Anda di halaman 1dari 18

MANAJEMEN EXPORT DAN IMPORT GLOBAL

REVIEW JURNAL
Diajukan untuk Memenuhi Sebagai Syarat Penugasan Mata Kuliah pemasaran
global pada Program Studi Manajemen

Disusun oleh:
Ogi Rahmadana (0506203232)

Dosen Pengampu
Suhairi, ST., MM

PROGRAM STUDI MANAJEMEN


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUMATERA UTARA
MEDAN
2023 M / 1445

1
Judul Jurnal Analisis pengaruh Ekspor dan Impor terhadap
pertumbuhan Ekonomi Indonesia
Jurnal JURNAL MANAJEMEN TERAPAN DAN
KEUANGAN
Volume Vo. 10 No.1
Tahun 2021
Penulis Siti Hodija, Grace Patricia Angelina
Reviewer Ogi Rahmadana (0506203232)
Tanggal 12 November 2023

Latar belakang Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu


indikator penting dalam pembangunan dan perkembangan
perekonomian suatu negara yang dapat meningkatkan
kemakmuran dan kesejahteraan masyarakat pada tingkat
pendapatan per kapita. Pertumbuhan ekonomi dapat
menggambarkan keberhasilan pembangunan ekonomi di
suatu negara, selanjutnya pertumbuhan ekonomi dapat
digunakan untuk menjelaskan indikator makro lainnya
seperti tingkat inflasi, tingkat pengangguran, tingkat
kemiskinan dan lain sebagainya. Pertumbuhan ekonomi
merupakan proses peningkatan output per kapita dalam
jangka panjang. Dimana semakin tinggi pertumbuhan
ekonomi suatu negara tersebut maka semakin tinggi juga
kemampuan negara itu dalam memenuhi kebutuhan
masyarakatnya, sehingga semakin tinggi juga kemampuan
negara tersebut untuk mensejahterakan masyarakatnya.
Kemajuan perkembangan ekonomi suatu negara
adalah salah satu isu yang penting dalam perdebatan
ekonomi. Suatu negara dapat mempercepat laju
pertumbuhan ekonominya dengan meningkatkan dan
mempromosikan ekspor barang dan jasa. Volume impor
berhubungan negatif dengan harga relatif dan bervariasi
positif dengan permintaan agregat (pertumbuhan PDB
riil). Aktivitas ekspor dan impor memberikan keuntungan
bagi suatu negara yang berpartisipasi di dalamnya. Ekspor
merupakan salah satu sumber devisa yang sangat
dibutuhkan oleh negara yang perekonomiannya bersifat
terbuka, karena ekspor dapat bekerja secara luas di
berbagai negara akan memungkinkan peningkatan jumlah
produksi yang mendorong pertumbuhan ekonomi
sehingga diharapkan dapat memberikan kontribusi yang
besar terhadap pertumbuhan dan stabilitas perekonomian
negara. Sedangkan melalui impor maka negara dapat
memenuhi kebutuhan dalam negerinya yang tidak dapat
diproduksi di dalam negeri sehingga biaya yang
dikeluarkan untuk suatu produk barang dan jasa akan
lebih murah.
Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah untuk

2
menganalisis pengaruh ekspor dan impor terhadap
pertumbuhan ekonomi di Indonesia dalam jangka
panjang dan jangka pendek.
Metode Penelitian Penelitian ini menggunakan data sekunder
yang diperoleh dari Badan Pusat Statistik dan Bank
Dunia selama periode 1999-2020. Analisis yang
digunakan adalah analisis regresi dengan
menggunakan metode ECM (Error Correction
Model). Kemudian dilakukan pengujian dalam model
menggunakan Uji Stasioneritas, Uji R-Square, Uji F
dan Uji T.
Hasil dan Pembahasan Untuk menganalisis hasil estimasi model
ECM (Error Correction Model) dalam jangka pendek
dan jangka panjang sebelumnya dilakukan pengujian
data terlebih dahulu. Data yang digunakan perlu diuji
menggunakan dua uji stasioneritas data yaitu uji
akar- akar unit dan uji kointegrasi. Pengujian
stasioneritas data yang dilakukan terhadap variabel-
variabel dalam model penelitian didasarkan pada
Augmented Dickey-Fuller (ADF) Test, yang
perhitungannya menggunakan bantuan program
EViews 10. Pengujian akar-akar unit ini dilakukan
dengan memasukkan intersep namun tidak
memasukkan trend waktu, juga memasukkan intersep
dan trend waktu pada uji ADF.
Berdasarkan uji Augmented Dickey-Fuller (ADF)
tersebut dapat diketahui bahwa residual pada
persamaan jangka panjang sudah stasioner pada
derajat level karena Augmented Dickey-Fuller (ADF)
statistik secara absolut lebih besar dari pada critical
value baik 1%, 5%, dan 10% atau dilihat dari
probabilitasnya adalah 0.0000. Hal ini berarti residual
tidak mengandung akar-akar unit sehingga dapat
disimpulkan bahwa pemodelan ECM menjadi
terpenuhi.
Hasil regresi ini menunjukkan hubungan
antara variabel dependen dan variabel independen.
Variabel dependen yang digunakan adalah tingkat
pertumbuhan ekonomi (GDP), sedangkan variabel
independen yang digunakan adalah jumlah ekspor
dan jumlah impor. Nilai adjusted R-squared sebesar
0.364695 menjelaskan bahwa variabel independen di
dalam model dapat menjelaskan variabel-variabel
dependen sebesar 36,4695 persen. Nilai F-statistik
sebesar 7.027502 menunjukkan bahwa variabel

