Anda di halaman 1dari 17

TUGAS MATA KULIAH EKONOMI SUMBER DAYA PERTANIAN

BARANG PUBLIK, EKSTERNALITAS DAN HAK PEMILIKAN

DISUSUN OLEH :

NADIA NUR SHOLIHAH H0810079 AGRIBISNIS C

FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2012

Pendahuluan Permasalahan dalam pengelolaan sumber daya alam adalah berbagai dampak negatif yang menyebabkan tidak seimbangnya manfaat yang diperoleh dari sumber daya dengan biaya sosial yang seharusnya ditanggung. Salah satu contohnya adalah kondisi sumber daya perikanan yang bersifat akses terbuka, misalnya sering dikatakan menyebabkan biaya sosial yang tinggi karena kegagalan pasar dimana merupakan ajibat dari ketiadaan hak pemilikan yang jelas, misalnya dalam kasus orer fishing. Tingginya biaya sosial tersebut tercermin dari faktor produksi yang lebih besae daripada semestinya perihal eksploitasi sumber daya. Pada intinya, masalah ini timbul karena sumber daya lam yang dikategorikan barang publik dan terdapat kelebihan konsumsi yang berlebihan akan terjadi. Pemahaman mengenai barang publik perlu diketahui sebelum membahas lebih dalam lagi aspek ekonomi pengelolaan sumber daya alam. Untuk mengetahui sifat-sifat dari barang publik dan kaitannya dengan eksternalitas, maka akan diuraikan lebih dhulu konsep barang secara umum dan adanya keterkaitan dengan barang publik. 1. Barang Publik Dalam ilmu ekonomi, barang publik adalah barang yang memiliki sifat non-rival dan non-eksklusif. Ini berarti: konsumsi atas barang tersebut oleh suatu individu tidak akan mengurangi jumlah barang yang tersedia untuk dikonsumsi oleh individu lainnya; dan noneksklusif berarti semua orang berhak menikmati manfaat dari barang tersebut. Sebagai contoh: jalan raya adalah barang publik, banyaknya pengguna jalan tidak akan mengurangi manfaat dari jalan tersebut; semua orang dapat menikmati manfaat dari jalan raya (noneksklusif); dan jalan raya dapat digunakan pada waktu bersamaan. Istilah barang publik sering digunakan untuk merujuk pada barang yang non-eksklusif dan barang non-rival. Ini berarti bahwa tidak mungkin mencegah seseorang untuk tidak mengonsumsi barang publik. Udara

dapat dimasukkan sebagai barang publik karena secara umum tidak mungkin mencegah seseorang untuk menghirupnya. Barang-barang yang demikian itu sering disebut sebagai barang publik murni. Menurut pandangan ekonomi, barang (goods) dapat

diklasifikasikan menurut kriteria-kriteria penggunaan atau konsumsinya dan hak pemilikannya. Dari sisi konsumsinya kita dapat

mengklasifikasikan apakah barang tersebut menimbulkan ketersaingan untuk mengkonsumsinya atau tidak (rivalry). Dari sisi hak pemilikan, suatu barang dapat dilihat dari kemampuan si pemilik (produsen) untuk mencegah pihak lain untuk memilikinya. Berdasarkan sifat-sifat yang telah dipaparkan, barang publik (public goods) secara umum dapat didefinisikan sebagai barang di mana jika diproduksi, produsen tidak memiliki kemampuan mengendalikan siapa yang berhak

mendapatkannya. Berdasarkan ciri-cirinya, barang publik memiliki dua sifat dominan berikut: 1. Non rivalry (tidak ada ketersaingan) atau non-divisible (tidak habis). Barang publik memiliki sifat Non rivalry dalam hal

mengkonsumsinya. Artinya, konsumsi seseorang terhadap barang publik tidak akan mengurangi konsumsi orang lain terhadap barang yang sama. 2. Non excludable (tidak ada larangan). Artinya sulit untuk melarang pihak lain untuk mengkonsumsi barang yang sama. Berdasarkan ciri barang yang bersifat ekskludabel dan barang yang bersifat rival semua barang menjadi empat kategori sebagai berikut: 1. Barang pribadi (private goods) adalah barang-barang yang

