1 Pendahuluan
Kemakmuran masyarakat merupakan tujuan dari pembangunan. Dimana tujuan
utamanya yaitu selain menciptakan pertumbuhan ekonomi yang tinggi harus juga
menghapus atau mengurangi tingkat kemiskinan, kesenjangan pendapatan, dan tingkat
pengangguran. Dan tolak ukur keberhasilan pembangunan yaitu dapat dilihat dari
pertumbuhan ekonomi, struktur ekonoi, dan tingkat kesenjangan antar penduduk, antar
daerah dan antar sektor. Pertumbuhan ekonomi diartikan sebagai perkembangan kegiatan
dalam perekonomian yang menyebabkan barang dan jasa yang diproduksi dalam
masyarakat bertambah dan kemakmuran masyarakat menjadi meningkat (Lestari, Rahmi,
& Julia, 2019). Suatu negara dikatakan mengalami pertumbuhan ekonmi apabila terjadi
peningkatan Gross National Product (GNP) riil di negara tersebut. Adapun kesejahteraan
perekonomian masyarakat dapat diukr dengan laju pertumbuhan atas Produk Domestik
Bruto (PDB).
Ketimpangan atau distribusi pendapatan yang tidak merata merpakan salah satu
masalah dalam pembangunan ekonomi di Indonesia. Yang mana adanya perbedaan
jumlah pendapatan yang diterima oleh antar golongan masyarakat. Akibat perbedaan ini
maka akan terlihat ketimpangan yaitu yang kaya semakin kaya dan yang miskin semakin
miskin. Ketidak seragaman akan mempengaruhi terjadinya kemampuan untuk tumbuh
yang pada gilirannya akan mengakibatkan beberapa wilayah mampu tumbuh cepat,
sedangkan yang lainnya tumbuh lambat. Pertumbuhan yang tidak sama ini akan
berdampak pada kettimpangan pada tingkat kesejahteraan antar wilayah di Indonesia
(Tiara, 2016). Oleh karena itu upaya mewujudkan pemerataan ketimpangan
pembangunan antar daerah menjadi sangat penting agar tujuan dari pembangunan yakni
peningkatkan ketersediaan serta perluasan distribusi barang kebutuhan pokok,
peningkatan standar hidup masyarakat dapat terwujud secara bersama-sama baik pada
tingkat regional maupun nasional.
Pertumbuhan ekonomi di Indonesia berbeda-beda setiap tahunnya. Biasanya
pertumbuhan ekonomi tiggi diikti oleh rasio gini yang tinggi pula. Dan di Indonesia Bisa
dilihat dari data yang diperoleh badan pusat statistik mengenai data PDB dan dan gini
ratio tahun 2016-2020, bahwa gini ratio yang didapat belum begitu signifikan dalam
pertumbuhannya.
Tabel.1
Data PDB dan Gini Ratio di Indonesia Tahun 2016-2020
Tahun PDB Gini Ratio
2016 5,02 0,39
2017 5,019 0,39
2018 5,17 0,38
2019 5,02 0,38
2020 -2,07 0,39
Sumber: BPS Indonesia
Menurut Adelman dan Morris (1973) secara umum yang menyebabkan ketidak
merataan distribusi pendapatan di negara sedang berkembang adalah pertambahan
penduduk yang tinggi yang mengakibatkan menurunnya pendapatan perkapita, inflasi
yang dikarenakan pendapatan uang bertambah tetapi tidak diikuti secara proporsional
dengan pertambahan produksi barang-barang, ketidakmerataan pembangunan antar
daerah, capital intensif sehingga persentase pendapatan modal dari harta tambahan lebih
besar dibandingkan persentase pendapatan yang berasal dari kerja sehingga
pengangguran bertambah, rendahnya mobilitas sosial, kebijakan industri substitusi impor
yang berakibat pada peningkatan harga barang hasil industri, memburuknya nilai tukar
bagi negara sedang berkembang dengan negara maju, dan hancurnya industriindustri
kerajinan rakyat, dan lain-lain
Kuznets (1995) dalam (Yulianti, 2015) menemukan bahwa ada hubungan antara
pertumbuhan ekonomi dan perbedaan pendapatan berupa kurva berbentuk ”U-terbalik”
yaitu proses pertumbuhan melalui perluasan sektor modern yang pada awalnya
mengakibatkan peningkatan perbedaan pendapatan di antara rumah tangga, kemudian
mencapai tingkat pendapatan rata-rata tertentu dan akhirnya mulai menurun. Selain
faktor-faktor sosial, ekonomi dan politik ada dua faktor penting yang mempengaruhi pola
tersebut, yaitu terpusatnya modal pada kelompok pandapatan tinggi dan pergeseran
penduduk dari sektor pertanian tradisional menuju sektor industri modern.
Berdasarkan identifikasi masalah, maka peneliti tertarik untuk mengkaji lebih lanjut
dengan judul “Pengaruh Pertumbuhan Ekonomi Terhadap Ketimpangan Pendapatan
Antar Wilayah di Indonesia” dengan tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini
adalah untuk mengetahui seberapa besar pengaruh pertumbuhan ekonomi terhadap
ketimpangan pendapatan
2 Metodologi Penelitian
2.1 Jenis Penelitian
Metode penelitian pada dasarnya merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan
data dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Metode yang digunakan pada
penelitian ini adalah metode kuantitatif. Metode kuantitatif menurut Sugiyono
(2017:7) adalah metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat positivisme,
digunakan untuk meneliti pada populasi atau sampel tertentu, pengumpulan data
menggunakan instrumen penelitian, analisis data bersifat kuantitatif/statistik,
dengan tujuan untuk menguji hipotesis yang telah ditetapkan.
Dimana: dan
Effects Specification
Test Hypothesis
Cross-section Time Both
Effects Specification
S.D. Rho
Weighted Statistics
Unweighted Statistics
dimana Y adalah output, K adalah modal, L adalah angkatan kerja yang bekerja
dan T adalah teknologi. Karena tingkat kemajuan teknologi ditentukan secara
eksogen, maka model neo klasik Solow juga disebut model pertumbuhan
eksogen. Robert Solow (1956) berpendapat bahwa pertumbuhan ekonomi
merupakan rangkaian kegiatan yang bersumber pada manusia, akumulasi modal,
pemakaian teknologi modern dan hasil atau output. Adapun pertumbuhan
penduduk dapat berdampak positif dan dapat berdampak negatif. Oleh karenanya,
menurut Robert Solow pertambahan penduduk harus dimanfaatkan sebagai
sumber daya yang positif.
Model Solow memiliki beberapa kekurangan dan untuk memperbaikinya
dengan memecah total faktor produksi dengan memasukan variabel lain, dimana
variabel ini dapat menjelaskan pertumbuhan yang terjadi. Model ini disebut
model pertumbuhan endogen
3.2.1.3 Teori Harrod – Domar
Teori Harrod-Domar merupakan penyempurnaan dari analisis Keynes yang
dianggap kurang lengkap. Dalam teori ini Harrod-Domar menganalisis syarat-
syarat yang diperlukan agar perekonomian bisa tumbuh dan berkembang dalam
jangka panjang. Teori ini ingin menunjukan syarat yang dibutuhkan supaya
perekonomian bisa tumbuh dan berkembang dengan baik (Arsyad,1999). Harrod-
Domar (dalam Sadono,2004), menyatakan supaya seluruh barang modal yang
tersedia dapat digunakan sepenuhnya, permintaan agregat harus bertambah
sebanyak kenaikan kapasitas barang modal yang terwujud sebagai akibat dari
investasi masa lalu. Jadi untuk menjamin pertumbuhan ekonomi yang baik, maka
nilai investasi dari tahun ketahun harus selalu naik.
Model pertumbuhan Harrod-Domar menjelaskan mekanisme
perekonomian mengandalkan peningkatan investasi dalam mempercepat
pertumbuhan ekonomi. Model ini menyarankan bahwa setiap perekonomian pada
dasarnya harus senantiasa mencadangkan atau menabung sebagian tertentu dari
pendapatan nasionalnya untuk menambah atau menggantikan barang-barang
modal (gedung, alat-alat, dan bahan baku) yang telah susut atau rusak. Namun,
untuk memacu pertumbuhan ekonomi dibutuhkan investasi baru yang merupakan
tambahan neto terhadap cadangan atau stok modal (capital stock).
Teori Harrod-Domar diasumsikan sebagai berikut:
1. Perekonomian bersifat tertutup,
2. Keinginan menabung (MPS= s) adalah konstan,
3. Proses produksi memiliki koefisien yang tetap (constant returm to
scale), dan
4. Tingkat pertumbuhan Angkatan kerja (n) adalah konstan dan sama
dengan tingkat pertumbuhan penduduk.
Atas asumsi dasar diatas, Harrod-Domar membuat analisis dan menyinpulkan
bahwa pertumbuhan jangka Panjang yang mantap (seluruh kenaikan produksi
dapat diserap oleh pasar) bisa tercapai apabila terpenuhinya syarat pada
keseimbangan berikut:
g = k = n,
g = Growth (tingkat pertumbuhan output)
k = capital (tingkat pertumbuhan modal)
n = tingkat pertumbuhan Angkatan kerja
Agar terdapat keseimbangan maka antara tabungan (S) dan investasi (I) harus
terdapat kaitan yang saling menyeimbangkan, padahal peran k untuk
menghasilkan tambahan produksi ditentukan oleh v (capital output ratio = Rasio
modal- Output).
