Anda di halaman 1dari 10

PAPER

KESENJANGAN SOSIAL DAN EKONOMI : TANTANGAN DAN SOLUSI DALAM


MEWUJUDKAN KESETARAAN MASYARAKAT
TUGAS MATA KULIAH: KAPITA SELEKTAS SEMINAR (HK&POLITIK)
DOSEN PENGAMPU: Heri Kurnia, S.Pd.,M.Pd.

Disusun Oleh:

Nama : Deri Gymnastiar


NIM : 21401005

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS COKROAMINOTO YOYAKARTA
TAHUN 2023
Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tantangan dan solusi dalam mewujudkan
kesetaraan di Indonesia. Metode penelitian yang digunakan adalah sistematic review dengan
pendekatan kualitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Permasalahan dalam pertumbuhan
ekonomi makro adalah masalah pengangguran yang akan berdampak universal terhadap
peningkatan kualitas hidup; hal ini juga dapat bersinggungan dengan pertumbuhan ekonomi
suatu wilayah atau bahkan suatu negara. Kausalitas ini sangat erat kaitannya, mengingat tenaga
kerja merupakan salah satu aspek penting dalam produksi ekonomi klasik (manusia, modal, dan
tanah). Permasalahan utama pengangguran diidentifikasi oleh peran pendidikan yang memadai
dalam membentuk permintaan akan pekerja terampil di pasar tenaga kerja. Kesenjangan antar
wilayah terjadi karena perbedaan sumber daya alam dan kondisi demografi yang terdapat pada
masing-masing wilayah. Perbedaan inilah yang menjadikan kemampuan suatu daerah dalam
menggerakkan proses pembangunan menjadi unik di daerah tersebut. Ketimpangan yang rendah
akan meningkatkan laju pertumbuhan PDB per kapita dalam jangka pendek sehingga
menghasilkan kinerja perekonomian yang lebih baik. Namun dalam jangka panjang, tingginya
ketimpangan dipengaruhi oleh penurunan PDB per kapita (Halter et al., 2014). Di sisi lain,
ketimpangan kekayaan tidak terkait dengan politik, hal ini terlihat dari tidak adanya hubungan
yang signifikan antara variabel ketimpangan pendapatan dan kemiskinan. alokasi pelayanan
publik dan kesejahteraan (misalnya pendidikan dan kesehatan) juga mengalami peningkatan,
dengan harapan tidak akan terjadi kekosongan tenaga kerja terampil yang akan berdampak buruk
pada perekonomian. berdampak pada pengangguran.
Kata kunci : ekonomi, kesenjangan, kesetaraan.
A. Latar Belakang
Keberhasilan suatu program pembangunan dipengaruhi oleh beberapa faktor, termasuk
indikator makro yang ditentukan oleh pertumbuhan ekonomi. Oleh karena itu, pertumbuhan
ekonomi yang tinggi memegang peranan penting dalam menentukan keberhasilan pembangunan
ekonomi, baik secara nasional maupun regional. Menurut Arsyad (1997) dan Tambunan (2001),
pertumbuhan ekonomi merupakan sasaran utama yang harus dicapai dalam proses pembangunan
ekonomi untuk meningkatkan pendapatan nasional. Pertumbuhan ekonomi yang tinggi menjadi
sasaran utama pembangunan. Namun, aktor-aktor yang berkontribusi terhadap pertumbuhan
ekonomi juga harus dianalisis (Todaro, 2012). Pertumbuhan ekonomi yang pesat belum tentu
menghasilkan pembangunan yang tidak merata. Jika hanya sedikit yang berkontribusi terhadap
perekonomian, maka akan menimbulkan ketimpangan pendapatan (Nugraha et al., 2020).
Banyaknya kesenjangan menjadi salah satu permasalahan yang harus segera diperbaiki di
Indonesia. Salah satu contoh ketimpangan yang terjadi di Indonesia adalah ketimpangan
ekonomi. permasalahan penurunan tingkat kemiskinan belum dibarengi dengan penurunan
ketimpangan pendapatan secara signifikan. Data menunjukkan masih terdapat ketimpangan
pendapatan di Indonesia, dimana pertumbuhan ekonomi dinikmati oleh kelompok masyarakat
terkaya, yaitu 20% dari jumlah penduduk (www.worldbank.org, 2015), bahkan ketimpangan
pendapatan antara kaya dan miskin masyarakat masih relatif tinggi. Ketimpangan tercermin dari
akumulasi kekayaan yang hanya dinikmati segelintir orang di Indonesia. Negara ini menduduki
peringkat keempat tertinggi dari sembilan negara (Rusia, Thailand, India, Brasil, Tiongkok,
Amerika Serikat, Afrika Selatan, dan Meksiko). 49,3% kekayaan nasional hanya dimiliki oleh
1% warga negara (Widyanita, 2017). Pertumbuhan ekonomi Indonesia merupakan yang tercepat
ketiga di antara negara-negara G-20 lainnya; Angka statistik dari tahun 2000 hingga 2017
menunjukkan PDB (Produk Domestik Bruto) per kapita Indonesia meningkat 4% setiap
tahunnya setelah Tiongkok dan India (Tjoe, 2018).
Pertumbuhan ekonomi Indonesia yang meningkat tidak sejalan dengan pemerataan
pendapatan sehingga memicu ketimpangan antar warga. Ketimpangan pendapatan yang bergerak
lambat seiring pertumbuhan ekonomi dipicu oleh beberapa aspek mendasar yaitu kualifikasi
pendidikan, pasar tenaga kerja, dan keterampilan tenaga kerja yang juga meningkat
(www.worldbank.org, 2015). Mengenai hubungan antara tingkat pengangguran dan ketimpangan
pendapatan, Gächter et al. (2017) dan Shao dkk. (2016) menyatakan bahwa korelasi yang kuat
dapat terjadi jika tingkat pengangguran dapat dikurangi, sehingga menyebabkan ketimpangan
pendapatan juga dapat ditekan. Sebaliknya, ada pandangan yang menyatakan tidak ada korelasi
signifikan antara ketimpangan pendapatan yang didorong oleh pertumbuhan ekonomi dan tingkat
pengangguran (Sadiku, Ibraimi, & Sadiku, 2015; Ghoshray, Ordóñez, & Sala, 2016). Selain itu,
pertumbuhan ekonomi memiliki hubungan dua arah dengan ketimpangan pendapatan. Menurut
Tambunan (2003), pertumbuhan dan ketimpangan mempunyai hubungan yang kuatkorelasi.
Ketimpangan cenderung meningkat pada tahap awal pembangunan, dan berangsur-angsur
menurun ketika mendekati tahap akhir pembangunan. Berdasarka hal tersebut penelitian ini akan
berfokus dalam membahas tantangan dan solusi untuk pemerataan ekonomi di Indonesia.
B. Metode
Penelitian yang dilakukan peneliti adalah penelitian yang memiliki konsep sistematic
review pada pendekatan kualitatif. Penelitian ini dilaksanakan dengan merangkum dan menarik
kesimpulan dari berbagai macam hasil penelitian dan kesimpulannya yang relevan terhadap
tujuan penelitian ini. Penelusuran dilaksanakan pada tanggal 14 Oktober 2023 dengan
menggunakan database elektronik mulai dari Science Direct, Emerald Insight, Proquest,
Elsevier, Scopus, Research Gate, dan Google Schoolar. Database-database yang bersifat
elektronik tersebut memiliki berbagai macam hasil penelitian termasuk penelitian pada bidang
psikologi dan penelitian yang relevan dengan pembahasan pada penelitian.