ekskludabel dan rival. Bayangkan saja es cendol sebagai contoh. Es cendol jelas bersifat ekskludabel karena kita bisa mencegah orang lain dari mengkonsumsinya. Es cendol juga bersifat rival karena, jika hanya ada satu es cendol, dan ada seseorang yang mengkonsumsinya maka orang lain tidak bisa mengkonsumsinya. Sebagian besar barang yang ada di pasar adalah barang pribadi. Saat kita menganalisis

penawaran dan permintaan kita mengasumsikan bahwa semua barang bersifat ekskludabel dan rival. 2. Barang publik (public goods) adalah barang-barang yang tidak ekskludabel dan juga tidak rival. Artinya siapa saja tidak bisa mencegah untuk memanfaatkan barang ini, dan konsumsi seseorang atas barang ini tidak mengurangi peluang orang lain melakukan hal yang sama. Contoh barang publik adalah pertahanan suatu negara aman karena mampu melawan setiap serangan dari negara lain, maka siapa saja di negara itu tidak bisa dicegah untuk menikmati rasa aman, peluang bagi orang lain untuk turut menikmati keamanan sama sekali tidak berkurang. 3. Sumber daya milik bersama (common resources)adalah barang-barang yang tidak ekskludabel, namun rival. Contohnya adalah ikan laut. Tidak ada seseorang yang melarang menangkap ikan laut, atau meminta bayaran kepada nelayan atas ikan-ikan yang mereka tangkap. Namun ada saat seseorang melakukannya, maka jumlah ikan di laut berkurang, sehingga kesempatan orang lain melakukan hal yang sama menjadi berkurang. 4. Ada pula barang ekskludabel yang, namun tidak memiliki rival. Barang seperti ini muncul dalam situasi monopoli ilmiah. Jasa pemadam kebakaran suatu kota kecil adalah contohnya. Sangatlah mudah mencegah seseorang menikmati jasa ini. Petugas kebakaran dapat membiarkan sebuah rumah terbakar begitu saja. Namun jasa perlindungan kebakaran ini tidaklah bersifat rival, karena kebakaran rumah tidak terjadi setiap saat, dan setiap rumah memperoleh perlindungan yang sama. Petugas pemadam kebakaran lebih sering menunggu daripada beraksi memadamkan kebakaran, sehingga melindungi sebuah rumah tambahan tidak akan mengurangi kualitas perlindungan mereka pada rumah-rumah lain.Dengan kata lain, begitu pemerintah kota membuat anggaran untuk jasa pemadam kebakaran,

maka tambahan untuk melindungi tambahan satu rumah baru sangatlah kecil Barang publik (public goods) adalah barang yang apabila dikonsumsi oleh individu tertentu tidak akan mengurangi konsumsi orang lain akan barang tersebut. Selanjutnya, barang publik sempurna (pure public good) didefinisikan sebagai barang yang harus disediakan dalam jumlah dan kualitas yang sama terhadap seluruh anggota masyarakat. Keberadaan sumber daya bersamaSDB (common resources) atau akses terbuka terhadap sumber daya tertentu ini tidak jauh berbeda dengan keberadaan barang publik diatas. Sumber-sumber daya milik bersama, sama halnya dengan barang-barang publik, tidak ekskludabel. Sumber-sumber daya ini terbuka bagi siapa saja yang ingin

memanfaatkannya, dan Cuma-Cuma. Namun tidak seperti barang publik, sumber daya milik bersama memiliki sifat bersaingan. Pemanfaatannya oleh seseorang, akan mengurangi peluang bagi orang lain untuk melakukan hal yang sama. Jadi, keberadaan sumber daya milik bersama ini, pemerintah juga perlu mempertimbangkan seberapa banyak pemanfaatannya yang efisien. Contoh klasik tentang bagaimana eksternalitas terjadi pada kasus SDB ini adalah seperti yang

