Anda di halaman 1dari 23

BAB II

TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

A. Tinjauan Penelitian Terdahulu

Linda Tamim Umairoh Hasyim (2016) dalam penelitian yang

berjudul “ peran perbankan syariah terhadap pertumbuhan ekonomi sektor

riil di Indonesia. Penelitian ini mempunyai tujuan untuk menganalisis peran

perbankan syariah melalui dana pihak ketiga (DPK) dan total pembiayaan

terhadap pertumbuhan ekonomi sektor riil yang di representasikan melalui

produk domestic bruto. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa secara

bersama-sama dana pihak ketiga dan total pembiayaan berpengaruh secara

positif dan signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi hal ini dikarenakan

jika pembiayaan yang disalurkan kepada masyarakat untuk kegiatan

produksi semakin banyak hal ini akan memacu pada terjadinya kenaikan

pada pertumbuhan ekonomi. Metode regresi linier berganda digunakan

dalam penelitian ini. Dengan menggunakan variabel dana pihak ketiga dan

total pembiayaan sebagai representasi dariperbankan syariah.

Firmansyah Putra dkk (2016) dalam penelitian yang berjudul “

pengaruh perkembangan bank umum syariah terhadap pertumbuhan

ekonomi indonesia periode 2010 – 2015. Tujuan dari penelitian ini adalah

untuk menguji dan menganalisis pengaruh perbankan syariah terhadap

pertmbuhan ekonomi Indonesia. Penelitian ini menggunakan variabel total

asset dan total pembiayaan sebagai representasi dari perbankan syariah dan

13
14

menggunakan PDB sebagai representasi dari pertumbuhan ekonomi.

Penelitian ini mengunakan data panel dalam kurun waktu dari tahun 2010–

2015. Hasil dari penelitian ini mengemukakan bahwa secara bersama-sama

variabel total asset dan total pembiayaan memiliki pengaruh yang positif

dan signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi.

Haqiqi Rafsanjani dkk (2017) dengan judul penelitian “ pengaruh

perbankan atas pertumbuhan ekonomi dengan studi kasus bank

konvensional dan bank syariah Indonesia. Tujuan dari penelitian ini adalah

mengkaji dan menganalisis tentang pengaruh perbankan konvensional dan

syariah terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia. Hasil dari penelitian ini

menunjukkan bahwa secara umum perbankan konvensional dan perbankan

syariah secara signifikan memiliki hubungan yang positif terhadap

pertumbuhan ekonomi Indonesia. Penelitian ini menggunakan metode

kointegrasi dan kausalitas granger. Variabel yang digunakan dalam

menggambarkan perbankan syariah yakni total pembiayaan, total asset dan

total simpanan.

Salahuddin El Ayyubi dkk (2017) dalam penelitian yang berjudul “

pengaruh bank syariah terhadap pertumbuhan ekonomi di Indonesia.

Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji dan menganalisis hubungan

kausalitas yang tercipta antara perbankan syariah terhadap pertumbuhan

ekonomi, selain itu juga untuk mengkaji respon dan kontribusi variabel

perbankan syariah terhadap pertumbuhan ekonomi pada saat terjadi

guncangan. Dengan menggunakan metode VECM dapat ditarik hasil


15

bahwa adanya hubungan dua arah antara sektor perbankan syariah dan

pertumbuhan ekonomi, jika terjadi perkembangan pada sektor perbankan

syariah maka akan menyebabkan terjadinya kemajuan pada pertumbuhan

ekonomi. Hal ini dikarenakan sektor perbankan syariah memberikan

pembiyaan konsumtif dan pembiayaan pada sektor riil dan sebaliknya

pertumbuhan ekonomi mendorong permintaan pembiayaan yang akan

ditawarkan oleh perbankan syariah.

Rika Yulita Amalia dkk (2019) dalam penelitian yang berjudul “

pengaruh keuangan syariah terhadap pertumbuhan ekonomi dan indeks

pembangunan manusia di Indonesia. Variabel yang digunakan dalam

menggambarkan keuangan syariah yakni zakat dan total pembiayaan. Hasil

dari penelitian ini mengemukakan bahwa keuangan syariah berpengaruh

positif dan signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi dan indeks

pembangunan manusia serta keuangan syariah memberikan sumbangan

yang besar dalam meningkatkan pertumbuhan ekonomi.