3
independen dalam jangka panjang seperti ekspor dan
impor berpengaruh secara bersama- sama terhadap
tingkat pertumbuhan ekonomi.
Hasil estimasi tabel 6 didapat koefisien
variabel ECT atau Model Koreksi Kesalahan yaitu
sebesar 1.050973 yang artinya bahwa perbedaan
antara tingkat pertumbuhan dengan nilai
keseimbangannya akan disesuaikan dalam waktu 1
tahun. Koefisien ECT ini digunakan untuk mengukur
respon regressand setiap periode yang menyimpang
dari keseimbangan. Koefisien ECT dalam bentuk
nilai absolute menjelaskan seberapa cepat waktu
yang diperlukan untuk mendapatkan nilai
keseimbangan (Widarjono, 2009). Nilai ECT sebesar
-1.050973 dengan probabilitas 0.0000 yang berarti
signifikan pada tingkat signifikansi 1 persen sehingga
model ECM dalam jangka pendek adalah valid atau
cukup baik.
Penutup Berdasarkan hasil penelitian ini, dapat
disimpulkan bahwa dalam jangka panjang, jumlah
ekspor dan jumlah impor bersama-sama berpengaruh
signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi. Hal ini
berkaitan dengan teori perdagangan internasional,
apabila jumlah ekspor meningkat dapat diartikan
permintaan barang atau jasa dari negara lain
mengalami peningkatan maka di dalam negeri harus
memproduksi barang dan jasa lebih banyak juga.
Kenaikan barang impor akan menaikkan barang
produksi yang diimpor dari luar negeri sehingga
produktivitas dalam negeri semakin menurun yang
akan menurunkan pertumbuhan ekonomi dalam
negeri.
Dalam jangka pendek, ekspor berpengaruh
positif dan signifikan terhadap pertumbuhan
ekonomi. Sedangkan, impor berpengaruh negatif dan
signifikan pada jangka pendek. Dengan adanya
peningkatan jumlah ekspor akan meningkatkan
produksi dalam negeri. Untuk menggerakan roda
perekonomian tentu diperlukan peningkatan produksi
dalam negeri yang akan meningkatkan pertumbuhan
ekonomi di Indonesia.

4
Judul Jurnal Pengaruh ekspor dan impor Indonesia terhadap
Bisnis Internasional
Jurnal Jurnal Manajemen inovasi dan Kreatif
Volume Vol. 1 No 3
Tahun 2023
Penulis Dr. Yandi Suprapto, S.E., M.M. , Toni Ong , Nico
Fernando , Vanness Kangnanda
Reviewer Ogi Rahmadana (0506203232)
Tanggal 12 November 2023