diperkenalkan oleh Hardin (1968) yang dikenal dengan istilah Tragedi Barang Umum (the Tragedy of the Commons). 2. Eksternalitas dan Kegagalan Pasar Eksternalitas adalah dampak (positif atau negative) yang

ditimbulkan oleh konsumsi terhadap barang public. Eksternalitas terjadi jika kegiatan produksi atau konsumsi dari satu pihak mempengaruhi utilitas (kegunaan) dari pihak lain secara tidak diinginkan dan pihak pembuat eksternalitas tidak menyediakan kompensasi terhadap pihak yang terkena dampak. Eksternalitas yang positif melahirkan barang publik, sementara eksternalitas negatif menghasilkan barang publik negatif. Contoh jika anda semua berhenti merokok (merokok akan

menghasilkan eksternalitas negatif) akan dihasilkan udara yang bersih yang merupakan barang publik. Eksternalitas adalah kerugian atau keuntungan yang diderita atau dinikmati pelaku ekonomi karena tindakan pelaku ekonomi lain yang tidak tercermin dalam harga pasar. Ketika seseorang terlibat dalam suatu aktivitas yang mempengaruhi kesejahteraan, meskipun tidak secara langsung dan belum membayar maupun belum menerima kompensasi atas dampak tersebut. Ketika pengaruhnya terhadap lingkungan kurang baik, eksternalitas disebut sebagai eksternalitas negatif. Ketika pengaruhnya pada lingkungan mendatangkan manfaat, eksternalitas disebut

sebagaieksternalitas positif. Kasus eksternalitas negatif dalam melangsungkan kegiatan produksinya, dapat dimisalkan dengan pabrik-pabrik aluminium

menimbulkan polusi. Untuk setiap aluminium yang mereka produksi, sejumlah asap kotor yang mengotori atmosfer tersembur dari tanur pabrik-pabrik tersebut. Karena asap itu membahayakan kesehatan siapa saja yang menghirupnya, maka asap itu merupakan eksternalitas negatif dalam produksi aluminium. Sedangkan contoh eksternalitas positif yang dapat dikemukakan disini adalah pasar robot industri (robot yang khusus dirancang untuk melakukan kegiatan atau fungsi tertentu di pabrik-pabrik). Robot adalah ujung tombak kemajuan teknologi yang mutakhir. Sebuah perusahaan yang mampu membuat robot, akan berkesempatan besar menemukan rancangan-rancangan rekayasa baru yang serba lebih baik. Rancangan ini tidak hanya akan menguntungkan perusahaan yang bersangkutan, namun juga masyarakat secara keseluruhan karena pada akhirnya rancangan itu akan menjadi pengetahuan umum yang bermanfaat. Eksternalitas positif seperti ini biasa disebut imbasan teknologi (technology spillover). Setiap kali eksternalitas muncul sehingga mengakibatkan alokasi sumber daya yang dilakukan pasar tidak efisien, pemerintah dalam melakukan salah satu dari dua pilihan tindakan yang ada. Pilihan pertama

adalah menerapkan kebijakan-kebijakan atau pendekatan komando dan kontrol (command-and-control policies), atau menerapkan kebijakankebijakan berdasarkan pendekatan pasar (market-base policies). Bagi para ekonom, pilihan kedua lebih baik, karena kebijakan berdasarkan pendekatan pasar akan mendorong para pembuat keputusan di pasar swasta, untuk secara sukarela memilih mengatasi masalahnya sendiri. Suatu produsen dikatakan mempunyai ekternal efek terhadap konsumen, jika aktivitasnya merubah atau menggeser fungsi utilitas rumahtangga (konsumen). Dampak atau efek samping yang sangat populer dari kategori kedua yang populer adalah pencemaran atau polusi. Kategori ini meliputi polusi suara (noise), berkurangnya fasilitas daya tarik alam (amenity) karena pertambangan, bahaya radiasi dari stasiun pembangkit (polusi udara) serta polusi air, yang semuanya mempengaruhi kenyamanan konsumen atau masyarakat luas. Dalam hal ini, suatu agen ekonomi (perusahaan-produsen) yang menghasilkan limbah