Ali Rama (2013) dengan penelitian yang berjudul “ perbankan

syariah dan pertumbuhan Indonesia. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk

mengkaji secara empiris hubungan dinamis antara perkembangan

perbankan syariah, pasar modal, perdagangan internasional, dan inflasi

terhadap pertumbuhan ekonomi yang di representasikan melalui industrial

production indeks (IPI). Hasil dari penelitian ini mengemukakan bahwa

perbankan syariah secara signifikan berpengaruh positif terhadap

pertumbuhan ekonomi dan mempunyai hubungan dua arah atau bi-


16

directional causality antara perkembangan perbankan syariah dengan

pertumbuhan ekonomi. Penelitian ini sesuai dengan hipotesis “ the feedback

hypothesis” melalui produk-produk dan pelayanan perbankan syariah

membuktikan bahwa pertumbuhan perbankan syariah mampu

meningkatkan pengembangan dan perluasan ekonomi yang tinggi, hal ini

searah dengan karakteristik perbankan syariah yang pro dalam memajukan

sektor ekonomi riil.

Safaah Restuning Hayati (2014) dalam penelitian yang berjudul “

peran perbankan syariah terhadap pertumbuhan ekonomi di Indonesia.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengkaji dan menganalisis peran

perbankan syariah terhadap pertumbuhan ekonomi. Variabel yang

digunakan dalam penelitian ini adalah PDB yang merupakan representasi

dari pertumbuhan ekonomi, serta total asset dan total pembiayaan yang

merupakan representasi dari perbankan syariah. Hasil dari penelitian ini

menunjukkan bahwa total asset tidak memiliki pengaruh yang signifikan

terhadap pertumbuhan ekonomi, sedangkan total pembiayaan memiliki

pengaruh yang positif dan signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi.

B. Teori dan Tinjauan Pustaka

1. Pertumbuhan Ekonomi

Pertumbuhan ekonomi merupakan suatu proses yang digunakan

untuk meningkatkan atau menaikkan output perkapita dalam jangka

panjang dengan menekankan pada tiga aspek yakni proses, output

perkapita dan jangka panjang (Boediono, 2002). Secara global teori


17

pertumbuhan ekonomi dapat di gabungkan menjadi dua yakni yang

pertama teori pertumbuhan ekonomi klasik dimana teori ini analisisnya

berdasarkan pada kepercayaan akan efisiensi mekanisme sistem pasar

besar, yang kedua adalah teori pertumbuhan ekonomi modern teori ini

memiliki ciri khas yakni mengakui bagamana peran penting pemerintah

didalam perekonomian dalam mengatasi kegagalan mekanisme pasar

bebas yang terjadi (Ginting, 2013).

Suatu negara dapat dikatakan memiliki kondisi perekonomian

yang baik yakni melalui perhitungan tingkat pertumbuhan ekonomi

yang tinggi atau dengan peningkatan jumlah produksi barang dan jasa

dalam suatu perekonomian atau dikenal juga dengan produk domestik

bruto (PDB) (Wulandari & Zuhri, 2019). Produk domestic bruto

merupakan nilai pasar dari seluruh total barang dan jasa yang diproduksi

oleh suatu negara pada periode tertentu (Mankiw, 2014). Struktur atau

komponen PDB dari segi pembiayaan dibagi menjadi empat komponen

yakni konsumsi (C), investasi (I), belanja pemerintah (G), dan ekspor

neto (NX) (Wulandari & Zuhri, 2019). Ada dua macam metode

perhitungan PDB yakni PDB atas dasar harga berlaku dan PDB atas

dasar harga konstan (Silaban & Rejeki, 2020). PDB atas dasar harga

berlaku dapat dihitung dengan dua metode :

a. Metode langsung

Metode langsung dapat dilaksanakan dengan

menggunakan tiga macam cara yaitu :


18

- Pendekatan produksi

Pendekatan ini dapat dihitung dengan cara

menambahkan nilai dari sektor-sektor produktif ekonomi

dalam membuat sebuah produksi disuatu wiliyah. Secara

matematis dapat digambarkan sebagai berikut :

𝑁𝐼 = 𝑃₁𝑄₁₊𝑃₂𝑄₂₊ … ₊𝑃ₙ𝑄ₙ

Dimana :

NI = Produk Domestik Bruto

P1, P2,…, Pn = Harga satuan produk pada satuan masing

sektor ekonomi

Q1, Q2,..., Qn = Jumlah produk pada satuan masing sektor

ekonomi

- Pendekatan pendapatan

Pendekatan ini dapat dihitung dengan cara

menambahkan total pendapatan, imbalan atau balas jasa dari

setiap faktor-faktor produksi. Secara matematis dapat

digambarkan sebagai berikut :

𝑌 =𝐾+𝐺+𝐼

Dimana :

Y = PDB

K = Konsumsi

G = Pengeluaran Pemerintah

I = Investasi
19

- Pendekatan Pengeluaran

Pendekatan ini dapat dihitung dengan cara

menambahkan semua biaya untuk berbagai kelompok

pembeli di masyarakat. Secara matematis dapat

digambarkan sebagai berikut :

𝑌 = 𝐶 + 𝐼 + 𝐺 + (𝑋 − 𝑀)

Dimana :

Y = Pendapatan Domestik Bruto (PDB)

C = Konsumsi

I = Investasi

X-M = Ekspor Netto

b. Metode tidak langsung

Merupakan metode dengan cara perhitungan alokasi yakni

mengalokir produk domestik bruto nasional menjadi produk

domestik bruto dengan alokator yang digunakan yakni nilai PDB

keseluruhan setiap sektor, jumlah produksi fisik, tenaga kerja

dan penduduk serta alokator lain yang sesuai.

2. Teori Schumpeter

Teori Schumpeter ini memfokuskan pada pembaruan atau

perubahan yang dilakukan oleh para pengusaha dan mengemukakan

bahwa kemajuan teknologi sangat ditentukan oleh jiwa entrepreneurship

untuk melihat peluang dan tantangan serta berani mengambil resiko

dalam membuka usaha baru serta memperluas usaha yang telah ada.
20

Inovasi dan pembaharuan tersebut meliputi mempertinggi efisiensi

produksi dalam menghasilkan barang, memperkenalkan barang-barang

baru, memperluas pasar serta mengembangkan sumber bahan mentah

dan mengadakan perubahan dalam organisasi sebagai upaya dalam

mempertinggi ke efisiensian perusahaan. Schumpeter memisalkan

bahwa perekonomian sedang dalam kondisi tidak berkembang namun

kondisi tersebut tidak berlangsung lama. Pada saat tersebut sekelompok

pengusaha menyadari tentang berbagai kemungkinan untuk

mengadakan inovasi yang menguntungkan. Dengan adanya keinginan

tersebut mereka akan meminjam modal dan melakukan penanaman

modal, dimana hal ini menyebabkan pendapatan masyarakat dan tingkat

konsumsi masyarakat tinggi yang dapat meningkatkan perekonomian

suatu negara. Menurut Schumpeter investasi dapat dibedakan menjadi

dua yakni penanaman modal otonomi dan penanaman modal

terpengaruh, dimana penanaman modal otonomi adalah penanaman

modal yang ditimbulkan oleh kegiatan ekonomi yang timbul sebagai

akibat inovasi.

3. Perbankan Syariah

Perbankan syariah merupakan seluruh objek yang melibatkan

tentang bank umum syariah, unit usaha syariah, kegiatan kelembagaan

usaha, bersama dengan cara dan proses dalam melaksanakan dan

menjalankan kegiatan usahanya (Apriyanti, 2018; Hidayat &

Irwansyah, 2020; D. Syahputra & Ningsih, 2020). Bank syariah


21

merupakan suatu lembaga keuangan yang mengaplikasikan operasi dan

aktivitasnya berdasarkan prinsip syariah dan hukum islam yang

tentunya tidak memakai sistem bunga didalamnya (Hidayati et al., 2019;

Huda & Heykal, 2010). Indonesia merupakan salah satu negara yang

tergolong mengadopsi perbankan syariah lebih awal yakni pada tahun

1991 dengan bank syariah pertama yaitu bank muamalat (Rasyad et al.,

2013). Secara umum produk dan jasa dari bank syariah dapat

dikelompokkan menjadi tiga kelompok yakni : produk penghimpun

dana, produk penyaluran dana, dan produk jasa keuangan (Hidayati et

al., 2019). Bank syariah tidak menggunakan system bunga dalam

kegiatan operasinya baik dari penghimpunan dana, penyuluhan dana,

serta dalam lalu lintas pembayaran dan peredaran uang dari masyarakat

untuk masyarakat berdasarkan prinsip hukum islam.

