Masalah yang sering muncul dalam pengelolaan sumber daya alam adalah berbagai
dampak negatif yang mengakibatkan manfaat yang diperoleh sumber daya sering tidak seimbang
dengan biaya sosial yang harus ditanggung. Pada dasarnya masalah ini timbul karena beberapa
sumber daya alam yang dikategorikan sebagai barang publik (public goods) di mana timbulnya
konsumsi yang berlebihan (over consumption) akan terjadi.
BARANG PUBLIK
Dalam pandangan ekonomi, barang(goods) dapat diklasifikasikan menurut kriteria
penggunaan atau konsumsinya dan hak kepemilikannya. Dari sisi konsumsi kita dapat
mengklarifikasikan apakah barang tersebut menimbulkan ketersaingan untuk mengkonsumsinya
atau tidak(rivaly). Dalam ekonomi, kondisi tersebut sering disebut sebagai biaya oportunitas
yang positif dari segi konsumsi. Dari sisi hak pemilikan, suatu barang dapat dilihat dari
kemampuan si pemilik (produsen) untuk mencegah pihak lain untuk memilikinya. Sifat ini
sering disebut excludable. Berdasarkan sifat sifat diatas, barang publik(public goods) secara
umum dapat didefinisikan sebagai barang dimana jika diproduksi, produsen tidak memiliki
kemampuan mengendalikan siapa yang berhak mendapatkannya. Masalah dalam barang publik
timbul karena produsen tidak dapat meminta konsumen untuk membayar atas konsumsi barang
tersebut. Sebaliknya dari sisi konsumen, mereka tahu bahwa sekali diproduksi, produsen tidak
memiliki kendali sama sekali siapa yg mengkonsumsi. Berdasarkan ciri-cirinya, barang publik
memiliki dua sifat dominan:
1. Non rivalry(tidak ada ketersaingan) atau non divisible(tidak habis). Barang publik memiliki
sifat non rivalry dalam hal mengkonsumsinya. Artinya, konsumsi seorang terhadap barang
publik tidak akan mengurangi konsumsi orang lain terhadap barang yang sama. Contohnya,
udara yang kita hirup dalam derajat tertentu tidak berkurang bagi orang lain untuk
menghirupnya.
2. Non excludable(tidak ada larangan). Artinya, sulit untuk melarang pihak lain untuk
mengonsumsi barang yang sama. Misal, pada saat kita menikmati pemandangan laut yang
indah di pantai, kita tidak bisa atau sulit melarang orang lain untuk melihat hal yang sama.
benefit, dari tindakan satu pihak terhadap pihak lain. Eksternalitas terjadi jika kegiatan produksi
atau konsumsi dari satu pihak mempengaruhi utilitas(kegunaan) dari pihak lain secara tidak
diinginkan, dan pihak pembuat eksternalitas tidak menyediakan kompensasi terhadap pihak yang
terkena dampak. Eksternalitas merupakan fenomena yang kita hadapi sehari-hari. Pidato yang
terlalu lama, asap rokok yang kita hirup dari perokok, merupakan contoh dari eksternalitas yang
kita alami sehari-hari. Dalam kaitannya dengan sumber daya alam, eksternalitas sangat penting
untuk di ketahui karena ekstrenalitas akan meyebabkan alokasi sumber daya yang tidak efisien.
Kaitan barang publik dengan eksternalitas,Friedman (1990), menyatakan bahwa
eksternalitas dan barang publik adalah dua cara pandang yang berbeda dalam melihat masalah
yang sama. Ekternalitas yang positif menghasilkan barang publik positif, sementara ekternalitas
negatif menghasilkan barang publik negatif. Artinya, jika eksternalitas negatif tidak di produksi,
maka akan menghasilkan barang publik. Contoh, jika anda semua berhenti merokok(merokok
merupakan eksternalitas negatif), maka udara akan bersih yang merupakan barang publik.
Karena ekternalitas menyangkut kedua pihak, yakni produsen dan konsumen, maka eksternalitas
bisa terjadi dari konsumsi ke konsumsi, dari konsumsi ke produksi dan sebaliknya.
Kula(1992)menyebut tipe ekternalitas ini sebagai eksternalitas teknologi karena adanya
perubahan konsumsi atau produksi oleh satu pihak terhadap pihak yang lebih bersifat teknis.
