Anda di halaman 1dari 149

i

Kesehatan perempuan dan


perencanaan keluarga (KB)

i
Sanksi Pelanggaran Hak Cipta
Undang-Undang Republik Indonesia No. 19 Tahun 2002 tentang Hak Cipta

Lingkup Hak Cipta


Pasal 2:
1. Hak Cipta merupakan hak eksklusif bagi pencipta dan pemegang Hak Cipta untuk
mengumumkan atau memperbanyak ciptaannya, yang timbul secara otomatis
setelah suatu ciptaan dilahirkan tanpa mengutrangi pembatasan menurut peraturan
perundang-undangan yang berlaku.

Ketentuan Pidana
Pasal 72:
1. Barang siapa dengan sengaja atau tanpa hak melakukan perbuatan sebagaimana
dimaksud dalam pasal 2 ayat (1) atau pasal 49 ayat (1) dan (2) dipidana dengan
pidana penjara masing-masing paling singkat 1 (satu) bulan dan/atau denda paling
banyak Rp 5.000.000.000,00 (lima milyar rupiah).
2. Barang siapa dengan sengaja menyiarkan, memamerkan mengedarkan, atau
menjual kepada umum suatu ciptaan atau barang hasil pelanggaran Hak Cipta atau
Hak Terkait sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dipidana dengan pidana penjara
paling lama 5 (lima) tahun dan/atau denda paling banyak Rp 500.000.000,00 (lima
ratus juta rupiah).

ii
OKTARIA SAFITRI, SST., M.KES

Kesehatan perempuan dan


perencanaan keluarga (KB)

PENERBIT YAYASAN BARCODE


2020

iii
Kesehatan perempuan dan
perencanaan keluarga (KB)
Penulis:
OKTARIA SAFITRI, SST., M.KES

Tata Letak/Desain Cover:


Sulaiman Sahabuddin, S.Pd.i

Copyright © 2020

Perpustakaan Nasional: Katalog Dalam Terbitan (KDT)


ISBN: 978-623-7642-56-5

15 X 23 cm
Diterbitkan pertama kali oleh:
YAYASAN BARCODE

Divisi Publikasi dan Penelitian


Jl. Kesatuan 3 No. 9 Kelurahan Maccini Parang
Kecamatan Makassar Kota Makassar
Email: penerbitbarcode@gmail.com
Website : www.yayasanbarcode.com
HP. 0853-4039-1342

iv
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan


karunianya sehingga Buku kesehatan perempuan dan Keluarga
Berenca (KB) tahun 2020 telah dapat diselesaikan. Buku KB ini
adalah salah satu Proses pencapaiannya melalui pembelajaran
sejumlah mata pelajaran yang dirangkai sebagai suatu kesatuan
yang saling mendukung pencapaian kompetensi tersebut.

penyusunan dan pembahasan buku ini mengacu pada rencana


pembelajaran semester (RPS) dan silabus mata kuliah kelurag
berencana pada jenjang program studi kebidanan. Materi ini
berisi tentang materi-materi khususnya tentang pelayanan
keluarga berencana. Penulis berharap buku ini dapat membawa
wacana buku ilmu pengetahuan pada bidang kesehatan,
khususnya kebidanan. Selain itu buku ini juga dapat menambah
wawasan/informasi serta membantu mahasiswa dalam
memberikan pelayanan keluarga berencana di masyarakat.

Penulis mengucapkan terimakasih yang tak terhingga kepada


semua pihak yang telah banyak membantu, serta dukungan luar
biasa yang diberikan kepada penulis sehingga buku ini dapat
diselesaikan. Kami menyadari masih terdapat kekurangan dalam
buku ini untuk itu kritik dan saran terhadap penyempurnaan buku
ini sangat diharapkan. Semoga buku ini dapat memberi maanfaat
yang besar bagi kita semua.

Bandar lampung, 10 maret 2020

OKTARIA SAFITRI.,SST.,M.Kes

v
DAFTAR ISI

Kata Pengantar_v
Daftar Isi_vi

BAB I
KESEHATAN PEREMPUAN_1

BAB II
PERKEMBANGAN KELUARGA BERENCANA DI
INDONESIA_8

BAB III
PERKEMBANGAN KELUARGA BERENCANA DI
INDONESIA_22

BAB IV
METODE KONTRASEPSI_36

BAB V
KONSELING_101

BAB VI
CARA PEMBINAAN AKSEPTOR_117

BAB VII
PENDOKUMENTASIAN PELAYANAN KB_131

DAFTAR PUSTAKA_147

vi
BAB I
KESEHATAN PEREMPUAN

A. PENGERTIAN REMAJA DAN WANITA USIA SUBUR


Menurut WHO (1992) sehat adalah suatu keadaan sejahtera
fisik, mental, dan sosial yang utuh, bukan hanyabebas dari
penyakitatau kecacatan, dalam segala aspek yang berhubungan
dengan sistemreproduksi, fungsi serta prosesnya
Kesehatan adalah satu masalah yang harus diperhatikan
dengan serius. Dan memamng selama ini pemerintah tidak
pernah bermain-main dengan segala kebijakan yang
berhubungan dengan kesehatan anak. Beberapa kasus kesehatan
anak yang akhirnya menjadi kasus luar biasa hingga akhirnya
pemerintah mengeluarkan keputusan untuk wajib mendapatkan
imunisasi tertentu diwilayah tersebut. Itu merupakan satu bagian
kecil dari banyaknya kasus masalah kesehatan anak Indonesia
yang langsung ditangani oleh pemerintah.
Kesehatan reproduksi adalah suatu keadaan sehat mental,
fisik dan kesejahteraan sosial secara utuh pada semua hal yang
berhubungan dengan sistem dan fungsi serta proses danbukan
hanya kondisi yang bebas dari penyakit dan kecacatan serta
dibentuk berdasarkan atasperkawinan yang sah, mampu
memenuhi kebutuhan spiritual dan material yang layak,bertakwa
pada Tuhan yang Maha Esa,spiritual memiliki hubungan yang
serasi, selaras, seimbang antara anggota keluarga dan antara
keluarga dan masyarakat dan lingkungan (BKKBN, 1996).
Kesehatan reproduksi adalah kemampuan seseorang untuk
dapat memanfaatkan alat reproduksi dengan mengukur
kesuburannya dapat menjalani kehamilannya dan persalinan serta
aman mendapatkan bayi tanpa resiko apapun (Well Health
Mother Baby) dan selanjutnya mengembalikan kesehatan dalam
batas normal (IBG. Manuaba, 1998).
Kesehatan Reproduksi adalah suatu keadaan sehat secara
menyeluruh mencakup fisik, mental dan kehidupan sosial yang
berkaitan dengan alat, fungsi serta proses reproduksi yang

1
pemikiran kesehatan reproduksi bukannya kondisi yang bebas
dari penyakit melainkan bagaimana seseorang dapat memiliki
kehidupan seksual yang aman dan memuaskan sebelum dan
sesudah menikah (Depkes RI, 2000).

B. TUJUAN KESEHATAN REPRODUKSI


1. Tujuan Utama
Memberikan pelayanan kesehatan reproduksi yang
komprehensif kepada perempuan termasuk kehidupan
seksual dan hak-hak reproduksi perempuan sehingga dapat
meningkatkan kemandirian perempuan dalam mengatur
fungsi dan proses reproduksinya yang pada akhirnya dapat
membawa pada peningkatan kualitas kehidupannya.

2. Tujuan Khusus
a. Meningkatnya kemandirian wanita dalam memutuskan
peran dan fungsi reproduksinya.
b. Meningkatnya hak dan tanggung jawab sosial wanita
dalam menentukan kapan hamil, jumlah dan jarak
kehamilan.
c. Meningkatnya peran dan tanggung jawab sosial pria
terhadap akibat dari perilaku seksual dan fertilitasnya
kepada kesehatan dan kesejahteraan pasangan dan
anak- anaknya.
Dukungan yang menunjang wanita untuk membuat
keputusan yang berkaitan dengan proses reproduksi, berupa
pengadaan informasi dan pelayanan yang dapat memenuhi
kebutuhan untuk mencapai kesehatan reproduksi secara
optimal.
Tujuan diatas ditunjang oleh undang-undang kesehatan
No. 23/1992, bab II pasal 3 yang menyatakan:
“Penyelenggaraan upaya kesehatan bertujuan untuk
meningkatkan derajat kesehatan yang optimal bagi
masyarakat”, dalam Bab III Pasal 4 “Setiap orang menpunyai hak
yang sama dalam memperoleh derajat kesehatan yang optimal
Terdapat dua sasaran Kesehatan Reproduksi yang
akan dijangkau dalam memberikan pelayanan, yaitu
sasaran utama dan sasaran antara.

2
3. Sasaran Utama.
Laki-laki dan perempuan usia subur, remaja putra dan
putri yang belum menikah.
Kelompok resiko: pekerja seks, masyarakat yang termasuk
keluarga prasejahtera.
Komponen Kesehatan Reproduksi Remaja.
a. Seksualitas.
b. Beresiko/menderita HIV/AIDS.
c. Beresiko dan pengguna NAPZA.
a). Remaja
adalah suatu masa kehidupan individu dimana terjadi
ekspolrasi psikologis untuk menemukan identitas iri.
Pada masa transisi dri masa anak-anak ke masa remaja
individu mulai mengembangkan cirri-ciri abstrak dan
konsep diri menjadi lebih berbeda. Remaja mulai
memandang diri dengan penilaian dan standar pribadi
tetapi kurang dalam onterpretasi perbandingan sosial.
Secara etimiologi remaja berarti „tumbuh menjadi dewasa
„definisi remaja adalah menurut WHO periode usia antara
10 sampai 19 tahun sedangkan menurut PBB menyebut
kaum muda (yought) untuk usia antara 15 sampai 24
tahun. Sementara itu menurut the health resources and
service administrasion guidelines amerika serikat, rentan
usia remaja adalah 11-12 tahun dan menjadi 3 tahapan
yaitu remaja awal 11-14 tahun, remaja menengah 15-17
tahun dan remaja akhir 18-21 tahun. Definisi ini
kemudian disatukan dalam terminilogi kaum muda yang
mencakup usia 10-24 tahun.
b). Wanita usia subur
Yang dimaksud dengan wanita usia subur ( WUS ) adalah
wanita yang keadaan organ reproduksinya berfungsi
dengan baik antara umur 20-45 tahun. Pada wanita usia
subur ini berlangsung lebih cepat dari pada pria. Puncak
kesuburan ada pada rentang usia 20-29 tahun. Pada usia
ini wanita memiliki kesempatan 95% untuk hamil. Pada
usia 30-an persentasenya menurun hingga 90%.

3
Sedangkan memasuki usia 40, kesempatan hamil
berkurang hingga menjadi 40%. Setelah usia 40 wanita
hanya punya maksimal 10% kesempatan untuk hamil.
Masalah kesuburan alat reproduksi merupakan hal yang
sangat penting untuk diketahui. Dimana dalam masa
wanita subur ini harus menjaga dan merawat personal
hygiene yaitu pemeliharaan keadaan alat kelaminnya
dengan rajin membersihkannya.oleh karena itu WUS
dianjurkan untuk merawat diri.
Untuk mengetahui tanda-tanda wanita subur antara lain :
Untuk mengetahui tanda-tanda wanita subur antara lain :
1. Siklus haid
Wanita yang mempunyai siklus haid teratur setiap bulan
biasanya subur. Satu putaran haid dimulai dari hari
pertama keluar haid hingga sehari sebelum haid datang
kembali, yang biasanya berlangsung selama 28 hingga 30
hari. Oleh karena itu siklus haid dapat dijadikan indikasi
pertama untuk menandai seorang wanita subur atau tidak.
Siklus menstruasi dipengaruhi oleh hormon seks
perempuan yaitu esterogen dan progesteron. Hormon-
hormon ini menyebabkan perubahan fisiologis pada
tubuh perempuan yang dapat dilihat melalui beberapa
indikator klinis seperti, perubahan suhu basal tubuh,
perubahan sekresi lendir leher rahim (serviks), perubahan
pada serviks, panjangnya siklus menstruasi (metode
kalender) dan indikator minor kesuburan seperti nyeri
perut dan perubahan payudara.
2. Alat pencatat kesuburan
Kemajuan teknologi seperti ovulation thermometer juga
dapat dijadikan sebagai alat untuk mendeteksi kesuburan
seorang wanita. Thermometer ini akan mencatat
perubahan suhu badan saat wanita mengeluarkan benih
atau sel telur. Bila benih keluar, biasanya thermometer
akan mencatat kenaikan suhu sebanyak 0,2 derajat celsius
selama 10 hari. Namun jika wanita tersebut tidak
mengalami perubahan suhu badan pada masa subur,
berarti wanita tersebut tidak subur.

4
3. Tes Darah
Wanita yang siklus haidnya tidak teratur, seperti
datangnya haid tiga bulan sekali atau enam bulan sekali
biasanya tidak subur. Jika dalam kondisi seperti ini,
beberapa tes darah perlu dilakukan untuk mengetahui
penyebab dari tidak lancarnya siklus haid. Tes darah
dilakukan untuk mengetahui kandungan hormon yang
berperan pada kesuburan seorang wanita.
4. Pemeriksaan fisik
Untuk mengetahui seorang wanita subur juga dapat
diketahui dari organ tubuh seorang wanita. Beberapa
organ tubuh, seperti buah dada, kelenjar tiroid pada leher,
dan organ reproduksi. Kelenjar tiroid yang mengeluarkan
hormon tiroksin berlebihan akan mengganggu proses
pelepasan sel telur. Sedangkan pemeriksaan buah dada
ditujukan untuk mengetahui hormon prolaktin di mana
kandungan hormon prolaktin yang tinggi akan
mengganggu proses pengeluaran sel telur. Selain itu,
pemeriksaan sistem reproduksi juga perlu dilakukan
untuk mengetahui sistem reproduksinya normal atau
tidak.
5. Track record
Wanita yang pernah mengalami keguguran, baik
disengaja ataupun tidak, peluang terjangkit kuman pada
saluran reproduksi akan tinggi. Kuman ini akan
menyebabkan kerusakan dan penyumbatan saluran
reproduksi

PERHITUNGAN MASA SUBUR


Ada beberapa metode yang digunakan untuk dapat
menghitung masa subur seorang wanita. Metode yang
paling efektif adalah dengan menggunakan pendekatan
berbagai indikator biasanya perubahan suhu yang
dikombinasikan dengan perubahan lendir serviks.
Indikator-indikator ini secara ilmiah telah terbukti
merefleksikan perubahan hormonal dan status kesuburan
secara akurat.

5
Perhitungan masa subur dengan menggunakan sistem
kalender adalah cara natural atau alamiah yang digunakan
hanya bila seorang wanita mempunyai siklus menstruasi
yang teratur. Perhitungan masa subur ini didasarkan saat
ovulasi terjadi pada hari ke 14 dari menstruasi yang akan
datang dan dikurangi 2 hari karena sperma dapat hidup
selama 48 jam setelah ejakulasi serta ditambahkan 2 hari
karena sel telur dapat hidup 24 jam setelah ovulasi.
Dengan mengetahui masa subur, ini akan bermanfaat bagi
pasangan yang bermasalah dalam mendapatkan
keturunan, yaitu dengan cara:
1. Menilai kejadian dan waktu terjadinya ovulasi.
2. Memprediksikan hari-hari subur yang maksimum.
3. Mengoptimalkan waktu untuk melakukan hubungan
seksual untuk mendapatkan kehamilan.
4. Membantu mengindentifikasi sebagian masalah
infertilitas.
Kurangnya pengetahuan tentang kesuburan alat reproduksi
khususnya pada wanita, sering kali di kaitkan dengan berbagai
macam penyakit,padahal tingkat masa kesuburan setiap orang
berbeda – beda tergantung kondisi fisik, mental dan
kebersihnnya. Ketidaksuburan alat repproduksi sering kali juga
dikaitkan dengan berbagai penyakit yang diderita oleh salah satu
pasangan yang mengidapnya, diantaranya 40% faktor
ketidaksuburan disebabkan oleh wanita sedangkan 40% lain oleh
sebab pria, dan sisa 20% karena keduanya.
Namun pada dasarnya ketidaksuburan alat reproduksi
pada wanita disebabkan oleh :
1. Disfungsi hormon
2. Tersumbatnya saluran telur
3. Endometriosis.
4. Kista Ovarii
5. Pergerakan sperma yang kurang baik.
Oleh karena itu Wanita Usia Subur (WUS) harus
melakukan pemeriksaan kesehatan (pemeriksaan alat kelamin)
walaupun ia memiliki siklus haid/menstruasi yang teratur. Hal ini
bukan tanda bahwa wanita itu subur. Artinya WUS harus sehat

6
bebas dari penyakit kelamin. Sebelum menikah WUS sebaiknya
melakukan pemeriksaan kesehatan agar mengetahui kondisi
organ reproduksinya apakah berfungsi dengan baik. Dengan
mengadakan pemeriksaan kesehatan maka akan mencegah
penyakit alat kelamin. Alat kelamin wanita sangat berhubungan
dengan dunia luar yang melalui liang senggama, saluran mulut
rahim, rongga/ruang rahim. Saluran telur (tuba falopi) yang
bermuara dalam ruang perut. Karena adanya hubungan yang
langsung ini infeksi alat kelamin wanita disebabkan oleh
hubungan seks yang tidak sehat, sehingga infeksi bagian luarnya
berkelanjutan dapat berjalan menuju ruang perut dalam bentuk
infeksi selaput dinding perut atau disebut juga peritonitis.
Sistem pertahanan dari alat kelamin wanita yang cukup
baik yaitu dari sistem asam, biasanya sistem pertahanan yang
lainnya dengan cara pengeluaran lendir yang selalu mengalir ke
luar yang menyebabkan bakteri yang dibuang dalam bentuk
menstruasi, sistem pertahanan ini sangat lemah, sehingga
infeksinya sering dibendung dan pasti menjalar ke segala arah
yang menimbulkan infeksi mendadak dan menahun.

7
BAB II
PERKEMBANGAN KELUARGA BERENCANA DI
INDONESIA

Sejarah KB di Indonesia
Gerakan Keluarga Berencana (KB) yang kita kenal
sekarang ini dipelopori oleh beberapa tokoh, baik dalam maupun
luar negeri. Pada awal abad ke-19 di Inggris upaya KB mula-
mula timbul atas prakarsa sekelompok orang yang menaruh
perhatian pada masalah kesehatan ibu. Maria Stopes (1880-
1950) menganjurkan pengaturan kehamilan di kalangan kaum
buruh di Inggris. Di Amerika Serikat dikenal Margareth Sanger
(1883-1996) dengan program Birth Control-nya yang merupakan
pelopor kelompok Keluarga Berencana modern. Pada 1917
National Birth Control League dan pada November 1921
diadakan konferensi nasional Amerika tentang pengontrolan
kehamilan dengan Margareth Sanger sebagai ketuanya. Pada
1925 ia mengorganisasikan Konferensi Internasional di New
York yang menghasilkan pembentukan Internasional Federation
of Birth Control League. Selanjutnya pada 1927 Margareth
Sanger menyelenggarakan konferensi populasi dunia di Janewa
yang melahirkan International Women for Contraception. Pada
1948 Margareth Sanger ikut memelopori pembentukan komite
internasional keluarga berencana yang dalam konfrensi di New
Delhi pada 1952 meresmikan berdirinya International Planed
Parenthood Federation (IPPF). Sejak saat itu berdirilah
perkumpulan-perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia
(PKBI).
Sebelum PKBI didirikan di Indonesia, sudah banyak
usaha-usaha yang dilakukan untuk membatasi kelahiran secara
individual. Di antara pelopor Keluarga Berencana itu adalah Dr.
Sulianti Saroso dari Yogyakarta, pada 1952 beliau menganjurkan
para ibu untuk membatasi kelahiran mengingat angka kematian
bayi yang cukup tinggi. Banyak tantangan dihadapi oleh Dr.

8
Sulianti Saroso, antara lain gabungan organisasi wanita
Yogyakarta, bahkan juga dari pemerintah waktu itu.
Di Jakarta, perintisan dimulai di bagian Kebidanan dan
kandungan FKUI/RSUP (sekarang Rumah Sakit Dr. Cipto
Mangunkusumo) oleh tokoh-tokoh seperti Profesor Sarwono
Prawiroharjo, Dr. M. Joedono, Dr. Hanifa Wiknjosastro, Dr.
Koen S. Martiono, Dr. R. Soeharto, dan Dr. Hurustiati
Subandrio. Pelayanan Keluarga Brencana dilakukan secara diam-
diam di poliklinik kebidanan FKUI/RSUP. Setelah mengadakan
hubungan dengan IPPF serta mendapatkan dukungan dari para
pelopor Keluarga Berencana setempat, pada 23 Desember 1957
Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia (PKBI) resmi
berdiri, dengan Dr. Soeharto sebagai ketua. Dalam kepengurusan
PKBI, dilibatkan pula tokoh-tokoh nonmedis seperti Nani
Suwono, SH.,Ny. Sjamsuridjal, dan lain- lain. PKBI
memperjuangkan terwujudnya keluarga sejahtera melalui tiga
macam usaha, yaitu (1) mengatur kehamilan atau menjarangkan
kehamilan, (2) mengobati kemandulan, serta (3) member nasihat
perkawinan. Kegiatan penerangan dan pelayanan masih
dilakukan secara terbatas, hal ini mengingat masih banyaknya
kesulitan dan hambatan terutama KUHP pasal 283 yang
melarang menyebarluaskan gagasan Keluarga Berencana.
Pada Januari 1967 diadakan symposium kontrasepsi di
bandung dan dengan demikian berita mengenai kontrasepsi
diikuti oleh masyarakat luas melalui media massa. Pada Februari
1967 diadakan kongres PKBI pertama yang antara lain
mengharapkan agar Keluarga Berencana sebagai program
pemerintah segera dilaksanakan. Pernyataan PKBI ini sangat
tepat pada waktunya, karena tahun 1967 ini Presiden Soeharto
menandatangani deklarasi kependudukan sedunia bersama 30
kepala Negara lainnya. Pada bulan April 1967 Gubernur DKI
jakarta, Ali Sidikin, menganggap sudah waktunya kegiatan KB
dijalankan secara resmi di Jakarta dengan menyelenggarakan
proyek Keluarga Beencana DKI Jakarta Raya.
Berdirinya Lembaga Keluarga Berencana Nasional
(LKBN) pada November 1968 yang dalam menjalankan
tugasnya diawasi dan dibimbing oleh Menteri Negara

9
Kesejahteraan Rakyat, merupakan kristalisasi dan kesungguhan
pemerintah dalam kebijakan Keluarga Berencana.
Selanjutnya peristiwa-peristiwa bersejarah dalam
perkembangan Keluarga Berencana di Indonesia adalah
masuknya program KB itu ke dalam Repelita I dan berdirinya
Badan Koordinasi Keluarga Berencana (BKKBN) melalui
Keputusan presiden RI nomor 8 tahun 1970, menggantikan
LKBN. Struktur BKKBN yang merupakan badan koordinasi dan
bukan merupakan bagian dari Departemen Kesehatan
memberikan keuntungan tersendiri. Struktur ini memungkinkan
program melepaskan diri dari pendekatan klinis yang
jangkauannya terbatas. Wadah ini memungkinkan pula peranan
para pakar nonmedis dalam menyukseskan program KB di
Indonesia melalui pendekatan kemasyarakatan. Organisasi
BKKBN terus dikembangkan dan disempurnakan melalui
kongres Presiden RI No. 33 Tahun 1972, No. 38 Tahun 1978,
dan No. 64 Tahun 1983.

Perkembangan Program KB di Indonesia


Program KB mengalami perkembangan pesat baik
ditinaju dari sudut tujuan, ruang lingkup geografis, pendekatan,
operasional, dan dampaknya terhadap pencegahan kelahiran.
Pada zaman PKBI tahun 1950 dan tahun 1960an, tujuan utama
KB adalah menjarangkan kelahiran, upaya ini dikaitkan dengan
kesehatan dan kesejahteraan ibu dan anak, juga diusahakan agar
pasangan suami dan istri mandul mendapatkan keturunan yang
diinginkan. Namun masalah pembatasan kelahiran dan
pemecahan masalah kependudukan tidak pernah disinggung.
Jumlah anak yang dianggap ideal disinggung oleh LKBN melalui
logo KB di mana dicantumkan4 anak, 2 laki-laki dan 2
perempuan.
Pada masa ini banyak dibahas hubungan antara agama
dan KB. Dalam Pelita I (1969/70-1973/74), KB disatukan
dengan kesehatan. Target demografi cukup sederhana, yakni
mencapai jumlah akseptor sebanyak 3 juta selama5 tahun,
sehingga diharapkan dapat mencegah 600.000-700.000

10
kelahiran. Program ini dikhususkan untuk pulau jawa dan bali
yang padat penduduknya.
Dengan berdirinya BKKBN pada 1970 berarti badan
itulah yang bertanggung jawab atas pelaksanaan KB sejak Pelita
I. pada Pelita II program KB sudah berdiri sendiri, bahkan pada
Pelita III dan IV jangkauan dan kaitannya sudah lebih luas lagi
sehingga program tersebut dalam buku Repelita berada di bawah
judul Kependudukan dan Keluarga Berencana.
Keberhasilan program KB pada Pelita I mendorong
pemerintah untuk memperluas program pada 10 provinsi lainnya
di luar jawa dan bali pada Pelita II, yang dikenal sebagai Luar
Jawa Bali I. pada Pelita II program diperluas ke seluruh
Indonesia. Kelompok provinsi terakhir dinamakan Luar Jawa
Bali II.
Awalnya BKKBN mencanangkan cukup tiga anak atau
pancawarga, dan dalam perkembangannya kemudian digunakan
istilah “cukup dua anak” atau caturwarga. Sejak Pelita III
dampak demografi dari program KB sangat memprihatinkan.
Target penurunan tingkat kelahiran kasar sebanyak 50% yakni
dari 44 pada tahun 1971 menjadi 22 pada tahun 2000. Dipercepat
10 tahun menjadi tahun 1990. Perubahan ini dilakukan pada
1980. Dalam rangka intensifikasi program, BKKBN
menciptakan strategi yang dinamakan “Panca karya”.
Sejak Pelita V, program KB nasional berubah menjadi
Gerakan KB Nasional. Gerakan KB Nasional adalah gerakan
masyarakat yang menghimpun dan mengajak segenap potensi
masyarakat untuk berpartisipasi aktif dalam melembagakan dan
membudayakan Keluarga Kecil Bahagia Sejahtera (NKKBS)
dalam rangka meningkatkan mutu sumber daya manusia
Indonesia. Hasil sensus penduduk tahun 1990 menunjukkan
bahwa Gerakan KB Nasional telah berhasil merampungkan
landasan pembentukan NKKBS. Langkah besar yang perlu
dibangun selanjutnya adalah Pembangunan Keluarga Kecil
Sejahtera.
Tujuan Gerakan KB Nasional adalah mewujudkan
keluarga kecil bahagia sejahtera yang menjadi dasar terwujudnya
masyarakat sejahtera melalui pengendalian kelahiran dan

11
pertumbuhan penduduk Indonesia. Sasaran Gerakan KB
Nasional ialah (1) Pasangan Usia Subur (PUS), dengan prioritas
PUS muda dengan paritas rendah, (2) generasi muda dan purna
PUS, (3) pelaksana dan pengelola KB, (4) sasaran wilayah
adalah wilayah dengan laju pertumbuhan penduduk tinggi dan
wilayah khusus seperti sentra industry, pemukiman padat, daerah
kumuh, daerah pantai, dan daerah terpencil.

Organisasi-organisasi KB di Indonesia
Perkumpulan Keluarga berencana Indonesia
Perkumpulan Keluarga berencana Indonesia (PKBI)
terbentuk 23 Desember 1957 di JL. Sam Ratulangi No. 29,
Jakarta diprakarsai dr. Soeharto yang di dukung Prof. Sarwono
Prawiroharjo, dr.H.M. Judono, dr. Hanifa Wiknjosastro, dan Dr.
Hurustiati Subandrio.
Pelayanan yang diberikan berupa nasihat perkawinan,
termasuk pemeriksaan kesehatan calon suami-istri, pemeriksaan
dan pengobatan kemandulan dalam perkawinan, serta pengaturan
kehamilan.

Visi PKBI
Mewujudkan masyarakat yang sejahtera melalui keluarga.

Misi PKBI
Memperjuangkan penerimaan dan praktik keluarga bertanggung
jawab dalam keluarga Indonesia melalui pengembangan
program, pengembangan ringan, dan kemitraan dengan semua
pihak pemberdayaan masyarakat di bidang kependudukan secara
umum, dan secara khusus di bidang kesehatan reproduksi yang
berkesetaraan dan berkeadilan gender.

Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional


Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional
(BKKBN) dibentuk berdasarkan Keputusan Presiden Nomor 8
Tahun 1970 tentang Pembentukan Badan untuk Mengelola
Program KB yang telah dicanangkan sebagai program nasional.
Penanggung jawab umum penyelenggaraan program ada pada

12
presiden dan dilakukan sehari-hari oleh Menteri Negara
Kesejahteraan Rakyat yang dibantu Dewan Pembimbing
Keluarga Berencana.

Dasar Pertimbangan Pembentukan BKKBN


1. Program Keluarga Berencana nasional perlu ditingkatkan
dengan jalan lebih memanfaatkan dan memperluas
kemampuan fasilitas dan sumber yang tersedia.
2. Program perlu digiatkan dengan mengikutsertakan
masyarakat dan pemerintah secara maksimal.
3. Program Keluarga Berencana perlu diselenggarakan
secara teratur dan terencana kea rah terwujudnya tujuan
dan sasaran yang telah diterapkan.

Tugas Pokok BKKBN


1. Menjalankan koordinasai, integrasi, dan singkronisasi
terhadap usaha-usaha pelaksanaan program Keluarga
Berencana nasional yang dilakukan oleh unit-unit
pelaksana.
2. Mengajukan saran-saran kepada pemerintah mengenai
pokok kebijaksanaan dan masalah-masalah
penyelenggaraan program Keluarga Berencana Nasional.
3. Menyusun Pedoman Pelaksanaan Keluarga Berencana
atas dasar pokok-pokok kebijaksanaan yang ditetapkan
holeh pemerintah.
4. Mengadakan kerja sama antara Indonesia dengan Negara-
negara asing maupun badan-badan internasional dalam
bidang keluarga Berencana, yang selaras dengan
kepentingan Indonesia dan sesuai dengan proseddur yang
berlaku.
5. Mengatur penampungan dan mengawasi penggunaan
segala jenis bantuan yang berasal dari dalam negeri
maupun yang berasal dari luar negeri sesuai dengan
kebijaksanaan yang ditetapkan oleh pemerintah.
Pelita I (1969-1974), daerah program KB meliputi 6 provinsi
yaitu jawa Bali (DKI Jakarta, Jawa barat, Jawa Tengah, DI
Yogyakarta, Jawa Timur, dan Bali), yang merupakan daerah

13
perintis dari BKKBN. Tahun 1974 muncul program-program
integral III(Beyond Family Planning) dan gagasan tentang fase
program pencapaian akseptor aktif.
Berdasarkan Keppres No. 38 Tahun 1978, BKKBN
bertambah besar jangkauan programnya, tidak terbatas hanya KB
tetapi juga program kependudukan.

Perkembangan BKKBN di Masa Sekarang


1. Visi : keluarga berkualitas 2015
2. Misi : membangun setiap keluarga Indonesia untuk
memiliki anak idela, sehat, berpendidikan, sejahtera,
berketahanan, dan terpenuhi hak-hak reproduksinya
melalui pengembangan kebijakan, penyediaan layanan
promosi, fasilitas, perlindungan, informasi kependudukan
dan keluarga, serta penguatan kelembagaan dan
jejaringan KB.
3. Tugas pokok : melaksanakan tugas pemerintah di bidang
keluarga berencana dan keluarga sejahtera sesuai
ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Landasan hukum
TAP MPR No. IV/1999 tentang GBHN, UU No. 22/1999
tentang OTADA, UU No. 10/1992 tentang PKPKS, UU No.
tentang Propenas, UU No. 32/2004 tentang Pemerintah Daerah,
PP No. 21/1994 tentang Pembangunan KS, PP No. 27/1994
tentang Perkembangan Kependudukan, Keppres No. 103/2001,
Keppres No. 110/2001, Keppres No. 9/2004,
Kepmen/Ka.BKKBN No.10/2001, Kepmen/Ka.BKKBN No.
70/2001.

Filosofi BKKBN
Filosofi BKKBN adalah menggerakkan peran serta
masyarakat dalam Keluarga Berencana.
Strategi utama :
1. Menggerakkan dan memberdayakan seluruh masyarakat
dalam program KB,
2. Menata kembali pengelolaan program KB,

14
3. Memperkuat SDM operasional program KB,
4. Meningkatkan ketahanan dan kesejahteraan keluarga
melalui pelayanan KB,
5. Meningkatkan pembiayaan program KB.
Nilai – nilai yang terkandung dalam strategi utama adalah
integritas, energenik, professional, kompete, partisipatif,
konsisten, organisasi pembelajaran, kreatif/inovatif. Kebijakan
dari adanya strategi utama adalah pendekatan pemberdayaan,
pendekatan desentralisasi, pendekatan kemitraan, pendekatan
kemandirian, pendekatan segmentasi sasaran, pendekatan
pemenuhan hak (rightbased), dan pendekatan lintas sektor.
Strategi :
1. Re-establishment adalah membangun kembali sendi-sendi
program KB nasional sampai ke tingkat pascapenyerahan
kewenangan.
2. Sustainability adalah memantapkan komitmen program
dan kesinambungan dukungan oleh segenap stakeholders
dari tingkat pusat sampai dengan tingkat daerah.
Tujuan :
1. Keluarga dengan anak ideal
2. Keluarga sehat
3. Keluarga berpendidikan
4. Keluarga sejahtera
5. Keluarga berketahanan
6. Keluarga yang terpenuhi hak-hak reproduksinya
7. Penduduk tumbuh seimbang (PTS)
.
PROGRAM KELUARGA BERENCANA
Keluarga berencana adalah usaha untuk mengukur jumlah
jarak anak yang diinginkan. Agar dapat mencapai hal tersebut,
maka dibutuhkan beberapa cara atau akternatif untuk mencegah
ataupun menunda kehamilan. Cara-cara tersebut termasuk
kontraseepsi atau pencegahan kehamilan dan perencanaan
keluarga.
Metode kontrasepsi bekerja dengan dasar mencegah sperma
laki-laki mencapai dan membuahi sel telur wanita (fertiliasi),
atau mencegah telur yang sudah dibuahi untuk berimplantasi

15
(melekat) dan berkembang didalam rahim. Kontrasepsi dapat
bersifat reversibel (kembali atau permanen (tetap). Kontraspsi
yang reversibel adlah kontrasepsi yang dapat dihentikan setiap
saat tanpa efek lama dalam mengembalikan kesuburan atau
kemampuan untuk kembali memiliki anak. Metode kontrasepsi
permanen atau yang kita sebut sterilisasi adalah metode
kontrasepsi yang tidak dapat mengembalikan kesuburan karena
melibatkan tindakan operasi.
Metode kontrasepsi juga dapat digolongkan berdasarkan cara
kerjanya yaitu metode barrier (penghalang), contohnya kondom
yang menghalangi sperma; metode hormonal seperti
mengkonsumsi pil; dan metode kontrasepsi alami yang tidak
menggunakan alat-alat bantu maupun hormonal, namun
berdasarkan fisiologis seorang wanita dengan tujuan untuk
mencegah fertilisasi (pembuahan).
Faktor yang mepengaruhi pemilihan kontrasepsi adalah
efektivitas, keamanan, frekuensi pemakaian, efeksamping, serta
kemauan dan kemampuan untuk melakukan kontrasepsi secara
teratur dan benar. Selain hal tersebut, pertimbangan kontrasepsi
juga didasarkan atas biaya serta peran dari agama dan kultur
budaya mengenai kontrasepsi tersebut, faktor lainnya adalah
frekuensi melakukan hubungan seksual.

Beberapa Definisi tentang KB


1. Upaya peningkatan kepedulian masyarakat dalam
mewujudkan keluarga kecil yang bahagia sejahtera
(Undang-Undang No. 10/1992)
2. Keluarga Berencana (family planning/planned
parenthood) merupakan suatu usaha menjarangkan atau
merencanakan jumlah dan jarak kehamilan dengan
menggunakan kontrasepsi.
3. Menurut WHO (Expert Committee, 1970), tindakan yang
membantu individu/pasutri untuk mendapatkan objektif-
objektif tertentu, menghindari kelahiran yang tidak
diinginkan, mendapatkan kelahiran yang diinginkan,
mengatur interval di antara kehamilan, dan menentukan
jumlah anak dalam keluarga.

16
Tujuan program KB
Tujuan umumnya adalah membentuk keluarga kecil sesuai
dengan kekuatan sosial ekonomi suatu keluarga, dengan cara
pengaturan kelahiran anak agar diperoleh suatu keluarga bahagia
dan sejahtera yang dapat memenuhi kebuthan hidupnya.
Tujuan lainya meliputi pengaturan kelahiran, pendewasaan
usia perkawinan, peningkatan ketahanan dan kesejahteraan
keluarga. Hal ini sesuai dengan teori pembangunan menurut Alex
Inkeles dan David Smith yang mengatakan bahwa pembangunan
bukan sekedar perkara pemasok modal dan teknologi saja tapi
juga membutuhkan sesuatu yang mampu mengembangkan sarana
yang berorientasi pada masa sekarang dan masa depan, memiliki
kesanggupan untuk merencanakan, dan percaya bahwa manusia
dapat mengubah alam, bukan sebaliknya.

Sasaran program KB
Sasaran KB tertuang dalam RPJMN 2004-2009 yang meliputi :
1. Menurunnya rata-rata lalu pertumbuhan penduduk
menjadi sekitar 1,14 persen per tahun.
2. Menurunnya angka kelahiran total (TFR) menjadi sekitar
2,2 per perempuan.
3. Menurunya PUS yang tidak ingin punya anak lagi dan
ingin menjarangkan kelahiran berikutnya, tetapi tidak
memakai alat/cara kontrasepsi (unmet need) menjadi 6%.
4. Meningkatnya peserta KB laki-laki menjadi 4,5 persen.
5. Meningkatnya penggunaan metode kontrasepsi yang
rasional efektif dan efisien.
6. Meningkatnya rata-rata usia perkawinan pertama
perempuan menjadi 21 tahun.
7. Meningkatya partisipasi keluarga dalam pembinaan
tumbuh kembang anak.
8. Meningkatnya jumlah keluarga prasejahtera dan keluarga
sejahtera yang aktif dalam usaha ekonomi prodiktif.
9. Meningkatnya jumlah institusi masyarakat dalam
penyelenggara pelayanan program KB.

17
Ruang lingkup program KB
Ruang lingkup program KB mencakup sebagai berikut :
1. Ibu
Dengan jalan mengatur jumlah dan jarak kelahiran.
Adapun manfaat yang diperoleh ibu adalah :
a. Tercegahnya kehamilan yang berulang kali dalam
jangka waktu yang terlalu pendek, sehingga kesehatan
ibu dapat terperihara terutama kesehatan organ
reproduksi.
b. Menigkatkan kesehatan mental dan sosial yang
dimungkinkan oleh adanya waktu yang cukup untuk
mengasuh anak anak dan beristirahat yang cukup.
2. Suami
Dengan memberikan kesempatan suami agar dapat
melakukan hal hal sebagai berikut
a. Memperbaiki kesehatan fisik.
b. Mengurang beban ekonomi keluarga yang
ditanggungnya.
3. Seluruh keluarga
Dilaksanakannya program KB dapat meningkatkan
kesehatan fisik, mental, dan sosial setiap anggota
keluarga; dan bagi anak dapat memperoleh kesempatan
yang lebih besar dalam hal pendidikan serta kasih sayang
orang tua.
Ruang lingkup KB secara umum adalah sebagai berikut :
1. Keluarga berencana
2. Kesehatan reproduksi remaja
3. Ketahanan dan pemberdayaan keluarga
4. Penguatan pelembagaan keluarga kecil berkualitas
5. Keserasian kebijakan kependudukan
6. Pengelolaan SDM
7. Penyelenggaraan pimpinan kenegaraan dan
kepemerintahan
8. Peningkatan pengawasan dan akuntabilitas aparatur
negara.

18
STRATEGI, PENDEKATAN DAN CARA OPERASIONAL
PROGRAM PELAYANAN KB
Dalam hal pelayanan kontrassepsi, diambil kebijaksanaan
sebagai berikut.
1. Peluasan jangkauan pelayanan kontrasepsi dengan cara
menyediakan sarana yang bermutu dalam jumlah yang
mencukupi dan merta
2. Pembinaan mutu pelayanan kontrasepsi dan pengayoman
medis.
3. Pelembagaan pelayanan kontrasepsi mandiri oleh
masyarakat dan pelembagaan keluarga kecil sejahtera.
Dalam hal strategi pelayanan kontrasepsi dibantu pokok-
pokok sebagai berikut :
1. Menggunakan pola pelayanan kontrasepsi kepada
masyarakat, berdasarkan kurun reproduksi sehat.
2. Pada usia dibawah 20 tahun dianjurkan menunda
kehamilan dengan menggunakan pil KB, AKDR,
kontrasepsi suntik, susuk, kondom, atau intravagina. Pada
usia 20-30 tahun dianjurkan untuk menjarangkan
kehamilan. Cara kontrasepsi yang dianjurkan adalah
AKDR,implan, kontrasepsi suntik,pil mini, pil KB,
kondom atau intravagina. Sesudah usia 30 tahun atau
pada fase mengakhiri kesuburan, dianjurkan memakai
kontrasepsi mantap, AKDR, implan, kontrasepsi suntik,
pil KB, kondom, atau intravagina
3. Menyediakan sarana dan alat kontrasepsi yang bermutu
dalam jumlah yang cukup dan merata.
4. Meningkatkan mutu pelayanan kontrasepsi
5. Menumbuhkan kemandirian masyarakat dalam
mendapatkan pelayanan kontrasepsi maupun dalam
mengelola pelayanan kontrasepsi
Untuk mendapat sukses yang diharapkan, maka ditempuh
strategi tiga dimensi, yaitu sebagai berikut :
1. Perluasan jangkauan
Semua jajaran pembangunan diajak berperan serta dalam
ikut menangani program KB dan mengajak semua PUS
yang potensial untuk menjadi akseptor KB. Istri pegawai

19
negri, ABRI, dan pemimpin masyarakat diajak menjadi
pelopor yang dapat diandalkan agar masyarakat
mengikuti dengan senang hati dan penuh kebanggaan.
2. Pembinaan
Organisasi yang sudah mulai ikut serta mengenai
program diajak berperan serta mendalami lebih terperinci
tentang apa yang terjadi, dan diberikn kepercayaan untuk
ikut menagnani program KB dalam lingkungannya
sendiri, menjadi petugas sukarela, dan mulai dikenal
mengenai program-program pos KB, posyandu,
pembinaan anak-anak dan sebagainya.
3. Pelembagaan dan pembudayaan.
Tahapan awal KB Mandiri yaitu masyarakat akan
mencapai suatu tingkat kesadaran di mana melaksanakan
KB bukan hanya karena ajakan melainkan atas kesadaran
dan keyakinan sendiri.
Strategi ini dilengkapi dengan pendekatan “Panca Karya”
yang mempertajam sasaran dan memperjelas target, yaitu
pasangan usia muda dengan paritas rendah, PUS dengan jumlah
anak yang cukup, dan generasi muda. Dengan penajaman
pendekatan yang bersifat kemasyarakatan dan wilayah tersebut,
maka program KB tidak lagi menunggu sasarannya, tetapi lebih
bersikap aktif.

Dampak Program KB terhadap Pencegahan Kelahiran


Program KB bertujuan untuk memenuhi permintaan
pelayanan KB dan menyelenggarakan pelayanan kesehatan
reproduksi yang berkualitas, serta mengendalikan angka
kelahiran yang pada akhirnya akan meningkatkan kualitas
penduduk dan mewujudkan keluarga kecil berkualitas. Sasaran
utama kinerja program KB adalah sebagai berikut :
1. Menurunnya pasangan usia subur (PUS) yang ingin
melaksanakan KB namun pelayanan KB tidak terlayani
(unmet need) menjadi sekitar 6,5 %.
2. Meningkatnya partisipasi laki-laki dalam melaksanakan
KB menjadi sekitar 8%.

20
3. Menurunnya angka kelahiran total (TFR) menjadi 2,4%
per perempuan.
Hal ini memungkinkan perempuan untuk menghindari kehamilan
ketika mereka tidak ingin hamil, merencanakan kehamilan ketika
mereka melakukan dan mendorong kesehatan mereka sendiri,
sehingga dalam prosesnya akan menghasilkan kesehatan yang
signifikan, serta manfaat ekonomi dan sosial bagi individu
perrempuan itu sendiri, keluarga, komunitas, dan keseluruhan
masyarakat.

21
BAB III
PERKEMBANGAN KELUARGA BERENCANA DI
INDONESIA

Sejarah KB di Indonesia
Gerakan Keluarga Berencana (KB) yang kita kenal
sekarang ini dipelopori oleh beberapa tokoh, baik dalam maupun
luar negeri. Pada awal abad ke-19 di Inggris upaya KB mula-
mula timbul atas prakarsa sekelompok orang yang menaruh
perhatian pada masalah kesehatan ibu. Maria Stopes (1880-
1950) menganjurkan pengaturan kehamilan di kalangan kaum
buruh di Inggris. Di Amerika Serikat dikenal Margareth Sanger
(1883-1996) dengan program Birth Control-nya yang merupakan
pelopor kelompok Keluarga Berencana modern. Pada 1917
National Birth Control League dan pada November 1921
diadakan konferensi nasional Amerika tentang pengontrolan
kehamilan dengan Margareth Sanger sebagai ketuanya. Pada
1925 ia mengorganisasikan Konferensi Internasional di New
York yang menghasilkan pembentukan Internasional Federation
of Birth Control League. Selanjutnya pada 1927 Margareth
Sanger menyelenggarakan konferensi populasi dunia di Janewa
yang melahirkan International Women for Contraception. Pada
1948 Margareth Sanger ikut memelopori pembentukan komite
internasional keluarga berencana yang dalam konfrensi di New
Delhi pada 1952 meresmikan berdirinya International Planed
Parenthood Federation (IPPF). Sejak saat itu berdirilah
perkumpulan-perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia
(PKBI).
Sebelum PKBI didirikan di Indonesia, sudah banyak
usaha-usaha yang dilakukan untuk membatasi kelahiran secara
individual. Di antara pelopor Keluarga Berencana itu adalah Dr.
Sulianti Saroso dari Yogyakarta, pada 1952 beliau menganjurkan
para ibu untuk membatasi kelahiran mengingat angka kematian
bayi yang cukup tinggi. Banyak tantangan dihadapi oleh Dr.

22
Sulianti Saroso, antara lain gabungan organisasi wanita
Yogyakarta, bahkan juga dari pemerintah waktu itu.
Di Jakarta, perintisan dimulai di bagian Kebidanan dan
kandungan FKUI/RSUP (sekarang Rumah Sakit Dr. Cipto
Mangunkusumo) oleh tokoh-tokoh seperti Profesor Sarwono
Prawiroharjo, Dr. M. Joedono, Dr. Hanifa Wiknjosastro, Dr.
Koen S. Martiono, Dr. R. Soeharto, dan Dr. Hurustiati
Subandrio. Pelayanan Keluarga Brencana dilakukan secara diam-
diam di poliklinik kebidanan FKUI/RSUP. Setelah mengadakan
hubungan dengan IPPF serta mendapatkan dukungan dari para
pelopor Keluarga Berencana setempat, pada 23 Desember 1957
Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia (PKBI) resmi
berdiri, dengan Dr. Soeharto sebagai ketua. Dalam kepengurusan
PKBI, dilibatkan pula tokoh-tokoh nonmedis seperti Nani
Suwono, SH.,Ny. Sjamsuridjal, dan lain- lain. PKBI
memperjuangkan terwujudnya keluarga sejahtera melalui tiga
macam usaha, yaitu (1) mengatur kehamilan atau menjarangkan
kehamilan, (2) mengobati kemandulan, serta (3) member nasihat
perkawinan. Kegiatan penerangan dan pelayanan masih
dilakukan secara terbatas, hal ini mengingat masih banyaknya
kesulitan dan hambatan terutama KUHP pasal 283 yang
melarang menyebarluaskan gagasan Keluarga Berencana.
Pada Januari 1967 diadakan symposium kontrasepsi di
bandung dan dengan demikian berita mengenai kontrasepsi
diikuti oleh masyarakat luas melalui media massa. Pada Februari
1967 diadakan kongres PKBI pertama yang antara lain
mengharapkan agar Keluarga Berencana sebagai program
pemerintah segera dilaksanakan. Pernyataan PKBI ini sangat
tepat pada waktunya, karena tahun 1967 ini Presiden Soeharto
menandatangani deklarasi kependudukan sedunia bersama 30
kepala Negara lainnya. Pada bulan April 1967 Gubernur DKI
jakarta, Ali Sidikin, menganggap sudah waktunya kegiatan KB
dijalankan secara resmi di Jakarta dengan menyelenggarakan
proyek Keluarga Beencana DKI Jakarta Raya.
Berdirinya Lembaga Keluarga Berencana Nasional
(LKBN) pada November 1968 yang dalam menjalankan
tugasnya diawasi dan dibimbing oleh Menteri Negara

23
Kesejahteraan Rakyat, merupakan kristalisasi dan kesungguhan
pemerintah dalam kebijakan Keluarga Berencana.
Selanjutnya peristiwa-peristiwa bersejarah dalam
perkembangan Keluarga Berencana di Indonesia adalah
masuknya program KB itu ke dalam Repelita I dan berdirinya
Badan Koordinasi Keluarga Berencana (BKKBN) melalui
Keputusan presiden RI nomor 8 tahun 1970, menggantikan
LKBN. Struktur BKKBN yang merupakan badan koordinasi dan
bukan merupakan bagian dari Departemen Kesehatan
memberikan keuntungan tersendiri. Struktur ini memungkinkan
program melepaskan diri dari pendekatan klinis yang
jangkauannya terbatas. Wadah ini memungkinkan pula peranan
para pakar nonmedis dalam menyukseskan program KB di
Indonesia melalui pendekatan kemasyarakatan. Organisasi
BKKBN terus dikembangkan dan disempurnakan melalui
kongres Presiden RI No. 33 Tahun 1972, No. 38 Tahun 1978,
dan No. 64 Tahun 1983.

Perkembangan Program KB di Indonesia


Program KB mengalami perkembangan pesat baik
ditinaju dari sudut tujuan, ruang lingkup geografis, pendekatan,
operasional, dan dampaknya terhadap pencegahan kelahiran.
Pada zaman PKBI tahun 1950 dan tahun 1960an, tujuan utama
KB adalah menjarangkan kelahiran, upaya ini dikaitkan dengan
kesehatan dan kesejahteraan ibu dan anak, juga diusahakan agar
pasangan suami dan istri mandul mendapatkan keturunan yang
diinginkan. Namun masalah pembatasan kelahiran dan
pemecahan masalah kependudukan tidak pernah disinggung.
Jumlah anak yang dianggap ideal disinggung oleh LKBN melalui
logo KB di mana dicantumkan4 anak, 2 laki-laki dan 2
perempuan.
Pada masa ini banyak dibahas hubungan antara agama
dan KB. Dalam Pelita I (1969/70-1973/74), KB disatukan
dengan kesehatan. Target demografi cukup sederhana, yakni
mencapai jumlah akseptor sebanyak 3 juta selama5 tahun,
sehingga diharapkan dapat mencegah 600.000-700.000

24
kelahiran. Program ini dikhususkan untuk pulau jawa dan bali
yang padat penduduknya.
Dengan berdirinya BKKBN pada 1970 berarti badan
itulah yang bertanggung jawab atas pelaksanaan KB sejak Pelita
I. pada Pelita II program KB sudah berdiri sendiri, bahkan pada
Pelita III dan IV jangkauan dan kaitannya sudah lebih luas lagi
sehingga program tersebut dalam buku Repelita berada di bawah
judul Kependudukan dan Keluarga Berencana.
Keberhasilan program KB pada Pelita I mendorong
pemerintah untuk memperluas program pada 10 provinsi lainnya
di luar jawa dan bali pada Pelita II, yang dikenal sebagai Luar
Jawa Bali I. pada Pelita II program diperluas ke seluruh
Indonesia. Kelompok provinsi terakhir dinamakan Luar Jawa
Bali II.
Awalnya BKKBN mencanangkan cukup tiga anak atau
pancawarga, dan dalam perkembangannya kemudian digunakan
istilah “cukup dua anak” atau caturwarga. Sejak Pelita III
dampak demografi dari program KB sangat memprihatinkan.
Target penurunan tingkat kelahiran kasar sebanyak 50% yakni
dari 44 pada tahun 1971 menjadi 22 pada tahun 2000. Dipercepat
10 tahun menjadi tahun 1990. Perubahan ini dilakukan pada
1980. Dalam rangka intensifikasi program, BKKBN
menciptakan strategi yang dinamakan “Panca karya”.
Sejak Pelita V, program KB nasional berubah menjadi
Gerakan KB Nasional. Gerakan KB Nasional adalah gerakan
masyarakat yang menghimpun dan mengajak segenap potensi
masyarakat untuk berpartisipasi aktif dalam melembagakan dan
membudayakan Keluarga Kecil Bahagia Sejahtera (NKKBS)
dalam rangka meningkatkan mutu sumber daya manusia
Indonesia. Hasil sensus penduduk tahun 1990 menunjukkan
bahwa Gerakan KB Nasional telah berhasil merampungkan
landasan pembentukan NKKBS. Langkah besar yang perlu
dibangun selanjutnya adalah Pembangunan Keluarga Kecil
Sejahtera.
Tujuan Gerakan KB Nasional adalah mewujudkan
keluarga kecil bahagia sejahtera yang menjadi dasar terwujudnya
masyarakat sejahtera melalui pengendalian kelahiran dan

25
pertumbuhan penduduk Indonesia. Sasaran Gerakan KB
Nasional ialah (1) Pasangan Usia Subur (PUS), dengan prioritas
PUS muda dengan paritas rendah, (2) generasi muda dan purna
PUS, (3) pelaksana dan pengelola KB, (4) sasaran wilayah
adalah wilayah dengan laju pertumbuhan penduduk tinggi dan
wilayah khusus seperti sentra industry, pemukiman padat, daerah
kumuh, daerah pantai, dan daerah terpencil.

Organisasi-organisasi KB di Indonesia
Perkumpulan Keluarga berencana Indonesia
Perkumpulan Keluarga berencana Indonesia (PKBI)
terbentuk 23 Desember 1957 di JL. Sam Ratulangi No. 29,
Jakarta diprakarsai dr. Soeharto yang di dukung Prof. Sarwono
Prawiroharjo, dr.H.M. Judono, dr. Hanifa Wiknjosastro, dan Dr.
Hurustiati Subandrio.
Pelayanan yang diberikan berupa nasihat perkawinan,
termasuk pemeriksaan kesehatan calon suami-istri, pemeriksaan
dan pengobatan kemandulan dalam perkawinan, serta pengaturan
kehamilan.

Visi PKBI
Mewujudkan masyarakat yang sejahtera melalui keluarga.

Misi PKBI
Memperjuangkan penerimaan dan praktik keluarga bertanggung
jawab dalam keluarga Indonesia melalui pengembangan
program, pengembangan ringan, dan kemitraan dengan semua
pihak pemberdayaan masyarakat di bidang kependudukan secara
umum, dan secara khusus di bidang kesehatan reproduksi yang
berkesetaraan dan berkeadilan gender.

Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional


Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional
(BKKBN) dibentuk berdasarkan Keputusan Presiden Nomor 8
Tahun 1970 tentang Pembentukan Badan untuk Mengelola
Program KB yang telah dicanangkan sebagai program nasional.
Penanggung jawab umum penyelenggaraan program ada pada

26
presiden dan dilakukan sehari-hari oleh Menteri Negara
Kesejahteraan Rakyat yang dibantu Dewan Pembimbing
Keluarga Berencana.

Dasar Pertimbangan Pembentukan BKKBN


1. Program Keluarga Berencana nasional perlu ditingkatkan
dengan jalan lebih memanfaatkan dan memperluas
kemampuan fasilitas dan sumber yang tersedia.
2. Program perlu digiatkan dengan mengikutsertakan
masyarakat dan pemerintah secara maksimal.
3. Program Keluarga Berencana perlu diselenggarakan
secara teratur dan terencana kea rah terwujudnya tujuan
dan sasaran yang telah diterapkan.

Tugas Pokok BKKBN


1. Menjalankan koordinasai, integrasi, dan singkronisasi
terhadap usaha-usaha pelaksanaan program Keluarga
Berencana nasional yang dilakukan oleh unit-unit
pelaksana.
2. Mengajukan saran-saran kepada pemerintah mengenai
pokok kebijaksanaan dan masalah-masalah
penyelenggaraan program Keluarga Berencana Nasional.
3. Menyusun Pedoman Pelaksanaan Keluarga Berencana
atas dasar pokok-pokok kebijaksanaan yang ditetapkan
holeh pemerintah.
4. Mengadakan kerja sama antara Indonesia dengan Negara-
negara asing maupun badan-badan internasional dalam
bidang keluarga Berencana, yang selaras dengan
kepentingan Indonesia dan sesuai dengan proseddur yang
berlaku.
5. Mengatur penampungan dan mengawasi penggunaan
segala jenis bantuan yang berasal dari dalam negeri
maupun yang berasal dari luar negeri sesuai dengan
kebijaksanaan yang ditetapkan oleh pemerintah.
Pelita I (1969-1974), daerah program KB meliputi 6 provinsi
yaitu jawa Bali (DKI Jakarta, Jawa barat, Jawa Tengah, DI
Yogyakarta, Jawa Timur, dan Bali), yang merupakan daerah

27
perintis dari BKKBN. Tahun 1974 muncul program-program
integral III(Beyond Family Planning) dan gagasan tentang fase
program pencapaian akseptor aktif.
Berdasarkan Keppres No. 38 Tahun 1978, BKKBN
bertambah besar jangkauan programnya, tidak terbatas hanya KB
tetapi juga program kependudukan.

Perkembangan BKKBN di Masa Sekarang


1. Visi : keluarga berkualitas 2015
2. Misi : membangun setiap keluarga Indonesia untuk
memiliki anak idela, sehat, berpendidikan, sejahtera,
berketahanan, dan terpenuhi hak-hak reproduksinya
melalui pengembangan kebijakan, penyediaan layanan
promosi, fasilitas, perlindungan, informasi kependudukan
dan keluarga, serta penguatan kelembagaan dan
jejaringan KB.
3. Tugas pokok : melaksanakan tugas pemerintah di bidang
keluarga berencana dan keluarga sejahtera sesuai
ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Landasan hukum
TAP MPR No. IV/1999 tentang GBHN, UU No. 22/1999
tentang OTADA, UU No. 10/1992 tentang PKPKS, UU No.
tentang Propenas, UU No. 32/2004 tentang Pemerintah Daerah,
PP No. 21/1994 tentang Pembangunan KS, PP No. 27/1994
tentang Perkembangan Kependudukan, Keppres No. 103/2001,
Keppres No. 110/2001, Keppres No. 9/2004,
Kepmen/Ka.BKKBN No.10/2001, Kepmen/Ka.BKKBN No.
70/2001.