Berdasarkan penelusuran yang dilaksanakan oleh peneliti, maka peneliti melakukan


analisis dengan cara membaca secara seksama pada bagian judul, abstrak dan kesimpulan agar
dapat mengetahui sejauh mana penelitian yang dibaca sesuai dengan kriteria yang diinginkan.
Adapun kriteria artikel penelitian yang ditentukan yaitu 1) artikel penelitian yang membahas
terkait ketimpangan di Indonesia; 2) artikel penelitian dengan pembahasan terkait solusi
penyetaraan ekonomi di Indonesia; 3) artikel penelitian dengan berisikan hasil penelitian yang
telah dilakukan. Mengacu pada kriteria-kriteria tersebut, peneliti menemukan sebanyak 12 artikel
penelitian. Setelah itu peneliti melakukan penyeleksian dan mendapatkan hasil bahwa terdapat
10 artikel penelitian yang dapat digunakan sebagai acuan untuk dilakukan pengkajian.

Pada penelitian ini dilaksanakan pengidentifikasian, pemahaman, evalusasi dan


interpretasi pada hasil-hasil yang terdapat dalam artikel penelitian yang telah diseleksi
sebelumnya mengenai kesenjangan di Indonesia. Peneliti melakukan pengkajian dan menarik
suatu rangkuman dari artikel penelitian yang telah diseleksi yang dimulai dari tahun penerbitan
dan publikasi, nama peneliti, jumlah subjek yang dilakukan penelitian, penerapan alat ukur, dan
hasil penelitian.