(wasteproducts) ke udara atau ke aliran sungai mempengaruhi pihak dan agen lain yang memanfaatkan sumber daya alam tersebut dalam berbagai bentuk. Sebagai contoh, kepuasan konsumen terhadap pemanfaatan daerah-daerah rekreasi akan berkurang dengan adanya polusi udara. Dampak Konsumen Terhadap Konsumen Lain Dampak konsumen terhadap konsumen yang lain terjadi jika aktivitas seseorang atau kelompok tertentu mempengaruhi atau

menggangu fungsi utilitas konsumen yang lain. Konsumen seorang individu bisa dipengaruhi tidak hanya oleh efek samping dari kegiatan produksi tetapi juga oleh konsumsi oleh individu yang lain. Dampak atau efek dari kegiatan suatu seorang konsumen yang lain dapat terjadi dalam berbagai bentuk. Misalnya, bisingnya suara alat pemotong rumput tetangga, kebisingan bunyi radio atau musik dari tetangga, asap rokok seseorang terhadap orang sekitarnya dan sebagainya.

Dampak Konsumen Terhadap Produsen Dampak konsumen terhadap produsen terjadi jika aktivitas konsumen mengganggu fungsi produksi suatu produsen atau kelompok produsen tertentu. Dampak jenis ini misalnya terjadi ketika limbah rumahtangga terbuang ke aliran sungai dan mencemarinya sehingga menganggu perusahaan tertentu yang memanfaatkan air baik oleh ikan (nelayan) atau perusahaan yang memanfaatkan air bersih. Lebih jauh Baumol dan Oates (1975) menjelaskan tentang konsep eksternalitas dalam dua pengertian yang berbeda : 1. Eksternalitas yang bisa habis (a deplatable externality) yaitu suatu dampak eksternal yang mempunyai ciri barang individu (private good or bad) yang mana jika barang itu dikonsumsi oleh seseorang individu, barang itu tidak bisa dikonsumsi oleh orang lain. 2. Eksternalitas yang tidak habis (an udeplatable externality) adalah suatu efek eksternal yang mempunyai ciri barang publik (public goods) yang mana barang tersebut bisa dikonsumsi oleh seseorang, dan juga bagi orang lain. Dengan kata lain, besarnya konsumsi seseorang akan barang tersebut tidak akan mengurangi konsumsi bagi yang lainnya. Dari dua konsep eksternalitas ini, eksternalitas jenis kedua merupakan masalah pelik dalam ekonomi lingkungan. Keberadaan eksternalitas yang merupakan barang publik seperti polusi udara, air, dan suara merupakan contoh eksternalitas jenis yang tidak habis, yang memerlukan instrumen ekonomi untuk menginternalisasikan dampak tersebut dalam aktivitas dan analisa ekonomi.

Faktor-Faktor Penyebab Eksternalitas Eksternalitas timbul pada dasarnya karena aktivitas manusia yang tidak mengikuti prinsip-prinsip ekonomi yang berwawasan lingkungan. Dalam pandangan ekonomi, eksternalitas dan ketidakefisienan timbul karena salah satu atau lebih dari prinsip-prinsip alokasi sumber daya yang efisien tidak terpenuhi. Karakteristik barang atau sumber daya publik,