Pendahuluan Perekonomian negara selalu berkembang,


yang dibicarakan oleh banyak orang di dunia
keuangan, negara dapat mempercepat pertumbuhan
ekonominya dengan mengekspor dan mengimpor
barang dan jasa. Perdagangan internasional adalah
sesuatu yang dilakukan pemerintah dan masyarakat
antar negara yang memiliki proses pertukaran produk
atau jasa yang menguntungkan (Bonaraja Purba,
2021). Jika negara mengekspor lebih banyak
daripadmengimpor, pendapatan pemerintah
meningkat, yang berdampak positif pada
pertumbuhan ekonomi. Perdagangan internasional
juga memiliki keuntungan yang baik bagi suatu
negara, yaitu negara tersebut dapat memperoleh
spesialisasi yang digunakan dalam produksi barang
dan jasa sehingga dapat diekspor ke negara lain.
Saat ini, ekspor dan impor internasional tidak
lagi dilakukan untuk mengatasi kekurangan sumber
daya alam dan manusia. Perdagangan internasional
kini telah menjadi hubungan timbal balik simbiosis
antar negara yang meningkatkan kesempatan kerja
dan meningkatkan industri. Banyak negara tertarik
dengan produk Indonesia karena produk Indonesia
memiliki nilai orisinalitas. Misalnya kelapa sawit,
batik, angklung.
Tujuan Penulisan Tujuan analisis ini adalah untuk mengetahui
pengaruh perdagangan internasional terhadap
Indonesia,
Metode Penelitian Penelitian penulis menggunakan penelitian
deskriptif dan mengumpulkan informasi serta
menganalisis data dengan menggunakan data
sekunder. Dari analisis tersebut dapat dilihat dampak
perdagangan internasional dan dampaknya terhadap
Indonesia

5
Hasil dan Pembahasan Hambatan Memasuki Bisnis Internasional
Jika ingin melakukan bisnis internasional, negara
harus rela menghindari hambatan jika hambatan
tersebut lebih besar dari pasar domestik. Karena
negara lain pasti memiliki alasan sendiri untuk
memblokir proses bisnis internasional, budaya antar
negara pasti berbeda.
1. Pembatasan Kuota atau Tarif
Kuota perbatasan yang relevan ada ketika negara
melarang pengiriman barang besar. Pajak impor
adalah pajak yang harus dibayar suatu negara atas
barang impor atau ekspor .
2. Budaya yang Berbeda
Perbedaan budaya dapat memperlancar perdagangan
internasional, karena budaya suatu negara
mempengaruhi produk yang dihasilkannya. Budaya
perusahaan juga mempengaruhi kemampuan
perusahaan untuk berinovasi dan beradaptasi dengan
berbagai permasalahan.
3. Kondisi Politik
Hubungan politik antar negara harus baik, karena
ketika hubungan politik antar negara tidak baik maka
hubungan perdagangan antar negara akan terbatas.
Hukum juga memainkan peran penting dalam
hambatan perdagangan internasional karena hukum
yang berlaku bervariasi dari satu negara ke negara
menciptakan hambatan. Misalnya, ketika demokrasi
yang dipimpin negara Indonesia membantu Blok
Timur, hal ini mengakibatkan negara Indonesia tidak
memiliki hubungan baik dengan China dan Rusia,
dan perdagangan barang menjadi sulit.
Hambatan Perdagangan Internasional
Semua negara berharap bahwa perdagangan
internasional dapat berjalan lancar, tetapi tidak dapat
dihindari bahwa ada hambatan yang mungkin muncul
dan mempengaruhi hasil akhirnya. Hambatan
semacam ini dapat merugikan negara dalam
perdagangan internasional. Beberapa contoh
hambatan yang sering terjadi dalam perdagangan
internasional melipti perbedaan mata
uang,SDM,Adanya kebijakan import di suatu
negara,adanya organisasi ekonomi regional

Penutup Globalisasi juga merupakan istilah yang


digunakan untuk menjelaskan perdagangan
internasional, di mana perusahaan multinasional
harus mengatasi hambatan pasar nasional dipisahkan
menjadi pasar global. Indonesia memiliki banyak

6
kendala untuk diatasi Indonesia bergerak menuju
perdagangan dan perdagangan internasional.
Beberapa perusahaan internasional yang berhasil
masuk ke Indonesia juga sangat sukses komunitas
menyambut Anda. Pasti ada beberapa tantangan
Indonesia dihadapi, yaitu kurangnya keterampilan
nasional, kelemahan fisik infrastruktur yang ada,
kondisi politik dan budaya yang kurang kondusif,
bagus investasi asing yang rendah dengan biaya
pembiayaan yang tinggi, dan tenaga kerja yang
kurang baik

Judul Jurnal Analisis pengaruh Perdagangan Internasional


terhadap Pertumbuhan Ekonomi Indonesia

7
Jurnal Jurnal riset bisnis dan manajemen
Volume Vol.9 No.1
Tahun 2019
Penulis Suhairi, Cici Winda Atila, Diana, Niken
Rahmadiyah,
Rio Ariangga Hutagalung, Wahyu Adriansyah
Naibaho
Reviewer Ogi Rahmadana (0506203232)
Tanggal 12 November 2023