Filosofi BKKBN
Filosofi BKKBN adalah menggerakkan peran serta
masyarakat dalam Keluarga Berencana.
Strategi utama :
1. Menggerakkan dan memberdayakan seluruh masyarakat
dalam program KB,
2. Menata kembali pengelolaan program KB,

28
3. Memperkuat SDM operasional program KB,
4. Meningkatkan ketahanan dan kesejahteraan keluarga
melalui pelayanan KB,
5. Meningkatkan pembiayaan program KB.
Nilai – nilai yang terkandung dalam strategi utama adalah
integritas, energenik, professional, kompete, partisipatif,
konsisten, organisasi pembelajaran, kreatif/inovatif. Kebijakan
dari adanya strategi utama adalah pendekatan pemberdayaan,
pendekatan desentralisasi, pendekatan kemitraan, pendekatan
kemandirian, pendekatan segmentasi sasaran, pendekatan
pemenuhan hak (rightbased), dan pendekatan lintas sektor.
Strategi :
1. Re-establishment adalah membangun kembali sendi-sendi
program KB nasional sampai ke tingkat pascapenyerahan
kewenangan.
2. Sustainability adalah memantapkan komitmen program
dan kesinambungan dukungan oleh segenap stakeholders
dari tingkat pusat sampai dengan tingkat daerah.
Tujuan :
1. Keluarga dengan anak ideal
2. Keluarga sehat
3. Keluarga berpendidikan
4. Keluarga sejahtera
5. Keluarga berketahanan
6. Keluarga yang terpenuhi hak-hak reproduksinya
7. Penduduk tumbuh seimbang (PTS).

PROGRAM KELUARGA BERENCANA


Keluarga berencana adalah usaha untuk mengukur jumlah
jarak anak yang diinginkan. Agar dapat mencapai hal tersebut,
maka dibutuhkan beberapa cara atau akternatif untuk mencegah
ataupun menunda kehamilan. Cara-cara tersebut termasuk
kontraseepsi atau pencegahan kehamilan dan perencanaan
keluarga.
Metode kontrasepsi bekerja dengan dasar mencegah sperma
laki-laki mencapai dan membuahi sel telur wanita (fertiliasi),
atau mencegah telur yang sudah dibuahi untuk berimplantasi

29
(melekat) dan berkembang didalam rahim. Kontrasepsi dapat
bersifat reversibel (kembali atau permanen (tetap). Kontraspsi
yang reversibel adlah kontrasepsi yang dapat dihentikan setiap
saat tanpa efek lama dalam mengembalikan kesuburan atau
kemampuan untuk kembali memiliki anak. Metode kontrasepsi
permanen atau yang kita sebut sterilisasi adalah metode
kontrasepsi yang tidak dapat mengembalikan kesuburan karena
melibatkan tindakan operasi.
Metode kontrasepsi juga dapat digolongkan berdasarkan cara
kerjanya yaitu metode barrier (penghalang), contohnya kondom
yang menghalangi sperma; metode hormonal seperti
mengkonsumsi pil; dan metode kontrasepsi alami yang tidak
menggunakan alat-alat bantu maupun hormonal, namun
berdasarkan fisiologis seorang wanita dengan tujuan untuk
mencegah fertilisasi (pembuahan).
Faktor yang mepengaruhi pemilihan kontrasepsi adalah
efektivitas, keamanan, frekuensi pemakaian, efeksamping, serta
kemauan dan kemampuan untuk melakukan kontrasepsi secara
teratur dan benar. Selain hal tersebut, pertimbangan kontrasepsi
juga didasarkan atas biaya serta peran dari agama dan kultur
budaya mengenai kontrasepsi tersebut, faktor lainnya adalah
frekuensi melakukan hubungan seksual.

Beberapa Definisi tentang KB


1. Upaya peningkatan kepedulian masyarakat dalam
mewujudkan keluarga kecil yang bahagia sejahtera
(Undang-Undang No. 10/1992)
2. Keluarga Berencana (family planning/planned
parenthood) merupakan suatu usaha menjarangkan atau
merencanakan jumlah dan jarak kehamilan dengan
menggunakan kontrasepsi.
3. Menurut WHO (Expert Committee, 1970), tindakan yang
membantu individu/pasutri untuk mendapatkan objektif-
objektif tertentu, menghindari kelahiran yang tidak
diinginkan, mendapatkan kelahiran yang diinginkan,
mengatur interval di antara kehamilan, dan menentukan
jumlah anak dalam keluarga.

30
Tujuan program KB
Tujuan umumnya adalah membentuk keluarga kecil sesuai
dengan kekuatan sosial ekonomi suatu keluarga, dengan cara
pengaturan kelahiran anak agar diperoleh suatu keluarga bahagia
dan sejahtera yang dapat memenuhi kebuthan hidupnya.
Tujuan lainya meliputi pengaturan kelahiran, pendewasaan
usia perkawinan, peningkatan ketahanan dan kesejahteraan
keluarga. Hal ini sesuai dengan teori pembangunan menurut Alex
Inkeles dan David Smith yang mengatakan bahwa pembangunan
bukan sekedar perkara pemasok modal dan teknologi saja tapi
juga membutuhkan sesuatu yang mampu mengembangkan sarana
yang berorientasi pada masa sekarang dan masa depan, memiliki
kesanggupan untuk merencanakan, dan percaya bahwa manusia
dapat mengubah alam, bukan sebaliknya.

Sasaran program KB
Sasaran KB tertuang dalam RPJMN 2004-2009 yang meliputi :
1. Menurunnya rata-rata lalu pertumbuhan penduduk
menjadi sekitar 1,14 persen per tahun.
2. Menurunnya angka kelahiran total (TFR) menjadi sekitar
2,2 per perempuan.
3. Menurunya PUS yang tidak ingin punya anak lagi dan
ingin menjarangkan kelahiran berikutnya, tetapi tidak
memakai alat/cara kontrasepsi (unmet need) menjadi 6%.
4. Meningkatnya peserta KB laki-laki menjadi 4,5 persen.
5. Meningkatnya penggunaan metode kontrasepsi yang
rasional efektif dan efisien.
6. Meningkatnya rata-rata usia perkawinan pertama
perempuan menjadi 21 tahun.
7. Meningkatya partisipasi keluarga dalam pembinaan
tumbuh kembang anak.
8. Meningkatnya jumlah keluarga prasejahtera dan keluarga
sejahtera yang aktif dalam usaha ekonomi prodiktif.
9. Meningkatnya jumlah institusi masyarakat dalam
penyelenggara pelayanan program KB.

31
Ruang lingkup program KB
Ruang lingkup program KB mencakup sebagai berikut :
1. Ibu
Dengan jalan mengatur jumlah dan jarak kelahiran.
Adapun manfaat yang diperoleh ibu adalah :
a. Tercegahnya kehamilan yang berulang kali dalam
jangka waktu yang terlalu pendek, sehingga kesehatan
ibu dapat terperihara terutama kesehatan organ
reproduksi.
b. Menigkatkan kesehatan mental dan sosial yang
dimungkinkan oleh adanya waktu yang cukup untuk
mengasuh anak anak dan beristirahat yang cukup.
2. Suami
Dengan memberikan kesempatan suami agar dapat
melakukan hal hal sebagai berikut
a. Memperbaiki kesehatan fisik.
b. Mengurang beban ekonomi keluarga yang
ditanggungnya.
3. Seluruh keluarga
Dilaksanakannya program KB dapat meningkatkan
kesehatan fisik, mental, dan sosial setiap anggota
keluarga; dan bagi anak dapat memperoleh kesempatan
yang lebih besar dalam hal pendidikan serta kasih sayang
orang tua.
Ruang lingkup KB secara umum adalah sebagai berikut :
1. Keluarga berencana
2. Kesehatan reproduksi remaja
3. Ketahanan dan pemberdayaan keluarga
4. Penguatan pelembagaan keluarga kecil berkualitas
5. Keserasian kebijakan kependudukan
6. Pengelolaan SDM
7. Penyelenggaraan pimpinan kenegaraan dan
kepemerintahan
8. Peningkatan pengawasan dan akuntabilitas aparatur
negara.

32
STRATEGI, PENDEKATAN DAN CARA OPERASIONAL
PROGRAM PELAYANAN KB
Dalam hal pelayanan kontrassepsi, diambil kebijaksanaan
sebagai berikut.
1. Peluasan jangkauan pelayanan kontrasepsi dengan cara
menyediakan sarana yang bermutu dalam jumlah yang
mencukupi dan merta
2. Pembinaan mutu pelayanan kontrasepsi dan pengayoman
medis.
3. Pelembagaan pelayanan kontrasepsi mandiri oleh
masyarakat dan pelembagaan keluarga kecil sejahtera.
Dalam hal strategi pelayanan kontrasepsi dibantu pokok-
pokok sebagai berikut :
1. Menggunakan pola pelayanan kontrasepsi kepada
masyarakat, berdasarkan kurun reproduksi sehat.
2. Pada usia dibawah 20 tahun dianjurkan menunda
kehamilan dengan menggunakan pil KB, AKDR,
kontrasepsi suntik, susuk, kondom, atau intravagina. Pada
usia 20-30 tahun dianjurkan untuk menjarangkan
kehamilan. Cara kontrasepsi yang dianjurkan adalah
AKDR,implan, kontrasepsi suntik,pil mini, pil KB,
kondom atau intravagina. Sesudah usia 30 tahun atau
pada fase mengakhiri kesuburan, dianjurkan memakai
kontrasepsi mantap, AKDR, implan, kontrasepsi suntik,
pil KB, kondom, atau intravagina
3. Menyediakan sarana dan alat kontrasepsi yang bermutu
dalam jumlah yang cukup dan merata.
4. Meningkatkan mutu pelayanan kontrasepsi
5. Menumbuhkan kemandirian masyarakat dalam
mendapatkan pelayanan kontrasepsi maupun dalam
mengelola pelayanan kontrasepsi
Untuk mendapat sukses yang diharapkan, maka ditempuh
strategi tiga dimensi, yaitu sebagai berikut :
1. Perluasan jangkauan
Semua jajaran pembangunan diajak berperan serta dalam
ikut menangani program KB dan mengajak semua PUS
yang potensial untuk menjadi akseptor KB. Istri pegawai

33
negri, ABRI, dan pemimpin masyarakat diajak menjadi
pelopor yang dapat diandalkan agar masyarakat
mengikuti dengan senang hati dan penuh kebanggaan.
2. Pembinaan
Organisasi yang sudah mulai ikut serta mengenai
program diajak berperan serta mendalami lebih terperinci
tentang apa yang terjadi, dan diberikn kepercayaan untuk
ikut menagnani program KB dalam lingkungannya
sendiri, menjadi petugas sukarela, dan mulai dikenal
mengenai program-program pos KB, posyandu,
pembinaan anak-anak dan sebagainya.
3. Pelembagaan dan pembudayaan.
Tahapan awal KB Mandiri yaitu masyarakat akan
mencapai suatu tingkat kesadaran di mana melaksanakan
KB bukan hanya karena ajakan melainkan atas kesadaran
dan keyakinan sendiri.
Strategi ini dilengkapi dengan pendekatan “Panca Karya”
yang mempertajam sasaran dan memperjelas target, yaitu
pasangan usia muda dengan paritas rendah, PUS dengan jumlah
anak yang cukup, dan generasi muda. Dengan penajaman
pendekatan yang bersifat kemasyarakatan dan wilayah tersebut,
maka program KB tidak lagi menunggu sasarannya, tetapi lebih
bersikap aktif.

Dampak Program KB terhadap Pencegahan Kelahiran


Program KB bertujuan untuk memenuhi permintaan
pelayanan KB dan menyelenggarakan pelayanan kesehatan
reproduksi yang berkualitas, serta mengendalikan angka
kelahiran yang pada akhirnya akan meningkatkan kualitas
penduduk dan mewujudkan keluarga kecil berkualitas. Sasaran
utama kinerja program KB adalah sebagai berikut :
1. Menurunnya pasangan usia subur (PUS) yang ingin
melaksanakan KB namun pelayanan KB tidak terlayani
(unmet need) menjadi sekitar 6,5 %.
2. Meningkatnya partisipasi laki-laki dalam melaksanakan
KB menjadi sekitar 8%.

34
3. Menurunnya angka kelahiran total (TFR) menjadi 2,4%
per perempuan.
Hal ini memungkinkan perempuan untuk menghindari kehamilan
ketika mereka tidak ingin hamil, merencanakan kehamilan ketika
mereka melakukan dan mendorong kesehatan mereka sendiri,
sehingga dalam prosesnya akan menghasilkan kesehatan yang
signifikan, serta manfaat ekonomi dan sosial bagi individu
perrempuan itu sendiri, keluarga, komunitas, dan keseluruhan
masyarakat.

35
BAB IV
METODE KONTRASEPSI

1. METODE KONTRASEPSI TANPA ALAT

A. METODE SUHU BASAL


Menentukan masa aman ialah dengan suhu basal tubuh.
Menjelang ovulasi suhu basal tubuh akan turun dan kurang
lebih 24 jam setelah ovulasi suhu basal akan naik lagi sampai
lebih tinggi dari pada suhu sebelum ovulasi. Fenomena ini
dapat digunakan untuk menentukan waktu ovulasi suhu basal
dicatat dengan teliti setiap hari. Suhu basal diukur waktu pagi
segera setelah bangun tidur dan sebelum melakukan aktivitas.
Suhu basal tubuh dapat meningkat pada beberapa waktu dan
kondisi seperti infeksi, ketegangan, waktu tidur yang tidak
teratur. Oleh karena itu dianjurkan agar tidak melakukan
hubungan seksual sampai terlihat suhu tubuh tetap tinggi tiga
hari pada pagi hari berturut-turut. Panjang siklus haid yang
teratur ialah 28-30 hari. Dengan mengenal tanda- tanda
premenstruasi, maka saat ovulasi dapat diperkirakan.
1. Efek samping suhu basal.
Pantangan yang terlampau lama dapat menimbulkan
frustasi. Hal ini dapat diatasi dengan pemakaian kondom
atau tablet vagina saat berhubungan seksual.
2. Daya guna.
Daya guna teoretis adalah 15 dari 100 wanita per tahun,
daya guna pemakaian ialah 20-30 kehamilan per 100
wanita per tahun. Daya guna dapat ditingkatkan dengan
menggunakan pola cara rintangan, misalnya kondom atau
obat spermatisida di samping pantang berkala

B. METODE SIMTOMTERMAL
Merupakan perpaduan antara metode lender serviks dan suhu
basal. Masa subur dapat ditentukan dengan mengamati suhu
tubuh dan lender serviks.

36
1. Setelah darah haid berhenti, hubungan seksual dapat
dilakukan pada malam hari pada hari kering dengan
berselang sehari selama masa tak subur. Ini adalah aturan
selang hari kering atau sama dengan metode lender
serviks.
2. Masa subur mulai ketika ada perasaan basah atau
munculnya lendir, ini adalah aturan awal. Aturan yang
sama dengan metode lender serviks, yaitu berpantangan
melakukan hubungan seksual sampai masa subur berakhir
3. Pantangan melakukan hubungan seksua sampai hari
puncak dan aturan perubahan suhu telah terjadi.
4. Apabila aturan ini tidak mengidentifikasi hari yang sama
sebagai hari akhir masa subur, selalu ikut aturan yang
paling konservatif,yaitu aturan yang mengidentifikasi
masa subur yang paling panjang.

C. KOITUS INTERUPTUS
1. Pengertian
Koitus interuptus atau disebut dengan senggama terputus
adalah metode keluarga berencana tradisional, di mana
pria mengeluarkan alat kelaminnya (penis) dari vagina
sebelum pria mencapai ejakulasi. (BKKBN 2014)
2. Cara Kerja
Alat kelamin pria (penis) dikeluarkan sebelum ejakulasi
sehingga sperma tidak masuk ke dalam vagina dan
kehamilan dapat dicegah. (Ari Sulistyawati, 2014)
3. Manfaat
a. Kotrasepsi
1) Menimbulkan efek jika digunakan dengan benar.
2) Tidak mengganggu produksi ASI.
3) Dapat digunakan sebagai pendukung metode KB
lainnya.
4) Tidak ada efek samping.
5) Dapat digunakan setiap waktu.
6) Tidak membutuhkan biaya.

37
b. Nonkontrasepsi
1) Meningkatkan keterlibatan pria dan keluarga
berencana.
2) Memungkinkan hubungan lebih dekat dan
pengertian yang sangat dalam antara pasangan.
(Ari Sulistyawati, 2014)

4. Kerugian
a. Memutuskan kenikmatan hubungan seksual.
b. Angka kegagalan cukup tinggi yaitu 4-27 kehamilan
per 100 perempuan pertahun.
c. Efektifitas akan jauh menurun apabila sperma dalam
24 jam sejak ejakulasi masih melekat pada penis.
(Saroha Pinem, 2014)

5. Indikasi
a. Pria yang ingin berpartisipasi aktif dalam keluarga
berencana.
b. Pasangan yang taat beragama atau mempunyai alasan
filosofi untuk tidak menggunakan metode-metode
lain.
c. Pasangan yang memerlukan kontrasepsi dengan
segera.
d. Pasangan yang memerlukan metode sementara sambil
menunggu metode yang lain.
e. Pasangan yang membutuhkan metode pendukung.
f. Pasangan yang melakukan hubungan seksual tidak
teratur. (Ari Sulistyawati, 2014)

6. Kontraindikasi
a. Pria dengan pengalaman ejakulasi dini.
b. Pria yang sulit melakukan senggama terputus.
c. Pria yang memiliki kelainan fisik atau psikologis.
d. Perempuan yang mempunyai pasangan yang sulit
bekerja sama.
e. Pasangan yang kurang dapat saling berkomunikasi.

38
f. Pasangan yang tidak bersedia melakukan metode ini.
(Ari Sulistyawati, 2014)

7. Prosedur
a. Sebelum berhubungan, pria terlebih dahulu
mengosongkan kandung kemihdan membersihkan
ujung penis untuk membersihkan penis dari ejakulasi
sebelumnya.
b. Meningkatkan kerjasama dan membangun hubungan
saling pengertian sebelum melakukan senggama dan
pasangan harus mendiskusikan dan menyepakati
penggunaan metode senggama terputus.
c. Bila pria merasa akan berejakulasi, maka ia harus
segera mengeluarkan penisnya dari dalam vagina.
d. Sebaiknya tidak melakukan senggam pada masa
subur. (Saroha Pinem, 2014)

D. METODE KALENDER
Metode kb kalender atau pantang berkala adalah
cara/metode kontrasepsi sederhana yang dilakukan oleh
pasangan suami istri dengan tidak melakukan senggama
atau hubungan seksual pada masa subur/ovulasi. KB
kalender adalah usaha untuk mengatur kehamilan
dengan menghindari hubungan badan selama masa subur
seorang wanita.
Sebelum menggunakan metode ini, tentunya pasangan
suami istri harus mengetahui masa subur. Siklus masa
subur pada tiap wanita tidak sama. Untuk itu perlu
pengamatan minimal 6 kali siklus menstruasi. Berikut ini
cara mengetahui dan menghitung masa subur :
a. Bila siklus haid teratur (28 hari) :
1) Hari pertama dalam siklus haid dihitung sebagai hari
ke-1
2) Masa subur adalah hari ke-12 hingga hari ke- 16
dalam siklus haid

39
Contoh :
Seorang isteri mendapat haid mulai tanggal 9 Januari. Tanggal 9
Januari ini dihitung sebagai hari ke-1. Maka hari ke-12 jatuh
pada tanggal 20 januari dan hari ke 16 jatuh pada tanggal 24
Januari. Jadi masa subur yaitu sejak tanggal 20 Januari hingga
tanggal 24 Januari. Pada tanggal-tanggal tersebut suami isteri
tidak boleh bersanggama. Jika ingin bersanggama harus
memakai kondom atau sanggama terputus (senggama dimana
tidak mengeluarkan sperma didalam).
1. Bila siklus haid tidak teratur :
a. Catat jumlah hari dalam satu siklus haid selama 6 bulan
(6 siklus). Satu siklus haid dihitung mulai dari hari
pertama haid saat ini hingga hari pertama haid
berikutnya, catat panjang pendeknya.
b. Masukan dalam rumus; jumlah hari terpendek dalam 6
kali siklus haid dikurangi 18. Hitungan ini menentukan
hari pertama masa subur.
c. Jumlah hari terpanjang selama 6 siklus haid dikurangi
11. Hitungan ini menentukan hari terakhir masa subur.

Contoh :
Seorang isteri mendapat haid dengan keadaan : siklus terpendek
26 hari dan siklus terpanjang 32 hari (mulai hari pertama haid
sampai haid berikutnya)
Perhitungannya : 26-18 = 8 dan 32–11 = 21. jadi masa suburnya
adalah mulai hari ke-8 sampai ke 21 dari hari pertama haid. Pada
masa ini suami isteri tidak boleh bersanggama. Jila ingin
bersanggama harus memakai kondom atau sanggama terputus.

Keuntungan KB kalender
a) Ditinjau dari segi ekonomi : KB kalender dilakukan
secara alami dan tanpa biaya sehingga tidak perlu
mengeluarkan biaya untuk membeli alat kontrasepsi.
b) Dari segi kesehatan : sistem kalender ini jelas jauh lebih
sehat karena bisa dihindari adanya efek sampingan yang
merugikan seperti halnya memakai alat kontrasepsi
lainnya (terutama yang berupa obat).

40
c) Dari segi psikologis : yaitu sistem kalender ini tidak
mengurangi kenikmatan hubungan itu sendiri seperti bila
memakai kondom misalnya. Meski tentu saja dilain pihak
dituntut kontrol diri dari pasangan untuk ketat berpantang
selama masa subur.

Kerugian KB kalender
Kemungkinan kegagalan yang jauh lebih tinggi. Ini terutama bila
tidak dilakukan pengamatan yang mendalam untuk mengetahui
dengan pasti masa subur, karena tidak ada yang bisa menjamin
ketepatan perhitungan sebab masa suburpun terjadi secara alami,
selain itu kedua pasangan tidak bisa menikmati hubungan suami
istri secara bebas karena ada aturan yang ditetapkan dalam sistem
ini. Masa berpantang yang cukup lama dapat membuat pasangan
tidak bisa menanti dan melakukan hubungan pada waktu
berpantang.

41
2. METODE KONTRASEPSI DENGAN ALAT

1.Pengertian Metode Barier


Metode kontrasepsi dengan cara menghalangi pertemuan
sperma dengan sel telur yang sifatnya sementara, yakni
menghalangi masuknya sperma dari vagina sampai kanalis
servikalis.
Metode yang akan di bahas antara lain:
1) Kondom bagi pria
2) Barier intra-vaginal
a. Diafragma
b. Kap serviks
c. Spons
d. Kondom bagi wanita

1. Kondom Bagi Pria


Kondom adalah salah satu alat kontrasepsi yang
terbuat karet/lateks, berbentuk tabung tidak tembus
cairan dimana salah satu ujungnya tertutup rapat
dandilengkapi kantung untuk menampung sperma.
Kebanyakan kondom terbuat dari karet lateks tipis, tetapi
ada yang membuatnya dari jaringan hewan (usus
kambing) atau plastic (polietelin).
Pemakaian kondom dengan tujuan kontrasepsi baru
dimulai kira-kira abad ke-18 di inggris.Pada mulanya
kondom terbuat dari usus biri-biri.Pada tahun 1844
Goodyear telah berhasil membuat kondom dari karet.
Yang kini paling umum dipakai ialah kondom dari karet ;
kondom ini tebalnya kira-kira 0,05 mm. kini telah
tersedia berbagai ukuran dengan bermacam-macam
warna.
Prinsip kerja kondom ialah sebagai perisai dari penis
sewaktu melakukan koitus, dan mencegah pengumpulan
sperma dalam vagina.Bentuk kondom adalah silindris
dengan pinggir yang tebal pada ujung yang terbuka,
sedang ujung yang buntu berfungsi sebagai penampung
sperma. Diameternya biasanya kira-kira 31-36,5 mm dan

42
panjang lebih kurang 19 mm. kondom dilapisi dengan
pelican yang mempunyai sifat spermatisid.
a) Tipe kondom terdiri dari :
1. Kondom Biasa
2. Kondom Berkontur (bergerigi)
3. Kondom Beraroma
4. Kondom tidak beraroma
b) Macam-macam kondom
1. Kulit
1) Dibuat dari membrane usus biri-biri (caecum)
2) Tidak meregang atau mengkerut
3) Menjalarkan panas tubuh, sehingga dianggap
tidak mengurangi sensitivitas selama
senggama
4) Lebih mahal
5) Jumlahnya < 1 % dari semua jenis kondom
2. Lateks
1) Paling banyak dipakai
2) Murah
3) Elastic
c) Keuntungan kondom
1. Mencegah kehamilan
2. Memberi perlindungan terhadap PHS (Penyakit
akibat hubungan seks)
3. Dapat diandalkan
4. Relatif murah
5. Sederhana, ringan, disposable, reversible
6. Tidak memerlukan pemeriksaan medis, supervisi,
atau follow up
7. Reversibel
8. Pria ikut secara aktif dalam program KB
d) Kerugian kondom
1. Angka kegagalan realtif tinggi
2. Perlu menghentikan sementara aktivitas dan
spontanitas hubungan seks guna memasang
kondom

43
3. Perlu dipakai secara konsisten, hati – hati dan
terus menerus setiap sanggama (kurang praktis)
e) Efek samping
Kondom tidak ada, kecuali jika ada alergi terhadap
bahan untuk membuat karet.
f) Kontra Indikasi kondom
1. Absolut
1) Pria dengan ereksi yang tidak baik
2) Riwayat syok septic
3) Tidak bertanggung jawab secara sexual
4) Interupsi sexual foreplay menghalangi minat
sexual
5) Alergi terhadap karet atau lubrikan pada
partner sexual
2. Relatif
Interupsi foreplay yang mengganggu ekspresi
sexual
g) Indikasi kondom
1. Pria
1) Penyakit genitalia
2) Sensitivitas penis terhadap secret vagina
3) Ejakulasi premature
2. Wanita
1) Vaginistis, termasuk yang dalam pengobatan.
2) Kontra indikasi terhadap kontrasepsi oral dan
IUD, sedangkan pemasangan diafragma atau
kap serviks secara anatomis atau psikologis
tidak memungkinkan.
3) Untuk membuktikan bahwa tidak ada semen
yang dilepaskan di dalam vagina.
4) Metode temporer :
a) Belum mengadakan sanggama secara
teratur
b) Selama haid
c) Selama mid-siklus pada pemakaian IUD
d) Selama siklus peretama dari kontrasepsi
oral dosis-rendah

44
e) Gagal memakai kontrasepsi oral secara
benar/tepat
f) Selama periode awal post-partum
g) Keengganan psikologis untuk bersentuhan
dengan semen
h) Keengganan psikologis atau religious
untuk menggunakan suatu kontraseptivum.
3. Pasangan wanita dan pria
1) Pengendalian diri dari pihak pria lebih
diutamakan
2) Sanggama yang jarang
3) Penyakit kelamin (aktif atau tersangka)
4) Herpes genitalis atau kondiloma akuminata
5) Metode sementara sebelum menggunakan
kontrasepsi oral atau IUD
h) Cara Penggunaan Kondom Pria :
1. Pegang bungkus kondom dengan kedua belah
tangan, lalu dorong kondom dengan jari ke posisi
bawah. Tujuannya agar tidak tersobek saat
membuka bungkusannya. Selanjutnya sobek
bagian atas bungkus kondom.
2. Dorong kondom dari bawahagar keluar dari
bungkusnya, kemudian pegang kondom dan
perhatikan bagian yang menggulung harus berada
disebelah luar.
3. Pencet ujung kondom dengan ibu jari dan telunjuk
agar tidak ada udara yang masuk dan letakkan
pada kepala penis.
4. Pada saat kondom dipasang, penis harus dalam
keadaan tegang (ereksi). Pasanglah kondom
dengan menggunakan telapak tangan untuk
mendorong gulungan kondom hingga pangkal
penis (jangan menggunakan kuku karena kondom
dapat robek).
5. Setelah ejakulasi, cabut penis dari vagina ketika
masih ereksi, dan tahan kondom di pangkal

45
penisdengan jari agar kondom tidak lepas dan
tidak meninggalkan air mani di vagina.
6. Setelah menggunakan, ikat kondom agar cairan
sperma tidak keluar. Kondom bekas langsung
dibuang ketempat yang bseharusnya, untuk
mencegah mengkontaminasi orang lain, terutama
anak-anak.
i) Efektivitas
Kondom ini tergantung dari mutu kondom dan dari
ketelitian dalam penggunaannya.

2. Barier Intra-vaginal
Menghalangi masuknya spermatozoa ke dalam traktus
genitalia interna wanita dan immobilisasi/mematikan
spermatozoa oleh spermisidnya.
1. Keuntungan Metode Barier Intra-vaginal :
a. Mencegah kehamilan
b. Mengurangi insidens penyakit akibat
hubungan seks
2. Kerugian Metode Barier Intra-vaginal :
a. Angka kegagalan relatif tinggi
b. Aktivitas hubungan seks harus dihentikan
sementara untuk memasang alatnya
c. Perlu dipakai secara konsisten, hati hati dan terus-
menerus pada setiap sanggama.

