Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH

KEBIJAKAN DALAM KEBIDANAN


MENGENAI TEORI SOSIAL

DISUSUN OLEH:
Endang Rindiyanti (220606082)
Fepy Martini (220606501)
Lianti (220606029)
Lisa Sumaini (220606332)
Silvi Rahayu (220606545)
Widia Irmayanti (220606527)
Yuliati (220606079)

STIKES ABDI NUSANTARA

PROGRAM STUDI ALIH JENJANG S1 KEBIDANAN

Tahun 2022/2023

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT, atas rahmat-Nya sehingga
penulis dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini yang berjudul “Kebijakan Dalam
Kebidanan Mengenai Teori Sosial”. Dalam penyusunan makalah ini, penulis banyak
mendapat tantangan dan hambatan akan tetapi dengan bantuan dari berbagai pihak
tantangan itu bisa teratasi. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan
makalah ini, semoga bantuannya mendapat balasan yang setimpal dari Tuhan Yang
Maha Esa.

Dalam Penulisan makalah ini, penulis merasa masih banyak kekurangan-


kekurangan baik pada teknis penulisan maupun materi, mengingat akan kemampuan
yang dimiliki penulis. Untuk itu kritik dan saran dari semua pihak sangat di harapkan
oleh tim penulis demi penyempurnaan pembuatan makalah ini. Tim penulis
mengharapkan makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca semua, terutama bagi tim
penulis sendiri. Semoga Allah memberkahi makalah ini sehingga bermanfaat bagi kita
semua.

Bekasi, 19 September 2023

Penulis

2
DAFTAR ISI

COVER MAKALAH........................................................................................................i
KATA PENGANTAR...................................................................................................... ii
DAFTAR ISI................................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN..................................................................................................1
A. Latar belakang................................................................................................1
B. Rumusan masalah..........................................................................................2
C. Tujuan.............................................................................................................2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA.........................................................................................3


A. Kehamilan.......................................................................................................3
B. Persalinan Nifas..............................................................................................7
C. Medikalisasi....................................................................................................9
D. Pilihan Pelayanan...........................................................................................9

BAB III PENUTUP..........................................................................................................12


A. Kesimpulan.....................................................................................................12
B. Saran.............................................................................................................. 12
DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................................13

3
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATARBELAKANG
Kehamilan, persalinan, dan nifas adalah bagian penting dari siklus kehidupan
seorang perempuan yang memiliki dampak yang signifikan pada kesehatan dan
kesejahteraannya, serta pada masyarakat secara keseluruhan. Selama berabad-
abad, pemahaman mengenai proses ini telah berkembang seiring dengan penelitian
medis, tetapi juga dipengaruhi oleh faktor sosial, budaya, dan ekonomi. Kehamilan,
persalinan, dan nifas bukanlah hanya peristiwa biologis semata, melainkan juga
merupakan peristiwa sosial yang memengaruhi perempuan, keluarga, dan
masyarakat secara lebih luas.
Teori sosial merupakan alat yang berguna untuk memahami dampak faktor
sosial dalam kehamilan, persalinan, dan nifas. Teori sosial membantu kita melihat
bagaimana norma, nilai-nilai, dan struktur sosial dapat memengaruhi pengalaman
perempuan selama periode ini. Oleh karena itu, latar belakang makalah ini akan
menjelaskan pentingnya teori sosial dalam memahami kehamilan, persalinan, dan
nifas serta dampaknya pada perempuan dan masyarakat.
Setiap budaya memiliki norma dan nilai-nilai yang memengaruhi tindakan
seorang perempuan selama kehamilan, persalinan, dan nifas. Teori sosial membantu
kita memahami bagaimana budaya mempengaruhi keputusan medis, tradisi
keluarga, dan dukungan sosial yang diberikan kepada perempuan selama proses ini.
Teori sosial juga memungkinkan kita untuk mengeksplorasi ketidaksetaraan
gender yang ada dalam konteks kehamilan dan persalinan. Diskriminasi gender,
akses terhadap layanan kesehatan yang berkualitas, dan peran sosial yang
diharapkan dari perempuan dalam masyarakat dapat berdampak besar pada
pengalaman kehamilan, persalinan, dan nifas.
Perbedaan dalam kelas sosial dan ekonomi juga memainkan peran penting
dalam pengalaman kehamilan. Perempuan dari lapisan masyarakat yang lebih
rendah mungkin menghadapi tantangan ekonomi dan akses terbatas ke perawatan

4
medis yang baik, sementara mereka dari kelas yang lebih tinggi dapat memiliki akses
yang lebih baik.
Teori sosial membantu kita memahami pentingnya dukungan sosial dalam
kehamilan, persalinan, dan nifas. Dukungan dari keluarga, teman, dan komunitas
dapat memiliki dampak positif pada kesehatan perempuan dan bayi yang akan lahir.
Tingkat pendidikan dan tingkat kesadaran perempuan tentang perawatan
kesehatan mereka juga memainkan peran penting. Teori sosial memungkinkan kita
untuk melihat bagaimana pendidikan dan akses terhadap informasi memengaruhi
keputusan perempuan selama periode ini.
Masyarakat terus berubah, dan teori sosial memungkinkan kita untuk memahami
bagaimana perubahan sosial seperti urbanisasi, globalisasi, dan perubahan norma
sosial dapat memengaruhi pengalaman kehamilan, persalinan, dan nifas.
Melalui pemahaman teori sosial dalam konteks kehamilan, persalinan, dan nifas,
kita dapat mengidentifikasi faktor-faktor sosial yang mempengaruhi kesehatan dan
kesejahteraan perempuan serta menciptakan kebijakan dan intervensi yang lebih
efektif untuk meningkatkan pengalaman perempuan selama periode ini. Makalah ini
akan menjelajahi berbagai aspek teori sosial dalam konteks kehamilan, persalinan,
dan nifas untuk memberikan wawasan yang lebih dalam tentang dampak faktor
sosial pada fase penting dalam kehidupan seorang perempuan.

B. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan dari latarbelakang diatas dapat disimpulkan bahwa rumusan
masalahnya sebagai berikut:
1. Apa yang dimaksud dengan teori social?
2. Apa itu teori sosail dalam kehamilan?
3. Apa itu teori social dalam persalinan dan nifas?
4. Apa yang dimaksud medikalisasi?
5. Bagaimana teori sosial dalam pemilihan pelayanan?

5
C. TUJUAN
1. Untuk mengetahui pengertian dari teori sosial
2. Untuk mengetahui teori sosail dalam kehamilan
3. Untuk mengetahui teori sosial dalam persalinan dan nifas
4. Untuk mengetahui pengertian dari medikalisasi
5. Untuk mengetahui bagaimana cara pemilihan dalam pelayanan

6
BAB II
PEMBAHASAN

A. TEORI SOSIAL

Teori social adalah salah satu yang berfokus pada interaksi social antara
individu, kelompok dan masyarakat. Teori sosial merujuk pada ide, argumen,
hipotesis, eksperimen pemikiran, dan spekulasi penjelas tentang bagaimana dan
mengapa masyarakat manusia atau elemen atau struktur masyarakat semacam itu
terbentuk, berubah, dan berkembang seiring waktu atau menghilang.

Teori social dapat diterapkan pada berbagai macam aspek kehidupan, termasuk
pada kehamilan, persalinandan nifas. Teori social dapat membantu dalam
memahami bagaimna interaksi sosial mempengaruhi keputusan individua atau
kelompok terkait dengan pilihan pelayanan Kesehatan reproduksi.

Beberapa hal penting terkait teori social :

1. Peran Keluarga
Peran keluarga dalam proses kehamilan, persalinan dan nifas sangat penting.
Keluarga dapat memberikan dukungan emosional dan praktis serta membantu
menentukan pilihan pelayanan medis yang tepat. Teori sosial mengemukanan
bahwa peran keluarga dalam pengambilan keputusan pelayanan Kesehatan
dapat mempengaruhi hasil kesehatan ibu dan bayi.
2. Budaya
Budaya juga memainkan peran penting dalam pengambilan keputusan tentang
pelayanan Kesehatan. Nilai, norma dan keyakinan budaya dapat mempengaruhi
preferensi pilihan pelayanan Kesehatan ibu dan keluarga. Sebagai contoh,
beberapa budaya mungkin lebih suka melahirkan dirumah dari pada di fasilitas
Kesehatan karena keyakinan bahwa melahirkan di rumah lebih aman.
Sebaliknya, budaya lain mungkin lebih memilih untuk melahirkan di fasilitas
Kesehatan karena keyakinan bahwa pelayanan medis lebih aman dan lebih baik.
3. Social Ekonomi

7
Factor social ekonomi juga mempengaruhi pilihan pelayanan Kesehatan ibu dan
keluarga. Kelas social, pendidikan, dan aksesibilitas pelayanan Kesehatan dapat
mempengaruhi keputusan untuk memilih jenis pelayanan Kesehatan. Menurut
statistik WHO, Angka kematian ibu (AKI) di negara-negara maju diperkirakan
12/100.000 kelahiran hidup, sedangkan di negara-negara berkembang dan
berpenghasilan rendah adalah 239/100.000 kelahiran hidup. 99% dari semua
kematian ibu diperkirakan terjadi di negara berkembang, padahal penyebab
kematian dapat dicegah dengan kebijakan yang tepat mengingat tujuan
Sustainable Development Goals salah satunya adalah menurunkan AKI.
Penelitian ini mengevaluasi status sosial ekonomi berdasarkan keanggotaan
Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) terhadap pemilihan layanan kesehatan
maternal. Pemilihan Fasyankes untuk proses persalinan cenderung dilakukan
oleh kelompok sangat kaya dibandingan oleh kelompok sangat miskin walaupun
tercakup dalam keanggotaan JKN. Temuan ini konsisten dengan teori ekonomi
bahwa cakupan asuransi kesehatan dapat mengurangi hambatan keuangan
untuk perawatan dan meningkatkan penyerapan layanan.

B. TEORI SOSIAL DALAM KEHAMILAN


Menurut World Health Organization (WHO), kehamilan adalah proses selama
sembilan bulan atau lebih dimana seseorang perempuan membawa embrio dan janin
yang sedang berkembang di dalam rahimnya. Dalam teori sosial, kehamilan dapat
dipandang sebagai proses social karena pengalaman ini melibatkan antara individu
dan masyarakat.

Beberapa teori social yang relevan dengan kehamilan adalah :

1. Teori system social


Teori ini menganggap kehamilan sebagai bagian dari system social yang lebih
besar. Seorang perempuan yang hamil tidak hanya berinteraksi dengan
pasangan dan keluarga, tetapi juga dengan system Kesehatan dan system sosial
lainnya.
2. Teori stress dan koping

8
Menurut Ardani dalam bukunya psikologi klinis bahwa sters adalah keadaaan
dimana seseorang mengalami ketegangan karena adanya kondisi-kondisi yang
mempengaruhi dirinya (Ardani, 2007:37). Sedangkan koping itu sendiri adalah
upaya untuk mengelola situasi yang membebani, memperluas usaha untuk
mememcahkan masalah-masalah hidup, dan berusaha untuk mengatasi dan
mengurangi stress.
3. Teori interaksi simbolik
Teori ini menganggap kehamilan sebagai proses social yang melibatkan interaksi
simbolik antara individu dan masyarakat. Perempuan hamil sering kali dianggap
symbol kebahagiaan dan kesuburan.

C. TEORI SOSIAL DALAM PERSALINAN DAN NIFAS


Menurut WHO, 2020 persalinan dan kelahiran normal adalah proses
pengeluaran janin yang terjadi pada kehamilan cukup bulan (37-42 minggu), lahir
spontan dengan presentasi belakang kepala yang berlangsung dalam 18 jam, tanpa
komplikasi baik pada ibu maupun janin. Sedangkan nifas adalah masa di mulai
setelah kelahiran plasenta dan berakhir ketika alat kandungan kembali semula
seperti sebelum hamil, yang berlangsung selama 6 minggu atau 42 hari. Selama
masa pemulihan tersebut berlangsung, ibu akan mengalami banyak perubahan fisik
yang bersifat fisiologis dan banyak memberikan ketidak nyamanan pada awal
postpartum, yang tidak menutup kemungkinan untuk menjadi patologis bila tidak
diikuti dengan perawatan yang baik (Yuliana & Hakim, 2020)

Beberapa teori social yang relevan dengan persalinan dan nifas:

1. Teori system social


Teori ini menganggap persalinan dan nifas sebagi bagian dari system social
yang lebih luas, yang melibatkan keluarga, komunitas dan system pelayanan
Kesehatan. Teori ini menekankan pentingnya dukungan social dalam persalinan
dan nifas, serta interaksi antara berbagai actor sosial yang terlibat dalam proses
tersebut.
2. Teori structural dan fungsional

9
Dalam konteks persalinan dan nifas, teori ini menekankan pada peran dan
fungsi yang berbeda-beda pada ibu, keluarga, tenaga Kesehatan, dan system
pelayanan Kesehatan dalam memenuhi kebutuhan ibu dab bayi yang baru lahir.
3. Teori interaksi simbolik
Dalam konteks persalinan dan nifas, teori ini menekankan pada makna yang
diberikan oleh ibu dan keluarga terhadap persalinan dan nifas, serta bagaimna
makna tersebu dipengaruhi oleh norma, nilai dan harapan social.
4. Teori feminis
Teori ini menekankan pada peran dan pengalaman perempuan dalam system
social, termasuk dalam konteks persalinan dan nifas. Teori ini memandang
bahwa perempuan sering mengalami diskriminasi dan marginalisasi dalam sitem
social yang didominasi oleh laki-laki, termasuk dalam pelayanan kesehtan.
Dalam konteks persalinan dan nifas, teori ini menenkankan pengalaman ibu
dalam memilih pelayanan Kesehatan dana bagaimana pilihan tersebut dapat
dipengaruhi oleh factor sosial dan budaya.

D. TEORI SOSIAL DALAM MEDIKALISASI


Medikalisasi adalah proses dimana masalah kesehatan dipandang sebagai
masalah medis dan diatasi dengan cara medis. Medikasisai mengacu pada proses
dimana masalah Kesehatan yang sebelumnya dianggap hal yang normal atau alami
menjadi semakn terfokus pada intervensi medis. Hal ini dapa terjadi ketika masalah
Kesehatan diidentifikasi oleh system medis sebagai penyakit atau gangguan yang
memerlukan perawatan atau intervensi medis.
Medikalisasi (medicalization) adalah kecenderungan untuk memandang perilaku
yang tidak dikehendaki sebagai penyakit yang memerlukan intervensi medis
sehingga memperluas ruang lingkup penilaian medis ke ranah politik, moral dan
sosial (Jary et al., 1995). Medikalisasi sebagai penempelan merek medis pada
perilaku yang secara moral dan sosial dianggap tak dikehendaki (Abercrombie et al.,
1988).
Dalam konteks kehamilan dan persalinan, medikalisasi terkadang dapat
mengarah pada kelebihan intervensi medis dan kurangnya pilihan bagi wanita dalam

10
perawatan mereka. Penellitian telah menunjukan bahwa medikalisasi juga dapat
mempengaruhi pengalaman emosional wanita selama kehamilan dan persalinan.
Menurut Zola ada empat cara medikalisasi seperti berikut ini:
1. Dengan berkembangnya ilmu kesehatan yang menjadi ilmu yang semakin
komprehensif maka ruang lingkup kehidupan manusia yang menjadi
sasaran perhatian ilmu kesehatan pun mengalami ekspansi pula. Untuk
dapat menerima pelayanan kesehatan yang dinilai memadai, dari pasien
dituntut semakin banyak informasi mengenai dirinya, termasuk mengenai
kehidupan pribadinya. Sejalan dengan semakin berkembangnya upaya
pencegahan penyakit perluasan pengaruh ilmu kesehatan ke dalam
kehidupan masyarakat pun menjadi semakin besar.
2. Dipertahankannya wewenang atas prosedur teknis tertentu. Ruang lingkup
prosedur teknis yang hanya boleh dilakukan oleh petugas kesehatan, yaitu
untuk melakukan pembedahan dan untuk membuat resep obat, mengalami
perluasan. Kalau semula orang menjalani pembedahan plastik karena
memang ada indikasi diperlukannya prosedur demikian untuk koreksi cacat
tubuh maka kini pembedahan plastik dapat dilakukan karena pertimbangan
lain, seperti untuk meningkatkan daya tarik fisik atau untuk mengubah citra
diri. Persalinan yang sebetulnya dapat berlangsung secara normal dapat
diganti dengan persalinan melalui operasi Caesar. Waktu kelahiran kini
dapat diajukan atau diundurkan untuk jangka waktu tertentu atas
permintaan perempuan yang bersalin. Obat tidak lagi digunakan untuk
keperluan kuratif belaka melainkan digunakan pula oleh orang yang sehat
untuk keperluan lain, seperti peningkatan daya ingat dan keperkasaan.
3. Petugas kesehatan mempunyai wewenang khas yang tidak dimiliki orang
lain, yaitu wewenang untuk memeriksa tubuh dan pikiran yang merupakan
bagian paling pribadi seseorang. Dalam kaitan ini, hal yang dapat
mempengaruhi berfungsinya tubuh dan pikiran dianggap sebagai penyakit
yang merupakan masalah medis. Contoh yang diberikan Zola ialah
masalah kelahiran. Di masa lalu kelahiran berlangsung di luar rumah sakit
dan pengawasan medis. Kini pelayanan medis tidak terbatas pada

11
kelahiran, tetapi sudah meluas ke berbagai bidang terkait, seperti
pelayanan sebelum dan sesudah kelahiran, masalah kemandulan.
4. Ekspansi hal yang dianggap penting oleh ilmu kesehatan ke dalam
kehidupan sehari-hari. Yang dimaksudkan Zola di sini ialah penggunaan
retorika dan pembuktian ilmu kesehatan di bidang lain. Sebagai contoh, ia
mengacu kepada penggunaan istilah seperti “perekonomian yang sehat.”
Kita sendiri pun tentu pernah mendengar istilah seperti “patologi sosial,”
“masyarakat yang sakit” atau “penyakit masyarakat” (Zola, 1994).

Transformasi dalam kehidupan sosial dan kesehatan tentu akan membawa


implikasi positif dan negatif.

1. Implikasi Positif : a. Meningkatnya studi penelitian dan kajian-kajian empiris


terhadap berbagai perilaku sosial dan kesehatan bukan hanya pada
lembaga dan pusat-pusat pelayanan kesehatan namun semakin meluas
pada organisasi -organisasi sosial kesehatan (baik formal, maupun informal
dan non formal), stakeholder dan masyarakat b. Berkembang luasnya
metodologi dalam ilmu sosial dan ilmu kesehatan yang aplikasikan untuk
berbagai jenis penelitian ilmiah dan riset terutama di bidang sosiologi
kesehatan dan antropologi kesehatan, dan khususnya dalam ilmu
kesehatan c. Berkembang luasnya penggunaan pendekatan etik dan emik
dalam kajian atau riset perilaku sosial kesehatan d. Berkembangnya teori-
teori di bidang ilmu sosial dan ilmu kesehatan e. Tumbuh kembangnya
kesadaran sosial atas pentingnya kesehatan, perilaku kesehatan yang baik
f. Sikap dan tindakan (perilaku) kesehatan yang pro-kehidupan semakin
meningkat dan meluas g. Paradigma tentang kesehatan semakin luas
diintegrasikan dengan bidang sosial dan semakin banyak dikorelasikan
dengan bidang-bidang lainnya h. Berkembangluasnyapenggunaan
teknologidanindustrialisasi dalam hubungan pelayanan kesehatan sosial i.
Meningkatnya ketersediaan SDM tenaga medis- paramedik dalam
pelayanan kesehatan sosial baik kuantitas maupun kualitas j. Meningkatnya
lembaga dan fasilitas pelayanan kesehatan sosial baik kuantitas maupun

12
kualitas k. Meningkat dan meluasnya transfer ilmu pengetahuan terutama
dalam ilmu sosial kesehatan, ilmu kesehatan sosial, sosiologi kesehatan,
serta ilmu lainnya yang relevan. l. Meningkat dan meluasnya penggunaan
teori-teori sosial dalam mengkaji, menganalisis dan memecahkan masalah-
masalah perilaku kesehatan. Dan implikasi positif lainnya (Darwis &
Mas’ud, 2017).
2. Implikasi Negatif : a. Sistem medikalisasi telah menciptakan globalisasi dan
liberalisasi serta sekulerisasi dalam sistem pelayanan kesehatan modern,
yang berdampak luas terhadap melebarnya kesenjangan (gap) dalam
perolehan hak-hak dan akses pelayanan kesehatan b. Sistem medikalisasi
modern telah menciptakan kriminalisasi dan viktimisasi terhadap sistem
medis etnisitas dan tradisional serta nilai-nilai sosial budaya c. Sistem
medikalisasi modern menumbuhkembangkan dan mengakselerasi praktek
kapitalisasi, high cost serta komersialisasi dalam pelayanan kesehatan d.
Sistem medikalisasi modern telah menumbuhkembangkan perilaku gaya
hidup dalam memperoleh pelayanan kesehatan e. Sistem medikalisasi
modern cenderung memandang paramedis - tenaga medis sebagai robot
dan sekaligus dijadikan sebagai bagian dari program industrialisasi dan
korporatisasi f. Industrialisasi, korporatisasi, serta teknologisasi dan
modernisasi di bidang kesehatan cenderung semakin memperbesar
struktur dan infrastruktur serta 8 suprastruktur pelayanan kesehatan,
namun pada sisi lain semakin mendegradasi nilai-nilai fungsional dan
moralitas, memarginalkan nilai-nilai humanisme dan harkat martabat g.
Sistem medikalisasi modern cenderung lebih dominan memandang pasien
dan masyarakat sebagai target kepentingan ekonomi semata atau obyek
komersialisasi, target untuk memperoleh keuntungan materi yang banyak
dan kekayaan h. Sistem pelayanan kesehatan semakin banyak diselimuti
konflik kepentingan, konflik pelayanan, konflik kekuasaan dan proyekisme,
konflik dan overlapping kebijakan dan telah menciptakan, program i. Pusat-
pusat pelayanan kesehatan seperti rumah sakit, puskesmas, poliklinik, balai
pengobatan, tempat tempat praktek dan lainnya, semakin tumbuh dan

13
berkembang, namun cenderung semakin banyak memunculkan berbagai
perilaku persaingan tidak sehat dan konflik kepentingan j. Kebijakan dan
program - program di bidang kesehatan dan pelayanannya cenderung lebih
banyak dikelola secara proyekisme, manipulatif, praktek kongkanglingkong,
diskriminatif serta tidak efektif k. Ketersediaan tenaga SDM di bidang
kesehatan (termasuk kedokteran, keperawatan dan kebidanan) dengan
jumlah (kuantitas) yang ada, cenderung belum sepenuhnya dibarengi
dengan dukungan kualitas dan profesionalisme l. Kesenjangan SDM di
kalangan tenaga medis - paramedik semakin meningkat dan meluas m.
Pengetahuan, keterampilan dan pengalaman dalam pelayanan kesehatan
(baik tentang penyakit, gizi dan makanan, pendidikan kesehatan, dan
administrasi pelayanan publik di rumah sakit dan puskesmas, maupun yang
lainnya), cenderung belum didukung penguasaan teori-teori atau
pendekatan ilmu-ilmu sosial dan perilaku (Darwis & Mas’ud, 2017).

Transformasi dalam kehidupan sosial dan kesehatan tersebut mengisyaratkan


bahwa, dalam sistem pelayanan kesehatan, tidak melulu harus mengandalkan
pengetahuan dan keterampilan (kompetensi) teknis dan manajerial, melainkan
sangat penting mengedepankan pendekatan kompetensi sosial dan stratejik,
termasuk kompetensi spiritual. Ada banyak teori yang relevan terkait hal itu
yang dapat 9 diterapkan – diamalkan – diasosiasikan serta disosialisasikan
dalam menghadapi berbagai tantangan dan mengatasi berbagai permasalahan
dalam bidang kesehatan dan sistem pelayanannya. Oleh karena itu, teori
pendekatan sosial (TPS) dalam kesehatan semakin urgen dan strategis untuk
diinternalisasikan guna mengatasi atau meminimalisir implikasi negatif dari
transformasi kesehatan sosial serta mengefektifkan penyelenggaraan sistem
pelayanan kesehatan (Darwis & Mas’ud, 2017)

E. TEORI SOSIAL DALAM PILIHAN PELAYANAN


Pilihan pelayanan Kesehatan selama kehamilan, persalinan dan nifas dapat
dipengaruhi oleh banyak faktor, termasuk social, ekonomi dan budaya. Beberapa

14
wanita mungkin memilih untuk menerima perawatan medis konvensional, sementara
yang lain mungkin memilih untuk mencari pelayanan alternative seperti akupuntur
atau terapy herbal.
Teori pilihan rasional dapat digunakan untuk menjelaskan mengapa wanita
memilih pelayanan Kesehatan tertentu selama periode ini. Menurut teori ini, wanita
akan memilih pelayanan Kesehatan yang paling sesuai dengan kebutuhan mereka
berdasarkan fakta informasi yang tersedia, biaya, dan keuntungan yang diharapkan.
Factor social seperti dukungan kelurga dan tekanan social juga dapat mempengaruhi
pilihan pelayanan kesehata

15
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN
Dalam makalah ini, kita telah menjelajahi peran penting teori sosial dalam
pemahaman kehamilan, persalinan, dan nifas, serta bagaimana proses medicalisasi
telah memengaruhi pilihan pelayanan dalam konteks ini. Berikut adalah beberapa poin
penting yang dapat diambil sebagai kesimpulan. Teori sosial memberikan kerangka
kerja penting untuk memahami bagaimana faktor-faktor sosial seperti budaya, gender,
kelas sosial, dukungan sosial, pendidikan, dan perubahan sosial memengaruhi
pengalaman perempuan selama kehamilan, persalinan, dan nifas. Teori ini
memungkinkan kita untuk melihat proses ini sebagai fenomena yang lebih dari sekadar
biologis, tetapi juga sebagai peristiwa sosial yang kompleks.
Proses medicalisasi telah mengubah cara kita mendekati kehamilan, persalinan,
dan nifas. Hal ini telah memindahkan perhatian dari pengalaman perempuan dan
intervensi medis yang diperlukan menjadi sentral dalam perawatan maternal.
Medicalisasi dapat memiliki manfaat dalam kasus-kasus tertentu, tetapi juga dapat
memunculkan tantangan terkait dengan overmedication dan kurangnya pilihan
perawatan yang beragam.
Pemilihan pelayanan adalah elemen kunci dalam perawatan kehamilan, persalinan,
dan nifas. Perempuan harus memiliki akses dan hak untuk memilih perawatan yang
sesuai dengan nilai-nilai, budaya, dan preferensi pribadi mereka. Teori sosial
membantu kita memahami bahwa pemilihan pelayanan juga dipengaruhi oleh konteks
sosial dan ekonomi individu. Dalam menghadapi tantangan seperti ketidaksetaraan
gender, akses terbatas ke perawatan, dan perubahan dalam norma sosial, penting
untuk menciptakan peluang untuk meningkatkan perawatan maternal. Ini dapat
mencakup pendidikan kesehatan yang lebih baik, dukungan sosial yang lebih besar,
dan upaya untuk mengurangi ketidaksetaraan dalam akses terhadap perawatan.

16
Idealnya, pendekatan perawatan maternal harus terintegrasi, menggabungkan
aspek medis dan sosial. Ini akan memungkinkan perempuan untuk memiliki pilihan
yang lebih baik, merasa didengar, dan mendapatkan perawatan yang sesuai dengan
kebutuhan mereka. Dalam rangka meningkatkan perawatan maternal, penting untuk
terus menggabungkan teori sosial dalam pemahaman kita tentang kehamilan,
persalinan, dan nifas. Dengan demikian, kita dapat mengembangkan strategi perawatan
yang lebih holistik dan berfokus pada perempuan, yang menghormati nilai-nilai dan
preferensi mereka, sambil tetap mempertimbangkan perkembangan medis yang
penting. Dengan demikian, kita dapat meningkatkan pengalaman perempuan selama
fase penting ini dalam kehidupan mereka dan mencapai hasil kesehatan yang lebih baik
untuk ibu dan bayi.

B. SARAN
Sebagai langkah pertama, penting untuk mengintegrasikan pemahaman teori sosial
dalam kurikulum pendidikan kesehatan, terutama yang terkait dengan kehamilan,
persalinan, dan nifas. Hal ini akan membantu para profesional kesehatan lebih
memahami dampak faktor sosial pada pengalaman perempuan dan mengembangkan
keterampilan untuk memberikan perawatan yang lebih terinformasi dan terpersonal.
Mendukung promosi pilihan perawatan bagi perempuan selama kehamilan,
persalinan, dan nifas adalah kunci. Ini melibatkan menghormati preferensi dan nilai-nilai
perempuan dalam perawatan mereka. Sistem perawatan kesehatan harus
menyediakan berbagai pilihan perawatan yang aman dan berkualitas, serta
memberikan informasi yang komprehensif agar perempuan dapat membuat keputusan
yang berdasarkan pengetahuan.
Upaya harus dilakukan untuk mengurangi ketidaksetaraan gender dalam perawatan
maternal. Ini mencakup memastikan bahwa perempuan memiliki akses yang sama
terhadap perawatan berkualitas, menghilangkan diskriminasi dalam perawatan
kesehatan, dan memberdayakan perempuan untuk berpartisipasi aktif dalam
pengambilan keputusan seputar kehamilan dan persalinan mereka.
Kepentingan dukungan sosial selama kehamilan, persalinan, dan nifas tidak dapat
diabaikan. Inisiatif harus dibuat untuk memastikan bahwa perempuan memiliki akses ke

17
jaringan dukungan yang kuat, termasuk keluarga, teman, dan komunitas. Program
dukungan sosial juga dapat membantu perempuan menghadapi tantangan emosional
dan praktis yang mungkin muncul selama periode ini.
Ada kebutuhan untuk penelitian lebih lanjut yang berkaitan dengan teori sosial,
medicalisasi, dan pemilihan pelayanan dalam konteks kehamilan, persalinan, dan nifas.
Penelitian ini dapat membantu kita memahami secara lebih mendalam bagaimana
faktor-faktor sosial berinteraksi dengan perawatan kesehatan dan bagaimana mereka
dapat memengaruhi hasil kesehatan perempuan.
Penting untuk memfasilitasi kolaborasi antara profesional kesehatan, ahli teori
sosial, dan perempuan yang berpengalaman dalam proses ini. Kolaborasi semacam itu
dapat menghasilkan pemahaman yang lebih holistik tentang perawatan maternal dan
memungkinkan perkembangan praktik terbaik yang memadukan kedua bidang
pengetahuan ini.
Pemerintah dan lembaga kesehatan perlu mengembangkan kebijakan yang
mendukung pilihan perawatan perempuan dan mengurangi ketidaksetaraan. Ini
mencakup menghilangkan hambatan finansial, mempromosikan pelatihan kesehatan
yang inklusif, dan mendorong perawatan yang mempertimbangkan faktor sosial.
Dengan mengambil langkah-langkah ini, kita dapat meningkatkan pengalaman
perempuan selama kehamilan, persalinan, dan nifas, serta meningkatkan hasil
kesehatan maternal dan bayi secara keseluruhan. Kesejahteraan perempuan dan
keluarga mereka adalah prioritas utama, dan dengan menggabungkan teori sosial
dengan praktik medis, kita dapat mencapai perawatan maternal yang lebih baik dan
lebih berorientasi pada perempuan.

18
DAFTAR PUSTAKA

Abercrombie, Nicholas, Hill, S., & Turne, B. S. (1988). The Penguin Dictionary of Sociology.
Penguin.

Darwis, & Mas’ud, H. (2017). Kesehatan Masyarakat dalam Perspektif Sosioantropologi (1st ed.).
CV SAH MEDIA

https://id.wikipedia.org/wiki/Teori_sosial

https://akbid-dharmahusada-kediri.e-journal.id/JKDH/article/view/215

http://etheses.uin-malang.ac.id/790/6/10410054%20Bab%202.pdf

Zola, I. K. (1994). Medicine as an institution of social control. The Sociology of Health and Illness,
392–402

19

Anda mungkin juga menyukai