ketidaksempurnaan pasar, kegagalan pemerintah merupakan keadaankeadaan dimana unsur hak pemilikan atau pengusahaan sumber daya (property rights) tidak terpenuhi. Sejauh semua faktor ini tidak ditangani dengan baik, maka eksternalitas dan ketidakefisienan ini tidak bisa dihindari. Kalau ini dibiarkan, maka ini akan memberikan dampak yang tidak menguntungkan terhadap ekonomi terutama dalam jangka panjang. Bagaimana mekanisme timbulnya eksternalitas dan ketidakefisienan dari alokasi sumber daya sebagai akibat dari adanya faktor diatas diuraikan satu per satu berikut ini. Keberadaan Barang Publik Barang publik (public goods) adalah barang yang apabila dikonsumsi oleh individu tertentu tidak akan mengurangi konsumsi orang lain akan barang tersebut. Selanjutnya, barang publik sempurna (pure public good) didefinisikan sebagai barang yang harus disediakan dalam jumlah dan kualitas yang sama terhadap seluruh anggota masyarakat. Kajian ekonomi sumber daya dan lingkungan salah satunya menitikberatkan pada persoalan barang publik atau barang umum ini (common consumption, public goods, common property resources). Ada dua ciri utama dari barang publik ini. Pertama, barang ini merupakan konsumsi umum yang dicirikan oleh penawaran gabungan (joint supply) dan tidak bersaing dalam mengkonsumsinya (non-rivalry in

consumption). Ciri kedua adalah tidak ekslusif (non-exclusion) dalam pengertian bahwa penawaran tidak hanya diperuntukkan untuk seseorang dan mengabaikan yang lainnya. Barang publik yang berkaitan dengan lingkungan meliputi udara segar, pemandangan yang indah, rekreasi, air bersih, hidup yang nyaman dan sejenisnya. Eksternalitas bisa terjadi dari konsumsi ke konsumsi, dari konsumsi ke produksidan juga sebaliknya. Kula (1992) menyebut tipe ekternalitas sebagai eksternalitas teknologi karena adanya perubahan konsumsi atau produksi oleh satu pihak terhadap pihak lain yang lebih bersifat teknis.

Eksternalitas ini disebut sebagai eksternalitas teknologi. Tipe eksternalitas lainnya adalah eksternalitaspecuniary. Eksternalitas ini terjadi karena adanya perubahan harga dari beberapa input maupun output. Dengan kata lain, eksternalitas ini terjadi manakala aktivitas

ekonomi seseorang mempengaruhi kondisi finansial pihak lain. Hartwick dan Olewiler (1998) membedakan antara eksternalitas privat dan eksternalitas publik. Eksternalitas privat melibatkan hanya beberapa individu, bahkan bisa bersifat bilateral dan tidak menimbulkan spill over (limpahan) kepada pihak lain. Eksternalitas publik terjadi manakala barang publik dikonsumsi tanpa pembayaran yang tepat. Pemahaman tentang eksternalitas erat kaitannya dengan efisiensi alokasi sumber daya. Efisiensi alokasi sendiri terkait dengan pengaturan kelembagaan. Sumber daya bisa saja dialokasikan melalui berbagai pengauran kelembagaan seperti kediktatoran, perencanaan terpusat, atau melalui mekanisme pasar. Sumber daya alam, dalam beberapa hal, tidak ditransaksikan dalam mekanisme pasar atau mekanisme pasar bekerja secara tidak sempurna. Kegagalan pasar adalah cerminan sifat sumber daya alam yang dalam beberapa hal menjadi barang publik. Jadi barang publik, eksternalitas dan kegagalan pasar adalah satu mata ranrai yang sering timbul dalam pengelolaan smber daya alam. Kegagalan pasar juga bisa ditimbulkan oleh situasi di mana keputusan individual yang berdasarkan informasi harga tidak menimbulkan alokasi sumber daya yang efisien. Ada beberapa persyaratan di mana pasar akan berhasil, yaitu: 1. Pasar eksis dengan hak pemilikan yang terkukuhkan dengan jelas. Hak pemilikan akan terkukuhkan dengan baik jika memenuhi karakteristik di bawah: a. b. Hak milik dikukuhkan secara individu ataupun kolektif Eksklusif, seluruh keuntungan dan biaya menjadi hak pemilik sumber daya c. Dapat dipindahtangankan

d.