Tipe eksternalitas lainnya adalah apa yang disebut sebagai ekternalitas pecuniary. Eksternalitas
ini terjadi karena adanya perubahan harga dari beberapa input maupun output. Dengan kata lain,
ekstrenalitas ini terjadi ketika aktivitas ekonomi seseorang mempengaruhi kondisi finansial
pihak lain.
Hartwick dan Olewiler(1998) membedakan antara eksternalitas privat dan ekternalitas publik.
Ekternalitas privat melibatkan hanya beberapa individu, bersifat bilateral dan tidak menimbulkan
limpahan kepada pihak lain. Ekternalitas publik terjadi ketika barang publik dikonsumsi tanpa
pembayaran yang tepat.
Efisiensi alokasi terkait dengan pengaturan kelembagaan(institutional arrangement). Sumber
daya bisa saja dialokasikan melalui berbagai pengaturan kelembagaan seperti kediktatoran,
perencanaan terpusat, atau melalui mekanisme pasar yang menghasilkan alokasi yang efisien.
Namun hanya mekanisme pasar yang menghasilkan alokasi yang efisien dan optimal. Dengan
kata lain, jika pasar tidak eksis, alokasi sumber daya tidak akan terjadi secara efisien dan
optimal.
Sumber daya alam, dalam beberapa hal, tidak di transaksikan dalam mekanisme pasar atau
mekanisme pasar bekerja secara tidak sempurna. Misalnya pencemaran udara, adalah contoh
bagaimana transaksi pasar tidak terjadi, karena jika mekanisme pasar bekerja secara sempurna,
pelaku penyebab pencemaran udara tersebut seharusnya membayar kompensasi terhadap
masyarakat yang terkena pencemaran. Dengan kata lain, kegagalan pasar adalah cerminan sifat
sumber daya alam yang dalam beberapa hal menjadi barang publik. Jadi, barang publik,
eksternalitas, dan kegagalan pasar adalah mata rantai yang sering timbul dalam pengelolaan
sumber daya alam.
Untuk mengerti kegagalan pasar, ada beberapa indikasi yang bisa di pelajari. Ledyard(1987)
mengemukakan bahwa kegagalan pasar dapat di pahami dengan pendekatan konsep keberhasilan
pasar. Ada beberapa persyaratan dimana pasar akan berhasil:
1. Pasar eksis dengan hak pemilikan yang terkukuhkan dengan jelas sehingga pembeli dan
penjual dapat secara bebas melakukan transaksi. Hak pemilikan ini akan terkukuhkan
dengan baik jika beberapa karakteristik hak pemilikan di bawah ini terpenuhi.
Karakteristik tersebut antara lain:
Hak milik tersebut di kukuhkan pemiliknya baik secara individu maupun kolektif
Eksklusif, artinya seluruh keuntungan dan biaya dari penggunaan sumber daya
kepemilikannya.
2. Konsumen dan produsen berlaku secara kompetitif dengan memaksimumkan
keuntungan atau meminimumkan biaya.
3. Harga pasar di ketahui oleh konsumen dan produsen.
4. Tidak ada biaya transaksi (transaction cost=0).
Jika ciri tersebut tidak di penuhi, akan timbul ketidak sempurnaan pasar yang ada pada
gilirannya akan mengarah kepada kegagalan pasar. Salah satu contoh klasik dari
ketidaksempurnaan pasar atau kegagalan pasar adalah timbulnya eksternalitas seperti yang sudah
di bahas.
Biaya transaksi adalah biaya yang dikeluarkan untuk memperoleh, mentransfer, dan melindungi
hak. Jika biaya transaksi nol maka hak pemilikan terlengkapi.
Broomley (1989), antara sumber daya (resource) dan rezim pemilikan terhadap sumber daya
tersebut harus dibedakan dengan jelas.
Gibb and Bromley (1989, hak pemilikan terhadap sumber daya alam umumnya terdiri dari :
1. State property (klaim pemilikan berada di tangan pemerintah)
2. Private property (klaim pemilikan berada pada individu atau kelompok usaha
(korporasi))
3. Common property atau communal property (individu atau kelompok memiliki klaim
atas sumber daya yang dikelola bersama)
Grima dan Barkes (1989), suatu sumber daya alam bisa saja tidak memiliki klaim yang sah
sehingga tidak bisa dikatakan memiliki hak pemilikan dikatakan sebagai open access.