3. Macam-macam Barier Intra-Vaginal :


a. Diafragma (Diaphragma)
Pada tahun 1881 Mensinga dari Flensburg (Belanda) telah
menciptakan untuk pertama kalinya diafragma vaginal guna
mencegah kehamilan.Dalam bentuk aslinya, diafragma
vaginal ini terbuat dari cincin karet yang tebal, dan
diatasnya diletakkan selembar karet yang tipis. Kemudian
dilakukan modifikasi dengan semacam per arloji ; di
atasnya diletakkan karet tipis yang berbentuk kubah
(dome).

46
Diafragma adalah kap berbentuk bulat cembung, terbuat
dari lateks (karet) yang diinsersikan ke dalam vagina
sebelum berhubungan seksual dan menutup serviks.
Diafragma dapat dipasang 6 jam atau lebih sebelum
melakukan sanggama. Bila sanggama dilakukan berulang
kali pada saat yang sama, maka perlu ditambahkan
spermisid setiap sebelum sanggama berikutnya. Diafragma
tidak boleh dikeluarkan selama 6-8 jam setelah sanggama
selesai, pembilasan (douching) tidak diperkenankan,
diafragma dapat dibiarkan didalam vagina selama 24 jam
setelah sanggama selesai, lebih lama dari itu kemungkinan
dapat timbul infeksi.
Ukuran diafragma vaginal yang beredar di pasaran
mempuunyai diameter antara 55 sampai 100 mm. Tiap-tiap
ukuran mempunyai perbedaan diameter masing-masing
5mm. Besarnya ukuran diafragma yang akan dipakai oleh
akseptor ditentukan secara individual.
Cara Kerja sebagai berikut :
Menahan sperma agar tidak mendapatkan akses mencapai
saluran alat reproduksi bagian atas (uterus dan tuba falopii)
dan sebagai alat tempat spermisida.

Manfaat nya ada 2 yaitu :


1) Manfaat kontrasepsi
a) Efektif bila digunakan dengan benar
b) Tidak mengganggu produksi ASI, tidak mengganggu
kesehatan klien
c) Tidak mengganggu hubungan seksual karena telah
terpasang sampai 6 jam sebelumnya
d) Tidak menggangu kesehatan klien
e) Tidak mempunyai pengaruh sistemik
2) Manfaat non kontrasepsi
a) Salah atu perlindungan terhadap IMS/HIV/AIDS,
khususnya apabila digunakan dengan spermisida.
b) Bila digunakan pada saat haid, menampung darah
menstruasi.

47
Kerugian Diafragma :
1. Memerlukan tingkat motivasi yang tinggi dari pemakai
2. Wanita perlu memegang/manipulasi genitalia nya sendiri
3. Menjadi mahal bila sering dipakai, disebabkan oleh biaya
untuk spermisidnya
4. Insersi relatif sukar
5. Pada kasus tertentu, dapat terasa oleh suami saat senggama
6. Beberapa wanita mengeluh kebasahan yang disebabkan oleh
spermisidnya.

Jenis diafragma antara lain :


a. Flat spring (flat metal band)
Pinggir alas diafragma mempunyai lempengan logam yang
pipih, diafragma ini dapat dipakai oleh wanita dengan : otot
otot vagina yang kuat, ukuran dan kontur vagina normal,
arcus pubis yang dangkal dibelakang simpisis pubis,
multigravida, uterus anteflexi, serviks yang panjang yang
mengarah ke belakang.
b. Coil spring (coiled wire)
Pinggir alas diafragma mempunyai kawat logam dengan
pegas/per spiral yang bundar dan dilapisi karet, diafragma
ini terutama berguna untuk wanita dengan : otot otot vagina
yang kuat, arcus pubis yang dalam dibelakang os pubis tidak
ada perubahan posisi uterus, ukuran dan kontur vagina
norma.
c. Arching spring (kombinasi metal spring)
Pinggir alas diafragma mempunyai pegas logam rangkap,
diafragma ini cocok dengan wanita dengan : tonus otot otot
vagina yang jelek, sistokel/rektokel sedang, prolapsus uteri
ringan, serviks yang panjang yang mengarah ke depan

Kontraindikasi :
1. Infeksi traktus urinarius yang berulang ulang
2. Alergi terhadap latex atau spermisid
3. Riwayat Sindrom Syok Toksik (Toxic Shock Syndrome)
4. Postpartumn (bayi aterm) 6-12 minggu

48
Efek samping dan komplikasi :
Efek samping yang serius umumnya tidak ada, bilamana
diafragma dipakai sebagaimana semestinya. Kadang kadang
reaksi alergi dan iritasi vagina, infeksi.
Sebab sebab kegagalan :
1. Ketidaktauan cara pemasangan yang benar
2. Ukuran diafragma tidak tepat
3. Terjadinya perubahan letak diafragma selama sanggama
4. Adanya cacat/kerusakan pada diafragma

b. Kap Serviks (Cervical cap)


Suatu alat kontrasepsi yang hanya menutupi serviks
saja. Dibandingkan dengan diafragma,kap serviks lebih
dalam/tinggi kubahnya tetapi diameternya lebih kecil,
umumnya lebih kaku, menutupi serviks karena hisapan
(suction), bukan karena pegas. Zaman dahulu kap serviks
terbuat dari logam/plastik, sekarang yang banyak adalah dari
karet.
Cara Kerja:
Cervical caps akan menutupi pembukaan serviks sehingga
menahan sperma agar tidak mendapatkan akses mencapai saluran
alat reproduksi bagian atas (uterus& tuba falopii) dan sebagai
alat tempat spermisida senjata sperma tambahan untuk
membunuh sperma-sperma yang tidak tertahan pada kaps
serviks.
Syarat pemakaian kap serviks:
1. Serviks harus dapat dicapai
2. Serviks cukup panjang untuk menahan kap
3. Serviks tidak luka
Macam-macam kap serviks
1. Prentif Cavity Rim Cap
a. Paling sering dipakai
b. Tersedia dalam 4 ukuran, diameter dalam 22, 25, 28, dan
31 mm.
2. Dumas atau Vault Cap
a. Relatif dangkal, berbentuk mangkuk dengan pinggir alas
yang tebal dan bagian tengah yang tipis.

49
b. Tersedia dalam 5 ukuran, dari 50 – 75 mm
c. Cocok untuk wanita yang tidak dapat memakai
diafragma oleh karena tonus otot vagina yang kurang
baik atau wanita dengan seviks yang terlalu pendek
3. Vimule Cap
a. Berbentuk lonceng panjang dengan pinggir yang
menonjol (flanged) untuk memperkuat hubungan dengan
sekitarnya
b. Cocok untuk wanita dengan :
1) Tonus otot vagina kurang baik
2) Cystocele
3) Serviks yang lebih panjang dari rata-rata
c. Tersedia dalam ukuran 42 – 55 mm
Keuntungan
1. Dapat digunakan selama menyusui
2. Efektif, meskipun tanpa spermiside, bila dibiarkan di
serviks untuk waktu > 24 jam, pemberian spermiside
sebelum bersenggama menambah efektifitasnya
3. Tidak terasa oleh suami pada saat sanggama
4. Dapat dipakai oleh wanita sekalipun ada kelainan
anatomis/fungsional dari vagina misalnya sistokel,
rektokel, prolapsus uteri, tonus otot vagina
yang kurang baik
5. Jarang terlepas selama sanggama

Kerugian
1. Angka kegagalan tinggi
2. Peningkatan risiko infeksi (cervisitis, cystitis)
3. Membutuhkan evaluasi dari tenaga kesehatan
4. Ketidaknyamanan ketika pemakaian, penggunaannya cukup
sulit
5. Ukuran cervical caps yang digunakan sewaktu-waktu harus
diubah tergantung pada kehamilan, abortus/keguguran,
operasi pelvic atau perubahan berat badan
6. Tidak boleh digunakan pada wanita yang sedang menstruasi
7. Beberapa wanita merasa nyeri dan pasangannya merasa tidak
nyaman

50
8. Tidak dapat mencegah penyebaran IMS (infeksi menular
seksual), HIV AIDS

Kontraindikasi :
1. Bentuk serviks yang abnormal (ukuran, posisi), pap smear
abnormal
2. Postpartum 6-12 minggu
3. Radang serviks (cervicitis) yang kronis, infeksi adneksa atau
neoplasma serviks
4. Otot vagina yang sensitive, erosi atau laserasi serviks
5. Perdarahan pada vagina, termasuk ketika sedang menstrasi
6. Riwayat TSS, Riwayat PID, atau alergi dengan karet atau
spermiside

Efek Samping dan Komplikasi


1. Timbulnya sekret yan sangat berbau bila kap serviks
dibiarkan terlalu lama didalam vagina
2. Menyebabkan iritasi pada daerah vagina, serviks karen
akontak yang terlalu lama dengan karet (kap) dan spermiside
nya
3. Menyebabkan infeksi pada saluran kemih
4. Berisiko terjadi Toxic Shock Syndrom (TSS).
Hal ini terjadi jika pemakaian cervical caps
dilakukan pada saat menstruasi
5. Bertambahnya abnormalitas serviks yang
berhubungan dengan HPV

c. Spons (Sponge)
Spons kontrasepsi adalah bentuk modifikasi dari
agen spermisidal.Macamnya seperti sponge kecil
berbentuk bantal. Spons ini mengandung cakram
poliuretan nonoxynol-9 yang dipasng 24 jam
sebelum senggama. Setelah dibasahi, spons
ditempatkan di serviks.
Spons ini dapat digunakan dalam beberapa kali
senggama tanpa harus diganti. Spons ini
sebaiknya baru dilepas 6 jam setelah senggama.

51
Walaupun lebih nyaman dibandingkan diafragma
atau kondom, namun efektifitas spons untuk
kontrasepsi lebih rendah. Tidak dianjurkan untuk
melakukan pembilasan (douching).

Cara Kerja
1. Melepaskan spermiside yang terkandung
didalamnya
2. Merupakan barrier antara spermatozoa dan
spermiside
3. Menjebak/menangkap spermatozoa ke dalam
spons

Efektifitas
Secara teori 5-8 kehamilan/100 wanita per tahun.
Namun, dalam praktik nya 9-27/100 wanita per
tahun
Insersi spons
1. Mula mula spons dibasahi dengan air ledeng
sebanyak kira-kira 2 sendok makan, lalu
diperas secukupnya untuk menghilangkan air
yang berlebihan Sponge kemudian
dimasukkan ke dalam vagina sampai
mencapai serviks

Kontraindikasi
1. Riwayat TSS atau alergi terhadap
polyurethane atau spermisidenya
2. Ketidakmampuan wanita untuk melakukan
insersi dengan benar
3. Kelainan anatomis dari vagina seperti prolaps
uteri, sistokel, rektokel, retrofleks yang
ekstrim, septum vagina

Efek samping dan komplikasi


1. Iritasi atau reaksi alergi yang umumnya
disebabkan oleh spermisidenya

52
2. Kemungkinan infeksi vagina oleh jamur
bertambah besar
3. Kemungkinan timbulnya TSS

Efek non kontraseptif


Kemungkinan proteksi terhadap PHS

d. Kondom Wanita
Dasarnya : kombinasi antara Diafragma dan
Kondom. Alat ini terdiri dari 2 cincin
polyurethane yang lentur berbentuk diafragma
yang terdapat pada masing-masing ujung dari
suatu selubung lunak polyurethane yang
longgar.Sebelum dipasang, biasanya ditambahkan
spermisid pada alatnya.
Brand yang dipasarkan antara lain Femidom,
Dominique, Protectiv, dan Care. Baru-baru ini
juga dipasarkan kondom wanita yang terbuat dari
bahan lateks (seperti kondom pria) sehingga tidak
menimbulkan suara berisik saat dipakai.
Dipasarkan dengan brand Reddy, V Amour, dan
Sutra. Pengujian secara in vitro menunjukkan
kondom wanita impermeabel terdapat HIV,
sitomegalo virus dan hepatitis virus.
Alasan utama dari dikembangkannya kondom
wanita adalah karena pada kondom pria dan
diafragma biasa, kedua alat tersebut tidak
menutupi daerah perineum sehingga masih ada
kemungkinan penyebaran mikroorganisme
penyebaran PHS.
Kondom wanita yang tersedia saat ini
1. Reality Vaginal kondom
Berupa “tabung” polyuretnane, panjang 17
cm, dengan 2 cincin polyuretnane lentur pada
masing-masing ujungnya, insersi alat ini
seperti insersi diafgrama.
2. Women‟s Choice Female Condomme

53
Bentuknya seperti kondom pria, dengan
ujung-dalam yang lebih tebal yang berada
pada bagian atas vagina, dan suatu cincin-luar
yang menutupi labia, condomme terbuat dari
lateks, dan 30% lebih tebal daripada kondom
pria agar supaya lebih kuat, insersi
Condomme dilakukan dengan suatu aplikator
plastik yang dapat dipakai ulang.
3. Kondom vagina ketiga
Yang masih dalam taraf uji-coba, berupa suatu
celana-dalam lateks dengan suatu kantong-
tergulung yang “built-in” dan berada tepat
pada mulut vagina, Sebelum sanggama,
wanita mendorong kantong tersebut kedalam
vagina. Alat ini menutupi seluruh perineum
dan genitalia eksterna, sehingga dapat
memberikan perlindungan maksimal terhadap
PHS.
4. Spermisida Vaginal
Spermisida adalah alat kontrasepsi yang
mengandung zat-zat kimia yang kerjanya
melumpuhkan spermatozoa di dalam vagina
sebelum spermatozoa bergerak ke dalam
traktus genitalia interna. Secara mekanis untuk
menghalangi spermatozoa dan secara kimiawi
untuk immobilisasi/mematikan spermatozoa.
Tiap spermisid vaginal memiliki dua
komponen :
1. Zat pembawa/pengangkut (vehicle,
carrier) yang inert
Jelly, krim, foam/busa, tablet busa,
suppositoria yang akan meleleh,
suppositoria busa, soluble film.
2. Zat spermisid yang aktif
Surfactants (Surface acting, bakterisidal,
derajat keasaman yang tinggi.

54
Cara Pemakaian Spermisid Vaginal yang
benar :
1. Letakkan spermisid sedalam mungkin
didalam vagina, sehingga menutupi
serviks
2. Tunggulah waktu yang diperlukan
sebelum mulai bersanggama, agar
spermisida nya telah tersebar denga baik
di dalam vagina bagian atas dan sekeliling
serviks.
3. Gunakan spermisid tambahan setiap kali
mengulangi sanggama di saat yang sama.
4. Jangan melakukan pembilasan vagina
(douching) minimal 6-8 jam setelah
sanggama selesai. Pembilasan
vagina (douching) tidak dianggap sebagai
metode kontrasepsi yang dapat dipercaya,
karena spermatozoa dengan cepat masuk
ke canalis cervicalis, dan berada di dalam
uterus dan tuba fallopii dalam waktu 15 –
90 detik setelah ejakulasi.
Kontra-Indikasi :
1. Absolut
a. Kebutuhan akan suatu metode dengan
efektivitas tinggi karena alasan
kesehatan, pribadi atau social
b. Penghentian sexual foreplay akan
menghambat/menghalangi
c. Ketidak mampuan penerimaan estetik
pada salah satu partner.
d. Alergi terhadap isi spermisid, alergi
lokal kronis, kontak dermatitis
genitalia, eksema genitalia, psoriasis
genitalia, dll
2. Relatif
a. Penghentian sexual foreplay akan
mengganggu sanggama

55
b. Fertilitas tinggi
c. Dispareunia atau vaginismus
3. Temporer
a. Vaginitis akut/subakut oleh karena
sebab apapun, termasuk pengobatan.
b. Penyakit menular aktif/tersangka.
c. Kondiloma akuminata, dermatitis
simpleks, pruritus, herpes genitalia.
d. Urethritis, sistitis, disuria, pyuria.
4. Efektifitas
Angka kegagalan : 11 – 31 %
5. Cara Kerja
Cara kerja dari spermisida adalah sebagai
berikut :
a. Menyebabkan sel selaput sel sperma
pecah
b. Memperlambat motilitas sperma
c. Menurunkan kemampuan pembuahan
sel telur.
6. Pilihan
a. Aerosol (busa) akan efektif setelah
dimasukkan (insersi), aerosol
dianjurkan bila spermisida digunakan
sebagai pilihan pertama atau metode
kontrasepsi lain tidak sesuai dengan
kondisi klien
b. Tablet vagina, suppositoria dan film
sangat mudah dibawa dan disimpan.
Penggunaannya dianjurkan menunggu
10-15 menit setelah dimasukkan
(insersi) sebelum hubungan seksual
c. Jenis spermisida jeli biasanya
digunakan bersamaan dengan
diafragma
7. Manfaat
1) Manfaat kontrasepsi :
a. Efektif seketika (busa dan krim)

56
b. Tidak mengganggu produksi ASI,
tidak mengganggu kesehatan klien
c. Sebagai pendukung metode lain
d. Mudah digunakan, tidak
memerlukan resep atau
pemeriksaan medic
e. Meningkatkan lubrikasi selama
hubungan seksual
2) Manfaat non kontrasepsi
Memberikan perlindungan terhadap
PMS termasuk HBV dan HIV/AIDS,
kemungkinan timbul PID lebih kecil.
8. Kerugian Spermisid Vaginal :
a. Angka kegagalan relatif tinggi
(disebabkan oleh pemakaian yang
tidak consisten)
b. Harus digunakan segera sebelum
sanggama, bahkan ada sper misid
vaginal yang perlu waktu 5-30 menit
agar spermisid-nya sudah bekerja.
c. Karena harus diletakkan dalam di
vagina, ada wanita yang segan
melakukannya.
d. Harus diberikan berulang-kali untuk
sanggama yang berturut-turut.
e. Dapat menimbulkan iritasi atau rasa
panas/terbakar pada beberapa wanita.
9. Efek Samping dan Komplikasi
1) Yang mungkin terjadi :
a. Reaksi alergi, baik pada wanita
maupun pria.
b. Suppositoria tidak meleleh atau
tidak membentuk busa di dalam
vagina.
2) Yang masih menjadi kontroversi
adalah kemungkinan terjadinya :

57
a. Kelainan kongenital janin (efek
teratogenik).
b. Perubahan air susu ibu.
c. Efek sistemik (masuknya spermisid
ke dalam aliran darah).
Tetapi sampai saat ini belum
ditemukan bukti-bukti yang
menyokong hal-hal tersebut.
10. Keterbatasan
a. Efektifitas kurang
b. Spermisida jauh lebih efektif, bila
bersama kontrasepsi lain (misal
kondom).
c. Keefektifan tergantung pada kepatuhan
cara penggunaannya.
d. Tergantung motivasi dan selalu
dipakai setiap melakukan hubungan
seksual.
e. Pengguna harus menunggu 10-15
menit setelah spermisida
dimasukkansebelum melakukan
hubungan seksual
f. Hanya efektif selama 1-2 jam dalam
satu kali pemakaian.
Untuk mendapatkan efektivitas yang
lebih tinggi, metode Barier Intra-
vaginal harus dipakai bersama
dengan spermisid. Faktor yang dapat
mempengaruhi efektifitas metode ini,
antara lain:
1. Paritas
2. Frekuensi sanggama
3. Kemampuan untuk memakainya
dengan benar
4. Kebiasaan-kebiasaan akseptor
5. Motivasi akseptor dalam
pencegahan kehamilan

58
Ada satu hal sangat penting yang harus mendapat
perhatian akseptor yang menggunakan metode
Barrier Intra-vaginal yaitu kemungkinan
timbulnya Sindrom SyokToksik (Toxic Shock
Syndrom) (TSS) bila terjadi kelalaian dalam
pemakaiannya.Sindrom Syok Toksik disebabkan
oleh toxin yang dihasilkan bakteri
Staphylococcus aureus. Sindrom Syok Toksik
sering terjadi pada wanita yang memakai tampon
(intra-vaginal) selama haid.
Calon akseptor metode Barier Intra-vaginal harus
diberi instruksi-instruksi untuk
mengurangi/mencegah risiko timbulnya Sindrom
SyokToksik :
1. Cuci tangan dengan sabun sebelum
memasang atau mengeluarkan alatnya
2. Jangan biarkan Barier Intra-vaginal insitu
lebih lama dari 24 jam
3. Jangan menggunakan Barier Intra-vaginal
pada saat haid, atau bila ada perdarahan per-
vaginam, atau adanya vaginal discharge
abnormal (pakailah kondom)
4. Setelah melahirkan bayi aterm, tunggu 6 – 12
minggu sebelum menggunakan metode
Barier Intra-vaginal, (pakailah kondom)
5. Wanita harus diajari tanda-tanda bahaya TSS
:
a. Demam
b. Muntah
c. Diarrhoe
d. Nyeri otot tubuh
e. Rash (sunburn/seperti tersengat sinar
matahari)
6. Bila menduga TSS, keluarkan alat
kontrasepsinya dan hubungi petugas medis.
7. Bila pernah mengalami TSS, pilih metode
kontrasepsi lain.

59
A. KONRASEPSI KIMIAWI
Bahan terdiri dari spermicide dan wahana yang mengandung
spermicide tersebut, biasanya gelatin atau minyak. Khasiat
kontraseptip disebabkan sidat kimiawinya, tapi juga karena
sifat fisiknya yang menyukarkan pergerakan sperma karena
kental.
Zat yang paling dulu dipergunakan sebagai spermicide ialah
kinin, tapi kemudian dipakai juga acidum boricum, ac
lacticum, chinosol, hexyl resorcinol, ac ricinolecium dan
formaldehyde.
Kontraseptip kimiawi dapat berbentuk suppositoria, jelly,
cream, atau busa. Sekarang diusahakan supaya mengandung
juga germicide untuk mencegah infeksi.
1. Supporsitoria kimiawi
Mudah dipakai tapi kurang dapat dipercaya. Terdiri dari
sabun, gelatin atau mentega cacao yang mencair dengan
cepat pada suhu badan; yang diragukan apakah cairan ini
akan terbagi dengan baik pada seluruh vagina.

2. Jelly
Bahannya ialah gelatin yang larut air dan mencair dengan
mudah dalam badan. Baik dipakai pada wanita yang
kering vaginanya.
3. Cream dan pasta
Bahan dasar ialah sabun stearat.
4. Tablet berbusa dan aerosol
Jika tablet ini dimasukkan ke dalam vagina, ia berbusa
dan dikatakan bahwa busa ini masuk ke celah-celah yang
kecil yang mungkin mengandung spermatozoa. Sayang
sekali kegagalan agak tinggi ialah sekitar 22,5 per 100
women years.
Walaupun begitu karena mudah diterima, aman dan
sederhana, masih dapat di tawarkan di negeri-negeri yang
sedang berkembang karena sifat-sifat tersebut di atas
akhirnya lebih baik mempergunakan salah satu cara
kontrasepsi yang sederhana daripada tidak sama sekali.

60
Eorosol (Emko) tidak menonjol keuntungannya.
Penggunaan
Yang paling mudah dipakai ialah suppositoria, tapi harus
diberitahukan bahwa kalau dilakukan coitus beberapa
kali, maka juga beberapa kali suppositoria harus
dimasukkan.
Jelly, cream dan pasta sering dipergunakan bersamaan
dengan diafragma dan kondom. Secara singkat obat
kimiawi ini mudah sekali dipakai, tapi sebaiknya selalu
dipakai bersamaan dengan diafragma atau kondom.
Banyak wanita tidak menyukainya karena terlalu basah.

61
3. METODE KONTRASEPSI HORMONAL
A. Implan
1. Pengertian
Impan adalah batang atau kapsul plastic kecil, masing-
masing seukuran korek api, yang melepaskan progrestin
seperti hormone progesterone alami dalam tubuh wanita.
Seorang petugas terlatih melakukan bedah minor untuk
memasukkan implan di bawah kulit pada sisi bagian
dalam dari lengan atas seorang wanita. Tidak
mengandung esterogen, dan dapat digunakan saat
menyusui dan oleh wanita yang tidak dapat menggunkan
metode yang mengandung estrogen. (KLOP)

2. Cara kerja
a. Lendir serviks menjadi kental
b. Mengganggu proses pembentukan endometrium
sehingga sulit terjadi implantasi
c. Mengurangi transportasi sperma.
d. Menekan ovulasi. (Ari Sulistyawati, 2014)

3. Manfaat
a. Kontrasepsi
1) Daya guna tinggi.
2) Perlindungan jangka panjang (sampai 5 tahun).
3) Pengembalian kesuburan cepat setelah
pencabutan.
4) Tidak memerlukan pemeriksaan dalam.
5) Bebas dari pengaruh esterogen.
6) Tidak mengganggu aktivitas seksual.
7) Tidak mengganggu produksi ASI.
8) Klien hanya perlu kembali ke klinik bila ada
keluhan.
9) Dapat dicabut setiap saat sesuai kebutuhan.
b. Nonkontrasepsi
1) Mengurangi nyeri haid.
2) Mengurangi jumlah darah haid.
3) Mengurangi/memperbaiki anemia.

62
4) Melindungi terjadinya kanker endometrium. (Ari
Sulistyawati, 2014)

4. Kerugian
a. Nyeri kepala/ pusing.
b. Peningkatan/penurunan berat badan
c. Nyeri payudara.
d. Perubahan perasaan (mood) atau kegelisahan
(nervousness)
e. Membutuhkan tindak pembedahan minor untuk insersi
dan pencabutan
f. Tidak memberikan efek protektif terhadap infeksi
menular seksual termasuk AIDS
g. Klien tidak dapat menghentikan sendiri peakaian
kontrasepsi
h. Efektivitas menurun bila menggunkan obat-obatan
tuberculosis (rifampisin) atau epilepsy (fenitoin dan
barbiturat).
i. Tidak memberi perlindungan terhadap infeksi
penyakit menular seksual termasuk HIV/AIDS.
(Saroha Pinem, 2014)

5. Indikasi
a. Perempuan pda usia reproduksi.
b. Telah memiliki anak ataupun yang belum.
c. Mengkhendaki kontrasepsi yang memiliki efektivitas
tinggi dan mengkhendaki pencegahan
kehamilanjangka panjang,
d. Menyusui dan membutuhkan kontrasepsi.
e. Pascapersalinan dan tidak menyusui.
f. Pascakeguguran.
g. Tidak mengiginkan anak lagi, tetapi menolak
sterilisasi.
h. Riwayat kehamilan ektopik.
i. Tekanan darah 180/110 mmHg, dengan masalah
pembekuan darah atau anemia bulan sabit (skicle
cell).

63
j. Perempuan yang tidak boleh menggunakan
kontrasepsi hormonal yang mengandung esterogen.
k. Perempuan yang sering lupa mengkonsumsi pil. (Ari
Sulistyawati, 2014)

6. Kontraindikasi
a. Hamil dan diduga hamil.
b. Perempuan dengan perdarahan pervaginam yang
belum jelas penyebabnya.
c. Memiliki benjolan/kanker payudara atau riwayat
kanker payudara.
d. Perempuan yang tidak dapat menerima perubahan
pola haid yang terjadi.
e. Memiliki miom uterus dan kanker payudara.
f. Mengalami gangguan toleransi glukosa. ( Ari
Sulistyawati, 2014)

7. Prosedur
a. Tenaga medis melakukan prosedur pencegahan
infeksi yang tepat.
b. Klien diberikan suntikan anestesi di bawah kulit
lengannya untuk mengurangi rasa nyeri saat implan
dimasukkan.
c. Tenaga kesehatan membuta sayatan kecil pada kuliat
bagian dalam lengan.
d. Tenaga kesehatan memasukkan implan tepat di
bawah kulit.
e. Setelah implan dimasukkan, tenaga kesehatan
menutup insisi dengan perban adhesif. Tidak perlu
dijahit. Insisi ditutup dengan kasa dan dibalut.
(KLOP)

B. SUNTIK
KONTRASEPSI HORMONAL
Kontrasepsi hormonal merupakan salah satu metode
kontrasepsi yang paling efektif dan reversibel untuk
mencegah terjadinya konsepsi (Baziad 2008).