Secara umum fungsi bank syariah terdiri atas empat fungsi utama

yaitu sebagai berikut (Antonio, 2001) :

a. Bank syariah sebagai manajemen investasi

Dalam menjalankan fungsi ini bank syariah berdasarkan

atas kontrak mudharabah dan kontrak perwakilan, dalam kontrak

mudharabah bank hanya menerima persentase keuntangan

dalam keadaan untung. Sedangkan jika terjadi kerugian

semuanya menjadi resiko dana (shahibul mal).

b. Bank syariah sebagai investasi


22

Dalam menginvestasikan dana yang ditempatkan pada

dunia usaha, bank syariah menggunakan alat-alat investasi yang

sesuai dan selaras dengan prinsip syariah.

c. Bank syariah sebagai jasa keuangan

Berbagai jenis jasa keuangan lainnya dapat ditawarkan

oleh bank syariah berdasarkan upah (fee based) dalam sebuah

kontrak penyewaan atau perwakilan.

d. Bank syariah sebagai jasa sosial

Sesuai dengan konsep perbankan syariah dalam

memainkan peran untuk mengembangkan sumber daya insani,

pengembangan lingkungan hidup serta menyumbang dana bagi

pemeliharaannya melalui dana qardh, zakat dan dana sosial.

Industri perbankan syariah mempunyai spesifikasi umum yang

melekat pada industri perbankan yakni industri yang berdasarkan pada

kepercayaan dan industri yang pada regulasi (Apriyanti, 2018). Sistem

perbankan syariah di Indonesia dilakukan dan dilaksanakan dengan

prinsip bagi hasil dengan lebih mengedepankan nilai kebersamaan,

ukhuwah serta pengelakan dan penghindaran unsur spekulatif dalam

setiap transaksinya (Alamsyah, 2010).

Perbankan syariah menganut tiga prinsip utama dalam

menjalankan kegiatan operasional atau kegiatan usahanya yaitu (Deti et

al., 2017) :
23

a. Prinsip keadilan

Yaitu prinsip yang digambarkan melalui penerapan

imbalan atas dasar bagi hasil dan pengambilan keputusan

berdasarkan kesepakatan bersama antara pihak bank dan

nasabah.

b. Prinsip kesederajatan

Prinsip ini menempatkan nasabah sebagai penyimpan

dana, pengguna dana, ataupun bank mempunyai kedudukan dan

derajat yang sama. Hal ini digambarkan melalui hak, kewajiban,

resiko dan keuntungan yang berimbang antara pihak nasabah

penyimpan dana, pihak nasabah pengguna dana dan pihak bank.

c. Prinsip ketentraman

Produk-produk yang dimiliki dan ditawarkan bank syariah

telah sesuai dengan prinsip syariah dan kaidah mua’malah islam,

dimana tidak menerapkan unsur riba didalamnya dan

menerapkan zakat harta. Oleh karena itu pihak nasabah

merasakan ketentraman secara lahir maupun batin.

4. Hubungan Perbankan Syariah Terhadap Pertumbuhan Ekonomi

Menurut Siringoringo dalam penelitian Rizki & Fakhruddin

(2015) mengemukakan bahwa fungsi utama dari perbankan syariah

yakni sebagai lembaga intermediasi atau perantara keuangan yang

merupakan proses menghimpun dana dari sektor usaha pemerintah

maupun dari sektor usaha rumah tangga untuk disalurkan kembali


24

kepada masyarakat atau unit ekonomi dalam bentuk kredit. Ada tiga

metode dimana fungsi intermediasi keuangan dapat meningkatkan laju

pertumbuhan ekonomi, yang pertama kemajuan pada sektor keuangan

bisa mendongkrak kenaikan pada tingkat tabungan masyarakat.

