Dibuat Oleh:
Kelompok 4
Nurhaslinda (2311211019)
Dosen Pengampu :
I
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan atas kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat
dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul
Permasalahan Dan Harapan Dalam Pelaksanaan Program Kesehatan Reproduksi” ini tepat
pada waktunya.
Adapun tujuan penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas dari Ibu Dr. Yessy
Markolinda S.Si, M.Repro pada mata kuliah Dasar Kesehatan reproduksi. Selain itu, makalah ini
juga bertujuan untuk menambah wawasan tentang “Permasalahan Dan Harapan Dalam
Pelaksanaan Program Kesehatan Reproduksi” bagi kami dan juga bagi para pembaca.
Kami mengucapkan terima kasih kepada Ibu Dr. Yessy Markolinda S.Si, M.Repro yang
telah memberikan tugas ini sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan
bidang studi yang ditekuni.
Kami menyadari, makalah yang kami tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh
karena itu, kritik dan saran yang membangun akan kami nantikan demi kesempurnaan makalah
ini.
Kelompok 4
II
DAFTAR ISI
2.2 Contoh Target dan Angka Capaian Program Kesehatan Reproduksi ...................................6
III
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
1
Saat ini kesehatan reproduksi mendapat perhatian khusus secara global sejak
dibahas dalam Konferensi Internasional tentang Kependudukan dan Pembangunan
(International Conference on Population and Development, ICPD), di Kairo, Mesir,
pada tahun 1994. Hal penting dalam konferensi tersebut adalah disepakatinya
perubahan paradigma dalam pengelolaanmasalah kependudukan dan pembangunan dari
pendekatan pengendalian populasi dan penurunan fertilitas menjadi pendekatan yang
terfokus pada kesehatan reproduksi serta upaya pemenuhan hak-hak reproduksi.
Rendahnya pemenuhan hak-hak reproduksi dapat diketahui dengan masih
tingginya Angka Kematian Ibu (AKI), Angka Kematian Bayi (AKB) dan Angka
Kematian Bawah Lima Tahun (AKBalita). Masalah kesehatan reproduksi perempuan,
termasuk perencanaan kehamilan dan persalinan yang aman secara medis juga harus
menjadi perhatian bersama, bukan hanya kaum perempuan saja karena hal ini akan
berdampak luas dan menyangkut berbagai aspek kehidupan yang menjadi tolok ukur
dalam pelayanan kesehatan.
1.3 Tujuan
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
3. Pencegahan dan pengobatan PMS (penyakit menular seksual) atau prevention and
treatment of STDs
4. Regulasi (peraturan) kesuburan atau fertility regulation
Minimnya akses pendidikan dan layanan kesehatan reproduksi, hingga penerapan kebijakan
nasional yang belum optimal. Kebijakan kesehatan reproduksi merupakan salah satu determinan
penting pencapaian tujuan pembangunan kesehatan di Indonesia, termasuk dalam mengatasi
berbagai permasalahan kependudukan dan kesehatan. Sebagaimana hasil kesepakatan Konferensi
Kependudukan dan Pembangunan Sedunia (ICPD) 1994 di Cairo yang telah diratifikasi
Indonesia, terdapat perubahan paradigma dalam pengelolaan masalah kependudukan dan
pembangunan, dari pendekatan pengendalian populasi dan penurunan fertilitas menjadi
pendekatan yang berfokus pada hak reproduksi dan kesehatan reproduksi perorangan (United
Nations, 1995). Sayangnya, berbagai tantangan dihadapi berkaitan dengan implementasi
kebijakan kesehatan reproduksi paradigma baru di Indonesia, termasuk momentum
4
pelaksanaannya yang hampir bersamaan dengan proses reformasi dan penerapan kebijakan
otonomi daerah.
5
3. Komponen Pencegahan dan Penanganan Infeksi Saluran Reproduksi (ISR), termasuk
penyakit menular Seksual dan HIV/AIDS.
Komponen/program ini diharapkan dapat memerangi dan menekan angka
penderita penyakit menular seksual seperti HIV/AIDS dan menghindari menurunnya
kualitas hidup terhadap penderita penyakit menular HIV/AIDS
7
d. Proporsi penanganan kasus komplikasi obstetri terhadap persalinan total
Menurut FKM UI (1998:8), bahwa komplikasi obstetri yang meliputi
komplikasi kehamilan, persalinan dan masa nifas merupakan determinan dekat
atau penyebab langsung dari kematian ibu yang meliputi perdarahan, infeksi,
eklampsia, partus macet (persalinan kasip), abortus dan ruptura uteri (robekan
rahim). Badan Kesehatan Dunia WHO (World Health Organisation) pada tahun
1990 memprakarsai Making Pregnancy Safer (MPS), untuk mendukung negara-
negara anggota dalam usaha menurunkan angka kematian dan kesakitan ibu,
perinatal akibat komplikasi kehamilan, persalinan, dan nifas (Sarimawar Djaja,
dkk., 2001:191). Dengan adanya proporsi yang seimbang antar penanganan kasus
komplikasi obstetri terhadap persalinan total, diharapkan dapat menurunkan
angka kematian Ibu.
a. Keluarga Berencana
Menurut tujuan pembanguan berkelanjutan menurut MDgs pada tahun 2030 yaitu
menjamin akses semesta kepada pelayanan Kesehatan seksual dan reproduksi, termasuk
keluarga berencana (KB), informasi dan edukasi, serta integrasi kesehatan reproduksi ke
dalam strategi dan program nasional. Berikut target yang akan dicapai dalam program
Keluarga Berencana :
a. Penurunan Unmet Need KB
Unmet need adalah wanita yang subur dan aktif secara seksual namun
tidak menggunakan metode kontrasepsi, sedangkan mereka menyatakan tidakingin
punya anak lagi atu menunda anak berikutnya. Untuk menurunkan Unmet Need
dapat dilakukan dengan memberikan pengetahuan tentang penggunaan KB atau
alat kontrasepsi untuk mencegah kehamilan. Jika Wanita usia subur yang tidak
menggunakan KB berpeluang besar untuk hamil dan mengalami komplikasi dalam
masa kehamilan, persalinan dan nifas. Hal ini dapat menyebabkan aborsi karena
unwanted pregnancy, jarak hamil terlalu dekat, melahirkan terlalu banyak maupun
komplikasi selama kehamilan, masa persalinan dan komplikasi masanifas.
b. Cakupan Pelayanan KB
8
Program Keluarga Berencana adalah bagian yang terpadu (intergral) dalam
program pembangunan nasional dan bertujuan untuk menciptakan kesejahteraan
ekonomi, spiritual dan sosial budaya penduduk Indonesia agar dapat dicapai
keseimbangan yang baik dengan kemampuan produksi nasional . Cakupan
pelayanan KB ini hendaknya diketahui oleh setiap Masyarakat agar tujuan
dilaksanakan Program KB tercapai.
10
3. Kebijakan otonomi daerah
Dengan diberlakukannya kebijakan otonomi daerah, BKKBN kabupaten/kota
digabungkan dengan dinas lain seperti dengan dinas kependudukan dan catatan sipil,
dinas pemberdayaan masyarakat, dinas pemberdayaan perempuan, dan lain-lain.
4. Tingkat pelaksanaan
Program dan kegiatan Kesehatan Reproduksi dengan pendekatan komprehensif masih
belum diketahui oleh para pelaksana di fasilitas pelayanan kesehatan dasar, walaupun
pelayanan konvensional yang dilaksanakan berbagai sektor sudah dijalankan oleh
pelaksana lapangan.
5. Pencapaian indikator
Jumlah indikator yang ingin ditangani oleh setiap sektor cukup banyak dan tingkat
pencapaiannya berbeda-beda. Keadaan ini kurang menguntungkan untuk pencapaian
program Kesehatan Reproduksi secara nasional. Kondisi yang diharapkan adalah
disepakatinya indikator minimal yang harus dicapai oleh program Kesehatan
Reproduksi dan disesuaikan dengan Milenium Development Goals. Indikator tersebut
adalah :
a. Maternal Mortality Ratio,
b. Child Mortality Rate,
c. Total Fertility Rate,
d. Prevalensi infeksi HIV pada umur 15-24 tahun menurun sebesar 20%,
e. Setiap orang mampu melindungi dirinya dari penularan PMS dan HIV/AIDS,
f. Peningkatan peran serta masyarakat dalam penanganan kesehatan reproduksi,
dan
g. Human Development Index (HDI)(Fazhira Hervi Azzahra, 2022)
11
tersebut.Informasi dan penyuluhan, konseling dan pelayanan klinis perlu ditingkatkan
untuk mengatasi masalah kesehatan reproduksi remaja ini. Selain itu lingkungan keluarga
dan masyarakat harus ikut peduli dengan kondisi remaja ini sehingga dapat membantu
memberikan jalan keluar bila remaja mengalami masalah tidak malah disalahkan, tetapi
perlu diarahkan dan dicarikan jalan keluar yang baik dengan mengenalkan tempat–tempat
pelayanan kesehatan reproduksi remaja untuk mendapatkan konseling ataupun pelayanan
klinis sehingga remaja masih dapat melanjutkan kehidupannya.
12
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Secara umum harapan dengan adanya kebijakan/ program kesehatan reproduksi
adalah mampu menjamin kesehatan perempuan dalam usia reproduksi sehingga mampu
melahirkan generasi yang sehat, berkualitas yang nantinya berdampak pada penurunan
Angka Kematian Ibu. Serta dapat Memberikan pelayanan kesehatan reproduksi yang
komprehensif kepada perempuan termasuk sehingga dapat meningkatkan kemandirian
perempuan dalam mengatur fungsi dan proses reproduksinya yang pada akhirnya dapat
membawa pada peningkatan kualitas kehidupannya. Program Kesehatan Reproduksi
terdiri dari
13
Beberapa masalah yang dialami dalam pelaksanaan program kesehatan
reproduksi adalah tingkat pengambil keputusan, koordinasi, kebijakan otonomi
daerah, tingkat pelaksanaan, pencapaian indicator.
14
3.2 Saran
Indonesia merupakan negara dengan penduduk yang banyak dengan angka
kelahiran yang tinggi, maka hendaknya kebijakan / program kesehatan reproduksi
dapat berjalan dengan baik dan lancar. Semoga dengan penulisan maklah ini dapat
menunjang pengetahuan pembaca mengenai permasalahan dan harapan dalam
pelaksanaan program kesehatan reproduksi meskipun makalah ini jauh dari kata
sempurna.
15
DAFTAR PUSTAKA
Amalia, Aura et al. 2022. “Penyuluhan Kesehatan Reproduksi Remaja Dalam Menyikapi Bonus
Demografi.” Jurnal Pengabdian Masyarakat 1(3): 81–84.
16