64
Kontrasepsi hormonal merupakan kontrasepsi
dimana estrogen dan progesteron memberikan umpan balik
terhadap kelenjar hipofisis melalui hipotalamus sehingga
terjadi hambatan terhadap folikel dan proses
ovulasi(Manuaba, 2010).
i. Mekanisme Kerja Kontrasepsi Hormonal
Hormon estrogen dan progesteron memberikan umpan
balik, terhadap kelenjar hipofisis melalui hipotalamus
sehingga terjadi hambatan terhadap perkembangan folikel
dan proses ovulasi. Melalui hipotalamus dan hipofisis,
estrogen dapat menghambat pengeluaran Folicle
Stimulating Hormone (FSH) sehingga perkembanagan
dan kematangan Folicle De Graaf tidak terjadi.
Disamping itu progesteron dapat menghambat
pengeluaran HormoneLuteinizing (LH). Estrogen
mempercepat peristaltik tuba sehingga hasil konsepsi
mencapai uterus endometrium yang belum siap untuk
menerima implantasi (Manuaba, 2010). Selama siklus
tanpa kehamilan, kadar estrogen dan progesterone
bervariasi dari hari ke hari. Bila salah satu hormon
mencapai puncaknya, suatu mekanisme umpan balik
(feedback) menyebabkan mula-mula hipotalamus
kemudian kelenjar hypophyse mengirimkan isyarat-
isyarat kepada ovarium untuk mengurangi sekresi dari
hormon tersebut dan menambah sekresi dari hormon
lainnya. Bila terjadi kehamilan, maka estrogen dan
progesteron akan tetap dibuat bahkan dalam jumlah lebih
banyak tetapi tanpa adanya puncak-puncak siklus,
sehingga akan mencegah ovulasi selanjutnya. Estrogen
bekerja secara primer untuk membantu pengaturan
hormon realising factors of hipotalamus, membantu
pertumbuhan dan pematangan dari ovum di dalam
ovarium dan merangsang perkembangan endometrium.
Progesteron bekerja secara primer menekan atau depresi
dan melawan isyarat-isyarat dari hipotalamus dan
mencegah pelepasan ovum yang terlalu dini atau
prematur dari ovarium, serta juga merangsang

65
perkembangan dari endometrium (Hartanto, 2002).
Adapun efek samping akibat kelebihan hormon estrogen,
efek samping yang sering terjadi yaitu rasa mual, retensi
cairan, sakit kepala, nyeri pada payudara, dan fluor albus
atau keputihan. Rasa mual kadang-kadang disertai
muntah, diare, dan rasa perut kembung. Retensi cairan
disebabkan oleh kurangnya pengeluaran air dan natrium,
dan dapat meningkatkan berat badan. Sakit kepala
disebabkan oleh retensi cairan. Kepada penderita
pemberian garam perlu dikurangi dan dapat diberikan
diuretik. kadang efek samping demikian mengganggu
akseptor, sehingga hendak menghentikan kontrasepsi
hormonal tersebut. Dalam kondisi tersebut, akseptor
dianjurkan untuk melanjutkan kontrasepsi hormonal
dengan kandungan hormon estrogen yang lebih rendah.
Selain efek samping kelebihan hormon estrogen, hormon
progesteron juga memiliki efek samping jika dalam dosis
yang berlebihan dapat menyebabkan perdarahan tidak
teratur, bertambahnya nafsu makan disertai bertambahnya
berat badan, acne (jerawat), alopsia, kadang-kadang
payudara mengecil, fluor albus (keputihan),
hipomenorea. Fluor albus yang kadang-kadang
ditemukan pada kontrasepsi hormonal dengan
progesteron dalam dosis tinggi, disebabkan oleh
meningkatnya infeksi dengan candida albicans
(Wiknjosastro, 2007). Komponen estrogen menyebabkan
mudah tersinggung, tegang, retensi air, dan garam, berat
badan bertambah, menimbulkan nyeri kepala, perdarahan
banyak saat menstruasi, meningkatkan pengeluaran
leukorhea, dan menimbulkan perlunakan serviks.
Komponen progesteron menyebabkan payudara tegang,
acne (jerawat), kulit dan rambut kering, menstruasi
berkurang, kaki dan tangan sering kram (Manuaba,
2010).
Efektivitas kontrasepsi Suntik.
Menurut Sulistyawati (2013), kedua jenis
kontrasepsi suntik mempunyai efektivitas yang

66
tinggi, dengan 30% kehamilan per 100 perempuan
per tahun, jika penyuntikannya dilakukan secara
teratur sesuai jadwal yang telah ditentukan. DMPA
maupun NET EN sangat efektif sebagai metode
kontrasepsi. Kurang dari 1 per 100 wanita akan
mengalami kehamilan dalam 1 tahun pemakaian
DMPA dan 2 per 100 wanita per tahun pemakain
NET EN (Hartanto, 2002).
a. Jenis kontrasepsi Suntik
Menurut Sulistyawati (2013), terdapat dua jenis
kontrasepsi suntikan yang hanya mengandung
progestin, yaitu :
a). Depo Mendroksi Progesteron (DMPA),
mengandung 150 mg DMPA yang diberikan
setiap tiga bulan dengan cara di suntik
intramuscular (di daerah pantat).
b). Depo Noretisteron Enantat (Depo Noristerat),
mengandung 200 mg Noretindron Enantat,
diberikan setiap dua bulan dengan cara di suntik
intramuscular (di daerah pantat atau bokong).
b. Cara kerja kontrasepsi Suntik menurut Sulistyawati
(2013) yaitu:
a). Mencegah ovulasi
b). Mengentalkan lendir serviks sehingga
menurunkan kemampuan penetrasi sperma
c). Menjadikan selaput lendir rahim tipis dan atrofi
d). Menghambat transportasi gamet oleh tuba
falloppii.
c. Keuntungan kontrasepsi Suntik
Keuntungan pengguna KB suntik yaitu sangat
efektif, pencegah kehamilan jangka panjang, tidak
berpengaruh pada hubungan seksual, tidak
mengandung estrogen sehingga tidak berdampak
serius terhadap penyakit jantung dan gangguan
pembekuan darah, tidak mempengaruhi ASI, efek
samping sangat kecil, klien tidak perlu menyimpan
obat suntik, dapat digunakan oleh perempuan usia

67
lebih 35 tahun sampai perimenopause, membantu
mencegah kanker endometrium dan kehamilan
ektopik, menurunkan kejadian tumor jinak payudara,
dan mencegah beberapa penyebab penyakit radang
panggul (Sulistyawati, 2013).
d. Keterbatasan
Adapun keterbatasan dari kontrasepsi Suntik
menurut Sulistyawati (2013) yaitu:
a). Gangguan haid
b). Leukorhea atau Keputihan
c). Galaktorea
d). Jerawat
f). Rambut Rontok
g). Perubahan Berat Badan
1. Kontrasepsi Implant
a) Profil kontrasepsi Implant menurut Saifuddin (2010)
yaitu:
1. Efektif 5 tahun untuk norplant, 3 tahun untuk Jedena,
Indoplant,
atau Implan.
 Nyaman
 Dapat dipakai oleh semua ibu dalam usia
reproduksi
 Pemasangan dan pencabutan perlu pelatihan
 Kesuburan segera kembali setelah implan dicabut
 Efek samping utama berupa perdarahan tidak
teratur, perdarahan bercak, dan amenorea
 Aman dipakai pada masa laktasi.
b). Jenis kontrasepsi Implant menurut Saifuddin (2010)
yaitu:
 Norplant: terdiri dari 6 batang silastik lembut
berongga dengan panjang 3,4 cm, dengan
diameter 2,4 mm, yang diisi dengan 3,6 mg
levonorgestrel dan lama kerjanya 5 tahun.
 Implanon: terdiri dari satu batang putih lentur
dengan panjang kira-kira 40 mm, dan diameter 2

68
mm, yang diisi dengan 68 mg 3- Keto-desogestrel
dan lama kerjanya 3 tahun.
 Jadena dan indoplant: terdiri dari 2 batang yang
diisi dengan 75 mg. Levonorgestrel dengan lama
kerja 3 tahun.
c). Cara kerja kontrasepsi Implant menurut Saifuddin
(2010) yaitu:
 Lendir serviks menjadi kental
 Mengganggu proses pembentukan endometrium
sehingga sulit terjadi implantasi
 Mengurangi transportasi sperma
 Menekan ovulasi.
d). Keuntungan kontrasepsi Implant menurut Saifuddin
(2010) yaitu:
 Daya guna tinggi
 Perlindungan jangka panjang
 Pengembalian tingkat kesuburan yang cepat
setelah pencabutan
 Tidak memerlukan pemeriksaan dalam
 Tidak mengganggu dari kegiatan senggama
 Tidak mengganggu ASI
 Klien hanya kembali jika ada keluhan
 Dapat dicabut sesuai dengan kebutuhan
 Mengurangi nyeri haid
 Mengurangi jumlah darah haid
 Mengurangi dan memperbaiki anemia
 Melindungi terjadinya kanker endometrium
 Melindungi angka kejadian kelainan jinak
payudara
 Melindungi diri dari beberapa penyebab penyakit
radang panggul
 Menurunkan kejadian endometriosis.
e). Keterbatasan kontrasepsi Implant menurut Saifuddin
(2010) yaitu: Pada kebanyakan pasien dapat
menyebabkan perubahan pola haid berupa

69
perdarahan bercak (spooting), hipermenorea atau
meningkatnya jumlah darah haid, serta amenorhea.

C. ORAL
1. Kontrasepsi Pil
a. Definisi
Pil oral akan menggantikan produksi normal
estrogen dan progesteron oleh ovarium. Pil oral
akan menekan hormon ovarium selama siklus
haid yang normal, sehingga juga menekan
releasingfactors di otak dan akhirnya mencegah
ovulasi. Pemberian Pil Oral bukan hanya untuk
mencegah ovulasi, tetapi juga menimbulkan
gejala-gejala pseudo pregnancy (kehamilan
palsu) seperti mual, muntah, payudara
membesar, dan terasa nyeri (Hartanto, 2002).
b. Efektivitas
Efektivitas pada penggunaan yang sempurna
adalah 99,5- 99,9% dan 97% (Handayani, 2010).
c. Jenis KB Pil menurut Sulistyawati (2013)
yaitu:
 Monofasik: pil yang tersedia dalam kemasan
21 tablet mengamdung hormon aktif
estrogen atau progestin, dalam dosisi yang
sama, dengan 7 tablet tanpa hormon aktif,
jumlah dan porsi hormonnya konstan setiap
hari.
 Bifasik: pil yang tersedia dalam kemasan 21
tablet mengandung hormon aktif estrogen,
progestin, dengan dua dosis berbeda 7 tablet
tanpa hormon aktif, dosis hormon bervariasi.
 Trifasik: pil yang tersedia dalam kemasan 21
tablet mengandung hormon aktif estrogen
atau progestin, dengan tiga dosis yang
berbeda 7 tablet tanpa hormon aktif, dosis
hormon bervariasi setiap hari.

70
d. Cara kerja KB Pil menurut Saifuddin
(2010) yaitu:
 Menekan ovulasi
 Mencegah implantasi
 Mengentalkan lendir serviks
 Pergerakan tuba terganggu sehingga
transportasi ovum akan terganggu.
 Keuntungan KB Pil menurut Handayani
(2010) yaitu:
a) Tidak mengganggu hubungan seksual
b) Siklus haid menjadi teratur (mencegah anemia)
c) Dapat digunakam sebagai metode jangka panjang
d) Dapat digunakan pada masa remaja hingga
menopause
e) Mudah dihentikan setiap saat
f) Kesuburan cepat kembali setelah penggunaan pil
dihentikan
g) Membantu mencegah: kehamilan ektopik, kanker
ovarium, kanker endometrium, kista ovarium, acne,
disminorhea.
e. Keterbatasan KB Pil menurut Sinclair (2010)
yaitu:
 Amenorhea
 Perdarahan haid yang berat
 Perdarahan diantara siklus haid
 Depresi
 Kenaikan berat badan
 Mual dan muntah
 Perubahan libido
 Hipertensi
 Jerawat
 Nyeri tekan payudara
 Pusing
 Sakit kepala
 Kesemutan dan baal bilateral ringan
 Mencetuskan moniliasis

71
 Pelumasan yang tidak mencukupi
 Perubahan lemak
 Disminorea
 Kerusakan toleransi glukosa
 Hipertrofi atau ekropi serviks
 Perubahan visual
 Infeksi pernafasan
 Peningkatan episode sistitis
 Perubahan fibroid uterus.

72
4. METODE KONTRASEPSI NON HORMONAL
AKDR adalah alat kontrasepsi yang disisipkan kedalam
Rahim, yang terbuat dari bahan semacam plastic, adapula
yang dililit dengan tembaga dan bentuknya bermacam-
macam. Bentuk umum yang biasanya banyak dikenal
oleh masyarakat adalah bentuk spiral,dipasang, kesehatan
ibu harus diperiksa dahulu untuk memastikan
kecocokannya.
1. Cara kerja
a. Menghambat kemampuan sperma untuk masuk ke
tuba falopi.
b. Mempengaruhi fertilisasi sebelum ovum mencapai
kavum uteri.
c. AKDR bekerja terutama mencegah sperma dan ovum
bertemu, walaupun AKDR membuat sperma sulit
untuk masuk ke dalam alat reproduksi perempuan dan
mengurangi kemampuan sperma untuk fertilisasi.
d. Memungkinkan untuk mencegah implementasi telur
dalam uterus.
2. Keuntungan
a. Sebagai kontrasepsi, efektifitasn tinggi.
b. AKDR dapat efektif karena tidak perlu mengingat-
ingat.
c. Tidak memperngaruhi hubungan seksual.
d. Tidak ada efeksamping hormonal.
e. Tidak ada efek samping hormonal Cu AKDR (CuT-
380A)
f. Tidak mempengaruhi kualitas dan volume ASI.
g. Dapat digunakan sampai menopause (1 tahun atau
lebih setelah haid terakhir).
h. Tidak ada intraksi dengan obat-obatan.
i. Membantu mencegah kehamilan ektofik.
3. Kerugian
a. Efek samping yang u,u, terjadi:
 Perubahan siklus haid (umumnya pada 3 bulan
pertama dan akan berkurang setelah 3 bulan).
 Haid lebih lama dan banyak.

73
 Perdarahan (spotting) antar menstrusi.
 Saat haid lebih skit.
b. Komplikasi lain:
 Merasakan sakit dan kejang selama 3 sampai 5
hari setelah pemasangan.
 Perdarahan berat pada waktu haid atau di
antaranya yang memungkinkan penyebab
anemia.
 Perforasi dinding uterus (sangant jarang
apabila pemasangannya benar).
c. Tidak mencegah IMS termasuk HIV/AIDS.
d. Tidak baik digunakan pada perempuan dengan IMS
atau perempuan yang sering berganti pasangan.
e. Penyakit Radang Panggul terjadi sesudah perempuan
dengan IMS atau perempuan yang sering berganti
pasangan.
f. Penyakit Radang Panggul terjadi sesudah perempuan
dengan IMS memakai AKDR. PRP dapat memicu
infertalitas.
g. Sedikit nyeri dan perdarahan (spotting) terjadi segera
setelah pemasangan AKDR. Biasanya menghilang
dalam 1-2 hari.
h. Klien tidak dapat melepas AKDR dengan sendirinya.
i. Mungkin AKDR keluar dari uterus tanpa diketahui
(sering terjadi apabila AKDR dipasangan segera
sesudah melahirkan).
j. Tidak mencegah terjadinya kehamilan ektofik karena
fungsi AKDR untuk mencegah kehamilan normal.
k. Perempuan harus memeriksa posisi benang AKDR
dari waktu ke waktu. Untuk melakukan ini
perempuan harus memasukkan jarinya ke dalam
vagina, sebagian perempuan tidak mau melakukan hal
ini.
4. Indikasi.
a. Usia reproduktif.
b. Keadaan nulipara.

74
c. Menginginkan menggunakan kontrasepsi jangka
panjang.
d. Menyusui yang menginginkan menggunakan
kontrasepsi.
e. Setelah melahirkan dan tidak menyusui bayi.
f. Setelah mengalami abortus dan tidak terlihat adanya
infeksi.
g. Resiko rendah dari IMS.
h. Tidak menghendaki metode hormonal.
i. Tidak menyukai untuk mengingat-ingat minum pil
setiap hari.
j. Tidak menghendaki kehamilan setelah 1-5 hari
senggama (lihat Kontrasepsi darurat).
AKDR dapat digunakan pada ibu dalam segala
kemungkinan keadaan misalnya:
a. Perokok.
b. Pasca keguguran atau kegagalan kehamilan apabila
tidak terihat adanya infeksi.
c. Sedang memakai antibiotika atau antikejang.
d. Gemuk ataupun kurus.
e. Sedang menyusui.
Begitu juga ibu dalam keadaan seperti di bawah ini dapat
menggunakan AKDR :
a. Penderita tumor jinak payudara.
b. Penderita kanker payudara.
c. Pusing-pusing sakit kepala.
d. Tekanan darah tinggi.
e. Varises di tunggkai dan vulva.
f. Penderita penyakit jantung (termasuk penyakit
jantungkatup dapat diberi antibiotika sebelum
pemasangan AKDR).
g. Pernah menderita stroke.
h. Penderita diabetes.
i. Penyakit penderita hati atau empedu.
j. Malaria.
k. Skistosomiasis (tanpa anemia)
l. Penyakit tiroid.

75
m. Epilepsi.
n. Nonpelvik TBC.
o. Setelah kehamilan ektofik.
p. Setelah pembedahan pelvik.

5. Kontraindikasi
a. Sedang hamil
b. Perdarahan vagina yang tidak diketahui.
c. Sedang menderita infeksi alat genital.
d. Tiga bulan terakhir sedang mengalami atau sering
menderita PRP atau abortus septik.
e. Kelaian bawaan uterus yang abnormal atau tumor
jinak rahim yang dapat mempengaruhi kavum uteri.
f. Penyakit trofoblas yang ganas.
g. Diketahui menderita TBC pelvik.
h. Kanker alat genital.
i. Ukuran rongga rahim kurang dari 5 cm.
6. Prosedur
a. Kembali memeriksakan diri setelah 4 sampai 6
minggu pemasangan AKDR.
b. Selama bulan pertama menggunakan AKDR,
periksakan benang AKDR secara rutin terutama
setelah haid.
c. Setelah bulan pertama pemasangan, hanya perlu
memeriksa keberadaan benang setelah haid apabila
mengalami:
 Kram /kejang di perut bagian di perut bagian
bawah.
 Perdarahan (spotting) di antara haid atau
setelah senggama.
 Nyeri setelah senggama atau apabila pasangan
mengalami tidak nyaman selama melakukan
hubungan seksual.
d. Copper T-380A perlu dilepas setelah 10 tahun
pemasangan, tetapi dapat dilakukan lebih awal
apabila diinginkan.
e. Kembali ke klinik apabila:

76
 Tidak dapat meraba benang benang AKDR.
 Merasakan bagian yang keras dari AKDR.
 AKDR terlepas.
 Siklus tergangguan /melesat.
 Terjadi pengeluaran cairan dari vagina yang
mencurigakan.
 Adanya infeksi. (Prawiroharjo,2014)

Gambar Copper T

77
5. METODE KONTRASEPSI DENGAN OPERASI

A. TUBEKTOMI (METODE OPRASI WANITA-


MOW)
Tubektomi pada wanita adalah setiap wanita setiap
tindakan yang dilakukan pada kedua saluran telur wanita
yang mengakibatkan orang yang bersangkutan tidak akan
mendapat keturunan lagi.kontrasepsi ini hanya digunakan
untuk jangka panjang ,walupun kadang-kadang ,masih
dapat dikembalikan seperti semula . Tindakan tersebut
awalnya disebut seterilisasi dilakukan terutama atas
indikasi misalnya kelainan jiwa kemungkinan kehamilana
yang dapat membahanyakn jiwa ibu serta penyakit
keturunan. Meledaknya jumlah penduduk dunia telah
mengubah konsep ini sehingga tindakan tersebut kini
dilakuakn untuk membatasi jumlah anak. Seterilisasi
wanita pada abab-19 dilakuakn dengan cara mengangkat
uterus atau kedua ovarium. Pada tahun 1950 dilakukan
dengan memasukan AgNo3 melalui kinalis serviks ke
dalam tuba. Pada akhir abab ke 19 dilakukan denagn
pengikatan tuba, namun angka kegagalan ternyata tinggi
sekali. Untuk mengurangi kegagalan ini kemudian
dilakuakn pemotongan dan pengikatan tuba. Oparsi
dilaukan dengan anestasi umum dan insisi lebar yang
memerlukan perawatan di rumah sakit. Oprasi dilakukan
berekembang sedemikian rupa sehingga oprasi dapat
dikeerjkana tanpa anastesi umum, dengan insisi kecil dan
tidak perlu dirawat.

CARA TUBEKTOMI
Tubektomi dapat dibagi atas beberapa bagian lain antara
lain: saat oprasi ,cara mencapai tuba, dan cara penutupan
tuba.
SAAT OPRASI
Tubektomi dapat dilakukan pascakeguguran,
pascapersalinan, dan masa interval Sesudah keguguran
tubektomi dapat langsung dilakukan.

78
Tubektomi pascapersalinan sebaiknya dilakukan dalam
24 jam atau selambatnya 48 jam setelah persalinan.
Tubektomi yang dilakukan lewat dari 48 pascapersaiinan
akan dipersulit oleh adanya edema tuba, infeksi, dan
kegagagalan . Edema tuba akan berkurang setelah hari
ke7 sampai 10 pascapersalinan, tubektomi yang
dilakukan setelah hari itu akan lebih sulit dilakukan
karena alat genitalia telah menyusut dan mudah berdarah.
Cara mencapai tuba
cara~cara yang dilakukan di Indonesia saat ini ialah
dengan laparatomi, laparatomi mini ,laparoskopi.
1. Laparatomi. Cara mencapai tuba melalui laparotomi
biasa, terutama pada masa pascapersalinan
merupakan cara yang banyak dilakukan di Indonesia
sebelum tahun 70an Tubektomi juga dilakukan
bersamaan dengan bedah sesar, di mana kehami1an
selanjutnya tidak diinginkan lagi. Sebaiknya setiap
laparatomi harus dijadikan“ kesempatan untuk
menawarkan tubektomi.
2. Laparatomi mini.
Laparatomi khusus untuk tubektomi ini paling mudah
dilakukan 1-2 hari pascapersalinan. Uterus yang masih besar,
tuba yang masih panjang, dan dinding perut yang masih
longgar memudahkan mencapai tuba dengan sayatan kecil
sepanjang 1-2 cm di bawah pusat. Klien diletakkan terbaring,
lipatan kulitdi bawah pusat yang berbentuk bulan sabit
ditegangkan antara dua doek klen hingga menjadi lurus.
Lokasi lipatan kulit tersebut disayat sepanjang 1-2 cm
Sampai hampir menembus rongga peritoneum, tempat yang
hampir menembt rongga peritoneum itu ditembus sekaligus
dengan sebuah cunam (pinset) Pea kemudian lubangnya
dilebarkan dengan cunam tersebut. Lubangnya harus cukup
besar untuk dimasuki sebuah jari telunjuk dan sebuah cunam
tampon. Apabila tubektomi dilakukan 3-5 hari
pascapersalinan, maka dapat dilakuk insisi mediana karena
uterus dan tuba telah berinvoluasi. Insisi mediana setin„ dua
jari di bawah fundus uteri (sepanjang 1-2 cm) memerlukan

79
pisau berujung tajam, bahkan yang bermata dua. Lemak
dipotong dengan gunting MJ sampai mencapai rektus
abdominis. Sampai otot tadi dijepit dengan dua cunam
kocher sampai tampak melalui lubang sayatan, kemudian
diguntingi disayat dengan pisau. Otot disisihkan dengan
ujung jari telunjuk sampai tel peritoneum yang berlandaskan
korpus uteri. Peritoneum dijepit dengan kocher, kemudian
dipotong dengan pisau atau gunting. Agar peritoneum
menghilang atau robek lebih panjang pada waktu eksplorasi,
pinggir periton diikatkan pada pingggir kulit. Pada kedua
keadaan di atas tuba ditampilkan dengan jalan mendorong ui
dan tubanya dengan jari lewat sayatan. Apabila dorongan
dilepaskan, diharap tuba akan kembali ke tempatnya semula
lewat lubang itu. Pada saat tuba tampak melewati lubang,
segera dijepit dengan sebuah cunam Babcock. 'Ihba dapat
pula dilihat melalui cara mendorong uterus dan tubanya
dengan pangkal cunam, kemudian mempertahankannya di
bawah lubang. Biasanya, sebagian tuba atau ovarium akan
tampak, lalu jepit dengan sebuah cunam Babcock Tubektomi
yang dapat dilakukan ialah menurut cara Pomeroy atau
Kroener.
Gambar 5.1 Mengubah posisi uterus dari retrofleksi menjadi
antefleksi (l) Elevator dimasukkan kc dalam uterus dengan
ujungnya menghadap ke belakang, (2) Gagang elevator
diputar 180° melingkari suatu kerucut, (3) gagang elevator
ditekan ke bawah, sehingga sekarang posisi uterus menjadi
antefleksi.

80
Insisi suprapubik dilakukan pada mass interval atau
pascakeguguran. Sebelum operasi dilakukan perlu dilakukan
pcmcriksaan ginékologi terlebih dahulu serta pcmasangan
elevator uterus. Apabila uterus berada dalam posisi retrofleksi,
maka kcdudukannya diubah mcnjadi antcncksi dcngan cam
sebagai berikut. Mula-mula elevator uterus dimasukkan kedalam
uterus dengan ujungnya menghadap ke belakang. Gagang
elevator uterus diputar 180° melingkari suatu kerucut. Dengan
manipulasi ini. uterus diubah dari posisi retrofleksi menjadi
posisi pertengahan. Jika ganggang elevator ditekan kebawah
maka posisi uterus menjadi antefleksi dan uterus terangkat
mendekati perintonium pariental di daerah suprapubik lnsisi
ddakukan melintang sepanjang km km 2.5 cm.,2 jari di atas
simfisis. Subkutis dipisahkan scan tumpul secara tumpul denagn
gunting. Fasia dijepit cunam uteri. kemudian disayat melintang.
Insisi diperlebar kewkanan dan kekiri ,sehingga menajdi 2,5 cm
dengan klem uteri. Uterus dinaiakn dengan pertolongan elevator
uterus sehingga periytonium tampak sedikit disayat melintang
kira-kira 2 cm sehingga rongga peritonium terbuka. Dengan
memutar elevator uterus maka koruna tuba sebelah kanan dan
kiri mudah ditampilkan pada Insisi dinding perut, lalu tuba
dijepit dengan cunam Babcock. Sclanjutnya. tubcktomi
dilakukan menurut ( Pomemy atau Krocner.)
Penutupan peritoneum pada sterilisasi laparotomi mini cukup
dengan jahitan kantong tembakau, fasia dengan 1-2 jahitan
silang, dan kulit dengan 1-2 sutra dengan benang larut (calgut)

81
secara subkutis.
Apabila dilakukan 1-2 hari pascapersalinan, perawatan tidak
lebih lama dari pada persalinan biasa. Pada masa interval atau
pascakeguguran, perawatan cukup dilakukan selama enam jam
pascabedah. Anestesi dapat dilakukan dengan
neuroleptanalgesia, spinal, atau lokal.
3. Kolpotomi posterior.
Di Indonesia cara ini kurang populer bila dibandingkan
dengan cara abdominal prosedurnya adalah pasien
diposisikan dalam sikap litotomi. Dinding belakang vagina
dijepit pada jarak 1 dan 3 cm dari serviks dengan dua cunam.
Lipat dinding vagina di antara kedua jepitan itu digunting
sekaligus sampai menembu, peritoneum.
Lubang sayatan diperlebar dengan dorongaan spekulum
Soonawalla. Tuba dapq langsung terlihat atau dipancing dan
ditarik keluar. Tubektomi dilakukan dengan cara Pomeroy
atau Kroener. Mukosa vagina dan peritoneum dijahit secara
jelujm, bersama atau dijahit sendiri-sendiri. Lama perawatan
2-3 hari, sedang anestm yang dipakai yaitu anestesi umum
atau spinal. Komplikasi berupa infeksi agaknya lebih tinggi
dari pada laparotomi mini yang dapat diatasi dengan
pemberial antibiotik. Angka kegagalan bervariasi antara l-
l,9%.

Gambar tehnik tubektomi laparotomi mini

82
4. Laparoskopi

Pasien diposisikan dalam sikap litotomi. Kanula Rubin


dipasang pada kanalis servikalis dan bibir depan serviks
dijepit dengan tenakulum bersama sama. pemasangan alat-
alat ini dimaksudkan untuk mengemudikan uterus selagi
operasi dilakukan. Kulit kiri kanan pusat dijepit dengan dua
cunam Allis clan dengan pisau runcing ditusuk di tengah dan
diperlebar sampai 1,5 cm. Melalui sayatan ini, jarum Verrcs
ditusukkan sampai masuk ke dalam rongga peritoneum.
Setelah diyakini ujung jarum berada dalam rongga
peritoneum, gas cozdimasukkan melalui jamm tersebut kira-
kira 1-1,5 liter dengan kecepatan 1 liter/menit. Trokar dan
selubungnya dimasukkan melalui luka sayatan tadi setelah
terjadi pneumoperitoneum yang ditandai dengan hilangnya
peka hati dan menggelembungnya perut secara simetris.
Laparoskop dimasukkan kc dalam selubung, kemudian alat
panggul diperiksa. T uba dicari dengan bantuan manipulasi
uterus dari kanula Rubin, lalu sterilisasi dilakukan dengan
menggunakan Cincin Folope yang dipasang pada pars
ampularis tuba. Setelah yakin tidak ada perdarahan,
pnemoperitoneum dikeluarkan dengan menekan dinding
perut. Luka ditutup dengan dua jahitan subkutikuler, lalu
dipasang band aid. Pasien dapat dipulangkan setelah 6-8 jam
apabila dipakai neuroleptanalgesia. Komplikasi yang
mungkin dijumpai pada tubektomi laparoskopi ialah
perdarahan mesosalping atau perlukaan. Perlukaan pada
pembuluh darah abdominal dapat pula terjadi. Komplikasi
lain berupa emiisema subkutan dan perforasi uterus oleh
kanula Rubin. Kegagalan sten'lisasi bervariasi antara 0-796
yang dapat disebabkan oleh reaksi tuba yang tidak sempuma
atau identiflkasi rotundum yang dikira tuba.
Gambar 5.3 Teknik pandangan laparoskopi.