Latar belakang Perdangangan Internasional sangat


mempengaruhi pertumbuhan ekonomi suatu negara.
Jika suatu negara lebih banyak melakukan ekspor
dari pada impor maka pendapatan nasional negara
tersebut akan naik sehingga nantinya akan ber-
pengaruh positif terhadap pertumbuhan ekonomi.
Keuntungan perdagangan internasional adalah
memungkinkan suatu negara untuk berspesialisasi
dalam menghasilkan barang dan jasa yang murah,
sehingga dapat mengekspor ke luar negeri. Manfaat
dari perdagangan internasional dapat berupa
kenaikan pendapatan negara, ca-dangan devisa,
transaksi modal dan bertambahnya kesempatan kerja.
Menurut data perkembangan ekspor Indonesia
mulai tahun 2011-2015 mengalami penurunan.
Berdasarkan grafik di bawah ini, dalam kurun waktu
2011-2015, nilai ekspor Indonesia mengalami
penurunan setiap tahunnya dari 203.496,60 juta US$
menjadi 150.252,50 juta US$ pada tahun 2015 yang
lalu. Dengan demikian berarti selama tahun 2011-
2015, penurunan nilai ekspor Indonesia adalah
sebesar 26,16%.
Tujuan Penulisan Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
besarnya pengaruh ekspor dan impor terhadap
pertumbuhan ekonomi Indonesia dan untuk
menentukan strategi pen-ingkatan nilai ekspor
Indonesia.
Metode Penulisan Metode yang digunakan dalam penelitian ini
adalah metode regresi linier berganda dan analisis
SWOT. Metode regresi linier berganda untuk
menghitung besarnya pengaruh ekspor dan impor
terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia.
Sedangkan analisis SWOT digunakan untuk
menentukan strategi peningkatan nilai ekspor
Indonesia.
Hasil dan Pembahasan Data yang digunakan untuk regresi linier
bergandanya adalah data skunder yaitu terdiri dari

8
nilai ekspor, nilai impor, PDRB, dan tingkat
pertumbuhan ekonomi Indonesia selama tahun 2011-
2015. Berdasarkan hasil perhitungan dengan
menggunakan metode regresi linier berganda
menunjukkan bahwa ekspor berpengaruh positif
terhadap pertumbuhan ekonomi yaitu sebesar 0,58.
Dan impor berpengaruh yang negatif terhadap
pertumbuhan ekonomi Indonesia sebesar - 0,16. Hal
ini sesuai dengan teori yang menyatakan bahwa
terdapat hubungan yang positif antara ekspor dengan
pertumbuhan ekonomi dan terdapat hubungan yang
negatif antara impor dengan pertumbuhan ekonomi.
Dan hasil penelitian ini juga sejalan dengan
penelitian sebelumnya bahwa ekspor dan impor
sangat berpengaruh dalam pertumbuhan ekonomi.
Sehingga persamaan regresinya adalah Y = 43,550 +
0,58X1 - 0,16X2
Jumlah penduduk Indonesia tahun 2010
adalah 238.518.800 jiwa sedangkan pada tahun 2015
naik menjadi 255 461.700 jiwa. Sehingga dengan
jumlah penduduk yang banyak Indonesia memiliki
potensi yang besar untuk meningkatkan hasil
produksinya. Usaha mikro, kecil dan menengah
(UMKM) memberi kontribusi yang signifikan dalam
perekonomian nasional. Pada tahun 2015, jumlah
UMKM diperkirakan berjumlah 60,7 juta unit dan
sebagian besar merupakan usaha berskala mikro
(98,73 persen). Pertumbuhan UMKM dalam periode
2011-2015 mencapai 2,4 persen, dengan
pertumbuhan terbesar terdapat pada usaha menengah
yaitu sebesar 8,7 persen. Produk ekspor Indonesia
meliputi hasil produk pertanian, hasil hutan, hasil
perikanan, hasil pertambangan, hasil industri dan
begitupun juga jasa. Hasil pertanian meliputi karet,
kopi kelapa sawit, cengkeh, teh, lada, kina, tembakau
dan cokelat. Sedangkan hasil hutan diantaranya kayu
dan rotan. Ekspor kayu atau rotan tidak boleh dalam
bentuk kayu gelondongan atau bahan mentah, namun
dalam bentuk barang setengah jadi maupun barang
jadi, seperti mebel. dapat disimpulkan bahwa
barang-barang yang diekspor Indonesia masih
didominasi pada barang-barang mentah, sedangkan
jenis barang ekspor industri jumlahnya masih
sedikit .
Sementara jenis barang yang diiimpor oleh
Indonesia adalah barang konsumsi, bahan baku