Menurut McKinnon financial deeping tidak hanya mampu

meningkatkan produktifitas modal melainkan juga mampu

meningkatkan tingkat tabungan yang dapat mendorong investasi dalam

meningkatkan pertumbuhan ekonomi. Kedua, dengan mengurangi biaya

informasi dan transaksi, yang nantinya fungsi intermediasi keuangan

akan mampu mendorong fungsi ekonomi dalam menyalurkan dana

kepada sektor usaha. Ketiga, fungsi intermediasi mampu membenahi

alokasi sumber daya baik sumber daya modal maupun sumber daya

manusia. Peran perbankan syariah dalam pertumbuhan ekonomi

berpusat pada produktifitas, karena modal yang diberikan perbankan

syariah dalam bentuk investasi yang halal dapat meningkatkan

produktifitas dalam mendorong pembangunan ekonomi. Dengan

demikian produktifitas merupakan faktor pendorong utama dalam

pembangunan ekonomi (Piskha et al., 2018).

5. Total Pembiayaan Perbankan Syariah

Menurut Ikatan Bankir Indonesia (2018) pembiayaan adalah

sebuah kesepakatan atau persetujuan antara pihak bank dengan nasabah

yang membutuhkan dan memerlukan dana dalam memenuhi kebutuhan

atau membiayai kegiatan untuk aktivitas tertentu. Berdasarkan akad


25

yang digunakan kesepakatan penyaluran pembiayaan bank kepada

nasabah dapat dibedakan yakni : akad jual beli, akad investasi atau

penanaman modal, akad sewa, dan akad pinjam-meminjam (Putra,

2018). Pembiayaan yang diberikan oleh bank syariah memiliki peranan

yang penting dalam pembentukan modal investasi, dimana dilihat dari

sifat penggunaannya terbagi menjadi dua macam yakni sebagai berikut

(Yanti, 2020) :

a. Pembiayaan produktif adalah pembiayaan yang dipakai atau

digunakan dalam memenuhi kebutuhan produksi dalam

meningkatkan usaha yakni usaha produksi, perdagangan dan

investasi. Menurut keperluannya pembiayaan produktif dapat

dibagi menjadi dua yakni sebagai berikut :

- Pembiayaan modal kerja adalah pembiayaan yang ditujukan

untuk memenuhi kebutuhan dalam meningkatkan produksi,

baik secara kuantitatif dengan jumlah produksi yang

dihasilkan, maupun secara kualitatif dengan peningkatan

mutu dan kualitas dari hasil produksi.

- Pembiayaan investasi adalah pembiayaan yang diberikan

untuk memenuhi keperluan dan kebutuhan dalam barang-

barang modal dan fasilitas-fasilitas yang berkaitan erat

dengan itu.
26

b. Pembiayaan konsumtif adalah pembiayaan yang diberikan untuk

diperuntukkan dalam memenuhi kebutuhan konsumsi yang akan

habis dalam memenuhi kebutuhan.

6. Pengeluaran Pemerintah

Pengeluaran Pemerintah merupakan suatu gerakan atau tindakan

yang digunakan dalam mengatur jalannya suatu perekonomian dengan

cara menentukan besarnya penerimaan dan pengeluaran pemerintah

setiap tahunnya yang tercermin dalam APBN dan APBD (Sukirno,

2000). Pengeluaran pemerintah menggambarkan kebijakan pemerintah,

dimana jika pemerintah telah menetapkan suatu kebijakan untuk

membeli barang atau jasa yaitu artinya harus menggambarkan biaya

yang harus dikeluarkan oleh pemerintah dalam menjalankan kebijakan

tersebut (Mahzalena & Juliansyah, 2019). Menurut Salhab & Soedjono

(2012) kenaikan pengeluaran pemerintah sejalan dengan kenaikan atau

peningkatan kegiatan perekonomian dalam suatu negara, atau dengan

kata lain pengeluaran pemerintah berhubungan secara positif terhadap

pertumbuhan ekonomi, hal ini sesuai dengan hukum wagner yang

berbunyi jika pengeluaran pemerintah meningkat maka akan

menyebabkan peningkatan pada pertumbuhan ekonomi (Mahzalena &

Juliansyah, 2019). Hal ini sesuai dan sejalan dengan menurut Keynesian

mengenai kebijakan ekonomi, dimana jika terjadi peningkatan dan

kenaikan pada pengeluaran pemerintah maka akan menyebabkan

peningkatan dan kenaikan pada pertumbuhan ekonomi (Ginting, 2013).


27

7. Impor

Impor merupakan suatu proses perdagangan internasional, yakni

barang dan jasa yang di buat atau di produksi dari luar negeri akan

diperdagangkan atau di perjual belikan di dalam negeri (Mankiw, 2014).

Kegiatan impor sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi

suatu negara seperti yang dijelaskan dalam teori Hecksher-Ohlin yang

mengemukakan bahwa dalam suatu negara akan mengimpor barang atau

jasa jika dalam faktor produksinya barang atau jasa yang digunakan

tidak dimiliki oleh negara tersebut (Pridayanti, 2012). Faktor-faktor

yang dapat mempengaruhi besar kecilnya impor dalam suatu negara

adalah sebagai berikut (Mankiw, 2014) :

a. Harga barang, tinggi rendahnya harga barang dari dalam dan

luar negeri menjadi sebuah pilihan bagi konsumen

b. Selera konsumen, hal ini berkaitan dengan selera konsumen

untuk produksi barang dari dalam dan luar negeri.

c. Biaya transportasi, besar kecilnya biaya transportasi barang dari

dalam negeri maupun luar negeri juga menjadi salah satu option

bagi konsumen dalam melakukan kegiatan impor.

d. Nilai tukar, para konsumen bisa menggunakan mata uang dalam

negeri untuk membeli mata uang asing.

e. Pendapatan konsumen, besar kecilnya pendapatan konsumen

baik dari dalam maupun luar negeri sangat menentukan dalam

kegiatan impor.
28

f. Kebijakan pemerintah, hal ini biasanya berkaitan dengan pajak

yang di tetapkan pemerintah terhadap importir.

Transformasi nilai impor di Indonesia sangat di pengaruhi oleh

kondisi dan situasi ekonomi, sosial, politik, pertahanan dan keamanan

suatu negara, selain itu juga besarnya nilai impor dalam suatu negara

di tentukan oleh seberapa besar kemampuan negara itu dalam

mengolah dan memanfatkan sumber daya yang ada dalam negaranya

(Purwanggono, 2015). Suatu negara dalam mencukupi kebutuhan

masyarakatnya dan meningkatkan kemajuan masyarkat yakni dengan

cara mengimpor berbagai macam barang dan jasa dengan harga yang

lebih murah dari yang dihasilkan di dalam negeri dan dengan kualitas

yang bermutu (Smith and Blakeslee, 1995). Semakin tinggi tingkat

pendapatan domestik suatu negara maka akan semakin menyebabkan

tinggginya permintaan terhadap barang impor, karena meningkatnya

pendapatan domestik suatu negara sangat berkaitan dengan tingkat

daya beli masyarakatnya, dimana jika PDB meningkat maka akan

menyebabkan permintaan akan barang baik dari dalam negeri ataupun

luar negeri juga akan meningkat (Harahap et al., 2020).

C. Hubungan Antar Variabel

1. Hubungan Total Pembiayaan Terhadap Pertumbuhan Ekonomi

Menurut Asfiyah (2015) total pembiayaan merupakan dana yang

diberikan pihak bank atau pihak yang memiliki kelebihan dana kepada

pihak lain(nasabah) atau pihak yang kekurangan dana untuk membantu


29

memenuhi kebutuhan nasabah baik dalam bentuk konsumtif atau

investasi. Menurut Nasiha (2019) pada perbankan syariah aspek

pendukung dan pendorong terhadap pertumbuhan ekonomi yakni

melalui fungsi intermediasi keuangan perbankan syariah yang

menyalurkan dana dari hasil penghimpunan dana dari pihak yang

memiliki kelebihan dana kepada pihak yang kekurangan dan

membutuhkan dana, yang kemudian akan disalurkan melalui lembaga

sektor-sektor ekonomi yang ada di masyarakat dalam bentuk

pembiayaan modal kerja, pembiayaan untuk investasi dan pembiayaan

untuk konsumsi. Fungsi intermediasi keuangan memiliki peran penting

dalam memobilisasi tabungan yang dapat meningkatkan gabungan

modal sehingga bisa untuk diinvestasikan kedalam kegiatan produksi

(Widyastuti & Arinta, 2020). Pembiayaan yang diberikan oleh

perbankan syariah memiliki fungsi untuk meningkatkan pertumbuhan

sektor riil dan sektor finansial sebagai upaya dalam memperkuat

stabilitas perekonomian (Piskha et al., 2018). Menurut Ayyubi et al.

(2017) pembiayaan yang dilakukan oleh perbankan syariah untuk sektor

riil mampu meningkatkan kesejahteraan di masyarakat yang mana hal

ini akhirnya dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi.

H1 : Total Pembiayaan berpengaruh positif signifikan terhadap

Pertumbuhan Ekonomi Indonesia

2. Hubungan Pengeluaran Pemerintah Terhadap Pertumbuhan

Ekonomi
30

Pengeluaran pemerintah atau government expenditure merupakan

nilai riil yang dihasilkan dari jumlah total realisasi pengeluaran

pemerintah selama satu tahun anggaran, termasuk belanja pemerintah

pusat dan pemerintah daerah yang sesuai dengan APBN (Ginting, 2013).

Pengeluaran pemerintah bermaksud atau bertujuan untuk mencukupi

kepentingan-kepentingan dalam menjalankan sebuah roda

pemerintahan (Rafsanjani & Sukmana, 2014). Dalam menstabilkan dan

mendorong laju pertumbuhan ekonomi yakni dengan menggunakan alat

kebijakan fiscal yang merupakan fungsi utama dari pengeluaran

pemerintah. Menurut N. Fitriani (2018) dalam konteks ekonomi makro

pengeluaran pemerintah akan meningkatkan perekonomian nasional,

apabila pengeluaran pemerintah meningkat akan meningkatkan

pertumbuhan ekonomi. Dengan meningkatkanya pengeluaran

pemerintah maka akan menyebabkan peningkatan pada sisi konsumsi di

masyarakat, peningkatan ini terjadi seiring dengan peningkatan kegiatan

perekonomian. Pengeluaran pemerintah memerankan andalan penting

dalam memompa permintaan domestik yang pada akhirnya akan

menyebabkan peningkatan pada pertumbuhan ekonomi yang lebih

agresif (Ginting, 2013).

H1: Pengeluaran Pemerintah berpengaruh positif signifikan

terhadap Pertumbuhan Ekonomi Indonesia


31

3. Hubungan Impor Terhadap Pertumbuhan Ekonomi

Impor merupakan kegiatan perdagangan yang dilakukan dengan

cara memasukkan barang atau jasa dari luar wilayah pabean Indonesia

kedalam wilayah pabean Indonesia (Pridayanti, 2013). Menurut Prawira

et al. (2019) terjadinya peningkatan impor dapat menyebabkan defisit

pada neraca pembayaran yang menyebabkan penurunan permintaan

atau depresiasi nilai tukar, selain itu juga kenaikan impor akan

menyebabkan kenaikan barang produksi dari luar negeri yang

menyebabkan produktifitas dalam negeri semakin menurun dan

terkalahkan oleh produk asing, dimana hal ini akan menyebabkan

pertumbuhan ekonomi dalam negeri menurun. Kegiatan impor yang

tinggi dalam suatu negara akan menyebabkan dan berdampak pada

penurunan tingkat produksi di dalam negeri yang dapat menyebabkan

meningkatnya tingkat pengangguran dan menurunnya tingkat

pendapatan yang berakibat pada menurunnya tingkat daya beli

masyarakat (Ismanto et al., 2018).