83
Cara Penutupan Tuba
Cara tubektomi yang dapat dilakukan ialah cara Pomeroy,
Kroener, Irving, pemasangan Cincin Falope, klip Filshie, dan
elektro koagulasi disertai pemutusan tuba.
a) Cara Pomeroy. Tuba dijepit kira~kira pada
pertengahannya, kemudian diangkat sampai melipat.
Dasar lipatan diikat dengan sehelai catgut biasa no. 0 atau
no. 1, kemudian dipotong di atas ikatan catgut tadi.
Tujuan pemakajan catgut biasa ini ialah agar segera
diabsorpsi sehingga kedua ujung tuba yang dipotong bisa
segera terpisah. Dengan demikian, tidak memungkinkan
terjadinya rekanalisasi kembali.
b) Cara kroner
Fimbria dijepit denagn sebuah klem. Bagian tuba
proksimal dari jepitan diikat denagn sehelai benang sutra
atau dengan catgut yang mudah diabsorpsi. Bagian tuba
dista dari jepitan dipotong (fimbriektomi)

84
Gambar beberapa penutupan tuba

Gambar pemasangan cincin falope denagn menggunakan


laprokator

85
c) Cara invarling
Tuba dipotong pada bagian pertengahan panjanganya
setelah kedua ujung dipotong diikat dengan catgut kromik
no 0 atau 00. Ujungnya dipotong proksimal ditanamkan
didalam miometrium dinding didepan uterus. Ujung
dipotong distal ditamkan didalam ligamentum latum.
Dengan cara ini rekanalisasi spontan tidak mungkin
terjadi. Cara tubektomi ini hanya dapat dilakukan pada
laporatomi besar seperti bedag sesar.
d) Pemasangan cincin Falope.
Cincin Falope (Yoon Ring) terbuat dad stlikon. dewau mi
banyak dugunakan dengan aplikator bagian ismus tuba
ditarik dan cincin dipasang pada baglan tuba tersebut.
Sesudah terpasang lipatan tuba tampak keputih-pulihan
oleh karna tidak mendapat suplai darah lagi dan akan
menjadi fibrotik. Cincin Falopc dapat dipasang pada
laparotomi mini, laparoskopi, atau dengan laprokator.
e) Pemasangan klip.
Berbagai jenis klip telah dikembangkan untuk
memperoleh kerusakan minimal agar dapat dilakukan
rekanalisasi bila diperlukan kelak. Klip Filsh'me
mempunyai keuntungan dapat digunakan pada tuba yang
edema. Klip Huka-Clemens digunakan dengan cara
menjepit tuba. Oleh karena tidak memperpendek panjang
tuba maka rekanalisasi lebih mungk'm dikerjakan
Gambar klip hulka Clemens

Gambar klip hulka dan cincin falope telah terpasang pada


tuba

86
f) Elektro koagulasi dan pemutusan tuba.
Cara ini dahulu banyak dikerjakan pada tubektomi
laporoskopi denagn memasukkan graspingforceps
melalui laparoskop tuba dijepit kurang lebih 2 cm dari
koruna kemudian diangkat menjauhi uterus dan alat-alat
panggul lainnya.
Setelah itu dilakukan kauterisasi. Tuba terbakar kurang
lebih 1 cm ke proksimal dan distal serta mesosalping
terbakar sejauh 2 cm. Pada waktu kateterisasi tuba
tampak menjadi putih, menggembung, lalu putus. Cara
ini sekarang banyak ditinggalkan. indikasi Tubektomi
seminar Kuldoskopi Indonesia Pertama (1972) telah
mengambil kesimpulan tentan ndikasi tubektomi sebagai
berikut.
1) Umur termuda 25 tahun dengan 4 anak hidup.
2) Umur 30 tahun dengan tiga anak hidup.
3) Umur 35 tahun dengan dua anak hidup.
Indikasi ini dikenal dengan keputusan 100 (umur ibu
x banyaknya anak = 100). Konferensi khusus
perkumpulan untuk sterilisasi sukarela indonesia
(1976) di Medall menganjurkan agar tubektomi
dilakukan pada umur antara 25-40 tahun dengan
jumlah anak ; (1) umur istri antara 25-30 tahun
dengan tiga anak atau lebih, (2) umur istri antara 30-
35 tahun dengan dua anak atau lebih, dan (3) umur

87
istri antara 35-40 tahun dengan satu anak atau lebih.
Umur suami sekurang-kurangnya 30 tahun, kecuali
apabila jumlah anaknya telah melebihi jumlah yang
diinginkan oleh pasangan tersebut.
Berbeda dengan cara kontrasepsi lain, tubektomi dan
vasektomi memerlukau1 konseling serta syarat-syarat
yang harus dipenuhi sebelum tindakan tersebut
dilakukan_ Konseling diusahakan dilakukan oleh
tenaga yang terlatih, misalnya paramedis yang telah
mendapat latihan sebagai konselor kontrasepsi
mantap. Tujuan konseling adalah agar keputusan
untuk menjalani tubektomi atau vasektomi diambil
oleh pasangan i sendiri setelah mendapat penjelasan
yang tepat dan benar tentang cara kontrasepsi ini
Konseling dilakukan sebelum, selama, dan sesudah
tindakan.
Perkumpulan Kontrasepsi Mantap Indonesia (PKMI)
menganjurkan tiga syar untuk menjadi akseptor
kontrasepsi mantap, yaitu syarat sukarela, bahagia,
dan seha Syarat sukarela meliputi pengetahuan
pasangan tentang cara-cara kontrasepsi lain, risi dan
keuntungan kontrasepsi mantap, serta pengetahuan
tentang sifat permanennya ca kontrasepsi ini. Bahagia
dilihat dari ikatan perkawinan yang sah dan harmonis,
um istri sekurang-kurangnya 25 tahun dengan
sekurang-kurangnya dua orang anak hid dan anak
terkecil berumur lebih dari dua tahun.
Kemungkinanan rekanalisasi hendakn selalu ada pada
pikiran dokter operator, tetapi bukan pada pikiran
calon akseptor.

B. VASEKTOMI (METODE OPERAS' PADA PRIA


MOP)
Pelaksanaan Pelayanan
Tempat Pelayanan Vasektomi
Vasektomi dapat dilakukaan di fasilitas kesehawatan
umum yang mempunyai ruangan tindakan untuk

88
bedah minor. Ruang yang dipilih sebagai
tindakannya Yang sibuk atau banyak orang. Ruangan
tersebut sebaiknya seperti berikut
1) Mendapat penerangan yang cukup.
2) Lantai semen/keramik yang mudah dibersihkan dan
bebas debu
3) Sedapat mungkin dilengkapi dengan alat pengatur suhu
ruang, Ventilasi ruangan hams sebaik mungkin dan
apabila menggunakan jendela,tirai,harus terpasang baik
dan kuat.
Untuk mencuci tangan sebaiknya disediakan air bersih yang
mengalir dan jumlahnya cukup tangki air harus bersih, dekat
dengan tempat mencucl tangan, dan tcrtutup baik sedangkan
tempat pembuangan limbah harus rapat dan bebas dari
kebocoran.
Persiapan Klien
Walaupun kulit tidak dapat disterilisasi, tindakan
pembersihan dengan menggunakan antiseptik sudah
sangat mengurangi mikroorganisme yang ada pada
pcrmukaan kulit (skrotum dan inguinal) terutama
mikroorganisme yang dapat menyebabkan komplikasi
berat (tetanus.
1. Klien sebaiknya mandi serta menggunakan pakaian
yang bersih dan longgar sebelum mengunjungi klinik
Apabila klien tidak cukup waktu untuk mandi, klien
dianjurkan untuk membersihkan daerah skrotum dan
inguinal/lipat paha sebelum masuk ke ruang tindakan.
2. . Klien dianjurkan untuk membawa celana khusus
untuk menyangga skrotum
3. Rambut pubis cukup digunting pendek apabila
menutupi daerah operasi. Waktu yang paling baik
untuk menggunting adalah sesaat sebelum tindakan
dilakukan agar risiko infeksi dapat ditekan serendah
mungkin.
4. Cuci atau bersihkan daerah operasi dengan sabun dan
air, kemudian ulangi sekali lagi dengan larutan

89
antiseptik atau langsung diberi antiseptik (povidon
iodin).
jika menggunakan larutan povidon lodin seperti
Betadin, tunggu 1 atau 2 menit hingga yodium bebas
yang terlepas dapat membunuh mikroorganisme.
Kelengkapan untuk Klien dan Petugas
Vasektomi merupakan tindakan bedah minor dan
kadang memerlukan insisi yang kecil/ tanpa insisi
sehingga hanya meliputi daerah superflsial.
Kelengkapannya antara lain.
1) Klien dapat menggunakan pakaian sendiri
asal terjamin kebersihannya
2) operator dan petugas tidak harus
menggunakan topi bedah, masker, atau baju
operasi.
Pencegahan Infeksi
Sebelum tindakan.
a) Cuci tangan, kemudian gosok skrotum, penis,
dan daerah pubis dengan sabun lalu bilas
dengan air yang bersih. Setelah itu, Oleskan
cairan antiseptik pada daerah operasi.
b) Operator mencuci tangan dengan larutan
antiseptik dan membilasnya dengan air bersih.
Selama tindakan
a) Gunakan istrumen yang telah diseterlisasi atau
didesinfektan tingkat tinggi,termasuk sarung
tangan dan kain penutup.
b) Lakukan dengan tingkat keterampilan yang
tinggi sehingga akan sangat mengurangi
risiko perdahan dan infeksi.
Sesudah tindakan.
a) Sementara masih menggunakan sarung tangan,
operator membuang bahan yang terkontaminasi (kapas.
kasa, atau bahan lainnya) ke dalam wadah atau kantong
plastik yang tertutup rapat.
b) Lakukan tindakan dekontaminasi dengan larutan klorin
0,5% pada instrumen atau alat yang masih akan

90
digunakan lagi, baik sementara dalam ruangan tindakan
maupun sebelum dilakukan pencucian.
c) Lakukan dekontaminasi pada meja operasi, meja
instrumen, lampu, dan benda-benda perlengknpan lain
yang mungkin terkontaminasi selama tindakan
berlangsung.
d) Cuci tangan setelah melepas sarung tangan.

Medikasi Prabedah dan Anestesi


Pada umumnya tidak dipedukan medikasi prabedah, tetapi
apabila klien tampak sangat gelisah, segera tentukanpenyebab
kegelisahan tersebut. Pada umumnya dengan konseling yang
baik hal tersebut dapat diatasi, tetapi bila tidak diketahuj secara
pastj penyebab kegelisahannya, klien dapat diberi diazepam 5-10
mg per oral, 30-45 menit sebelum operasi.
Tujuan anastesi adalah sebagai berikut.
1. Menghilangkan nyeri tidak nyaman.
2. Mengurangi stres dan masalah.
3. Vasektomi harus menanestesi lokal karena alasan
berikut.
a. Cara pemberian anestesi yang tepat sudah cukup
menghambat rasa nyeri pada skrotum dan bungkus
deferens.
b. Dengan tindakan yang alus (tidak banyak
memanipulasi jaringan), operator dapat tetap
bekerjaw alaupun pasien dalam keadaan sadar atau
sedikit dipengaruhi obat penghilang, dan kadang-
kadang dengan sedikit berdialog pasien akan merasa
tenang .
c. Anestesi umum lebih mangandung risiko,
Penggunaannya pada vasehomi terbatas pada kasus
yangkhusus saja. misalnya klien dengan kelainan
anatomik atau terdapat masalah medis yang serius.

91
Teknik Vasektomi Standar
1. Celana dibuka dan baringkm pasien dalam posisi
telentang.
2. Daerah kulit skrotum, penis , suprapubis dan bagian
pangkal paha kiri dan kanan dibersihkan dengan
cairan yang tidak merangsang seperti larutan
Betadin„ 0,75% larutan klorheksidin (hibiscrup) 4%.
atau asam pikrat 2%.
Bulu perlu dicukur terlebih dahulu dan sebaiknya
dilakukan oleh pasien sendiri sebelum berangkat
keklinik.

Gambar lokasi vasektomi irisan tunggal dilinea mediaana

3. Tutuplah daerah yang telah dibersihkan


tersebut dengan ain steril berlubang pada
tempat skrotum ditonjolkna keluar.
Gambar tempat iriisan

4. Tepat dilenea media diatas vas


deferes,kulit skrotum diberi anastesi lokal
(prolatin/lidokain/vovokain 1-2%) 0,5
ml,lalu jarum diteruskan masuk dan
didaerah distal prosimal vas diferens
dideponir lagi msing-masing 0,5 ml

92
Gambar pemberian anastesi

5. Kulit skrotum diliris longitunal 1-2 cm


tepat diatas vas diferens yang telah
ditonjolkan kepermukaan kulit
Gambar irisan pada kulit skrotum

93
6. Setelah kulit dibuka, vas deferens
dipegang dengan klem kemudian
dibersihkan dan dipisahkan sampai
tampak vas deferens yang mengkilat
seperti mutiara Perdarahan ditangani
dengan cermat. Obat anestesi sebaiknya
diberikan kembali ke dalam fasia vas
deferens dan baru kemudian fasia disayat
longitudina sepanjang 0,5 cm. usahakan
tepi sayatan rata (dapat dicapai jika pisau
cukup tajam) Hingga memudahkan
penjahitan kembali. Setelah tampak seperti
mutiara. Sehingga Vas deferens dan
fasianya dipisahkan dengan gunting halus
berujung runcing .
7. jepitlah vas deferens dengan Idem pada
dua tempat dangan jarak 1-2 cm dan ikat '
dengan benang kedua ujungnya tapi
jangan dipotong dulu. Tariklah benang
yang mengikat kedua ujung vas deferens
tersebut untuk melihat jika ada perdarahan
yang tersembunyi. jepit hanya pada titik
perdarahan, jangan terlalu banyak, karena
dapat menjempit pembuluh darah Iain
seperti arteri testikularis atau
deferensiasilis yang berakibat kematian
testis itu sendiri.
8. Potonglah di antara ke dua ikatan tersebut
sepanjang 1 cm. Gunakan benang sutra
No.00,0, atau l untuk mengikat vas
deferens tersebut. Ikatan tidak boleh
terlalu longgar tetapi juga jangan terlalu
keras karena dapat memotong vas
deferens.

94
Gambar 5.14 Memotong vas deferens.

9. Untuk mecegah rekanalisasi spontan,


interposisi fasia vas deferens dianjurkan.
Interposisi fasia vas deferens adalah
menjahit kembali fasia yang terluka
sedemikian rupa, vas deferens bagian
distal sebelah uretral dibenamkan dalam
fasia dan vas deferens bagian prolsimal
(sebelah testis) terletak di luar fasia. Cara
ini akan mencegah timbulnya
kemungkinan rekanalisasi.
Perlu diketahui bahwa di samping itu ada
beberapa macam teknik lain.
1. Insisi kulit dapat dilakukan segital atau transversal. Ini
tidak ada Pengaru secara kosmetis dan teknis, asal
fikasinya baik
2. Ada yang mengadakan fikasasi vas deferens dengan
menusukkan jarum dibawah vas deferens dengan
menembus kulit.

95
Gambar 5.18 Fiksasi vas deferens dengan jarum lurus
setelah irisan

Cara mengikat vas deferens ada beberapa macam.


a. Kedua ujung diikat tumpang tindih.
b. Kedua njung dibelokkan dan diikat
c. Hanya satu ujung yang dibelokkan.
d. Hanya salah satu ujung saja yang dilkat sehingga
dari vas deferens yang
proksimal sperma keluar bebas.
e. Gambar 5.19 Cara mengikat vas deferens.

Semua macam teknik yang dikemukakan adalah untuk mencegah


rekanalisasi spontan dan agar jika diperlukan penyambungan

96
kembali, secara teknik lebih mudah.
Beberapa Metode Menutup Vas Deferens
Ada beberapa macam metode untuk menutup vas deferens yang
pada waktu ini masih dinilai kemantapannya, antara lain sebagai
berikut.
1. Menjepit vas deferens dengan klip (jepitan) dari
tantalum.
2. Mengadakan kateterisasi/fulfurasi kedua ujun
Menyuntik vas deferens dengan sclerotizing agent (zat
yang menyebabkan sklerosis) sehingga menjadi buntu,
misalnya dengan formalin, fenol, dan lain-lain.
Dilakukan biasa tanpa operasi.
3. Menutup vas deferens dengan tutup semacam jarum.
4. Hanya mengikat vas deferens.
5. Kombinasi antara dua metode, misalnya mengikat dan
kateterisasi.
Teknik Vasektomi Tanpa Pisau
1. Celana dibuka dan baringkan klien dalam posisi
telentang. .
2. Rambut di daerah skrotum dicukur sampai bersih.
3. . Penis diplester ke dinding perut.
4. Daerah kulit skrotum, penis, suprapubis, dan bagian
dalam pangkal paha kiri kanan dibersihkan dengan cairan
yang tidak merangsang seperti larutan Betadine 0,75%
atau larutan klorheksidin (hibiscrup) 4%.
5. Tutuplah daerah yang telah dibersihkan tersebut dengan
kain steril berlubang.
6. Tepat di linea mediana di atas vas deferens, kulit
skrotum diberi anestesi lokal
(prokain/lidokain/novokain/xilokain 1-2 96) 0,5 ml, lalu
jarum diteruskan masuk sejajar vas deferens ke arah
distal, kemudian dideponir lagi masing-masing 3-4 ml,
prosedur ini dilakukan sebelah kanan dan kiri.
Bekuan darah di dalam skrotum yang tidak dlkeluarkan akan
mengundang kuman-kuman dan menlmbulkan Infeksl.

97
1. hematoma. biasanya terjadi bila daerah skrotum diberi
beban yang berleblhan misalnya naik sepeda. ,uduk
terlalu lama dalam kendaraan dengan jalanan yang rusak
dan sebagainya.
2. infeksi. ‟nfeksi pada kulit skrotum cukup diobati dengan
prinsip pengobatan luka kullt, luka basah ditangani
dengan kompres zat yang tidak merangsang. Luka kering
)itangani dengan salep antibiotik. Apabila terjadi infiltrat
di dalam kulit skroturn ada tempat vasektomi, sebaiknya
segera segera rujuk ke rumah sakit. Klien ,kan
diistirahatkan dengan berbaring, kompres es, pemberian
antibiotik, dan pengamatan.
perawatan dan Pemeriksaan Pascabedah Vasektomi
setiap pascatindakan pembedahan, walaupun kecil
memerlukan perawatan dan pemeriksaan lanjutan. Pada
pascatindakan bedah vasektomi dianjurkan dilakukan hal
sebagai berikut.
1) Klien dipersilakan berbaring selama 15 menit.
2) Amati rasa nyeri dan perdarahan pada luka.
3) Klien dapat dipulangkan bila keadaan klien dan
luka operasi baik.
Sebelum pulang berikan nasihat sebagai berikut.
a) Perawatan luka. Luka diusahakan tetap kering dan
jangan sampai basah sebelum sembuh, karena
dapat mengakibatkan infeksi. Pakailah celana
dalam yang bersih,
b) segera kembali ke rumah sakit apabila terjadi
perdarahan, badan panas„ nyeri yang hebat,
pusing. muntah, atau sesak napas.
1. Memakan obat yang diberikan yaitu antibiotik
profilaktik dan analgestin
seperlunya.
2. jangan bekerja berat atau naik sepeda.
Setelah dilakukan vasektomi, tetap diperbolehkan
bahkan dianjurkan untuk melakukan hubungan
seksual dengan istri. Namun harus diingat bahwa
di dalma Saluran mani (pipa-pipa) vas deferens

98
masih terdapat sisa-sisa sperma sehingga suami
dan istri perlu menggunakan alat pencegah
kehamilan Selama masih ada sisa sperma. Untuk
itu kepada suami diberikan 12 (dua belas) kondom
guna menghindah kehamilan, petugas akan
memberi contoh cara pemakaiannya. Setelah air
mani kel 12 kali atau setelah jangka waktu tiga
bulan, maka suami diminta memeriksakan
maninya dengan maksud meyakinkan bahwa air
mani tersebut tidak mengandandung Spermatozoa
lagi. Untuk keperluan ini, suami diminta
menyimpan air mani di dalam botol bersih atau air
mani yang ada di dalam kondom dan
memeriksakannya di laboratorium. Apabila Sudah
ada pernyataan dari laboratorium bahwa air mani
suami tidak mengandung bibit lagi, barulah ia
boleh melakukan hubungan seksual tanpa alat
pencegah kehamilalan .Lebih baik jika ia
memeriksa ulang air mani untuk memastikan.

Kunjungan Ulang Kunjungan


kunjang dilakukan dengan jadwal sebagai berikut.
1. Seminggu sampai dua minggu setelah pembedahan.
Lakukan anamnesis dan pemeriksaan sebagai berikut.
a. Anamnesis meliputi keadaan kesehatan umum,
adanya demam, rasa nyeri dan perdarahan dari
bekas operasi atau alat kelamin.
b. Pemeriksaan fisik dengan melakukan pemeriksaan
luka dan perawata sebagaimana mestinya.
2. Sebulan setelah operasi.
Lakukan anamnesis dan pemeriksaan sebagai berikut.
a. Anamnesis meliputi keadaan kesehatan umum dan
mengenai hubung seksual.
b. Pemeriksaan tisik dengan melakukan pemeriksaan
fnsik umum dan alat genitalia.

99
3. Tiga bulan dan setahun setelah operasi.
Lakukan anamnesis dan pemeriksaan sebagai berikut
a. Anamnesis meliputi keadaan kesehatan umum,
hubungan seksual, terhadap kontrasepsi mantap, dan
keadaan kejiwaan klien.
Pemeriksaan fisik dengan melakukan pemeriksaan
kesehatan umum.
b. Lakukan analisis sperma setelah tiga bulan
pascavasektomi atau 10-12 bulan Lakukan tindakan di
atas (langkah 6-9) untuk vas deferens kanan dan kiri,
setela selesai tutuplah kulit dengan 1-2 jahitan plain
catgut No.000. Rawat luka opera dengan baik, tutup
dengan kasa steril dan diplester,

100
BAB V
KONSELING

A. PENGERTIAN KONSELING
Pengertian Konseling Konseling KB adalah percakapan
yang bertujuan untuk membantu calon peserta KB agar
memahami norma keluarga kecil bahagia sejahtera
(NKKBS). Dengan memahami NKKBS, diharapkan
mereka memiliki keinginan untuk memiliki keluarga kecil
bahagia sejahtera (KKBS), dan untuk bisa memiliki
KKBS mereka akan merasa perlu memakai alat KB. Agar
dapat menolong para calon peserta KB untuk bisa
memilih alat KB yang cocok, perlu diberikan koseling
KB; pemilihan dan pemakaian alat KB yang didahului
dengan konseling KB akan membuat peserta KB merasa
aman dan nyaman.

Konseling merupakan aspek yang sangat penting dalam


pelayanan Keluarga Berencana Dan kesehatan
reproduksi. Dengan melakukan konseling berarti petugas
membantu klien dalam memilih dan memutuskan jenis
kontrasepsi yang akan digunakan sesuai dengan
pilihannya, selain itu juga dapat membuat klien merasa
lebih puas. Konseling Yang baik akan membantu klien
dalam menggunakan kontrasepsi lebih lama dan
meningkatkan keberhasilan KB. Konseling akan
memengaruhi interaksi antara petugas dan klien yaitu
dapat meningkatkan hubungan dan kepercayaan yang
sudah terbangun.
( Sulistyawati, 2014 ; h, 33-34)

101
B. TUJUAN KONSELING
Tujuan umum dilaksanakannya konseling adalah agar
tercapai peningkatan kualitas pelayanan kontrasepsi. Dari
penelitian-penelitian yang pernah diadakan, seorang yang
memilih sendiri cara kontrasepsi yang akan digunakannya
akan menggunakannya untuk jangka waktu yang lebih
lama. Oleh karena itu, perlu dilakukan konseling pada
pelayanan Keluarga Berencana, walaupun keputusan
untuk menentukan pilihan berada pada individu itu
sendiri. Konselor memberikan informasi yang jelas, tepat,
dan benar sesuai dengan kebutuhan klien setelah
mendengar apa yang diungkapkan oleh klien. Konselor
harus tahu bahwa sebelum menentukan pilihan, klien
harus memahami manfaat maupun kekurangan serta efek
samping dari cara kontrasepsi yang dipilihnya. Secara
detail, tujuan pemberian konseling adalah sebagai
berikut.
1. Memberikan informasi yang tepat, lengkap, serta
objektif mengenai metode kontrasepsi sehingga klien
mengetahui manfaat penggunaan bagi diri sendiri
maupun keluarganya.
2. Mengidentifikasi dan menampung perasaan-perasaan
negatif, misalnya keraguan maupun ketakutan-
ketakutan yang dialami klien sehubungan dengan
pelayanan ber-KB atau metode-metode kontrasepsi
sehingga konselor dapat membantu klien dalam
menanggulanginya.
3. Membantu klien untuk memilih metode kontrasepsi
terbaik bagi mereka. "Terbaik" di sini berarti metode
yang aman dan yang ingin digunakan klien atau
metode yang secara mantap dipilih oleh klien.
4. Membantu klien agar dapat menggunakan cara
kontrasepsi yang mereka pilih secara aman dan
efektif.
5. Memberi informasi tentang cara mendapatkan
bantuan dan tempat pelayanan KB.

102
6. Menyeleksi calon akseptor dengan risiko tinggi,
khususnya untuk kontrasepsi mantap, dan membantu
mereka memilih metode kontrasepsi alternatif yang
lebih sesuai. ( sulistyawati, 2014 ; h, 34-35).

C. JENIS KONSELING
Kenyataan yang ada di lapangan adalah tidak semua
sarana kesehatan dapat dijangkau oleh masyarakat. Oleh
karena itu tempat pelayanan konseling untuk melayani
masayarakat yang membutuhkan dapat dilakukan pada
dua jenis tempat pelayanan konseling berikut.
1. Konseling KB di lapangan (nonklinik).
Dilaksanakan oleh petugas di lapangan yaitu petugas
penyuluh lapangan Keluarga Berencana (PPLKB),
pembina Keluarga Berencana (PKB), Pos Pembina
KB Desa
(PPKBD), Sub-PPKBD, dan kader yang sudah
mendapatkan pelatihan konseling standar. Tugas
utama dipusatkan pada pemberian informasi KB,
baik dalam kelompok kecil maupun secara
perorangan. Adapun informasi yang diberikan
mencakup hal sebagai berikut.
a. Pengertian dan manfaat perencanaan keluarga.
b. Proses terjadinya kehamilan.
c. Informasi berbagai kontrasepsi yang benar dan
lengkap (cara kerja, manfaat, kemungkinan efek
samping, komplikasi, kegagalan, kontraindikasi,
tempat kontrasepsi dapat diperoleh, rujukan,
serta biaya).
2. Konseling KB di klinik
Dilaksanakan oleh petugas medis dan paramedis
terlatih di klinik seperti dokter, bidan, perawat, serta
bidan di desa. Pelayanan konseling yang dilakukan di
klinik diupayakan agar diberikan secara perorangan
di ruangan khusus. Pelayanan konseling di klinik
dilakukan untuk melengkapi dan sebagai pemantapan

103
hasil konseling di lapangan, yang mencakup hal-hal
berikut.
a. Memberikan informasi KB yang lebih rinci
sesuai dengan kebutuhan klien.
b. Memastikan bahwa pilihan klien telah sesuai
dengan kondisi kesehatannya.
c. Membantu kllien memilih kontrasepsi lain
apabila kontrasepsi yang dipilih ternyata tidak
sesuai dengan kondisi kesehatannya.
d. Merujuk klien apabila kontrasepsi yang dipilih
tidak tersedia di klinik atau membutuhkan
bantuan dari ahli medis jika ditemui masalah
kesehatan lain.
e. Memberikan konseling pada kunjungan ulang
untuk memastikan balm,a klie tidak mengalami
keluhan dalam penggunaan kontrasepsi
pilihannya. ( sulistyawati, 2014 ; h. 35-36)

D. CARA KONSELING
1. Bentuk Percakapan Konseling KB
Percakapan konseling KB bersifat terbuka dan terjadi
dua arah. Tujuannya untuk membantu calon atau
peserta KB dalam memenuhi kebutuhannya memilih
cara KB dah mengatasi kesulitan dalam pemakaian
alat KB, misalnya karena mengalami efek Samping
Tidak ada beban target pencapaian peserta KB atau
target pemakaian alat KB. Ben percakapan dalam
konseling KB adalah percakapan dua arah. Bentuk
percakapan ini sangat bermanfaat untuk tujuan
membantu orang yang diberi konseling. Untuk bisa
membantunya, bidan harus bicara dengan klien dan
klien juga berbicara kepada bidan. Dalam percakapan
ini bidan menyampaikan informasi kepada klien, dan
klien juga menyampaikan informasi yang mungkin
diperlukan oleh bidan untuk menolongnya.

104
2. Percakapan Dua Arah
Dalam percakapan dua arah, yang diberikan dengan
yang memberikan konseling boleh bertanya dan
menyatakan pendapatnya. Jadi dalam percakapan ini
tidak hanya petugas konseling KB yang bicara, klien
yang dibantunya juga boleh bicara atau
bertanya. Dalam percakapan yang bersifat dua arah,
kedudukan yang memberikan konseling dan yang
diberi konseling adalah sederajat, tidak ada pihak
yang lebih berkuasa untuk menentukan pilihan bagi
pihak lainnya. Dalam percakapan dua arah diperlukan
kemampuan mendengar yang baik dan aktif. Selain
itu juga diperlukan kemampuan untuk menyelami
perasaan orang lain agar dapat memperkirakan
dengan tepat maksud pembicaraan dan keinginannya.
1) Cara menjadi pendengar yang baik dan aktif.
a. Dengarkan apa yang dikatakan dan
bagaimana klien mengatakannya. Perhatikan
nada bicara, pemakaian kata-kata, ekspresi
wajah atau mimik muka, dan gerakan-
gerakan tubuhnya.
b. CobaIah menempatkan diri Anda ke dalam
situasi yang dibicarakan untuk dapat lebih
memahami keadaan dan merasakan yang
dikemukakan klien.
c. Memberikan waktu pada klien untuk berpikir
sejenak. Dengarkan pembicaraan dengan
cermat, jangan memusatkan pikiran pada
haI-hal yang Anda ingin sampaikan.
d. Usahakan dapat mengukur tingkat
pemahaman Anda berdua tentang hal-hal
yang dibicarakan. Untuk itu, ulangi beberapa
bagian percakapan yang Anda anggap
penting. Tanyakan pada klien apakah benar
ha] yang dimaksudkannya, sampai Anda
berdua meyakini bahwa pembicaraan Anda
berdua benar-benar sama.