9
penolong, dan barang modal. Impor barang konsumsi
terdiri dari daging lembu beku, susu bubuk, beras
khusus, apel dan anggur. Sedangkan impor bahan
baku penolong meliputi peralatan helikopter, kain
katun. Kedelai, peralatan elektronik, bagian peralatan
elektronik. Untuk impor barang modal meliputi
laptop, telepon, mesin logam, penggilingan dan
mesin air panas.
Penutup Berdasarkan hasil analisis dengan
menggunakan regresi linier berganda dan analisis
strategi dengan menggunakan analisis SWOT maka
dapat disimpulkan bahwa: ekspor mempunyai
pengaruh yang positif terhadap pertumbuhan
ekonomi artinya semakin tinggi nilai ekspor maka
pertumbuhan ekonomi akan meningkat pula. Impor
mempunyai pengaruh yang negatif terhadap
pertumbuhan ekonomi artinya semakin tinggi nilai
impor maka pertumbuhan ekonomi akan menurun.
Strategi yang digunakan untuk meningkatkan hasil
ekspor Indonesia adalah melalui dversifikasi produk
industri, peningkatan produksi pertanian,
perkebunan, eksplorasi sumber daya emas, teknologi
tepat guna, modernisasi manejemen, memberikan
bantuan promosi dan keringanan pajak bagi eksportir,
serta meningkatkan daya saing produk.

Judul Jurnal Kinerja ekspor impor di tengah Krisis Global


Jurnal Biro Analisa Anggaran dan Pelaksanaan APBN
SETJEN DPR RI|
Volume Vol.1 No.1
Tahun 2023
Penulis Nadya Maulidya M, Nabillah Purba, Nurbaina Junita
S, Sri Lestari, Zerimah Hasibuan, Suhairi

10
Reviewer Ogi Rahmadana (0506203232)
Tanggal 12 November 2023

Latar belakang Pertumbuhan ekonomi merupakan indikator


makroekonomi yang menjadi sasaran utama untuk
dicapai pemerintah. Bila tercipta pertumbuhan
ekonomi, mengindikasikan berbagai sisi kegiatan
ekonomi mengalami peningkatan sehingga dicapai
tingkat produksi dan aktivitas yang lebih tinggi. Jika
terjadi pertumbuhan ekonomi optimal, berarti
aktivitas perekonomian akan meningkat yang
ditandai dengan kenaikan pemanfaatan sumber daya
dan dana yang tersedia. Pertumbuhan ini merupakan
ciri optimalisasi bagi fungsi kesejahteraan
masyarakat (Wijono, 2005).
Pertumbuhan ekonomi Indonesia selama
periode tahun 1993–1996 adalah cukup tinggi,
dengan rata-rata pertumbuhan 7,5% per tahun.
Namun semenjak krisis tahun 1997 hingga tahun
2000 masa krisis, pertumbuhan ekonomi mengalami
penurunan dengan rata-rata negatif 0,9%, bahkan
pada tahun 1998 pertumbuhan ekonomi negatif
sebesar 12,91%. Pada periode tahun 2001-2010 masa
pemulihan ekonomi, pertumbuhan ekonomi mulai
membaik dengan pertumbuhan rata-rata 4,6%.
Industri pengolahan atau manufaktur merupakan
sektor yang memberikan peranan terbersar terhadap
PDB, dan menunjukkan kecenderungan terus
meningkat selama periode 1993-2010. Kontribusi
sektor industri manufaktur tahun 2010 sebesar
27,44%, diikuti sektor perdagangan dan pertanian,
masing-masing 17,47% dan 14,03% (Badan Pusat
Statistik, 2011).
Tjuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui
kinerja ekspor dan impor di tengah krisis global di
Indonesia.
Metode Penelitian Penelitian ini dilakukan pada skope atau
tingkat nasional, menggunakan data sekunder
berbentuk time series per triwulan mulai tahun 1990
hingga 2009. Data diperoleh dari berbagai sumber
seperti Badan Pusat Statistik, Bank Indonesia,
Kementeian Perdagangan, Kementerian

11
Perindustrian, dan sumber-sumber lain yang terkait
dengan penelitian ini. Variabel-variabel yang dicakup
secara umum dalam penelitian ini variabel ekspor
industri manufaktur dan pertumbuhan ekonomi.
Ekspor industri manufaktur kemudian dibagi ke
dalam dua variabel yaitu ekspor agroindustri dan
ekspor non- agroindustri. Sedangkan variabel
pertumbuhan ekonomi didekati dengan Produk
Domestik Bruto (PDB).
Hasl dan Pembahasan Pertumbuhan ekonomi Indonesia
Dilihat dari sisi pengeluaran Produk Domesti
Bruto Nasional, Konsumsi Rumah Tangga
memberikan kontribusi terbesar yaitu 55,15 persen
pada kuartal I tahun 2011 dan mengalami fluktuatif
hingga di kuartal I tahun 2015 mencapai 56,04 persen
(lihat gambar 1). Sementara, perdagangan
internasional secara netto (ekspor dikurangi impor)
menunjukkan kontribusi yang relatif kecil, bahkan
pada hampir di tiap kuartal pada periode 2012- 2014
menunjukkan kontribusi yang negatif. Walaupun
pada periode 2012-2014 tersebut ekspor sudah
berkontribusi sebesar 23,70 persen terhadap PDB
namun nilai impor lebih besar yaitu 25,37 persen.
Kecenderungan ini menunjukkan adanya sisi positif
dan negatif. Sisi positifnya mengindikasikan bahwa
PDB Indonesia bertumpu pada kekuatan ekonomi
domestik, namun sisi negatifnya kalau
kecenderungan penurunan kontribusi surplus
perdagangan ini terus menurun bahkan bisa sampai
negatif atau mengakibatkan defisit neraca
perdagangan, maka hal ini perlu diwaspadai agar
tidak terjadi banjir produk impor yang akan
merugikan produk domestik.
Kinerja ekspor dan impor indonesia
Kinerja ekspor impor neraca perdagangan
Indonesia dalam kuartal I dan II tahun 2015 dapat
dikatakan lebih baik dari kuartal yang sama di tahun
2014. Dimana kinerja neraca perdagangan di bulan
Januari-Juli 2015 yang ditunjukkan pada Gambar 3
tercatat surplus sebesar USD5,80 Miliar, lebih tinggi
dari periode di tahun sebelumnya yang mengalami
defisit sebesar USD1,08 Miliar. Meskipun
mengalami peningkatan, surplus perdagangan
Indonesia tidak berasal dari kinerja ekspor yang

12
membaik.
Sebaliknya, surplus justru lebih diakibatkan
oleh nilai impor yang turun drastis. Secara kumulatif
impor pada periode Januari-Juli 2015 sebesar
USD84,01 Miliar atau menurun sebesar 19 persen
dibandingkan dengan periode Januari-Juli pada tahun
2014. Kumulatif nilai impor terdiri dari impor migas
US$15,39 miliar (turun 40,73 persen) dan nonmigas
US$68,63 miliar (turun 12,08 persen). Penurunan
impor non migas terbesar pada bulan Juli ini ialah
berasal dari golongan mesin dan peralatan mekanik
USD0,47 miliar (23,61persen). Penurunan impor
khususnya dari golongan bahan baku/penolong dan
barang modal selama Januari-Juli masing-masing
sebesar 20,45 persen dan 15,66 persen menjadi sinyal
perlambatan ekonomi pada kuartal I dan II tahun
2015 ini.
Seperti dikemukakan diawal, penurunan nilai
komoditas ekspor ini turut ditenggarai oleh
melemahnya ekonomi global khususnya untuk
negara-negara tujuan ekspor kedua komoditas
tersebut. Negara tujuan ekspor Indonesia terbesar
untuk komoditas batubara ialah China sebesar 28
persen dari total nilai ekspor batubara sementara
untuk tujuan utama komoditas minyak kelapa sawit
ialah India yang berkontribusi sebesar 27 persen.
Kedua negara tersebut tidak hanya menjadi negara
tujuan ekspor terbesar Indonesia melainkan juga pada
konsumsi komoditas global terbesar. Bahkan untuk
komoditas batubara sendiri, Cina mengkonsumsi 50
persen dari konsumsi batubara global.
Penutup Dari sisi ekspor diprediksi akan sulit untuk
mengalami peningkatan mengingat harga komoditas
dan permintaan global yang masih cukup rendah.
Walaupun diperkirakan pada tahun 2016 ini terdapat
peningkatan indeks komoditas energi global sebesar
6 persen dan non energi 1,5persen7 namun dengan
tingginya ekspor komoditas non migas yang
ditujukan ke Tiongkok (9,61%8) dan perlambatan
ekonomi Tiongkok masih terjadi hingga tahun 2016
maka kinerja ekspor Indonesia akan sulit meningkat.
Dimana pertumbuhan ekonomi Tiongkok diprediksi
melemah menjadi 6,3persen di tahun 2016 dari
prediksi tahun 2015 sebesar 6,8persen9. Dampak dari
pengurangan konsumsi batubara di Tiongkok, turut

13
berdampak pada penurunan nilai perdagangan ekspor
dengan Tiongkok sebesar 29 persen dari USD7.647
juta pada periode Januari – Mei 2014 menjadi
USD5.431 juta di tahun 2015. Melihat kondisi ini,
maka Pemerintah perlu memperluas pasar ekspor
seperti ke Eropa Tengah dan Amerika Tengah yang
memiliki pasar cukup luas.

Judul Jurnal Analisis Covid-19 penghambat ekspor dan Impor


antara Indonesia-Cina
Jurnal Jurnal Manajemen
Volume Vol 4 No.6
Tahun 2023

14
Penulis Neng Novy Yulianty Destyani Mariah Solihah, Noor
Rahman, Dini Cahyani
Reviewer Ogi Rahmadana (0506203232)
Tanggal 12 November 2023

Latar belakang Sebuah virus bernama Corona Virus Disease


2019 (Covid-19) teridentifikasi di Indonesia pada
tanggal 2 Maret 2020, virus ini menimbulkan banyak
masalah di seluruh dunia khususnya di Indonesia
terkait dengan kesehatan, pendidikan, ekonomi dan
sumber daya manusia. Pada Desember 2019, kota
Wuhan di China menjadi tempat pertama virus
terdeteksi. ertama, virus Covid-19 yang muncul
hanya di kota Wuhan, China, dengan cepat
menyebar ke berbagai negara di dunia. Pada saat
yang sama, pemerintah Thailand, Filipina, Italia,
Jepang, Prancis, dan Amerika telah melaporkan kasus
Covid-19 yang ditemukan di luar China. Penyebaran
Covid-19 yang semakin cepat di berbagai negara
menjadikan WHO sebagai pandemi global.
Apalagi berkembang ke level gelombang
kedua di tahun 2021, wabah ini berdampak besar
pada sejumlah sektor, salah satunya adalah
perdagangan ekspor impor negara yang merupakan
pekerjaan fundamental bagi negara sejak pekerjaan
ekspor. dan mengimpor suatu negara untuk
menghasilkan pendapatan, negara tersebut benar-
benar melakukan tugasnya. - batas waktu untuk
menyebabkan masalah ekspor dan impor. Wabah
Covid-19 telah mempengaruhi aktivitas warga seperti
tidak bekerja, isolasi sosial, dan sedikit kebebasan
aktivitas (Brodeur, Clark, Fleche, & Powdthavee,
2020) sampai saat ini mempengaruhi perdagangan di
seluruh dunia (Onyeaka, Anumudu, AlShariify,
Egele-Godswill , & Mbaegbu, 2021) mengemukakan
bahwa ekspor dan impor sangat dibutuhkan dalam
rangka meningkatkan kebutuhan regional dan
eksternal (Sultanuzzaman, Fan, Mohamued, Hossain,
& Islam, 2019). Data indikatif yang dapat
disampaikan Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2020
menegaskan bahwa wabah Covid- 19 berdampak
berkepanjangan terhadap kegiatan impor migas dan
nonmigas di Indonesia dari Januari hingga Juni 2020.

