DISUSUN OLEH
NH0418027
NANI HASANUDDIN
MAKASSAR
2020
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur alhamdulillah kami panjatkan ke hadirat tuhan yang maha esa,
Terima kasih juga kami ucapkan kepada teman-teman yang telah berkontribusi
dengan memberikan ide-idenya sehingga makalah ini bisa disusun dengan baik dan
rapi.
pembaca. Namun terlepas dari itu, kami memahami bahwa makalah ini masih jauh dari
kata sempurna, sehingga kami sangat mengharapkan kritik serta saran yang bersifat
Penulis
2
BAB 1
Konsep Kesehatan Reproduksi
A. Definisi Kesehatan Reproduksi
1. Definisi Sehat
Pengertian sehat menurut WHO ( 1992 ) adalah suatu keadaan yang sempurna baik
fisik, mental dan sosial tidak hanya bebas dari penyakit atau kelemahan. Dan beberapa
pengertian sehat lain diantaranya yaitu :
a. Sehat adalah perwujudan individu yang diperoleh melalui kepuasan dalam
berhubungan dengan orang lain ( aktualisasi ). Perilaku yang sesuai dengan tujuan,
perawatan diri yang kompeten sedangkan penyesuaian diperlukan untuk
mempertahankan stabilitas dan integritas struktural. ( Menurut Pender, 1992 ).
b. Sehat atau kesehatan adalah suatu keadaan sejahtera dari badan ( jasmani ), jiwa
( rohani ) dan sosial yang memungkinkan setiap orang produktif secara sosial dan
ekonomis. ( Menurut UU NO. 23/1992 tentang kesehatan ).
c. Sehat adalah fungsi efektif dari sumber-sumber perawatan diri ( self care resouses )
yang menjamin tindakan untuk perawatan diri ( self care actions ) secara adekuat.
Self care resources: mencakup pengetahuan, keterampilan dan sikap. Self care
actions merupakan perilaku yang sesuai dengan tujuan diperlukan untuk
memperoleh, mempertahankan dan meningkatkan fungsi psikososial dan spiritual
( Menurut Paune, 1983 ).
2. Definisi Kesehatan
Kesehatan adalah keadaan sejahtera badan, jiwa, dan sosial yang memungkinkan
setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomi.(UU Kesehatan No. 23 Tahun
1992 ).
3. Definisi Reproduksi
Istilah reproduksi berasal dari kata “re” yang artinya kembali dan kata produksi
yang artinya membuat atau menghasilkan. Jadi istilah reproduksi mempunyai arti suatu
proses kehidupan manusia dalam menghasilkan keturunan demi kelestarian hidupnya.
Sedangkan yang disebut organ reproduksi adalah alat tubuh yang berfungsi untuk
reproduksi manusia.
4. Definisi Kesehatan Reproduksi
Kesehatan reproduksi adalah suatu kesehatan sehat mental, fisik dan
kesejahteraan sosial secara utuh pada semua hal yang berhubungan dengan sistem dan
fungsi serta proses dan bukan hanya kondisi yang bebas dari penyakit dan kecacatan serta
dibentuk berdasarkan atas perkawinan yang sah, mampu memenuhi kesehatan spiritual
dan material yang layak, bertakwa pada Tuhan yang Maha Esa, spiritual memiliki
hubungan yang serasi, selaras, seimbang antara anggota keluarga dan antar keluarga dan
masyarakat dan ligkungan (BKKBN, 1996 ).
Menurut BKKBN ( 2001 ), definisi kesehatan reproduksi adalah kesehatan secara
fisik, mental, dan kesejahteraan sosial secara utuh pada semua hal yang berhubungan
dengan sistem dan fungsi serta proses reproduksi dan bukan hanya kondisi yang bebas
dari pentyakit dan kecatatan.
3
Menurut ICPD ( 1994 ) kesehatan reproduksi adalah sebagai hasil akhir keadaan
sehat sejahtera secara fisik, mental, dan sosial dan tidak hanya bebas dari penyakit atau
kecatatan dalam segala hal yang terkait dengan sistem, fungsi serta proses
reproduksi.Kesehatan reproduksi mencakup tiga komponen yaitu :
a. Kemampuan ( ability )
b. Keberhasilan ( success).
c. Keamanan ( safety )
Keberhasilan bearti dapat menghasilkan anak sehat yang tumbuh dan
berkembang. Keamanan berarti semua proses reproduksitermasuk hubungan seks,
kehamilan, persalinan, kontrasepsi, dan abortus seyogyanya bukan merupakan aktivitas
yang berbahaya.
Menurut WHO kesehatan reproduksi adalah suatu keadaan sejahtera fisik, mental
dan sosial yang utuh bukan hanya bebas dari penyakit atau kecacatan dalam segala aspek
yang berhubungan dengan sistem reproduksi, fungsi, dan prosesnya.
Berdasarkan berbagai urutan tentang sehat, kesehatan, reproduksi, dan kesehatan
reproduksi diatas dapat kita simpulkan bahwa kesehatan reproduksi adalah suatu keadaan
sehat menyeluruh, meliputi aspek fisik, mental dan sosial, bukan sekedar tidak ada
penyakit atau gangguan di segala hal yang berkaitan dengan sistem reproduksi, fungsinya
dan proses reproduksi itu sendiri.Dengan demikian : Kesehatan reproduksi menyiratkan
bahwa setiap orang dapat :
1) Menikmati kehidupan seks yang aman dan menyenangkan ;
2) Memiliki kemampuan bereproduksi ;
3) Memiliki kebebasan menetapkan.
5. Empat Komponen Prioritas Kespro
Hak reproduksi merupakan hak setiap individu atau pasangan untuk mendapatkan :
a. Kemampuan reproduksi
b. Keberhasilan reproduksi
c. Keamanan reproduksi
Berdasarkan penjelasan diatas diketahui pula bahwa ada empat pilar utama
kesehatan reproduksi menurut ICPD ( 1994 ), yaitu :
a. Women Health
b. Infant and Child Health
c. Prevention and Treatment of STDs
d. Fertility Regulation
4
Kesehatan reproduksi ibu dan bayi baru lahir meliputi perkembangan berbagai
orangan reproduksi mulai dari sejak dalam kandungan, bayi, remaja, wanita usia subur,
klimakterium, menopause, hingga meninggal. Kondisi kesehatan seorang ibu hamil
mempengaruhi kondisi bayi yang dilahirkanny, termasuk didalamnya kondisi kesehatan
organ-organ reproduksi bayinya. Permasalahan kesehatan reproduksi remaja termasuk
pada saat pertama anak perempuan mengalami haid atau menarche yang bisa berisiko
timbulnya anemia, perilaku seksual yang mana bila kurang pengetahuan dapat tertular
penyakit hubungan seksual, termasuk HIV/AIDS. Ramaja yang menginjak masa dewasa
bila kurang pengetahuan dapat mengakibatkan risiko kehamilan usia muda yang mana
mempunyai risiko terhadap kesehatan ibu hamil dan janinya.
Penerapan pelayanan kesehatan reproduksi oleh Depkes RI dilaksanakan secara
integratif memprioritaskan pada empat komponen kesehatan reproduksi yang menjadi
masalah pokok di Indonesia yang disebut Paket Pelayanan Kesehatan Rreproduksi
Esensial ( PKRE ) yaitu :
a. Kesehatan ibu dan bayi baru lahir
b. Keluarga berencana
c. Kesehatan reproduksi remaja
d. Pencegahan dan penanganan infeksi saluran reproduksi, termasuk HIV/AIDS
Sedangkan Pelayanan Kesehatan Reproduksi Komprehensif ( PKRK ) terdiri dari
PKRE ditambah kesehatan reproduksi pada usia lanjut.
6. Tujuan dan Sasaran Program Kesehatan Reproduksi
Pada dasarnya ada tujuan dan sasaran program kesehatan reproduksi. Tujuan
program kesehatan reproduksi terbagi dua yaitu tujuan utama dan tujuan khusus.
a. Tujuan Utama.
Sehubungan dengan fakta bahwa fungsi dan proses reproduksi harus didahului oleh
hubungan seksual, tujuan utama program kesehatan reproduksi adalah
meningkatkan kesadaran kemandirian wanita dalam mengatur fungsi dan proses
reproduksinya, termasuk kehidupan seksualitasnya, sehingga hak-hak
reproduksinya dapat terpenuhi, yang pada akhirnya menuju peningkatan kualitas
hidupnya.
b. Tujuan Khusus.
Dari tujuan umum tersebut dapat dijabarkan empat tujuan khusus yaitu :
a) Meningkatnya kemandirian wanita dalam memutuskan peran dan fungsi
reproduksinya;
b) Meningkatnya hak dan tanggung jawab sosial wanita dalam menentukan kapan
hamil, jumlah dan jarak kehamilan ;
c) Meningkatnya peran dan tanggung jawab sosial pria terhadap akibat dari
perilaku seksual dan fertilitasnya kepada kesehatan dan kesejahteraan pasangan
dan anak-anaknya ;
d) Dukungan yang menunjang wanita untuk membuat keputusan yang berkaitan
dengan proses reproduksi, berupa pengadaan informasi dan pelayanan yang
5
dapat memenuhi kebutuhan untuk mencapai kesehatan reproduksi secara
optimal.Sedangkan sasaran program kesehatan reproduksi, antara lain adalah
(1) Penurunan angka prevalensi anemia pada wanita ( usia 15-49 tahun )
(2) Penurunan angka kematian ibu hingga 59%; semua wanita hamil
mendapatkan akses pelayanan prenatal, persalinan oleh tenaga terlatih
dan kasus kehamilan resiko tinggi serta kegawatdaruratan kebidanan,
dirujuk ke fasilitas kesehatan
(3) Peningkatan jumlah wanita yang bebas dari kecacatan/gangguan
sepanjang hidupnya sebesar 15% diseluruh lapisan masyarakat;
(4) Penurunan proporsi bayi berat lahir rendah ( <2,5 kg ),
(5) Pemberantasan tetanus neonatarum ( angka insiden diharapkan kurang
dari satu kasus per 1000 kelahiran hidup ) disemua kabupaten;
(6) Semua individu dan pasangan mendapatkan akes informasi dan
pelayanan pencegahan kehamilan yang terlalu dini, terlalu dekat
jaraknya, terlalu tua, dan terlalu banyak;
(7) Proporsi yang memanfaatkan pelayanan kesehatan dan pemeriksaan dan
pengobatan PMS minimal mencapai 70% ( WHO/SEARO,1995 ).
7. Prasyarat Fungsi Reproduksi
Agar dapat melaksanakan fungsi reproduksi secara sehat, dalam pengertian fisik,
mental maupun sosial, diperlukan beberapa prasyarat :
a. Tidak ada kelainan anatmis dan fisiologis baik pada perempuan maupun laki-laki.
b. Memiliki landasan psikis yang memadai agar perkembangan emosinya berlangsung
dengan baik.
c. Terbebas dari kelainan atau penyakit yang baik langsung atau tidak langsung
mengenai organ reproduksinya.
d. Seseorang perempuan hamil memerlukan jaminan bahwa ia akan dapat melewati
masa tersebut dengan aman.
8. Alat Reproduksi Manusia
Sistem reproduksi adalah sekelompok struktur terorganisir yang memungkinkan
penciptaan, atau reproduksi, kehidupan baru bagi kelanjutan spesies. Reproduksi manusia
adalah seksual, yang berati bahwa baik laki-laki dan seorang perempuan memberikan
kontibusi ateri genetik dalam pembentukan individu baru. Sealama pubertas, biasanya
terjadi antara usia sembilan dan empat belas, sistem reproduksi dari kedua jenis kelamin
dewasa. Ovarium melepaskan sel telur dari perempuan ( sel kelamin perempuan ) dan
testis laki-laki memproduksi sperma ( sel kelamin laki-laki ). Reproduksi terjadi ketika
sperma bertemu dengan telur, proses yang disebut pembuahan.
a. Alat reproduksi waita
Tugas utama dari sistem reproduksi wanita adalah untuk menghasilakan ovum,
menerima sperma dari rumah penis dan memberikan nutrisi ke embrio berkembang (
janin ), melahirkan, dan menghasilkan susu untuk memberikan makan anak.
Ovum dihasilkan di ovarium, organ berbentuk oval di pangkal paha yang juga
memproduksi ormon seks. Pada saat lahir, ovarium betina berisi ratusan ribu telur
berkembang, masing-masing dikelilingi oleh sekelompok sel untuk membentuk
folikel. Namun , hanya sekitar 360-480 folikel mencapai kematangan penuh. Selama
pubertas, aksi hormon menyebabkan beberapa folikel berkembang setiap bulan.
Biasanya, hanya satu folikel matang sepenunya, pecah dan melepaskan sebuah sel
6
telur melalui dinding ovarium dalam proses yang disebut ovulasi. Telur yang matang
memasuki salah satu tuba fallopi dipasangkan, dan mungkin dibuahi oleh sperma
dan bergerak ke rahim untuk berkembang menjadi janin. Lapisan rahim, yang
disebut endometrium, mempersiapkan untuk kehamilan setiap bulan dengan menjadi
lebih tebal. Lapisan dalah gudang saat menstruasi jika tidak terjadi pembuahan.
Uterus, atau rahim adalah organ dimana janin berkembang dan menerima nutrisi
dan oksigen. Pada dasarnya terletak leher rahim, yang melebar selama kelahiran
untuk memungkinkan bagian dari janin. Vagina adalah tabung berotot memanjang
dari uterus ke luar tubuh. Ini dalah wadah untuk sperma yang ejakulasi selama
hubungan seksual dan juga merupakan bagian dari jalan lahir.
Organ genital eksternal, atau vulva, termasuk labia, klitoris, dan mons pubis.
Labia adalah lipatan kulit dikedua sisi bukaan ke vagina dan uretra. Klitoris, organ,
kecil sensitif terletak di depan labia, adalah sebanding dengan penis laki-laki. Mons
pubis adalah pada dari jaringan lemak di atas clitoris.
Selama kehamilan,hormon estrogen dan progesteron merangsang wanita
pembesaran payudara dan kelenjar susu. Sekitar dua hari setelah lahir, kadar hormon
ini menurun, dan kelenjar pituitari melepaskan hormon prolaktin uang merangang
produksi susu. Susu mengalir melalui lubang kecil di puting payudara setiap
menyusuibayi.
7
B. Tujuan Kesehatan Reproduksi
1. Tujuan Utama
Sehubungan dengan fakta bahwa fungsi dan proses reproduksi harus didahului
oleh hubungan seksual, tujuan utama program kesehatan reproduksi adalah
meningkatkan kesadaran kemandiriaan wanita dalam mengatur fungsi dan proses
reproduksinya, termasuk kehidupan seksualitasnya, sehingga hak-hak reproduksinya
dapat terpenuhi, yang pada akhirnya menuju peningkatan kualitas hidupnya.
2. Tujuan Khusus
Dari tujuan utama tersebut dapat dijabarkan empat tujuan khusus yaitu :
a. Meningkatnya kemandirian wanita dalam memutuskan peran dan fungsi
reproduksinya.
b. Meningkatnya hak dan tanggung jawab sosial wanita dalam menentukan kapan
hamil, jumlah dan jarak kehamilan.
c. Meningkatnya peran dan tanggung jawab sosial pria terhadap akibat dari perilaku
seksual dan fertilitasnya kepada kesehatan dan kesejahteraan pasangan dan anak-
anaknya.
d. Dukungan yang menunjang wanita untuk membuat keputusan yang berkaitan
dengan proses reproduksi, berupa pengadaan informasi dan pelayanan yang dapat
memenuhi kebutuhan untuk mencapai kesehatan reproduksi secara optimal.
Tujuan diatas ditunjang oleh undang-undang No. 23/1992, bab II pasal 3 yang
menyatakan: “Penyelenggaraan upaya kesehatan bertujuan untuk meningkatkan derajat
kesehatan yang optimal bagi masyarakat”, dalam bab III pasal 4 “Setiap orang
menpunyai hak yang sama dalam memperoleh derajat kesehatan yang optimal.
C. Sasaran Kesehatan Reproduksi
Konsep MDG’s (Millenium Development Goals). MDGs (MIllenium Development
Goals) merupakan sebuah atau konsep yang yang ditawarkan oleh lembaga dunia menjadi
pedoman atau acuan sasaran pembangunan millennium yang terdiri dari 8 target atau tujuan
yang harus dipenuhi 8 tujuan tersebut adalah :
1. Pengentasan kemiskinan dan kelaparan yang ekstrim
2. Pemerataan pendidikan dasar
3. Mendukung adanya persaman jender dan pemberdayaan perempuan
4. Mengurangi tingkat kematian anak
5. Meningkatkan kesehatan ibu
6. Perlawanan terhadap HIV/AIDS, malaria, dan penyakit lainnya
7. Menjamin daya dukung lingkungan hidup
8
Tujuan 1 : Mengentaskan kemiskinan dan kelaparan yang ekstrim. Tujuan pertama dari MDGs
ini mempengaruhi pengertian sehat secara fisik dan ekonomi, yang berhubungan secara langsung
dengan 2 pilar dari keseluruhan pilar fakultas kesehatan masyarakat, yaitu Gizi masyarakat dan
Biostatistik kependudukan. Kekurangan gizi mengurangi tingkat sumber daya manusia melalui
efek yang berlanjut antar generasi dan tak dapat diubah. Efek ini sangat mempengaruhi
perkembangan fisik dan kognitif. Dengan gizi, kemiskinan dan kelaparan dapat dicegah karena
gizi dapat meningkatkan kemampuan kognitif berupa kecerdasan dan keterampilan dalam
pencarian nafkah. Jikakemampuan kognitif dan keterampilan meningkat, dengan otomatis,
manusia dapat meraih penghasilan yang baik. Jika manusia mendapatkan penghasilan yang
baik,dengan otomatis, dia akan terhindar dari kelaparan.
Tujuan 2 : Mencapai Pendidikan Dasar untuk Semua. Tujuan ke-2 ini secara tidak langsung
berhubungan dengan pilar gizi masyarakat, status gizi yang buruk akan mempengaruhi
kecerdasan seseorang dalam mengakses pembelajaran dengan baik dan cepat, seorang anak yang
kekurangan gizi bahkan akan menderita keterbelakangan mental dan atau memiliki kemampuan
mencerna pendidikan lebih rendah dibandingkan seorang anak yang memiliki gizi baik.
Tujuan 3 : Mendukung kesetaraan gender dan memberdayakan perempuan. Tujuan ke-3 dari
MDGs ini berhubungan dengan pilar kesehatan masyarakat, yaitu Kesehatan Reproduksi dan
Gizi Masyarakat. Prioritas dan perhatian utama yang dibutuhkan untuk pemberdayaan
perempuan adalah dengan memperbaiki diskrimanasi perempuan atas akses makanan dan
kesehatan yang seringkali menjadi kendala penghambat seorang perempuan untuk ikut serta
dalam memperoleh aset-aset pembangunan.
Tujuan 4 : Mengurangi Tingkat Kematian Anak. Tingkat kematian anak merupakan termasuk
diantara 5 indikator kesehatan secara nasional. Kematian anak mengarah pada pilar kesehatan
masyarakat yaitu, Gizi Masyarakat, seringkali kematian anak erat kaitannya dengan buruknya
status gizi yang seorang anak tersebut alami.
Tujuan 5 : Meningkatkan Kesehatan Ibu. Tujuan ke-5 ini, juga menjadi salah satu perhitungan
dari 5 indikator kesehatan secara nasional. Tujuan MDGs ini juga erat hubunngannya dengan dua
pilar sekaligus dari kesehatan masyarakat, yaitu gizi masyarakat dan kesehatan reproduksi.
Tujuan 6 : Memerangi HIV/AIDS dan penyakit menular lainnya. Tujuan ke-6 ini membutuhkan
penanganan dari ahli maupun pakar dari pilar kesehatan masyarakat, khususnya epidemiology,
pendidikan kesehatan dan ilmu perilaku, serta gizi masyarakat. 3 pilar yang secara langsung
bertanggungjawab dalam pencapaian indikator kesehatan ini.
Tujuan 7 : Memastikan kelestarian lingkungan. Pilar kesehatan lingkunganlah yang menjadi
penanggung jawab utama dari tujuan MDGs yang ke-7 ini. kesehatan lingkungan yang baik akan
mempengaruhi kesehatan secara umum. Jadi, tujuh dari tujuan MDGs merupakan tanggung
jawab bersama dari kedelapan pilar dari fakultas kesehatan masyarakat yang membutuhkan
perhatian serius agar tujuan sehat yang sebenarna dapat tercapai dengan baik.
9
D. Ruang Lingkup Kesehatan Reproduksi
Ruang lingkup kesehatan reproduksi menurut ICPD (1994) meliputi 10 hal, yaitu: 1)
kesehatan ibu dan bayi baru lahir, 2) keluarga berencana, 3) pencegahan dan penanganan
infertilitas, 4) pencegahan dan penanganan komplikasi keguguran, 5) pencegahan dan
penanganan Infeksi Saluran Reproduksi (ISR), Infeksi Menular Seksual (IMS), dan HIV
AIDS, 6) kesehatan seksual, 7) kekerasan seksual, 8) deteksi dini untuk kanker payudara dan
kanker serviks, 9) kesehatan reproduksi remaja, serta 10) kesehatan reproduksi lanjut usia
dan pencegahan praktik yang membahayakan seperti Female Genital Mutilation (FGM).
Sejalan dengan kesepakatan internasional tersebut, kebijakan kesehatan reproduksi
memiliki peran yang sangat penting, salah satunya dalam pencapaian tujuan pembangunan
kesehatan. Mengingat dewasa ini, Indonesia masih menghadapi berbagai permasalahan
terkait kesehatan reproduksi, yang dapat dilihat melalui indikator Angka Kematian Ibu
(AKI), Total Fertility Rate (TFR), unmet need ber-KB, kehamilan remaja, dan sebagainya.
Masalah kesehatan reproduksi terjadi pada berbagai tahapan kehidupan, dan banyak
terjadi pada kaum perempuan. Kondisi ini pun sering dipengaruhi oleh kondisi sosial budaya
dalam masyarakat, yang disebut dengan gender, konstruksi sosial atau peran yang melekat
dan terbentuk di masyarakat ini ikut andil menentukan besaran masalah kesehatan
reproduksi. Adanya kompleksitas masalah kesehatan reproduksi ini sangat memerlukan
penanganan yang multidisplin.
Melihat luasnya ruang lingkup kesehatan reproduksi, pelayanan kesehatan reproduksi
perlu dilaksanakan secara terpadu. Hal ini dimaksudkan untuk dapat menghilangkan
hambatan dan missed opportunity klien untuk dapat mengakses pelayanan kesehatan
reproduksi yang komprehensif. Pelayanan Kesehatan Reproduksi Terpadu
Kementerian Kesehatan RI telah mengembangkan program Pelayanan Kesehatan
Reproduksi Terpadu (PKRT), yang merupakan kegiatan pelayanan kesehatan yang
mengintegrasikan semua pelayanan kesehatan dalam lingkup kesehatan reproduksi yang
meliputi kesehatan ibu dan anak, keluarga berencana, kesehatan reproduksi remaja,
pencegahan dan penanggulangan infeksi menular seksual termasuk penanggulangan HIV dan
AIDS, serta pelayanan kesehatan reproduksi lainnya.
10
F. Indikator Kesehatan Reproduksi DiIndonesia
Keadaan kesehatan reproduksi di Indonesia dewasa ini masih belum seperti yang
diharapkan. Bila dibandingkan dengan keadaan di negara ASEAN lainnya, Indonesia masih
tertinggal dalam banyak aspek kesehatan reproduksi. Berikut ini merupakan beberapa
masalah yang terjadi pada komponen kesehatan reproduksi yang dapat memberikan
gambaran umum keadaan kesehatan reproduksi:
a. Angka Kematian Ibu yang masih tinggi Angka Kematian Ibu (AKI) di Indonesia masih
sangat tinggi bila dibandingkan dengan negara-negara ASEAN lainnya. Pada tahun
1994 (SDKI) AKI di Indonesia adalah 390 per 100.000 kelahiran hidup. Penurunan
AKI tersebut sangat lambat, yaitu menjadi 334 per 100.000 pada tahun 1997 (SDKI)
dan 307 per 100.000 kelahiran hidup (SDKI 2002-2003), 262 (2005), 255 (2006) dan
248 (2007), sementara pada tahun 2010 ditargetkan menjadi 125 per 100.000 kelahiran
hidup.
Besarnya AKI menggambarkan masih rendahnya tingkat kesadaran perilaku hidup
bersih dan sehat, status gizi dan status kesehatan ibu, cakupan dan kualitas pelayanan
untuk ibu hamil, ibu melahirkan, dan ibu nifas, serta kondisi kesehatan lingkungan.
Penyebab kematian maternal dapat dikategorikan sebagai berikut:
a) Penyebab langsung Penyebab langsung kematian ibu terjadi pada umumnya sekitar
persalinan dan 90 % terjadi oleh karena komplikasi. Penyebab langsung kematian
ibu menurut SKRT 2001 adalah : perdarahan (28%), eklamsia (24%), infeksi
(11%), komplikasi puerperium (11%), abortus (5%), trauma obstetrik (5%), emboli
obstetrik (5%), partus lama/macet (5%) serta lainnya (11%).
b) Penyebab tidak langsung Penyebab tidak langsung kematian maternal adalah
rendahnya status gizi, rendahnya status kesehatan serta adanya faktor risiko
kehamilan pada ibu. SKRT 2001 menunjukkan bahwa 34% ibu hamil mengalami
kurang energi kronis (KEK), sedangkan 40% menderita anemia gizi besi (AGB).
SDKI 2002-2003 menunjukkan bahwa 22,4% ibu masih dalam keadaan "4 terlalu"
yaitu 4,1% kehamilan terjadi pada ibu berumur kurang dari 18 tahun (terlalu
muda), 3,8% terjadi pada ibu berumur lebih dari 34 tahun (terlalu tua), 5,2%
persalinan terjadi dalam interval waktu kurang dari 2 tahun (terlalu sering) dan
9,3% ibu hamil mempunyai paritas lebih dari 3 (terlalu banyak).
Penyebab mendasar kematian maternal dipengaruhi oleh kondisi geografis,
penyebaran penduduk, kondisi sosial ekonomi, budaya, kondisi bias gender dalam
masyarakat dan keluarga dan tingkat pendidikan masyarakat pada umumnya.
Hasil Audit Maternal Perinatal (AMP) menunjukkan bahwa kematian maternal
lebih banyak terjadi pada ibu dengan karakteristik pendidikan di bawah Sekolah
Lanjutan Pertama (SLP), kemampuan membayar biaya pelayanan persalinan
rendah, terlambat memeriksakan kehamilannya, serta melakukan persalinan di
rumah. Keadaan ini menyebabkan keterlambatanketerlambatan sebagai berikut:
1. Terlambat mengenali tanda bahaya dan mengambil keputusan untuk segera
mencari pertolongan;
2. Terlambat mencapai fasilitas pelayanan kesehatan yang mampu memberikan
pertolongan persalinan;
3. Terlambat memperoleh pertolongan yang memadai di fasilitas pelayanan
kesehatan.
11
b. Angka Kematian Bayi Angka Kematian Bayi (AKB) di Indonesia sebesar 35 per
1000 kelahiran hidup (SDKI, 2002-2003) masih di atas negara-negara seperti
Malaysia (10), Thailand (20), Vietnam(18), Brunei (8) dan Singapura (3).
Walaupun demikian AKB tersebut sudah menurun sebesar 41% selama 15 tahun
ini yaitu dari 59 per 1000 kelahiran hidup pada tahun 1989-1992, menjadi 35 per
1000 kelahiran hidup pada tahun 1998-2002 (SDKI). Sekitar 40% kematian bayi
tersebut terjadi pada bulan pertama kehidupannya. Penyebab kematian pada masa
perinatal/neonatal pada umumnya berkaitan dengan kesehatan ibu selama hamil,
kesehatan janin selama di dalam kandungan dan proses pertolongan persalinan
yang diterima ibu/bayi, yaitu asfiksia, hipotermia karena prematuritas/ BBLR,
trauma persalinan dan tetanus neonatorum. Proporsi kematian bayi di Indonesia
menurut SKRT 2001, kematian antara 0-7 hari (32%), 8-28 hari (8%) dan 28 hari-
11 bulan (60%), sedangkan penyebab kematian neonatal di Indonesia adalah :
BBLR (29%), asfiksia (27%), tetanus (10%), masalah pemberian minum (10%),
infeksi (5%), gangguan hematologik (6%), dan lain-lain (13%) Penyebab kematian
bayi terbanyak di Indonesia menurut SKRT tahun 2001 adalah karena gangguan
perinatal (36%), gangguan pada saluran nafas (28%), diare (9%), gangguan saluran
cerna (4%), penyakit syaraf (3%), tetanus (3%) dan gangguan lainnya (17%).
Sedangkan penyebab kematian balita menurut SKRT 2001 adalah sebagai berikut :
gangguan saluran nafas (23%), diare (13%), penyakit syaraf (12%), tifus (11%),
gangguan saluran cerna (6%) serta gangguan lainnnya (35%).
c. Angka Kesuburan Total Angka Kesuburan Total (Total Fertility Rate/TFR)
menurut pada kurun waktu 1967-1970 adalah 5,6. Angka kesuburan total ini dalam
waktu dua puluh lima tahun telah turun menjadi hampir setengahnya, yaitu 2,8
pada periode 1995-1997 (SDKI, 1997). Berdasarkan SDKI 2002-2003, TFR saat
ini sebesar 2,6 per perempuan. Data SDKI ini menunjukkan penurunan tingkat
fertilitas.
d. Pelayanan KB Cakupan pelayanan KB (Contraceptive Prevalence Rate, CPR) pada
tahun 1987 adalah 48%, yang meningkat menjadi 57% pada tahun 1997 dan 60,3%
pada tahun 2002. Partisipasi pria baik dalam ber-KB maupun dalam pemeliharaan
kesehatan ibu dan anak termasuk pencegahan kematian maternal hingga saat ini
12
masih rendah. Indikatornya antara lain masih sangat rendahnya kesertaan KB pria,
yaitu hanya lebih kurang 4,4 %. Secara rinci angka ini meliputi penggunaan
kondom 0,9%, vasektomi 0,4%, sanggama terputus 1,5% dan pantang berkala 1,6%
(SDKI 2002-2003).