Terjamin, dengan adanya jaminan memiliki maka akan timbul rasa untuk memperbaiki atau memperpanjang sumber daya tersebut

2. Konsumen

dan

produsen

berlaku

secara

kompetitif

dengan

memaksimumkan keuntungan atau meminimumkan biaya 3. Harga pasar diketahui produsen dan konsumen 4. Tidak ada biaya transaksi Jika ciri-ciri diatas tidak dipenuhi, akan timbul ketidak sempurnaan pasar yang pada giliranya akan mengarah kepada kegagalan pasar. 3. Hak dan Rezim Pemilikan Hak pemilikan adalah klaim yang sah terhadap sumber daya ataupun jasa yang dihasilkan dari sumber daya tersebut. Dapat diartikan juga sebagai suatu gugus karakteristik yang memberikan kekuasaan pada pemilik hak. Karakteristik tersebut menyangkut ketersediaan manfaat, kemampuan untuk membagi atau mentransfer hak, derajat eksklusivitas dari hak, dan durasi penegakan hak. Hak pemikan sering dibatasi oleh dua hal, yakni hak orang lain dan ketidaklengkapan. Konsep hak pemilikan terkait erat dengan biaya transaksi. Biaya transaksi diartikan sebagai biaya yag dikeluarkan untuk memperoleh, mentransfer dan melindungi hak. Jika biaya transaksi nol, hak pemilikan terlengkapi, dan sebaliknya. Pentingnya hak kepemilikan (property right) salah satunya adalah bentuk kebijakan teknologi yang paling banyak didukung oleh para ekonom adalah kebijakan perlindungan hak cipta. Hukum paten melindungi hak eksklusif para pencipta atau penemu untuk memanfaatkan sendiri penemuannya, selama jangka waktu tertentu (setelah itu penemuannya dapat dimanfaatkan oleh masyarakat luas). Disini hukum paten itu dapat dikatakan berfungsi melakukan internalisasai eksternalitas (positif). Dengan memberikan hak cipta (property rights) Kepada setiap perusahaan atas penemuan-penemuan barunya. Perusahaan lain atau siapa saja yang berminat untuk turut memanfaatkan penemuan baru itu harus meminta izin kepada penemunya, dan memebayar sejumlah royalti.

Dengan cara ini, hukum paten memberikan insentif lebih besar kepada semua perusahaan, untuk mencurahkan lebih banyak dana dan perhatian untuk menemukan teknologi-teknologi baru yang bermanfaat. Hak pemilikan terhadap sumber daya alam umumnya terdiri dari (Gibb and Bromley. 1989): 1. 2. State property di mana klaim pemilikan berada di tangan pemerintah Private property di mana klaim pemilikan berada pada individu atau kelompok usaha 3. Common property di mana individu atau kelompok memiliki klaim atas sumber daya yang dikelola bersama. Suatu sumber daya alam bisa saja tidak memiliki klaim yang sah sehingga tidak bisa dikatakan memiliki hak kepemilikan. Sumber daya seperti ini dikatakan sebagai open access (Grima dan Barkes, 1989).
Komunal
Terbuka (Open access)

Hak Pemilikan

Negara

Akses

Individu (Privat)

Terbatas (Limited access)