Berdasarkan tipe akses yang berbeda, yakni akses terbuka ( open access) dan akses terbatas
(limited access) terdapat 4 kombinasi hak pemilikan dan akses yang digambarkan dengan garis
penuh :
Tipe pertama, hak pemilik berada komunal atau Negara dengan akses terbatas.
Tipe kedua, sumber daya dimiliki secara individu dengan akses terbats.
Tipe ketiga, kombinasi antara hak pemilik komunal dan akses terbuka.
Tipe keempat, kombinasi jarang terjadi dimana sumber daya dimiliki secara individu
tetapi akses terbuka.
Pemberian hak pemilikan akan mengurangi masalah eksternalitas namun tidak akan
menghilangkannya.
Pemberian hak pemilikan untuk mengurangi eksternalitas akan efektif apabila pihakpihak yang terlibat saling mengetahui benar satu sama lain.
Pemberian hak pemilikan akan meningkatkan kesejahteraan pemilik sehingga
mengurangi kemungkinan terjadinya eksternalitas.
Jadi
perlu
diperhatikan
bahwa
pemberian
hak
pemilikan
tidak
sepenuhnya
menghilangkan eksternalitas, hanya menignkatkan manfaat dari pertukaran (gains from trade)
atas eksternalitas. Pemberian hak pemilikan merupakan salah satu langkah efektif untuk
mengurangi eksternalitas jika kita tahu persis siapa yang melakukan eksternalitas. Dengan
demikian, kerusakan bisa dihitung dan tawar-menawar (bargaining) bisa dilakukan sehingga
eksternalitas bisa dikurangi, karena pemberian hak pemilikan akan menigkatkan gains (manfaat
ekonomi) dari salah satu pihak dengan menurunkan gains dari pihak lain.
Salah satu tipologi eksternalitas yang sering menjadi perhatian dalam ilmu ekonomi
adalah eksternalitas teknologi yang melibatkan konsumsi dan produksi. Meski kedua jenis
eksternalitas ini menimbulkan eksternalitas positif maupun negatif, namun demikian dalam
pembahasan ekonomi sumber daya, yang sering kali menjadi perhatian serius adalah
eksternalitas negatif. Untuk mengefisienkan alokasi sumber daya dan meminimisasi
eksternalitas, paling tidak terdapat tiga cara yang bisa kita lakukan, yaitu :
1. Dengan proses Internalisasi (merging)
2. Dengan mengenakan pajak
3. Dengan memfungsikan pasar
INTERNALISASI
Salah satu instrument ekonomi yang digunakan untuk mengurangi eksternalisasi adalah
internalisasi. Pada intinya, internalisasi merupakan upaya untuk menginternalkan dampak
yang ditimbulkan dengan cara menyatukan proses pengambilan keputusan dalam satu unit usaha.
Apabila terjadi penggabungan kedua kegiatan menjadi satu (merge), maka fungsi keuntungan
usaha akan menjadi:
max F+G = p g g + p x f CG ( g , x ) - CF ( f , x ) ( 2.5)
g.f.x
kegiatan yang mencemari lingkungan. Secara metematis, kondisi ini bisa dituliskan sebagai
berikut :
max = p g g CG ( g , x ) - tx
g.x
MEMFUNGSIKAN PASAR
Eksternalitas digambarkan dengan tidak berfungsinya pasar untuk pencemaran. Masalah
eksternalitas memang tidak sederhana yang kita formulasikan, kompleksitas masalah dan
banyaknya pihak yang terlibat akan membuat penyelesaian eksternalitas pun menjadi kompleks.
Peran pemerintah sama sekali diabaikan, penyelesaian eksternalitas yang menyangkut publik
memerlukan pula intervensi publik (dalam hal ini pemerintah)melalui, misalnya pengaturan
publik.
PENUTUP
Resume ini menyajikan aspek penting dalam pengelolaan sumber daya alam, yakni
masalah eksternalitas, yang disebabkan oleh sifat barang publik dari sumber daya alam.
Keterkaitan antara eksternalitas dan kegagalan pasar dijelaskan secara terperinci dalam konteks
hak kepemilikan.
DISUSUN OLEH :
Muhammad Hasan Habibi
141150495
141150498
141150504
Shabrina Nugrahani
141150508
JURUSAN MANAJEMEN/KELAS M
FAKULTAS EKONOMI
UPN VETERAN YOGYAKARTA
2016