Anda di halaman 1dari 23

MAKALAH ASUHAN KEBIDANAN BERDASARKAN

PERBEDAAN PERMASALAHAN
GENDER DAN POLITIK

Disusun Oleh :
Siti Maesaroh 2021060025

PROGRAM STUDI KEBIDANAN PROGRAM SARJANA


UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH GOMBONG
2022
MAKALAH ASUHAN KEBIDANAN BERDASARKAN
PERBEDAAN PERMASALAHAN
GENDER DAN POLITIK

Disusun Oleh :
Siti Maesaroh 2021060025

PROGRAM STUDI KEBIDANAN PROGRAM SARJANA


UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH GOMBONG
2022

i
KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan Puji Syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan
karunia-Nya Makalah Asuhan Kebidanan berdasarkan perebedaan permasalahan
gender dan politik dapat terselesaikan. Selama proses penyusunan makalah ini,
penulis banyak mendapatkan bimbingan dan dukungan dari berbagai pihak. Oleh
karena itu, pada kesempatan ini, perkenankan penulis menyampaikan terimakasih
kepada :
1. Ibu Hj. Herniyatun, M.Kep, Sp.Mat selaku Ketua Universitas Muhammadiyah
Gombong.
2. Ibu Dyah Puji Astuti, S.ST., M.P.H selaku Ketua Program Studi Sarjana
Kebidanan Universitas Muhammadiyah Gombong.
3. Ibu….selaku dosen pengampu Mata Kuliah
4. Ibu selaku dosen pengampu Mata Kuliah
5. Semua teman-teman S1 Kebidanan angkatan 2021, yang telah membantu penulis
dalam penyusunan makalah ini
6. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah
membantu dalam penyusunan makalah ini
Menyadari akan berbagai keterbatasan yang dimiliki oleh penulis, baik
pengetahuan maupun pengalaman tentunya makalah ini masih terdapat banyak
kekurangan. Untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat
membangun. Semoga Allah Subhanahuwata’ala, senantiasa memberikan rahmat dan
hidayah yang tidak berkesudahan dan semoga dapat bermanfaat bagi kita semua.
Aamiin.

Gombong, September 2022

Penulis

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL...........................................................................................i
KATA PENGANTAR...........................................................................................ii
DAFTAR ISI.........................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1
A Latar Belakang.........................................................................................1
B Rumusan masalah.....................................................................................3
C Tujuan.......................................................................................................3
BAB II TINJAUAN TEORI..................................................................................3
BAB III PENUTUP..............................................................................................11
A Kesimpulan............................................................................................11
B Saran.......................................................................................................11
DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Demokrasi mengamanatkan adanya persamaan akses dan peran serta penuh
bagi laki-laki maupun perempuan, atas dasar prinsip persamaan derajat, dalam
semua wilayahdan tataran kehidupan publik, terutama dalam posisi-posisi
pengambilan keputusan. Platform Aksi Beijing dan Konvensi tentang
Penghapusan Segala Bentuk Diskriminasiterhadap Perempuan (Convention on the
Elimination of All Forms of Discrimination Against Women atau
CEDAW) merekomendasikan agar semua pemerintah di dunia
agarmemberlakukan kuota sebagai langkah khusus yang bersifat sementara untuk
meningkatkan jumlah perempuan didalam jabatan-jabatan appointif maupun
elektif pada tingkat pemerintahan lokal dan nasional.
Diskriminasi berdasarkan gender masih terjadi pada seluruh aspek
kehidupan, dan semua sector  pembangunan di seluruh negeri. Ini adalah fakta
yang tidak dapat dipungkiri, meskipun ada  kemajuan yang cukup pesat dalam
kesetaraan gender dewasa ini. Sifat dan tingkat diskriminasi sangat bervariasi di
berbagai negara atau wilayah. Tidak ada satu wilayah pun di negara berkembang
dimana perempuan telah menikmati kesetaraan dalam hak-hak hukum, sosial dan
ekonomi. Kesenjangan gender dalam kesempatan dan kendali atas  sumber daya,
ekonomi, kekuasaan, dan partisipasi politik dan pengambilan keputusan terjadi di
mana-mana. Perempuan baru pada tataran sebagai objek pembangunan belum
menyasar sebagai pelaku pembangunan. Salah satu factor yang menyebabkan
lingkaran ketidakadilan gender ini berada pada tataran kebijakan yang masih bias
gender.
Beberapa waktu terakhir, isu kesetaraan gender telah menjadi hal menonjol
dalam platform pembangunan, tidak saja di Indonesia, tetapi juga di dunia
internasional. Kita tentu memahami bahwa selama ini perempuan secara sosial

1
2

terpinggirkan. Budaya partriarkis yang tidak ramah pada perempuan. Ada


konstruksi sosial budaya yang menempatkanperempuan seolah-olah hanya boleh
mengurus soal-soal domestik saja. Tak ada hak untuk merambah area public yang
lain. Kenyataan ini menunjukkan bahwa keyakinan itu masih tertanamkuat.
Persoalan perwakilan perempuan menjadi penting manakala kita sadar bahwa
dalam kehidupan sehari-hari kita melihat perempuan tidak secara proporsional
terlibat dalam kehidupan di ranah publik. Hal ini sangat menyedihkan apabila
dilihat dari komposisi penduduk antara laki-laki dan perempuan yang hampir
berimbang. Sebagai bentuk representasi perempuan di legislative masih sangat
minim, yang masih menjadi pemikiran kita bersama. Berdasarkan latar belakang
tersebut maka penulis tertarik untuk mengetahui tentang Asuhan Kebidanan
berdasarkan perebedaan permasalahan gender dan politik

B. Rumusan Masalah
Bagaimana Asuhan Kebidanan berdasarkan perebedaan permasalahan gender dan
politik?
C. Tujuan
Mengetahui Asuhan Kebidanan berdasarkan perebedaan permasalahan gender
dan poliitk
BAB II
TINJAUAN TEORI

A. Konsep asuhan kebidanan


1. Pengertian Konsep Asuhan Kebidanan
            Zaman dahulu kelahiran manusia diartikan sebagai hukum keajaiban
alam yang terbesar. Alam menghendakinya an alam pulalah yang menyediakan
keperluan-keperluan baginya. Setelah kemajuan lebih maju kebidanan adalah ilmu
yang mempelajari kelahiran manusia, mulai dari kandungan sampai melahirkan.
Kebidanan merupakan ilmu yang terbentuk dari sintesa berbagai disiplin ilmu
(Multi disiplin) yang terkait dengan pelayanan kebidanan yang meliputi : ilmu
kedokteran, keperawatan, sosial, perilaku, kesehatan masyarakat, budaya, manajemen
(untuk memberi penyuluhan pada ibu dalam masa pra konsepsi, hamil, bersalin,
postpartum, bayi baru lahir, yang meliputi pendeteksian keadaan abnormal pada ibu
dan anak, melaksanakan konseling dan pendidikan kesehatan terhadap individu,
keluarga dan masyarakat).
Konsep asuhan kebidanan adalah konsep penerapan fungsi, kegiatan dan
tanggung jawab bidan dalam pelayanan yang diberikan kepada klien yang memiliki
kebutuhan dan/atau masalah kebidanan (kehamilan, persalinan, nifas, bayi baru lahir,
keluarga berencana, kesehatan reproduksi pada wanita dan pelayanan kesehatan pada
masyarakat). Berisi teori-teori yang mengacu pada suatu pemikiran atau ide tentang
kebidanan yang mencakup beberapa hal yang berkenaan dengan bidan dan kebidanan
yang akan memberikan suatu kejelasan yang menjelaskan bidan sebagai suatu
profesi.
Tujuan konsep asuhan kebidanan adalah menjamin kepuasan dan keselamatan
ibu dan bayinya sepanjang siklus reproduksi, mewujudkan keluarga bahagia dan
berkualitas melalui pemberdayaan perempuan dan keluarganya dengan
menumbuhkan rasa percaya diri.

11
Keberhasilan tujuan konsep asuhan kebidanan antara lain dipengaruhi oleh
adanya keterkaitan penerapan masing-masing komponen yang dapat memengaruhi 
keberhasilan konsep asuhan kebidanan, baik dari pemberian asuhan maupun
penerimaan asuhan. Faktor-Faktor Konsep Asuhan Kebidanan
a. Nilai, etika, falsafah yang dianut oleh bidan.
b. Kepekaan terhadap kebutuhan asuhan.
c. Kemampuan memfasilitasi dan mengambil keputusan dalam bertindak.
B. Gender
            Pengertian gender berkaitan dengan peran dan tanggung jawab antara
perempuan dan laki-laki. Hal ini ditentukan oleh nilai-nilai sosial budaya yang
berkembang.Laki-laki dan perempuan, di semua lapisan masyarakat memainkan
peran yang berbeda, mempunyai kebutuhan yang berbeda, dan menghadapi kendala
kendala yang berbeda pula. Masyarakatlah yang membentuk nilai dan aturan tentang
bagaimana harus berperilaku, berpakaian, bekerja apa dan boleh berpergian kemana,
dan contoh lainnyaNilai dan aturan bagi laki-laki dan perempuan di setiap masyarakat
berbeda sesuai dengan nilai sosial-budaya setempat dan seringkali berubah seiring
dengan perkembangan budaya.
Di beberapa daerah contohnya, menjaga hasil bumi yang akan dijual menjadi
tugas perempuan, sementara di daerah lain itu menjadi tugas laki-laki.

1. Konsep dan perangkat analisis gender


Sex adalah perbedaan secara biologis antara laki-laki dan perempuan-
perbedaan dalam sistem reproduksi seperti organ kelamin (penis, testis, dengan
vagina, rahim, dan payudara), hormon yang dominan dalam tubuh (estrogen dengan
testosteron), kemampuan untuk memproduksi sperma atau ovarium (telur),
kemampuan untuk melahirkan dan menyusui (IPAS, 2017).
Gender mengacu pada kesempatan dan atribut ekonomi, sosial dan kultural
yang diasosiasikan dengan peran laki-laki dan perempuan dalam situasi sosial pada
saat tertentu.
Konstruksi sosial tentang seksualitas mengacu pada proses pemikiran seksual,
perilaku dan kondisi (misalnya keperawanan) yang diinterpretasikan dan diberi
makna konstruksi sosial ini mencakup keyakinan kolektif dan individu tentang
karakteristik tubuh, tentang apa yang dianggap erotis atau menjijikan, serta hal apa
dan dengan siapa sepantasnya laki-laki dan perempuan melakukan atau berbicara
tentang seksualitas.
Di beberapa budaya tertentu, ideologi  seksualitas menekan pada perlawanan
perempuan, agresi laki-laki, saling melawan atau menentang dalam aktivitas seksual;
dalam kebudayaan lain, penekanannya adalah saling bertukar kesenangan.
Konstruksi sosial seksualitas menjelaskan bahwa tubuh laki-laki dan
perempuan memainkan peranan penting dalam seksualitas mereka. Konstruksi sosial
seksualitas juga melihat dengan seksama konteks historis khusus dan budaya untuk
memahami bagaimana pemikiran khusus dan keyakinan tentang seksualitas dibentuk,
disetujui, dan diadaptasi.
2. Peran Gender dan Norma
Dalam masyarakat, laki-laki dan perempuan diharapkan untuk berperilaku
sesuai dengan norma dan peran maskulin dan feminin. Mereka harus berpakaian
dengan cara yang berbeda, tertarik kepada isu atau topik yang berbeda, tertarik
kepada isu dan topik yang berbeda dan memiliki respon yang tidak sama dalam
segala situasi. Ada persepsi yang disepakati bersama bahwa apa yang dilakukan oleh
laki-laki baik dan lebih bernilai daripada yang dilakukan perempuan. Dampak dari
peran gender yang dibentuk secara sosial. Perempuan diharapkan membuat diri
mereka menarik dari laki-laki, tetapi bersikap agak pasif, menjaga keperewanan,
tidak pernah memulai aktivitas seksual dan melindungi diri dari hasrat seksual laki-
laki yang tidak terkendali. Dalam masyarakat tertentu, hal ini terjadi karena
perempuan dianggap memiliki dorongan seksual yang lebih rendah. Dalam
masyarakat lain, cara perempuan dikendalikan adalah berdasarkan pemikiran bahwa
perempuan memiliki dorongan seksual dan secara alami tidak dapat setia pada satu
pasangan.
3. Perbedaan Seks dan Gender
Adanya aturan ini menegaskan laki-laki dan perempuan mempunyai
perbedaan tugas.Perbedaan Seks dan Gender:
SEKS GENDER
Secara biologis, kita telah Kita belum memilikinya pada saat
memilikinya sejak lahir, yang selalu lahir. Gender dibangun dari proses
tidak berubah. sosial, merupakan perilaku yang
Contoh: dipelajari dan ditanamkan, dan bisa
        Hanya perempuan yang bisa diubah.
melahirkan. Contoh:
        Hanya laki-laki yang memproduksi 1.               Perempuan hanya tinggal di
sperma. rumah dan mengurus anak,tetapi laki-
laki dapat pula tinggal di rumah dan
mengurus anak seperti halnya
perempuan.
2.               Salah satu jenis pekerjaan bagi
laki-laki adalah sopir taksi, tetapi
perempuan bisa juga mengemudi taksi
sebaik yang dilakukan oleh laki-laki.
4. Peran Gender
Peran ekonomi dan sosial yang dianggap sesuai untuk perempuan dan laki-
laki. Laki-laki biasanya diidentifikasi dengan peran produktif, sementara perempuan
mempunyai tiga peran: tanggung jawab domestik, pekerjaan produktif dan kegiatan
di masyarakatyang biasanya dilakukan secara stimultan. Peran dan tanggung jawab
gender berbeda antara satu budaya dengan budaya lainnya dan dapat berubah
sepanjang waktu. Hampir di semua masyarakat peran perempuan cenderung tidak
dihargai.

5. Hubungan Jenis Kelamin, Gender dan Kesehatan


Pola kesehatan dan penyakit pada laki-laki dan perempuan menunjukkan
perbedaan yang nyata. Perempuan sebagai kelompok cenderung mempunyai angka
harapan hidup yang lebih panjang daripada laki-laki, yang secara umum dianggap
sebagai faktor biologis. Namun dalam kehidupannya perempuan lebih mengalami
banyak kesakitan dan tekanan daripada laki-laki. Walaupun faktor yang melatar-
belakanginya berbeda-beda pada berbagai kelompok sosial, hal tersebut,
menggambarkan bahwa dalam menjalani kehidupannya perempuan kurang sehat
dibandingkan laki-laki. Penjelasan terhadap paradoks ini berakar pada hubungan yang
kompleks antara faktor biologis jenis kelamin dan sosial (gender) yang berpengaruh
terhadap kesehatan.
Secara bertahap, fokus beralih pada perilaku resiko tinggi, yang kemudian
menekankan pentingnya laki-laki menggunakan kondom. Hal ini menghindari isu
gender dalam hubungan seksual, karena perempuan tidak menggunakan kondom
tetapi bernegosiasi untuk penggunaannya oleh laki-laki. Dimensi gender tersebut
tidak dibahas, sampai pada saat jumlah ibu rumah tangga biasa yang tertular penyakit
menjadi banyak.
Dewasa ini, kerapuhan perempuan untuk tertular HIV/AIDS dianggap sebagai
akibat dari ketidaktahuan dan kurangnya akses terhadap informasi. Ketergantungan
ekonomi dan hubungan seksual yang dilakukan atas dasar pemaksaan.
Terjadinya tindak kekerasan pada umumnya berkaitan dengan gender. Secara
umum pelaku kekerasan biasanya laki-laki, yang merefleksikan keinginan untuk
menunjukkan maskulinitas, dominasi, serta memaksakan kekuasaan dan kendalinya
terhadap perempuan, seperti terlihat pada kekerasan dalam rumah tangga (domestik).
Karena itu kekerasan terhadap perempuan sering disebut sebagai “kekerasan berbasis
gender”.

Akibat Kekerasan Berbasis Gender Terhadap Kesehatan

AKIBAT NONFATAL AKIBAT NONFATAL- AKIBAT FATAL


– FISIK MENTAL
Trauma fisik Stres HIV/AIDS
Nyeri kepala Depresi Bunuh diri
Gangguan saluran Cemas Pembunuhan
pencernaan
Dll.

6. Pengarustamaan Kesetaraan Gender Di Institusi Dan Hubungan


Gender Dengan Kesehatan
Pengarustamaan gender mengacu pada integrasi peduli gender dalam analisis,
formulasi dan pengawasan kebijakan, program dan proyek serta dalam organisasi
yang bertujuan untuk menyampaikan ketidakadilan gender dan ketidaksetaraan antara
laki-laki dan perempuan.
Kebutuhan praktis berbasis gender merupakan kebutuhan yang bersifat dasar
dan segera sering kali berkaitan dengan ketidaklayakan kondisi hidup, perawatan
kesehatan dan pekerjaan seperti pusat kesehatan, memastikan persediaan air bersih
dan menyediakan konsultasi keluarga berencana. Pemusatan terhadap kebutuhan ini
tidak merubah posisi laki-laki dan perempuan dalam masyarakat.
Kebutuhan strategis berbasis gender berhubungan dengan pembagian gender
dalam bidang pekerjaan, kekuasaan dan pengawasan dan boleh jadi meliputi isu
sepertihak-hak hukum, kekerasan domestik , akses ke sumber daya, upah yang adil
dan kontrol perempuan atas tubuhnya. Pemusatan terhadap kebutuhan ini membantu
perempuan mencapai kesetaraan yang lebih baik dan menolak untuk berada di bawah
laki-laki.
Pengarustamaan bukanlah aktivitas yang singkat, tetapi merupakan proses
yang terus menerus. Hal ini berarti bahwa isu ketidaksetaraan gender disampaikan
atau diintegrasikan dalam setiap aspek struktur organisasi dan program daripada
sebagai aktivitas tambahan. Pengurustamaan gender aspek penting (WHO 2001) yaitu
(1) distribusi yang adil oleh laki-laki dan perempuan, kesempatan  dan keuntungan
dari proses pembangunan pengurustamaan (2) termasuk pengalaman yang menarik
dan visi perempuan dan laki-laki dalam menentukan permulaan pembangunan,
kebijakan, dan program serta menentukan agenda keseluruhan.
Dalam pengurustamaan gender, kebutuhan strategis dan praktis berbasis
gender perempuan sebaiknya dipertimbangkan. Kebutuhan praktis berbasis gender
merupakan kebutuhan yang bersifat dasar dan segera serta sering kali berkaitan
dengan ketidaklayakan kondisi hidup, perawatan kesehatan dan pekerjaan seperti
perbaikan pusat kesehatan, memastikan persediaan air bersih dan menyediakan
konsultasi keluarga berencana. Pemusatan terhadap kebutuhan ini tidak merubah
posisi laki-laki dan perempuan dalam masyarakat.
Kebutuhan strategis berbasis gender berhubungan dengan pembagian gender
dalam bidang pekerjaan, kekuasaan, dan pengawasan dan boleh jadi meliputi isu
seperti hak-hak hukum, kekerasan domestik, akses ke sumber daya, upah yang adil
dan kontrol perempuan atas tubuhnya. Pemusatan terhadap kebutuhan ini membantu
perempuan mencapai kesetaraan yang lebih baik dan menolak untuk berada dibawah
laki-laki.

7. Hubungan antara Gender dan Kesehatan


Dalam masyarakat, perempuan dan laki-laki berbeda karena tugas dan
aktivitasnya, ruang fisik yang mereka tempati dan orang-orang yang berhubungan
dengan mereka. Namun, perempuan memiliki akses ked an control yang kurang atas
sumber daya daripada laki-laki, khususnya akses ke pendidikan dan fasilitas pelatihan
yang terbatas.
Konsep analisis gender penting sekali di bidang kesehatan karena perbedaan
berbasis gender daalam peran dan tanggung jawab, pembagian pekerjaan, akses ked
an control atas sumber daya, dalam kekuasaan dan keputusan mempunyai
konsekuensi maskulinitas dan feminitas yang berbeda berdasarkan budaya, suku dan
kelas social. Sangat penting memilikin pemahaman yang baik tentang konsep dan
mengetahui karakteristik kelompok perempuan dan laki-laki yang berhubungan
dengan proses pembangunan.
Pada status kesehatan perempuan dan laki-laki. Konsekuensi boleh jadi
meliputi: “risiko yang berbeda dan kerawanan terhadap infeksi dan kondisi
kesehatan,” mebuat banyaknya pendapat tentang kebutuhan kesehatan tindakan yang
tepat, akses yang berbeda ke layanan kesehatan, yang diakibatkan oleh penyakit dan
konsekuensi social yang berbeda dari penyakit dan kesehatan.
8. Ketidaksetaraan Gender dalam Kesehatan
Status perempuan begitu rendah karena akibat ketidaksetaraan gender yang
dibiarkan terus berlangsung. Dengan potret buram yang sudah dijelaskan
sebelumnya, perhatian yang lebih besar mestinya diberikan kepada perempuan.
Bukan berarti laki-laki terlupakan. Tetapi perhatian terhadap perempuan menjadi
lebih utama sebab perempuan sedemikian tertinggalnya dan teramat lama terabaikan
nasibnya.
Berikut ini beberapa contoh pengaruh ketidaksetaraan gender terhadap
kesehatan baik laki-laki maupun perempuan sejak lahir hingga lanjut usia.

NO KETIDAKSETARAAN KETIDAKSETARAAN
GENDER (PEREMPUAN) GENDER (LAKI-LAKI)
1 Rata-rata perempuan di pedesaan Laki-laki bekerja 20% lebih
bekerja 20% lebih lama daripada pendek.
laki-laki.
2 Perempuan mempunyai akses Laki-laki menikmati akses sumber
yang terbatas terhadap daya ekonomi yang lebih besar.
sumberdaya ekonomi.
3 Perempuan tidak mempunyai Laki-laki mempunyai akses yang
akses yang setara terhadap lebih baik terhadap sumberdaya
sumberdaya pendidikan dan pendidikan dan pelatihan.
pelatihan.
4 Perempuan tidak mempunyai Laki-laki mempunyai akses yang
akses yang setara terhadap mudah terhadap kekuasaan dan
kekuasaan dan pengambilan pengambilan keputusan di semua
keputusan disemua lapisan lapisan masyarakat.
masyarakat.
5 Perempuan menderita dan Laki-laki tidak mengalami tingkat
mengalami kekerasan dalam kekerasan yang sama dengan
rumah tangga dengan kadar yang perempuan.
sangat tinggi.

Kesetaraan gender dalam hak, yaitu adanya kesetaraan hak dalam peran dan
tanggung jawab laki-laki dan perempuan dalam bidang kesehatan.
           Kesetaraan hak dalam rumah tangga yaitu perempuan dan laki-laki mempunyai hak
yang sama dalam kesehatan, misalnya menentukan jumlah anak, jenis persalinan,
pemilihan alat kontrasepsi, dll.
           Kesetaraan hak dalam ekonomi/keuangan yaitu perempuan dan laki-laki mempunyai
hak yang sama dalam memilih alat kontrasepsi.
           Kesetaraan hak dalam masyarakat yaitu adanya budaya di beberapa daerah yang
mengharuskan masyarakat mengikuti budaya tersebut sehingga tidak terjadi
kesehatan yang responsif gender. Selain itu, perempuan dan laki-laki mempunyai hak
yang sama dalam berpolitik dan dalam pengambilan keputusan.

9. Peran Institusi Sosial


Keluarga adalah institusi pertama dalam mensosialisasikan hal yang disebut
feminin dan maskulin. Keluarga, terutama ibu memainkan peranan penting dan
mengajarkan anak laki-laki dan perempuan tentang peran gender mereka.
Di sekolah, misalnya guru dan buku seringkali memperluas peran reproduksi
perempuan, seperti pengasuhan dan tugas rumah tangga dan peran produktif laki-laki,
misalnya tugas mencari nafkah.
Agama justru menjungjung tinggi feminitas dan kepatuhan perempuan
terhadap laki-laki. Sebagian besar agama mengajarkan kesetaraan gender, tetapi
ideologi bahwa laki-laki lebih dominan atau patriarkis masih saja berlaku karena
pemimpin agama pada umumnya berpikiran seperti itu.
Di dunia kerja, perempuan sering kali memiliki karir yang berhubungan
dengan peran reproduksi mereka, seperti perawat, guru, sekretaris atau juru tulis, dan
lainnya. Sedikit perempuan yang memegang posisi lebih tinggi karena posisi ini lebih
sering di pegang oleh laki-laki. Misalnya politik, laki-laki sering berada di posisi ini
karena tidak banyak perempuan yang mengikuti pemilihan.
Media juga sering menginformasikan peran gender tradisional atau yang dapat
diterima di berbagai betuk dalam iklan, komedi situasi, opera sabun, dalam cerita dan
buku komik yang sering kali dilihat dan dibaca publik. Oleh karena itu, media ini
juga mendukung nilai-nilai yang dianut oleh institusi sosial yang lain.
Walaupun jumlah perempuan yang melakukan aktivitas produktif semakin
meningkat, mayoritas perempuan masih saja tinggal di rumah, memikul peran
reproduksi. Karena itu pada kenyataannya di masyarakat, mereka kurang mendapat
peran penting dibandingkan laki-laki. Nilai yang tidak setara ini merupakan sumber
diskriminasi dan penindasan terhadap perempuan dan bertanggung jawab atas
rendahnya status perempuan dalam masyarakat. (WHO 2018).
Karena daerah keluarga  merupakan ruang lingkup pribadi, dibandingkan
dengan sekolah, pemerintahan dan institusi sosial lainnya, peraturan dan praktik yang
berkenaan dengan hubungan gender dalam keluarga tidak diketahui secara langsung
dan jarang sekali tunduk terhadap pengaruh luar. (WHO 2018).
Perempuan dan anak perempuan serta laki-laki cenderung tetap menjalankan
peran gendernya karena ada beberapa perilaku yang terkendali yang dibenarkan oleh
berbagai institusi sosial. Kekerasan terhadap harapan peran gender diawali dengan
ketidaksetujuan terhadap pengasingan sosial dan agresi bahkan kekerasan yang
diterima dalam kehidupan sosial (WHO 2018). Dalam masyarakat tertentu, jika
seorang perempuan menikah tanpa persetujuan keluarga, perempuan tersebut telah
mencoreng nama baik keluarga. Keluarga dekat si perempuan sering kali ditugaskan
untuk membunuh perempuan tersebut karena telah mempermalukan keluarganya
dengan tidak mengindahkan keinginan keluarga. Karena pihak luar biasanya tidak
dapat mencampuri urusan keluarga tersebut, terutama kekuasaan absolut laki-laki
yang memimpin rumah tangga, hal ini menjadi salah satu alat yang ampuh untuk
melanggengkan ketidaksetaraan gender. (WHO 2018).
Ketidaksetaraan gender secara sistematis disahkan dan diinstitusionalkan
melalui undang-undang dan kebijakan. Dalam masyarakat tertentu, perempuan tidak
dapat memiliki harta benda secara sah ataupun bekerja di luar rumah tanpa
persetujuan suami atau pasangan mereka. Di negara Muslim, poligami diizinkan
dengan syarat tertentu. Hal ini membuat tugas untuk merubah peran gender menjadi
sangat sulit.
Walaupun perbedaan gender biasanya memarjinalisasikan perempuan
daripada laki-laki, kaum pria dilatih untuk menahan emosi atau tidak menangis dan
mereka dibiasakan untuk menganggap perempuan lebih rendah. Bersikap agresif atau
kasar adalah satu indikasi kejantanan; karena itu, mereka sering kali menjadi pelaku
kekerasan terhadap perempuan di dalam dan di luar rumah. Namun, ada beberapa
laki-laki yang dijuluki “new age” karena mereka peduli dengan hubungan dan peran
gender.
Ketidaksetaraan gender ini mempertanyakan “ideologi patriarkis” yang
menganggap laki-laki lebih tinggi daripada perempuan. Ideologi ini dianut oleh laki-
laki dan perempuan. Ideologi ini juga mempertanyakan institusi sosial yang
menganut nilai-nilai patriarkis..

C. FUNGSI BIDAN DALAM GENDER DAN HAM


1. Fungsi Bidan dalam Gender
Secara kodrati, perempuan dan laki-laki adalah dua jenis kelamin yang
berbeda. Perbedaan yang bersifat universal tersebut, sayangnya banyak disalah
artikan sebagai sebuah sekat yang membentengi ruang gerak. Dalam
perkembangannya kemudian, jenis kelamin perempuan lebih banyak menerima
tekanan, hanya karena secara kodrati perempuan dianggap lemah dan tak berdaya.
Yulfita Rahardjo dari Pusat Studi Kependudukan dan Pemberdayaan Manusia
Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) mengatakan, persepsi yang bias tersebut
pada akhirnya menyulitkan perempuan untuk mendapatkan akses pada berbagai segi
kehidupan, utamanya bidang kesehatan yang menentukan kehidupan dan kematian
perempuan.
Secara biologis, perempuan melahirkan, menstruasi dan menyusui, sementara
pria tidak. Perempuan memiliki payudara yang berfungsi untuk menyusui, laki-laki
tidak punya. Demikian juga jakun dan testikel yang dimiliki pria, tidak dimiliki kaum
hawa.
Jenis kelamin memang bersifat kodrati, seperti melahirkan dan menyusui bagi
perempuan. Tapi gender yang mengacu pada peran, perilaku dan kegiatan serta
atribut lainnya yang dianggap oleh suatu masyarakat budaya tertentu sebagai sesuatu
yang pantas untuk perempuan atau pantas untuk laki-laki, masih bisa dirubah.
Di beberapa wilayah dengan adat istiadat dan budaya tertentu, isu gender
memang sangat membedakan aktivitas yang boleh dilakukan antara pria dan wanita.
Pada masyarakat Jawa dari strata tertentu misalnya, merokok dianggap pantas untuk
laki-laki, tapi tidak untuk perempuan.
Demikian dengan profesi bidan, yang sebagian besar disandang perempuan.
Sementara dokter kandungan didominasi laki-laki. Bahkan pernah dalam satu masa,
dokter kandungan tidak boleh dilakoni kaum hawa. Juga mitos gender seputar
hubungan seksual, dimana isteri tabu meminta suaminya untuk pakai kondom. Jadi
yang ber-KB adalah kaum perempuan. Dalam masalah ini bidan berperan untuk
member penyuluhan kepada pasangan suami istri bahwa tidak hanya kaum wanita
yang diharuskan memakai KB namun kaum laki-laki pun perlu memakai KB bila
ingin meminimalisir kehamilan dan persalinan.
Data terakhir, Indonesia masih menempati urutan tertinggi dengan Angka
Kematian Ibu (AKI) mencapai 307/100 ribu kelahiran dan Angka Kematian Bayi
(AKB) mencapai 45/1000 kelahiran hidup. Tak pelak lagi, perempuan seringkali
menghadapi hambatan untuk mendapatkan akses terhadap pelayanan kesehatan. Hal
itu disebabkan tiga hal, yakni jarak geografis, jarak sosial budaya serta jarak
ekonomi.
Perempuan biasanya tidak boleh bepergian jauh. Jadi kalau rumah sakit atau
puskesmas letaknya jauh, sulit juga perempuan mendapatkan pelayanan kesehatan.
Dalam masalah ini bidan desa atau bidan yang berada di daerah terpencil sangat
berperan penting untuk memberikan pelayanan kesehatan yang layak kepada para
wanita ataupun pria yang menduduki tempat terpencil.
Hambatan lainnya adalah jarak sosial budaya. Selama ini, ada keengganan
kaum ibu jika mendapatkan pelayanan kesehatan dari petugas kesehatan laki-laki.
Mereka, kaum ibu di pedesaan ini, lebih nyaman kalau melahirkan di rumah dan
ditemani mertua dan anak-anak. Akibatnya, apabila terjadi perdarahan dalam proses
persalinan, sulit sekali mendapatkan layanan dadurat dengan segera. Bidan pun
berperan dalam member penyuluhan tentang bahaya melahirkan dirumah tanpa
bantuan tenaga medis. Itu semua dilakukan untuk meminimalisir Angka Kematian
Ibu (AKI) dan Angkan Kematian Bayi (AKB) yang saat ini semakin berkembang
setiap tahunnya.
Yang paling penting menjadi hambatan adalah masalah ekonomi. Banyak
keluarga yang kurang mampu, sehingga harus berpikir dua kali untuk menuju rumah
sakit atau rumah bersalin. Sebagai seorang bidan, jangan melihat klien berdasarkan
status ekonominya karena bidan berperan sebagai penolong bagi semua kliennnya
dan tidak membedakan status ekonominya.
Selain menimpa perempuan, bias gender juga bisa menimpa kaum pria. Di
bidang kesehatan, lebih banyak perempuan menerima program pelayanan dan
informasi kesehatan, khususnya yang berkaitan dengan kesehatan reproduksi dan
anak ketimbang laki-laki. Hal itu bisa jadi ada kaitannya dengan stereotip gender
yang melabelkan urusan hamil, melahirkan, mengasuh anak dan kesehatan pada
umumnya sebagai urusan perempuan. Dari beberapa contoh diatas memperlihatkan
bagaimana norma dan nilai gender serta perilaku yang berdampak negatif terhadap
kesehatan.
Untuk itu, tugas bidan adalah meningkatkan kesadaran mengenai gender
dalam meurunkan Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB).
2.Fungsi Bidan dalam HAM
Dalam konsep Hak Asasi Manusia (HAM), bidan memiliki beberapa fungsi,
diantaranya:
           Memberikan hak kepada semua pasangan dan individual untuk memutuskan dan
bertanggung jawab terhadap jumlah, jeda dan waktu untuk mempunyai anak serta hak
atas informasi yang berkaitan dengan hal tersebut. Contohnya bidan memberikan
informasi selengkap-lengkapnya kepada klien saat klien tersebut ingin menggunakan
jasa KB (Keluarga Berencana) dan bidan memberi hak kepada klien untuk
mengambil keputusan sesuai keinginan kliennya.
           Memberikan hak kepada masyarakat untuk mendapatkan kehidupan seksual dan
kesehatan reproduksi yang terbaik serta memberikan hak untuk mendapatkan
pelayanan dan informasi agar hal tersebut dapat terwujud. Misalnya, bidan
membrikan penyuluhan tentang kehidupan seksual dan kesehatan reproduksi kepada
masyarakat dan memberikan pelayanan serta informasi selengkap-lengkapnya kepada
masyarakat agar masyarakat mendapatkan kehidupan seksual dan kesehatan
reproduksi yang terbaik.
           Memberikan hak untuk membuat keputusan yang berkenaan dengan reproduksi yang
bebas dari diskriminasi, pemaksaan dan kekerasan. Hak-hak reproduksi merupakan
hak asasi manusia. Baik ICPD 1994 di Kairo maupun FWCW 1995 di Beijing
mengakui hak-hak reproduksi sebagai bagian yang tak terpisahkan dan mendasar dari
kesehatan reproduksi dan seksual. Contohnya setelah bidan memberikan informasi
kepada klien, bidan tidak boleh memaksakan klien atau menekan klien untuk
mengambil keputusan secepatnya.
           Memberikan hak privasi kepada klien
           Memberikan hak pelayanan dan proteksi kesehatan
PENUTUP

A. Kesimpulan

Pada akhirnya, perempuan bekerja dalam ranah kebijakan (publik) tidak


akan pernah mampu berfikir secara umum. Ketika perempuan bekerja dalam ranah
publik, akan memiliki kecenderungan bekerja dalam dunia yang masih berhubungan
dengan ruang sifat yang dilekatkan kepada perempuan, seperti sebagai pendidik,
partner (pendamping). Selain itu, ketika perempuan bekerja dalam ranah
pemerintahan tidak memiliki kecenderungan hanya bekerja sebagai pemimpin dalam
bidang pelaksana kebijakan, karena penanaman nilai yang ditanamkan adalah
perempuan sebagai partner, manajer atau pendamping.

B. Saran
Diharapkan mahasiswa mampu memahami Asuhan Kebidanan
berdasarkan perebedaan permasalahan gender dan politk
DAFTAR PUSTAKA

Alfirahmi, tahun 2015, Politisi Perempuan di Masyarakat Matrilineal Minangkabau


(Studi Konstruksi Realitas Sosial Terhadap Peran Politisi Perempuan), dalam
Jurnal Universitas Indonesia
Basrowi dan Sukidin. 2017. Metode Penelitian Kualitatif Perspektif Mikro. Surabaya:
Insan Cendikian. Diniah, Hikmah. 2007. Gerwani Bukan PKI (Sebuah Gerakan
Feminisme Terbesar di Indonesia). Yogyakarta: CaravatiBooks.
Hearty, Free. 2014. Potret Perempuan: Dunia Nyata dan Dunia Kata. Padang: Wohai.
Ihromi, T.O. 2015. Kajian Wanita dalam Pembangunan. Jakarta: Yayasan Obor
Indonesia. Jurnal PALASTREN Vol. 6, No. 1, Juni 2013
Lovenduski, Joni. 2018. Politik Berparas Perempuan. Yogyakarta: Kanisius. Parera,
Frans M. 1990. Tafsir Sosial Atas Kenyataan. Jakarta: LP3ES.

Anda mungkin juga menyukai