Dengan melihat akses terbuka dan akses terbatas, secara umum ada empat kemungkinan kombinasi antara hak pemilikan dan akses yang digambarkan dengan garis penuh. 1. Tipe pertama adalah tipe di mana hak pemilikan berada pada komunal atau negara dengan akses yang terbatas. Tipe kombinasi ini memungkinkan pengelolaan sumber daya yang lestari. 2. Tipe kedua adalah di mana sumber daya dimiliki secara individu dengan akses yang terbatas. Pada tipe ini karakteristik hak pemilikan terdefinisikan dengan jelas dan pemanfaatan yang berlebihan bisa dihindari. 3. Tipe ketiga adalah kombinasi antara hak pemilikan komunal dan akses yang terbuka. Tipe inilah yang dalam perspektif Hardin (1986) akan melahirkan the tragedy of the common. Tragedi terjadi karena apa yang akan dihasilkan dari sumber daya dalam jangka panjang tidak lagi sebanding dengan apa yang dimanfaatkan oleh pengguna. 4. Tipe keempat adalah kombinasi yang sebenarnya jarang terjadi di mana sumber daya dimiliki secara individu namun akses dibiarkan terbuka. Pengelolaan sumber daya ini tidak akan bertahan lama karena rentan terhadap intruisi dan pemanfaatan yang tidak sah sehingga sumber daya akan cepat terkuras habis. Bromley (1991) membagi rezim kepemilikan menjadi empat : 1. Rezim kepemilikan individu/pribadi (private property regime), yakni kepemilikan pribadi atas sesuatu dimana hak atas sesuatu tersebut melekat pada pemiliknya, sehingga aturan berkenaan dengan sesuatu tersebut ditetapkan sendiri dan hanya berlaku untuk pemiliknya. 2. Rezim kepemilikan bersama (common property regime), yakni kepemilikan oleh sekelompok orang tertentu dimana hak, kewajiban dan aturan ditetapkan dan berlaku untuk anggota kelompok tersebut 3. Rezim kepemilkan oleh negara, hak kepemilikan dan aturanaturannya ditetapkan oleh negara, individu tidak boleh memilikinya

4.

Rezim akses terbuka, tidak ada aturan yang mengatur mengenai hak dan kewajiban

4. Respon terhadap Eksternalitas Eksternalitas terkait dengan kepemilikan, maka solusi terhadap eksternalitas juga terkait dengan pengukuhan hak pemilikan. Untuk menyelesaikan eksternalitas, para ekonom menawarkan tiga alternatif pendekatan (Fauzi, 2004). Ketiga alternatif tersebut adalah 1) melalui proses internalisasi, 2) pembebanan pajak, dan 3) pemberian hak kepemilikan. Ketiga alternatif tersebut akan dibahas secara singkat. Internalisasi merupakan salah satu instrumen untuk mengatasi

eksternalitas. Pada intinya, Internalisasi merupakan upaya memasukkan biaya eksternal yang diakibatkan oleh suatu kegiatan produksi maupun konsumsi menjadi sebuah keputusan yang utuh dan menyatu dengan kegiatan produksi maupun konsumsi tersebut. Secara sederhana, hal ini dipahami bahwa penghasil eksternalitas negatif memperhitungkan kerugian sosial akibat dari eksternalitas negatif sebagai bagian dari biaya produksi. Misalnya, industri mengolahair limbah atau mengurangi emisi udara melalui pemasangan instalasi pengolah limbah atau melalui perbaikan teknologi bersih sehingga jumlah limbah yang dihasilkan menjadi Berkurang. Kalau hal ini tidak dapat dilakukan, bisa juga dengan jalan memberikan kompensasi kepada pihak yang dirugikan. Dengan demikian harga/nilai barang yang dihasilkan menjadi lebih mahal. Sementara pada kegiatan konsumsi, internalisasi biaya sosial dapat mengurangi kenikmatan dari kegiatan mengkonsumsi sesuatu yang dapat menimbulkan eksternalitas negatif tersebut. Secara umum ada beberapa tindakan untuk mencegah atau mengurangi terjadinya eksternalitas, yakni memberikan hak pemilikan, internalisasi dan pemberlakuan pajak. Pengendalian eksternalitas dengan peberian hak pemilikan sangat tergantung pada biaya transaksi. Sebagaimana dijelaskan oleh teori Coase, jika biaya transaksi positif maka:

1. Pemberian hak pemilikan akan mengurangi masalah eksternalitas namun tidak menghilangkannya 2. Pemberian hak pemilikan untuk mengurangi eksternalitas akan efektif apabila pihak-pihak yang terlibat saling mengetahui satu sama lain 3. Pemberian hak pemilikan akan meningkatkan kesejahteraan pemilik sehingga mengurangi kemungkinan terjadinya eksternalitas. Salah satu tipologi eksternalitas yang sering menjadi perhatian dalam ilmu ekonomi adalah eksternalitas teknologi yang melibatkan konsumsi dan produksi. Meski kedua jenis eksternalitas ini bisa menimbulkan eksternalitas positif maupun negatif, namun demikian dalam pembahasan ekonomi sumber daya seringkali yamg menjadi perhatian serius adalah eksternalitas negatif. 5. Internalitas Tindakan selanjunya untuk menghilangkan eksternalitas melalui internalisasi. Internalisasi merupakan upaya untuk menginternalkan dampak yang ditimbulkan dengan cara menyatuan proses pengambilan keputusan dalam satu unit usaha. Secara etimologis, internalisasi menunjukkan suatu proses. Dalam kaidah bahasa Indonesia akhiran-isasi mempunyai definisi proses. Sehingga internalisasi dapat didefinisikan sebagai suatu proses. Dalam kamus besar bahasa Indonesia internalisasi diartikan sebagai penghayatan, pendalaman, penguasaan secara mendalam yang berlangsung melalui binaan, bimbingan dan sebagainyaTindakan yang terakhir melalui pemberlakuan pajak. Dengan tindakan ini pencemar atau penyebab eksternalitas harus membayar akibat kegiatannya yang merugikan tersebut. 6. Koreksi dengan Pajak Pada kasus di atas, sebetulnya ada harga yang harus dibayar oleh kegiatan pertambangan emas karena mengeluarkan bahan pencemar. Namun, harga diabaikan sehingga seolah-olah dari segi biaya sosial tidak ada biaya sama sekali untuk mencemari. Untuk mengoreksi keadaan ini, instrumen pajak bisa digunakan sehingga pencemar harus membayar

akibat kegiatannya yang mencemari lingkungan. Secara matematis, kondisi ini bisa dituliskan sebagai berikut: Max = p g g CG (g, x) tx
g, x

7. Memfungsikan pasar Pada model di atas, eksternalitas digambarkan dengan tidak berfungsinya pasar untuk pencemaran dimana kita asumsikan harga pencemaran (Px)= 0. Sekarang kita asumsikan bahwa masyarakat mau membayar sejumlah harga untuk mengurangi jumlah bahan pencemar, maka secara tidak langsung kita menggunakan instrumen pasar untuk mengurangi eksternalitas pada kasus di atas. Hal ini dapat dilakukan dengan memberikan hak kepada salah satu pihak yang terkena eksternalitas. Masalah eksternaliats memang tidak sederhana, komlpeksitas masalah dan banyaknya pihak yang terlibat akan membuat penyelesaian eksternaliats pun menjadi kompleks. Penyelesaian eksternalitas yang menyangkut publik memerlukan intervensi publik (dalam hal ini pemerintah) melalui misalnya pengaturan publik.

DAFTAR PUSTAKA Anonima. 2011. Barang Publik dan Eksternalitas. http://dianmiracle.wordpress.com/. Diakses tanggal 9 April 2012 Anonimb. 2011. Barang Publik. http://en.wikipedia.org/wiks. Diakses pada tanggal 9 April 2012 Almustofa . 2012. Kepemilikan SDA dan SDM Umum. www.ilmupengetahuan.net. Diakses tanggal 9 April 2012 Avianti, Annisa. 2010. Property rights 2. http://annisaavianti.wordpress.com. Diakses tanggal 9 April 2012 Fauzi, A. 2004. Ekonomi Sumberdaya Alam dan Lingkungan. Teori dan Aplikasi. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama Hidayat, Aceng. 2007. Definisi property rights. http://www.scribd.com/doc/. Diakses tanggal 9 April 2012 Saragih, Lahmot. 2010. Eksternalitas dan Kebijakan Publik. http://lahmotsaragih.blogspot.com. Diakses tanggal 9 April 2012 Suadi. 2009. Masyarakat Dan Sumberdaya Kepemilikan Bersama. Jakarta: Yudistira. Yohana. 2010. Eksternalitas dan kebijakan publik. http://anaekonomi.blogspot.com. Diakses pada tanggal 9 April 2012.

Anda mungkin juga menyukai