C. Pembahasan
a. Tantangan Mewujudkan Kesetaraan pada Masyarakat
Pengukuran ketimpangan pendapatan erat kaitannya dengan potensi pertumbuhan
ekonomi suatu daerah (Goschin, 2015). Banyak peneliti yang mengkaji hubungan sebab akibat
antara keduanya dari berbagai perspektif penelitian (Hassan, Zaman, & Gul, 2015; Lyubimov,
2017). Teori Kuznets menyatakan bahwa pengurangan ketimpangan pendapatan dapat ditempuh
pemerintah melalui kebijakan pemerintah yang komprehensif dan teruji. Sejalan dengan Blundell
dkk. (2018) dan Birčiaková, Stávková, dan Antošová (2014), pendekatan teori ketimpangan
dengan pendekatan studi komparatif lebih lanjut menyatakan bahwa selain kebijakan pemerintah,
tatanan konstitusi dan pola pemerintahan juga berkontribusi signifikan dalam menurunkan atau
meningkatkan tren ketimpangan pendapatan (Ruman, 2023).
Selanjutnya permasalahan dalam pertumbuhan ekonomi makro adalah masalah
pengangguran yang akan berdampak universal terhadap peningkatan kualitas hidup; hal ini juga
dapat bersinggungan dengan pertumbuhan ekonomi suatu wilayah atau bahkan suatu negara.
Kausalitas ini sangat erat kaitannya, mengingat tenaga kerja merupakan salah satu aspek penting
dalam produksi ekonomi klasik (manusia, modal, dan tanah). Permasalahan utama pengangguran
diidentifikasi oleh peran pendidikan yang memadai dalam membentuk permintaan akan pekerja
terampil di pasar tenaga kerja (Kudasheva et al., 2015), sehingga aspek esensial dalam
permasalahan kebijakan pemerintah memerlukan aspek pendidikan sebagai salah satu aspek
utama. investasi untuk menyambut pekerja terampil guna mengurangi pengangguran dan
mengatasi ketimpangan pendapatan (Halvarsson et al., 2018). Pendapat tersebut sejalan dengan
apa yang terjadi, dimana Badan Pusat Statistik merilis angka pengangguran sebanyak 7 juta
orang yang didominasi oleh lulusan SMA/SMK (Andreas, 2018).
Penyebab utama tingginya pengangguran juga disebabkan oleh rendahnya pendapatan
dan rendahnya konsumsi sosial ekonomi (Guerrazzi, 2015; Gächter et al., 2017). Kebijakan
pemerintah dalam hal investasi pada sektor perluasan lapangan kerja menjadi pekerjaan berat
yang memerlukan peran serta banyak pihak. Status ketenagakerjaan yang ditunjukkan
menunjukkan bahwa pada tahun 2017, total 52 juta orang – 42,97 persen penduduk – bekerja di
sektor formal (pekerja tetap/pegawai) (Bangun, 2019).
Penelitian sebelumnya (Adriana, 2014; Roşoiu, 2015; Sadiku et al., 2015) di Negara
Makedonia menyimpulkan bahwa tidak terdapat korelasi antara pertumbuhan ekonomi dengan
rasio pengangguran. Penelitian lain, dengan keterbatasan dalam pengungkapan dan pengujian
variabel dalam mengukur tingkat pengangguran juga menunjukkan hasil tersebut (Ghoshray et
al., 2016; Khodeir, 2016; Strat et al., 2015). Semua menyatakan bahwa penanaman modal asing
tidak berpengaruh terhadap penurunan tingkat pengangguran. Kesenjangan antar wilayah sering
terjadi dalam kegiatan perekonomian (Armiwulan, 2021) (Salim et al., 2023).
Ketimpangan pendapatan antar kelompok masyarakat yang menyertai pertumbuhan
produk domestik bruto (PDB) selama ini hanya berorientasi pada laju pertumbuhan.
Pertumbuhan adalah masih dianggap belum mampu menciptakan landasan yang kuat bagi
pembangunan berkelanjutan dan mengurangi ketimpangan pendapatan. Jika kesenjangan
pendapatan antar kelompok cenderung melebar, jumlah kriteria kesejahteraan dan perpajakan
sejalan dengan, atau sedikit lebih maju, pertumbuhan pendapatan dalam jangka panjang.
Pihaknya mendapat manfaat dalam memastikan bahwa dari fisik kebijakan fiskal modal yang
diterapkan tidak mempengaruhi kesejahteraan pekerja. upah, sehingga mengurangi kesejahteraan
mereka secara substansial (Callan, Bercholz, & Walsh, 2018).
b. Solusi Mewujudkan Kesetaraan pada Masyarakat
Dalam beberapa dekade terakhir, dampak dari kesenjangan pendapatan yang tinggi telah
mencapai 40% populasi di beberapa negara. Distribusinya berada pada tingkat pendapatan
rendah namun hanya mendapat sedikit manfaat dari pertumbuhan ekonomi (OECD, 2015). Oleh
karena itu, diperlukan studi yang fokus pada standar hidup pekerja biasa untuk menghasilkan
kesejahteraan bagi keluarga pekerja di negara kaya (Nolan, 2018). Namun temuan penelitian ini
menunjukkan bahwa semakin besar kesenjangan pendapatan, semakin cepat pertumbuhan
perekonomian. Keadaan ini sesuai dengan (Kuznet, 1955) yang menyatakan bahwa terdapat
korelasi yang signifikan antara ketimpangan pendapatan dengan pertumbuhan ekonomi ketika
suatu negara atau negara mengalami peningkatan. menyatakan bahwa pembangunan ekonomi di
Indonesia belum merata di seluruh wilayah, dan kekuatan ekonomi masih terpusat pada pemilik
modal.
Ketimpangan yang rendah akan meningkatkan laju pertumbuhan PDB per kapita dalam
jangka pendek sehingga menghasilkan kinerja perekonomian yang lebih baik. Namun dalam
jangka panjang, tingginya ketimpangan dipengaruhi oleh penurunan PDB per kapita (Halter et
al., 2014). Di sisi lain, ketimpangan kekayaan tidak terkait dengan politik, hal ini terlihat dari
tidak adanya hubungan yang signifikan antara variabel ketimpangan pendapatan dan kemiskinan
(Wang et al., 2020)
Faktor sumber daya manusia sebagai tolok ukur pendidikan merupakan faktor penting
dalam meningkatkan pertumbuhan ekonomi. Oleh karena itu, Pemerintah harus memastikan
kesetaraan pendidikan yang lebih baik di semua tingkat dan jenis pendidikan sehingga
masyarakat dapat memperoleh manfaat dari pengalaman sekolah yang lebih luas. Melalui
pendidikan, pembangunan manusia meningkatkan produktivitas dan pertumbuhan serta berperan
penting dalam distribusi pendapatan (Purnomo & Istiqomah, 2019). Kesetaraan pendidikan,
sebagai bagian dari pengembangan sumber daya manusia, tidak hanya meningkatkan
produktivitas dan pertumbuhan, namun juga berdampak signifikan terhadap distribusi
pendapatan di suatu negara (Cameron & Heckman, 2002; Hanushek, 2013; Heckman & Mosso,
2014; Retno , 2013).
Ketimpangan pendapatan terbukti meningkatkan pertumbuhan ekonomi. Hal ini
menunjukkan bahwa investor terbukti mendominasiperekonomian di Indonesia. Pendidikan
merupakan variabel yang paling berkontribusi dalam mendorong pertumbuhan ekonomi.
Pendidikan yang lebih merata akan semakin mampu menghasilkan produktivitas ekonomi yang
lebih tinggi. Hasil tersebut membuktikan bahwa pendidikan mampu menghasilkan sumber daya
terdidik dan terampil untuk melakukan perubahan dan inovasi teknologi di masa depan tenaga
kerja profesional dan terlatih, peningkatan angka partisipasi sekolah berdampak pada
peningkatan akumulasi sumber daya manusia.
Peningkatan produktivitas tentunya menjadi salah satu pemicu peningkatan pertumbuhan
ekonomi di Indonesia. Bersih keterbukaan belum terbukti meningkatkan pertumbuhan ekonomi
secara signifikan. Implikasi dari penelitian ini adalah meningkatkan ekspor dan mengurangi
impor. Data empiris 5 tahun terakhir menunjukkan pertumbuhan ekspor masih lebih rendah
dibandingkan impor. Pengusaha ekspor didorong untuk meningkatkan ekspor dengan
memberikan insentif perpajakan bagi komoditas unggulan ekspor dan memberikan hambatan
tarif impor yang tinggi bagi importir komoditas barang yang mengganggu pengusaha dalam
negeri. Beberapa penelitian telah memberikan temuan ekspor menghitung ekonomis yang tidak
sesuai dengan pendapat penelitiekonomi. Sementara itu, fluktuasi ekspor telah terjadi harapan
dan teori yang ada. terbukti menjadi kendala perekonomian, karena pengurangan impor tidak
mengimbangi peningkatan ekspor. Akibatnya, peningkatan impor tidak mampu memberikan
kontribusi yang memadai terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia
Upaya pemerintah Indonesia untuk memicu pertumbuhan ekonomi melalui stimulasi
dana untuk alokasi pelayanan publik dan kesejahteraan (misalnya pendidikan dan kesehatan)
juga mengalami peningkatan, dengan harapan tidak akan terjadi kekosongan tenaga kerja
terampil yang akan berdampak buruk pada perekonomian. berdampak pada pengangguran. Oleh
karena itu, dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) tahun 2018, telah
dialokasikan dana sebesar Rp347,4 triliun untuk memenuhi sektor pelayanan publik; Rp157,6
triliun disalurkan ke sektor perlindungan sosial dan Rp143,1 triliun disalurkan ke sektor
pendidikan (www.kemenkeu.go.id, 2018).
Upaya peningkatan anggaran negara di sektor publik telah dilakukan untuk mendukung
upaya percepatan pertumbuhan ekonomi yang berkualitas dengan memperkuat daya dorong
perekonomian. Karena dampak lain yang ditimbulkan oleh pengangguran adalah ketimpangan
pendapatan, hal ini dapat mengakibatkan ketidakmampuan masyarakat untuk memenuhi aspek-
aspek penting dari kebutuhan dan layanan dasar (misalnya pangan, kesehatan, dan pendidikan)
(Ram, 1982; Ram, 1992; Di Domenico & Fournier, 2014; Dinh, 2020; Luong et al., 2020;
Nguyen, 2020). Di Indonesia, kebijakan pemerintah untuk mengatasi masalah ketimpangan
pendapatan ditempuh melalui beberapa langkah strategis seperti peningkatan pelayanan publik,
penguatan perlindungan sosial, (Gächter et al., 2017)
Pelatihan bagi pekerja, penyediaan lapangan kerja, dan peningkatan kesadaran
masyarakat melalui pemungutan pajak (www.worldbank.org, 2015). Gächter et al., (2017)
dengan menggunakan pendekatan Teori Ekuilibrium menjelaskan bahwa perbedaan status sosial
ekonomi berdampak pada kesejahteraan. Namun terdapat kesenjangan pada hasil penelitian
berbeda yang dikemukakan oleh Han, Zhao, dan Zhang (2015) yang menyatakan bahwa rasio
Gini dan total pendapatan per kapita tidak berpengaruh signifikan terhadap ketimpangan
pendapatan. Oleh karena itu, upaya penurunan ketimpangan pendapatan melalui pendekatan
pengurangan pengangguran di Indonesia, melalui upaya peningkatan investasi pada tingkat
mikro, diharapkan dapat menumbuhkan semangat berusaha masyarakat sehingga dapat terwujud
pertumbuhan perekonomian daerah dan nasional (Halvarsson, Korpi, & Wennberg, 2018).
Postur APBN Indonesia tahun 2018 yang mencerminkan sektor investasi pemerintah
menekankan pada aspek pembangunan infrastruktur nasional dimana alokasi anggaran mencapai
Rp410,4 triliun kepada Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR),
Kementerian Perhubungan, Alokasi Umum, dan Alokasi Umum. Dana (DAU), PMN
(Penyertaan Modal Negara) pemerintah Indonesia, dan LMAN (Lembaga Pengelolaan Aset
Negara). Di sinilah kebijakan investasi di bidang infrastruktur untuk mendukung pusat
pertumbuhan ekonomi, jalur utama logistik, dan integrasi permodalan untuk mendorong
pengembangan kawasan strategis. Pembiayaan investasi pemerintah Indonesia meningkat dari
Rp59,7 triliun pada tahun 2017 menjadi Rp65,7 triliun pada tahun 2018 (www.kemenkeu.go.id,
2018).
Lebih lanjut mengenai pokok kajian ini, di tengah peluang yang ada dan mengingat
percaturan perekonomian dunia sedang bergerak ke Asia, Indonesia mempunyai beberapa
peluang besar untuk mewujudkan iklim investasi, baik pada tingkat makro maupun mikro,
sehingga memberikan harapan. bagi pertumbuhan ekonomi dalam jangka panjang. Salah satunya
adalah investasi infrastruktur, dan investasi ekonomi kreatif dan digital (Sukarno, 2019). Meski
demikian, hambatan klasik terhadap investasi di Indonesia terus bergulir; salah satu kendala
utama dalam berinvestasi adalah alur birokrasi dan perizinan yang dinilai kurang optimal dalam
koordinasi antara pusat dan daerah (www.republika.co.id, 2018; www.kemenprin.go.id, 2018),
kelemahan dalam pemenuhan pasokan energi yang dibutuhkan industri, dan konsentrasi
distribusi investasi yang hanya terfokus pada satu bidang tertentu (www.nasional.kontan.co.id,
2010). Oleh karena itu, upaya pemerintah Indonesia untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi
selain investasi, adalah melalui efektivitas pengeluaran pemerintah. Berkaca pada APBN tahun
2018, total belanja negara sebesar Rp2.220,7 triliun (Belanja sektor kementerian dan lembaga),
Rp847,4 triliun (Dana Alokasi Umum ke provinsi), Rp766,2 triliun (Dana Desa), dan non-
belanja kementerian dan lembaga, Rp607,1 triliun (www.kemenkeu.go.id, 2018) (Arsani, 2018).
Pemerintah sebaiknya meningkatkan jumlah partisipasi sekolah menengah dengan
membangun infrastruktur pendidikan di daerah terpencil,membangun jalan, meningkatkan
program gerakan wajib belajar 12 tahun, dan meningkatkan kualitas pengelolaan Pusat Kegiatan
Belajar Mandiri (ILAC). Pemerintah pusat dapat berkoordinasi dengan Pemerintah Provinsi
sebagai pemangku kepentingan pendidikan menengah untuk mensinergikan program
peningkatan APS 16-18 tahun. Selain itu, Pemerintah juga bisa menstabilkan harga pangan,
mengurangi beban masyarakat miskin, memberikan jaminan sosial berupa bantuan kesehatan,
memfasilitasi akses terhadap pendidikan menengahbagi masyarakat miskin. Selanjutnya,
Pemerintah pusat berkoordinasi dengan pemerintah provinsi dan kabupaten atau kota untuk
menghindari tumpang tindihnya program pengentasan kemiskinan yang ditetapkan oleh masing-
masing tingkat pemerintahan. Hal penting lainnya yang harus dilakukan Pemerintah adalah
komitmen aparatur dalam menjalankan program agar tepat sasaran, upaya pengentasan
kemiskinan dapat tercapai secara memadai (Syukri, 2020).
D. Kesimpulan
Permasalahan dalam pertumbuhan ekonomi makro adalah masalah pengangguran yang
akan berdampak universal terhadap peningkatan kualitas hidup; hal ini juga dapat bersinggungan
dengan pertumbuhan ekonomi suatu wilayah atau bahkan suatu negara. Kausalitas ini sangat erat
kaitannya, mengingat tenaga kerja merupakan salah satu aspek penting dalam produksi ekonomi
klasik (manusia, modal, dan tanah). Permasalahan utama pengangguran diidentifikasi oleh peran
pendidikan yang memadai dalam membentuk permintaan akan pekerja terampil di pasar tenaga
kerja. Kesenjangan antar wilayah terjadi karena perbedaan sumber daya alam dan kondisi
demografi yang terdapat pada masing-masing wilayah. Perbedaan inilah yang menjadikan
kemampuan suatu daerah dalam menggerakkan proses pembangunan menjadi unik di daerah
tersebut. Ketimpangan yang rendah akan meningkatkan laju pertumbuhan PDB per kapita dalam
jangka pendek sehingga menghasilkan kinerja perekonomian yang lebih baik. Namun dalam
jangka panjang, tingginya ketimpangan dipengaruhi oleh penurunan PDB per kapita (Halter et
al., 2014). Di sisi lain, ketimpangan kekayaan tidak terkait dengan politik, hal ini terlihat dari
tidak adanya hubungan yang signifikan antara variabel ketimpangan pendapatan dan kemiskinan.
alokasi pelayanan publik dan kesejahteraan (misalnya pendidikan dan kesehatan) juga
mengalami peningkatan, dengan harapan tidak akan terjadi kekosongan tenaga kerja terampil
yang akan berdampak buruk pada perekonomian. berdampak pada pengangguran.
Daftar Pustaka

Armiwulan, H. (2021). Kekerasan Siber Berbasis Gender : Tantangan Kesetaraan Gender di


Indonesia. 15(2), 102–111. https://doi.org/10.5281/zenodo.4766547
Arsani, A. M. (2018). Infrastructure Sharing for Acceleration of Economic Equality in
Indonesia Islands Regions Pemanfaatan Infrastructure Sharing Untuk Percepatan
Pemerataan Ekonomi Wilayah Kepulauan di Indonesia. II(3), 291–308.
Bangun, W. (2019). Efforts of Indonesian to Improve of Gender Equality on ASEAN Economic
Community ( AEC ). 5(2), 167–174.
Nugraha, A. T., Hidayatullah, S., Islamic, S., Prayitno, G., Brawijaya, U., Situmorang, M. E.,
Province, P., & Nasution, A. (2020). THE ROLE OF INFRASTRUCTURE IN ECONOMIC
GROWTH AND INCOME. 13(1), 102–116. https://doi.org/10.14254/2071-789X.2020/13-
1/7
Ruman, Y. S. (2023). Social Equality and Online Learning During the Covid-19 Pandemic in
Indonesia. 02049, 0–4.
Salim, A., Rustam, A., Haeruddin, H., & Asriati, A. (2023). Economic Strategy : Correlation
between Macro and Microeconomics on Income Inequality in Indonesia Economic
Strategy : Correlation between Macro and Microeconomics on Income Inequality in
Indonesia. May. https://doi.org/10.13106/jafeb.2020.vol7.no8.681
Syukri, M. (2020). Gender Equality in Indonesian New Developmental State : The Case of the
New Participatory Village Governance.
Wang, S., Ha, J., Kalkavan, H., Yüksel, S., & Dinçer, H. (2020). IT2-Based Hybrid Approach
for Sustainable Economic Equality : A Case of E7 Economies. X.
https://doi.org/10.1177/2158244020924434

Anda mungkin juga menyukai