Sampai saat ini keadaan pencapaian peserta KB pria 1,74%, masih jauh jika
dibandingkan dengan harapan pencapaian sebesar 5,34% untuk tahun 2003 dan
sekitar 8% tahun 2004 (PROPENAS). Masih rendahnya kesertaan KB pria, selain
disebabkan karena terbatasnya jenis kontrasepsi yang tersedia, juga dipengaruhi
beberapa hal. Sosialisasi kondom sebagai alat pencegah PMS, HIV/AIDS lebih
gencar daripada sosialisasi kondom sebagai kontrasepsi. Di lain pihak kampanye
kondom untuk double protection masih perlu ditingkatkan.
e. Kehamilan di luar nikah dan aborsi Survei Depkes tahun 1995/1996 pada remaja
13-19 tahun di Jawa Barat dan Bali didapatkan angka 7% dan 5% kehamilan pada
remaja. Data tentang kehamilan tidak dikehendaki (KTD) dari beberapa sumber
adalah : 61% pada usia 15-19 tahun (N = 1310, SDKI oleh Pradono 1997),
diantaranya sebesar 12,2% (N=98 orang) melakukan pengguguran di mana 7,2%
ditolong oleh dokter dan bidan, 10,2% oleh dukun dan 70,4% tanpa pertolongan.
Menurut perundangan yang berlaku saat ini, tindakan aborsi di luar tindakan medis
adalah illegal. Diperkirakan aborsi terkomplikasi yang menjadi penyebab kematian
ibu adalah sebesar 15%. Masih tingginya angka kejadian aborsi merupakan refleksi
banyaknya kasus kehamilan yang tidak dikehendaki. Berdasarkan hasil survei
tentang kejadian aborsi di 10 kota besar dan 6 kabupaten tahun 2000 ditemukan
bahwa alasan melakukan aborsi untuk klien di kota karena cukup jumlah anak
(43,7%) disusul karena belum siap menikah (24,3%). Sedangkan di kabupaten
persentase tertinggi alasan aborsi adalah karena masih sekolah (46,5%), disusul
dengan jumlah anak yang sudah cukup.
13
f. Kurangnya pengetahuan tentang PMS Berdasarkan hasil base-line survey yang
dilakukan oleh Lembaga Demografi Universitas Indonesia (LDUI) di empat
provinsi (Jatim, Jateng, Jabar dan Lampung) pada tahun 1999, menunjukkan
bahwa:
(1) hanya 42% remaja mengatakan HIV tidak ditularkan oleh orang yang tampak
sehat,
(2) hanya 24% remaja mengetahui tentang PMS %,
(3) hanya 55% mengetahui tentang proses kehamilan,
(4) 53% remaja tidak mengetahui bahwa sekali saja berhubungan dapat
mengakibatkan kehamilan,
(5) 46% remaja beranggapan bahwa HIV/AIDS bisa disembuhkan, dan
(6) 26% remaja mengatakan kondom tidak dapat mencegah HIV/AIDS,
(7) 57,1% remaja puteri mengidap anemia (SKRT, 1995),
(8) 23% remaja kekurangan energi kalori (survei Bali, Jabar, 1995),
(9) 74% kebiasaan makan tidak teratur (Survei SMU Surabaya, 1998),
(10) 61 % kehamilan yang tidak diinginkan pada remaja usia 15- 19 tahun
dengan melakukan solusi 12% dari mereka melakukan aborsi yang dilakukan
a. dilakukan sendiri 70%,
b. dilakukan dukun 10%, dan
c. tenaga medis 7%,
(11) hanya 45,1% remaja mempunyai pengetahuan yang baik tentang organ
reproduksi, pubertas, menstruasi dan kebersihan diri (FKMUI, 2001), (12)
hanya 16% remaja yang mengetahui tentang masa subur (SDKI, 1997).
g. Kesehatan reproduksi remaja Masalah reproduksi remaja selain berdampak secara
fisik, juga dapat berpengaruh terhadap kesehatan mental dan emosi, keadaan
ekonomi dan kesejahteraan sosial dalam jangka panjang. Dampak jangka panjang
tersebut tidak hanya berpengaruh terhadap remaja itu sendiri, tetapi juga terhadap
keluarga, masyarakat dan bangsa pada akhirnya.
14
Permasalahan kesehatan reproduksi pada remaja dapat dikelompokkan sebagai
berikut:
(1) perilaku berisiko,
(2) kurangnya akses pelayanan kesehatan,
(3) kurangnya informasi yang benar dan dapat dipertanggungjawabkan,
(4) banyaknya akses pada informasi yang salah tanpa tapisan,
(5) masalah PMS termasuk infeksi HIV/AIDS,
(6) tindak kekerasan seksual, seperti pemerkosaan, pelecehan seksual dan
transaksi seks komersial,
(7) kehamilan dan persalinan usia muda yang berisiko kematian ibu dan bayi,
dan
(8) kehamilan yang tak dikehendaki, yang sering kali menjurus kepada aborsi
yang tidak aman dan komplikasinya. Menurut Biran (1980) kehamilan
remaja kurang dari 20 tahun berisiko kematian ibu dan bayi 2-4 kali lebih
tinggi dibanding ibu berusia 20-35 tahun. Penyebab mendasar dari keadaan
tersebut adalah :
a. rendahnya pendidikan remaja,
b. kurangnya keterampilan petugas kesehatan,
c. kurangnya kesadaran semua pihak akan pentingnya penanganan kesehatan
remaja.
7. Sejarah Kesehatan Reproduksi
Sejarah kesehatan reproduksi Kesehatan reproduksi mendapat perhatian
khusus secara global sejak diangkatnya isu tersebut dalam Konferensi
Internasional tentang Kependudukan dan Pembangunan (International Conference
on Population and Development, ICPD), di Kairo, Mesir pada tahun 1994. Hal
penting dalam konferensi tersebut adalah disepakatinya perubahan paradigma
dalam pengelolaan masalah kependudukan dan pembangunan dari pendekatan
pengendalian populasi dan penurunan fertilitas menjadi pendekatan yang terfokus
pada kesehatan reproduksi serta upaya pemenuhan hak-hak reproduksi
(Widyastuti,2009:1). Dengan demikian pengendalian kependudukan telah
bergeser ke arah yang lebih luas, yang meliputi pemenuhan kebutuhan kesehatan
15
reproduksi bagi laki-laki dan perempuan sepanjang siklus hidup, termasuk hak-
hak reproduksinya, kesetaraan dan keadilan gender, pemberdayaan perempuan
dan penanggulangan kekerasan berbasis gender, serta tanggung jawab laki-laki
dalam kaitannya dengan kesehatan reproduksi. Paradigma baru ini berpengaruh
besar antara lain terhadap hak dan peran perempuan sebagai subyek dalam ber-
KB. Perubahan pendekatan juga terjadi dalam penanganan kesehatan ibu dan
anak, kesehatan reproduksi remaja, pencegahan dan penanggulangan Infeksi
Menular Seksual (IMS) termasuk HIV/AIDS, serta kesehatan Universitas
Sumatera Utara 13 reproduksi usia lanjut, yang dibahas dalam konteks kesehatan
dan hak reproduksi. Dengan paradigma baru ini diharapkan kestabilan
pertumbuhan penduduk akan dapat dicapai dengan lebih baik.
8. Hak-hak Reproduksi
Hak Reproduksi Sebelum tahun 1960, beberapa konsensus PBB tentang populasi
tidak menfokuskan pada hak. Demikian pula dengan konvensi tentang perempuan, juga
belum memberi penekanan pada Hak Asasi Manusia atau isu yang mempedulikan
reproduksi dan seksualitas. Pada konfrensi Hak Asasi Manusia I yang diselenggarakan di
Teheran tahun 1960, mulai menyebutkan adanya hak untuk Universitas Sumatera Utara
15 menentukan dan jumlah dan jarak anak. Konfrensi Hak Asasi Manusia II pada tahun
1993 di Viena mulai membuat tahapan mengenai hasil konvensi di Kairo dan Beijing
yang menegaskan bahwa hak perempuan adalah Hak Asasi Manusia yang memangkas
semua bentuk diskriminasi berdasarkan seks harus menjadi prioritas pemerintah. Dari
konvensi ini akhirnya perempuan mempunyai hak untuk menikmati standar tertinggi
dari kesehatan fisik dan psikis sepanjang kehidupan termasuk hak untuk akses dan
pelayanan kesehatan yang adekuat. Ada beberapa hak yang digunakan untuk
melindungi dan meningkatkan kesehatan gender dalam kesehatan reproduksi dan
kesehatan seksual (Wiknjosastro, 2006:18). Cottingham dkk (Wiknjosastro, 2006:18)
menuliskan bahwa kesehatan reproduksi merupakan hak asasi manusia. Baik ICPD 1994
di Kairo maupun FWCW 1995 di Beijing mengakui hak-hak reproduksi sebagai bagian
yang tak terpisahkan dan mendasar dari kesehatan reproduksi dan seksual. Hak-hak
reproduksi mencakup hak-hak asasi manusia tertentu yang sudah diakui dalam hukum-
hukum nasional, dokumen-dokumen hak asasi manusia internasional dan dokumen-
dokumen konsensus Perserikatan Bangsa-Bangsa lain yang relevan.
16
Hak-hak ini didasarkan pada pengakuan akan hak-hak asasi semua pasangan dan
pribadi untuk menentukan secara bebas dan bertanggung jawab mengenai jumlah anak,
penjarakan anak, dan menentukan waktu kelahiran anak-anak mereka mempunyai
informasi dan cara memperolehnya, serta hak untuk mencapai standar tertinggi
kesehatan seksual dan reproduksi.
Hal ini juga mencakup hak semua orang untuk membuat keputusan mengenai
reproduksi yang bebas dari diskriminasi, Universitas Sumatera Utara 16 paksaan, dan
kekerasan seperti dinyatakan dalam dokumen-dokumen hak asasi manusia. Untuk
melaksanakan hak tersebut, mereka harus mempertimbangkan kebutuhan kehidupan
anak-anak mereka yang sekarang dan pada masa mendatang, serta tanggung jawab
mereka terhadap masyarakat (Dwiyanto A., Darwin M., 1996:22). Hak-hak reproduksi
yang dituliskan oleh Widyastuti dkk (2009:3) menurut kesepakatan dalam Konferensi
International Kependudukan dam Pembangunan bertujuan untuk mewujudkan
kesehatan bagi individu secara utuh, baik kesehatan jasmani maupun rohani, meliputi:
1. Hak mendapatkan informasi dan pendidikan kesehatan dan reproduksi.
2. Hak mendapatkan pelayanan dan perlindungan kesehatan reproduksi.
3. Hak kebebasan berfikir tentang pelayanan kesehatan reproduksi.
4. Hak untuk dilindungi dari kematian karena kehamilan.
5. Hak untuk menentukan jumlah dan jarak kelahiran anak.
6. Hak atas kebebasan dan keamanan berkaitan dengan kehidupan reproduksinya.
7. Hak untuk bebas dari penganiayaan dan perlakuan buruk termasuk perlindungan
dari perkosaan, kekerasan, penyiksaan, dan pelecehan seksual.
8. Hak mendapatkan manfaat kemajuan ilmu pengetahuan yang berkaitan dengan
kesehatan reproduksi.
9. Hak atas pelayanan dan kehidupan reproduksinya.
10. Hak untuk membangun dan merencanakan keluarga. Universitas Sumatera Utara
11. Hak untuk bebas dari segala bentuk diskriminasi dalam kehidupan berkeluarga
dan kehidupan reproduksi.
12. Hak atas kebebasan berkumpul dan berpartisipasi dalam politik yang berkaitan
dengan kesehatan reproduksi.
17
BAB 2
Dalam membahas perkembangan fisik seorang manusia terdapat dua hal yang
cukup besar terkait dengan perkembangan anatomi dan perkembangan fisiologi.
2. Perkembangan anatomi
Perkembangan anatomis ditunjukkan dengan adanya perubahan kuantitatif pada
struktur tulang belulang. Indeks tinggi dan berat badan, proporsi tinggi kepala
dengan tinggi garis keajegan badan badan secara keseluruhan.
3. Perkembangan fisiologi
Perkembangan fisiologis ditandai dengan adanya perubahan-perubahan secara
kuantitatif, kualitatif dan fungsional dari sistem-sistem kerja hayati seperti
konstraksi otot, peredaran darah dan pernafasan, persyaratan, sekresi kelenjcar dan
pencernaan. Salah satu aspek penting dalam perkembangan fisiologi manusia
18
adalah terkait dengan perkembangan otak manusia. Hal senada dijelaskan oleh
Piaget dalam Papalia dan Olds, (2008) bahwa Perubahan fisik (otak) juga
merupakan aspek yang sangat penting bagi kehidupan manusia karena otak adalah
sentral perkembangan dan fungsi kemanusiaan sehingga semakin sempurna struktur
otak maka akan meningkatkan kemampuan kognitif Otak dapat dikatakan sebagai
pusat atau sentral perkembangan dan fungsi kemanusiaan. Otak ini terdiri atas
100 miliar sel syaraf (neuron), dan setiap sel syaraf tersebut, rata-rata memiliki
sekitar 3000 koneksi (hubungan) dengan sel-sel syaraf yang lainnya.
Neuron ini terdiri dari inti sel (nucleus) dan sel body yang berfungsi sebagai
penyalur aktivitas dari sel syaraf yang satu ke sel yang lainnya. Otak mempunyai
pengaruh yang sangat kuat dalam menentukan perkembangan aspek-aspek
perkembangan yang lainnya.
pertumbuhan otak yang sehat (mormal) akan mempengaruhi perkembangan
secara postif terkait kemampuan motorik, intelektual, emosional, sosial, moral,
maupun kepribadian. Begitu pula sebaliknya hambatan atau perkembangan otak
yang tidak sehat akan memberikan pengaruh yang negatif pula pada
perkembangan aspek lain pada individu. Hal ini akan ditentukan terkait dengan
asupan gizi dan baik setelah masa kelahiran atau gizi yang diasup oleh seorang
ibu salam masa-mas kehamilan.
Bayak penelitian yang dilakukan diketahui bahwa faktor gizi yang diterima
seorang ibu selam kehamilan menjadi faktor yang sangat besar didalam
perkembangan otak seorang anak dibandingkan dengan setelah masa kelahiran.
Semakin matangnya perkembangan otak seseorang sangat berpengaruh besar
pada perkembagan motorik yang ada baik pada motorik kasar seperti berlari
maupun halus seperti menggambar.
Harlock (2004) mencatat bahwa perkembangan motorik seorang indivdu
sangat penting bagi perkembangan pribadi secara keseluruhan. Harlock juga
mencatat beberapa alasan mengenai kemampuan motorik yang berpengaruh
bagi konstelasi perkembangan individu :
a. Melalui keterampilan motorik anak dapat menghibur dirinya dan memperoleh
perasaan senang.
19
b. Melalui keterampilan motorik anak dapat beranjak dari kondisi tidak berdaya
kekondisi independence (bebas tidak bergantung).
c. Melalui keterampilan motorik anak dapat menyesuaikan dirinya dengan
lingkungan sekolah atau yang lebih besar.
d. Melalui keterampilan motorik yang normal memungkinkan anak dapat
bermain atau bergaul dengan teman sebaya.
e. Perkembangan keterampilan motorik sangat penting bagi perkembangan
self-consept atau kepribadian.
4. Aspek Perkembangan Kognitif
Kognitif atau sering disebut kognisi mempunyai pengertian yang luas
mengenai berfikir dan mengamati. Ada yang mengartikan bahwa kognitif adalah
tingkah laku-tingkah laku yang mengakibatkan orang memperoleh pengetahuan
atau yang dibutuhkan untuk menggunakan pengetahuan.
Selain itu kognitif juga dipandang sebagai suatu konsep yang luas dan
inklusifyang mengacu kepada kegiatan mental yang terlibat di dalam perolehan,
pengolahan, organisasi dan penggunaan pengetahuan. Proses utama yang
digolongkan di bawah istilah kognisi mencakup : mendeteksi, menafsirkan,
mengelompokkan dan mengingat informasi; mengevaluasi gagasan, menyimpulkan
prinsip dan kaidah, mengkhayal kemungkinan, menghasilkan strategi dan
berfantasi.
Bila disimpulkan maka kognisi dapat dipandang sebagai kemampuan yang
mencakup segala bentuk pengenalan, kesadaran, pengertian yang bersifat mental
pada diri individu yang digunakan dalam interaksinya antara kemampuan potensial
dengan lingkungan seperti : dalam aktivitas mengamati, menafsirkan
memperkirakan, mengingat, menilai dan lain-lain.
Proses kognitif penting dalam membentuk pengertian karena berhubungan
dengan proses mental dari fungsi kognitif. Hubungan kognisi dengan proses
mental disebut sebagai aspek kognitif. Faktor kognitif memiliki pemahaman
bahwa ciri khasnya terletak dalam belajar memperoleh dan menggunakan bentuk-
bentuk representasi yang mewakili obyek-obyek yang dihadapi dan dihadirkan
20
dalam diri seseorang melalui tanggapan, gagasan atau lambang yang semuanya
merupakan sesuatu yang bersifat mental.
Dari pernyataan ini dapat dikatakan bahwa makin banyak pikiran dan
gagasan yang dimiliki seseorang, makin kaya dan luaslah alam pikiran kognitif
orang tersebut. Kognisi sebagai kapasitas kemampuan berfikir dan segala bentuk
pengenalan, digunakan individu untuk melakukan interaksi dengan
lingkungannya. Dengan berfungsinya kognisi mengakibatkan individu
memperoleh pengetahuan dan menggunakannya. Pada prosesnya kognisi
mengalami perkembangan ke arah kolektivitas kemajuan secara
berkesinambungan.
Perkembangan struktur kognisi berlangsung menurut urutan yang sama
bagi semua individu. Artinya setiap individu akan mengalami dan melewati setiap
tahapan itu, sekalipun kecepatan perkembangan dari tahapan-tahapan tersebut
dilewati secara relatif dan ditentukan oleh banyak faktor seperti : kematangan
psikis, struktur syaraf, dan lamanya pengalaman yang dilewati pada setiap tahapan
perkembangan. Mekanisme utama yang memungkinkan anak maju dari satu tahap
pemungsian kognitif ke tahap berikutnya oleh Piaget disebut:
a. asimilasi,
b. akomodasi, dan
c. ekuilibrium.
Asimilasi merupakan proses dimana stimulus baru dari lingkungan
diintegrasikan pada skema yang telah ada. Dengan kata lain, asimilasi merujuk
pada usaha individu untuk menghadapi lingkungan dengan membuatnya cocok ke
dalam struktur organisme itu sendiri yang sudah ada dengan jalan
menggabungkannya. Proses ini dapat diartikan sebagai suatu obyek atau ide baru
ditafsirkan sehubungan dengan gagasan atau tindakan yang telah diperoleh anak.
Akomodasi dapat diartikan sebagai penciptaan skemata baru atau pengubahan
skemata lama. Asimilasi dan akomodasi terjadi sama-sama saling mengisi pada
setiap individu yang menyesuaikan diri dengan lingkungannya. Proses ini perlu
untuk pertumbuhan dan perkembangann kognitif. Antara asimilasi dan akomodasi
harus ada keserasian dan disebut oleh Piaget adalah keseimbangan. Melalui
21
kedua proses penyesuaian tersebut, sistem kognisi seseorang berubah dan
berkembang sehingga bisa meningkat dari satu tahap ke tahap di atasnya. Proses
penyesuaian tersebut dilakukan seorang individu karena ia ingin mencapai keadaan
equilibrium, yaitu berupa keadaan seimbang antara struktur kognisinya dengan
pengalamannya di lingkungan. Seseorang akan selalu berupaya agar keadaan
seimbang tersebut selalu tercapai dengan menggunakan kedua proses penyesuaian
di atas.
5. Tahap Perkembangan Kognitif
Para ahli psikologi perkembangan mengakui bahwa pertumbuhan itu
berlangsung secara terus menerus dengan tidak ada lompatan. Kemajuan
kompetensi kognitif diasumsikan bertahap dan berurutan selama masa
kanakkanak Piaget dalam Santrok (2007) melukiskan urutan tersebut ke dalam
empat tahap perkembangan yang berbeda secara kualitatif yaitu :
a. Tahapan sensorik motorik
Tahap sensorimotor ada pada usia antara 0-2 tahun, mulai pada masa bayi
ketika ia menggunakan pengindraan dan aktivitas motorik dalam mengenal
lingkungannya. Pada masa ini biasanya bayi keberadaannya masih terikat
kepada orang lain bahkan tidak berdaya, akan tetapi alat-alat inderanya sudah d
apatberfungsi. Menurut Piaget, perkembangan kognitif selama stadium
sensorimotor, intelegensi anak baru nampak dalam bentuk aktivitas motorik
sebagai reaksi stimulus sensorik. Dalam stadium ini yang penting adalah
tindakan-tindakan konkrit dan bukan tindakan-tindakan yang imaginer atau
hanya dibayangkan saja, tetapi secara perlahan-lahan melalui pengulangan
22
dan pengalaman konsep obyek permanen lama-lama terbentuk. Anak
mampu menemukan kembali obyek yang disembunyikan.
b. Tahapan praoperasional
Pemikiran (Pra)Operasi dalam teori Piaget adalah prosedur melakukan
tindakan secara mental terhadap objek-objek. Ciri dari tahapan ini adalah
operasi mental yang jarang dan secara logika tidak memadai. Menurut Piaget,
tahapan pra-operasional mengikuti tahapan sensorimotor dan muncul antara
usia dua sampai enam tahun. Dalam tahapan ini, anak mengembangkan
keterampilan berbahasanya. Mereka mulai merepresentasikan benda-benda
dengan kata-kata dan gambar. Bagaimanapun, mereka masih menggunakan
penalaran intuitif bukan logis. Di permulaan tahapan ini, mereka cenderung
egosentris, yaitu, mereka tidak dapat memahami tempatnya di dunia dan
bagaimana hal tersebut berhubungan satu sama lain. Mereka kesulitan
memahami bagaimana perasaan dari orang di sekitarnya. Tetapi seiring
pendewasaan, kemampuan untuk memahami perspektif orang lain semakin
baik. Anak memiliki pikiran yang sangat imajinatif di saat ini dan
menganggap setiap benda yang tidak hidup pun memiliki perasaan.
c. Tahapan operasional konkrit
Tahap operasional konkrit dapat digambarkan pada terjadinya perubahan
positif ciri-ciri negatif tahap preoprasional, seperti dalam cara berfikir
egosentris pada tahap operasional konkrit menjadi berkurang, ditandainya
oleh desentrasi yang benar, artinya anak mampu memperlihatkan lebih dari
satu dimensi secara serempak dan juga untuk menghubungkan dimensi-
dimensi itu satu sama lain.
Dalam hal ini dapat dicontohkan anak sudah dapat membentuk operasi-
operasi mental atas pengetahuan yang mereka miliki. Mereka dapat
menambah, mengurangi & mengubah. Operasi ini memungkinkannya untuk
dapat memecahkan masalah secara logis. Walaupun pada anak-anak ini lebih
pesat melampaui anak-anak praoperasional dalam penalaran, pemecahan
masalah dan logika. Pemikiran mereka masih terbatas pada operasi konkrit.
Pada tahap ini anak dapat mengkonservasi kualitas serta dapat mengurutkan
23
dan mengklasifikasikan obyek secara nyata. Tetapi mereka belum dapat
bernalar mengenai abstraksi, proposisi hipotesis. Jadi mereka mengalami
kesulitan untuk memecahkan masalah secara verbal yang sifatnya abstrak.
Pemahaman terakhir ini baru dicapai pada tahap oprasional formal.
24
6. Aspek Perkembangan Emosi
Kehidupan seseorang pada umumnya selalu dipengaruhi oleh dorongan-
dorongan dan minat spesifik pada tujuan tertentu yang ingin dicapai. Selain itu kita
percai pula bahwa seseorang merespon dan melakukan tindakan terkadang
diarahkan oleh penalaran dan pemikiran-pemikiran rasional akan pertimbangan
objektif akan nilai dan norma yang ada. Akan tetapi disisi yang lain kita juga tidak
memungkiri bahwa adakalanya seorang individu bergerak atau merespon seuatu
kondisi diakibatkan oleh dorongan emosional yang banyak mencampuri
bagaimana seorang berfikir dan melakukan pertimbangan-pertimbngan yang ada.
Perilaku dan sikap kita dalam kesehariannya secara umum didorong oleh
perasaan-perasaan tertentu, sepertihalnya sedih, senang, perasaan kecewa atau
berbangga hati akan seuatu hal atau kondisi. Dapat dicontohkan saat seorang
ibu mengajari bagaimana anaknya saat bermain dan mengenal kata-kata hal ini
tentunya tidak semata-mata karena alasan logis dan nalar semata tetapi bagaimana
persaaan emosional yang ada dalam hubungan ibu dan anak memberikan
pertimbangan yang besar dalam bentuk perlakuan atai perilaku yang diwujudkan
tersebut. Perlu ditekankan bersama bahwa emosi dan perasaan merupakan sesutau
hal yang berbeda satu sama lain. Walaupun demikian arti keduanya tidak dapat
dibedakan secara eksplisit atau tegas.
Hal ini karena pada kondisi tertentu secara afektif dapat dikatakan secara
perasaan, tetapi juga dapat dikatakan sebagai emosi sebagai contoh marah dengan
diam atau tertawa dalam kesedihan. Emosi oleh Crow & Crow dalam Sunarto &
Hartono (2002) diartikan sebagai pengalaman afektif yang disertai penyusuaian
dari dalam diri individu tentang keadaan mental fisik dan berwujud suatu tingkah
laku yang tampak. Hal ini senada dengan apa yang disampaikan oleh Sarwono
dalam Yusuf (2009) bahwa emosi merupakan setiap keadaan pada diri seseorang
yang disertai warna afektif baik pada tingkat lemah (dangkal) maupun pada tingkat
yang luas (mendalam).
25
7. Aspek Perkembangan Sosial
Yusuf (2009) menyatakan bahwa Perkembangan sosial merupakan pencapaian
kematangan dalam hubungan sosial. Perkembangan sosial dapat pula diartikan
sebagao proses belajar untuk menyesuaikan diri terhadap norma-norma kelompok,
moral dan tradisi ; meleburkan diri menjadi satu kesatuan dan saling berkomunikasi
dan kerja sama. Kebutuhan berinteraksi dengan orang lain telah dirsakan sejak usia
enam bulan, disaat itu mereka telah mampu mengenal manusia lain, terutama ibu dan
anggota keluarganya. Anak mulai mampu membedakan arti senyum dan perilaku
sosial lain, seperti marah (tidak senang mendengar suara keras) dan kasih sayang.
Sunarto dan Hartono (2002) menyatakan bahwa hubungan sosial (sosialisasi)
merupakan hubungan antar manusia yang saling membutuhkan. Hubungan sosial
mulai dari tingkat sederhana dan terbatas, yang didasari oleh kebutuhan yang
sederhana. Semakin dewasa dan bertambah umur, kebutuhan manusia menjadi
kompleks dan dengan demikian tingkat hubungan sosial juga berkembang amat
kompleks. Dari pendapat diatas dapatlah dimengerti bahwa selama bertambah usia
seseorang maka semakin kompleks perkembangan sosialnya, dalam arti mereka
semakin membutuhkan orang lain. Hal ini selaras dengan apa yang dijelaskan
dalam teori yang dikembangkan oleh McClelland tentang kebutuhan atau motif
untuk beraffiliasi (need for affiliation) dengan orang lain.
8. Aspek Perkembangan Moral
Pengetahuan moral merupakan aspek utama dalam perkembangan sisi
kemanusiaan kita. Untuk menciptakan moral yang baik bagi inidividu khususnya
dimulai dari anak-anak adalah menciptakan komunikasi yang harmonis antara
individu yang ada sepertihalnya aspek sosial dan bahasa yang telah dijelaskan
sebelumnya sepertihalnya orangtua dan anak. Kebanyakan ketika anak beranjak
remaja atau dewasa, sedikit mengesampingkan ajaran-ajaran moral yang
diakibatkan tidak adanya ruang komunikasi dialogis antara dirinya dengan
orangtua sebagai “guru pertama” yang mestinya terus memberikan pengajaran
moral. Jadi, titik terpenting dalam membentuk moral sang anak adalah lingkungan
26
terkeceil dalam kehidupan yang dimulai dari sekitar rumah, setelah itu
lingkungan sekolah dan terakhir adalah lingkungan masyarakat sekitar.
Apabila rumah dan keluarga sebagai kontrol utama dan pertama dalam
perkembangan moral anak tidak mampu memenuhi syarat yang baik tentunya
hal ini akan berdampak besar terhadap perkembangan moral pada lingkungan
yang lebih besar. Oleh karena itu, agar tidak terjadi hal seperti itu sudah
sewajibnya orang tua membina interaksi komunikasi yang baik dengan sang buah
hati supaya di masa mendatang ketika mereka memiliki masalah akan meminta jalan
keluar kepada orang tuanya.
Perkembangan dapat diartikan sebagai perubahan yang sistematis, progresif
dan berkesinambungan dalam diri individu sejak lahir hingga akhir hayatnya
atau dapat diartikan pula sebagai perubahan – perubahan yang dialami individu
menuju tingkat kedewasaan atau kematangannya.
Sedangkan Purwadarminto menyatakan moral diartikan sebagai ajaran baik
dan buruk perbuatan dan kelakuan, akhlak, kewajiban, dan sebagainya. Dalam
moral diatur segala perbuatan yang dinilai baik dan perlu dilakukan, dan suatu
perbuatan yang dinilai tidak baik dan perlu dihindari. Moral berkaitan dengan
kemampuan untuk membedakan antara perbuatan yang baik dan perbuatan yang
salah.
Dengan demikian moral merupakan kendali dalam bertingkah laku. Dalam makna
secara kebahasaan perkataan moral sendiri berasal dari ungkapan bahasa latin
yaitu mores yang merupakan bentuk jamak dari perkataan mos yang berarti
adat kebiasaan.
27
Dengan kata lain dapat dijelaskan bahwa Perkembangan moral adalah perubahan
penalaran, perasaan, dan perilaku tentang standar mengenai benar dan salah.
Perkembangan moral memiliki dimensi intrapersonal, yang mengatur aktifitas
seseorang ketika dia terlibat dalam interaksi sosial dan dimensi interpersonal
yang mengatur interaksi sosial dan penyelesaian konflik. Santrock, (2007), Papalia,
Old & Feldman (2008) menjelaskan Perkembangan moral berkaitan dengan
aturan-atuaran dan ketentuan tentang apa yang seharusnya dilakukan oleh
seseorang dalam berinteraksi dengan orang lain. Untuk mempelajari aturan-
aturan tersebut, Santrock memfokuskan pada 4 pertanyaan dasar yaitu :
a. Bagaimana seseorang mempertimbangkan dan berpikir mengenai
keputusan moral?
b. Bagaimana sesungguhnya seseorang berperilaku dalam situasi moral?
c. Bagaimana sesorang merasakan hal-hal yang berhubungan dengan moral?