H1 : Impor berpengaruh negatif signifikan terhadap Pertumbuhan

Ekonomi Indonesia

D. Kerangka Penelitian

Pertumbuhan ekonomi suatu negara pada dasarnya bertujuan untuk

meningkatkan kesejahteraan masyarakat, dalam rangka meningkatkan

kesejahteraan masyarakat maka diperlukan pertumbuhan ekonomi yang

meningkat dan distribusi pendapatan yang lebih merata. Pertumbuhan


32

ekonomi suatu negara dapat diukur dengan melihat PDB dan laju

pertumbuhanya atas dasar harga berlaku dan konstan. Pertumbuhan

ekonomi yang tinggi dan berkelanjutan merupakan kondisi utama atau suatu

keharusan bagi kelangsungan pembangunan ekonomi dan peningkatan

kesejahteraan, karena bertambahnya jumlah penduduk di setiap tahun yang

dengan sendirinya menyebabkan kebutuhan konsumsi sehari-hari juga

bertambah setiap tahun, maka dibutuhkan penambahan pendapatan setiap

tahun. Selain dari sisi permintaan (konsumsi), dari sisi penawaran

pertumbuhan penduduk juga membutuhkan pertumbuhan kesempatan kerja

(sumber pendapatan). Pertumbuhan ekonomi tanpa dibarengi dengan

penambahan kesempatan kerja akan mengakibatkan ketimpangan dalam

pembagian dari penambahan pendapatan tersebut, yang selanjutnya akan

menciptakan suatu kondisi pertumbuhan ekonomi dengan peningkatan

kemiskinan. Pemenuhan kebutuhan konsumsi dan kesempatan kerja itu

hanya bisa dicapai dengan peningkatan output agregat yang berupa barang

dan jasa. Selain itu pemerintah juga harus menekan tingkat impor agar

produktifitas dalam negeri mampu bersaing dengan produk luar.

Para ekonomi terdahulu seperti Schumpeter mengemukakan bahwa

pertumbuhan ekonomi ditentukan oleh peranan pengusaha yang terus

menerus membuat inovasi dan pembaharuan dalam kegiatan perekonomian.

Inovasi dan pembaharuan tersebut meliputi mempertinggi efisiensi produksi

dalam menghasilkan barang, memperkenalkan barang-barang baru,

memperluas pasar serta mengembangkan sumber bahan mentah dan


33

mengadakan perubahan dalam organisasi sebagai upaya dalam

mempertinggi ke efisiensian perusahaan. Schumpeter memisalkan bahwa

perekonomian sedang dalam kondisi tidak berkembang namun kondisi

tersebut tidak berlangsung lama. Pada saat tersebut sekelompok pengusaha

menyadari tentang berbagai kemungkinan untuk mengadakan inovasi yang

menguntungkan. Dengan adanya keinginan tersebut mereka akan

meminjam modal dan melakukan penanaman modal, dimana hal ini

menyebabkan pendapatan masyarakat dan tingkat konsumsi masyarakat

tinggi yang dapat meningkatkan perekonomian suatu negara. Menurut

Schumpeter investasi dapat dibedakan menjadi dua yakni penanaman modal

otonomi dan penanaman modal terpengaruh, dimana penanaman modal

otonomi adalah penanaman modal yang ditimbulkan oleh kegiatan ekonomi

yang timbul sebagai akibat inovasi. Dari para ekonom terdahulu yakni

Schumpeter mengemukakan bahwa untuk meningkatkan tingkat

pertumbuhan maka diperlukan peningkatan investasi baru, inovasi baru,

menyiapkan lapangan pekerjaan dan menekan tingkat impor. Sehingga

dalam hal ini intermediasi sektor keuangan dapat menstimulasi

pertumbuhan ekonomi.
34

Teori
Schumpeter

Gap antara
Pertumbuhan Ekonomi
dengan Pertumbuhan
Perbankan Syariah

Total Pengeluaran Impor


Pembiayaan Pemerintah

Analisis
Regresi Linier
Berganda

Kesejahteraan
Masyarakat

Gamabar 2.1 Kerangka Penelitian

E. Perumusan Hipotesis

Berdasarkan kerangka pemikiran diatas yang mengacu pada latar belakang,

dan rumusan masalah maka dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut:

1. Hipotesis I
35

H0 : tidak terdapat pengaruh total pembiayaan perbankan syariah

terhadap partumbuhan ekonomi di Indonesia.

H1 : terdapat pengaruh total pembiayaan perbankan syariah terhadap

pertumbuhan ekonomi di Indonesia.

2. Hipotesis II

H0 : tidak terdapat pengaruh pengeluaran pemerintah terhadap

partumbuhan ekonomi di Indonesia.

H1 : terdapat pengaruh pengeluaran pemerintah terhadap pertumbuhan

ekonomi di Indonesia.

3. Hipotesis III

H0 : tidak terdapat pengaruh impor terhadap partumbuhan ekonomi di

Indonesia.

H1 : terdapat pengaruh impor terhadap pertumbuhan ekonomi di

Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai