Anda di halaman 1dari 12

NAMA : ARIS SHOLAHUDDIN

NIM : 2140410032
MATKUL : PENGANTAR EKONOMI PEMBANGUNAN

REVIEW JURNAL
Judul DAMPAK PERDAGANGAN INTERNASIONAL TERHADAP
PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA TAHUN 2009-2019
Jurnal Perdagangan Internasional, PDB, Pertumbuhan Ekonomi
Vol &hal Vol 10
Tahun 2021
Penulis Revita yuni & Dedi Lanova Hutabarat
Tanggal 1 Maret 2021
Reviewer Aris sholahuddin 2140410032
Abstrak Perdangangan internasional sangat mempengaruhi pertumbuhan ekonomi
suatu negara. Salah satu indikator pertumbuhan ekonomi adalah dengan
Produk Domestik Bruto (PDB). PDB merupakan indikator kesejahteraan
perekonomian di suatu negara dan dapat menjadi rujukan untuk mengukur
kesejahteraan masyarakat yang diukur dengan tingkat pendapatan (income).
Maka semakin meningkat ekspor suatu negara, pendapatan masyarakat akan
meningkat pula. Metode Penelitian yang digunakan dalam penelitian ini
adalah dengan menggunakan analisis deskriptif kualitatif. Dengan cara
mendeskripsikan fenomena-fenomena yang terjadi akibat dampak
perdagangan internasional terhadap ekonomi Indonesia. perdagangan luar
negeri dengan kegiatan ekspor dan impor memiliki pengaruh atau dampak
terhadap pertumbuhan ekonomi. Hal ini juga sejalan dengan teori
perdagangan internasional yang dikemukakan oleh Heckscher-Ohlin yang
menyebutkan bahwa Net-Ekspor atau ekspor netto merupakan salah satu
faktor terpenting dari Gross National Product (GNP), sehingga dengan
berubahnya nilai Net-Ekspor maka akan memberikan pengaruh terhdap
perubahan dari pendap
atan nasional
Pendahuluan Pertumbuhan ekonomi adalah proses perubahan kondisi perekonomian
suatu negara secara berkesinambungan menuju keadaan yang lebih baik
selama periode tertentu. Pertumbuhan ekonomi dapat meningkatkan
kemakmuran masyarakat. Salah satu yang mempengaruhi pertumbuhan
ekonomi suatu negara, yaitu kegiatan perdagangan internasional.
Perdagangan internasional adalah perdagangan yang dilakukan oleh
penduduk suatu negara dengan penduduk negara lain atas dasar kesepakatan
bersama. Penduduk yang dimaksud dapat berupa antar perorangan (individu
dengan individu), antara individu dengan pemerintah suatu negara atau
pemerintah suatu negara dengan pemerintah negara lain. Di banyak negara,
perdagangan internasional menjadi salah satu faktor utama untuk
meningkatkan GDP. Perdagangan internasional pun turut mendorong
industrialisasi, kemajuan transportasi, globalisasi dan kehadiran perusahaan
multinasional

Kajian pustaka 1. Pengertian Perdagangan Internasional Perdagangan internasional


adalah perdagangan yang dilakukan oleh penduduk suatu negara
dengan penduduk negara lain atas dasar kesepakatan bersama.
2. Teori Perdagangan Internasiona]. Model Adam Smith Teori ini
menfokuskan pada keuntungan mutlak yang menyatakan bahwa
suatu negara akan memperoleh keuntungan mutlak dikarenakan
negara tersebut mampu memproduksi barang dengan biaya yang
lebih rendah dibandingkan negara lain.
3. Menurut Sadono Sukirno (2010), manfaat perdagangan internasional
adalah sebagai berikut. a) Menjalin persahabatan antar negara b)
Memperoleh barang yang tidak dapat diproduksi di negeri sendiri.
C) Memperoleh keuntungan dari spesialisasi. D). Memperluas pasar
dan menambah keuntungan. e) Transfer teknologi modern.
