakan dan dinikmati. Barang publik yang
tersedia menjadi cerminan masyarakat sebuah negara sejahtera atau tidak. Dari sisi kebijakan, pola
penyediaan barang publik harus berpihak kepada kepentingan rakyat, mengurangi privatisasi barang
publik, dan dukungan pemerintah melalui peraturan yang tegas terhadap praktek monopoli kartel pada
barang publik.

Barang publik untuk rakyat yang semestinya dinikmati secara gratis oleh masyarakat masih berupa
teori. Privatisasi yang terjadi akan membawa pergeseran makna barang publik yang berkarakteristik
non-excludable dan non-rival. Pemenuhan kebutuhan barang publik tidak hanya dilakukan oleh
pemerintah namun juga pihak swasta. Kenyataannya kebijakan yang ada terkadang tidak berdasarkan
keadilan dan tidak berpihak kepada masyarakat dengan mengorbankan satu hal demi keuntungan yang
lebih besar. Pemenuhan barang publik oleh pemerintah menjadi salah satu cerminan tanggung jawab
pemerintah terhadap warganya. Apabila pengelolaan barang publik lebih besar dikelola oleh swasta dari
pada negara maka dapat dipastikan untuk mendapatkannya bukanlah gratis. Pemerintah tidak bisa
mengabaikan rasa keadilan kepada masyarakat sebagaimana yang tersirat pada pembukaan Undang-
Undang Dasar Tahun 1945 dan peraturan lainnya sebagai turunan (derivate) dari undang-undang.
Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai