Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

Isu Gender Dalam Kespro

Tugas Matakuliah Gender (Layanan Kesehatan Reproduksi Dan Seksual)


Dosen pengampu : Dr. Dewi purnamawati, MKM

Disusun Oleh:
Ajeng Marwa Tiarahadini
Nadhra Assaidah
Tri Wahyuningrum Nadatul Qoiroh

S1 Kesehatan Masyarakat
Universitas Muhammadiyah Jakarta
2022

1
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI..............................................................................................................................ii

KATA PENGANTAR..............................................................................................................iii

BAB I.........................................................................................................................................1

PENDAHULUAN......................................................................................................................1

A. Latar Belakang.............................................................................................................1

B. Rumusan Masalah.......................................................................................................1

C. Tujuan..........................................................................................................................2

BAB 2.........................................................................................................................................3

PEMBAHASAN........................................................................................................................3

A. Kesehatan Reproduksi Peka Gender...........................................................................3

B. Isu gender dalam kespro (Kesehatan reproduksi).......................................................5

C. Gender lansia dalam kesehatan reproduksi.................................................................8

BAB III.....................................................................................................................................10

KESIMPULAN........................................................................................................................10

DAFTAR PUSKATA..............................................................................................................11

2
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena dengan kasih dan
karunia-Nya kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “Isu Gender Dalam
Kespro” dengan baik dan semaksimal mungkin. Tak lupa kami mohon maaf yang sebesar-
besarnya apabila ada kesalahan dalam penulisan makalah ini. kami sadar bahwa manusia
tidak ada yang sempurna oleh karena itu kami mengharapkan kebesaran hati dari para
pembaca dengan memberikan kritik dan saran yang membangun sangat diharapkan.

Jakarta, 12 april 2023

Penyusun

3
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Seks atau jenis kelamin adalah perbedaan biologis antara pria dan wanita.
Perbedaan biologis tersebut dapat dilihat dari alat kelamin serta perbedaan genetik.
Gender adalah karakteristik pria dan wanita yang terbentuk dalam masyarakat.
Sementara itu, gender adalah karakteristik pria dan wanita yang terbentuk dalam
masyarakat. Gender terbenduk dengan alami, dapat dilihat sejak seorang individu
lahir. Sedangkan gender dibentuk oleh sosial dan budaya.

Dalam suatu masyaraat dikenal nilai-nilai dan sistem budaya yang berbeda
satu dengan yang lainnya, sehingga setiap masyarakat memiliki konstrusi yang
berbeda dalam memandang peran laki-laki dan perempuan.oleh karena itu, konstruksi
sosisal terhadap perbedaan jenis kelamin akan terus berkembang seiring dengan
perubahan dalam masyarakat yang membentuknya.

Gender merupakan suatu konsepsi yang diakui sebagai penyebab ketimpangan


antara laki-laki dan perempuan dan ketidaksetaraan gender, dimana perempuan berada
pada status yang lebih rendah. Dalam masyarakat Indonedsia maupun negara-negara
lainnya di dunia perbedaan gender senantiasa menimbulkan ketidaksetaraan.
Perempuan sering dilihat sebagai ketidakadilan atau korban. Ketidakadilan yang
terjadi akibat perbedaan gender ini dianggap sebagai akibat kultur patriaki, yang
menyatakan bahwa laki-laki lebih berkuasa dari pada perempuan yang kemudain
dipercaya masyarakat sebagai ideologi.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang di maksud pelayanan kespro yang bersikap peka gender ?

2. Bagaimana isu gender pada anak-anak ?

3. Bagaimana isu gender pada anak perempuan ?

4. Bagaimana isu gender pada remaja ?

5. Bagaimana isu gender pada dewasa ?

1
6. Bagaimana isu gender pada lansia ?

C. Tujuan
1. Mengetahui tentang pelayanan kespro yang bersikap peka gender

2. Mengetahui isu gender pada anak-anak

3. Mengetahui isu gender pada anak perempuan

4. Mengetahui isu gender pada remaja

5. Mengetahui isu gender pada dewasa

6. Mengetahui isu gender pada lansia

2
BAB 2

PEMBAHASAN

A. Kesehatan Reproduksi Peka Gender.


Pelayanan Kesehatan Reproduksi yang bersikap “Peka Gender”, yaitu :

1. Memberikan pelayanan berkualitas yang berorientasi kepada kebutuhan klien, tanpa


adanya perbedaan perlakuan, baik karena jenis kelamin maupun status sosialnya.

2. Memberikan pelayanan kesehatan dengan memperhatikan kebutuhan yang berbeda


antara laki-laki dan perempuan akibat kodrat masing-masing.

3. Memahami sikap laki-laki dan perempuan dalam menghadapi suatu penyakit dan
sikap masyarakat terhadap perempuan dan laki-laki yg sakit.

4. Memahami perbedaan perjalanan penyakit pada laki-laki dan perempuan.

5. Menyesuaikan pelayanan agar hambatan yg dihadapi oleh laki-laki dan perempuan


sebagai akibat adanya perbedaan tersebut diatas dapat diatasi.

Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2014 Kesehatan Reproduksi yang


menjamin setiap orang berhak memperoleh pelayanan kesehatan reproduksi yang
bermutu, aman dan dapat dipertanggung jawabkan, dimana peraturan ini juga menjamin
kesehatan perempuan dalam usia reproduksi sehingga mampu melahirkan generasi yang
sehat, berkualitas yang nantinya berdampak pada penurunan Angka Kematian Ibu.

Strategi kesehatan reproduksi menurut komponen pelayanan kesehatan


reproduksi komprehensif dapat diuraikan sebagai berikut:

a. Komponen Kesejahteraan Ibu dan Anak Peristiwa kehamilan, persalinan dan nifas
merupakan kurun kehidupan wanita yang paling tinggi resikonya karena dapat
membawa kematian, makna kematian seorang ibu bukan hanya satu anggota
keluarga tetapi hilangnya kehidupan sebuah keluarga. Peran ibu sebagai wakil
pimpinan rumah tangga, ibu dari anak-anak yang dilahirkan, istri dari suami, anak
bagi seorang ibu yang melahirkan, ataupun tulang punggung bagi sebuah keluarga,
semua sulit untuk digantikan. Tindakan untuk mengurangi terjadinya kematian ibu
karena kehamilan dan persalinan, harus dilakukan pemantauan sejak dini agar dapat
mengambil tindakan yang cepat dan tepat sebelum berlanjut pada keadaan kebidanan
darurat. Upaya intervensi dapat berupa pelayanan ante natal, pelayanan persalinan

3
dan masa nifas. Upaya intervensi tersebut merupakan dimensi pertama dari
paradigma baru pendekatan secara Continuum of Care yaitu sejak kehamilan,
persalinan, nifas, hari-hari dan tahun-tahun kehidupan perempuan. Dimensi kedua
adalah tempat yaitu menghubungkan berbagai tingkat pelayanan di rumah,
masyarakat dan kesehatan.Informasi akurat perlu diberikan atas ketidaktahuan
bahwa hubungan seks yang dilakukan, akan mengakibatkan kehamilan, dan bahwa
tanpa menggunakan kotrasepsi kehamilan yang tidak diinginkan bisa terjadi, bila
jalan keluar yang ditempuh dengan melakukan pengguguran maka hal ini akan
mengancam jiwa ibu tersebut.

b. Komponen Keluarga Berencana Komponen ini penting karena Indonesia menempati


urutan keempat dengan jumlah penduduk terbanyak di Indonesia. Indonesia
diprediksi akan mendapat “bonus demografi“ yaitu bonus yang dinikmati oleh suatu
Negara sebagai akibat dari besarnya proporsi penduduk produktif (rentang 15–64
tahun) dalam evolusi kependudukan yang akan dialami dan diperkirakan terjadi pada
tahun 2020–2030. Untuk mengantisipasi kemungkinan timbulnya masalah tersebut
pemerintah mempersiapkan kondisi ini dengan Program Keluarga Berencana yang
ditujukan pada upaya peningkatan kesejahteraan ibu dan kesejahteraan keluarga.
Calon suami-istri agar merencanakan hidup berkeluarga atas dasar cinta kasih, serta
pertimbangan rasional tentang masa depan yang baik bagi kehidupan suami istri dan
anak-anak mereka dikemudian hari. Keluarga berencana bukan hanya sebagai
upaya/strategi kependudukan dalam menekan pertumbuhan penduduk agar sesuai
dengan daya dukung lingkungan tetapi juga merupakan strategi bidang kesehatan
dalam upaya meningkatan kesehatan ibu melalui pengaturan kapan ingin
mempunyai anak, mengatur jarak anak dan merencanakan jumlah kelahiran
nantinya. Sehingga seorang ibu mempunyai kesempatan untuk memelihara dan
meningkatkan kesehatan serta kesejahteraan dirinya. Pelayanan yang berkualitas
juga perlu ditingkatkan dengan lebih memperhatikan pandangan klien terhadap
pelayanan kesehatan yang ada.

c. Komponen Pencegahan dan Penanganan Infeksi Saluran Reproduksi (ISR),


termasuk Penyakit Menular Seksual dan HIV/AIDS. Pencegahan dan penanganan
infeksi ditujukan pada penyakit dan gangguan yang berdampak pada saluran
reproduksi. Baik yang disebabkan penyakit infeksi yang non PMS. Seperti
Tuberculosis, Malaria, Filariasis, maupun infeksi yang tergolong penyakit menular

4
seksual, seperti gonorhoea, sifilis, herpes genital, chlamydia, ataupun kondisi infeksi
yang mengakibatkan infeksi rongga panggul (pelvic inflammatory diseases/PID)
seperti penggunaan alat kontrasepsi dalam rahim (AKDR) yang tidak steril. Semua
contoh penyakit tersebut bila tidak mendapatkan penanganan yang baik dapat
berakibat seumur hidup pada wanita maupun pria, yaitu misalnya kemandulan, hal
ini akan menurunkan kualitas hidup wanita maupun pria.

d. Komponen Kesehatan Reproduksi Remaja Upaya promosi dan pencegahan masalah


kesehatan reproduksi juga perlu diarahkan pada masa remaja, dimana terjadi
peralihan dari masa anak menjadi dewasa, dan perubahan-perubahan dari bentuk dan
fungsi tubuh terjadi dalam waktu relatif cepat. Hal ini ditandai dengan
berkembangnya tanda seks sekunder dan berkembangnya jasmani secara pesat,
menyebabkan remaja secara fisik mampu melakukan fungsi proses reproduksi tetapi
belum dapat mempertanggung jawabkan akibat dari proses reproduksi
tersebut.Informasi dan penyuluhan, konseling dan pelayanan klinis perlu
ditingkatkan untuk mengatasi masalah kesehatan reproduksi remaja ini. Selain itu
lingkungan keluarga dan masyarakat harus ikut peduli dengan kondisi remaja ini
sehingga dapat membantu memberikan jalan keluar bila remaja mengalami masalah
tidak malah di salahkan, tetapi perlu diarahkan dan dicarikan jalan keluar yang baik
dengan mengenalkan tempat–tempat pelayanan kesehatan reproduksi remaja untuk
mendapatkan konseling ataupun pelayanan klinis sehingga remaja masih dapat
melanjutkan kehidupanya.

e. Komponen Usia Lanjut Melengkapi siklus kehidupan keluarga, komponen ini akan
mempromosikan peningkatan kualitas penduduk usia lanjut pada saat menjelang dan
setelah akhir kurun usia reproduksi (menopouse/andropause). Upaya pencegahan
dapat dilakukan melalui skrining keganasan organ reproduksi misalnya kanker rahim
pada wanita, kanker prostat pada pria serta pencegahan defesiensi hormonal dan
akibatnya seperti kerapuhan tulang dan lain-lain.

B. Isu gender dalam kespro (Kesehatan reproduksi)


Isu gender merupakan permasalahan yang diakibatkan karena adanya
kesenjangan atau ketimpangan gender yang berimplikasi adanya diskriminasi terhadap
salah satu pihak (perempuan dan laki-laki).

5
Gender mempunyai pengaruh besar terhadap kesehatan laki-laki dan
perempuan.Baik laki-laki maupun perempuan sama-sama terkena dampak dan gender
steriotipi masingmasing. Misalnya sesuai dengan pola perilaku yang diharapkan sebagai
laki-laki, maka lakilaki dianggap tidak pantas memperlihatkan rasa sakit atau
mempertunjukkan kelemahan-kelemahan serta keluhannya. Perempuan yang diharapkan
memiliki toleransi yang tinggi, berdampak terhadap cara mereka menunda-nunda
pencarian pengobatan, terutama dalam situasi social ekonomi yang kurang dan harus
memilih prioritas, maka biasanya perempuan dianggap wajar untuk berkorban.Keadaan
ini juga dapat berpengaruh terhadap konsekuensi kesehatan yang dihadapi laki-laki dan
perempuan. 5 isu gender dalam berbagai siklus kehidupan yaitu:

1. Isu Gender di Masa Kanak-Kanak.

Isu gender pada anak-anak laki-laki, misalnya: pada beberapa suku tertentu,
kelahiran bayi laki-laki sangat diharapkan dengan alas an, misalnya laki-laki adalah
penerus atau pewaris nama keluarga; laki-laki sebagai pencari nafkah keluarga yang
handal; laki-laki sebagai penyanggah orang tuanya di hari tua. Dan perbedaan
perlakuan juga berlanjut pada masa kanak-kanak. Pada masa kanak-kanak, sifat
agresif anak laki-laki serta perilaku yang mengandung resiko diterima sebagai suatu
kewajaran, bahkan didorong kearah itu, karena dianggap sebagai sifat anak laki-laki.
Sehingga data menunjukkan bahwa anak laki-laki lebih sering terluka dan
mengalami kecelakaan.

2. Isu gender pada anak perempuan

Secara biologis bayi perempuan lebih tahan di banding dengan anak laki-laki
terhadap infeksi di tahun-tahun pertama kehidupannya. Sebab jika data
memperlihatkan kematian bayi perempuan lebih tinggi dari pada bayi laki-laki maka
patut dicurigai sebagai dampak dari isu gender. Dimasa balita kematian karena
kecelakaan lehin tinggi dialami oleh balita laki-laki karena sifatnya yang agresif dan
banyak gerak.

3. Isu gender pada remaja

Isu gender yang berkaitan dengan remaja perempuan, antara lain : kawin
muda kehamilan remaja, umumnya remaja putri mengalami kekurangan nutrisi,
seperti zat besi, anemia. Menginjak remaja, gangguan anemia merupakan gejala
umum dikalangan remaja perempuan. Gerakan serta interaksi sosial remaja putri

6
seringkali terbatasi dengan datangnya menarch. Perkawinan dini remaja putri dapat
terjadi karena kurangnya pendidikan Kesehatan reproduksi dan seksual (PKRS)
yang komprehensif sejak anak (Djamilah Kartikawati, 2012). Perkawinan anak
karena lemahnya akses pendidikan dan Kesehatan (Mies G, dkk 2016). Pernikahan
dini terjadi karena faktor ekonomi (Khaerani, 2019, Wulandari dan Laksono, 2020),
semakin lemah tingkat pendidikan, makin mendorong berlangsungnya perkawinan
muda (Kurniawati, 2016). (Sherlin, 2014) menyebutkan bahwa hukum adat tidak
mengenal batas umur mereka. Hal ini dapat memberi tanggung jawab dan beban
melampaui usianya. Belum lagi jika remaja putri mengalami kehamilan,
menempatkan mereka pada resiko tinggi terhadap kematian.

Remaja putri juga beresiko mengalami pelecehan dan kekerasan seksual,


yang dapat terjadi di dalam rumah sendiri maupun di luar rumah. Remaja putri juga
bisa terkena isu berkaitan dengan kerentanan mereka yang lebih tinggi terhadap
perilaku- perilaku sterotip maskulin, seperti meroko, tawuran, kevelakaan dalam
olah raga, kecelakaan lalu lintas, eksplorasi seksual sebelum nikah yang beresiko
terhadap penyakit-penyakit yang berkaitan dengan : IMS, HIV dan AIDS.

4. Isu gender pada dewasa

Ketidaksetaraan dalam kesehatan reproduksi berhubungan dengan


ketimpangan ekonomi yang kemudian berkorelasi dengan ketidaksetaraan dalam
kesehatan seksual dan kesehatan reproduksi. Hal itu sangat dipengaruhi oleh kualitas
dan jangkauan sistem kesehatan serta oleh situasi ketidaksetaraan gender.

Isu gender dalam kesehatan reproduksi antara lain yaitu pada kesehatan ibu
dan bayi, dimana angka kematian ibu dan bayi yang masih tinggi di Indonesia.
Selain itu, ketidakmampuan perempuan dalam mengambil keputusan (kapan hamil
dan dimana akan melahirkan), sikap dan perilaku keluarga yang cenderung
mengutamakan laki-laki, dan permasalahan keluarga berencana seperti masih
tingginya unmet need KB.

Unmet need KB yang belum terpenuhi terjadi pada perempuan dengan


tingkat kesejahteraan terendah, pendidikan kurang, dan tinggal di daerah pedesaan.
“Hal ini akan berisiko tinggi meningkatnya kehamilan yang tidak diinginkan serta
risiko terhadap kesehatan dan dampak ekonomi seumur hidup bagi seorang
perempuan dan anak-anaknya,” ujar Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga

7
Berencana Nasional (BKKBN) Surya Chandra Surapaty di Universitas Brawijaya,
Malang, dalam sambutannya pada acara Peluncuran Laporan Situasi Kependudukan
Dunia-State of World population (SWOP) Report yang dibuat oleh UNFPA setiap
tahunnya yang bekerja sama dengan BKKBN.

Dalam pelaksanaan Program Keluarga Berencana (KKBPK) selama ini, ada


beberapa isu gender yang sangat menyolok. Di antaranya, pertama, akses laki-laki
terhadap informasi dan pelayanan KB masih sangat terbatas, dimana pengetahuan
metode KB bagi perempuan lebih besar dibanding KB Pria khususnya vasektomi.
Kedua, kesertaan KB pria vasektomi hanya 0,2 persen (SDKI 2012), terbatasnya
jenis kontrasepsi pria (hanya kondom dan vasektomi) menjadikan laki-laki enggan
untuk menjadi peserta KB. Ketiga, masih sangat sedikit laki-laki yang mengetahui
manfaat KB bagi diri dan keluarganya. Keempat, masih dominannya suami dalam
pengambilan keputusan KB dan kesehatan reproduksi serta perencanaan jumlah dan
jarak kelahiran anak. Kelima, anggapan masyarakat bahwa KB adalah urusan
perempuan, karena kodrat perempuan untuk hamil dan melahirkan, perempuan tidak
memiliki kekuatan untuk memutuskan ikut ber-KB. Keenam, masih terbatasnya
pengetahuan laki-laki dan perempuan mengenai kesetaraan dan keadilan gender
dalam KB dan kesehatan reproduksi. Ketujuh, masih tingginya ASFR yang
menunjukkan wanita usia remaja yang telah hamil dan melahirkan. Kedelapan,
norma dalam masyarakat bahwa ketidaksuburan disebabkan oleh pihak istri.

5. Isu gender pada lansia

Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPPA)


perempuan lansia tergolong ke dalam kelompok rentan yang kerap mengalami multi
diskriminasi, marjinalisasi, sub ordinasi, penelantaran, stereotip yang semuanya
berujung pada kekerasan berbasis gender.

C. Gender lansia dalam kesehatan reproduksi


Meningkatnya Usia Harapan Hidup adalah salah satu capaian penting
pembangunan namun belum diikuti dengan meningkatnya usia harapan hidup sehat.
Meningkatnya kasus penyakit degeneratif, seksual reproduksi maupun ganguan kejiwaan
pada lansia baik laki laki maupun perempuan, memperlihatkan bahwa peningkatkan usia
harapan hidup sehat masih harus terus diupayakan.

8
Data PKBI menunjukkan peningkatan konsultasi lansia pada upaya pemenuhan
kebutuhan seksual lansia, utamanya pada lansia laki laki. Perbedaan cara pandang
tentang seksualitas pada laki laki dan perempuan lansia menjadi salah satu penyebab
gangguan kejiwaan, disamping fungsi organ reproduktif yang menurun. Data ini menjadi
informasi awal yang penting untuk pembangunan kesehatan bagi lansia. Hal ini bisa jadi
menjadi salah satu alasan/temuan awal dibalik kasus pelecehan seksual yang dilakukan
oleh laki laki lansia pada anak-anak, meskipun masih harus digali informasi lebih dalam.
(Data kekerasan tahun 2016 memperlihatan 10 kasus kekerasan yang dilakukan oleh
lansia laki laki).

Nyimas menyampaikan berdasarkan data BPS pada 2015, jumlah penduduk


lansia di Indonesia (berusia 60 tahun keatas) mencapai 21,61 juta pada 2015 atau 8,47%
dari total jumlah penduduk. Diperkirakan pada 2021, jumlah lansia akan meningkat
menjadi 10%. Dari total jumlah lansia yang ada, ujar Nyimas, 53,76% merupakan
perempuan.

Mengacu pada Hasil Studi Lacet Global Health World Health Organization
(WHO) yang dilakukan di 28 Negara, lanjutnya, 1 dari 6 lansia di dunia mengalami
kekerasan. Sebanyak 2% di antaranya mengalami kekerasan fisik, 11,6% mengalami
kekerasan psikis, 6,8% mengalami kekerasan ekonomi dan 0,9% mengalami kekerasan
seksual. Sebagai upaya melindungi perempuan lansia, kata dia, pemerintah melalui
Kementerian PPPA telah membentuk Peraturan Menteri PPPA Nomor 24 Tahun 2010
tentang model perlindungan perempuan lansia yang responsif gender.

9
BAB III

KESIMPULAN
Isu gender merupakan permasalahan yang diakibatkan karena adanya kesenjangan
atau ketimpangan gender yang berimplikasi adanya diskriminasi terhadap salah satu pihak
perempuan dan laki-laki.

Kesetaraan gender penting demi menjunjung persamaan hak sebagai manusia antara
perempuan dan laki-laki, juga untuk menghilangkan segala bentuk diskriminasi, kekerasan,
serta pelecehan yang sering dialami oleh perempuan.

10
DAFTAR PUSKATA
Anonim. HASIL ANALISIS ISU GENDER DAN ANAK(ISU, ANALISIS, DAN REKOMENDASI PERBIDANG)
TAHUN 2017.

Indriyani Astuti. 2018. Kekerasan Berbasi Gender Banyangi Lansia Perempuan. Diunduh dari :
https://mediaindonesia.com/humaniora/159716/kekerasan-berbasis-gender-bayangi-lansia-
perempuan

Aulia, Fatmayanti. Dkk. 2022. Kesehatan Reproduksi dan Keluarga Berencana. Diunduh dari :
https://books.google.co.id/books?
id=smNhEAAAQBAJ&pg=PA19&dq=isu+gender+pada+anak&hl=en&newbks=1&newbks_redi
r=0&source=gb_mobile_search&ovdme=1&sa=X&ved=2ahUKEwjslYCBi9v9AhWaoWMGHU9
aBXIQ6wF6BAgDEAU#v=onepage&q=isu%20gender%20pada%20anak&f=false

Novita Ika Wardani, dkk. Kesehatan Reproduksi Wanita. Diunduh dari :


https://books.google.co.id/books?
id=uUyVEAAAQBAJ&pg=PA45&dq=isu+gender+pada+anak&hl=en&newbks=1&newbks_redir
=0&source=gb_mobile_search&ovdme=1&sa=X&ved=2ahUKEwjslYCBi9v9AhWaoWMGHU9a
BXIQ6wF6BAgJEAU#v=onepage&q=isu%20gender%20pada%20anak&f=false

11

Anda mungkin juga menyukai