28
Hal ini dapat dikatakan bahwa bahasa merupakan sebagian komponen yang ada
didalam sistem kognitif pada perkembangan manusia.
1. Prinsip-prinsip perkembangan bahasa
Seperti yang dijelaskan bahwa perkembangan bahasa sangat erat dengan
perkembangan berfikir individu. Perkembangan kognitif individu tampak
dalam perkembangan bahasanya yaitu kemampuan membentuk pengertian
menyusun pendapat, dan menarik kesimpulan. Yusuf (2009) menjelaskan
perkembangan pikiran itu dimulai pada usia 1,6-2,0 tahun yaitu saat anak dapat
menyusun kalimat dua atau tiga kata. Laju perkembangan itu sebagai berikut :
a. Usia 1,6 tahun, anak dapat menyusun pendapat positif seperti “bapak
makan” 49
b. Usia 2,6 tahun, anak dapat menyusun pendapat negatif seperti “bapak
tidak makan”.
c. Pada usia selanjutnya, anak dapat menyusun pendapat :
1) Kritikan: “ini tidak boleh, tidak baik”
2) Keragua-raguan: berangkali, mungkin, bisa jadi.
3) Menarik kesimpulan analogi: seperti saaat anak melihat ayahnya
tidur karena sakit, pada waktu lain anak melihat ibunya tidur,
dia mengatakan bahwa ibunya sakit.
Sejalan dengan hal itu maka terdapat dua prinsip yang mempengaruhi
penyatuan pemikiran dan bahasa, yaitu:
a. Semua fungsi mental memiliki asal usul eksternal atau sosial. Anak-anak
harus menggunakan bahasa dan mengkomunikasikannya kepada orang
lain sebelum mereka berfokus ke dalam ke proses mental mereka
sendiri.
b. Anak-anak harus berkomunikasi secara eksternal dan menggunakan
bahasa selama periode waktu yang lama sebelum transisi dari
kemampuan berbicara secara eksternal ke internal berlangsung.
29
2. Tugas perkembangan bahasa
Terdapat beberapa fase tugas perkembangan bahasa yang biasa dilalui oleh setiap
individu atau manusia. selayaknya sebuah tugas perkembangan maka saat seorang
individu mampu menyelesaikan tugas perkembangan pada tahap atau stage sebelumnya
maka hal tersebut akan mendorong atau membantu dalam penyelesaian tugas
perkembangan pada tahap selanjutnya. Hal ini juga demikian berlaku pada sebaliknya
jika seorang individu gagal atau kurang maksimal dalam penyelesaian tugas yang ada
maka akan dapat mengahambat ketercapaian tugas pada fase sebelumnya. Yusuf
(2009) menjelaskan terdapat 4 tugas perkembangan bahasa pada indivudu
a. Pemahaman, yaitu kemampuan memahami makna ucapan orang lain. Layaknya
seorang bayi belum mampu memahami kalimat dan kata-kata dari orang
lain.Tetapi seorang bayi mampu memahami makna 0bahasa orang lain dengan cara
memahami gerakan atau bahasa tubuh yang menyertai ucapan tersebut.
b. Pengembangan perbendaharaan kata, perbendaharaan kata-kata anak berkembang
dimulai secara lambat pada usia dua tahun pertama, kemudia memasuki dengan
tempo yang lebih cepat saat akan masuk pada masa-masa sekolah dan terus
bertambah seiring dengan fase perkembangan yang ada.
c. Penyusunan kata-kata menjadi kalimat, kemampuan seseorang menyusun kata-
kata menjadi kalimat pada umumnya mulai berkembang sebelum usia 2 tahun,
bentuk kalimat pertama yang disusun adalah kalimat tunggal yang disertai
dengan bahasa tubuh untuk melengkapi cara berfikir. Contoh :menyebutkan
sebuah benda atau mainan dengan sambil menunjukkan jari mereka ke hal tersebut
yang dimana dalam hal ini yang dimaksud oleh sang anak adalah “ambilkan
benda tersebut” atau mungkin “lihatlah benda itu”
d. Ucapan, kemampuan mengucapkan kata-kata merupakan hasil belajar melalui
imitasi terhadap suara-suara yang didengar anak dari orang lain.
30
B. Indikator Pemantauan dari Aspek yang Dikaji
1. Pertumbuhan
Proses bertambahnya ukuran dan jumlah sel serta jaringan interseluler atau ukuran
tubuh.
2. Perkembangan
Mencakup kualitas mental, emosional, sosial dan kemandirian secara optimal.
3. Pertumbuhan dan perkembangan pada masa postnatal
a. Masa postnatal
1) Neonatal (0-28 hari)
2) Bayi 1-12 bulan
3) Pra sekolah (2 – 6 tahun)
b. Indikator pemantauan
1) Pertumbuhan
Berat badan
BB merupakan ukuran antropometri yang paling penting guna menggambarkan
peningkatan ukuran dan jumlah semua jaringan tubuh
a. BB indikator terbaik untuk mengetahui gambaran pertumbuhan dan status
gizi.
b. Pertambahan BB pada neonatus dan Balita tidak statis tetapi semakin
bertambah seiring dengan pertambahan usia.Kenaikan BB pada bayi cukup
bulan kembali pada hari ke-10,
1) Umur 10 hari : BBL
2) Umur 5 bulan : 2 x BBL
3) Umur 1 tahun : 3 x BBL
4) Umur 2 tahun : 4 x BBL
5) Pra sekolah : meningkat 2 kg/tahun
6) Adolecent : meningkat 3-3,5 kg/tahun
7) Perkiraan BB dalam kilogram :
a) Usia 3-12 bulan : umur (dalam bulan)+9 dibagi 2
b) Usia 1-6 tahun : umur (tahun) x 2+8
c) Usia 6-12 tahun : umur (tahun) x 7-5
31
Tinggi badan
1) TB merupakan ukuran antropometri kedua yang penting
2) TB pada masa pertumbuhan meningkat sampai mencapai ukuran maksimal yang
berhenti pada fase Remaja.
3) Pengukuran mudah dilakukan
4) Kecepatan pertumbuhan TB pada tahun pertama 23 – 25 cm.
5) Periode berikutnya berkurang sehingga pada umur 2 tahun kecepatannya 2 cm/th.
6) TB meningkat sampai usia maksimal dicapai, meningkat pesat pada usia bayi dan
adolescent dan berhenti pada usia 18-20 tahun.
7) TB dapat diperkirakan sebagai berikut
a. Umur 1 tahun : 1,5 x TB lahir.
b. Umur 4 tahun : 2 x TB lahir
c. Umur 6 tahun : 1,5 x TB setahun
d. Umur 13 tahun : 3 x TB lahir
e. Dewasa : 3,5 x TB lahir or 2 x TB umur 2 tahun atau dengan rumus Behrman :
a) Lahir : 50 cm
b) Umur 1 tahun : 75 cm
c) Umur 2-12 : umur (tahun) x 6+77
d) Atau berdasarkan potensi genetic TB akhir :
e) Wanita : (TB ayah-13 cm)+(TB ibu±8,5 cm)
f) Pria : ( TB ibu+13cm)+(TB ayah±8,5cm)
Lingkar kepala
1. Lingkar kepala menggambarkan volume intracranial
2. Lingkar kepala digunakan untuk menafsir perubahan otak
3. Penilaian dapat dilihat apabila pertumbuhan otak kecil (mikrosefali) maka
menunjukkan adanya retardasi mental.
4. Sebaliknya apabila otaknya besar (volume kepala meningkat) akibaat penyumbatan
pada aaliran cerebropinalis.
5. Pada anak 0 – 11 bulan diukur setiap 3 bulan, umur 12 – 72 bulan dilakukan setiap 6
bulan
32
6. Lingkar kepala diukur dengan melilitkan pita ukur mulai dahi, menutupi alis mata
supraorbita melalui tulang belakang kepala yang paling menonjol.
Lingkar lengan
1. LILA menggambarkan pertumbuhan jaringan lemak dan otot yang tidak
terpengaruh oleh cairan tubuh
2. Pengukuran LILA dilakukan dengan melilitkan pita ukur pada lengan atas kiri,
menggunakan pita ukur Departemen Kesehatan.
Lipatan kulit
1. Tebal lipatan kulit pada daerah trisep dan sub kapular merupakan refleksi
pertumbuhan jaringan lemak dibawah kulit yang mencerminkan kecukupan gizi.
2. Lipatan kulit kurang umum digunakan dalam pengukuran Antropometri.
Pertumbuhan dan perkembangan pada anak
a. Aspek pemantauan perkembangan bayi dan anak
1. Gerak kasar/motorik kasar
Aspek yang berhubungan dengan kemampuan anak melakukan pergerakan dan sikap
tubuh yang melibatkan otot-otot besar seperti berdiri, duduk, dll.
2. Gerak halus/motorik halus
Aspek yang berhubungan dengan kemampuan anak melakukan gerakan yang
melibatkan gerakan yang melibatkan bagian-bagian tubuh tertentu dan dilakukan oleh
otot-otot kecil tetapi memerlukan koordinasi cermat seperti menulis.
3. Kemampuan bicara dan bahasa
Aspek yang berhubungan dengan kemampuan untuk member respon yang terhadap
suara, berbicara, berkomunikasi dan mengikuti perintah.
4. Sosialisasi dan kemandirian
Aspek yang berhubungan dengan kemampuan mandiri, bersosialisasi dan bereaksi
dengan lingkungan (makan, bermain, membereskan mainan berpisah dengan
ibu/pengasuh).
33
5. Instrumen pemantauan
a. KPSP : Kuesioner Pra Skring perkembangan
KPSP adalah alat/instrumen yang digunakan untuk mengetahui perkembangan
anak normal atau ada penyimpangan.
b. DDST : Denver Developmental Screening Test
DDST (Denver Devplopmant Screening Test) adalah salah satu dari metode
screening terhadap kelainan perkembangan anak, test ini bukanlah test diagnosa
atau test IQ.
c. TDL : Tes Daya Lihat
Tujuan test ini untuk menemukan gangguan atau kelainan daya lihat anak sejak
dini agar segera dapat ditindaklanjuti sehingga kesempatan mempeoleh
ketajaman daya lihat menjadi lebih besar.
d. TDD : Tes Daya Dengar
Tujuan test ini untuk menemukan gangguan pendegangaran sejak dini agar
segera dapat ditindaklanjuti untuk meningkatkan kemampuan daya dengar dan
bicara anak.
4. Pertumbuhan dan perkembangan remaja
Masa remaja adalah masa transisi diri periode anak ke dewasa. Apabila kita perhatikan dan
kita ikuti pertumbuhan anak sejak lahir sampai besar, akan didapatilah bahwa anak itu
tumbuh secara berangsur-angsur bersamaan dengan bertambahnya umur. Demikian pula
halnya dengan pertumbuhan identitas/konsep diri juga berkembang seiring dengan
bertambahnya berbagai pengalaman dan pengetahuan yang didapatnya baik dari pendidikan
keluarga sekolah maupun dari masyarakat dimana ia tinggal.
a. Perubahan hormonal
1) Pertumbuhan seks sekunder
Lengan dan tungkai kaki bertambah panjang; pertumbuhanpayudara; tumbuh bulu-
bulu halus disekitar ketiak dan vagina; panggul mulai melebar; tangan dan kaki
bertambah besar; tulang-tulang wajah mulai memanjang dan
membesar; vagina mengeluarkan cairan; keringat bertambah banyak; kulit dan
rambut mulai berminyak; pantat bertambah lebih besar.
34
2) Pertumbuhan primer
Semua organ reproduksi wanita tumbuh selama masa puber, meskipun dalam
tingkat kecepatan yang berbeda. Berat uterusanak usia 11 atau 12 tahun berkisar
5,3 gram, pada usia 16 rata-rata beratnya 43 gram. Tuba falopi, telur-telur,
dan vagina juga tumbuh pesat pada saat ini. Petunjuk pertama bahwa
mekanisme reproduksianak perempuan menjadi matang adalah
datangnya menstruasi.
b. Perubahan somatic
1) Perubahan Tinggi Badan :
a) Sebelum haid rata-rata 3 inci/tahun (5 – 6 inci/tahun)
b) Setelah haid rata-rata 1 inci/tahun dan berhenti sekitar usia 18 tahun
2) Perubahan BB :kenaikan BB : 2.0 kg/tahun
3) Perubahan proporsional tubuh :Pertumbuhan terjadi pada bagian tertentu (sikap
proporsional) ciri-ciri sek sekunder.
4) Organ reproduksi :Organ seks mencapai ukuran matur pada periode akhir masa
remaja.
5) Sistem pencernaan :Perut menjadi lebih panjang tidak lagi terlampau berbentuk
pipa, diameter usus, hati dan osephagus bertambah, jonjot dan sel selaput GI
Trak tebal dan kuat.
6) Sistem pernafasan :Kapasitas paru mencapai fungsi maksimal
7) Gigi geligi :Gigi canninus dan molar I, canninus tetap, premolar I dan II, dan
molar II mulai tumbuh.
8) Neurologi :usia 10 th : 95 %
35
5. Pertumbuhan dan perkembangan masa reproduksi
a. Dalam bahasa awam/popular disebut masa “wanita dewasa” (mature women)
b. Siklus menstruasi lebih dari normal ditandai :koordinasi fluktasi pelepasan
gonadotropin/gonadosteroiogenesis ovarium, pematangan folikel dan ovulasi, serta
perubahan histologist endometrium.
c. Periode fungsi reproduksi lebih dari maksimal (puncak 24-30th a > akan menurun)
d. Petumbuhan usia reproduksi
1. Periode efisiensi pertumbuhan fisik hingga periode empat puluhan
2. Kemampuan motorik mencapai puncak pada periode dua puluhan sampai tiga
puluhan.
3. Kecepatan respon maksimal antara dua puluhan sampai dua puluh lima, menurun
secara perlahan, penguasaan keterampilan motorik lebih cepat.
e. Perkembangan
1. Kemampuan mental mencapai puncak pada periode dua puluhan, secara perlahan
berkurang.
2. Penyesuaian diri efektif pada berbagai situasi
3. Penalaran analogis, berfikir kritis, dan mandiri
4. Penyesuaian peran baik sebagai istri atau ibu
f. Indikator pemantauan
1. Berat badan melihat status gizi
2. HB
36
6. Pertumbuhan dan perkembangan masa klimakterium dan menopause
a. Klimakterium
Masa sekitar menopause, sekitar usia 40 tahun ke atas, di mana aktifitas hormon
estrogen mulai menurun, tidak ada respon adekuat ovarium terhadap FSH yang tinggi
dari hipofisis (“tired” ovarium) pengaruh habisnya folikel (follicle depletion).
b. Menopouse
Berhentinya haid secara permanen
c. Pemantauan pertumbuhan dan perkembangan
1) Konseling dan pelayanan Kesehatan Reproduksi terutama gangguan dan tanda
keganasan
2) Di tatanan Pelayanan Kesehatan dasar (Posyandu Lansia).
7. Indikator pemantauan
Sederhana, diPosyandu :
1) Status gizi (TB/BB)
2) Tekanan darah
3) Nadi
4) Proteinuria
5) Reduksi
6) Keluhan phatologis
37
C. Pengertian Remaja
pengertian remaja adalah suatu periode transisi dari masa awal anak-anak hingga
dewasa. Dikatakan remaja saat adanya perubahan fisik yang cepat, pertambahan berat
dan tinggi badan, perubahan bentuk tubuh, serta perkembangan karakteristik seksual.
Namun, perbedaan pendapat para ahli psikologi itu digambarkan oleh Y. Singgih D.
Gunarso (1989 : 7), bahwa pengertian remaja adalah perubahan fisik yang didahului
dengan kematangan seksual
D. Perkembangan fisik, Psikis dan Psikologi Pada Remaja
1. Perkembangan Fisik
PEREMPUAN
LAKI-LAKI
38
5. Pertumbuhan pesat (12–13 tahun) Konsultasi kepada dokter bila pertumbuhan
pesat sudah mulai sebelum usia 11 tahun atau belum mulai pada usia 15 tahun.
6. Testis dan skrotum (11–12 tahun) Kulit skrotum jadi gelap dan testis
bertambah besar Testis seharusnya sudah turun sejak masa bayi.
7. Penis (12–13 tahun) Penis mulai berkembang
8. Ejakulasi (13–14 tahun) Keluarnya mukus cair dari penis mulai setelah penis
memanjang. Pada awalnya ejakulasi tanpa disertai sperma
9. Rambut pubis (11–12 tahun) rambut ketiak dan badan (13–15 tahun) kumis,
cabang, jenggot (13–15 tahun). Perkembangan rambut pada badan sangat
bervariasi, tergantung dari pola keluarga, pertumbuhan rambut mulai dari perut
ke dada.
10. Perkembangan kelenjar keringat ketiak (13–15 tahun) Dengan berkembangnya
kelenjar apokrin menyebabkan meningkatnya keringat di ketiak dan timbul bau
badan dewasa
11. Suara pecah dan membesar (14–15 tahun) Kira-kira setahun sebelum suara
pecah , jakun mulai tumbuh.
39
d. Mulai mencari identitas diri. Hal ini ditunjukkan dengan berbagai perilaku,
antara lain:
40
berkelompok. Dalam kelompok, segala kekuatan dirinya seolah-olah
dihimpun sehingga menjadi sesuatu kekuatan yang besar.
Delapan masalah remaja yang dikemukakan oleh empat psikolog ini berdasarkan kasus-
kasus yang pernah mereka hadapi.
1. Gangguan pola makan. Karena ingin punya bentuk tubuh ideal, ada remaja yg
mengalami gangguan makan, antara lain bulimia (memuntahkan kembali makanan
yang sudah dimakan).
2. Depresi. Ada remaja yang mengalami tekanan sedemikian beratnya dari lingkungan
sehingga mengalami depresi. Gangguan ini juga dipengaruhi oleh bagaimana
karakter si remaja yang bersangkutan. Biasanya remaja dengan self esteem kurang
baik rentan terhadap gangguan depresi ini
3. Salah satu permasalahan yang cukup genting adalah bunuh diri. Bunuh diri itu
penyebab kematian nomor dua bagi individu usia 15-29 tahun lho, mommies juga
bisa cek datanya di sini. Prevalensi bunuh diri di Indonesia itu 3.7 per 100.000
penduduk, ini data 2016, belum ada perhitungan lebih baru setahuku. Ada banyak
hal yang bisa jadi penyebab tingginya angka bunuh diri di kalangan remaja. Yang
paling sering karena depresi yang tidak tertangani (kadang hidden depression),
relasi yang buruk dengan keluarga, mengalami bullying, penyalahgunaan alkohol
dan narkoba.
4. Selain itu peer pressure juga masih jadi masalah buat remaja. Dengan adanya media
sosial, tekanan sosial ini juga menjadi masalah yang lebih besar lagi karena
relasinya jadi lebih instan dan anonym. Ini juga kemudian termasuk bullying,
sexting, body shaming, juga berbagai cyber bullying. Gimana juga buat remaja
penting sekali arti teman. Jika teman yang mereka temukan adalah yang relasinya
negatif, mereka mungkin tetap bertahan dalam masalah tersebut
41
5. Permasalahan yang terkaitan dengan pertemanan. Banyak remaja yang
mengeluhkan proses pertemanan yang cukup sulit dan berat. Biasanya karena
tekanan dari kelompok, geng dan sejenisnya. Kemudian membuat mereka tidak
nyaman. Misalnya, faktor senioritas di sekolah, lalu merasa ada tekanan secara
mental, pada akhirnya si remaja jadi tidak nyaman pergi ke sekolah. Apalagi di
bulan-bulan awal, anak remaja masuk ke lingkungan sekolah yang baru.
7. Kasus bullying adalah salah satu kasus yang paling banyak aku temui di remaja.
Kebutuhan remaja untuk diterima lingkungan dan membuktikan diri membuat para
korban bully makin merasa frustrasi. Bagi para pelaku bully sendiri, pola asuh yang
keliru membuat anak merasa berhak menindas teman yang berbeda dengan mereka.
42
BAB 3
Dimensi Sosial Wanita yang Berhubungan dengan Status Sosial Serta Peran Wanita
1. Status sosial
A. Pengertian
Status sosial adalah tempat atau posisi seseorang dalam suatu kelompok sosial,
sehubungan dengan kelompok-kelompok lain di dalam kelompok yang lebih besar lagi.
Dalam arti lingkungan pergaulan sehari-hari, prestisenya, dan adanya hak-hak serta
kewajiban-kewajibannya.
B. Faktor Yang Mempengaruhi Status Wanita
Status wanita dipengaruhi oleh :
a. Rendahnya kedudukan wanita dari pria
Walaupun separuh dari penghuni dunia adalah wanita namun sampai abad yang lalu
dunia seni, politik, ekonomi, perdagangan adalah dunia laki-laki. Karena itu wanita
hidupnya bagaikan mengambang dalam keremangan senja, bergerak hanyut seperti
bayangan dibelakang panggung pria dan tidak berarti.
Hukum manusia dari dulu hingga sekarang adalah hukum laki-laki, khususnya
dibidang politik, pemerintah adalah pemerintahan pria dan Negara adalah Negara
pria. Terutama dibidang politik, wanita ditolak untuk menduduki posisi
kepemimpinan dan fungsi-fungsi kunci, karena dianggap kurang mampu dan dilihat
sebagai saingan kaum pria.
b. Rendahnya tingkat pendidikan wanita dibanding pria
Ketika orang tua akan memutuskan untuk membiayai pendidikan anaknya umumnya
kaum laki-laki yang mendapat prioritas utama untuk memperoleh pendidikan yang
tinggi untuk bekal menjadi kepala keluarga dan pencari nafkah yang baik, sedangkan
wanita kurang perlu mendapat pendidikan tinggi karena nantinya juga harus bertugas
menjadi ibu rumah tangga, kembali mengurus keluarga.
Persepsi ini yang merugikan kaum wanita karena dianggap kurang penting
memperoleh pendidikan yang tinggi sehingga mengakibatkan banyak wanita tetap
terpuruk dalam kebodohan karena tingkat pendidikan yang rendah.
43
c. Perlindungan hukum, hak dan kewajiban wanita serta peran ganda wanita
sebagai ibu rumah tangga dan pencari nafkah
Di masyarakat seorang wanita tidak boleh memiliki / mewarisi hak milik atau
mencari penghasilan. Bila wanita dicerai maka dia tidak boleh merawat anaknya lagi
atau hak miliknya.
Meskipun wanita punya hak secara hokum tetapi tradisi tidak akan mengijinkan
untuk mengkontrol hidupnya sendiri. Selain itu karena ekonomi keluarga yang
kurang baik, meningkatkan wanita untuk berperan ganda sebagai ibu rumah tangga
dan pencari nafkah.
C. Dampak Status Social Wanita
Dengan status wanita yang rendah akan berdampak pada :
a. Kehidupan social :
a) Kehidupan wanita terbelenggu
b) Potensi wanita terpendam karena harus sering mengalah
c) Wanita lebih terbelakang pada setiap strata social ekonomi
d) Suara dan kepentingan wanita kurang terwakili
e) Hak asasi tertekan
f) Kontribusi peran alamiah tidak tampak
b. Kesehatan :
1) Ancaman infeksi tinggi
2) Perlindungan terhadap trauma dan kecelakaan rendah
3) Kebutuhan bio, psiko, social dan cultural kurang perhatian
4) Ancaman kesehatan reproduksi tinggi
5) Akses pelayanan kesehatan kurang
6) Menginginkan anak laki-laki dari pada perempuan
7) Tidak punya hak hokum dan kekuatan untuk memutuskan
8) Terlalu banyak anak atau sering melahirkan
44
D. Masalah Yang Berhubungan Dengan Status Wanita
a. Kedudukan wanita di masyarakat yang rendah
Peran lelaki sebagai kepala keluarga dan pencari nafkah serta wanita sebagai ibu
rumah tangga, ternyata menempatkan wanita pada status yang kurang
menguntungkan yang menyebabkan wanita lebih rendah dari laki-laki.Status wanita
akan kurang menguntungkan dan semakin tidak menguntungkan jika dia berperan
ganda, dimana dia harus bersaing dengan kaum pria yang dari segi pendidikan dan
pencurahan waktu ke sector public.
Ketimpangan kelas berdasarkan jenis kelamin ini dikarenakan system
kemasyarakatan yang bersifat patriarchal membenarkan hal ini berlangsung. Bahkan
hal ini dianggap wajar Karen apembagian peran kedua jenis kelamin ini memang
dipersiapkan sesuai dengan nilai-nilai kodratnya masing-masing.
Selama structural masyarakat patriarchal ini masih bertahan, maka selama itu
pula wanita akan tetap menjadi warga “kelas dua” di dalam kehidupan social
ekonomi.
b. Wanita memperoleh perlakuan tidak layak
Kaum wanita biasanya diperlakukan tidak sama dengan kaum pria. Kaum wanita
biasanya mempunyai kekuasaan, sumber daya dan kedudukan yang lebih lemah baik
dikeluarga atau di masyarakat. Ketimpangan yang mendasari ini menyebabkan :
1) Kaum wanita tidak mampu menjangkau pelayanan kesehatan dan informasi
kesehatan yang penting.
2) Kaum wanita banyak yang berpendidikan rendah dari kaum pria
3) Kaum wanita banyak yang tidak mempunyai kendali atas hak menerima
pelayanan kesehatan yang mendasar.
2. Peran wanita
A. Pengertian
Peran wanita adalah serangkaian perilaku yang diharapkan sesuai dengan posisi social
yang diberikan kepada wanita. Peran menerangkan pada apa yang harus dilakukan
wanita dalam suatu situasi tertentu agar dapat memenuhi harapan mereka sendiri dn
harapan orang lain.
45
B. Faktor yang Mempengaruhi Peran Wanita
Faktor yang mempengaruhi peran wanita antara lain adalah keinginan wanita untuk
memperoleh status dimasyarakat dan keinginan wanita untuk menikah dan
berkeluarga.
Setiap wanita normal menginginkan hidup berkeluarga, karena keluarga merupakan
arena peluang untuk memainkan fungsi-fungsi kewanitaannya.
C. Dampak Peran
Dampak yang ditimbulkan dari peran wanita baik dikeluarga maupun di masyarakat :
a. Minimalnya waktu untuk privasi
1) Kurangnya perawatan diri
2) Kurangnya waktu untuk istirahat
3) Kurangnya disiplin terhadap kebutuhan nutrisi
4) Keterbatasan waktu menyebabkan wanita jarang makan dan kelelahan
menjadikan wanita kurang makan.
b. Ancaman kesehatan
Wanita sering mengalami gangguan kesehatan tertentu karena pekerjaaan
mereka, karena kurang gizi, atau karena kelelahan. Penyakit bisa menjadi
ancaman berbahaya yang berbeda pada wanita dari pada pria. Misalnya wanita
yang mengalami penyakit yang menyebabkan kecacatan / kelemahan biasanya
ditolak oleh suami.
Selain itu wanita mengalami resiko kesehatan setiap hari dari pekerjaannya.
Dirumah ancaman penykit paru karena asap dapur dan luka bakar dari memasak
sangat mudah terjadi sehingga dianggap sebagai masalah kesehatan kerja utama
bagi wanita.
Penyakit menular melalui air juga sering terjadi karena wanita menghabiskan
sebagian besar waktunya di air, mncuci pakaian, mengambil air dan berdiri di
air selama menanam padi.
Berjuta wanita nekerja diluar rumah mengalami gangguan kesehatan karena
lingkungan kerja yang tidak aman. Dan sewaktu pulang kerumah mereka harus
mendapatkan beban kerja dobel ini mengakibatkan kelelahan dan meningkatkan
resiko penyakit.
46
c. Krisis psikologi-
Seperti tubuh wanita bisa sehat atau tidak sehat, demikian juga dengan daya
penalaran dan jiwa seorang wanita. Bila penalaran dan jiwa wanita sehat, maka
dia mempunyai kekuatan emosional untuk merawat kebutuhan fisik dan
keluarga, untuk menemukan masalah-masalahnya dan berusaha mengatasinya,
merencanakan masa depan dan membina hubungan yang memuaskan dengan
orang lain.
Hampir setiap orang kadang-kadang mempunyai kesulitan untuk melakukannya.
Tetapi bila kesulitan berlangsung terus dan menghambat kegiatan sehari-hari,
maka ia akan menjadi tegang dan nervus sehingga ia tidangak bisa merawat
keluarganya dan mengalami gangguan kesehatan jiwa.
D. Masalah yang Berhubungan dengan Peran Wanita
a. Stres (Frustasi dalam peran)
Kegiatan dan kejadian sehari-hari sering memberikan tekanan pada wanita
sehingga menyebabkan ketegangan pada tubuh dan jiwanya (stress). Bila
seorang wanita mengalami tekanan yang bertubi-tubi setiap harinya dan dalam
jangka waktu yang lama dia akan merasa kewalahan dan tidak bisa
mengatasinya.
b. Konflik peran (harapan-harapan peran yang tidak sesuai)
Dibeberapa wilayah, wanita dipaksa untuk berubah secara cepat karena
perubahan dalam tingkat ekonomi atau karena konflik politik. Banyak
perubahan-perubahan ini membutuhkan perubahan yang menyeluruh pada
sendi-sendi keluarga dan masyarakat sehingga banyak wanita yang merasa
harapan untuk peran yang dia inginkan tidak sesuai.
c. Kurang memadainya ketrampilan untuk memecahkan masalah
Wanita sering tidak punya kesempatan khusus dalam kehidupan sehari-hari
yang sangat sibuk untuk melakukan sesuatu bagi dirinya sendiri.
47
BAB 4
1. Single Parent
A. Pengertian
Single parent adalah keluarga yang mana, hanya ada satu orang tua tunggal, hanya
ayah atau ibu saja. Keluarga yang terbentuk bisa tedadi pada keluarga sah secara
hukum maupun keluarga yang belum sah secara hukum, baik hukum agama maupun
hukum pemerintah.
B. Faktor Penyebab
a. Perceraian. Adanya, ketidakharmonisan dalam keluarga yang disebabkan adanya
perbedaan persepsi atau perselisihan yang tidak mungkin ada jalan keluar,
masalah ekonomi/pekerjaan, salah satu pasangan selingkuh, kematangan
emosional yang kurang, perbedaan agama,aktifita.ssuan-iiistri yang tinggi di luar
rumah sehigga kurang komunikasi, problem seksual dapat merupakan faktor
timbulnya perceraian.
b. Orang tua meninggal. Takdir hidup clan coati manusia di tangan Tuhan. Manusia
hanya bisa berdoa dan berupaya. Adapun sebab kematian ada berbagai macam.