105
e. Duduk dengan nyaman, hindari melakukan
gerakan-gerakan yang bisa merusak suasana,
seperti melihat jam atau sering berdiri untuk
mengambil buku atau keperIuan Iainnya.
Usahakan untuk tetap bertatap muka
dengannya selama melakukan pembicaraan.
2) Cara mengajukan pertanyaan yang tepat.
a. Bicaralah dengan suara yang menunjukkan
perhatian dan minat untuk membantu dan
menunjukkan sikap bersahabat.
b. Ajukan satu pertanyaan setiap saat dan
tunggulah jawaban. Iangan memaksa dengan
beberapa pertanyaan sekaligus.
c. Gunakan bentuk pertanyaan terbuka, yang
memungkinkan klien untuk menjawab dalam
bentuk cerita, misalnya tentang keadaan
keluarganya, kesulitan hidup, pekerjaan, dan
sebagainya yang mungkin menjadi dasar
keinginannya untuk melaksanakan KB atau
memilih cara KB.
d. Hindari menggunakan bentuk pertanyaan
tertutup yang hanya mungkin
dijawab dengan “ya” atau “tidak”. Perhatikan
pula bahwa sebaiknya Anda
mengajukan pertanyaan yang tidak
mengarahkan, tetapi mendorong agar klien
mau dan merasa bebas untuk bercerita lebih
lanjut, misalnya kalimat sebagai berikut.
 “Apa yang bisa Saya bantu?”
 “Apa yang Anda ketahui mengenai.
. ...”
e. Pakailah kata-kata seperti “Lalu?”, “Dan?”,
“0000”. Komentar-komentar kecil ini
biasanya mampu mendorong untuk terus
bercerita lebih lanjut.
f. jangan mengajukan pertanyaan bernada
memojokkan seperti “Mengapa begitu?”,

106
“Kok bisa begitu?”. Meskipun seringkali
Anda bermaksud mengetahui alasannya,
nada pertanyaan demikian dapat
menimbulkan salah pengertian, misalnya ia
merasa disalahkan.
g. Cari bentuk pertanyaan lain apabila ternyata
klien tidak begitu mengerti maksud
pertanyaan Anda.
3) Cara-cara menyelami perasaan
Calon peserta atau peserta KB umumnya adalah
orang-orang yang sehat. Pembicaraan mengenai
alat-alat kontrasepsi biasanya tidak terlepas dari
bagian-bagian tubuh yang paling dirahasiakan
dan merupakan daerah yang sangat pribadi. Iadi,
dalam pembicaraan ini mungkin saja klien
merasa malu, bingung, ragu-ragu dan cemas atau
takut mengatakan dan membicarakannya secara
terbuka. Keadaan ini bisa mengganggu dan
memengaruhi dalam mengambil keputusan
untuk memilih alat kontrasepsi. Oleh karena itu
ada kemungkinan klien memilih alat kontrasepsi
yang sebenarnya tidak sesuai dan disesali
kemudian.
4) Keuntungan bentuk percakapan dua arah
a. Kedudukan sederajat memungkinkan calon
peserta atau peserta bebas berbicams tidak
takut-takut, malu atau segan mengemukakan
pendapat, pikjran, din perasaannya.
b. Percakapan dua arah memberi kesempatan
kepada calon peserta KB dapat memantapkan
pemahamannya mengenai pemakaian alat
KB sehingga klien dapat memilih sendiri
dengan tepat dan benar, sesuai dengan
keadaaII dan kebutuhan dirinya.
c. Percakapan dua arah membuat klien yakin
pada pilihan dan sikapnya, karena tahu persis
alasan mengambil keputusan tersebut

107
sehingga tidak mudah terpengaruh omongan
orang atau pengalaman orang lain yang
kurang baik.
d. Percakapan dua arah yang memberikan
kesempatan pada klien untuk bertanya,
membuat klien tahu bahwa apabila
mengalami gangguan dalam menggunakan
alat KB, klien tahu bahwa ada cara-cara KB
lain yang dapat digunakan, yang dapat
dipertimbangkan dan dipilih.
e. Percakapan dua arah menimbulkan
keyakinan dan kemantapan yang akan
membuat klien menjadi peserta KB lestari.
3. Hal yang penting dalam konseling KB
1) Memberi perhatian dan memahami klien.
Tunjukkan pada klien bahwa Anda
memperhatikannya dan bisa
memahaminya Berikut ini tiga cara untuk
menunjukkan perhatian.
a. Bayangkan jika anda berada ada posisi klien
untuk mencoba lebih bisa memahami
perasaan dan keinginan serta alasan-alasan
yang dikemukakannya.
b. Perlihatkan sikap bersahabat dan sikap
menghormati pendapat serta keyakinan klien.
c. Bersikap jujur dalam menyampaikan
informasi. Iangan menyembunyikan
informasi, apalagi dengan maksud agar klien
mau mengikuti saran Anda.
2) Memberikan penjelasan sesuai dengan dipahami
klien
Berikan keterangan yang jelas dan mudah
dimengerti. Usahakan untuk menyampaikan
secara jelas dan benar. Untuk meyakinkan bahwa
keterangan yang Anda berikan dapat dipahami,
perhatikan petunjuk berikut.
a. Gunakan kata yang dimengerti oleh klien

108
b. Gunakan kalimat yang pendek
c. Gunakan gambar yang dapat dijadikan contoh
alat-alat kontrasepsi yang dibicarakan. Lebih
baik lagi jika Anda dapat menunjukkan
contoh alat yang sebenarnya.
d. Hindari untuk terus berbicara sendiri.
Berhentilah pada saat-saat tertentu untuk
menanyakan kepada klien apakah ia mengerti
dan sudah memahami penjelasan Anda.
Mungkin klien ingin agar Anda
mengulanginya atau ingin bertanya.
e. Berikan kesempatan klien untukbertanya dan
jawablah pertanyaannya. Iangan memintanya
menunggu jawaban sampai Anda selesai
menjelaskan semuanya, karena hal tersebut
memungkin klien sudah lupa atau tidak ingin
bertanya lagi. Ingat, kemampuan klien untuk
menangkap penjelasan Anda mungkin tidak
bisa sekaligus banyak.
f. Apabila Anda menyebutkan bagian-bagian
tubuh, tunjukkan atau gunakan gambar agar
persepsi sama.
g. Ulangi beberapa penjelasan yang bersifat
petunjuk dan pesan-pesan.
h. Untuk pesan-pesan khusus yang Anda ingin
klien dapat mengingatnya dengan baik, minta
ia mengulanginya. Dengan cara ini, Anda
akan tahu apakah klien sudah mengerti benar
atau masih belum paham.

4. Siapa yang harus memberikan informasi dan


konseling
Tujuan konseling pada pelayanan kontrasepsi adalah
agar klien dapat memilih kontrasepsi yang paling
sesuai dengan kebutuhannya. Pilihan yang mantap ini
diharapkan dapat dibuat oleh klien setelah ia
mendapatkan berbagai informasi yang diperlukan.

109
Oleh karena itu, yang harus dilakukan oleh seorang
konselor kontrasepsi adalah memberi informasi yang
jelas dan benar, bukan memberi nasihat. Seorang
konselor yang memberi nasihat berarti membuatkan
keputusan untuk klien, hal ini bukan tujuan konseling.
Konselor hanya membantu klien membuat keputusan,
karena keputusannya harus dibuat sendiri. Konselor
bertugas memberi informasi yang diperlukan, yang
akan sangat membantu klien membuat pilihan yang
terbaik bagi dirinya. Melihat hal-hal tersebut di atas,
tugas konselor kontrasepsinya dapat dikatakan
sebagai berikut.
1) Membuat klien memiliki pengetahuan yang
lengkap dan tepat mengenai berbagai alat
kontrasepsi.
2) Membantu klien untuk benar-benar
mempertimbangkan keputusan untuk
menghentikan sementara atau mengakhiri
kesuburannya pada kontrasepsi mantap. Konselor
memberikan persiapan-persiapan psikologis bagi
klien yang akan mengikuti suatu metode/cara
kontrasepsi.
3) Berdasarkan riwayat penyakit dan reproduksi,
mempertimbangkan apakah klien sudah
memenuhi persyaratan untuk menjalani
kontrasepsi sesuai dengan keadaan dan
pilihannya.
4) Mencatat atau mendokumentasikan “informed
consent” dari klien serta menyelesaikan
persyaratan-persyaratan lain yang dibutuhkan.
5) Menjadwalkan atau merujuk klien untuk tindakan-
tindakan yang diperlukan (misalnya konseling
lebih lanjut dan lain-lain).

5. Sikap Petugas kesehatan dalam melakukan konseling


yang baik
1) Memperlakukan klien dengan baik

110
Petugas bersikap sabar, memperlihatkan sikap
menghargai setiap klien, dan menciptakan suatu
rasa percaya diri sehingga klien dapat berbicara
secara terbuka dalam segala hal termasuk
masalah-masalah pribadi sekalipun. Petugas
meyakinkall klien bahwa ia tidak akan
mendiskusikan rahasia klien dengan orang lain.
2) Interaksi antara petugas dan klien
Petugas harus mendengarkan, mempelajari dan
menanggapi keadaan klien karena setiap klien
mempunyai kebutuhan dan tujuan reproduksi
yang berbeda. Bantuan terbaik seorang petugas
adalah dengan cara memahami bahwa klien
adalah manusia yang membutuhkan perhatian dan
bantuan. Oleh karena itu, petugas harus
mendorong agar klien berani berbicara dan
bertanya.
3) Memberikan informasi yang baik dan benar
kepada klien
Dengan mendengarkan apa yang disampaikan
klien berarti petugas belajar mendengarkan
informasi apa saja yang dibutuhkan oleh setiap
klien. Sebagai contoh pasangan muda yang baru
menikah mungkin menginginkan lebih banyak
informasi mengenai masalah penjarangan
kelahiran. Bagi perempuan dengan usia dan
jumlah anak cukup mungkin lebih menghendaki
informasi mengenai metode operasi (tubektomi
dan vasektomi). Sedangkan bagi pasangan muda
yang belum menikah mungkin yang dikehendaki
adalah informasi mengenai infeksi menular
seksual (IMS). Dalam memberikan informasi
petugas harus menggunakan bahasa yang mudah
dimengeni klien dan hendaknya menggunakan
alat bantu visual (ABPK).
4) Menghindari pemberian informasi yang
berlebihan

111
Klien membutuhkan penjelasan yang cukup dan
tepat untuk menentukan pilihan (Informed
Choice). Namun tidak semua klien dapat
menangkap semua informasl tentang berbagai
jenis kontrasepsi. Terlalu banyak informasi yang
diberikan akan menyebabkan kesulitan bagi klien
dalam mengingat informasi yang penting. Hal ini
disebut kelebihan informasi. Pada waktu
memberikan informasi petugas harus memberikan
waktu bagi klien untuk berdiskusi, bertanya, dan
mengajukan pendapat.
5) metode yang diingini klien
Petugas membantu klien membuat keputusan
mengenai pilihannya, dan harus tanggap terhadap
pilihan klien meskipun klien menolak
memutuskan penggunaan kontrasepsi.
6) Membantu klien untuk mengerti dan mengingat
Petugas memberi contoh alat kontrasepsi dan
menjelaskan pada klien agar memahaminya
dengan memperlihatkan. bagaimana cara-cara
penggunaannya. Petugas juga memperlihatkan
dan menjelaskan dengan flip charts, poster,
pamflet, atau halaman bergambar. Petugas juga
perlu melakukan penilaian bahwa klien telah
mengerti. Jika memungkinkan, klien dapat
membawa bahan-bahan tersebut kerumah. Ini
akan membantu klien mengingat apa yang hams
dilakukan juga dapat memberi tahu kepada orang
lain
(affandi, 2014 ; h. U-2)

6. Langkah – langkah konseling


Dalam memberikan konseling, khususnya bagi calon
klien KB yang baru, hendaknya dapat diterapkan enam
langkah yang sudah dikenal dengan kata kunci SATU
TUJU. Penerapan SATU TUJU tersebut tidak perlu
dilakukan secara bemrutan karena petugas harus

112
menyesuaikan diri dengan kebutuhan klien. Beberapa
klien membutuhkan lebih banyak perhatian pada langkah
yang satu dibanding dengan langkah yang lainnya. Kata
kunci SATU TUJU adalah sebagai berikut.

SA: SApa dan SAlam kepada klien secara terbuka dan


sopan. Berikan perhatian sepenuhnya kepada mereka dan
berbicara di tempat yang nyaman serta terjamin
privasinya. Yakinkan klien untuk membangun rasa
percaya diri. Tanyakan kepada klien apa yang perlu
dibantu serta jelaskan pelayanan apa yang dapat
diperolehnya.

T: Tanyakan pada klien informasi tentang dirinya. Bantu


klien untuk berbicara mengenai pengalaman Keluarga
Berencana dan Kesehatan Reproduksi, tujuan,
kepentingan, harapan, serta keadaan kesehatan dan
kehidupan keluarganya. Tanyakan kontrasepsi yang
diinginkan oleh klien. Berikan perhatian kepada
klien Apa yang disampaikan klien sesuai dengan kata-
kata, gerak isyarat dan caranya. Coba tempatkan diri kita
di dalam hati klien. Perlihatkan bahwa kita memahami.
Dengan memahami pengetahuan, kebutuhan dan
keinginan klien, kita dapat membantunya.

U: Uraikan kepada klien mengenai pilihannya dan


beritahu apa pilihan reproduksi yang paling mungkin,
termasuk pilihan beberapa jenis kontrasepsi. Bantulah
klien pada jenis kontrasepsi yang paling dia ingini, serta
jelaskan pula jenis-jenis kontrasepsi lain yang ada. Juga
jelaskan altematif kontrasepsi lain yang mungkin diingini
oleh klien. Uraikan juga mengenai risiko penularan HIV/
AIDS dan pilihan metode ganda.

TU: BanTUlah klien menentukan pilihannya. Bantulah


klien berpikir mengenai apa yang paling sesuai dengan
keadaan dan kebutuhannya. Doronglah klien untuk

113
menunjukkan keinginannya dan mengajukan pertanyaan.
Tanggapilah secara terbuka. Petugas membantu klien
mempertimbangkan kriteria dan keinginan klien terhadap
setiap jenis kontrasepsi. Tanyakan juga apakah
pasangannya akan memberikan dukungan dengan pilihan
tersebut. Jika memungkinkan diskusikan mengenai
pilihan tersebut kepada pasangannya. Pada akhimya
yakinkan bahwa klien telah membuat suatu keputusan
yang tepat. Petugas dapat menanyakan: Apakah Anda
sudah memutuskan pilihan jenis kontrasepsi? Atau apa
jenis kontrasepsi terpilih yang akan digunakan?

J : Jelaskan secara lengkap bagaimana menggunakan


kontrasepsi pilihannya. Setelah klien memilih jenis
kontrasepsinya, jika diperlukan, perlihatkan alat/obat
kontrasepsinya. Jelaskan bagaimana alat/obat kontrasepsi
tersebut digunakan dan bagaimana cara penggunaannya.
Sekali lagi doronglah klien untuk bertanya dan petugas
menjawab secara jelas dan terbuka. Beri penjelasan juga
tentang manfaat ganda metode kontrasepsi, misalnya
kondom yang dapat mencegah infcksi menular seksual
(IMS). Cek pengetahuan klien tentang penggunaan
kontrasepsi pilihannya dan puji klien apabila dapat
menjawab dengan benar.

U: Perlunya dilakukan kunjungan Ulang. Bicarakan dan


buatlah perjanjian kapan klien akan kembali untuk
melakukan pemeriksaan lanjutan atau permintaan
kontrasepsi jika dibutuhkan. Perlu juga selalu
mengingatkan klien untuk kembali apabila terjadi suatu
masalah.
(Affandi, 2014 ; H. U-3)
7. Persetujuan Tindakan Medis
Setiap penggunaan kontrasepsi harus memperhatikan
hak-hak reproduksi individu dan pasangannya sehingga
harus diawali dengan pemberian informasiyanglengkap.
Informasi yang diberikan kepada klien harus disampaikan

114
selengkap-lengkapnya, jujur, dan benar tentang metode
kontrasepsi yang akan digunakan. Dalam memberikan
informasi ini penting sekali adanya komunikasi verbal
antara dokter dan klien. Ada anggapan banyak klien
sering melupakan informasi lisan yang telah diberikan
oleh dokter. Oleh sebab itu, untuk mencegah hal tersebut
perlu diberikan pula informasi tertulis dan jika perlu,
dibacakan kembali.

8. Daftar Tilik untuk Petugas


Pada halaman belakang lembar persetujuan tindakan
medis terdapat daftar tilik (Check list) untuk petugas yang
digunakan untuk mengingatkan petugas adanya beberapa
aSpek yang harus dijelaskan kepada klien melalui
beberapa pertanyaan yang berkaitan dengan metode
kontrasepsi Metode Operasi Pria/Wanita, implan, dan
AKDR (cara kerja, kontraindikasi, efek samping,
komplikasi, kegagalan, keuntungan/kerugian, jadwal/
tempat kunjungan ulang, persyaratan MOP/MOW dan
rekanalisasi, serta kategori pencabutan AKDR/Implan).
Pertanyaan tersebut harus dijawab sendiri oleh petugas
dengan mengisi kode pada kotak yang sesuai.

9. Catatan Tindakan dan Pernyataan


Sesudah calon peserta dan pasanganya menandatangani
informed consent, pelayanan kontrasepsi baru dilakukan.
Pada lembar persetujuan tindakan medis terdapat catatan
tindakan dan pernyataan oleh dokter/bidan/perawat yang
melakukan tindakan. Catatan tindakan dan pernyataan
tersebut memuat catatan tindakan yang dilakukan yaitu
metode, keberhasilan tindakan, waktu, serta pernyataan
dari petugas bahwa pelayanan yang diberikan seudah
sesuai dengan standar. ( Sulistyawati, 2014 ; H, 45-45)

115
Gambar konseling KB

116
BAB VI
CARA PEMBINAAN AKSEPTOR

A. PENGERTIAN PEMBINAAN AKSEPTOR


Penyuluhan KB adalah kegiatan penyampaian informasi
untuk meningkatkan pengetahuan, sikap dan perilaku
keluarga dan masyarakatguna mewujudkan keluarga
berkualitas. Tugas penyuluhan KB meliputi persiapan
penyuluhan, pelaksanaan penyuluhan dan pembinaan
generasi.
Dalam pembinaan pada akseptor KB sangat penting terutama
pada pasangan usia subur yang baru menikah dalam
penggunaan alat kontrasepsi dengan tujuan memberikan
dukungan dan pemantapan penerimaan gagasan KB serta
penurunan angka kelahiran yang bermakna. Untuk mencapai
tujuan tersebut ada tiga fase, yaitu fase menunda kesuburan,
fase menjarangkan kehamilan, fase mengakhiri kesuburan
atau kehamilan. Yang pertama adalah fase menunda
kehamilan yaitu dimana PUS akan menunda kehamilan
dengan usia istri kurang dari 20 tahun. Kedua adalah fase
menjarangkan kehamilan yaitu menjarangkan kehamilan
dengan memberi jarak kelahiran anak 2 – 4 tahun dan periode
usia istri antara 20 – 30 atau 35 tahun. Ketiga yaitu fase
mengakhiri kehamilan yaitu keadaan dimana mengakhiri
kesuburan atau kehamilan setelah mempunyai 2 orang anak
dengan periode usia istri diatas 30 tahun.

B. POLA PERENCANAAN KELUARGA


Perencanaan keluarga menuju keluarga kecil bahagia dan
sejahtera perlu dibuat dalam rangka menyelamatkan ibu dan
anak akibat melahirkan pada usia muda, jarak kelahiran yang
terlalu dekat dan melahirkan pada usia tua.

117
Perencanaan menuju keluarga kecil bahagia dan sejahtera
dibagi atas 3 masa menurut usia reproduksi istri, sebagai
berikut :
1. Masa menunda kehamilan, bagi pasangan usia subur
dengan istri usia kurang dari 20th .
2. Masa mengatur kesuburan, periode istri antara 20-30th
merupakan periode yang baik untuk melahirkan dengan
jumlah anak 2 orang dan jarak kelahiran anak antara 3-4th
.
3. Masa mengakhiri kesuburan, istri diatas 30th sebaiknya
mengakhiri kesuburan setelah memiliki 2 orang anak.

C. POLA DASAR PENGGUNAAN KONTRASEPSI


Untuk dapat mewujudkan pelaksanaan pola pelaksanaan
keluarga tersebut diatas dengan baik maka diperlukan
penggunaan kontrasepsi yang rasional (menurut ilmu
kesehatan) yang sifat-sifatnya sesuai dengan ciri-ciri setiap
masa (periode) perencanaan keluarga tersebut.
1. Masa menunda kehamilan/kesuburan.
a. Ciri-ciri kontrasepsi yang diperlukan
Reversibilitas yang tinggi, artinya kembalinya
kesuburan dapat terjamin hampir 100%, karena pada
masa ini peserta belum mempunyai anak. Efektifitas
yang relatip tinggi. Hal ini penting karena kegagalan
akan menyebabkan terjadinya kehamilan dengan
resiko tinggi, dan kegagalan ini merupakan kegagalan
program.
b. Kontrasepsi yang cocok
Pil, AKDR, Cara Sederhana
2. Masa mengatur kehamilan/kesuburan
a. Ciri-ciri kontrasepsi yang diperlukan
Efektifitas cukup tinggi.
Reversibilitas cukup tinggi, karena akseptor masih
mengharapkan punya anak.
Dapat dipakai 3 sampai 4 tahun, yaitu sesuai dengan
jarak kelahiran yang direncanakan.

118
Tidak menghambat produksi air susu ibu (ASI). Ini
penting , karena ASI adalah makanan yang terbaik
untuk bayi sampai umur 2 tahun . Penggunaan ASI
akan mempengaruhi angaka kesakitan dan kesehatan
anak.
b. Kontrasespsi yang cocok.
Sesuai dengan ciri-ciri kontrasepsi yang diperlukan,
maka prioritas pertama kontrasepsi yang disarankan
pada periode ini adalah AKDR, disusul Pil/Suntik,
cara sederhana, susuk KB.
3. Masa mengahiri kesuburan ( tidak hamil lagi )
a. Ciri-ciri kontrasepsi yang diperlukan
Efektifitas sangat tinggi, Kegagalan menyebabkan
terjadinya kehamilan dengan resiko tinggi bagi ibu
dan anak, disamping itu akseptor memang tidak
mengharapkan punya anak lagi.
Reversibilitas rendah.
Dapat dipakai untuk jangka panjang, tidak menambah
kelainan yang sudah ada, Pada masa usia tua,
kelainan seperti penyakit jantung, darah tinggi,
keganasan dan gangguan metabolik meningkat. Oleh
karena itu sebaiknya tidak diberikan obat kontrasepsi
yang menambah kelainan tersebut.
b. Kontrasepsi yang cocok.
Prioritas pertama kontrasepsi yang disarankan pada
masa ini adalah kontrasepsi mantap
(tubektomi/vasektomi), disusul susuk KB, AKDR,
suntikan KB, Pil dan cara sederhana.

D. BAGAN PENGGUNAAN KONTRASEPSI YANG


RASIONAL
Masa Masa mengatur Masa
menunda kesuburan mengekhiri
kesuburan (menjarangkan kesuburan
(kehamilan) kehamilan) (tidak hamil
lagi)
I IIa IIb IIIa IIIb
3-4 th

119
20 th 30 th 35 th
Pil AKDR AKDR Kontrasepsi Kontrasepsi
AKDR Pil Suntikan mantap mantap
Cara Suntikan Susuk KB AKDR Susuk KB
sederhana Cara Pil Suntikan Suntikan
sederhana Cara Pil Pil
sederhana Cara Cara
sederhana sederhana

Mengingat keanekaragaman masyarakat (PUS), pada saat


menjadi peserta KB, sejalan dengan dengan strategi
operasional Panca Karya den untuk memudahkan pasa
Petugas mengetrapkan pola dasar penggunaan kontrasepsi
yang rasional, maka dibuat bagan sebagai berikut :
Jmh Umur Umur Umur Umur Umur
anak Sampai 20 - 24 25 - 29 30 - 34 35 Tahun
20 Tahun Tahun Tahun Tahun ke atas
o I I -- -- resiko tinggi
Perlu
pengawasan
ahli
1 IIa IIa IIb IIb resiko tinggi
perlu
pengawasan
ahli
2 IIb IIb IIIa IIIa IIIb
IIIa
3 atau IIIa IIIa IIIb IIIb
lebih

Keterangan : I, IIa, IIb, IIIa,IIIb: Jenis kontrasepsi sesuai


Bagan Pola penggunaan kontrasepsi yang rasional.
Di atas telah dikemukakan pilihan kontrasepsi yang terbaik
ditinjau dari ilmu kesehatan. Namun disadari bahwa memilih
kontrasepsi tidaklah sesederhana yang dikemukakan di atas,
pilihan kontrasepsi sangat ditentukan oleh pengetahuan
akseptor akan kontrasepsi tersebut. Ini erat kaitannya dengan
mutu pelayanan KIE medik oleh petugas kepada calon
akseptor, yang pada gilirannnya ditentukan oleh tingkat
pendidikan serta latar belakang sosial budaya.

120
Seperti telah dikemukakan di atas, yang menjadi prinsip
adalah Norma Keluarga Kecil Bahagia dan sejahtera. Bila
prinsip ini sudah dihayati maka untuk melaksanakan prinsip
ini, penggunaan kontrasepsi apapun dapat diterima, karena
kontrasepsi apapun yang digunakan dengan cara yang benar
adalah jauh lebih aman daripada tidak mengguanakan sama
sekali.

E. PEMBINAAN DAN PENGEAYOMAN AKSEPTOR


Dalam pembinaan pada akseptor KB sangat penting terutama
pada pasangan usia subur yang baru menikah dalam
penggunaan alat kontrasepsi dengan tujuan memberikan
dukungan dan pemantapan penerimaan gagasan KB serta
penurunan angka kelahiran yang bermakna. Untuk mencapai
tujuan tersebut ada tiga fase, yaitu fase menunda kesuburan,
fase menjarangkan kehamilan, fase mengakhiri kesuburan
atau kehamilan. Yang pertama adalah fase menunda
kehamilan yaitu dimana PUS akan menunda kehamilan
dengan usia istri kurang dari 20 tahun. Kedua adalah fase
menjarangkan kehamilan yaitu menjarangkan kehamilan
dengan memberi jarak kelahiran anak 2 – 4 tahun dan periode
usia istri antara 20 – 30 atau 35 tahun. Ketiga yaitu fase
mengakhiri kehamilan yaitu keadaan dimana mengakhiri
kesuburan atau kehamilan setelah mempunyai 2 orang anak
dengan periode usia istri diatas 30 tahun.
Pembinaan akseptor KB melalui konseling.
1. Alat kontrasepsi kondom
Kondom adalah alat kontrasepsi bagi pria yang digunakan
pada alat kelamin, terbuat dari karet tipis, kulit, lateks dan
plastik. Kondom ini berguna untuk mencegah pertemuan
sel telur wanita dan sel mani dari laki-laki sehingga tidak
terjadi kehamilan.
Pembinaan akseptor yang dberikan yaitu
a. cara pemakaian
Sarungkan pada alat kelamin laki-laki saat dalam
keadaan tegang, baru kemudian dilakukan hubungan
kelamin.

121
b. Keuntungan
1) Mencegah kehamilan
2) Dapat dipakai sendiri
3) Mudah didapat
4) Praktis
5) Murah
6) Memberi perlindungan terhadap penyakit-
penyakit akibat hubungan seks.
7) Dapat diandalkan karena cukup efektif
8) Sederhana, ringan disposable
9) Tidak mempunyai efek samping
10) Pria ikut secara aktif dalam program KB
c. Tempat memperoleh kondom
1) Apotik
2) Puskesmas
3) BPS
4) Toko obat
d. Cara pembuangan kondom yang benar
1) Jangan dibuang kedalam toilet
2) Jangan dibuang ke dalam selokan atau got/ parit
3) Jangan dilempar ke halaman
4) Dibakar bersama sampah
5) Bersihkan dulu ( cuci ), bungkus, ikat lalu
masukkan ke tempat sampah
6) Ditanam
2. PIL KB
Pil KB berisi hormon estrogen dan progesteron yang
berguna untuk mencegah lepasnya sel telur dari indung
telur wanita.
Ada 2 macam kemasan pil, yaitu :
a. Kemasan berisi 21 Pil
b. Kemasan berisi 28 Pil
Sebelum meminum pil KB, Kesehatan ibu perlu
diperiksa terlebih dahulu. Jika menurut hasil
pemeriksaan ibu bisa memakai pil KB barulah ibu
dapat mulai minum pil KB. Untuk kemasan berisi 21
pil, tablet pertama diminum setiap hari ke lima haid.

122
Untuk kemasan berisi 28 pil, tablet pertama diminum
pada setiap hari pertama haid, mulai dari tanda panah.
a. Cara pemakaian
Pil KB diminum setiap hari satu tablet secara
teratur, tidak boleh lupa. Hanya dengan meminum
pil secara teratur dapat diperoleh manfaat pil KB
sebagai cara mencegah kehamilan.
b. Keuntungan
1) Pil KB manjur untuk mencegah kehamilan
bila dipakai sesuai petunjuk, diminum setiap
hari secara teratur.
2) Bila ingin mempunyai anak lagi, maka ibu
bisa hamil kembali setelah pemakaian pil
dihentikan.
3) Siklus haid teratur, banyaknya darah haid
berkurang (mencegah anemia), tidak terjadi
nyeri haid.
4) Mudah dihentikan setiap saat
c. Kerugian
1) Membosankan karena harus menggunakannya
setiap hari.
2) Pusing
3) Nyeri payudara
4) Mual, terutama pada 3 bulan pertama
5) Berat badan naik sedikit
d. Efek samping
1) Aminorea
2) Perdarahan/spotting
3) Berat badan meningkat
4) Jerawat
5) Mual/pusing/muntah
e. Tempat memperoleh Pil KB
1) Apotik
2) Klinik KB
3) Puskesmas
4) BPS
f. Yang perlu diingat

123
1) Bila sudah hampir habis segeralah minta
kepada tempat pelayanan, supaya tidak
tertunda.
2) Jangan lupa, pil KB harus diminum setiap hari
secara teratur.
3) Apabila lupa, minumlah saat itu juga 1 tablet
dan malamnya minum 1 tablet lagi
4) Apabila 2 hari lupa minum pil, pergilah ke
klinik beritahukan kepada dokter atau bidan
(jika sering lupa minum pil KB bisa terjadi
kehamilan)
5) Apabila merasa pusing atau mual pil KB tetap
diminum
6) Apabila tidak cocok memakai pil KB pergilah
ke tempat pelayanan untuk minta dibantu
dokter atau bidan. Mungkin perlu ganti cara
KB lainnya
7) Bagi aseptor yang cocok, pil KB bisa dipakai
dalam jangka waktu cukup lama
3. SUNTIKAN KB
Kontrasepsi yang berisi depo medroksiprogesteron asetat
(DMPA), estradiol sipionat (cycloferm), noretindron
enatat(NETEN).
Tekhnik penyuntikan ialah seca intramuskulus dalam, di
daerah muskulus gluteus maksimus atau deltoideus.
a. Keuntungan
1) Praktis
2) Pencegahan kehamilan jangka panjang
3) Tidak berpengaruh pada hubungan suami istri
b. Kerugian
1) Terlambatnya kembali kesuburan setelah
penghentian pemakaian
2) Gangguan haid
3) Harus disuntik setiap bulan
c. Efek samping
1) perdarahan bercak (spotting)
2) aminorea

124
3) peningkatan berat badan
4) Pusing
5) Timbulnya jerawat
d. Tempat memperoleh pelayanan kontrasepsi suntikan
1) Klinik KB
2) Puskesmas
3) BPS
4) Rumah sakit
e. Penting untuk diingat
1) Suntikan KB diberikan saat ibu sedang haid,
terutama untuk memastikan bahwa saat suntikan
itu diberikan ibu sedang tidak hamil
2) Sebelum diberi suntikan KB, kesehatan ibu harus
diperiksa dulu, yaitu vital signnya
3) Suntikan KB dapat diberikan sambil duduk atau
berbaring
4) Jika suami pergi selama satu bulan hingga tiga
bulan atau lebih, ibu tetap harus mendapat
suntikan KB secara teratur
5) Terdapat kemungkinan ibu mengalami gangguan
seperti nyeri pada perut, hal ini adalah efek
samping dari pemakaian suntikan KB. Pergilah
ketempat pelayanan kesehatan, untuk
mendapatkan nasihat atau bantuan bidan atau
dokter
4. IUD / AKDR (ALAT KONTRASEPSI DALAM
RAHIM)
IUD (Intra Uterin Device) atau AKDR (Alat Kontrasepsi
Dalam Rahim) adalah alat kontrasepsi yang ditempatkan
di dalam rahim yang berjangka panjang dapat sampai 10
tahun dan dapat dipakai oleh semua usia perempuan usia
reproduksi. IUD mencegah pertemuan sel sperma dengan
sel telur sehingga kehamilan tidak terjadi.Ada beberapa
macam IUD :
1) Bentuk seperti spiral, namanya lippes loop
2) Bentuk seperti huruf T dan dililiti tembaga, namanya
cooper-T

125
3) Berbentuk seperti pohon kelapa atau kipas terbuka
dan dililiti tembaga, namanya multi load
a. Cara kerja IUD
IUD mencegah pertemuan sel sperma dengan sel telur
sehingga kehamilan tidak terjadi
b. Cara pemakaian IUD
IUD dipasang pada rongga rahim wanita pada saat
sedang haid atau pada masa nifas. Pemasangan
dilakukan oleh dokter atau bidan yang terlatih.
c. Keuntungan
1) Praktis tidak perlu mengingat ingat
2) Ekonomis
3) Aman
4) Efektif untuk proteksi jangka panjang
5) Tidak mengganggu hubungan suami istri
6) Tidak mempengaruhi kualitas dan volume ASI
d. Kerugian
1) Rasa nyeri atau mulas beberapa saat setelah
pemasangan
2) Klien tidak dapat melepas AKDR oleh dirinya
sendiri, karena petugas kesehatan yang sudah
terlatih yang dapat melepas AKDR
3) Perempuan harus memeriksa posisi benang
AKDR dari waktu ke waktu. Untuk
melakukannya, perempuan harus memasukkas
jarinya ke dalam vagina, sebagian besar
perempuan tidak mau melakukan hal ini
e. Efek samping
1) Perdarahan
2) Infeksi
3) Kram/nyeri haid
4) keputihan
f. Tempat memperoleh pelayanan IUD
1) Puskesmas
2) Klinik KB
3) BPS
4) Dokter kandungan

126
5) Rumah sakit
6) Penting untuk diingat
a) Mengecek kesehatan umum ibu ( vital sign)
sebelum pemakaian IUD
b) Pemasangan IUD dilakukan oleh dokter atau
bidan terlatih
5. IMPLANT atau AKBK (alat kontrasepsi bawah kulit)
Implant atau susuk KB adalah alat kontrasepsi yang
terdiri dari enam kapsul kecil berisi hormon
lovonorgestrel, implant dipasang di bawah kulit lengan
atas bagian dalam, implant dipakai selama lima tahun.
a. Cara kerja kontrasepsi implant
Keenam kapsul implan secara tetap melepaskan
sejumlah hormon yang dapat mencegah lepasnya sel
telur dari indung telur dan mengentalkan lendir pada
mulut rahim, sehingga sel sperma tidak dapat masuk
ke dalam rahim. Hormon ini juga dapat menipiskan
selaput lendir rahim sehingga hasil pembuahan tidak
dapat tertanam di dalam rahim.
b. Keuntungan
1) Perlindungan jangka panjang (5 tahun)
2) Pengembalian tingkat kesuburan yang cepat
setelah pencabutan
3) Tidak memerlukan pemeriksaan dalam
4) Tidak mengganggu kegiatan senggama
5) Dapat dicabut setiap saat saat sesuai dengan
kebutuhan
c. Kerugian
1) Harus diinsisi/ dilukai kecil untuk memasukkan
implant
2) Nyeri didaerah pemasangan implant
d. Efek samping
1. Aminorea
2. Perubahan berat badan
3. Jerawat
4. Mual dan muntah
5. Pusing dan sakit kepala

127
e. Tempat memperoleh pelayanan IUD
1) Puskesmas
2) Klinik KB
3) BPS/ RB
4) Rumah sakit
f. Yang perli diingat
1) Sebelum pemasangan implant, kesehatan umum
(vital sign) klien harus diperiksa terlebih dahulu
2) Sesudah pemasangan implan, kemungkinan ibu
mengalami rasa nyeri pada tempat pemasangan.
Biasanya hanya sebentar, tidak perlu khawatir,
dan jangan diapa-apakan. Jika tidak tertahankan
segera pergi ke tempat pelayanan kesehatan untuk
meminta bantuan bidan atau dokter
3) Selama 3 hari sesudah pemasangan. Ibu
diperbolehkan mandi tetapi jaga supaya daerah
tempat pemasangan tetap kering
4) Jika ada keluhan, pergilah ke tempat pelayanan
kesehatan agar dapat ditolong oleh dokter atau
bidan
5) Sesudah lima tahun, segeralah menuju tempat
pelayanan kesehata karena keenam kapsul itu
harus dicabut. Jika masih menginginkan
kontrasepsi implant dokter atau bidan akan
menggantinya dengan yang baru.

6. MOW / STERILISASI
Merupakan metode pengikatan dan pemotongan saluran
telur agar sel telur tidak dapat dibuahi oleh sperma. Cara
Kerja Tubektomi menghambat sperma karena saluran sel
telur tertutup.
a. Keuntungan
1) Permanen dan efektif.
2) Tidak mempengaruhi proses menyusui
3) Pembedahan sederhana, dapat dilakukan dengan
anestesi local
4) Dapat mencegah kehamilan lebih dari 99%.

128
5) Tidak ada efek samping jangka panjang dan tidak
mengganggu hubungan seksual.
b. Kerugian Tubektomi :
1) Rasa sakit/ketidak nyamanan dalam jangka
pendek setelah tindakan
2) Tidak bisa mempunyai anak lagi
c. Efek samping
1) Demam pasca operasi
2) Rasa sakit pada lokasi pembedahan
3) Perdarahan superfisial
d. Tempat mendapatkan pelayanan kontrasepsi
Tubektomi Di rumah sakit
e. Yang perlu diingat
1) bagi wanita usia subur berumur diatas 26 tahun ,
dan sudah punya anak cukup ( 2 anak ), anak
terkecil harus berusia minimal 5 tahun.
2) Puasa mulai tengah malam sebelum operasi, atau
sekurang kurangnya 6 jam sebelum operasi. Bagi
calon akseptor yang menderita Maag (kelaianan
lambung agar makan obat maag sebelum dan
sesudah puasa
3) Mandi dan membersihkan daerah kemaluan
dengan sabun mandi sampai
4) Harus mendapatkan persetujuan dari masing-
masing pasangan

Langkah konseling KB dengan SATU TUJU


SA : Sapa dan Salam
 Sapa klien secara terbuka dan sopan
 Beri perhatian sepenuhnya
 Bangun percaya diri klien
 Tanyakan apa yang perlu dibantu
T : Tanya
 Tanyakan informasi tentang dirinya
 Bantu klien mengetahui pengalaman KB
 Tanyakan kontrasepsi yang ingin digunakan

129
U : Uraikan
 Uraikan pada klien mengenai pilihannya
 Bantu klien pada jenis kontrasepsi yang paling dia ingini
TU : Bantu
 Bantu klien berfikir apa yang sesuai dengan keadaan dan
kebutuhannya
 Tanyakan apakan pasangan mendukung dengan pilihannya

130
BAB VII
PENDOKUMENTASIAN PELAYANAN KB

A. PENCATATAN DAN PELAPORAN PELAYANAN


KB
Kegiatan pencatatan dan pelaporan program KB Nasional
adalah suatu proses untuk mendapatkan data dan
informasi yang merupakan data dan informasi yang
merupakan subtansi pokok dalam sistem informasi
program KB Nasional dan dibutuhkan untuk kepentingn
operasional program Data dan informasi tersebut juga
merupakan bahan pengambilan keputusan, perencanaan,
pemantauan dan penilaian, serta pengendalian program
oleh karena itu data dan informasi yang dihasilkan harus
akurat, tepat waktu, dan dapata dipercaya. Dalam upaya
memenuhi harapan bahwa data dan informasi yang
dihasilkan merupakan data dan informasi yang
berkualitas, maka selalu dilakukan langkah-langkah
penyempurnaan sesuai dengan perkembangan program
dengan visi dan misi orgram baru serta perkembangan
kemajuan teknologi informasi.
Pada tahun 2001 pencatatan dan pelaporan program KB
Nasional telah dilaksanakan sesuai dengan sistem
pencatatan dan pelaporan KB Nasional telah
dilaksanakan sesuai dengan sistem pencatatandan
pelaporan yang disempurnakan melalui Instruksi Menteri
Pemberdayaan Perempuan/Kepala BKKBN Nomor
191/HK-011/-D2/2000 tanggal 29 september 2000.
kegiatan pencatatan dan pelaporan KB Nasional meliputi
pengumpulan, pencatatn, serta pengolahan data dan
informasi tentang kegiatan dan hasil kegiatan operasional.
Sistem pencatatan dan pelaporan saat ini telah
disesuaiakan dengan tuntutan informasi, desentraliasi,
dan perbaikan kualitas.

131
Sistem pencatatan dan pelaporan KB Nasional yang
disesuaikan melalui Subsistem Pencatatan Pelaporan
Pelayanan Kontrasepsi, Pelaporan Pengendalian
Lapangan, Pencatatan, Pelaporan Pendapatan Keluarga,
dan Pencatatan Pelaporan Pendapatan Keluarga Miskin.
Bab ini akan membahas subsistem Pencatatan dan
Pelaporan Pelayanan Kontrasepsi.

Penggunaan Kartu Catatan Pasien


Sistem Pencatatan dan Pelayanan Kontrasepsi
pencatatan dan pelaporan pelayanan kontrasepsi program
KB ditujukan pada kegiatan dan hasil kegiatan
operasional sebagai berikut :
1. kegiatan pelayanan kontrasepsi
2. Hasil kegiatan pelayanan kontrasepsi baik di klinik
KB maupun did dokter atas bidan praktekswasta
3. pencatatan keadaan alat-alat kontrasepsi di klinik KB.

Mekanisme Pencatatan dan Pelaporan Pelayanan


Kontrasepsi
Sistem pencatatan dan pelaporan pelayanan kontrasepsi
diharapkan dapat menyediakan berbagai datan dan informasi
dan pelayanan kontrasepsi di seluruh wilayah sampai di
tingkat kecamatan dan desa. Mekanisme pencatatan dan
pelaporan pelayanan kotrasepsi adalah sebagai berikut.
1. Pada waktu mendaftar untuk pembukuan klinik KB dan
pendaftaran ulang setiap bulan januari, semua klinik KB
mengisi kartu pendaftaran kilinik KB (K/O/KB/00).
2. Setiap peserta KB baru dapat dan pindahan dibuatkan
kartu status peserta KB (K/IV/KB/00),yang antara lain
memuat ciri-ciri peserta KB yang bersangkutan kartu ini
disimpan di klinik KB dan digunakan waktu kunjungan
ulang.
3. setiap peserta KB baru atau pindahan dari kilinik KB
dibuatkan kartu peserta KB (K/1/KB/00).
4. Setiap ada pelayanan KB di klinik KB dicatat dalam
register kilinik KB (R/I/KB/00) dan pada akhir bulan

132
dijumlahkan karena register ini merupakan sumber data
untuk membuat laporan bulanan klinik.
5. Setiap penerimaan dan pengeluaran jenis alat kontrasepsi
oleh klinik dicatat dalam register klinik KB (R/II/KB/00).
Setiap akhir bulan dijumlahkan sebagai sumber untuk
membuat laporan bulanan klinik.
6. Pelayanan KB yang dilakukan oleh dokter/bidan praktik
swasta setiap hari dicatat dalam buku bantu hasil
pelayanan kontrasepsi pada dokter/bidan praktik swasta
(B/I/DBS/00). Setiap akhir bulan dijumlahkan dan
merupakan sumber data dalam membuat laporan bulanan
petugas penghubung DBS/BPS.
7. Setiap bulan PKB/PLKB atau petugas yang ditunjuk
sebagai petugas penghubung dokter/bidan praktik swasta
membuat laporan bulanan dalam (F/I/PH/DBS/00).
Laporan bulanan ininmerupakan sumber datan untuk
pengisisan laporan bulanan kilinik KB.
8. Setiap bulan, petugas klinik KB membuat laporan klinik
KB (F/II/KB/00) yang sumber datanya diambil dari
register hasil pelayanan di klinik KB (R/I/KB/00),
laporan bulanan petugas penghubung dokter/bidan
praktik swasta (F/I/PH/DBS/00), dan register alat
kontrasepsi klinik KB (R/II/KB/00).

Mekanisme Pelaporan
Arus Pelaporan Pelayan Informasi
1. Kartu pendaftaran klinik KB (K/0/KB/00) dibuat rangkap
dua oleh klinik KB, satu lembar untuk kantor BKKBN
kabupaten/kota, yang dikirim selambat-lambatnya tanggal
7 februari setiap tahun ke kanto BKKBN kabupaten/kota
dan satu lembar untuk arsip.
2. Laporan petugas penghubung hasil pelayanan kontrasepsi
oleh dokter/bidan praktik swasta (F/I/DBS/00) dibuat
oleh PLKB/PKB/petugas penghubung dokter/bidan
praktik swasta dalam rangkap dua, dikirim selambat-
lambatnya tanggal lima bulan berikutnya ke klinik KB
induk di wiliyah kerjanya dan untuk arsip.

133
3. Laporan bulana n klinik KB (F/II/KB/00) dibuat oleh
kinik KB dalam rangkap 4 (empat), dikirim selambat-
lambatnya pada tanggal tujuh pada bulan berikutnya.
Masing-masing ke kantor BKKBN kabupaten/kota, mitra
kerja tingkat II, kantor camat, dan untuk arsip.
4. Rekapitulasi kartu pendaftaran klinik KB tingkat
kabupaten/kota (Rek.Kab.k/0/KB/00) dibuat rangkap dua
oleh kantor BKKBN kabupaten/kota dan dikirim
selambat-lambatnya pada tanggal 14 februari setiap
tahun, masing-masing ke Kanwil BKKBN
kabupaten/kota provinsi dan untuk arsip.
5. Rekapitulasi laporan bulanan klinik KB tingkat
kabupaten/kota (Rek.Kab.F/II/KB/00) dibuat rangkap dua
setiap bulan oleh kantor BKKBN kabupaten/kota dikirim
selambat-lambatnya tanggal 10 bulan berikutnya ke
Kanwil BKKBN provinsi dan untuk arsip.
6. Rekapitulasi kartu pendaftan klinik KB tingkat provinsi
(Rek.Kab.F/II/KB/00) dibuat rangkap dua setiap bulan
oleh kantor BKKBN kabupaten/kota dikirim selambat-
lambatnya tanggal 21 februari setiap tahun ke BKKBN
pusat dan untuk arsip
7. Rekapitulasi laporan bulanan klinik KB Tingkat Provinsi
(Rek.Kab.F/II/KB/00) dibuat rangkap dua oleh kanwil
BKKBN provinsi dan dikirim selambat-lambatnya
tanggal 15 bulan berikutnya ke BKKBN pusat dan untuk
arsip.
8. BKKBN kabupaten/kota setiap bulan menyampaikan
laporan umpan balik kepada camat dan mitra kerja
tingkat II.
9. BKKBN pusat (Direktorat pelaporan dan Statistik) setiap
bulan menyampaikan laporan umpan balik kepada semua
pimpinan di jajaran BKKBN pusat, ke kanwil BKKBN,
Provinsi, dan mitra kerja tingkat pusat.

134
Penyediaan Dana Operasional
Dalam mengevaluasi penyediaan dan operasional, perlu
dilakukan inventasisasi apabila tersedia dukungan
anggaran untuk kegiatan operasional petugas RR Klinik
dan biaya pembinaan RR, baik yang bersuimber APBN
mauping di luar APBN(APBD). Dengan tersedianya
dukungan dana operasional tersebut, pemanfaatannya
dapat dilaksanakan secara efektif dan efesien untuk

135
peningkatan kualitas pelaksanaan pencatatan dan
pelaporan pelayanan kontrasepsi, sehingga cakupan,
kualitas data, dan informasi meningkat di setiap tingkat.

Pendokumentasian Rujukan KB
Monitoring Serta Evaluasi Sisstem Pencatatan dan
Pelaporan Pelayanan Kontrasepsi
Kekurangan pelaksanaan sistem pencatatan dan pelaporan
pelayanan kontrasepsi masih diraskan sehingga perlu
selalu dilakukan monitoring dan evaluasi. Melalui sistem
pencatatan dan pelaporan pelayanan kontrasepsi dari hasil
monitoring dan evaluasi tersebut dapat diketahui
hambatan dan permasalahan yang timbul, sehingga dapat
dilakukan perbaikan kegiatan sistem pencatatan dan
pelaporan pelayanan kontrasepsi.
Dalam melakukan monitoring dan evaluasi sistem
pencatat dan pelapor pelayanan kontrasepsi, beberapa hal
yang perlu diperhatikan adalah sebagai berikut:
1. Cakupan Laporan
Monitoring dan evaluasi terhadap cakupan laporan
meliputi jumlah ketepatan, pengisian, dan ketetapan
waktu data yang dilaporkan mulai dari tingkat linin
lapangan sampai ke tingkat pusat.
2. Kualitas Data
dalam melakukan evaluasi terhadap kualitas data
pencatatan dan pelaporan pelayanan kontrasepsi, perlu
dilihat bagaimana masukan laporannya baik laporan
bulanan maupun laporan tahunan. Dalam hal ini sering
dapat terjadi laporan memgalami keterlambatan penyajian
data dan informasi setiap bulannya dapat disebabkan oleh
proses pengumpulan laporan yang terlambat serta
kesalahan pengolahan ke bawah dan ke samping sehingga
memeperlambat proses pengolahannya.
3. Tenaga
dalam melakukan evaluasi terhadap tenaga pencatatan
dan pelaporan pelayanan kotrasepsi, hal-hal yang perlu

136
diperhatikan yaitu ketersediaan atau jumlah tenaga dan
kualitas tenaga.
a. ketersediaan jumlah tenaga
bagaimana kondisi jumlah petugas RR klinik yang
melakukan pencatatan pelaporan dan pelayanan
kontrasepsi
b. kualitas tenaga
apakah petugas RR klinik sudah mengikuti pelatihan
RR
4. Sarana
Dalam melakukan evaluasi terhadap sarana, perlu dilihat
bagaimana sarana mendukung kelancaran pelaksanaan
pencatatan dan pelaporan diantaranya sebagai berikut.
a. Ketersedian formulir dan kartu
b. ketersediaan buku petunjuk teknis pencatatan dan
pelaporan pelayanan kontrasepsi
c. ketersediaan mesin faks bagi seluruh kabupaten/kota
untuk kecepatan pelaporan
d. ketersediaan komputer sampai dengan tingkat
kabupaten/kota.

AUDIT MEDIK PELAYANAN KELUARGA BERENCANA


Pengertian
Audit Medik Pelayanan Keluarga Berencana (AMPKB)
adalah suatu proses kajian medis KB yang sistematis dan
kritis terhadap kasus kompilkasi, kegagalan penggunaan
alat dan obat kontrasepsi (alkon), serta penatalaksanaan
memanfaatkan data dan informasi yang terkait, sehingga
dapat teridentifikasi berbagai faktor penyebab kegagalan
KB serta memperoleh perbaikan dan disepakatinya jenis
intervensi yang diperlakukan sebagai kegiatan tindakan
lanjut.
Tujuan
meningkatkan mutu pelayanan KB dalam rangka
mendukung upaya peningkatan pelayanan kesehatan

137
reproduksi, menurunkan fasilitas, serta berkontribusi
dalam penurunan Angka Kematian Ibu (AKI).

Fokus
fokus audit medik pelayanan KB adalah pada kasus-kasus
komplikasi dan kasus kegagalan akibat pelayanan KB

Prinsip
empat prinsip audit medik pelayanan KB adalah sebagai
berikut
1. Beriorentasi pada peningkatan kualitas pelayanan dengan
pendekatan siklus pemecahan masalah,
2. Tidak saling menyalahkan,
3. Mencari solusi untuk perbaikan, baik manajemen maupun
teknis,
4. Audit medik pelayanan KB dilakukan per klien.

Prosedur
Prosedur AMPKB dibagi dalam tiga lokasi audit yaitu
sebagai berikut.
1. Tingkat puskesmas,
2. Tingkat RSU kabupaten/kota dan provinsi,
3. Tingkat Dinas Kesehatan kabupaten/kota.
Di setiap tingkat lokasi audit medit pelayanan KB terdapat
mekanisme penyelengaraan, pelaksana, materi pertemuan,
frekuensi pertemuan, proses pengkajian khusus, serta
pencatatan dan pelaporan.

Langkah-langkah Penerapan Kegiatan


1. Persiapan
a. Pengadaan pedoman
b. Sosialisi pedoman
c. Pembentukan tim AMPKB
d. Sosialisasi dan orientasi ke tingkat kabupaten
e. Sosialisasi dan orientasi ke tingkat puskesmas.

138
2. Pelaksanaan AMPKBa
a. Petugas melaksanaan pelacakan kasus komplikasi dan
kegagalan,
b. Puskesmas melakukan validasi dan penanganan setiap
kasus yang dilacak serta mengirimkan data
kasus/masalah di tingkat kabupaten/kota,
c. Melakukan pembahasan kasus/masalah di tingkat
kecamatan,
d. Melakukan rekapitulasi kasus serta memilih kasus
yang akan dibicarakan di pertemuan audit tingkat
kabupaten/kota,
e. Melaksanakan kegiatan audit tingkat kabupaten/kota.
f. Membahas kasus yang dilaksanakan ole tim audit
3. Monitoring dan evaluasi
Monitoring dilakukan sesuai dengan kesepakatan, dapat
dilakukjan satu atau dua kali per bulan,sedangkan untuk
evaluasi dilakukan setiap akhir siklus intervensi, biasanya
tiap tiga bulan

Pelaporan
pelaporan didasari pada hasil audit yaitu ditigkat puskesmas,
rumah sakit, dan dinas kesehatan kabupaten/kota.
1. tingkat puskesmas
Pelaporan di tingkat ini menggunakan beberapa formulir
sebagi berikut:
a. formulir rujukan kasus KB (form R). Formulir ini
akan digunkan oleh dokter puskesmas, bidan
puskesmas, dan bidan di desa untuk merujukan kasus
KB.
b. Formulir audit kasus KB (Form A/KB/2001.
Digunkan oleh dokter, bidan puskemas, bidan desa
pada saat pelacakan kasus KB baik saat klien
berkunjung ke pelayanan, pada saat, petugas
melakukan kunjungan rumah sebagai tindak lanjut
dari adanya laporan kasus kegagalan/komplikasi yang
bersal dari kader dan atau PLKB.

139
c. Formulir F/II/KB/2002. Laporan ini berisi laporan
hasil peserta KB dan persediaan alat kontrasepsi.
Dalam laporan ini dapat diketahui jumlah kasus KB
termasuk komplikasi dan kegagalan dalam
melaksanakan KB
2. Tingkat rumah sakit
Pada tingkat ini formulir yang digunakan adalah sebagai
berikut.
a. formulir F/II/KB/2002.
b. Laporan pertemuan audit medik internal
3. Tingkat dinas kesehatan kabupaten/kota
Pada tingkat ini formulir yang digunakan adalah sebagai
berikut.
a. Formulir rekapitulasi F/II/KB/2002.
b. Laporan kesehatan/KB/kabupaten bulanan.
(Penjelasan rinci untuk formulir serta bentuk formulir
dapat dilihat di buku Panduan Audit Medik Pelayanan
KB, DepKes RI, 2002)

Indikator
Untuk mengukur mutu pelayanan KB, digunakan beberapa
indikator sebagai berikut.
1. Persentase kegagalan/metode kontrasepsi,
2. Persentase kegagalan total,
3. Persentase kompilkasi/metode kontrasepsi,
4. Persentase komplikasi total.
perhitungan angka ini dilakukan minimal setiap tiga bulan dan
acara menghitung angka-angka ini dapat dilihat di buku Panduan
Audit Medik Pelayanan KB, Depkes RI, 2002.

140
DAFTAR PUSTAKA

BKKBN. 2002. Program Pelayanan Kesehatan Reproduksi.


Jakarta: BKKBN
Elisabeth siwi walyani, purwoastuti ending.kesehatan Reproduksi
Dan Keluarga Berencana.
Jogjakarta:pustakabarupress;2015.
Kusmiran Eni. Kesehatan Reproduksi Reamaja Dan
Wanita.Jakarta: Salemba Medika;2014
Hartanto Hanifi.Keluarga Berencana Dan Kontrasepsi.Jakarta:
Pustaka Sinar Harapan.2002
Hidayati Elli. Kesehatan Perempuan Dan Perencanaan KB.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Dan Kesehatan
Universitas.2017
Sulistyawati A. Pelayanan Keluarga Berencana. Jakarta: Salemba
Medika; 2014.
Uliyah Mar;Atul. Panduan aman dan sehat memilih kb. Jakarta:
insania; 2010
Rahayu Sri, Ida Ayu. Modul Bahan Ajar Kesehatan Reproduksi
Dan Keluarga Berencana.Jakarta Selatan: Pusdik SDM
Kesehatan. 2016
https://www.google.com/search?q=metode+kalender+adalah&oq=
metode&aqs=chrome.0.35i39j69i57j0l6.6202j0j1&sourceid
=chrome&ie=UTF-8. 09 maret 2020
http://bppsdmk.kemkes.go.id/pusdiksdmk/wp-
content/uploads/2017/08/Kespro-dan-KB-
Komprehensif.pdf. 09 maret 2020.
https://www.google.com/search?q=remaja+adalah&oq=remaj&aqs
=chrome.0.69i59j69i57j0l6.19619j0j1&sourceid=chrome&i
e=UTF-8. 09 maret 2020
https://www.popmama.com/pregnancy/getting-pregnant/fx-dimas-
prasetyo/kb-kalender-untuk-mencegah-kehamilan/full.09
maret 2020
https://www.rspkt.com/13/08/cara-mudah-ber-kb-dengan-kb-
kalender.09 maret 2020
http://bppsdmk.kemkes.go.id/pusdiksdmk/wp-
content/uploads/2017/08/Kespro-dan-KB-Komprehensif.pdf.09 maret
2020

141

Anda mungkin juga menyukai