15
Merujuk pada Informasi BPS 2020 terkait
ketidakstabilan nilai pendapatan (impor) dari Januari
2020 hingga Juni 2020 dampak infeksi virus corona
pada Desember 2019 sebesar USD 12.373,6 juta pada
penerimaan (impor), sedangkan pada Januari 2020
pendapatan (impor) menurun. Penurunan terbesar
terjadi pada Februari 2020 hingga Mei 2020. Pada
Februari 2020 diketahui banyak negara yang
menyatakan masyarakat di Indonesia terjangkit
Covid-19, sehingga kegiatan impor dan ekspor
dibatasi
Tujuan Penulisan Tujuan Penelitian ini adalah mengetahui
dampak covid terhadap ekspor impor di Indonesia
dan China , mengetahui bisnis yang di jalani
Indonesia-China , mengetahui Kondisi ekspor impor
pasca Covid-19.
Metode Penelitian Penelitian ini menggunakan metode studi
literatur dengan pengumpulan data statistik yang
telah terhitung secara akurat dari beberapa pengamat
ekonomi dunia, dan Badan Pusat Statistik (BPS)
tahun 2022 .
Hasl dan Pembahasan Indonesia mengimpor barang dari China
sebanyak 26% dan juga mengekspor barang ke China
sebanyak 16,7%. Produk utama ekspor Indonesia ke
China adalah nikel, baja, minyak nabati, batu bara,
lignite. Sementara untuk impor Indonesia dari China
yaitu suku cadang alat transmisi, vaksin, produk dan
suku cadang elektronik, bahan pangan seperti
bawang putih dan gula pasir,serta produk besi baja.
Akibat pandemi ini, terjadi hambatan perdagangan
internasional dengan China, terutama produk yang
didatangkan langsung dari China (impor) seperti
kebutuhan pangan, misalnya bawang putih dan gula
pasir yang hampir 100% diimpor langsung dari
China. Akibat hambatan impor tersebut, harga
bawang putih dan gula pasir di Indonesia pun
melambung karena kelangkaan prodak akibat
ketidakstabilan dan ketidakseimbangan pasokan.
Di Indonesia terjadi penurunan pendapatan di
berbagai sektor industri, dan penurunan pendapatan
dari sektor pajak. meskipun begitu Indonesia masih
mampu bertahan. Menurut data yang diterbitkan
Menkeu, penerimaan negara pada akhir triwulan I
tahun 2020 tumbuh sebesar 7,75% dibandingkan

16
dengan penerimaan pada Februari 2020 yang sebesar
-0,5%. Namun ketegangan ekonomi tetap ada karena
pandemi belum berakhir di Indonesia dan harus bisa
menjaga posisi aman.
untuk bulan-bulan selanjutnya mengalami
naik turun sewajarnya tidak dipengaruhi oleh
pandemi covid-19 melainkan karena kebutuhan
barang impor dari indonesia-china maupun
sebaliknya semakin meningkat, salah satunya nilai
impor pada sektor industri pengolahan berasal dari
sektor Komputer, Barang Elektronik, dan Optik
dengan impor pada bulan Agustus 2020 mencapai
US$ 1,42 miliar, yang berarti mengalami kenaikan
8,10% secara year-on-year dibandingkan dengan
tahun sebelumnya yaitu sebesar US$ 1,32 miliar.
Yang Termasuk ke dalam sektor industri ini adalah
Peralatan Komunikasi Lainnya yang impornya
tercatat sebesar US$ 575,18 juta, Semi Konduktor
dan Komponen Elektronik Lainnya dengan impor
sebesar US$ 256,12 juta. Untuk komoditi lain yang
mengalami kenaikan impor antar tahun maupun antar
bulan adalah komoditi logam dasar lainnya yang
mengalami kenaikan impor 4,98% (yoy) atau 44,43%
(mtm) dengan nilai impor yang mencapai US$ 0,2
miliar pada bulan Agustus 2020, komoditi bungkil
serta residu yang mengalami kenaikan impor sebesar
19,77% (yoy) atau 55,51% (mtm) dengan nilai impor
yang mencapai US$ 0,1 miliar pada bulan Agustus
2020. Sebaliknya, komoditi mesin yang untuk
keperluan khusus pada bulan Juli 2020 mengalami
kenaikan impor 32,15% (mtm) pada bulan Agustus
2020 mengalami penurunan 19,09% (mtm) atau
36,44%(yoy).
Penutup Berdasarkan hasil penelitian Analisis Covid-
19 Penghambat Ekspor-Impor dan Bisnis Antara
Indonesia dan Cina periode sebelum adanya pandemi
2019 - setelah adanya pandemi 2022 dengan
menggunakan metode studi literatur dapat di ambil
kesimpulan bahwa terjadinya pandemic covid-19 di
Indonesia pada bulan Maret 2020 dimana tahunawal
adanya covid memberikan hasil bahwa tidak ada
perbedaan ekspor Indonesia ke China. Sebab
Indonesia hanya menyumbangkan sedikit komoditas
produk ekspor ke China. Hanya saja kegiatan impor

17
mengalami penurunan diawal tahun adanya pandemi
Covid-19. Nilai ekspor ke China disetiap tahunnya
mengalami kenaikan yang cukup drastis, tetapi nilai
impor mengalami penurunan ditahun awal adanya
covid-19 yaitu 2020 tetapi penurunan itu hanya
sebentar karena ditahun 2021 dan 2022 nilai impor
kembali naik, Hal ini disebabkan karena
ketergantungan masyarakat Indonesia yang
menggunakan barang-barang produksi dari China
semakin menjadi tradisi pasar.

18

Anda mungkin juga menyukai