Antara lain karma kecelakaan, bunuh diri, pembunuhan, musibah bencana alam,
kecelakaan kerja, keracunan, penyakit dan lain-lain.
c. Orang tua masuk penjara. Sebab masuk penjara antara lain karena melakukan
tindak kriminal seperti perampokan, pembunuhan, penciarian, pengedar narkoba
atau thicial, perdata seperti hutang, jual beli, atau karma tidak pidana korupsi
sehingga sekian lama tidak berkumpul dengan keluarga.
d. Study ke pulau lain atau ke negara lain. Tuntutan profesi orang tua untuk
melanjutkan study sebagai peserta tugas belajar mengakibatkan harus, berpisah
dengan keluarga untuk sementara waktu, atau bisa terjadi seorang anak yang
meneruskan pendidikan di pulau lain atau luar negeri dan hanya bersama ibu saja
48
sehingga menyebabkan anak untuk sekian lama tidak didampingi otch ayahnya
yang hams tetap kerja di negara atau pulau atau kota. kelahiran.
e. Kerja di luar daerah atau luar negeri. Cita-cita untuk mewujudkan kehidupan yang
lebih baik lagi menyebabkan salah satu orang tua meninggalkan daerah, terkadang
ke luar negeri.
49
3) Anak lebih mandiri dan berkepribadian kuat, karena terbiasa tidak selalu hal
didampingi, terbiasa menyelesaikan berbagai masalah kehidupan.
50
dikenal sebagai orangyang dermawan di desa mereka. Keadaan tersebut
berangsur-angsur menimbulkan sikap toleran terhadap keberadaan pelacur.
51
satu sisi rasa bersalah tersebut terus menghantui, sementara di sisi lain mereka
harus memikirkan kelangsungan hidupnya. Sangat sulit untuk menyeimbangkan
dua tekanan yang kekuatannya berlawanan. Semakin lama tekanan tersebut
terjadi, maka batin para PSK akan semakin tepuruk, dan akhirnya bisa
mengakibatkan jiwa mereka terganggu bahkan mengalami gangguan kejiwaan.
Selain itu, tidak dapat dipungkiri bahwa seks merupakan energi psikis yang ikut
mendorong manusia untuk bertingkah laku, misalnya melakukan relasi seks atau
bersenggama.
Menurut Koentjoro, (1996) wanita pekerja seks komersial selalu
mengalami konflik dalam dirinya, baik konflik kepentingan antara rasa
membutuhkan uang dan perasaan berdosa, atau juga karena adanya perasaan
tidak aman akan statusnya sebagai pekerja seks komersial dalam
masyarakat. Hubungan seksual yang normal mengandung pengertian :hubungan
itu tidak menimbulakn efek-efek merugikan, tidak menimbulkan konflik-konflik
psikis dan tidak ada paksaan. Dengan begitu hubungan seks hendaknya
dilakuakan dalam suatu ikatan yang teratur yaitu perikahan (Kartini, kartono:
1992). Di luar ketentuan itu maka hubungan seksual dapat digolongkan dalam
gangguan mental seksual yaitu relasi seksual abnormal dan perverse.
2) Hiperseks
Seorang individu dapat dikatakan mengalami gangguan mental jika
individu mengalami penuruanan fungsi mental dan penurunan fungsi mental itu
berpengaruh pada prilakunya yaitu tidak sesuai dengan yang sewajarnya. Salah
satu dari gangguan seksual adalah hiperseks pada wanita atau biasa dikenal
dengan istilah Nymphomania, yaitu gangguan jiwa yang cukup rumit. Di
Indonesia kasus ini sulit untuk terdeteksi, hal ini disebabkan oleh kurangnya
pengetahuan tentang gangguan jiwa ini. Penderita gangguan nymphomania ini
merasakan hasrat seks yang sangat menggebu, meskipun sudah melakukan
hubungan seksual namun terus merasa kurang dan selalu timbul keinginan untuk
melakukan hubungan seksual yang berikutnnya. Secara umum, para wanita yang
mengalami gangguan ini lebih banyak menghabiskan waktu untuk hal-hal yang
berhubungan dengan seksualitas.
52
3) Kesulitan berinteraksi dengan masyarakat sekitar
Karena sebagian besar masyarakat menganggap PSK itu hina, tentu PSK
akan berpikir orang-orang disekitarnya memusuhi dan mengucilkannya, sehingga
PSK merasa takut untuk berinteraksi dengan masyarakat sekitar yang
dianggapnya tidak menerima eksistensinya di tengah masyarakat akibat status
pekerjaannya.
D. Upaya penaggulangan masalah
53
sampai pembunuhan. Menghadapi kenyataan ini, ada dua bentuk perlawanan yang
dilakukan sejauh ini dengan bernafaskan ajaran cinta damai.
54
alasan non terapeutik lainnya. Istilah sunat wanita juga sering digunakan untuk
menggambarkan prosedur ini dan dilakukan pada anak – anak perempuan pada
waktu yang berbeda dalam hidup mereka tergantung kepada latar belakangnya.
4. Penyiksaan Oleh Pasangan
Salah satu jenis kekerasan pada perempuan yang paling umum yang terjadi pada
semua lapisan masyarakat adalah kekerasan oleh partner laki – laki atau mantan
partner. Istilah kekerasan dari partner atau pasangan mengacu pada penyiksaan
yang biasanya terjadi antara suami dan istri atau antara mantan pasangan.
Penyiksaan ini bisa terjadi secara fisik, seksual, kekerasan psikologis atau
kombinasi dari semuanya. Simak juga dampak psikologi kekerasan dalam
pacaran.
5. Pemerkosaan
Ada banyak mitos mengenai pemerkosaan sebagai jenis kekerasan pada
perempuan yang berarti mengadakan hubungan seks diluar persetujuan wanita
tersebut. Mitos – mitos tersebut didasarkan pada stereotipe mengenai apa yang
menjadi perilaku seksual yang layak untuk pria dan wanita. Contohnya
kebanyakan orang menghubungkan pemerkosaan dengan serangan kejam oleh
orang asing, tetapi pemerkosaan kerap dilakukan oleh seseorang yang mengenal
korbannya. Juga ada asumsi bahwa pemerkosaan meninggalkan tanda – tanda
cedera yang jelas, namun seringkali bukan itu kasusnya. Hanya sekitar satu
pertiga dari korban perkosaan mengalami cedera fisik.
6. Pembunuhan Atas Nama Kehormatan
Ini adalah pembunuhan seorang wanita, biasanya dilakukan oleh saudara, ayah
atau anggota keluarga pria lainnya karena dia telah membawa nama buruk kepada
keluarga. Fenomena ini berakar kepada gagasan akan harga diri pria dan kesucian
wanita yang ada di berbagai negara di Mediterania Timur. Artinya kehormatan
seorang pria terikat dengan kesucian seorang wanita secara seksual di dalam
keluarganya. Kehilangan kesucian karena sebab apapun dianggap sebagai
penodaan terhadap kehormatan keluarga, dan cara satu – satunya untuk
mengembalikan kehormatan itu adalah dengan membunuhnya.
7. Penyiksaan Orang Lanjut Usia
55
Kesalahan perlakuan kepada orang lanjut usia di rumah atau di lembaga panti
jompo dirujuk sebagai penyiksaan kepada lansia dan didefinisikan sebagai ‘aksi
tunggal atau berulang yang muncul dalam hubungan apapun dimana diharapkan
ada kepercayaan, yang menyebabkan cedera atau kesulitan pada lansia’.
Kekerasan ini kerap terjadi di negara berkembang secara fisik, psikologis, atau
seksual, dan keuangan atau kekerasan material, atau pengabaian sepenuhnya,
kegagalan untuk memenuhi kewajiban perawatan lansia.
8. Dating Violenc
Dating violence atau kekerasan saat berkencan adalah serangan secara fisik ,
seksual, emosional atau verbal dari seorang pasangan romantis atau seksual. Ini
terjadi pada semua wanita pada semua ras dan etnis, pekerjaan dan tingkat
pendidikan. Hal ini juga terjadi di seluruh rentang usia. Kekerasan bisa berupa
pemaksaan untuk hamil, pemerkosaan, bullying, pemukulan, memisahkan dan
melarang bertemu dengan keluarga serta teman dan kerabat, dan masih banyak
lagi.
9. Kekerasan Keuangan
Kekerasan keuangan terjadi ketika penyiksa mengambil kontrol keuangan untuk
mencegah pihak lainnya agar tidak pergi dan mempertahankan kekuasaan dalam
suatu hubungan. Seorang penyiksa dapat mengambil alih kontrol semua
keuangan, menahannya dan menyembunyikan informasi keuangan dari korban.
Kekerasan finansial juga bisa terjadi pada lansia.
10. Human Trafficking / Perdagangan Manusia
Ini adalah jenis kekerasan pada perempuan yang berbentuk perbudakan. Terjadi
ketika seseorang wanita dipaksa atau ditipu untuk bekerja dalam kondisi yang
berbahaya dan ilegal atau mengalami kontak seksual dengan yang lain diluar
kemauannya. Seseorang yang mengalami diperdagangkan bisa saja dibius, diikat,
dipukuli, dibuat kelaparan atau dibuat bekerja selama berjam – jam dalam sehari.
56
Gadis – gadis dan wanita adalah korban yang paling umum akan perdagangan
seks, satu jenis dalam perdagangan manusia.
11. Kekerasan Emosional Dan Verbal
Mungkin seorang wanita tidak berpikir mengenai mengalami jenis kekerasan pada
perempuan jika tidak mengalami luka fisik. Akan tetapi kekerasan emosional dan
verbal bisa memiliki efek jangka pendek dan jangka panjang yang sama seriusnya
dengan luka fisik. Kekerasan emosional dan verbal termasuk hinaan, percobaan
untuk menakuti, mengisolasi, atau mengontrol seorang wanita. Ini juga
merupakan tanda bahwa kekerasan fisik akan mengikuti berikutnya. Ketahuilah
bagaimana cara mengatasi kekerasan psikis dan macam – macam trauma
psikologis.
12. Pelecehan
Jenis kekerasan pada perempuan ini adalah perilaku apapun yang tidak dapat
diterima atau komentar yang dibuat oleh seorang kepada orang lainnya. Pelecehan
seksual adalah istilah yang biasanya digunakan untuk menggambarkan kontak
atau perilaku seksual yang tidak diinginkan yang terjadi lebih dari sekali di tempat
kerja, rumah atau sekolah. Hal ini termasuk adanya keuntungan secara seksual
atau permintaan bantuan seksual yang dapat mempengaruhi pekerjaan seseorang,
pekerjaan sekolah atau di rumah. Pelecehan jalanan adalah perilaku atau komentar
yang bisa menjadi seksual dan mungkin menargetkan jenis kelamin, ras, usia,
agama, kebangsaan, etnis atau orientasi seksual.
13. Kekerasan Keluarga
Istilah ini melus kepada kekerasan antara anggota keluarga yang melibatkan
perilaku yang sama seperti kekerasan domestik. Istilah ini digunakan untuk
merujuk kepada pengalaman yang dialami di dalam keluarga, untuk
mengidentifikasi cakupan yang lebih luas dari suatu perkawinan dan hubungan
kekeluargaan luas dimana kemungkinan atau jenis kekerasan pada perempuan
dapat terjadi. Simak juga mengenai jenis trauma psikologis dan macam –
macam gangguan jiwa karena cinta.
14. Kekerasan Digital
57
Arti dari jenis kekerasan pada perempuan ini adalah kekerasan yang dilakukan
menggunakan teknologi, khususnya pada media sosial atau pesan teks. Kekerasan
digital lebih umum terjadi di kalangan dewasa muda, tetapi juga dapat terjadi
pada siapa saja yang menggunakan teknologi seperti smartphone atau komputer
dan internet. Kekerasan ini termasuk telepon atau pesan teks berulang yang tidak
diinginkan, pelecehan di media sosial, tekanan untuk mengirimkan foto pribadi
(sexting), menghina, menuntut balasan sesegera mungkin di email, media sosial
dan pesan teks.
1. Faktor ekonomi
2. Media social
3. Pernikahan usia dini
4. Kepribadian dan kondisi psikologis yang tidak stabil
5. Lingkungan
6. Laki-laki dan perempuan tidak diposisikan setara dalam masyarakat
58
7. Persepsi mengenai kekerasan yang terjadi dalam rumah tangga turut ditutup
karena merupakan masalah keluarga bukan masalah sosial.
D. Upaya penanggulangan masalah
Sedangkan untuk pelaku dan korban kekerasan sendiri, sebaiknya mencari bantuan
pada Psikolog untuk memulihkan kondisi psikologisnya. Bagi suami sebagai pelaku,
bantuan oleh Psikolog diperlukan agar akar permasalahan yang menyebabkannya
melakukan kekerasan dapat terkuak dan belajar untuk berempati dengan menjalani
terapi kognitif. Karena tanpa adanya perubahan dalam pola pikir suami dalam
menerima dirinya sendiri dan istrinya maka kekerasan akan kembali terjadi.
Sedangkan bagi istri yang mengalami kekerasan perlu menjalani terapi kognitif dan
belajar untuk berperilaku asertif. Selain itu, istri juga dapat meminta bantuan pada
LSM yang menangani kasus-kasus kekerasan pada perempuan agar mendapat
perlidungan. Suami dan istri juga perlu untuk terlibat dalam terapi kelompok dimana
masingmasing dapat melakukan sharing sehingga menumbuhkan keyakinan bahwa
hubungan perkawinan yang sehat bukan dilandasi oleh kekerasan namun dilandasi
oleh rasa saling empati. Selain itu, suami dan istri perlu belajar bagaimana bersikap
asertif dan memanage emosi sehingga jika ada perbedaan pendapat tidak perlu
menggunakan kekerasan karena berpotensi anak akan mengimitasi perilaku kekerasan
tersebut. Oleh karena itu, anak perlu diajarkan bagaimana bersikap empati dan
memanage emosi sedini mungkin namun semua itu harus diawali dari orangtua.
Mengalami KDRT membawa akibat – akibat negatif yang berkemungkinan
mempengaruhi perkembangan korban di masa mendatang dengan banyak cara.
59
Dengan demikian, perhatian utama harus diarahkan pada pengembangan berbagai
strategi untuk mencegah terjadi penganiayaan dan meminimalkan efeknya yang
merugikan ada beberapa solusi untuk mencegah KDRT antara lain :
A. Pengertian
60
Pelecehan seksual adalah perilaku atau tindakan yang mengganggu,
menjengkelkan dan tidak diundang yang dilakukan seseorang atau sekelompok orang
terhadap pihak lain, yang berkaitan langsung dengan jenis kelamin pihak yang
diganggunya dan dirasakan menurunkan harkat martabat orang yang diganggunya1
Menurut Komisi Nasional Hak Asasi Manusia pelecehan seksual adalah setiap tindakan
atau prilaku atau gerak gerik seksual yang tidak dikehendaki dalam bentuk verbal (kata-
kata) atau tulisan, fisik, tidak verbal, dan visual untuk kepentingan seksual, memiliki
muatan seksual, sehingga terhina, malu, tidak nyaman, dan tidak aman bagi orang lain.2
Susiana (2015) menambahkan bahwa pelecehan seksual merupakan bentuk pelecehan
terhadap perempuan berbasis gender. Pelecehan dapat terjadi dimanapun selama ada
percampuran laki-laki dan perempuan.
B. Bentuk-bentuk pelecehan dan perkosaan
Bentuk-bentuk pelecehan seksual dibagi dalam 3 tingkatan yaitu:
a. Ringan, seperti godaan nakal, ajakan iseng, humor porno, menatap tubuh wanita
dengan gairah, mengeluarkan siulan, dan mengajak melihat gambar porno.
b. Sedang, seperti membicarakan hal yang berhubungan dengan organ seks wanita atau
bagian tubuh wanita dan laki-laki, memegang, menyentuh, meraba bagian tubuh
tertentu, hingga ajakan serius untuk berkencan, membicarakan atau memberitahu
wanita mengenai kelemahan seksual suami atau pacar wanita tersebut, dan melakukan
gerakan-gerakan yang menirukan seolah-olah bermesraan di depan si wanita
c. Berat, seperti perbuatan terang terangan dan memaksa, penjamahan, hingga
percobaan pemerkosaan.13 Sedangkan menurut Imran (1998) dalam Karlina dan
Prabowo (2014) bentuk- bentuk pelecehan seksual antara lain:
a) Menggoda atau menarik perhatian lawan jenis dengan siulan
b) Menceritakan lelucon jorok atau kotor pada seseorang yang merasakan
sebagai merendahkan martabat. Contohnya termasuk komentar yang
menghina, gambar atau tulisan yang merendahkan wanita, lelucon cabul atau
humor tentang seks atau wanita pada umumnya.
c) Mempertunjukkan atau memasang gambar-gambar porno berupa kalender,
majalah atau buku bergambar porno kepada orang yang tidak menyukainya.
d) Bertanya atau menginterogasi seseorang atau bawahannya mengenai
kehidupan pribadi atau kehidupan seksualnya. Contohnya mempertanyakan
bagaimana hubungan keharmonisan rumahtangganya, bagaimana ketika
malam pertama, apakah dia sering bercinta, bagaimana ia memperlakukan saat
di atas ranjang, apakah dia kasar, ketika bercinta apakah dia foreplay14
terlebih dahulu atau langsung yang penting hasratnya tersanpaikan, dan
sebagainya
e) Memberikan komentar yang tidak senonoh pada penampilan, pakaian atau
gaya seseorang. Contohnya: “wow, belahanya tapi lebih bagus kalau tinggi
lagi....”, “saya punya gunting, sepertinya dadamu tak bisa buat bernafas....”,
“eaaa.... eaaa... eaaa (sambil mengikuti dari belakang.15
61
f) Terus-menerus mengajak kencan seseorang yang jelasjelas tidak mau.
g) Berkomentar yang merendahkan atas dasar sterotype gender (misalnya: dia
tidak mungkin akan sanggup memimpin aksi ini karena dia seorang
perempuan).
h) Menggerakkan tangan atau tubuh secara tidak sopan kepada seseorang.
i) Memandangi atau mengerling kepada seseorang tanpa dikehendaki.
j) Menyentuh, menyubit dan menepuk tanpa dikehendaki.
k) Mengamat-amati tubuh seseorang secara berlebihan tanpa dikehendaki.
l) Mencium dan memeluk seseorang yang tidak menyukai pelukan tersebut.
m) Meminta imbalan seseorang atas pekerjaan, kondisi kerja yang baik atau
supaya tidak dikeluarkan dari pekerjaan.
n) Perbuatan yang tidak senonoh yakni memamerkan tubuh telanjang atau alat
kelamin pada seseorang yang terhina karenanya.
o) Telepon atau surat cabul. Contoh: “sayang call me dong no 0809xxxxxx aku
kesepian nich di kosan sendirian gak ada temen yg manja2in aku bang. Aku
harap km bisa temani aku yach aku tunggu nich”16
p) Mengganggu fisik maupun serangan seksual atau perkosaan
C. Faktor faktor terjadinya pelecehan dan perkosaan
Tingginya tingkat pelecehan seksual pada perempuan di sebabkan oleh beberapa
faktor. Tangri, Burt, dan Johnson (dalam Wall, 1992) yang dikutip oleh Annisa dan
Hendro menjelaskan terdapat dua faktor penyebab terjadinya pelecehan seksual, yakni
faktor natural atau biologis dan faktor sosial budaya.35
1. Faktor Natural atau Biologis
Faktor natural atau biologis memiliki asumsi bahwa laki-laki memiliki dorongan
seksual yang lebih besar dibandingkan perempuan, sehingga laki-laki yang cenderung
melakukan tindakan terhadap perempuan. Pada faktor natural dan biologis ini
diasumsikan bahwa laki-laki dan perempuan sama-sama memiliki rasa ketertarikan
yang besar satu sama lain. Oleh karena itu reaksi yang di harapkan muncul pada
perempuan adalah persaan tersanjung atau minimal tidak merasa terganggu oleh
tindakan tersebut. Namun pada kenyataanya, korban pelecehan seksual merasa
terganggu dan terhina karena di lecehkan oleh pelaku pelecehan seksual.
2. Faktor Sosial Budaya Pada faktor ini di jelaskan bahwa pelecehan seksual adalah
manifestasi dari sistem patriakal dimana laki-laki dianggap lebih berkuasa dan
dimana keyakinan dalam masyarakat mendukung anggapan tersebut. Sehingga
anggapan tersebut telah tertanam dalam pikiran masyarakat. Selama ini masyarakat
cenderung memberikan reward kepada laki-laki untuk perilaku seksual yang bersifat
agresif dan mendominasi, sedangkan perempuan diharapkan untuk bertindak lebih
pasif dan pasrah. Akibat dari reward tersebut, masing-masing jenis kelamin baik laki-
laki mapun perempuan diharapkan untuk berperilaku sesuai dengan peran yang telah
di tentukan tersebut.
D. Dampak yang terjadi
62
a. Dampak pelecehan seksual pada anak adalah membunuh jiwanya. Korban
pelecehan seksual akan mengalami pasca trauma yang pahit.
b. Pelecehan seksual dapat merubah kepribadian anak seratus delapan puluh derajat.
Dari yang periang menjadi pemurung, yang energik menjadi lesu dan kehilangan
semangat hidup.23 Pelecehan seksual yang menimpa wanita memberikan dampak
yang serius bagi wanita tersebut baik dalam jangka panjang maupun jangka
pendek. Menurut Karliana dan Prabowo (2014) dampak pelecehan seksual di bagi
menjadi 3:
a) Dampak psikologis, antara lain menurunnya harga diri, menurunnya
kepercayaan diri, depresi, kecemasan, ketakutan terhadap perkosaan,
meningkatnya ketakutan terhadap tindakan-tindakan kriminal lainnya, rasa
tidak percaya, merasa terasing, mudah marah, penyalahgunaan zat adiktif,
merasa marah pada si peleceh, namun merasa ragu-ragu untuk melaporkan
si peleceh, adanya bayangan masa lalu, hilangnya rasa emosi yang
mempengaruhi hubungan wanita dengan pria lain, perasaan terhina,
terancam dan tidak berdaya, menurunnya motivasi dan produktifitas kerja
dan mudah marah.
b) Dampak perilaku, antara lain gangguan tidur, gangguan makan, dan
kecenderungan bunuh diri
c) Dampak fisik, antara lain: sakit kepala, gangguan pencernaan (perut), rasa
mual, menurun atau bertambahnya berat badan, memanggil tanpa sebab
yang jelas dan nyeri tulang belakang. Rubenstein tahun 1992 (dalam
Collier 1998:15 dalam Putrianingsih dan Stanilus 2012) membuat daftar
beberapa akibat dari pelecehan seksual pada perempuan secara pribadi
yakni khawatir, tegang, lekas marah, depresi, rusaknya hubungan pribadi,
permusuhan, ketidakmampuan 43 berkonsentrasi, kurang tidur, kelelahan,
sakit ke pala, dan bentuk-bentuk stress lainya. Akibat-akibat pelecehan
seksual yang telah di sebutkan di atas telah membawa dampak yang luar
biasa bagi korban pelecehan seksual itu sendiri baik dari psikologis, fisik
maupun pikiran.
63
1. Sadarkan keluarga terutama anak-anak untuk mengenali situasi potensial yang
dapat menyeret kejurang pelecehan.
2. Jangan segan dan sungkan membahas masalah pelecehan seksual yang muncul di
pemberitaan media massa.
3. Latih diri dan anak-anak untuk dapat bersikap tegas walau mungkin itu
bertentangan dengan karakternya.
4. Hindari tempat-tempat yang rawan, gelap, dan sunyi serta jauh dari keramaian.
5. Hindari menggunakan busana minimalis.
6. Hindari berduaan dengan seseorang yang pernah melakukan pelecehan seksual
pada anda.
7. Hindari peluang berduaan dengan orang yang berkategori “playboy” atau orang
yang berperilaku aneh-aneh.
8. Bentuk kelompok solidaritas untuk menjaga semangat kerja dan moralitas korban.
BAB 5
64
A. Pengertian gender dan seksualitas
Gender adalah sifat dan perilaku yang dilekatkan pada laki-laki dan perempuan yang
dibentuk secara sosial maupun budaya setempat. Sedangkan seks adalah pembagian
jenis kelamin yang ditentukan oleh Tuhan. Misalnya laki-laki mempunyai penis,
memproduksi sperma dan menghamili. Sementara perempuan mengalami menstruasi,
bisa mengandung dan melahirkan serta menyusui dan menopause. Jadi peran gender
itu dibuat oleh manusia sedangkan peran seks berasal dari Tuhan atau kodrat.
Gender adalah perbedaan antara laki-laki dan perempuan yang dibangun secara sosial
dan kultural yang berkaitan dengan peran, perilaku, dan sifat yang dianggap layak
bagi laki-laki dan perempuan yang dapat dipertukarkan.2 Perbedaan gender telah
melahirkan pembedaan kedudukan, peran, sifat, dan fungsi yang terpola sebagai
berikut: Konstruksi biologis dan ciri primer, sekunder, maskulin, feminin. Konstruksi
sosial dan peran citra baku. Konstruksi agama dan keyakinan, kitab suci dan agama
B. Perbedaan
Gender berbeda dengan seks. Bila gender dibentuk oleh masyarakat, maka seks
merupakan pemberian Tuhan sebagai kodrat yang tidak bisa diubah. Sekalipun bisa
diubah bentuk fisiknya melalui tindakan medis, namun tidak bisa merubah fungsi dan
peran seks itu sendiri. Karena itu, kita biasanya menyebut gender dengan sebutan
kelamin sosial sedangkan seks sebagai kelamin biologis (Ellya, et al. 2010).
Berdasarkan pengertian diatas, maka dapat dirumuskan perbedaan antara gender dan
seks dalam tabel sebagai berikut :
65
Takdir Tuhan, perbedaan biologis,
Perbedaan peran, fungsi, hak, sikap, hormonal, anatomi dan fisiologi,
perilaku dibentuk oleh masyarakat pemberian Tuhan, diciptakan oleh
(Widyastuti, et al. 2009). Tuhan (Widyastuti, et al. 2009).
Sifat yang melekat pada kaum laki-laki Perbedaan biologis antara laki-laki
maupun perempuan yang dibentuk secara dan perempuan. Laki-laki mempunyai
sosial maupun budaya. Misalnya bahwa penis dan menghasilkan sperma.
perempuan dikenal lemah lembut, cantik, Perempuan memiliki rahim (Ellya, et
emosional atau keibuan. Sementara laki-laki al. 2010).
dianggap kuat, rasioanal, jantan dan perkasa
(Ellya, et al. 2010).
Dapat berubah/berkembang sesuai Tidak dapat berganti antara laki-laki
kemajuan IPTEK(Widyastuti, et al. dan perempuan(Widyastuti, et al.
2009). 2009).
C. Diskriminasi Gender
Diskriminasi gender perlakuan berbeda karena gender pada kesempatan, keterlibatan
atau partisipasi yang sama yang menimbulkan kerugian dan ketidakadilan bagi salah
satu pihak, baik kepada pihak laki-laki atau pihak perempuan. Berbagai pembedaan
66
peran dan kedudukan antara perempuan dan laki-laki baik secara langsung yang
berupa perlakuan maupun sikap dan yang tidak langsung, dampak suatu peraturan
perundang-undangan maupun kebijakan telah menimbulkan berbagai ketidakadilan
yang telah berakar dalam sejarah, adat, norma ataupun dalam berbagai strukur yang
ada dimasyarakat. Oleh karena itu, negara harus memiliki kebijakan dalam upaya
menghilangkan kesenjangan gender, sehingga tercapai keadilan dan kesetaraan
gender.
Ketidakadilan gender terjadi karena adanya keyakinan dan pembenaran yang
ditanamkan sepanjang peradaban manusia dalam berbagai bentuk yang bukan hanya
menimpa perempuan saja tetapi juga dialami oleh laki-laki. Meskipun dalam
kenyataannya ketidakadilan gender dalam berbagai kehidupan ini lebih banyak
dialami oleh perempuan, namun ketidakadilan gender itu berdampak pula terhadap
laki-laki.
Bentuk-bentuk manifestasi ketidak-adilan akibat diskriminasi gender itu meliputi:8
a. Marginalisasi Marginalisasi adalah kondisi peminggiran/pemiskinan salah satu
jenis kelamin. Peminggiran terhadap kaum perempuan terjadi secara
multimensional yang disebabkan oleh banyak hal bisa berupa kebijakan
pemerintah, penafsiran agama, keyakinan, tradisi dan kebiasaan atau
pengetahuan.9
Salah satu bentuk paling nyata dari marginalisasi ini adalah lemahnya peluang
perempuan terhadap sumber-sumber ekonomi. Proses tersebut mengakibatkan
perempuan menjadi kelompok miskin karena peminggiran terjadi secara
sistematis dalam masyarakat.
b. Sub Ordinasi Sub ordinasi (penomorduaan) pada dasarnya adalah kondisi dimana
salah satu jenis kelamin dianggap lebih penting atau lebih tinggi dibandingkan
dengan jenis kelamin lainnya. Hal ini berakibat pada kurang diakuinya potensi
perempuan sehingga sulit mengakses posisi-posisi strategis dalam komunitasnya
67
terutama terkait dengan pengambilan kebijakan. Dalam kenyataannya ini
memperlihatkan bahwa perempuan mempunyai kedudukan yang lebih rendah di
bandingkan laki-laki. Contoh: Anak laki-laki harus sekolah setinggi tingginya
sedangkan anak perempuan cukup lulusan SLTP saja.
c. Beban kerja lebih panjang dan lebih banyak (Double Burden) Beban ganda
adalah beban kerja yang bertumpuk tumpuk (berlebihan) yang harus dilakukan
oleh salah satu jenis kelamin. Adanya anggapan bahwa perempuan memiliki sifat
memelihara dan rajin serta tidak cocok untuk menjadi kepala keluarga berakibat
bahwa semua pekerjaan domestik rumah tangga menjadi tanggung jawab
perempuan. Untuk keluarga miskin perempuan selain bertanggung jawab
terhadap pekerjaan domestik, mereka juga mencari nafkah sebagai sumber mata
pencarian tambahan keluarga, ini menjadikan perempuan harus bekerja ekstra
untuk mengerjakan kedua bebannya.
d. Stereotype Stereotipe adalah pelabelan atau penandaan yang seringkali bersifat
negatif yang melahirkan ketidakadilan. Sebagai contoh: perempuan sering
digambarkan emosional, lemah, cengeng, tidak rasional, dan sebagainya.