Apabila tabungan dan investasi adalah sama (I = S), maka:
Koefisien Gini
Kurva
Kuznets
4 Kesimpulan
Selama Tahun 2016-2020 rata-rata pertumbuhan ekonomi Indonesia adalah sebesar
4,08 persen. Rata-rata Gini Ratio di Indonesia adalah sebesar 0,35 yang berarti
ketimpangan Indonesia berada pada tingkat ketimpangan sedang. Pertumbuhan
ekonomi secara signifikan berpengaruh positif terhadap ketimpangan pendapatan dan
jumlah penduduk miskin provinsi-provinsi di Indonesia. Ini berarti pertumbuhan
ekonomi tidak dapat mengurangi ketimpangan pendapatan.
Pengaruh pertumbuhan ekonomi terhadap ketimpangan pendapatan antar provinsi-
provinsi di Indonesia hanya memiliki pengaruh sebesar 19%, hal ini mungkin karena
tidak setiap penduduk berkontribusi terhadap pertumbuhan ekonomi secara rata.
Selanjutnya, pertumbuhan ekonomi tidak meningkatkan belanja daerah untuk
penciptaan lapangan kerja, jadi tidak dapat mengurangi ketimpangan pendapatan.
Refrensi
Adelman, Irma, & Cynthia, T. (1973). Economic Growth and Social Equity in Developing
Countries. Stanford : Stanford University Press.
Arsyad. Lincolin. 1999. Pengantar Perencanaan Dan Ekonomi Pembangunan Ekonomi
Daerah. Yogyakarta: BPFE.
Boediono. 1992. Pengantar Ilmu Ekonomi No. 4: Teori Pertumbuhan Ekonomi. Edisi
Pertama. Yogyakarta: BPFE.
Damanik, A. M., Zulgani, & Rosmeli. ( 2018). Faktor-faktor yang mempengaruhi
ketimpangan pendapatan. e-Jurnal Perspektif Ekonomi dan Pembangunan Daerah,
15-25.
Dernbug,Thomas. 1988. Makro Ekonomi. Jakarta: Erlangga. Djojohadikusumo. Sumitro.
1994. Perkembangan Pemikiran Ekonomi: Dasar Teori
Ekonomi Pertumbuhan dan Ekonomi Pembangunan. Jakarta: LP3ES
Jhingan. M.L. 2010. Ekonomi Pembangunan dan Perencanaan. PT. Raja Grafindo Persada.
Jakarta.
Kuznets, Simon. 1955. “Economic Growth and Income Inequality”. American Economic
Review.
Lestari, D., Rahmi, D., & Julia, A. (2019). Pengaruh Pertumbuhan Ekonomi terhadap
Ketimpangan Distribusi Pendapatan di Jawa Barat pada Tahun 2000-2018. Prosiding
Ilmu Ekonomi, Vol. 5, No. 1.
Mankiw,N.G.,2000, Teori Makro Ekonomi. Edisi Keempat, Penerbit Erlangga,Jakarta.
Riadi, M. (2020, April 17). Ketimpangan Pendapatan (Pengertian, Penyebab dan
Pengukuran). Retrieved from kajianpustaka.com:
https://www.kajianpustaka.com/2020/04/ketimpangan-pendapatan-pengertian-
penyebab-dan-pengukuran.html
Sukirno, S. (2016). Makroekonomi Teori Pengantar. Jakarta: PT Rajagrafindo Persada.
Solow. Robert. 1956. “A Contribution to The Theory of Economic Growth” Quarterly
Journal of Economics 70. 64-94
Sukirno. Sadono. 1985. Ekonomi Pembangunan. Jakarta : LPEF-UI Bima Grafika
Sukirno. Sadono. 2004. Teori Pengantar Makro Ekonomi. Jakarta : PT Raja Grafindo Persada
Tarigan, Robinson, (2005). Ekonomi Regional. Jakarta : PT. Bumi Aksara
Tarigan, Robinson. 2007. Ekonomi Regional, Teori dan Aplikasi cetakan ke empat.
Tiara, S. (2016). Analisis Ketimpangan Distribusi Pendapatan di Provinsi Sumatera Utara.
Jurnal Ekonomikawan, Vol. 16, No. 1, 77513.
Todaro. M.P. dan Smith. S.C. 2006. Pembangunan Ekonomi (Ahli Bahasa: Haris Munandar ;
Puji A.L) Jakarta : Erlangga.
Yulianti, T. (2015). Pertumbuhan Ekonomi dan Ketimpangan Antar Kabupaten di
Kalimantan Timur. Journal of Economic and Policy, Vol. 8, No. 1, 1-88.