Perdagangan luar negeri memungkinkan suatu negara untuk
mempelajari teknik produksi yang lebih efesien dan cara-cara
manajemen yang lebih modern
Metode Rancangan penelitian ini adalah menggunakan metode peneitian deskriptif
Penelitian yaitu gambaran mengenai sasaran. Maksudnya adalah penulis ingin
menerangkan bagaimana dampak perdagangan internasional terhadap
pertumbuhan ekonomi Indonesia. Jenis data yang digunakan dalam
penelitian ini adalah data sekunder yang diperoleh dari data neraca
perdagangan Indonesia dan data pertumbuhan PDB Indonesia. Metode
pengumplan data yang digunakan adalah data sekunder. Data sekunder yang
digunakan dalam penelitian ini akan diolah dengan menggunakan metode
deskriptif kuantitatif.
Hasil Perekonomian sebuah negara dapat dilihat dari semakin kuatnya
penelitian pertumbuhan ekonomi negara yang bersangkutan. Dengan pertumbuhan
ekonomi yang semakin kuat atau membaik dapat berdampak positif bagi
perkembangan perekonomian khususnya bagi sektor-sektor perekonomian
yang berhubungan dengan pendapatan nasional. Sebuah negara dapat
dikatakan memiliki kondisi perekonomian yang baik melalui perhitungan
tingkat pertumbuhan ekonomi yang tinggi atau secara sederhana diukur dari
peningkatan jumlah produksi barang dan jasa yang telah dihasilkan.
Indikator jumlah produksi barang dan jasa dalam suatu perekonomian
dikenal dengan Produk Domestik Bruto (PDB) dan untuk mengukur tingkat
pertumbuhan ekonomi digunakan PDB berdasarkan harga konstan
(PDBRill) untuk mengeliminasi pengaruh perubahan harga selama periode
waktu pengukuran.
Pada umunya perdagangan internasional identik dengan kegiatan ekspor
impor antar negara. Dalam teori ekonomi makro, hubungan antara ekspor
dengan tingkat pertumbuhan ekonomi atau pendapatan nasional merupakan
suatu persamaan identitas karena ekspor dan impor merupakan bagian dari
tingkat pendapatan nasional. Ditinjau dari sudut pengeluaran, ekspor impor
merupakan salah satu faktor terpenting dari Produk Domestik Bruto (PDB),
sehingga dengan berubahnya nilai ekspor dan impor maka pendapatan
nasional secara langsung mengalami perubahan (Nasrullah, 2014:19).
Kesimpulan Berdasarkan analisis yang penulis lakukan, disimpulkan bahwa
perdagangan luar negeri dengan kegiatan ekspor dan impor memiliki
pengaruh atau dampak terhadap pertumbuhan ekonomi. Hal ini juga sejalan
dengan teori perdagangan internasional yang dikemukakan oleh Heckscher-
Ohlin yang menyebutkan bahwa Net-Ekspor atau ekspor netto merupakan
salah satu faktor terpenting dari Gross National Product (GNP), sehingga
dengan berubahnya nilai Net-Ekspor maka akan memberikan pengaruh
terhdap perubahan dari pendapatan nasional. Dan dapat dikemukakan lebih
lanjut sebagai simpulan bahwa adanya hubungan atau dampak antara ekspor
dan impor terhadap pertumbuhan ekonomi sebuah negara.
Kelebihan
Kekurangan
Judul MEMBANGUN DAYA SAING TENAGA KERJA INDONESIA MELALUI
PENINGKATAN PRODUKTIVITAS
Jurnal Kependudukan Indonesia
Vol & Hal Vol. 11, 71-84
Tahun 2016
Penulis Latif Adam
Tanggal 2 Desember 2016
Reviewer Aris sholahuddin 2140410032
Abstrak Tulisan ini menganalisis posisi daya saing tenaga kerja Indonesia secara relatif terhadap
daya saing tenaga kerja di kawasan ASEAN. Daya saing tenaga kerja menjadi faktor
kunci yang dapat mendorong dan mempercepat naik-turunnya daya saing suatu
perekonomian. Ia memegang peran penting sebagai mesin utama pertumbuhan ekonomi.