Stereotype tersebut yang kemudian menjadikan perempuan selama ini
ditempatkan pada posisi domestik, kerapkali perempuan diidentikan dengan
urusan masak, mencuci, dan seks.
e. Kekerasan Kekerasan adalah suatu serangan terhadap fisik maupun integritas
mental seseorang. Kekerasan tersebut terjadi akibat dari ketidak seimbangan
kekuasaan antara laki-laki dan perempuan. Kekerasan terjadi akibat kontruksi
peran yang telah mendarah daging pada budaya yang menempatkan perempuan
pada posisi lebih rendah. Jadi kekerasan tidak hanya menyangkut serangan fisik
seperti perkosaan, pemukulan, penyiksaan, tetapi juga bersifat non fisik seperti
ancaman, paksaan dan sebagainya.
Masalah gender pada dasarnya menganut prinsip kemitraan dan
keharmonisan, meskipun dalam kenyataannya sering terjadi perlakuan
diskriminasi, marjinalisasi, sub ordinasi, beban ganda, dan tindak kekerasan dari
satu pihak ke pihak lain baik di dalam maupun di luar kehidupan keluarga.
Perlakuan yang merupakan hasil akumulasi dan akses dari nilai sosio-kultural
68
suatu masyarakat tanpa ada klarifikasi yang rasional, akan mengakibatkan
seluruh kesalahan sering ditimpakan pada kaum laki-laki yang telah mendominasi
dan memarjinalisasi kaum perempuan tanpa menjelaskan mengapa budaya
tersebut terjadi.
Kekerasan terhadap perempuan adalah salah satu bentuk ketidakadilan
gender. Bentuk kekerasan yang terjadi sangat beragam, mulai dari kekerasan fisik
(seperti pemukulan), kekerasan psikis (misalnya, kata-kata yang merendahkan
atau melecehkan), kekerasan seksual (contohnya perkosaan), dan lain-lain.
Bentuk-bentuk kekerasan ini bisa terjadi pada siapa saja, dan dimana saja, bisa
diwilayah pribadi (rumah tangga) atau di wilayah publik (lingkungan).
Pada kebanyakan kasus, korban KDRT adalah perempuan. Tentu saja
lakilaki pun bisa jadi korban kekerasan dalam rumah tangga meskipun jumlahnya
jauh lebih sedikit dibandingkan dengan jumlah korban kekerasan terhadap
perempuan
69
menjadi lebih utama sebab perempuan sedemikian tertinggalnya dan teramat lama
terabaikan nasibnya. Berikut ini beberapa contoh pengaruh ketidaksetaraan gender
terhadap kesehatan baik laki-laki maupun perempuan sejak lahir hingga lanjut usia.
Kesetaraan gender dalam hak, yaitu adanya kesetaraan hak dalam peran dan tanggung
jawab laki-laki dan perempuan dalam bidang kesehatan.
a. Kesetaraan hak dalam rumah tangga yaitu perempuan dan laki-laki mempunyai
hak yang sama dalam kesehatan, misalnya menentukan jumlah anak, jenis
persalinan, pemilihan alat kontrasepsi dan lain-lain.
b. Kesetaraan hak dalam ekonomi/keuangan yaitu perempuan dan laki-laki
mempunyai hak yang sama dalam memilih alat kontrasepsi.
70
c. Kesetaraan hak dalam masyarakat yaitu adanya budaya di beberapa daerah yang
mengharuskan masyarakat mengikuti budaya tersebut sehingga tidak terjadi
kesehatan yang responsif gender. Selain itu, perempuan dan laki-laki mempunyai
hak yang sama dalam berpolitik dan dalam pengambilan keputusan
Kesetaraan gender dalam sumber daya, yaitu adanya kewenangan dalam
penggunaan sumber daya terhadap kesehatan.
a. Di tingkat rumah tangga, perempuan dan laki-laki mempunyai alokasi yang
sama untuk mengakses pelayanan kesehatan.
b. Di tingkat ekonomi, perempuan dan laki-laki mempunyai kemampuan yang
sama untuk membelanjakan uang untuk keperluan kesehatan. Selain itu,
perempuan dan laki-laki mempunyai kesempatan yang sama dalam
membelanjakan pendapatan untuk kesehatan.
c. Di tingkat masyarakat, tidak tersedianya sarana dan prasarana publik yang
responsif gender, seperti tidak adanya tempat untuk menyusui, tempat ganti
popok bayi.
71
a. Keterbatasan perempuan mengambil keputusan yang menyangkut kesehatan
dirinya (misalnya dalam menentukan kapan hamil, dimana akan melahirkan, dll)
yang berhubungan dengan lemahnya/rendahnya kedudukan perempuan yang
lemah di keluarga/masyarakat.
b. Sikap dan perilaku keluarga yang cenderung mengutamakan laki-laki. Contohnya
dalam mengkonsumsi makanan sehari-hari yang menempatkan bapak atau anak
laki-laki pada posisi yang diutamakan dari padaibu dan anak perempuan.
c. Tuntutan untuk tetap bekerja, sebagai contoh di beberapa pedesaan atau daerah
kumuh perkotaan, ibu hamil dituntut untuk bekerja keras seperti saat tidak hamil.
BAB 6
1. Pengertian
Menurut leavel dan clark , upaya promotif dan preventif yang disebut juga upaya
pencegahan adalah segala kegiatan yang dilakukan baik langsung maupun tidak langsung untuk
mencegah suatu masalajh kesehatan atau penyakit.
72
Penceghan berhubungan dengn masalah kesehatan atau penyakit yang spesifik dan
meliputi perilaku menghindar
2. Manfaat
Upaya promotif dan preventif menurut Leavel dan Clark , bermanfaat untuk :
karena adanya hubungan langsung dengan gizi dan penyakit, maka untuk mencegah
terjadinya masalah kesehatan yang berhungan dengan makanan maka masyarakat
diharuskan dapat memeperhatikan.
Makanan yang sehat adalah makanan yang mengandug yang zat gizi. Bahan makanan
yang dikonsumsi harus mengandung:
Setelah dikonsumsi bahan makanan akan menjadi zat makanan yang berfungsi:
73
Mekanisme pertumbuhan tubuh
Jika tidak mendapatkan zat-zat gzi maka fungsi-fungsi akan menderita gangguan dan
hamnbatan Pengawasan terhadap makanan yang dimakan
Makanan adalah sesuatu yang sangat membiarkan makanan menjadi buruk keadaan
karena itu makanan harus dijaga kebersihan sejak pertama kali dibuat sehingga saat akn
dimakan. Makanan yang busuk atu tercemar dapat menyebabkan timbulnya masalah
kesehatan. Upaya yang dilakukan untuk mencegah terjadinya pencemaran terhadap
makanan adalah:
Usaha agar lalat, tikus, dan binatang lainya tidak menyentuh atau memakan
makanan yang akan dimakan
Makaanan yang telah dimasak hrus segera dimakan
Usaha agar alat- alat dapur tetap bersih
Cuci tanan sebelum memgang ataupun mempersiapakan makanan
74
Konseling pra nikah, saat hail, persalinan, dan menyusui.
Konseling mengenai seksualitas, kesehatan reproduksi pada remaja , masa dewasa dan
lansia.
Sex education secara dini oleh orsng tua , kelompok LSM, sekolah- sekolah.
e) usaha kesehatan jiwa agar tercapai perkembangan kepribadian yang baik
upaya ini ditujukan kepada anggota masyarakat yang msih berada dalam keadaan pre-
pathogenis yang dikeanl dengan penyuluhan tentang kebersihan dan kesehatan jiwa.
Seseorang dikatakan sehat jiwanya apabila orang itu dapat mengendalikan pikiranya secara
teratur dalam segala perilaku .
penyuluhan dan mimbingan diberikan sejak manusia masih dini misalnya, dengan
membiasakan anak teratur dalam membuang air besar atau kecil, membiasaka n tidur
secara teratur, membiasakan berdoa sebelum makan atau sebelum tidur, mebiasakan
mengucap syukur dan trimaksih kepada Tuhan Yang Mahs Esa dan kepada siapapun yang
memberikan sesuatu dan menghargai pendapat orang lain. Seli itu suasana rumah tangga
yang harmonis sangat baik untuk pertumbuhan dan erkembangan jiwa abnak dan kesehatan
jiwa seluruh anggota keluarga.
BAB 7
1. Pengertian
Menurut WHO, Screening adalah usaha untuk mengedintifikasi suatu penyakit yang secara
klinis belum jelas dengan menggunakan pemeriksaan tertentu atau prosedur lain yang dapat
digunakan secara tepat untuk membedakan orang-orang yang kelihatannya sehat tapi
mempunyai sakit atau betul-betul sehat.
75
Jadi secara garis besarr screening tidak dimaksudkan untuk mendiagnosis sehingga pada hasil
test yang positif harus dilakukan pemeriksaan yang lebih intensif untuk menentukan apakah
yang bersangkutan memang sakit atau tidak kemudian bagi yang diagnosisnya positif dilakukan
pengobatan intensif agar tidak membahayakan bagi didrinya maupun lingkungannya, khususnya
bagi penyakit-penyakit menular.
2. Manfaat Screening
a) Mendapatkan klien yag menderita penyakit sedini munkin sehingga segera mendapatka
pengobatan
b) Mencegah meluasnya penyakit di masyarakat
1) Membiasakan masyarakat untuk memeriksaan diri sebelum sakit
2) Meningkatkan kewaspadaan tenaga kesehatan akan kejadian penyebaran atau endemic
3) Memeperoleh informasi epidemiologi yang berguna untuk penelitian
3. Sifat Screening
a) Memerlukan deteksi din penyakit yaitu mendeteksi tahap awal penyakit dan melihat
besarnya masalah kesehatan di masyarakat
b) Bukan merupakan alat diagnostic
c) Positif test akan mengikuti test diagnostic atau prosedur untuk memastikan penyakit
4. Syarat Melaksanakan Screening
a) Test cukup sensitive dan spesifiik
b) Test dapat diterima oleh masyarakat,aman,tidak berbahaya,murah dan sederhana
c) Penyakit atau masalah yang akan di screening merupakan masalah yang cukup serius,
prevalensinya tinggi, merupakan masalah kesehatan masyarakat
d) Kebijakan intervensi atau pengobatan ang akan dilakukan setelah dilaksanakan screening
harus jelas.
5. Macam-Macam Screening
a) Mass Screening (Penyaringan massal)
Screening yang dilakukan pada seluruh populasi, misalnya x-Ray survey atu blood pressure
Screening pada seluruh masyarakat yang berkunjung pada pelayanan kesehatan.
b) Selective Screening
Hanya dilakukan pada populasi tertentu dengan target populasi berdasarkan pada rasio
tertentu, misalnya pap smear Screening pada wanita usia kurang lebih 35 tahun untuk
mendeteksi karsinoma serviks, mammography screening untuk wanita yang punya riwayat
keluarga menderita karsinoma payudara.
c) Single Disease Screening
Hanya dilakukan untuk satu penyakit misalnya screening terhadap penderita penyakit TBC,
Jadi lebih tertuju pada penyakitnya.
d) Multiphasic Screening
76
Untuk beberapa penyakit pada suatu kunjungan tertentu, sangat sederhana, mudah, murah
dan diterima secara luas, Misalnya pemeriksaan karsinoma pada serviks dan payudara
disertai pemeriksaan tekanan darah, gula, kolesterol, dll.
e) Case finding Pencarian kasus
Merupakan penanggulangan keadaan wabah dimana untuk menemukan sumber penularan
atau mencari adanya kasus baru dimasyarakat.
6. Tahap screening
a) Tahap Menetapkan Masalah.
Masalah kesehatan yang ingin diketahui dikumpulkan berbagai keterangan yang ada
hubungannya dengan masalah kesehatan tersebut, keterangan-keterangan yang diperleh
harus diseleksi untuk kemudian disusun sehingga menjadi jelas kriteria masalah kesehatan
yang akan dicari.
b) Tahap menetapkan cara pengumpulan data yang akan dipergunakan untuk masalah
kesehatan.
Cara pengumpulan data yang terbaik adalah mrnggunakan test yang mempunyai sensitivitas
dan spesitifitas yang tinggi.
c) Tahap menetapkan populasi yang akan dikumpulkan datanya.
Populasi yang dipilih adalah populasi yang mempunyai resiko untuk terkena masalah
keseshatan tersebut namun masih sehat. Tentukan sumber data, kriteria responden, Besar
sampel dan cara pengambilan sampel.
d) Tahap melakukan penyaringan
Penyaringan dilakukan dengan memanfaatkan kriteria masalah kesehatan serta cara
pengumplan data yang telah ditetapkan. Hasil dari langkah ini adalah ditemukannya
kelompok populasi yang tidak mengidap masalah kesehatan tersebut.
e) Tahap memepertajam penyaringan
Pada kelompok populasi yang dicurigai mengidap masalah kesehatan yang sedang dicari,
dilakukan penyaringan lagi dengan prosedur diagnostik, untuk memperoleh kelompok
populassi yang benar-benar mengidap masalah kesehatan tersebut.
f) Tahap penyusunan
laporan dan tindak lanjut setelah dapat dipastikan bahwa kelompok populasi hanya
mengidap masalah kesehata yang dicari saja, dilakukan pengolahan data dan penyususnan
laporan. Kepada kelompok populasi yang terbukti mengidap masalh kesehayang dicari, perlu
ditindaklanjuti dengan pemberian pengobatan untuk mengatasi masalh kesehatan yang
dihadapinya.
BAB 8
KONSEP KEPENDUDUKAN
77
a. penduduk adalah orang dalam matranya sebagai pribadi, anggota keluarga, anggota
masyarakat, warga negara, dan himpunan kuantitas yang bertempat tinggal disuatu tmpat
dalam batas wilayah negara pada waktu tertentu.
b. kependuddukan adalah hal ikwal yang berkaitan dengan jumlah, ciri utama, pertumbuhan,
persebaran, mobilitas, penyebaran, kualitas, kondidi kesejahteraan uang menyangkut
politik, sosial, budaya, agama, serta lingkungan penduduk tersebut.
c. mobilitas penduduk adalah gerak keruangan penduduk dengan melewati administarsi
daerah tingkat ll.
d. persebaran penduduk adalah kondisi sebaran pnduduk secara keruangan
Penduduk merupakan salah satu elemen pendukung terbentuknya suatu negara. Pendududuk
bersifat dinamis sesuai dengan keadaan dan kondisi jaman . perubahan tersebut menimbulkan
dinamika penduduk. Dinamika penduduk cenderung kepada perkembangan jumlah penduduk
suatu daerah atau negaara yang akan melahirkan push an pull theory yaitu pertumbuhan
penduduk merupakan kesimbangan dinamis antara kekuatan yang menambah (dorong push,
yaitu kelahiran dan imigrasi) dan mengurangi ( tarik / pullyaitu kemtia dan imigrasi )
1. Pengertian penduduk
Menurut UU.RI.No. 10 tahun 1992, penduduk yaitu orang dalam matranya sebagai pribadi,
anggota keluarga,anggota masyarakat,warga negara dan dan himpunan dan kuantitas yang
brtempat tinggal di suatu tempat dalam batas wilayah negara pada waktu tertentu.
Penduduk adalah semua orang yang berdomisili di wilayah geografiis republik indonesiia
selama 6 bulan dan atau lebih dan atau mereka yang berdomisili kuran dari 6 bulan tapi
bertujuan menetap. (BPS, 2015).
Konsep penduduk menurut bada kependudukan dan catatan sipil penduduk adalah
orang yang mempunyai KTP dan atau mempunyai KK (beridentitas).
2. Kependudukan Di Indonesia
Jumlah penduduk indonesia berkontribusi besar dengan jumlah penduduk yang
mendekati seperempat miliar jiwa. Penduduk indonesia tumbuh pesat, dari tahun 1900
jumlahya masi sekitar 40 juta, tetapi pada tahun 2007 penduduk indonesia telah mencapai 225
juta jiwa. Dimana dalam 50 tahun terakkhir, penduduk telah brtambah lebih dari 100 juta jiwa.
Sebuah peningkatan yang fantastis (BPS, 2009) Besarnya jumlah pendduk trkait langsung dengan
penyediaan pangan. Konsumsi utama sumber karbohidrat adalah beras. Namun hal ini tidak
seimbang dengan brtambahnya penduduk. Ketiakmammpuan menyediakan pangan pokok yang
ditandai dengan besarnya immpor besarnya impor beras menjadi pertanda yang serius bagi kita
agar memeliki perhatian pada persoalan kependudukan dan penyediaan pangan.
3. Perkembangan KB
BAB 9
Sejarah KB di Indonesia
78
Sesungguhnya keluarga berencana bukanlah hal baru, karena menurut catatan-catatan
dan tulisan-tulisan yang berasal dari mesirr kuno, yunani kuno, tiongkok kuno dan india, Hal
ini telah mulai dipraktekkan sejak berabad-abad yang lalu, tetapi pada waktu itu cara cara
yag dipakai masih kuno dan primitif.
Dalam sejarah manusia berabad-abad lamanya tidak seorang pun yang tah bagaimana
terjadinya kehamilan. Waktu itu hubungan antra persetubuhan suami istri dengan
kehamilan tidak diketahui sama sekali, kehamilan disangka oleh sesuatu yang masuk atau
termakan oleh wanita atau disebabkan opeh pengaruh matahari dan bulan atau hal-hal
lainnya.Maka dengan sendirinya cara keluarga berencana yang pertama dilakukan adalah
dengan berdoa dan memakai jimat anti hamil, atau jamu-jamuan untuk mengusir roh dan
badan halus tersebut.
Di indonesia sejak zaman dulu telah dipakai obat dan jamu yang maksudnya untuk
mencegah kehamilan. Di irian jaya telah lama dikenal ramuan dari daun-daunan yang
khasiatnya dapat mencegah kehamilan. Dalam masyarakat hindu bali, sejak dulu hanya ada
nama untuk empat orang anak, munkin suatu cara untuk menganjurkan supaya pasangan
suami istri mengatur kelahiran anaknya sampai empat.DI Indonesia keluarga berencana
modern mulai dikenal pada tahun 1953. Pada waktu itu sekelompok ahli kesehatan,
kebidanan, dan tokoh masyarakat telah mulai membantu masyarakat memecahkan masalah
masalah pertumbuhan penduduk.
Pada 23 desember 1957 mereka mendirikan wadah dengan nama perkumpulan
keluarga berencana idonesia (PKBI) dan bergerak secara silent operation membantu
masyarakat yang secara sukarela. Jadi di indonesia PKBI adalah pelopor pergerakan keluarga
berencana nasional.Untuk menunjang dalam rangka mencapai Tujuan, berdasarkan hasil
penandatanganan deklarasi kependudukan PBB 1967 oleh beberapa kepala negara
indonesia, maka dibentuklah suatu lembaga program keluarga berencana dan dmasukkan
dalam program pemerintah sejak pelita 1 (1969) berdasar intruksi presiden no 26 tahun
1968 yang dinamai Lembaga Keluarga Berncana Nasional (LKBN) sebagai lembaga semi
pemerintah.
Pada tahun 1970 ditingkatkan menjadi badan pemerintah melalui kepres No. 8 tahun
1970 dan diberi nama badan koordinasi keluarga berencana nasional (BKKBN) yang
bertanggung jawab kepada presiden dan bertufgas mengoordinasikan perencanaan,
pengawasabn dan penilaian pelaksanaan program keluarga berencana.
Melalui keppres No. 33 tahun 1972 dilakukan penyempurnaan struktur organisasi,
tugas pokok dan tata kerja BKKBN. Dengan keppres No. 38 tahun 1978 organisasi dan
struktur BKKBN disempurnakan lagi, dimana fungsinya diperluas tidak hanya masalah KB
tetapi juga kegiatan-kegiatan lain, yaitu kependudukan yang mendukung KB (beyond family
planning).
79
D.PERKEMBANGAN ORGANISASI BADAN KOORDINASI KELUARGA BERENCANA
NASIONAL (BKKBN)
Secara historis, organisasi BKKBN dimulai dari suatu organisasi yang murni berstatus swasta
pada tahun 1957, kemudian menjadi organisasi semi pemerintah tahun 1968. Pada tahun 1970.
Menjadi organisasi resmi pemerintah sebagai pelaksana dan pengelola program KB nasional
sampai dengan saat ini. Berikut ii digambarkan secara ringkas perkembangan organisasi BKKBN.
1. Lembaga Keluarga Berencana Nasional (LKBN)
LKBN dibentuk dengan tugas mencakup dua hal, yakni melambangkan KB dan mengelola
segala jenis bantuan untuk KB. Setahun LKBM berdiri, proses pengenalan KB pada masyarakat
berlangsung memuaskn an tdk menghadapi tantangan yang berarti , sehingga pemerintah
memuruskan mengambiil alih menjadi program pemerintah dan menetapkan program KB
nasional merupakan bagian integral dari program pembangunan nasional dan masuk dlam
program pembangubanan lima tahunan
2. BKKBM berdasarkan keputusan presiden RRI nomor 8 tahun 1970
Untuk melaksanakan dan mengelolah program KB nasional dimaksud, pemerintah
membentuk BBKM dengan pertimbangan bahwa program perlu ditingkatkan degan cara lebih
memanfaatkan dan memperluas kemampuan fasiltas dan sumber yang tersedia.
Pelaksaan program perlu mengikutsertakan sluruh masyarakat dan pemerintah secara
maksmal seta diselenggraka secara teratur, terencana dan terarah demi tujuan dan sasaran yang
teah ditetapkan
Dlam melaksankan tugasnya, BBKM bertanggung jawab kepada presiden, yang sehari-
hari didampingi oleh musyawarah pertimbangan KB nasional. Berdasarkan keppres nomor 8
tahun 1970 wilayah program meliputi enam provinsi di jawa bali yakni DKI Jakarta, jaa barat ,
jawa barat, DI Yogyakarta, jawa timur dan bali
80
BAB 10
Komunikasi, informasi, edukasi (KIE) merupakan satu step yang tidak boleh ditinggalkan
bidan dalam asuhan kebidanan khususnya pelayanan keluarga berencabna KIE merupakan kunci
dalam pelayanan keluarga berencana.
1. Tujuan Kie
a. Memperluas jangakaun pencapaian program
b. memeberikan pembangunan dan peserta
c. meembagajkan penerimaan.
Dalam melaksanakan KIE bidan harus mengtetahui betul setiap bentuk kelompak sasaran
sehingga bidan harus mengadakan asumsi sampai berapa jauh kemammpuanya , tingkat daya
jangkuanya, kewenganya untuk melakukan pembinan atau menstimulir poses- proses
pelembagaan yang sedang berjalan. Apabila asmsi- asumsi ini dapat dibuat dalam suatu
inventarisasi, maka kemudian bidan dapat mementukan target dari setiap tujuan yang ingin kita
capai.
81
dengan situasi, melalui pengalaman baru , memandang kesulitan objektif sehingga dapat
menghadapi masalah dengan tidak terlalu cemas dan tegang.
Jadi konseling kebidanan adalah komunikasi tatap muka dimana satu pihak membantu
pihak lain dalam bentuk wawancara yang menuntut adanya komunikasi. Interaksi yang
mendalam untukk menggali masalah yang sedang dihadapi klien sehingga terciptanya suatu
keprcayaan antara konselor (Bidan) dengan konseli (klien) untuk mencapai suatu tujuan
konseling yang dapat berupa pmecahan masalah, mengambil keputusan dan melaksanakan
keputusan tersebut, dan pemenuhan kebutuhan dalam ruang lingkup pelayanan kebidanan.
b. Tujuan Konseling
1) Informasi yang benar, diskusi bebas dengan cara mendengarkan, berbicara dan
komunikasi Non-verbal meningkatkan peneriman informasi mengenai KB oleh klien.
2) Menjamin pilihan ang cocok Menjamin petugas dan klien memilih cara terbaik yang
sesuai dengan keadaan kesehatan dan komdisi klien
3) Menjamin penggunaan yang efektif Konseling efektif diperlukan agar klien mengetahui
bagaimana menggunakan KB dengan benar dan mengatasi informasi yang keliru
tentang cara tersebut.
c. Jenis Konseling
Komponen yang penting dalam pelayanan KB dibagi 3 tahapan yaitu:
1) Konseling awal (Pendahuluan)
a) Bertujuan menentukan metode apa yang diambil.
b) Bila dilakukan dengan objektif langkah ini akan membantu klien untuk memilih jenis KB
yang cocok untuknya.
c) Yang perlu diperhatikan dalam langkah ini:
Menanyakan langkah yang disukai klien
Apa yang diketahui tentang cara kerjanya, kelebihan dan kekurangannya.
2) Konseling khusus
a) Memberi kesempatan klien untuk bertanya tentang cara KB dan dan membicarakan
pengalamannya.
b) Mendapatkan informasi lebih rinci tentang KB yang diinginkannya.
c) Mendapatkan bantuan untuk memilih metode KB yang cocok dan mendapatkan
penerangan lebih jauh tentang penggunaanya.
d) Konseling tidak lanjut
e) Konseling lebih bervariasi dari konseling awal.
f) Pemberi pelayanan harus dapat membedakan masalah yang serius yang memerlukan
rujukan dan masalah yang ringan yang dapat diatasi di tempat.
d. Langkah-Langkah Dalam Konseling
1) Menciptakan suasana dan hubungan saling percaya.
2) Menggali permasalahan yang dihadapi dengan calon.
3) Memberikan penjelasan disertai penunjukan alat-alat kontrasepsi.
4) Membantu klien untuk memiliki alat kontrasepsi yang tepat untuk dirinya sendiri.
82
BAB 11
83
Organisasi kesehatan dunia pada 2009 mengeluarkan daftar terperinci mengenai
kriteria kelayakan masing—masing jenis kontrasepsi.
Tabel 5.1
Kemungkinan Kehamilan Selama Tahun Pertama Pemakaian
84
Pil KB
Suntikan KB
Implant / susuk KB
Spermaticide
3. Metode operatif : Medis Operatif Wanita (MOW)/Tubektomi
b. Kontrasepsi untuk laki-laki :
Metodemekanis : Kondom KB
Metode operatif : Medis Operatif Pria (MOP) / Vasektomi
2. Metodenya yaitu sederhanaatau modern.
a. Metode kontrasepsi sederhana / Alamiah / Tradisional :
1. Metode kelender / pantang berkala / Metode Ritmil dari Knaus dan Ogino
(the safe period)
2. Metode suhu basal
3. Metode lender serviks / metode ovulasi
4. Metode sanggama terputus (coitus interruptus)
5. Tidak langsung berefek kontrasepsi : Metode laktasi (menyususi)
6. Aborsiz
85
Suntikan KB
3. Kimiawi :
Supositorial
Jelly / cream /pasta
Tissue
Tablet berbusa
Aerosol
4. Metode operatif :
Medis operatif wanita (MOW) / Tubektomi
Medis operatif wria (MOP) / Vasektomi
3. Tujuan pemakaian yaitu untuk menunda kehamilan, mengatur kehamilan, atau
untuk mengakhiri kesuburan. Sebenarnya tidak ada suatu keharusan memakai
suatu alat kontrasepsi tertentu bila ingin menunda, mengatur, atau mengakhiri
kehamilan, namun ada saran untuk menggunakan alat kontrasepsi tertentu
sesuai dengan tujuan masing-masing agar efektivitas maksimal bisa dicapai.
a. Untuk menunda kehamilan :
Untuk tujuan ini biasanya digunakan metode atau alat kontrasepsi yang
dijamin mempunyai refersiblitas (kemampuan untuk kembali fertile) tinggi.
Alat kontrasepsi yang bisa dipakai.
1. Kondom KB
2. Pil KB
3. Suntikan KB yang harus diulang setiap 1 bulan sekali
4. Metode sederhana yang dikombinasi dengan pemakaian kondom, atau Pil
KB, atau diafragma, atau kap serviks, atau supositorial, jelly, tablet
berbusa, aerosol, kream, pasta.
b. Untuk mengatur kehamilan :
1. Alat kontrasepsi dalam Rahim (AKDR) / intra uterine device (IUD)
2. Pil KB
3. Suntikan KB (bisa yang 3 bulaan atau 1 bulanan)
4. Implant / susuk KB
c. Untuk mengakhiri kesuburan :
86
1. Medis operatif wanita (MOW) / Tubektomi
2. Medis operatif pria (MOP) / Vasektomi
C. METODE KONTRASEPSI SEDERHANA (TANPA ALAT) : KB ALAMIAH
Kontrasepsi berasal dari kata ‘kontra’ yang berarti mencegah / menghalangi dan
‘konsepsi’ yang berarti pembuahan atau pertemuan antara sel telur dengan
sperma. Jadi kontrasepsi dapat diartikan sebagai sebagai suatu cara untuk
mencegah terjadinya kehamilan sebagai akibat pertemuan antara sel telur
dengan sperma. Sedangkan yang dimaksud dengan istilah ‘alamiah’ di sini
adalah metode-metode yang tidak membutuhkan alat ataupun bahan kimia (yang
menjadi ciri khas metode perintang) juga tidak memerlukan obat-obatan
(sebagaimana ciri metode hormonal).
Jadi yang dimaksud kontrasepsi alamiah adalah suatu upaya mencegah atau
menghalangi pembuahan atau pertemuan antara sel telur dengan sperma
dengan menggunakan metode-metode yang tidak membutuhkan alat ataupun
bahan kimia (yang menjadi cirikhas metode perintang) juga tidak memerlukan
obat-obatan.
D. METODE KELENDER / PANTANG BERKALA
Adalah metode keluarga berencana alamiah (KBA) yang paling tua. Pencetus
KBA sistem kalender adalah dr. Knaus ( ahli kebidanan dari Vienna) dan dr.
Ogino (ahli ginekologi dari jepang). metode kelender iniberdasarkan pada siklus
haid . menstruasi wanita.
a. manfaat :
dapat bermanfaat sebagai kontrasepsi maupun konsepsi.
1. Manfaat kontrasepsi yaitusebagai alat pengendalian kelahiran atau
mencegah kehamilan.
2. Manfaat konsepsi dapat digunakan oleh para pasangan untuk
mengharapkan bayi dengan melakukan hubungan seksual saatmasa
subur / ovulasi untuk meningkatkan kesempatan bisa hamil.
b. Keuntungan :
1. Metode kelender atau pantang berkala lebih sederhana.
2. Dapat digunakan oleh setiap wanita yang sehat.
87
3. Tidak membutuhkan alat atau pemeriksaan khusus dalam penerapannya.
4. Tidak mengganggu pada saat berhubungan seksual.
5. Kontrasepsi dengan menggunakan metode kalender dapat menghindari
risikokesehatan yang berhubungan dengan kontrasepsi.
6. Tidak memerlukan biaya
7. Tidak memerlukan tempat pelayanan kontrasepsi
c. Keterbatasan :
1. Memerlukan kerjasama yang baik antara suami istri.
2. Harus ada motivasi dan disiplin pasangan dalam menjalankannya.
3. Suami istri tidak dapat melakukan hubungan seksual setiap saat.
4. Pasangan suami istri harus tahumasa subur dan masa tidak subur.
5. Harus mengamati siklus menstruasi minimal enam kali siklus.
6. Siklus menstruasi yang tidak teratur (menjadi penghambat).
7. Lebih efektif bila dikombinasikan dengan metode kontrasepsi lain.
d. Keefektifitasan :
Akan lebih efektif bila dilakukan dengan baik dan benar.sebelum
menggunakan metode kelender ini, pasangan suami istri harus mengetahui
masa subur. Padahal masa subur setiap wanita tidaklah sama. Oleh karena
itu diperlukan pengamatan minimal 6 kali siklusmenstruasi.
e. Penerapan
Hal yang perlu diperhatikan pada siklus menstruasi wanita sehat adatiga
tahapan :
1. Masa tidak subur sebelum ovulasi.
2. Masa subur.
3. Masa tidak subur setelah ovulasi.
Siklus normal 28 hari, pertengahan siklusnya hari ke-14 (28.2). berarti masa
suburnya 3 hari sebelum hari ke-14, yaitu hari ke-11 (14-3)dan 3 hari setelahhari
ke-14, yaitu hari ke-17(7 hari) dari siklus haid wanita normal.
88
Jumlah hari terpendek dalam 6 kali siklus haid dikurangi 18, hitungan ini
menentukanhari pertama masa subur.jumlah hari terpanjang selama6 siklus haid
dikurangi 11. Hitungan ini menentukan hari terakhir masa subur.
Rumus :
89
1. Meningkatkan pengetahuan dan kesadaran padapasangan suami istri
tentang masa subur / ovulasi.
2. Membantu wanita yang mengalami siklus haid tidak teratur mendeteksi
masa subur / ovulasi.
3. Dapat digunakan sebagai kontrasepsi ataupun meningkat kesempatan
untuk hamil.
4. Membantu menunjukkan perubahan tubuhlain pada saat mengalami masa
subur /ovulasi seperti perubahan lender serviks.
5. Metode suhu suhu basal tubuh yang mengendalikan adalah wanita itu
sendiri.
e. Keterbatasan :
1. Membutuhkan motivasi dari pasangan suami istri.
2. Memerlukan konseling dan KIE dari tenaga medis.
3. Suhu tubuh basal dapat dipengaruhi oleh penyakit, gangguan tidur,
merokok, alcohol, stress, penggunaan narkoba, maupun selimut elektrik.
4. Pengukuran suhu tubuh dilakukan pada waktu yang sama.
5. Tidak mendeteksi awal masa subur.
6. Membutuhkan masa pantang yang lama.
f. Petunjuk bagi pengguna metode suhubasal tubuh :
1. Suhu diukur pada waktu yang hampir sama seperti pagi .
2. Catat suhu ibu pada kartu yang telah tersedia.
3. Gunakan catatan suhu untuk menentukan suhu tertinggi dari suhu yang
normal dan rendah.
4. Abaikan setiap suhu tinggi yang di sebabkan oleh demam/ gangguan lain.
5. Tarik garis pada 0,05 derajat celcius di atas suhu tertinggi dari suhu 10
hari tersebut. Garis ini di sebut garis pelindung (cover line) atau garis
suhu.
6. Periode tak subur mulai pada sore hari setelah hari ketiga berturut-turut
suhu tubuh berada di atas garis pelindung / suhu basal.
7. Hari pantang senggama dilakukan sejak hari pertama haid hingga sore
ketiga kenaikan secara berurutan suhu basal tubuh
90
8. Masa pantang untuk senggama pada metode suhu basal tubuh lebih
panjang dari metode ovulasi billings.
9. Perhatikan kondisi lendir subur dan tak subur yang dapat diamati.
g. Catatan :
1. Jika salah satu dari 3 suhu berada di bawah garis pelindung (over line)
selama perhitungan 3 hari. Kemungkinan tanda ovulasi belum terjadi.
Untuk menghindari kehamilan tunggu sampai 3 hari berturut-turut suhu
tercatat di atas garis pelindung sebelum memulai senggama.
2. Bila periode tak subur telah terlewati maka boleh tidak meneruskan
pengukuran suhu tubuh dan melakukan senggama hingga akhir siklus
haid dan kemudian kembali catat grafik suhu basal siklus berikutnya.
F. METODE SIMPOTETERMAL OR SYMPOTHERMAL METHOD
Adalah metode keluarga berencana alamiah (KBA) yang mengindentifikasi
masa subuh dari siklus menstruasi wanita. Metode simpotermal
mengombinasikan metode suhu basal tubuh dan mukosa serviks.
a. Manfaat :
1. Manfaat Kontrasepsi :
Metode simptotermal digunakan sebagai alat kontrasepsi atau
menghindari kehamilan dengan tidak melakukan hubungan seksual
ketika berpotensi subur (pantang saat masa subur)
2. Manfaat konsepsi :
Metode simptotermal digunakan sebagai konsepsi atau menginginkan
kehamilan dengan melakukan hubungan seksual ketika berpotensi
subur.
b. Efektivitas :
Angka kegagalan dari pengguna metode simptotermal adalah 10-20
wanita akan hamil dari 100 pasangan setiap tahunnya. Hal ini di sebabkan
kesalahan dalam belajar, atau tidak ada kerjasama sama pasangan.
91
c. Hal yang mempengaruhi metode simptotermal menjadi efektif :
1. Pencacatan dilakukan secara konsisten dan akurat.
2. Tidak menggunakan kontrasepsi hormonal, karena dapat mengubah
siklus menstruasi dan pola kesuburan.
3. Penggunaan metode barrier dianjurkan untuk mencegah kehamilan.
d. Hal yang mempengaruhi metode simptotermal tidak efektif :
1. Wanita yang mempunyai bayi, sehingga harus bengun pada malam
hari.
2. Wanita yang mempunyai penyakit.
3. Pasca perjalanan.
4. Komsumsi alcohol.
e. Pola grafik kesuburan pada metode simptotermal :
Pola grafik kesuburan tidak sesuai digunakan wanita pada kasus sbb :
1. Wanita yang memiliki pasangan seksual lebih dari satu.
2. Tidak ada komitmen antara pasangan suami istri untuk menggunakan
metode simptotermal.
3. Wanita yang tidak dapat mengamati hari suburnya karena sifat wanita
itu sendiri atau alasan lain.
4. Wanita yang ragu apakah dia mampu tidak melakukan hubungan
seksual tanpa alat kontrasepsi barrier minimal 10 hari setiap bulan
atau menerapkan metode kontrasepsi lain di hari tidak amannya.
5. Wanita yang mempunyai risiko kesehatan / medis tertentu yang
membahayakan jika dia hamil.
6. Wanita yang mengomsumsi obat obatan tertentu yang dapat
memengaruhi suhu basal tubuh, keteraturan menstruasi maupun
produksi lendir serviks.
f. Keuntungan :
1. Tidakada efek fisik seperti obat-obatan, alat, bahan kimia atau operasi
yang di butuhkan.
2. Aman.
3. Ekonomis.
92
4. Meningkatkan hubungan kerja sama antar pasangan.
5. Dapatlangsung dihentikan apabila pasangan menginginkan kehamilan.
6. Tidak memerlukan tindak lanjut atau alat kontrasepsi lain setelah
belajar metode simptotermal dengan benar.
g. Keterbatasan :
1. Tidak cocok digunakan oleh wanita yang mempunyai bayi,
berpenyakit, pasca perjalanan maupun komsumsi alcohol.
2. Metode simptotermal kurang efektif karena pengguna harus
mengamati dan menctat suhu basal tubuh maupun perubahan lendir
serviks.
3. Metode simptotermal memerlukan kerja sama antara pasangan suami
istri.
4. Pengguna harus mendapatkan pelatihan atau intruksi yang benar.
93
a. Esensi Metode Mukosa Serviks :
Lendir / mukosa serviks adalah lendir yang dihasilkan oleh aktivitas
biosintesis sel sekretori serviks dan mengandung tiga kompenen penting
yaitu :
Molekul lendir
Air.
Senyawa kimia dan biokimia (natrium, klorida, rantai protein, dll)
b. Pengamatan lendir serviks dapat dilakukan dengan :
1. Merasakan perubahan rasa pada vulva sepanjang hari.
2. Melihat langsung lendir pada waktu tertentu.
c. Manfaat :
Metode mukosa serviks bermanfaat untuk mencegah kehamilan yaitu dengan
berpantang senggama pada masa subur. Selain itu metode juga ini
bermanfaat bagi wanita yang menginginkan kehamilan.
d. Efektivitas :
Keberhasilan metode ovulasi billings ini tergantung pada intruksi yang tepat,
pemahaman yang benar, keakuratan dalam pengamatan dan pencacatan
lendir serviks, serta motivasi dan kerja sama dari pasangan dalam
mengaplikasikannya. Angka kegagalan dari metode mukosa serviks sekitar 3-
4 perempuan per 100 perempuan pertahun.
e. Kelebihan :
1. Mudah digunakan.
2. Tidak memerlukan biaya.
3. Metode mukosa serviks merupakan metode keluarga berencana alami
lain yang mengamati tanda-tanda kesuburan.
f. Keterbatasan :
1. Tidak efektif bila digunakan sendiri, sebaiknya dikombinasikan dengan
metode kontrasepsi lain (missal metode simptotermal)
2. Tidak cocok untuk wanita yang tidak menyukai menyentuh alat
kelaminnya.
94
3. Wanita yang memiliki infeksi saluran reproduksi dapat mengaburkan
tanda-tanda kesuburan.
4. Wanita yang menghasilka sedikit lendir.
g. Hal yang memengaruhi pola lendir serviks :
1. Menyusui
2. Operasi serviks dengan cryotherapy atau electrocautery.
3. Penggunaan produk kesehatan wanita yang dimasukkan dalam alat
reproduksi.
4. Perimenopause.
5. Penggunaan kontrasepsi hormonal termasuk kontrasepsi darurat.
6. Spermisida.
7. Infeksi penyakit menular seksual.
8. Terkena vaginitis.
H. METODE AMENOREA LAKTASI
MAL dapat dipakai sebagai alat kontrasepsi, apabila :
Menyusui secara penuh, lebih efektif bila diberikan minimal 8 kali
sehari.
Belum mendapat haid.
Umur bayi kurang dari 6 bulan.
1. Yang dapat menggunakan MAL :
Metode amenorea laktasi dapat digunakan oleh :
1. Wanita yang menyusui secara eksklusif.
2. Ibu pasca melahirkan dan bayinya berumur kurang dari 6 bulan.
3. Wanita yang belum mendapatkan haid pasca melahirkan.
95
5. Pemberian ASI tetap dilakukan baik ketika ibu dan / bayi sedang sakit.
96
METODE KONTRASEPSI MODERN HORM
Kontrasepsi hormonal adalah alat atau obat kontrasepsi yang bertujuaan untuk
mencegah terjadinya konsepsi sebagai akibat pertemuan antara sel telur yang
matang dengan sel sperma dengan menggunakan alat atau obat – obat dimana
bahan bakunya mengandung preparat estrogen dan progesterone. Cara
pemakaiannya di knal 3 macam kontrasepsi hormonal yaitu
PIL KB merupakan alat kontrasepsi hormonal yang berupa obat dalam bentuk pil
yang dimasukan melaluai mulut (diminum ) berisi hormone estrogen dan
progesterone yang bertujuan untuk mengendalikan kelahiran atau mencegah
kehamian dengan menghambat peepasa kelahiran atau mencegah kehamilan.
Jenis pil KB secara umum antara lain :
1. PIL KB KOMBINASI
Pi konbinasi adalah pil KB yan mengandung sinetesis hormone estrogen dan
progesterone yang mencegah kehamilan dengan cara menghambat terjadinya
ovuoasi ( peelepasan telur oleh indung telur ) melaluai penekanan ormon LH dan
FSH, mempertebal lendir mukosa serviks dan menghalangi petumbuhaan
lapisan endometrium.
a. Jenis pil KB kombinasi
1. Monofasik
Monofasik adalah pil kombinasi yang tersedia dalam kemasan 21 tablet
menamdung hormone aktif estrogen dan rogesteron dalam dosis yang sama
dengan 7 tablet tanpa hormone aktif.
2. Bifasik
97
Bifasik adalah pil kombinasi yang tersedia dalam kemasan 21 tablet
mengandung hormone aktif estrogen dan progesterone dengan dua dosisi
yang berbedq dengan 7 tablet tanpa hormone aktf.
3. Trifasik
Trifasik adalah pil kombinasi yang tersdia dalam kemasan 21 tablet
mengandng hormone aktif estrogen dan progesterone dengan 3 dosis yang
berbeda dengan 7 tablet tanpa hormone aktf.
b. Cara kerja
1. Mencegah implantasi
2. Menghambat ovulasi
3. Mengentalkan lendir serviks
4. Memperlambat transportasi ovum
5. Menekan perkembangan telur yang telah di buahi
c. Efektifitas
Efektifitas pil kombinasi lebih dari 99 persen apabila dengan benar dan
konsisten. Menurur hartanto (2004 ) angka kegagalan teoritis POK sebesar 0,1%
sedangkan angka kegagalan POK secara praktik adalah sebesar 0,7-7%.
Metode ini juga merupakan metode yang paling reversible zrtinya jika pengguna
ingin hamil bisa langsung berhenti minum pil dan biasanya bisa langsung hamil
dalam waktu 3 bulan.
d. Manfaat/keutungan
1. Keuntungan kontrasepsi
a. Tidak mengganggu hbungan seksual
b. Mudah di hentikan di setiap saat
c. Jangka panjang
d. Kesuburan segera kembali stelah pengunaa pil dihentikan
e. Dapat di gunakan sebagai kontrasepsi darurat
2. Keuntungan non kontrasepsi
Masalah yang berhubungan dengan haid dimana POK
Mengurangi jumlah perdarahan
Mengurangi lama/hari perdarahan haid
98
Mengurangi rasa nyeri selama haid
Menyebabkan siklus haid lebih teratur
Meniadaan mitteilschmers ( sakit yang timbul saat ovulasi )
Mengurangi anemia
Kadang – kdanag mengurngi ketegangan pra haid
3. Keuntngan non kontrsepsi lain
a) Mengurangi insiden dari kista ovarium fungsional paling sedikit terdapat 3
penlitian epidermis menunjukan bahwa kontrsepsi oral mengurangi risiko
timbulnya kista ovarium
b) Mengurangi kejadian penyakit payudara jinak
c) Mengurangi resiko terjadinya kehamilan ektopik
d) Kaarna POK mencegah ovulasi maka ovuusi melindungi terhadap
penyakit tofoblastik termaksud mola hotidosa dan chorio karsinoma
e) Mengurangi jeraawat
f) Pertambahan berat badan pada beberapa wanita
g) Payudara membesar
h) Periode haid dapat di tangguhkan / dimundurkan dengan cara minum
POK tambahan
i) Pok di pakai untuk mengobati endometriosis dan idiopathic
thorombocytopenic purpura ( ITP 0
j) Mengobati pendarahan uterus disfungsional
k) Kejadian rheumatoid zrthitis mungkin bberkurang
l) Mioma uteri
e keterbatasan
99
5. Pusing
6. Nyeri payudara
7. Kenaikan berat badan
8. Tidak boleh di berikan pada wanita menyusui, karna mengurangi ASI
9. Pada sebgian keci perempuan dpat menimbulkan depresi dan perubahan
suasana hatisehingga keinginan untk melakukan hubngan seks berkurang
10. Dapat meningkatkn tekann darah dsn retensi cairan
11. Everett ( 2008 ) menambahkan bahwa mengkomsusmsi PORK dapat
menungkatkan risiko adenoma hati
f .efek samping
1. Usia reproduksi
2. Telah atau belum mempunyai anak
3. Gemuk atau kurus
4. Setelah melahirkan dan tidak menyusui
5. Mengiginkan metode kontrasepsi dengan efektiits tini
6. Pasca keguguran/abortus
100
7. Perdarahan haid berlebihan sehingg menyebabkan anemia
8. Siklus haid tidak teratur
9. Nyeri haid hebat riwwat kehamilan ektopik, kelainan payudra jinak
10. Diabetes mellitus tanpa koplikasi pada ginjal pembuuah darah mata dan saraf
11. Penyakit tiroid,PID endometriosis atau tumor jnak ovarium
12. Menderita tuberkolosis pasif
13. Varises vena
101
Amenore ( tidak ada Lakukan tes kehamilan atau periksa dalam bila
perdarahan atau spotting ) tidak hamil dan cara minum sudah benar
Tidak haid kemungkinan kurang adekuatnya efek
estrogen tehadap endometrium
Berikan pil estrogen dosis 50 mikrogram atau dosis
estrogen tetap dosis progestin di kurangi
Berikan pil estrogen dosis 50 mikrogram atau dosis
estrogen tetap
Hentkan pengguna pil dan yakonkan pasien tidak
ada efek samping pada janin bila kemungkinan
hamil
pil kombinasi terbagi dalam berbagai merek dan biasanya di dalamnya terdapat brosur
tentang cara pemakaiannya.pil sebaiknya di komsumsi setiap hari, lebih baik pada saat
yang sama setiap hari. Pada paket 28 pil, di anjurkan mulai minum pil placebo sesuai
enan hari yang ada pada paket. Bila d minum 1 pil ( hri 1-21 ) segera minum pil setelah
ingat. Tidak perlu menggunakan metode kontrasepsi yang lain.bila lupa 2 pil atau lebih
(1-21 ) sebaiknya minum 2 pil setiap hari sampai sesuai jadwal yang di tatapkan.
102
Pil mini atau pil progestin kadang-kadang di sebut jua pil menyusui adalah pil KB
yang yang hanya mengandung hormone progesterone dalam dosis rendah dan dii
minum setiap hari sekali. Di seluruh dunia, mini pil tdak mendapatkan penerimaan yang
luas,baik dari pihak wanita maupn dari petugas medis KB.
103
d. Hubungan seksual tida terganggu
e. Kesuburan cepat kembali
f. Efek samping sedikit
g. Dapat di hentikan setiap saat
h. Tidak mengandung estrogen
2. Manfaat non kontrasepsi
a. Mengurangi jumlah darah haid
b. Menguragi kejadian anemia
c. Menurunkan pembekuan darah
d. Mengurang nyeri haid
e. Mencegah kanker endometrium
f. Melindungi dari penyakit radang panggul
g. Penderita endometrisis kencing manis yang belum mengalami komplikasi
dapat menggunakan
h. Tidak menyebabkan peningkatan tekanan darah, nyeri kepala dan depresi
i. Mengurangi gejala pre menstrual sindrom
e. Kerugian
1. Memerlukan biaya
2. Harus selalu trsedia
3. Efektifitas berkurang apabila menyusui jua berkurang
4. Pengguna mini pil bersamaan dengn obat tuberkolosis
5. Mini pil harus diminum setiap hari
6. Angka kegagalan tinggi
7. Tidak melindunggi dari PMS
8. Mini pil tidak menjamin akan melindungi darii kista
f. Efek samping
1. Gangguan haid
2. Peninkatan/penurunan berat badan
3. Payudara tegang
4. Mual
5. Pusing
104
6. Perubahan mood,depresi , rasa letih,nyeri kepala.
7. Reaksi kulit alergisdan melasma dermatitis atau jerawat
8. Hirsutisme
9. Obstipasi
10. Varises dan tegang tungkai
11. Libido berkurang dan
12. Gangguan pembuu serta kolestrolhdi di turunkn
g. Indikasi
1. Usia reproduksi
2. Telah memiliki anak maupun yang belum mempunyai anak
3. Pasca persalinan dan tidak menyusui
4. Mengingikan metod kontrasepsi efektif selama masa menyusui
5. Pasca keguguran
6. Tekann darah kurag 180 / 110 mmhg atau dengan masaah pembekuan darah
7. Tidak boleh mengkomsumsi estrogen atau lebih senang memakai progestrin
8. Rokok segala usia
h. Kontra indikasi
1. Wanita usia tua dengan perdarahan yang tidak di ketahui penyebabnya
2. Wanit yang di duga hamil atau hamil
3. Tidak dapat menerima terjadinya gangguan haid
4. Riwayat kehamilan ektopik
5. Riwayat kanger paayudara
6. Wanita pelupa
7. Gangguan tromboemboli aktif
8. Ikterus, penyakit hati
9. Wnita dengan miom uterus
10. Riwayat stroke
11. Menggunakan obt tuberkolosis
105
Efek samping Penanganan
amenomera Pastikan hamil atau tidak, jika tidak
hamil cukup konselin
Bila hamil, hentikan pil dan berikan
penjelasan bahwa mini pil tidak
mengganggu pertumbuhan janin
Bila diduga terjadi kehamilan ektopik,
rujuk pasien ( jangan berikan obat-
obatan hormonal)
Perdarahan tidak teratur/spotting Bila tidak menimbulkan masalah
kesehatan , tidak perlu tindakan khusus.
Berikan alternative kontrasepsi lain, bila
pasien tidak dapat menerima kondisi
tersebut.
106
2. Pasien mengalami amenorea (tidak haid) dan dipastikan tidak hamil (sebaiknya
jangan melakukan hubungan seksual selama 2 hari atau gunakan kontra sepsi lain
untuk 2 hari)
3. Menyusui antara 2 minggu dan 6 bulan pasca persalinan dan tidak haid (bila
menyusui penuh, tidak memerlukan kontrasepsi tambahan)
1. Bila sebelumnya pasien menggunakan kontrasepsi hormonal lain dan ingin ganti
dengan mini pil. Pil dapat diberikan dan tidak perlu menunggu haid berikutnya,
apabila penggunaan kontrasepsi sebelumnya digunakan dengan benar dan tidak
hamil
2. Bila sebelumnya pasien menggunakan kontrasepsi suntikan dan ingin ganti mini pil.
Pil dapat digantikan pada jadwal suntikan berikutnya dan tidak memerlukan metode
kontrasepsi tambahan lainnya.
1. Mini pil diminum setiap hari pada saat yang sama sampai habis,
2. Pil pertama sebaiknya diminum pada saat hari pertama siklus haid
3. Metode barier digunakan pada hari ke tujuh atau 4-6 minggu post partum walaupun
haid belum kembali
4. Pada pasien 9 bulan post partum sebaiknya beralih menggunakan pil kombinasi
karena efektifitas mini pil mulai menurun
5. Bila pasien muntah dalam waktu 2 jam setelah menggunakan ppil, minum pil yang
lain atau gunakan mettode kontrasepsi lain jika akan melakukan hubungan seksual
pada 48 jam berikutnya.
6. Meskipun pasien belum haid, mulai paket baru sehari setelah paket terakhir
7. Bila pasien mendapat haid teratur seriap bualn dan kehilangan 1 siklus (tidak haid)
atau merasa hhamil, maka lakukan tes kehamilan
8. Apabila pasien mengalami spotting atau perdarahan selama interval, tetap minum pil
sesuai jadwal (perdarahan biasa terjadi selama bulan-bulan pertama)
107
9. Apabila pasien mengalami kram, nyeri perut hebat atau demam maka segera
periksa ke pelayanan keswhatan
10. Sarankan pada pasien untuk menggukan kondom atau spermisida selain memakai
mini pil apabila kemungkinan terinfeksi penyakit menular seksual (termasuk HBV
dan HIV/AIDS) tau lupa minum pil
Cara minum pil-pil yang terlupa selama 7 hari ppertama antara lain:
1. Bila lupa minum pil atau terlambat minum pil, segera minum pil saat ingat dan
gunakan metode barier selama 48 jam.
2. Bila pasien lupa minum 1 atau 2 pil. Segera minum pil yang terlupa dan gunakan
metode barer sampai akhir bulan
1. Penguunaan mini pil akan berubah pada haid terutama 2 atau 3bulan pertama.
Pada umumya perubahan pola haid ini hanya bersifat sementara dan tidak
mengganggu kesehatan
2. Penggunaan mini pil akan menimbulakn efek samping seperti mual, pusing atau
pun nyeri payu dara
3. Efektifitas penggunaan mini pil akan berkurang, bila psien mengomsumsi obat-
obatan tuberculosis ataupun epilepsy
4. Bila beberapa bulan mengalami haid teratur kemudian terlambat haid,
kemungkinanan terjadi kehamilan.
5. Bila mengeluh perdarahan bercak disertai nyeri hebat pada perut, kemungkinan
terjadi kehamilan ektopik
6. Masalah penglihatan kabur, nyeri kepala hebat, kemungkinan terjadi hipertensi atau
masalah vaskuker
7. Segera ke pelayanan kesehatan apabila menjumpai masalah-,masalah di atas.
2. Efektivitas
108
Kontrasepsi suntik progestin memiliki efektivitas tingi yaitu 0,3 kehamilan per 100
perempuan pertahun, asal penyuntikannya dilakukan secara teratur sesuai jadwal yang
telah ditentukan. Tingginya minat pemakaian alat kontrasepsi ini oleh ini karena murah,
aman, sederhana, efektif dan dapat dipakai pada pascapersalinan.
3. keuntungan
a. sangatefektif
4. keterbatasan
b. klien sangat bergantung pada tempat saran layanan kesehatan (harus kembali untuk
suntikan)
109
e. tidakmenjamin perlindungan terhadap penularan infeksi menular seksual, hepatitis B
maupun HIV
5. indikasi
a. usia reproduksi
b. setelah melahirkan
e. perokok
k. tekanan darah <180/100 mmhg, dengan masalah pembekuan darah atau anemia
bulan sabit
110
m. mendekati usia menopause
6. kontra indikasi
d. menderita kangker payudara atau riwayat kangker payudara dan diabetes dengan
komplikasi
7. efek samping
a. gangguan haid
b. sakit kepala
d. keputihan
f. galaktorea
g. depresi
111
d. ibu yang menggunakan kontrasepsi hormonal
1. pasca persalinan
2. pasca abortus
3. interval
112
b. Nyeri abdomen bawah
c. Timbulnya abses atauperdarahan tempat injeksi
d. Sakit kepala migrang
e. Perdarahan berat yang 2 kali lebih panjang dari masa haid atau 2 kali lebih
banyak
1) Cara kerja:
a) Menekan ovulasi.
Lendir serviks menjadi kental dan sedikit, menga lami penebalan mukus serviks
yang menggang gu penetrasi sperma. Perubahan-perubahan siklus yang normal
pada lendir serviks. Secret dari ser viks tetap dalam keadaan di bawah pengaruh
pro gesteron hingga menyulitkan penetrasi sperma tozoa.
Membuat endometrium menjadi kurang layak untuk implantasi dari ovum yang
telah dibuahi, yaitu mempengaruhi perubahan menjelang sta dium sekresi, yang
diperlukan sebagai persiapan endometrium untuk memungkinkan nidasi dari
ovum.
113
d) Menghambat transportasi gamet oleh tuba
2) Efektivitas
Sangat efektif yaitu 0,1-0,4 kehamilan per 100 perempuan pertahun. Jenis
kontrasepsi ini pada dasarnya mempunyai cara kerja seperti pil. Un tuk suntikan
yang diberikan 3 bulan sekali, me miliki keuntungan mengurangi risiko lupa mi num
pil dan dapat bekerja efektif selama 3 bulan. Efek samping biasanya terjadi pada
wanita menderita diabetes atau hipertensi. yang Efektif bagi wanita yang tidak
mempunyai ma. salah penyakit metabolik seperti diabetes, hiper tensi, trombosis
atau gangguan pembekuan darah serta riwayat stroke. Tidak cocok buat wanita pe
rokok. Karena rokok dapat menyebabkan pe. nyumbatan pembuluh darah.
3) Keuntungan kontraseptif
4) Keuntungan nonkontraseptif
114
f) Pada keadaan tertentu dapat diberikan pada perempuan usia perimenopause
5) Keterbatasan
b) Mual, sakit kepala, nyeri payudara ringan, dan keluhan seperti ini akan hilang
setelah suntikan kedua atau ketiga
e) Dapat terjadi efek samping yang serius, se perti serangan jantung, stroke, bekuan
darah pada paru/otak, dan kemungkinan timbul nya tumor hati
6) Indikasi
a) Usia reproduksi
115
7) Kontraindikasi
b) Menyusui
e) Usia > 35 tahun yang merokok f) Riwayat penyakit jantung, stroke, atau dengan
tekanan darah tinggi > 180/110 mmHg g) Riwayat kelainan tromboemboli atau
dengan kencing manis > 20 tahun h) Kelainan pembuluh darah yang
menyebabkan sakit kepala atau migraine i) Keganasan pada payudara
a) Suntikan pertama dapat diberikan dalam waktu 7 hari siklus haid dan tidak
diperlukan kontrasepsi tambahan
b) Bila suntikan pertama diberikan setelah hari ke 7 siklus haid, klien tidak boleh
melaku kan hubungan seksual selama 7 hari atau menggunakan kontrasepsi lain
untuk 7 hari
c) Bila klien tidak haid, suntikan pertama dapat diberikan setiap saat asal saja dapat
dipas tikan ibu tersebut tidak hamil. Klien tidak boleh melakukan hubungan
seksual untuk 7 hari lamanya atau menggunakan metode kontrasepsi yang lain
selama masa waktu 7 hari
116
f) Ibu yang sedang menggunakan metode kon trasepsi hormonal yang lain dan ingin
meng gantinya dengan kontrasepsi suntik kombi nasi, selama ibu tersebut
menggunakan kon trasepsi sebelumnya secara benar, suntikan kombinasi dapat
segera diberikan tanpa perlu menunggu haid. Bila ragu-ragu, perlu dila kukan uji
kehamilan terlebih dahulu
g) Bila kontrasepsi sebelumnya juga kontrasepsi hormonal, dan ibu tersebut ingin
menggan tinya dengan suntikan kombinasi tersebut dapat diberikan sesuai jadwal
kontrasepsi lain
9) Cara penggunaan
Pelaksanaan Pelayanan
Ruang untuk pasien rawat jalan maupun ruang perawatan dapat di gunakan
untuk pem berian kontrasepsi suntik. Bila mungkin, ruang an tersebut harus
117
berada jauh dari daerah ramai di lingkungan klinik taua rumah sakit. Ruangan
tersebut harus:
Menggunakan lantai kramik atau semen agar mudah di bersihkan, Bebas dari
debu dan serangga, dan
Fasilitas untuk mencuci tangan juga harus tersedia di dekat ruang tersebut,
termasuk per sediaan air bersih yang mengalir, serta tersedia wadah atau
kantung plastik untuk pembuang an limbah terkontaminasi. Wadah tahan tusuk
harus di letakkan di tempat yang aman untuk pembuangan jarum dan alat tulis.
Persiapan Klien
Bila lengan atas atau pantat yang akan di suntik terlihat kotor, calon klien
diterima mem bersihkannya dengan sabun dan air.
a. Langkah 1: cuci tangan dengan sabun dan bilas dengan air mengalir.
Keringkan dengan handuk atau dianginkan.
b. Langkah 2: buka dan buang tutup kaleng pada vial yang menutupi karet.
Hapus karet yang ada diatas bagian vital dengan kapas yang telah dibasahi
dengan alkohol 60-90%. Biar kan kering (depo profera/cyclofem).
118
c. Langkah 3: bila menggunakan jarum dan semprit sekali pakai, segera buka
plastiknya. Bila menggunakan jarum dan semprit sun tik yang telah disterilkan
dengan DTT, pakai lah korentang atau forsep yang telah di DTT. Catatan:
jangan pakai semprit suntik untuk lebih dari sekali suntik. Pada penelitian di da
patkan pemakain satu semprit dengan bebe rapa jarum dapat menularkan
virus hepati tis B.
e. Langkah 5: balikkan vial dengan mulut vial di bawah. Masukkan cairan suntik
da Jam semprit. Gunakan jarum yang sama un tuk menghisap kontrasepsi
suntik dan me nyuntikan pada klien.
Catatan: buang kebiasaan untuk tetap mem. biarkan satu jarum menancap
pada vital suntikan, dengan tujuan pemakaian be berapa kali. Cara ini akan
menyeababkan hubungan langsung dari udara ke dalam tabung sehingga
kuman dapat masuk dan mencemari obat atau kontrasepsi suntik.
a. Langkah 1: bersihkan kulit yang akan di suntik dengan kapas alkohol yang
dibashi oleh ethil/isopropil alkohol 60-90%.
Peralatan
Teknik Suntikan
119
a. Kocok botol dengan baik, hindarkan terjadinya gelembung-gelembung udara
(depo profera/cyclofem). Keluarkan isinya.
a. Jangan memijat daerah suntik Jelaskan pada klien bahwa obat akan terlalu
cepat diserap.
c. Letakkan kotak tersebut pada tempat yang mudah dijangkau dan mudah
dibuka tanpa menggunakan benda tajam.
120
d. Kuburbakar bila kotak tersebut telah 2/3 penuh Untuk jarum dan tabung yang
dipakai lebihdari sekali. Lakukan dekontaminasi dengan meren damnya dalam
cairan klorin 0,5% sehingga jarum dan tabung aman di pakai (cairan kloron
mematikan kuman hepatitis dan HIV). Setelah dekontaminasi, pisahkan jarum
dan tabung. Bersihkan, cuci, dan sterilisasi dengan cara penguapan atau
pemanasan kering atau disinfeksi tingkat tinggi sesuai proses yang telah di
jelaskan. Otoklaf atau DTT dengan cara rebus. Bila menggunakan tabung
kaca, pemanasan kering dapat di lakukan.
a. Periksa apakah kemasan alat suntik tidak ru sak dan belum dibuka. Buang bila
telah terbuka atau rusak.
b. Buka bagian bawah kemasan dan keluar kan alat suntik tersebut.
c. Tanpa menyentuh jarum, pasang alat sun tik ke jarum dengan kencang dan
putar.
e. Buka tutup pelindung jarum. Jangan meng gerakkan pendorong dan jangan
menyun. tikka udara ke dalam vial, karena akan membuat alat suntik tidak
berfungsi (disable).
g. Jaga agar ujung jarum tetap dalam cairan Jangan memasukkan udara ke
dalam alat suntik. Hal tersebut dapat mengakibatkan dosis yang tidak tepat.
Tarik pendorong se cara perlahan untuk mengisi alat suntik. Pen dorong akan
berhenti secara otomatis bila telah menvcapai tanda batas 0,5 ml atau 1 ml,
dan akan terdengar suara "klik".
h. Untuk mengeluarkan gelembung udara, biarkan jarum dalam vial dan pegang
alat suntik dengan posisi tegak, dan ketuk tabung alat suntik. Kemudian
secara perlahan tekan pendorong ke tanda batas dosis (0,5 ml atau 1 ml)
121
B. IMPLAN / SUSUK KB
Iplan adalah alat kontrasepsi berupa kapsul kecil karet terbuat dari silicon,berisi
levonorgestrel,terdiri dari 6 kapsul kecil dan panjang 3 cm sebesar batang korek api
yang di susukkan di bawa kulit lenganatas bagian dalam oleh dokteratau bidan sudah
terlati. Lengan yang di pasang implant biasa lengan dari tangan yang tidak banyak di
gunakan beraktifitas.
1.Jenis Implan
122
mencega kehamilan dalam 5 tahun.Saat ini norplan yang paling banyak di
pakai.
2) Norplan-2 di pakai sejak tahun 1987, terdiri dari 2 batang silastik yang
padat,dengan panjang tiap batang 44 mm, dengan masing masing batang
diisi dengan 70 mg levonogestrel di dalam matriks batangnya.Ciri Norplan 2
adalah sangat efektif untuk mencegah kehamilan 3 tahun.
b. Biodegradable Implan
Biodegradable Implan melepaskan progestin dari bahan pembawa/pengangkut yang
secara perlahan lahan larut di dalam jaringan tubuh pembawanya sama sekali tidak di
perlukan untuk di keluarkan lagi seperti pada norplan.
Dua macam implant biodegradable sedang di uji coba saat ini pada sejumlah
wanita,yaitu:
1) Capronor,suatu batang polymer hormone levonogestrel, pada awal penelitian dan
pengemabanganya,capronor berupa 1 kapsul biodegradble yang mengandung
levonogestrel yang di larutkan dalam minyak ethil aleate dengan diameter kapsul
<0,24 cm dengan pnjang kapsul yang di teliti terdiri dari 2 ukuran:
a.) 2,5cm: berisi 16 mg levonogestrel,melepaskan 20 mcg hormone/harinya
b.) 4 cm: berisi 25 mg levonogestrel,melepaskan 30-50 mcg hormone/harinya.
2) Narethindrone pallets
a.) pellets di buat dari 10% kolestrol murni daro 90% norethindrone (NET)
b.) setiap pellets panjang 8 mm berisi 35 mg NET yang akan di lepaskan saat
pellets dengan perlahan lahan melarut.
c.) pellets berukuran kecil,masing msing sedikit lebih besar dari pada butir besar.
d.)Uji coba pendahuluan menggunkan 4 dan 5 pellets.
123
e.) Dosis harian NET dan efektivitas kontrasepsi bertmbah deengan banyaknya
jumlah pellets.
f.) Sediaan empat pellets tampaknya meberikan perlindungan dengan besar
terhadap kehamilan untuk sekarang kurangnya 12 bulan.
g.) Lebih dari 50% ekspator mengalami pola haid irregular. Perdarahan inter
mensutural atau perdarahan bercak murupakan problem utama.
h.) Terjadi rasa sakit payudara pada 4% ekseptor.
i.) Jumlah kecil dari kolestrol dalam masing masing pellets kurang kecil dari 2%
kolestrol dalam satu butir telur ayam tidak mempunyai efek pada kadar kolestrol
darah akseptor
j.) Insersi pellets di lakukan pada bagian dalam lengan atas prosedur insersi
yang sama.
k.) Daerah insersi di suntikkan dengan anestesi lokal lalu bawah kulit. Tidak
diperlukan penjahitan luka insisi cukup di tutup dengan verband saja.
Jenis kontrasepsi Implan yang masih di pakai sampe sekarang adalah sebagai berikut :
1.) Norplan,terdiri dari 6 batang silastik lembut berongga dengan panjang 3,4 cm
dengan diameter 2,4 mm,yang berisi dengan 36 mg levonogestrel danlama
kerjanya 5 tahun.
2.) Implanon,terdiri dari 1 batang putih lentur dengan panjang kira kira 40 mm,dan
diameter 2 mm, yang berisi dengan68 mg ketodesogestrel dan lama kerjanya 3
tahun.
3.) Jedana dan Indoplant,terdiri dari 2 batang yang berisi dengan 75 mg
levonogestrel dengan lama kerja 3 tahun.
Mekanisme kerja yang tepat dari implant belum jelas benar, sperti kontrasepsi
Lain yang hanya berisi progestin saja Implan tampaknya mencegah terjadinya
kehamilan melalui beberapa cara: mencegah ovulasi, menganggu proses pembentukan
endometrium sehingga sulit terjadi implantasi,perubahan lendir serviks menjadi kental
sehingga menghambat pergerkan sperma.
124
a. Angka kegagalan Norplan < 1 per 100 wanita per tahun dalam 5 tahun pertam
ini lebih rendah di bandingkan kontrasespsi oral,IUD,dan metode barier.
b. Efektivitas norplan berkurang sedikit setelah 5 tahun dan pada tahun ke-6
kira kira 2,5-3% akseptor menjadi hamil.
a. keuntungan kontrasepsi
125
3. Mengurangi/memperbaiki anemia
4. Melindungi terjadinya kanker endometrium
5. Menurunkan angka kejadian kelainan jinak payudara
6. Melindungi diri dari penyebab penyakit radang panggul
7. Menurunkan angka kejadian endometritis
6.Indukasi Susuk KB
Usia reproduktif
Tidak memiliki anak ataupun belum punya anak
Menghendaki kontrasepsi yang memilikiefektifitas tinggi dan menghendaki
pencegahan kehamilan jangka panjang
126
Menyusui dan belum membutuhkan kontrasepsi
Pasca persalina atau tidak menyusui
Pasca keguguran
Tidak menginginkn anak lagi tetapi menolak di strilisasai
Riwayat kehamilan ektopik
Tekanan darah <180/100 mmHg, dengan msalh pembekua darah,atau anemia
bulan sabit (sickle cell)
Tidak boleh menggunakan kontrasepsi hormonal yang mengandung estrogen
Sering lupa menggunakan pil
127
a. Setiap selama siklus haid hari ke-2 sampai hari ke-7.tidak di perlukanmetode
kontrasepsi tambahan
c. bila klientidk haid,insersi dapat di lakukan setiap saat asal di yakini tidak terjadi
kehamilan,jangan melkukan hubungan sesksual,atau gunakan kontrasepsi lain selama
7 hari saja
d. bila menyusi 6 minggu sampai 6 bulan pasca persalinan, insersi dapat di lakukan
setiap saat .bila menyusui penuhklien tidak perlu menggunkan metode kontrasepsi
lainnya.
e. bila setlah 6 minggu melahirkan dan terjadi haid kembali,insersi dapat di lakukan
setiap saat,tetapi jangan melakukan hubungan seksual,atau gunakan kontrasepsi lain
untuk 7 hari saja
i. bila kontrasepsi sebelumnya adalah AKDR,implan dapat di insersikan pada hari ke-7
dan klien jangan melakukan hubungan seksual selama 7 hari atau gunakan metode
kontrasepsi lain untuk 7 hari saja.AKDR segera di cabut.
128
12. Cara Pemasangan
a. Penapisan
129
2) Cuci tangan dengan air sabun, keringkan dengan handuk/kain bersih
3) Atur alat dan bahan-bahan sehingga mudah dicapai hitung kapsul untuk
memastikan jumlahnya
4) Gunakan sarung tangan dengan benar
5) Suci hamakan daerah pemasangan kurang lebih 3 jari diatas lipatan siku
kanan untuk yang kidal, lipatan siku kiri untuk yang umum (tidak kidal)
6) Pasang duk berlubang steril atau DTT di sekeliling lengan pasien
7) Lakukan anastesi local menyeluruh didaerah yang akan dipasang
implant/AKBK dengan benar
8) Menguji anastesi sebelum melakukan insisi (sayatan) pada kulit yang
akan dipasang implant
9) Dengan bistori, lakukan sayatan hingga dibawah kulit (jangan terlalu
dalam dan jangan terlalu dangkal), selebar 1-2 cm.
10)Masukkan trocar dengan benar
11)Masukkan kapsul implan dibawah kulit dengan benar. Mula-mula pasang
yang tengah, selanjutnya pasanglah yang lain seperti bentuk kipas
12)Melakukan perabaan pada kapsul yang telah terpasang
13)Menekan tempat insisi dengan kasa untuk menghentikan perdarahan
(kalua ada)
14)Sucidarmakan lagi, mendekatkan tepi luka , kemudian tuutp dengan
plester
15)Memasang pembalut tekan dengan kasa steril
16)Beri petunjuk pada klien cara merawat luka. Balutan jangan dibuka dan
jangan sampai basah selama 2 hari
17)Lakukan proses dekontaminasi
18)Melepaskan sarung tangan secara terbalik
19)Cuci tangan dengan sabun air kemudian keringkan dengan handuk atau
kain bersih
20)Buat rekam medik, lakukan pencatatan pada buku register /catatn
ekseptor
21)Observasi klien selama 5 menit sebelum mengijinkan klien pulang
130
22)Control dilakukan bila ada keluhan-keluhan
131
c) Raba kapsul untuk menentukan posisi atau lokasi implant dengan
palpasi, (agar lebih mudah meraba kapsul, basahkan sedikit ujung jari
dengan air sabun atau larutan antiseptic)
d) Kemudian beri tanda pada kedua ujung setiap kapsul dengan
menggunakan spidol
e) Cuci tangan dengan sabun air mengalir, keringkan. Kemudian oakai
sarung tangan steril atau DTT
f) Lakukan tindakan aseptic dan antiseptic
g) Setelah memastikan klien tidak alergi terhadap obat anestesi, isi alat
suntik dengan 3 ml obat anestesi. Memasukkan jarum tepat dibawah
kulit tempat insisi akan dibuat, kemudian lakukan aspirasi untuk
memastikan jarum tidak masuk kedalam pembuluh darah. Suntikkan
sedikit anastesi untuk membuat gelembung kecil dibawah kulit.
Masukkan jarum secara hati-hati dibawah ujung kapsul pertama
sampai lebih kurang sepertiga Panjang kapsul (1cm), Tarik jarum
pelan-pelan sambal menyuntikkan obat anestesi (kira-kira 0,5 ml)
untuk mengangkat ujung kapsul.
h) Pada lokasi yang sudah dipilih, buat insisi melintang yang lebih kurang
2-3 mm dengan menggunakan skapel. Jangan membuat insisi yang
besar
i) Mulai dengan mencabut kapsul yang mudah diraba dari luar atau yang
terdekat dari tempat insisi
j) Dorong ujung kapsul kearah insisi dengan jari tangan sampai ujung
kapsul tampak pada luka insisi. Saat ujung kapsul tampak pada luka
insisi, masukkan klem lengkungan (mosquito atau krile) dengan
lengkungan jepitan mengarah keatas, kemudian jepit ujung kapsul
dengan klem tersebut
k) Jepit kapsul yang sudah terpapar dengan menggunakan klem kedua.
Lepaskan klem pertama dan cabut kapsul secara perlahan dan hati-
hati dengan klem kedua. Kapsul akan mudah dicabut oleh karena
jaringan ikat yang mengelilinginya tidak melekat pada karet silicon. Bila
132
kapsul sulit dicabut, pisahkan secara hati2 sisa jaringan ikat yang
melekat pada kapsul dengan menggunakan kasa tau skapel.
l) Lakukan hal yang sama smpai semua implant (6 batang) dikeluarkan,
rapatkan luka, tutup debgan plester, kasa steril dan balut dengan
verban.
Catatan
Pengertian AKDR
AKDR adalah alat kontrasepsi yang dimasukkan ke dalam rahim yang bentuknya
bermacam-macam, terdiri dari plastic (polyethylene). Ada yang dililit tembaga (Cu),
ada pula yang tidak, ada pula yang dililit tembaga bercampur perak (Ag). Selain itu
ada pula yang di batangnya berisi hormone progesterone.
133
1. IUD generasi pertama: disebut lippesloop, berbentuk spiral atau huruf S ganda,
terbuat dari plastic (poyethyline).
134
a. Cu T. 380 A: berbentuk huruf T yang lilitan tembaga yang lebuh banyak dan
perak.
b. Ml Cu 375 ; batangnya dililit tembaga berlapis perak.
c. Nova T. Cu 200 A; batang dan lengannya dililit tembaga.
135
Gambar : 4.5 jenis-jenis AKDR
136
Cara kerja AKDR /IUD
Efektifitas AKDR:
1. Lippes loop sebagai generasi pertama dipakai selama diinginkan, kecuali bila ada
keluhan.
2. Cu T 200 B, Cu 7, ML Cu 250 sebagai generasi kedua dipakai selama 3-4 tahun.
3. IUD generasi ketiga; Cu T 380 A, ML Cu 380 selama 10 tahun.
Keuntungan AKDR:
1. Praktis, ekonomis mudah dikontrol, aman untuk jangka panjang dan kembalinya
masa kesuburan cukup tinggi.
2. Tidak dipengaruhi factor lupa seperti pil.
Merupakan cara KB efektif terpilih yang sangat diprioritaskan pemakaiannya pada ibu
dalam fase menjarangkan kehamilan dan mengakhiri kesuburan dan menunda
kehamilan, dengan jenis AKDR mini.
a. Kehamilan
b. Gangguan perdarahan yang tidak diketahui sebabnya
c. Peradangan pada alat kelamin, endometrium dan pangkal panggul
d. Kecurigaaan tumor ganas di alat kelamin
e. Tumor jinak rahim dan kelainan bawaan rahim
137
Gambar : Alat-alat yang digunakan untuk pemasangan AKDR
139
b. Pegang inserter dengan tangan kiri, posisi tengan berada dibagian tengah
inserter.
c. Ambil AKDR lippes loop dengan tangan kanan dan masukkan ujungnya ke
dalam inserter dengan tepat jangan menyentuh bagian ujung inserter
(gambar 4.6)
140
g. Pertahankan pegangan tangan kiri pada tenakulum dan dengan dua jari, tangan
kiri peganglah inserter sesuai dengan posisi rahim.
h. Dengan tangan kanan memegang pendorong dan doronglah seluruhnya ke
dalam inserter jangan dipaksa. Bila terdapat tahanan rujuk ke dokter.
i. Pada waktu mendorong, akseptor dianjurkan untuk relaks, hal ini untuk menjaga
bahwa anda mendorong inserter perlahan-lahan ke dalam rongga rahim (untuk
mencegah mulas yang hebat dan pingsan).
j. Sekarang keluarkan pendorong kemudian keluarkan inserter perlahan-lahan.
k. Benang digunting 3-4 cm dari serviks (gambar 4.8)
l. Keluarkan speculum perlahan-lahan seperti posisi pada waktu dimasukkan.
m. Bereskan alat-alat yang sudah dipakai.
a. Peganglah tenakulum dengan tangan kiri dan tarik perlahan ke bawah dan ke
luar, agar rongga rahim, canalis servikalis dan vagina menjadi lurus.
b. Doronglah inserter Copper T masuk ke rongga rahim sampai batas biru
(menyentuh serviks), dengan posisi horizontal. Lihat gambar
c. Peganglah ujung bawah dari inserter dengan tangan kiri dan pendorong dengan
tangan kanan, bersamaan dengan tarikan yang tetap pada tenakulum. Pada
saat ini pendorong AKDR tidak bergerak.
d. Tariklah inserter sementara pendorong tetap pada tempatnya. Ini akan
meletakkan Copper T pada fundus uteri dan dalam bidang horizontal.
141
e. Tarik inserter perlahan-lahan, dengan demikian akan meninggalkan Copper T
dengan letak yang diinginkan. Lihat gambar berikut:
2. ML CU 250
Berbeda dengan AKDR jenis lain yang dipakai dalam program KB, misalnya lippes
loop, Cu T 250, sebelum dimasukkan ke dalam rahim, ML Cu 250 tidak perlu
terlebih dahulu dimasukkan ke dalam inserter. Pendorong (plunger) juga tidak perlu
seperti pada AKDR lainnya.
Pemasangan ML Cu 250
1. Periksa dalam, untuk menentukan bentuk, besar dan kedudukan rahim.
2. Masukkan speculum, bersihkan liang senggama dengan larutan antiseptic.
3. Fiksasi bibir depan portio dengan cunam masukan sobde sesuai dengan posisi
rahim sekaligus ukuran dalam rongga rahim ( jarak antara mulut luar leher rahim
dan fundus ).
142
4. Jika perlu dilakukan dilatasi dengan hegar nomor 4.
5. Cincin pada alat pemasang disesuaikan dengan ukuran dalam rongga rahim.
6. Peralahan – lahan masukan inseter samapi ML Cu 250 menyentuh fundus uteri.
7. Keluarkan inserter dengan perlahan- lahan dang gunting benang jika terlalu
panjang.
Multiload Cu 250
Pengeluaran AKDR
a. Persiapan alat
143
Tindakan pengeluaran AKDR dapat dilakukan kapan saja sebaiknya pada saat
menstruasi. Siapkan peralatan dan instrument yang diperlukan untuk
pencabutan AKDR. Instrument dan bahan yang diperlukan adalah :
1. Speculum cocor bebek / speculum SIMS yang kecil, sedang, atau besar
2. Forsep arteri lurus / korentang
3. Cairan antiseptic secukupnya dalam baskom kecil, sepeti: povidon iodin 1%,
atau Dettol: air = 1:20.
4. Kain kasa atau kapas
5. Tang tampon / pinset panjang
6. Sepasang sarung tangan steril
7. IUD removel / pengait AKDR
8. Sonde uterus
b. Cara Melepas AKDR
c. Tindakan melepas AKDR walaupun jarang dikaitkan dengan infeksi panggul,
melepas AKDR harus dilaksanakan dengan hati-hati, untuk mengurangi resiko
pada petugas kesehatan maupun akseptor selama pencabutan, tindakan
pencegahan infeksi perlu dipierhatikan.
1. Petugas mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir sebelum dan
setelah tindakan
2. Akseptor dipersilahkan untuk BAK terlebih dahulu dan membersihkan
daerah genetalianya, kemudian dipersilahkan berbaring di tempat periksa
dalam posisi litotomi.
3. Gunakan sarung tangan
4. Bersihkan bibir liang senggama, dinding lian senggama dan mulut rahim
dengan memakai kapas yang dibasahi cairan antiseptik.
5. Lakukan pemeriksaan dalam untuk menentukan besar, bentuk, dan posisi
rahim.
6. Masukkan speculum ke dalam liang senggama. Posisikan sedemikian rupa
sehingga mulut rahim terlihat dengan baik.
7. Bersihkan serviks dengan larutan antiseptik 3x secara merata pada daerah
serviks dan vagina.
144
8. Identifikasi benang AKDR, jika terlihat, jepit benang dengan porsep, tarik
benang AKDR perlahan-lahan ke arah bawah hingga ke luar dari liang
senggama. Bila terasa ada tahanan terlalu kuat, cobalah lakukan maneuver
dengan menarik-narik secara halus benang tersebut.
9. Apabila benang tidak terlihat, masukkan sonde sesuai dengan posisi rahim
pada pemeriksaan dalam. Ukur dalam rahim dan putar gagang sonde
secara perlahan-lahan dalam bentuk lingkaran, benturan sonde dengan
IUD akan terasa bila IUD terdapat di dalam rahim. Tarik IUD keluar dengan
memakai IUD removel/ pengait IUD.
10. Lepaskan speculum, kemudian lakukan desinfektan daerah vagina.
Lakukan dekontaminasi
145
1. Memperhatikan dan menjawab segala pertanyaan akseptor.
2. Bila peserta puas dengan pemakaian IUD dan tidak ada kontra indikasi untuk
melanjutkan pemakaian : ingatkan untuk kembali periksa, bila ada komplikasi
atau keluhan.
3. Jadwalkan untuk kembali 12 bulan.
4. Ingatkan setiap kunjungan tahunan saat mengganti IUD.
146
3. Ekspulsi
Gejala / keluhan :
Terasa adanya AKDR dalam liang senggama yang menyebabkan rasa tak enak
bagi wanita. Dapat terjadi ekspulsi sebagian atau seluruhnya. Biasanya terjadi
pada waktu haid.
Penanggulangannya:
a. Konseling; menjelaskan kepada pasien bahwa ekspulsi mungkin saja terjadi
pada pemakai AKDR (5%), hal ini disebabkan oleh tidak sesuainya ukuran
AKDR yang terpasang.
b. Melepas AKDR dan mengganti dengan ukuran yang sesuai.
4. Nyeri
Gejala / keluhan; nyeri pada waktu pmasangan AKDR, waktu haid dan saat
senggama.
Penanggulangan:
1. Konseling; jelaskan bahwa nyeri disebabkan oleh kontraksi yang berlebihan
dari rahim dan bersifat sementara dan mudah diatasi.
2. Tindakan medis:
a. Inspeculo: apakah ada cairan keputihan yang berbau, erosi pada portio.
b. Pemeriksaan dalam; apakah terdapat tanda-tanda peradangan pada rahim.
Bila terdapat tanda-tanda pada radang, AKDR harus segera dilepas.
Apabila benang AKDR terlalu panjang dipotong. Nyeri dapat pula
disebabkan oleh ekspulsinya AKDR.
c. Pemberian analgesic.
5. Infeksi
Gejala / keluhan :
Adanya rasa nyeri di daerah perut bagian bawah, bila disertai demam, keputihan
yang berbau busuk dan rasa nyeri pada waktu bersenggama / periksa dalam.
Penanggulangan:
147
a. Rujuk ke dokter untuk mendapatkan penanganan lebih lanjut.
b. Bila tidak dapat diatasi AKDR dilepas dang anti dengan cara kontrasepsi lain.
6. Translokasi
Translokasi adalah pindahnya AKDR dari tempat seharusnya. Hal ini dapat disertai
gejala maupun tidak. Dapat disertai perdarahan maupun tidak, sehingga gejala dan
keluhannya bermacam-macam. Dalam pemeriksaan dalam, benang AKDR tidak
teraba dan pada pemeriksaan sonde, AKDR tidak terasa / tersentuh, untuk
mengetahui lebih jelas posisi IUD dilakukan rontgen atau USG
Penanggulangan :
1. Konseling; menjelaskan kepada akseptor bahwa hal tersebut mungkinan saja
terjadi. Penyebabnya dapat karena kelainan rahim, kesalahan teknis dalam
pemasangannya.
2. Rujuk ke RS untuk pemeriksaan lebih lanjut dan pengangkatan IUD.
Pengertian AKBK
Alat kontrasepsi bawah kulit (AKBK) atau impiant adalah alat kontrasepsi yang
disusupkan dibawah kulit. Preparat yang terdapat saat ini adalah implant dengan nama
dagang "NORPLANT". Implant terdiri dari 6 batang, 4 batang bahkan 1 batang kapsul
silastik, dimana setiap kapsulnya berisi levonorgestrel sebanyak 36mg.
148
Implant dalam kemasan
Jenis lain dari AKBK adalah Jadelle dan Implanon yang su- dah banyak
dipasarkan di Eropa. Jadelle adalah AKBK dua batang yang melepaskan
Levonorgestrel (sekitar 35 ig/hari hingga 18 bulan), memiliki profil farmakologis dan
klinis identik dengan Norplant. Keuntungan utama dari Jadelle adalah pemasangannya
lebih mudah dibandingkan Norplant.
149
Dengan disusupkannya kapsul silastik implant dibawah kulit, maka setiap hari
dilepaskan secara tetap sejumlah levonorgestrel kedalam darah melalui proses difusi
dari kapsul-kapsul yang terbuat dari bahan silasik tersebut.
Efektifitas:
Keuntungan Implant:
a. Implant harus dipasang dan diangkat oleh petugas kesehatan yang terlatih.
150
b. Implant lebih mahal daripada pil KB atau suntikan dan cara KB jangka pendek
lainnya.
c. Implant sering mengubah pola haid.
d. Wanita tidak dapat menghentikan pemakaiannya sendiri
e. Beberapa wanita mungkin enggan menggunakan cara yang belum dikenalnya.
f. Susuk mungkin dapat terlihat di bawah kulit.
Cara Pemasangan:
a. Saat pemasangan yang tepat adalah pada waktu menstruasi atau 1-2 hari
setelah menstruasi.
b. Akseptor sebaiknya berbaring horizontal atau duduk selama pemasangan
implant untuk mempermudah pemasangan. Tempat tidur/meja ditutup dengan
linen yang bersih.
c. Pemasangan dilaksanakan lengan kiri karena merupa- kan tempat terbaik untuk
pemasangan.
d. Lengan kiri diletakkan lurus setinggi pundak.
151
e. Tentukan daerah pemasangan biasanya sekitarR cm- 10 cm diatas lipat siku.
Lakukan pensucian hama daerah yang akan dilakukan tindakan dan sekitarnya.
f. Lakukan anestesi lokal di tempat insersi dan dencan arah seperti kipas
sepanjang -4,) cm dengan penm bius lokal.
g. Lakukan sayatan melintang selebar 2-3 mm di tempat suntikan, agar luka tidak di
jahit dan mengurangi kemungkinan infeksi.
h. Tusukkan trokar melalui sayatan kebawah kulit, per hatikan tanda batasnya dan
tusukkan sampai tanda batas dekat pangkal trokar.
i. Keluarkan batang dalam trokar dan masukkan capsul implant ke dalam batang
luar trokar dengan memakai pinset anatomis, dorong pelan-pelan dengan batang
pendorong sampai terasa ada tahanan.
j. Pertahankan posisi batang pendorong tarik trokar perlahan-lahan sepanjang
batang pendorong sampai batas paling ujung. Implant terlepas dari trokar kalau
tanda batas paling ujung terlihat pada luka insisi dan dipastikan dengan meraba
ujung trokar dengan jari.
k. Raba implant yang terpasang dengan telunjuk kiri, dorong trokar pada posisi
sebelahnya tanpa terlebih dahulu mengeluarkan ujungnya-ujungnya dari sayat
an. Pasang seluruh implant dengan posisi menyerupai kipas, sehingga keenam
kapsul terpasang baik. Olesi luka sayatan dengan antiseptik, tutup dengan
plester dan kasa steril kemudian balut dengan perban.
152
3) Lakukan sayatan 2-3 mm, agar luka tidak perlu dijahit dan mengurangi
kemungkinan infeksi.
4) Tekan implant dengan jari kearah sayatan, setelah ujung tampak jepit dengan
pean dan tarik keluar.
5) Bersihkan implant dari jaringan yang menutupi ujungnya dengan
menggunakan skapel.
6) Jepit ujung implant yang telah bersih dengan pean yang lain. Tarik keluar
implant perlahan - lahan sampai terlepas seluruhnya. Lakukan hal yang sama
sampai sampai semua implant dikeluarkan.
7) Rapatkan luka, tutup dengan plester, kasa steril dan balut dengan perban.
153
3) Keputihan
4) Jerawat
5) Perubahan libido
6) Perubahan BB
7) Hematoma
8) Infeksi
Cara penanggulangan erek samping dari AKBK sama dengan penanganan efek
samping pada KB Suntik. Sedangkan pada masalah methrorhagi penanganannya
sebagai berikut:
154
Sangat efektif (0,5 kehamilan per 100)
Tidak mempengaruhi proses menyusui.
Tidak bergantung pada factor senggama.
Kehamilan akan menjadi risiko kesehatan yang serius.
Pembedahan sederhana, dapat dilakukan anstesi local.
Tidak ada efek samping dalam jangka panjang.
Tidak ada perubahan dalam fungsi seksual.
Kelebihan dari tubektomi:
Lebih aman (keluhan sedikit)
Lebih praktis hanya memerlukan satu kali tindakan
Lebih efektif (tingkat kegagalan sangat kecil)
c. Kekurangan dari tubektomi :
1. Risiko dan efek samping pembedahan.
2. Kadang-kadang sedikit merasakan nyeri pada saat operasi.
3. Infeksi mungkin saja terjadi, bila prosedur operasi tidak benar.
4. Kesuburan sulit kembali.
d. Indikasi dan kontra indikasi tubektomi :
Indikasi :
Sebaiknya tubektomi sukarela dilakukan pada wanita yang memenuhi syarat
berikut :
1. umur termuda 25 tahun dengan 4 anak.
2. Umur 30 tahun dengan 3 anak hidup.
3. Umur 35 tahun dengan 2 anak hidup.
Kontra indikasi
1. Hamil.
2. Perdarahan vagina
3. Infeksi sistemik atau pelvik yang akut.
4. Belum memberikan persetujuan tertulis.
5. Tidak boleh menjalani proses pembedahan.
155
6. Usia di bawah 30 tahun yang belum dan masih ingin memiliki anak.
e. Waktu dan tempat pelaksanaan tubektomi :
Waktu pelaksanaan tubektomi :
1. Setiap waktu selama siklus menstruasi apabila diyakini secara rasional
klien tidak hamil.
2. Hari ke-6 hingga ke-13 dari siklus menstruasi (fase proliferasi).
3. Pasca persalinan.
4. Pasca keguguran.
1. Laparatomi
2. Laparatomi post partum
3. Minilaparotomi
4. Laparaskopi
5. Kuldoskopi
f. Dengan memotong saluran telur (tubektomi) :
1. Cara pomeroy
2. Cara kroener
3. Cara madlener
4. Cara Aldridge
5. Cara uchida
6. Cara irving
g. Dengan menyumbat dan menutup saluran telur :
a. Laparoskopi
b. Min laparotomi
h. Dengan menjepi saluran telur
i. Dengan membakar saluran telur dengan menggunakan aliran listrik
156
j. Pemasangan cincin falope
k. Pemasangan klip
l. Elektro koagulasi dan pemutusan tuba
2. METODE OPERASI PRIA (MOP)
a. Cara kerja
Vasektomi merupakan operasi kecil dan merupakan operasi yang lebih ringan
dari pada sunat / khitanan pada pria.
b. Keuntungan
1. Tidak ada mortalitas (kematian)
2. Mobiditas (akibat sakit) kecil sekali
3. Pasien tidak perlu dirawat di RS
4. Dilakukan anastesi local
5. Ada kepastian bahwa cara ini efektif
6. Tidak menganggu hubungan seks
7. Tidak banyak memerlukan biaya
c. Kelemahan
1. Harus dilakukan pembedahan
2. Masih di mungkinkan ada komplikasi ringan
3. Tidak seperti sterilisasi wanita yang langsung menghasilkan steril
permanen
4. Tidak dapat dilakukan pada orang yang masih ingin mempunyai anak lagi
d. Syarat-syarat menjadi akseptotr
1. Harus secara sukarela
2. Mendapat persetujuam istri
3. Jumlah anak cukup
4. Mengetahui kibat-akibat vasektomi
5. Umur calon tidak kurang dari 30 tahun
6. Umur istri tidak kurang dari 20 tahun
7. Pasangan suami istri telah mempunyai anak minimal 2 orang
e. Kontra indikasi
1. Apabila ada peradangan kulit disekitar scrotum harus di sembuhkan dlu
157
2. Apabila menderita hernia
3. Apabila menderita diabetes mellitus
4. Apabila menderita kelainan mekanisme
5. Apabila keadaan kejiwaan tidak stabil
f. Tata cara pelayanan vasektomi
1. Pra operasi
2. Tahap operasi
3. Tahap pasca operasi
g. Vasektomi dianggap gagal bila :
1. Pada analisa sperma setelah 3 bulan pasca vasektomi atau setelah 10-15
kali ejakulasi masih dijumpai spermatozoa.
2. Istri (pasangan) hamil.
h. Keluhan dan penyulit yang mungkin terjadi
1. Impotensi
2. Gemuk
Pada keadaan tertentu kadang- kadang memang ditemukan beberapa
penyulit :
a. Timbul rasa nyeri
b. Infeksi / abses pada bekas luka
c. Hematoma, yakni membengkaknya kantung biji zakar karena
perdarahan
158
BERBAGAI EFEK SAMPING DAN PENANGGULANGAN AKSEPTOR
BERMASALAH
A. Macam-macam Efek Samping atau Masalah Kontrasepsesi dan Penilaiannya
1. Kondom Pria
a. Reaksi alergi terhadap kondom atau iritasi local pada penis
1) Pastikan bahwa kondom tidak terdapat bahan tambahan
2) Jika timbul reaksi di setiap penggunaan, gunakan kondom alamiah
(lambaskin atau gat) atau metode
3) Bantu klien memilih metode lainnya
b. Reaksi alergi terhadap spermisidasi
1) Jika timbul gejala setelah senggama dan bukan akibat PMS, sediakan
spermisida jenis lainnya atau kondom tanpa bahan atau bantu klien
memilih metode yang lain
2. Pil progesterone
a. Penanganan efek samping amenorea
1) Pastikan hamil atau tidak, bila tidak hamil tidak perlu tindakan khusus.
Cukup konseling saja
2) Bila amenorea berlanjut atau hal tersebut membuat klien khawatir, rujuk
ke klinik
3) Bila hamil, hentikan pil, dan kehamilan dilanjutkan. Jelaskan kepada klien
bahwa minipil sangat kecil menimbulkan kelainan pada janin
4) Bila diduga kehamilan ektopik, klien perlu dirujuk jangn memberikan obat-
obatan hormonal untuk menimbulkan haid. Kalaupun diberikan tidak ada
gunanya.
b. Penanganan efek samkping pendarahan tidak teratur/ spoting
1) Bila tidak menimbulkan masalah kesehatan / tidak hamil, tidak perlu
tindakan khusus
2) Bila klien tetap saja tidak dapat menerima kejadian tersebut, perlu di cari
metode kontrasepsi lain.
3. Suntukan kombinasi
a. Amenorea
159
1) Singkirkan kehamilan, bila tidak terjadi kehamilan, dan tidak perlu diberi
pengobatan khusus, jelaskan bahwa darah haid tidak berkumpul pada
rahim. Anjurkan klien untuk kembalu ke klinik bila tidak datangnya haid
masih menjadi masalah. Bila klien hamil, rujuk klien, hentikan
penkyuntikan dan jelaskan bahwa hormone progesting dan estrogen
sedikit sekali pengaruhnya pada janin.
b. Mual/ Pusing / Muntah
1) Pastikan tidak ada kehamilan bila bumil rujuk tidak hamil, informasikan
bahwa hal ini adalah hal biasa dan akan hilang dalam waktu dekat
c. Pendarahan bercak
1) Bila hamil rujuk, bila tidak hamil dari penyebab pendarahan yang terjadi
merupakan hal biasa. bila pendarahan berlanjut dan mengkhawatirkan
klien, metode kontrasepsi yang haris perlu di cari.
d. Tanda-tanda yang harus di waspadai
1) Nyeri dada hebat atau nafas pendek, kemungkinan adanya bekuan darah
di paru, atau serangan jantung
2) Sakit kepala hebat, atau gangguan penglihatan kemungkinan terjadi
stroke, hipertensi atau migraine
3) Nyeri tungkai hebat, kemungkinan telah terjadi sumbatan pembuluh darah
pada tungkai.
4) Tidak terjadi pendarahan atau spontting selama 7 hari sebelum suntikan
berikutnya, kemungkinan terjadi kehamilan
4. AKDR
a. Penanganan masalah pendarahan
1) Yakinkan klien bahwa jumlah darah haid atau pendarahan diantara haid
menjadi lebih banyak pada pengguna AKDR terutama dalam beberapa
bulan pertama
160
2) Lakukan evaluasi penyebab-penyebab pendarahan lainnya dan lakukan
penanganan yang sesuai jika diperlukan
3) Jika tidak ditemukan penyebab lainnya, beri nonsteridal antiinflamatori
(NSAID, seperti ibuprofen) selama 5-7 hari
4) Jika pendarahan masih terjadi dank lien merasa sangat terganggu,
tawarkan metode pengganti bila klien ingin menghentikan penggunaan
AKDR
b. Penanganan kram dan nyeri
1) Jelaskan bahwa spasme dan dimenore dapat terjadi pada gangguan
AKDR, khususnya dalam bebebrapa bulan pertama
2) Cari penyebab pendarahan dan beri penanganan yang sesuai jika
diperlukan
3) Jika tidak ditemuka penyebab-penyebab lainnya bahkan asetaminofen
atau ibutrofen setiap hari pada beberapa hari pertama menstruasi
4) Jika pendarahan masih terjadi dank lien masih merasa sangat terganggu,
tawarkan metode pengganti bila klien ingin menghentikan penggunaan
AKDR
c. Penanganan keluhan benang AKDR
1) Jelaskan bahwa keluhan ini umum terjadi dan bukan masalah yang serius.
Petugas akan mencoba untuk memeriksa kembali dan mencoba
menghilangkan keluhan yang ada
2) Pastikan AKDR terpasang baik dan tidak ada bagian-bagian yang terlepas
sebagian
3) Jika AKDR terpasang baik pada tempatnya, lakukan perbaikan dengan.
Mengguting benang hingga tidak menimbulkan gangguan, atau
Melepas AKDR jika setalah perbaikan masih ada keluhan
Pada saat memotong benang
Gunting benang sehingga tidak menonjol keluar dari mulut rahim (sura
serviks)
Jelaskan bahwa benang AKDR tidak lagi keluar dari mulut rahim dan
pasangannya tidak akan merasakan juluran benang tersebut
161
Buat dalam catatan klien bahwa benang telah dipotong rata setinggi
permukaan serviks (penting untuk teknik melepas AKDR nanktinya)
5. Implant
a. Peringatan khusus
1) Terjadi keterlambatan haid yang sebelumnya teratur, kemungkinan telah
terjadi kehamilan
2) Nyeri prut bagian bawah yang hebat, kemungkinan terjadi kehamilan
ektopik
3) Terjadi pendarahan banyak
4) Adanya nanah atau pendarahan pada bekas insersi implant
5) Ekspulsi batang implant ( norpant)
6) Sakit kepala migraine, sakit kepala berulang yang berat, atau penglihatan
menjadi kabur
b. Penanganan efek samping amenore
1) Pastikan hamil atau tidak, tidak memerluka penanganan khusus, cukup
konseling
2) Jika klien tetap saja tdak dapat menerima, angkat implant dan anjurkan
mengunakan kontrasepsi lain
3) Bila terjadi kehamilan dank lien ingin melanjutkan kehamilan, cabut
implant dan jelaskan, bahwa progesting tidak berbahaya bagi janin. Bila
diduga terjadi kehamilan ektopik, klien dirujuk
4) Tidak ada gunanya memberikan obat hormone untuk memancing
timbulnya pendarahan
c. Penanganan efek samping spotting
1) Jelaskan bahwa pendarahan ringan sering ditemukan terutama pada
tahun pertama. Bila tidak masalah dank lien tidak hamil, tidak diperlukan
tindakan apapun
2) Bila klien tetap saja mengeluh masalah perdarahan dan ingin melanjutkan
pemakaian implant,
Dapat digunakan:
Pil kombinasi selama siklus
162
Ibuprofeb 3X800 mg selama 5 hari
163
3) Apabila peruabahan berat badan ini tidak dapat diterima, bantu klien
mencari metode lain.
6. Deproprovera
a. Penanganan amenorea
1) Tidak perlu dilakukan tindakan apapun cukup konseling saja
2) Bila klien tidak dapat menerima kelainan haid tersebut, suntikan jangan
dilanjutkan
3) Anjurkan pemakaian jenis kontrasepsi yang lain
164
4) Pendarahan banyak atau memanjangi lebih dari 8 hari arau 2 kali lebih
banyak dari perdarahan yang biasaya dialami pada siklus haid normal.
Jelaskan bahwa perdarahan yang banyak atau memanjang tersebut biasa
ditemukan pada bulan pertama suntikan.
5) Bila gangguan terus menetap, perlu di cari penyebabnya dan bila
ditemukan kelainan binekologi, klien perlu diobati atau dirujuk
6) Bila perdarahan yang terjadi mengancam kesehatan klien atau klien tidak
dapat menerima perdarahan yang terjadi. Pilhkan jenis kontrasepsi lain.
Untuk mencegah anemia perlu diberi preparat besi atau makanan yang
banyak mengandung zat besi
d. Penanganan perdarahan bercak
1) Diinformasikan bahwa perdarahan ringansering dijumpai, tetapi hal ini
bukanlah masalah serius , dan biasanya tidak memerluka pengobatan
2) Bila klien tidak dapat menerima perdarahan tersebut dan ingin
melanjutkan suntikan, maka dapat disarankan 2 pilihan pengobatan
1 siklus pil kontrasepsi kombinasi (31-35 g etinelestradiol)
Ibuproven (800 mg 3x/hari untuk 5 hari) atau obat sejenis lainnya
3) Jelaskan bahwa selesai pemberian pil kontrasepsi kmbinasi dapat terjadi
perdarahan
4) Bila terjadi perdarahan banyak selama pemberian suntikan, beri:
2 tablet pil kontrasepsi kombinasi/hari 3-7 hari dilanjutkan dnegan 1
siklus pil kontrasepsi hormonal. Atau
50 g etinilestradional atau 1.25 mg esterogen equin konkugasi 14-21
hari
e. Penanganan efek samping meningkatnya/ menurunnya berat badan
1) Informasikan baha kenaikan/penurunan berat badab sebanyak 1-2 kg
dapat terjadi
2) Perhatikan diet klien bila perubahan BB terlalu mencolok
3) Bila BB berlebihan, hentikan suntikan dan anjurkan metode kontrasepsi
lain.
7. Pil kombinasi
165
a. Amonorea (tidak ada perdarahan atau spotting)
1) Periksa dalam atau tes kehamilan bila tidak hamil dank lien minum pil
dengan benar, tenanglah. Tidak datang haid kemungkinan besar karena
kurang adekwatnya efek estrogen terhadap endrometrium. Tidak perl
pengobatan khusus. Coba berikan pil dengan dosis 50 mg atau dosis
estrogen tetap, tetapi dosis progeting dikurangi. Bila klien hail intrauterine,
hentikan pil dan yakinkan pasien, bahwa pil yang lebih diminumnya tidak
punya efek pada janin.
b. Mual, pusing atau muntah ( akibat reaksi anafilaktik)
1) Tes kehamlilan atau periksakan ginekologi, bils tidak hamil, sarankan
minm pil saat makan malam, atau sebelum tidur.
2) Tes kehamilan atau periksakan ginekologi, sarakan bahwa perdarahan /
spotting hal yang biasa terjadi pada 3 bulan pertama. Ndan lambat laun
akan berhenti, bila perdarahan spotting tetap terjasi ganti pil dengan dosis
estrogen lebih tinggi (50 mg) sampai perdarahan teratasi, lalu kembali ke
dosis awal, bila perdarahan / spotting timbul lagi lanjutkan lagi denag
dosis 50 mg atau ganti dengan metode kontrasepsi lain.
3) Perdarahab pervaginam / spotting
8. Vasektomi
a. Masalah pasca bedah
1) Infeksi pada luka insisi di daerah yang mengalami manipulasi saat
pembedahan
2) Hematoma
3) Granuloma
4) Edema atau pengumpalan cariran yang berlebihan
5) Nyeri pada luka insisi atau area pembedahan
b. Hubungi pettugas dan kemballi ke klinik bila terjadi hal-hal berikut:
Demam tinggi (>38ºc atau 100.4ºF)
Perdarahan, secret atau cairan keluar dari bekas insisi atau diseksi
Skrotum atau testis mengalami pembengkakan dan terasa sangat
nyeri
166
9. Tubektomi
a. Kompikasi sterilisasi laparoskopik jangka pendek
1) Insendensi adalah 1% dari total prosedur
2) Tergantung keahlian operator
3) Berkaitan dengan prosedur/ teknik bedah
b. Komplikasi stereklisasi laparokopik jangka lama
1) Tingkat keefektifan kontrasepsi relative menurun dengan pertambahan
waktu
c. Komplikasi intra operatiftubektomi
1) Minilaparatomi intra operatifubektomi
Trauma kandubg kemih
Perdarahan dari mesosalfing
Konvulsi dan reaksi toksis anesthesia local
Fistula vesiko-vaginalis
Depresi atau henti pernapasan
Cidera organ dalam atau inta abdominal
2) Laparoskopi (trauma)
Emboli gas natau udara
Reaksi vao vagal
168
PENCATATAN DAN PELAPORAN PELAYANAN KB SERTA PENDOKUMENTASIAN
RUJUK KB
PENDOKUMENTASIAN PELAYQNAN KB
A. Pencatatan dan pelaporan pelayanan KB
Kegiatan pencatatan dan pelaporan program kb nasional merupakan
suaatu proses untuk mendapatkan data dan informasi yang meruppakan suatau
substansi pokok Dallam system informasi program KB nasionall dan di butuhkan
untuk kepentingan operasional. Data dan informasi tersebut juga merupakan
bahan pengambiln keputusan perencanaan, pemantauan, dan penilaian srta
pengendalian program. Oleh karena itu data dan informasi yang di lakkukan
harus akurat, tepat waktu, dan dapat di percaya.
Dalam tahun 2001 pencatatan dan pelaporan program KB nasional tellh di
laksanakan sesuai dengan system ppencatatan dan pelaporan yang di
sempurnakan melalui instruksi menteri pemberdayaan perempuan/kepala
BKKBN Nomor 191/HK – 011 ? D2/2000 tanggal 29 september 2000.system
pencatatan dan pelaporan saat ini telah di sesuaikan dengan tuntutan informasi,
desentralisasi, dan perbaikan kualitas.
System pencatatan dan pelaporan program KB nasional yang di sesuaikan
meliputu :
1. Sistem pencatatan dan pelaporan pelayanan kontrasepsi.
Pencatatan dan pelaporan pelayanan kontrasepsi program KB ditujukan
kepada kegiatan dan haasil kegiatan operasional yang meliputi :
Kegiatan pelayanan kontrasepsi
Hasil kegiatan pelayanan kontrasepsi baik di klinik KB maupun di dokter /
bidan praktek swasta.
Pencatatan keadaan alat – alat kontrasepsi di klinik KB.
2. Mekanisme pencatatan dan pelaporan pelayanan kontrasepsi
Sistem pencatatan dan pelaporan pelayanan kontrasepsi, di harapkan
dapat menyediakan berbagai data dan informasi pelayanan kontrasepsi di
seluruh wilayah sampai ketingkat kecamatan dan desa. Adapun
169
mekanisme pencatatan dan pelaporan pelayanan kontrasepsi sebagai
berikut ;
Pada waktu mendaftar untuk pembukaan klinik KB dan pendaftaran
ulang setiap bulan januari, semua klinik KB mengisi kartu pendaftaran
klinik KB ( K/O/KB/00 )
Setiap peserta KB ( K/IV/KB/00 ) yang antara lain memuat cirri – cirri
peserta KB yang bersangkutan. Kartu ini di simpan di klinik KB dan di
gunakan pada waktu kunjungan ulang.
Setiap peserta KB di klinik KB , di catat dalam register klink KB
( R/I/KB/00 ) dan pada akhir bulan di jumlahkan karena register ini
merupakan sumber data untuk membuat laporan bulanan klinik.
Setiap penerimaan dan pengeluaran jenis alat kotrrasepsi oleh klinik di
catat dalam register alat kontrasepsi klinik di catat daam dalam register
alat ontrasepsi KB ( R/II/KB/oo ) setiap akhir bulan di jumlahkan
sebagai sumber membuat laporan bulanan.
Pelayanan KB yng di lakukan oleh doker/BPS setiap hari di ctata
dalam buku hasil pelayanan kontrasepsi pada dokter/bidan swasta
( B/I/DBS/00 ). Setiap akhir bulan di jumlahkan dan merupakan sumber
data dalam membuat laaporan bulanan petugas penghubung
DBS/PBS.
Setiap bulan, petugas klinik KB membuat laporan klinik KB
( F/II/KB/ooo )yang datanya d iambi dari registrasi hasil registrasi hsil
pelayanan di klinik KB (R/II/KB/OO ), laporan bulanan petugas
penghubung dokter/bidan praktek swasta ( F/I/PH/-DBS/OO ) dan
register alat kontrasepsi klinik KB ( R/II/KB/OO ).
3. Arus pelaporan pelayanan informasi
Arus pelaporan pelayanan informasi adalah sebagai berikut :
Kartu pembinaan klinik KB ( KB/O/KB/OO ) di buat oleh klinik KB
rangkap 2, 1 lembar untuk kantor BKKBN kabupten / kota yang di kirim
selambat – lambatnya tanggal 7 februari setiiap buln ke kantor BKKBN
kabupten / kota dan arsip.
170
Laporan bulanan petugas penghubung hasil pelayanan kontrasepsi
oleh dokter/BPS dalam rangkap 2, dikirim selambat – lambatnya
tanggal 5 bulan berikutnya ke klinik KB induk di wyah kerjanya dan
arsip.
Repitulasi laporan bulanan klinik KB tingkat propinsi
( Rek.Prof./F/II/KB/OO )di buat rangkap 2 oleh kanwil BKKBN propinsi
dan di irim lambat – lambatnya tanggal 15 bulan berikut nya ke BKKBN
pusat dan arsi
4. Motorin dan evaluasi sistemm pencatatan dan pelaporan pelayanan
kontrasepsi
Dalam pelaksanaan sistem pencatatan dan pelaporan kontrasepsi msih di
rasakan adanya kelebihan dan kekurangan sehingga perlu selalu di
lakukan motoring dan evaluasi.dapat di kethui hambatan dan
permasalahan yang timbul sehingga dapat di lakukan perpaikan.
a. Cakup laporan
Dalam melakukan motoring dan evalusi terhadap cakupanlaporan
melipui jumlah ketetapan waktu dta di laporkan mulau dari tngkat
lapangan sampai ketingkat pusat.
b. Kualitas data
Dalam melakukan evaluasi terhadap kualitas data pencatatn dan
pelaporan pelayanan kontrasepsi per di liht bgamana masukan
laporannya pelayana berkontrasepsi perlu di liht bgaimana masukan
laporanya, baik laporan bulanan mau pun laporan tahunan seta
bagaimna informasi yang di sajikn setiap bulan atau tahunan.
c. Tenaga
Dalam melakukaan evaaluasi terhadap tenaga pencatatan dan
pelaporan pelayanan kontrasepsi hal – hal yang perlu di perhaatikan /
jumlah tenaga dan kualitas tenaga :
Ketersediaan / jumlah tenaga
171
Baagaimana kondisi jumlah petugas PR linik yang melakukan
pencatatan pelaporan pelayanan kontrasepsi
Kualitas tenaga
Apakah petugas PR klinik sudah mengikuti pelatihan PR
d. Sarana
Dalam melakukan evaluasi terhdap sarana, perlu di lihat bagaiman
saran pendukung kelancaran peaksanaan pencatatan dan pelaporan
diantaranya :
Ketersediaan formulir dan kartu
Ketersediaan buku petunjuk teknik pecatatan dan pelaporan
pelayanan kontrasepsi
Ketersdiaan faksimil untuk seluruh kabupaten/kota untuk kecepatan
pelaporan.
Ketersediaan computer sampai dengan tingkat kabupaten/kota
B. Pendokumentaasian rujukan KB
Tujuan sistem rujukan disini adalah untuk meningkatkan mutu, cakupan dan
efisien pelaksanaan pelayanan metode kontrasepsi secara terpadu.Sistem
rujukan daam upaya membuat suatu sitem jaringan fasiitas kesehtan yang
memungkinkan terjadinya penyerahan tanggung jawab secara timbale balik
atas masalah yang timbul, baik secara vertical maupun secara horizontal
kepada fasilitas pelayanan yang lebih kompeten terjanaku dan asional.
a. Tata laksana
Rujukan medic dapat berlangsung :
1. Internal antara petugas di satu puskesmas
2. Antara ppuskesmas pembantu dan puskesmas
3. Antra masyaakat dan puskesmas
4. Anatra satu puskesmas dan puskesmas lain
5. Antara puskesmas dan rumah sakit, laboratorium atau fasilitas
lpelayanan kesehatan lainnya
6. Internal antar bagian/unit palayanan di dalam satu rumah sakit
7. Antar rumah sakit, laboratoriuam atau fasilitas pelayanan lain
172
Rujukan bukan berarti melepasan tanggung jawab dengan menyerahkan klien
– klien ke fasilitas pelayanan kesehatan lainnya, akan tetapi krena kondisiklien
yang mengharuskan pemberian pelayanan yang lebih kompeten dan bermutu
melalui upaya rujukan
173
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Definisi Sehat
Pengertian sehat menurut WHO ( 1992 ) adalah suatu keadaan yang sempurna
baik fisik, mental dan sosial tidak hanya bebas dari penyakit atau kelemahan. Dan
beberapa pengertian sehat lain diantaranya yaitu :
a. Sehat adalah perwujudan individu yang diperoleh melalui kepuasan dalam
berhubungan dengan orang lain ( aktualisasi ). Perilaku yang sesuai dengan
tujuan, perawatan diri yang kompeten sedangkan penyesuaian diperlukan
untuk mempertahankan stabilitas dan integritas struktural. ( Menurut Pender,
1992 ).
b. Sehat atau kesehatan adalah suatu keadaan sejahtera dari badan ( jasmani ),
jiwa ( rohani ) dan sosial yang memungkinkan setiap orang produktif secara
sosial dan ekonomis. ( Menurut UU NO. 23/1992 tentang kesehatan ).
c. Sehat adalah fungsi efektif dari sumber-sumber perawatan diri ( self care
resouses ) yang menjamin tindakan untuk perawatan diri ( self care actions )
secara adekuat. Self care resources: mencakup pengetahuan, keterampilan dan
sikap. Self care actions merupakan perilaku yang sesuai dengan tujuan
diperlukan untuk memperoleh, mempertahankan dan meningkatkan fungsi
psikososial dan spiritual ( Menurut Paune, 1983 ).
d. Pelecehan seksual merupakan salah satu tindakan kriminal yang bersifat
merugikan yang dilakukan oleh seseorang atau sekelompok terhadap pihak
lain. Di kota semarang sendiri sudah marak terjadi kasus pelecehan seksual
terhadap perempuan dengan total keseluruhan kasus sebanyak 58 kasus di
tahun 2017. Pelecehan seksual terhadap perempuan jelas membawa dampak
negatif. Bila hal ini dibiarkan terus maka persoalan pelecehan seksual tidak
akan terpecahkan sebagai persoalan gender.
174
DAFTAR PUSTAKA
erna, s. (2015). pelayanan keluarga berencana & kesehatan reproduksi. jakarta timur.
jenny, m., freike, l., iyam, m., & naomy, m. (2016). Kesehatan reproduksi dan pelayana
nkeluarga(KB). bogor.
nessi, m., maryanah, & willa, f. (2018). Kesehatan reproduksi remaja. malang.
pratiwi, k., & rusinani, d. (2020). Buku Ajar psikologi perkembangan Dalam Siklus
Hidup Wanita. yogyakarta: deepublish.
yessi, h., hastuti, m., & elmia, k. (2015). Teori kesehatan reproduksi. yogyakarta.
Dr. Lucky taufika yuhedi & Titik Kurniawati, S.SiT. 2015. Buku Ajar Kependudukan Dan Pelayaan Kabe.
Jakarta : Katalog Dalam Terbitan (KDT)
Suryati Romauli, S.ST, Anna Vida Vindari, S.ST. 2012. Kesehatan Reproduksi. Yogkarta : Nuha Medika
Mega, S.ST, Prof. Hidayat Wijaya Negara, Drs. Sp.OG (K). 2017. Asuhan Kebidanan Keluarga Bencana.
Jakarta Timur : CV.Trans Invo Media
Niken Nelani, SsiT, Nanik Setiawati, SsiT, Dwiana Estiwidani, SST, Suherni, S.pd,APP,M.Kes. 2012.
Pelayanan Keluarga Berencana. Yogyakarta : Etramaya
Dr. Erna Setianingrum, SST,.MM,.MA,.MPdK. 2016. Pelayanan Keluarga Berencana. Jakarta Timur :
CV.Trans Invo Media
Dyah Noviawati Setya Arum, S.Si.T, Sujiyatini, S.Si.T. 2011. Panduan Lengkap Pelayanan Kabe.
Jogjakarta : Nuha Medika
175
Aniek Setiorini. 2014. Kesehatan Reproduksu & Pelayanan Keluarga Berencana. Bogor : IN MEDIA
Referensi
Judul buku : Pelayanan KB dan Kesehatan Repgroduksi Berbasis Evidence
Based
Penulis:
1. Rusmini, S.Kep. Ns., M.H
2. Septerina Purwandari,S.ST,.M.Kes
3. Vina Nurul Utami, S.ST., M.Kes
4. Siti Nur Fsizah,S.ST
Tahun : 2017
ISBN : 978-602-202-243-5
Referensi :
Judul buku : ASUHAN KEBIDANAN KELUARGA BERENCANA
PENULIS : Mega, S.ST
: Prof. Hidayat Wijayanegara, dr. Sp.OG (K)
Tahun Terbit : 2017
ISBN : 978-602-202-282-2
Referensi :
Judul buku : KESEHATAN REPRODUKSI WANITA
PENULIS : Eva Ellya Sibagariang, SKM
176
Referensi :
Judul buku : SEKSUALITAS DAN KESEHATAN REPRODUKSI
PEREMPUAN
PENULIS : Dr. Yati Afiyanti, S.Kp., MN.
: Anggi Pratiwi, S.Kep
Referensi :
Judul buku : PELAYANAN KB
PENULIS : Marmi
177