Tulisan ini menunjukkan bahwa posisi dan akselerasi peningkatan daya saing tenaga
kerja Indonesia relatif masih tertinggal dibandingkan dengan di beberapa negara
ASEAN. Dari perspektif kebijakan, tantangan utamanya adalah bagaimana pemerintah
mampu membenahi pembangunan SDM dalam jangka panjang secara gradual dan
bersamaan dengan upaya mencari solusi untuk mengatasi permasalahanpermasalahan
daya saing tenaga kerja dalam jangka pendek-menengah. Selain memperbaiki sistem
pendidikan dan menata ulang program-program peningkatan keterampilan, pemerintah
perlu memperkuat integrasi perekonomian nasional dengan perekonomian global
sebagai pendorong mobilitas tenaga kerja terampil dan saluran terjadinya transfer
pengetahuan dan keterampilan.
Pendahulua Tenaga kerja memiliki peran penting dalam proses pembangunan ekonomi. Bersama-
n sama dengan infrastruktur dan governance, tenaga kerja menjadi faktor kunci yang dapat
mendorong dan mempercepat naik-turunnya daya saing suatu perekonomian. Beberapa
studi empiris (termasuk Uzik dan Vokorokosova, 2007; Emsina, 2014) memang
menunjukkan terdapat korelasi yang cukup kuat antara daya saing tenaga kerja dengan
daya saing perekonomian. Semakin tinggi daya saing tenaga kerja di suatu negara,
semakin tinggi juga daya saing perekonomian negara itu, atau sebaliknya. Secara
konseptual, peningkatan daya saing tenaga kerja sebenarnya merupakan bagian yang
tidak terpisahkan dari pembangunan sumber daya manusia (SDM) (World Bank, 2010).
Berdasarkan asumsi bahwa tingkat produktivitas merupakan indikator penting daya
saing, maka daya saing tenaga kerja Indonesia (TKI) relatif masih tertinggal
dibandingkan dengan daya saing tenaga kerja di negara-negara yang selama ini
dianggap sebagai kompetitor, seperti Malaysia dan Thailand. Dengan demikian,
meskipun secara kuantitas Indonesia memiliki angkatan kerja yang besar, tetapi
rendahnya kualitas membuat angkatan kerja yang berhasil memasuki pasar kerja belum
benar-benar berperan secara optimal dalam mendukung peningkatan daya saing
perekonomian.
Kajian Beberapa literatur (termasuk World Bank, 2010a; Skjaerlund, 2014; OECD, 2015) juga
Pustaka bersepakat bahwa produktivitas telah dan akan terus menjadi mesin utama pertumbuhan
ekonomi. Karena itu, peningkatkan produktivitas muncul sebagai isu krusial yang
menjadi tantangan mendasar dan membutuhkan pendekatan multidimensi (World Bank,
2010). Kompleksitas upaya peningkatan produktivitas membuat beberapa negara gagal
mendorong peningkatan produktivitas tenaga kerjanya (World Bank, 2010b). Dengan
menggunakan ukuran PDB (Produk Domestik Bruto) per tenaga kerja, APO (2015)
menunjukkan bahwa Brunei Darussalam adalah satu negara di Kawasan ASEAN yang
tidak terlalu berhasil mendorong peningkatan produktivitas tenaga kerjanya. Pada
periode 1980-2013, produktivitas tenaga kerja di negara itu bukannya meningkat, tetapi
justru menurun rata-rata 2,9% per tahun
Metode Metode yang digunakan untuk mencapai tujuan dari tulisan ini adalah analisis deskriptif.
penelitian Penggunaan metode analisis deskriptif memungkinkan tulisan ini memiliki kemampuan
untuk menggambarkan secara sistematis fakta, kondisi, dan karakteristik daya saing
(produktivitas) tenaga kerja secara tepat dan apa adanya. Penggunaan metode analisis
deskriptif juga membuka peluang bagi tulisan ini untuk mengidentifikasi variasi
permasalahan, melakukan hubungan antar variabel pembentuk daya saing, dan
melakukan generalisasi dari temuan-temuan yang memiliki validitas universal.
Hasil Sedikitnya, terdapat dua penyebab yang kemungkinan berkontribusi terhadap pelebaran
penelitian kesenjangan produktivitas diantara Singapura dan Indonesia (kemungkinan juga dengan
Malaysia, Filipina, dan Brunei). Pertama, struktur perekonomian yang tumbuh dan
berkembang di kedua negara memiliki pola yang berbeda. Struktur perekonomian
Singapura lebih banyak berkembang dan didukung oleh sektor jasa yang memiliki
produktivitas relatif tinggi. Sebaliknya, struktur perekonomian Indonesia masih tetap
mengandalkan sektor primer (komoditas) yang produktivitasnya relatif masih rendah.
Kedua, terdapat kesenjangan kemampuan diantara kedua negara dalam proses inovasi,
difusi, dan pemanfaatan pengetahuan untuk mendukung percepatan peningkatan
produktivitas. Karena itu, menemukan dan mengimplementasikan metode, pendekatan,
dan mekanisme untuk mendorong inovasi, difusi, dan pemanfaatan pengetahuan
menjadi salah satu pekerjaan rumah yang harus segera diselesaikan untuk menstimulasi
peningkatan produktivitas tenaga kerja. Keterlibatan tidak hanya lembaga pemerintah
(seperti lembaga pendidikan dan pelatihan milik pemerintah), tetapi juga pihak swasta
menjadi bagian penting dari proses implementasi metode, pendekatan, dan mekanisme
seperti tersebut di atas.
Kesimpulan Peningkatan daya saing tenaga kerja merupakan akumulasi dari proses panjang
pembangunan SDM yang terstruktur dan sistematis. Sayangnya, pembangunan SDM di
Indonesia masih menghadapi beberapa permasalahan serius. Secara relatif,
pembangunan SDM di Indonesia masih tertinggal dibandingkan dengan di beberapa
negara anggota ASEAN. Akibatnya, dibandingkan dengan beberapa negara di kawasan
ASEAN, posisi dan akselerasi peningkatan daya saing serta produktivitas tenaga kerja
Indonesia relatif masih tertinggal. Upaya menata ulang pembangunan SDM
membutuhkan komitmen yang kuat dan waktu serta proses yang panjang. Pada saat
yang bersamaan, semakin intensnya penerapan prinsip-prinsip globalisasi dan
liberalisasi, seperti implementasi MEA, memaksa Indonesia berhadapan dengan realitas.
Judul DISTRIBUSI PEMBANGUNAN EKONOMI SEKTORAL DI PROPINSI JAWA
TIMUR
Jurnal Ilmu Ekonomi dan Manajemen
Vol & Hal Volume 5
Tahun 2008
Penulis I Made Suparta
Tanggal Oktober 2008
Review Aris Sholahuddin 2140410032
Abstrak Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mempelajari distribusi ekonomi
pembangunan antar sektor ekonomi di Provinsi Jawa Timur. Analisis data
Teknik yang digunakan adalah analisis dispersi dengan metode varians. Pada periode
2002-2006, hasil analisis varians menunjukkan bahwa distribusi ekonomi pembangunan
antar sektor ekonomi di Provinsi Jawa Timur semakin tidak seimbang.

Pendahuluan Pada awal pelaksanaan pembangunan ekonomi di Indonesia, pemerintah memusatkan


pembangunan hanya di sektor-sektor tertentu dan hanya di Pulau Jawa, dengan alasan
bahwa pada saat itu hanya di Pulau Jawa yang memiliki fasilitas berupa infrastruktur dan
sumber daya manusia relatif lebih baik dibandingkan dengan daerah lainnya. Dengan
pemusatan pembangunan tersebut diharapkan akan ada trickle down effect (Tambunan,
1996:21). Hasil pembangunan pada sektor-sektor terpilih akan dapat digunakan untuk
pembangunan sektor-sektor lain, dan hasil-hasil pembangunan di Pulau Jawa akan dapat
digunakan untuk pembangunan di luar Pulau Jawa.
Kajian Pembangunan ekonomi adalah usaha-usaha untuk meningkatkan taraf hidup suatu
pustaka bangsa yang seringkali diukur dengan tinggi rendahnya pendapatan riil per kapita
(Irawan dan Suparmoko, 2002: 5). Bila dilihat dari sudut kesejahteraan ekonomi, hal ini
berarti bahwa pembangunan ekonomi merupakan suatu proses di mana pendapatan
nasional riil per kapita yang terus meningkat yang harus dibarengi dengan penurunan
kesenjangan pendapatan dan peningkatan pemenuhan keinginan masyarakat.
Pembangunan ekonomi sebagai usaha masyarakat untuk mengembangkan kegiatan
ekonomi dan mempertinggi tingkat pendapatan masyarakatnya. Pendapatan per kapita
tersebut harus terus berlangsung dalam jangka panjang (Prayitno dan Santoso, 1997: 46-
47). Jadi untuk mengukur tingkat kemajuan pembangunan adalah tingkat pertumbuhan
pendapatan per kapita (income per capita) atau GNP per kapita (Todaro, 2000: 17).
Namun hasilnya masih belum menggembirakan meskipun kesejahteraan masyarakat
telah meningkat (Dumairy, 1996:63).
Metode Penelitian ini bersifat deskriptif (Indriantoro dan Supomo, 2002:26) yang hanya
penelitian memberikan gambaran mengenai perkembangan distribusi pembangunan ekonomi
sektoral di Propinsi Jawa Timur dari tahun 2002 sampai dengan tahun 2006. Untuk itu
maka penelitian ini mengambil data dari Badan Pusat Statistik Jawa Timur.
Hasil Data yang akan dianalisis dalam penelitian ini berupa PDRB Propinsi Jawa Timur
penelitian menurut lapangan usaha atas dasar harga konstan tahun 2000 dan distribusi prosentase
PDRB Propinsi Jawa Timur menurut lapangan usaha atas dasar harga konstan tahun
2000. Berdasarkan data pada Tabel 1, seluruh sektor ekonomi (lapangan usaha)
mengalami peningkatan nilai tambah dari tahun 2002 hingga tahun 2006. Sektor industri
pengolahan memiliki nilai tambah terbesar pada tahun 2002 dan 2003, sedangkan di
urutan ke dua ditempati oleh sektor perdagangan, hotel dan restoran. Sedangkan pada
tahun 2004, 2005 dan 2006 sektor industri pengolahan justru menempati urutan ke dua
dan pada urutan pertama ditempati oleh sektor perdagangan, hotel dan restoran.
Sementara sektor pertanian tetap berada pada urutan ke tiga. Demikian juga dengan
sektor-sektor ekonomi lainnya tidak mengalami perubahan posisi.
Bila dilihat dari distribusi prosentase PDRB menurut lapangan usaha atau sektor
ekonomi (Tabel 2), sektor perdagangan, hotel dan restoran merupakan lapangan usaha
yang distribusi prosentasenya yang terus mengalami peningkatan. Sektor perdagangan,
hotel dan restoran memiliki perkembangan yang paling cepat dibandingkan dengan
lapangan usaha atau sektor ekonomi lainnya. Sektor perdagangan, hotel dan restoran
memiliki rata-rata distribusi prosentase yang tertinggi, kemudian disusul oleh sektor
industri pengolahan pada posisi ke dua dan posisi ke tiga dimiliki oleh sektor pertanian.
Untuk melihat arah perkembangan distribusi prosentase PDRB Propinsi Jawa Timur
menurut lapangan usaha atas dasar harga konstan 2000 mulai tahun 2002 sanpai dengan
2006 digunakan analisis korelasi yaitu dengan cara mengkorelasikan distribusi
prosentase PDRB Propinsi Jawa Timur menurut lapangan usaha atas dasar harga konstan
2000 dengan variabel tahun (tahun pertama sampai dengan tahun ke lima diganti dengan
angka 1, 2, 3, 4, 5). Bila nilai koefisien korelasi bertanda positif, berarti distribusi
prosentase PDRB Propinsi Jawa Timur menurut lapangan usaha atas dasar harga konstan
2000 mulai tahun 2002 sanpai dengan 2006 adalah terjadi peningkatan. Sebaliknya bila
koefisien korelasi bertanda negatif, berarti distribusi prosentase PDRB Propinsi Jawa
Timur menurut lapangan usaha atas dasar harga konstan 2000 mulai tahun 2002 sanpai
dengan 2006 adalah terjadi penurunan. Untuk melihat arah hubungan tersebut disajikan
dalam Tabel 3. Tabel 3 di atas menunjukkan arah hubungan (korelasi) antara distribusi
prosentase PDRB Propinsi Jawa Timur menurut lapangan usaha atas dasar harga konstan
2000 dengan tahun. Dari hasil analisis korelasi tersebut, ada sektor ekonomi yang
memiliki hubungan dengan tahun bersifat positif, ada pula yang bersifat negatif. Ada
sektor ekonomi yang memiliki hubungan dengan tahun bersifat signifikan, ada pula yang
bersifat tidak signifikan. Tabel 3 akan lebih jelas dipahami dengan melihat Tabel 4.
Untuk mengetahui variasi nilai tambah antar sektor, maka data pada Tabel 2 dianalisis
dengan analisis varian dengan menggunakan program SPSS yang hasilnya disajikan
pada Tabel 5. Berdasarkan analisis varian yang disajikan dalam Tabel 4 dapat diketahui
bahwa variasi distribusi prosentase PDRB Propinsi Jawa Timur menurut lapangan usaha
(sektor ekonomi) semakin tidak merata mulai tahun 2002 sampai dengan tahun 2006.
Ketidakmerataan tersebut dapat dilihat baik dari kolom standar deviasi maupun kolom
varian yang mempunyai kecenderungan nilainya yang semakin meningkat dari tahun
2002 sampai dengan tahun 2006. Hal ini disebabkan semakin besarnya distribusi
prosentase sektor perdagangan, hotel dan restoran, serta memiliki distribusi prosentase
terbesar dan memiliki perkembangan yang tercepat pada periode 2002-2006.

Kesimpulan Di Propinsi Jawa Timur terdapat 3 sektor ekonomi yang dominan, yang memiliki
distribusi prosentase PDRB di atas 11,11% (rata-rata distribusi prosentase PDRB sektor
ekonomi) yaitu sektor perdagangan, hotel dan restoran, sektor industri pengolahan dan
sektor pertanian. Setelah dilaksanakannya pembangunan ekonomi jangka panjang,
ternyata distribusi pembangunan ekonomi sektoral di Propinsi Jawa Timur bersifat
semakin tidak merata. Untuk meningkatkan pembangunan ekonomi dapat dilakukan
dengan pemerataan pembangunan yang dilakukan pada ketiga sektor ekonomi yang
dominan. Strategi ini juga akan dapat meningkatkan kesempatan kerja dan
meningkatkan produksi nasional.
Kelebihan
Kekurangan

Judul PENGARUH TRANSFORMASI STRUKTURAL PERTANIAN TERHADAP KEMISKINAN


DAN KETIMPANGAN PENDAPATAN DI INDONESIA TAHUN 1980-2014
Jurnal Seminar Nasional Mnajemen Bisnis
Vol & Hal
Tahun
Penulis Khoirul Ifa, Fauzan Muttaqien
Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui mengenai transformasi struktural di Indonesia dan
kaitannya dengan pengaruh perubahan struktural pertanian dengan ketimpangan pendapatan dan
kemiskinan. Secara empiris penelitian ini menggunakan data time series periode tahun 1980-
2014. Penelitian ini menggunakan 2 model analisis regresi linear berganda yakni untuk melihat
pengaruh transformasi struktural pertanian terhadap kemiskinan dan pengaruh transformasi
struktural pertanian terhadap ketimpangan pendapatan. Penelitian ini juga di uji asumsi klasik
yakni uji normalitas data, multikolinearitas, heteroskedastisitas dan autokorelasi. Untuk menguji
hipotesis penelitian ini menggunakan uji t dan F. Berdasarkan hasil pengujian hipotesis 1 yaitu
terdapat pengaruh signifikan transformasi struktural pertanian terhadap kemiskinan. Sedangkan
hipotesis 2 yaitu terdapat pengaruh signifikan transformasi struktural pertanian terhadap
ketimpangan pendapatan.
Pendahulua Kemiskinan dan ketimpangan pendapatan merupakan dua hal yang menjadi bagian dari tujuan
n pembangunan berkelanjutan (Sustainable Development Goals) yang diratifikasi pada 2015. Dua
tujuan itu merupakan bagaian dari tujuh belas poin yang merupakan tujuan dari SDGs. Sekitar
767 milliar orang menjalani hidup dalam kemiskinan, dua pertiganya hidup di area perdesaan
dan mayoritas dari penduduk miskin terkonsentrasi di negara-negara berkembang (FAO; 2017).
Tren pembangunan modern di beberapa negara adalah menurunnya kontribusi sektor pertanian
terhadap PDB (produk domestik bruto), sebagai konsekuensi naiknya kontribusi sektor non-
pertanian (Briones dan Felipe; 2013).
Kajian Andersson dan Chaverra (2015) menganalisis mengenai perubahan komposisi output sektoral
pustaka dan kesempatan kerja, jangka panjang di 27 negara berkembang periode 1960- 2010. Sektor jasa
menjadi sektor yang memiliki kontribusi paling besar, tapi sektor pertanian merupakan pusat
pendapatan distribusi karena kemiskinan sebagian besar pedesaan, dan surplus tenaga kerja yang
tinggi. Penelitian ini membagi negara berdasarkan komposisi sektoral produktivitas tenaga kerja
agregat di tingkat negara, membagi negara dalam kategori negara agraria, dual (pemula,
menengah dan negara maju), dan dewasa. Pembagian ini didasarkan pada nilai gap antar sektoral
untuk menguji pengaruh perubahan struktural pada ketimpangan pendapatan. Hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa kesenjangan antar-sektoral secara positif terkait dengan ketimpangan
pendapatan. Naiya dan Manap, 2013 meneliti tentang transformasi struktural, kemiskinan dan
ketimpangan di Nigeria menggunakan model Autoregressive Distributed Lag (ARDL). Pada
jangka panjang hubungan pertumbuhan pendapatan per kapita dengan kemiskinan adalah negatif
(jika pendapatan perkapita naik kemiskinan turun), namun hasil estimasi ini tidak signifikan.
Begitu pula dengan perubahan struktural yang memiliki hubungan negatif terhadap kemiskinan,
namun tidak signifikan juga. Hanya variabel koefisien gini yang singnifikan terhadap
kemiskinan pada jangka panjang, memiliki hubungan positif, ini berarti tingkat kemiskinan di
Nigeria dipengaruhi oleh tingginya kemimpangan pendapatan.
Metode Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian pengaruh atau kausalitas antar variabel.
penelitian menurut Nur (1999:27) penelitian kausalitas merupakan penelitian yang bertujuan untuk
mengetahui pengaruh antara variabel bebas dengan variabel terikat. Tujuan penelitian ini
bersifat eksplanatori (explanatory research) dimana penelitian eksplanatori merupakan jenis
penelitian yang menjelaskan hubungan kausal antara satu variabel dengan variabel lainnya
melalui pengujian hipotesis. Jenis dan Sumber Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian
ini adalah data runtut waktu antara tahun 1980-2014. Alasan pemilihan tahun ini adalah untuk
mengetahui hubungan antara transformasi struktural dan ketimpangan pendapatan dalam jangka
panjang. Data diperoleh dari publikasi Bank Dunia dan Badan Pusat Statistik. Metode Analisis
Data Penelitian ini menggunakan dua pendekatan analisis data, yang pertama menggunakan
pemaparan mengenai perubahan sektoral ekonomi, serapan tenaga kerja, dan ketimpangan
pendapatan dengan menggunakan data statistik. Kedua menggunakan analisis regresi untuk
melihat hubungan antara perubahan struktur ekonomi dengan ketimpangan pendapatan.
Hasil Pengaruh Transformasi struktural pertanian terhadap kemiskinan Berdasarkan hasil penelitian
penelitian diketahui nilai t hitung -7,712 < t tabel 2,034 dan tingkat probabilitas 0,000 < 0,05 maka dapat
disimpulkan variabel perubahan sektor pertanian berpengaruh signifikan terhadap kemiskinan,
hal ini mendukung Hipotesis 1 yaitu terdapat pengaruh signifikan transformasi struktural
pertanian terhadap kemiskinan. Hasil penelitian sesuai dengan temuan Kahya, M (2012) bahwa
perubahan struktural yang terjadi dalam tiga dekade terakhir memiliki dampak positif terhadap
kemiskinan dalam semua negara ASEAN-4, sesuai juga dengan penelitian Godoy dan Dewbre
2010 yang menunjukkan kemiskinan memiliki hubungan yang signifikan terhadap PDB
pertanian/tk pertanian, PDB non pertanian/tk non pertanian dan remiten per kapita. Sesuai
dengan hasil penelitian bahwa perubahan struktural sektor pertanian akan mempengaruhi
penurunan angka kemiskinan di perdesaan dan diperkotaan dengan kecenderungan kemiskinan
di perdesaan yang setiap tahun cenderung menurun, sedangkan kemiskinan diperkotaan
cenderung meningkat. Namun, faktor pemicu terjadinya peningkatan kemiskinan di perdesaan
dan perkotaan adalah kenaikan angka inflasi dan terjadinya krisis. Penurunan kontribusi sektor
pertanian terhadap perekonomian nasional ternyata secara relatif tidak merubah prosentase
tenaga kerja yang bekerja di sektor pertanian terhadap jumlah angkatan kerja nasional, yaitu
sekitar 44 persen. Angka ini menunjukkan bahwa penyerapan tenaga kerja di sektor pertanian
masih dominan dibandingkan sektor lainnya. Namum peningkatan permintaan tenaga pada
sektor non pertanian akan terus berlangsung sejalan dengan proses perubahan struktural sektor
pertanian, dimana jumlah orang yang bekerja pada sektor pertanian akan semakin menurun dan
pada sektor non pertanian jumlah orang yang bekerja akan meningkat. Pengaruh Transformasi
struktural pertanian terhadap ketimpangan pendapatan Berdasarkan hasil penelitian diketahui
nilai t hitung 7, 177> t tabel 2,034 dan tingkat probabilitas 0,000 < 0,05 05 maka dapat
disimpulkan variabel perubahan sektor pertanian berpengaruh signifikan terhadap ketimpangan
pendapatan. Hal tersebut mendukung Hipotesis 2 yaitu terdapat pengaruh signifikan
transformasi struktural pertanian terhadap ketimpangan pendapatan.
Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian diketahui nilai t hitung -7,712 < t tabel 2,034 dan tingkat
probabilitas 0,000 < 0,05 maka dapat disimpulkan variabel perubahan sektor pertanian
berpengaruh signifikan terhadap kemiskinan, hal ini mendukung Hipotesis 1 yaitu terdapat
pengaruh signifikan transformasi struktural pertanian terhadap kemiskinan. Hasil penelitian
sesuai dengan temuan Kahya, M (2012) bahwa perubahan struktural yang terjadi dalam tiga
dekade terakhir memiliki dampak positif terhadap kemiskinan dalam semua negara ASEAN-4,
sesuai juga dengan penelitian Godoy dan Dewbre 2010 yang menunjukkan kemiskinan memiliki
hubungan yang signifikan terhadap PDB pertanian/tk pertanian, PDB non pertanian/tk non
pertanian dan remiten per kapita. Berdasarkan hasil penelitian diketahui nilai t hitung 7, 177> t
tabel 2,034 dan tingkat probabilitas 0,000 < 0,05 05 maka dapat disimpulkan variabel perubahan
sektor pertanian berpengaruh signifikan terhadap ketimpangan pendapatan. Hal tersebut
mendukung Hipotesis 2 yaitu terdapat pengaruh signifikan transformasi struktural pertanian
terhadap ketimpangan pendapatan. Hasil penelitian sesuai dengan temuan Andersson dan
Chaverra (2015) yang menyatakan bahwa kesenjangan antar-sektoral secara positif terkait
dengan ketimpangan pendapatan.
Kelebihan
Kekurangan Dengan melihat bahwa perubahan struktural merupakan proses yang akan terjadi di negara yang
sedang membangun, maka dengan melihat semakin menurunnya kontribusi sektor petanian
terhadap perekonomian nasional maka pemerintah harus menerapkan kebijakan yang menjamin
pembangunan pertanian tetap mampu menjaga ketahanan pangan nasional dan meningkatkan
produktifitas tenaga kerja di sektor pertanian. Dengan kata lain penurunan kontribusi sektor
pertanian, walaupun secara nominal nilainya meningkat, harus diikuti dengan ‘keluarnya’ tenaga
kerja. Pemerintah perlu melakukan upaya-upaya yang dapat menjamin petani untuk
mendapatkan akses terhadap suberdaya produktif, kredit pertanian dan akses ke pasar serta
jaminan harga terhadap produk pertanian.

Anda mungkin juga menyukai