The study aims to determine the effect of inflation and gross domestic
Keywords: product (GDP) on the Amount of Money Supply (JUB) in Indonesia.
Inflation, Gross Domestic The study uses time-series data from 1987 to 2017 obtained from the
Product (GDP) andMoney Suply Central Bureau of Statistics, Ministry of Trade, and Bank Indonesia.
(JUB), ARDL Approach.
The study employs the ARDL (Auto-Regressive Distributed Lagged)
approach. The results showal that all variables are stationary at the
first difference and co-integrated in the long run. The model stability
test results showal that the model used partially stable in the short-run,
inflation had a positive and significant effect on the Amount of Money
Supply in Indonesia and the Gross Domestic Product had a positive and
significant effect on the Money Supply in Indonesia. In the long run
showad that inflation had a negative and insignificant effect on
economic growth in Indonesia, Gross Domestic Product had a positive
and insignificant effect on the Amount of Money Supply in Indonesia.
berikut adalah perkembangan inflasi, di artikan sebagai pendapatan nasional. Dari data
Produk domestik bruto dan Jumlah uang beredar diatas menunjukkan bahwa produk domestik bruto
yang ada di Indonesia pada tahun 2011-2017. Indonesia pada tahun 1987 meningkat dan menurun
pada tahun 1998 kemudian meningkat kembali
Tabel 1 pada tahun 1999 sampai 2017 hingga tembus
Perkembangan Jumlah Uang Beredar (JUB)
Inflasi, dan Produk Domestik Bruto (PDB) sampai RP. 1.090.459 triliun hal tersebut didorong
tahun 2011-2017 karena pertumbuhan positif pada seluruh lapangan
Tahun Jumlah Inflasi Produk usaha atau sektor penggerak ekonomi nasional.
Uang (%) Domestik Tujuan dalam penelitian ini adalah untuk
Beredar Bruto mengetahui seberapa besar pengaruh inflasi dan
(Miliyar) (Miliyar) produk domestik bruto terhadap jumlah uang
2011 722.991 3,79 801.682
beredar di Indonesia. Kemudian penelitian ini
2012 841.722 4,30 850.024
dilakukan dengan menggunakan metode analisis
2013 887.081 8,38 897.262
deskriptif untuk mengetahui pengaruh inflasi dan
2014 942.221 8,36 942.185
2015 1.055.440 3,35 988.129 produk domestik bruto terhadap jumlah uang
2016 1.237.643 3,02 1.037.863 beredar dengan menggunakan model dinamis
2017 1.390.806 3,61 1.090.459 Selanjutnya bagian kedua dalam penelitian ini
membahas tinjauan teoristis dari variable dependen
Sumber:BPS, Kemendag,dan World Bank 2019
yaitu jumlah uang beredar dan variabel independent
Dalam perekonomian Indonesia, yaitu inflasi dan produk domestik bruto,
permasalahan jumlah uang beredar merupakan pembatasan kajian dan teknik analisis dipaparkan
indikator sangat penting dalam ekonomi makro. dibagian tiga untuk melihat hasil dan pembahasan
Berdasarkan tabel 1 di atas menunjukan bahwa di bagian empat. Akhirnya pada bagian ke lima
Jumlah Uang Beredar mengalami peningkatan merupakan kesimpulan dan saran.
mulai dari tahun 2011-2017, dimana jumlah uang
beredar di Indonesia pada tahun 2011 mencapai 2. TINJAUAN TEORITIS
angka Rp.722.991 miliar hingga Rp.1.390.806 Jumlah Uang Beredar
pada tahun 2017. Banyak faktor yang mendorong Uang merupakan alat tukar dan alat
meningkatnya jumlah uang beredar di Indonesia pembayaran yang sah untuk memudahkan pelaku
salah satunya adalah dengan presentase ekonomi dalam transaksi baik antar negara maupun
pertumbuhan yang fluktuasi. transaksi didalam negara itu sendiri. Jumlah uang
Perkembangan inflasi di Indonesia beredar di masyarakat harus dijaga kestabilannya
bergerak tidak stabil, di lihat pada tabel 1 inflasi karena dapat mempengaruhi perekonomian. Uang
tahun 2011-2017 mengalami fluktuasi dimana beredar adalah jumlah mata uang (uang kertas dan
pada tahun 2011 inflasi sebesar 3,79% dan terus logam / uang kartal) yang di terbitkan oleh bank
meningkat sampai tahun 2013 sebesar 8,38% dan sentral yang dipegang oleh masyarakat dan
seterusnya tidak terlihat perubahan pada tahun termasuk uang kartal yang dipegang oleh bank
2014 akan tetapi kemudian inflasi turun menjadi termasuk dalam cadangan (Silvanita, 2009).
3,61% pada tahun 2017. Berdasarkan beberapa pengertian di atas
Dalam fenomena di Indonesia terjadi hal maka jumlah uang beredar dapat disimpulkan yaitu
yang berbanding terbalik dengan teori yang ada, total jumlah uang kartal (uang kertas dan logam)
dapat di lihat pada 2016 dimana jumlah uang yag memiliki oleh masyarakat dan bank di
deredar sebesar Rp.1.237.643 miliar sedangkan Indonesia. Teori Jumlah Uang Beredar Terdapat
pada tahun yang sama inflasi hanya sebesar beberapa teori yang membahas tentang uang atau
3,02%. jumlah uang beredar antara lain: Teori Kuantitas
Selain itu, faktor yang berpengaruh dalam Uang Fianni dkk (2014) salah satu tujuan sesorang
peningkatan jumlah uang berdar adalah produk
domestik bruto dimana produk domestik bruto ini
3
memegang uang adalah untuk membeli barang yang diproduksi oleh suatu negara pada periode
atau jasa atau sering disebut dengan bertransaksi. tertentu.
Produk Domestik Bruto (PDB) merupakan
Inflasi
indikasi terjadinya pertumbuhan ekonomi.
Inflasi akan menjadi suatu persoalan
Umumnya pertumbuhan ekonomi disebabkan
ekonomi yang serius ketika inflasi tersebut
adanya peningkatan investasi dan transaksi kegiatan
berlangsung dalam jangka waktu yang lama serta
ekonomi. Apabila transaksi ekonomi meningkatan
Inflasi yang tinggi (Kewal, 2012).
dan menyebabkan pendapatan masyarakat juga
Di samping itu, kenaikan harga barang
meningkat, maka kebutuhan uang menjadi
dapat menyebabkan kebutuhan masyarakat
bertambah oleh karena itu produk domestik bruto
terhadap denominasi pecahan uang yang lebih
berpengrauh positif terhadap jumlah uang beredar.
besar semakin bertambah. Salah satu teori
Jika dibandingkan dengan penelitian
Kuantitas klasik mengatakan kecenderungan
terdahuluan yang dilakukan oleh Susana Septiriani
kenaikan harga umum secara terus-menerus
(2015) menunjukan bahwa variabel produk
(inflasi) dapat terjadi apabila penambahan jumlah
domestik bruto berpengaruh secara signifikan
uang beredar melebihi kebutuhan yang
terhadap jumlah uang beredar, kecuali inflasi dan
sebenarnya. Jadi dengan kata lain apabila jumlah
suku bunga yang tidak berpengaruh secara
uang beredar melebihi dari yang diinginkan
signifikan terhadap jumlah uang beredar.
masyarakat, masyarakat cenderung akan
membelanjakan uangnya dengan meningkatkan
konsumsi barang dan jasa. Akan tetapi, apabila Kerangka Konsptual
kapasitas produksi telah jenuh maka kenaikan
permintaan barang dan jasa tersebut pada
gilirannya akan meningkatkan harga-harga pada
umunya (inflasi).Oleh karena itu maka inflasi
berpengaruh positif terhadap jumla uang beredar.
Jika dibandingkan penulis dengan
penelitian terdahulu yaitu menurut Yuliayana
(2011) dengan judul penelitian adalah Analisis
pengaruh inflasi, tingkat suku bunga SBI dan
nilai tukar terhadap jumlah uang beredar di
Indonesia. Dengan hasil penelitiannya adalah
dengan menstimulasikan inflasi, tingkat SBI dan
nilai tukar berpengaruh terhadap jumlah uang
beredar di Indonesi dan variabel tingkat suku
bunga SBI dominan berpengaruh terhadap uang
yang beredar di Indonesia periode 2001-2006.
Inflasi (X1) H1
Jumlah Uang Beredar (JUB)
(Y)
H2
Produk Domestik Bruto (PDB)
HIpotesis
1. Diduga Inflasi berpengaruh positif dan
signifikan dalam jangka pendek terhadap
jumlah uang beredar di Indonesia.
2. Diduga produk domestik bruto
berpengaruh positif dan signifikan dalam
jangka pendek terhadap jumlah uang
beredar di Indonesia.
3. Diduga Inflasi berpengaruh negatif dan
signifikan dalam jangka panjang terhadap
jumlah uang beredar di Indonesia.
5
upper dan lower bound maka kesimpulan tidak 4. HASIL PENELITIAN DAN
dapat diambil. PEMBAHASAN
4. Uji Statistik t (Uji Parsial) Perkembangan Jumlah Uang Beredar (JUB)
Adapun kriteria pengujiannya adalah Berdasarkan data yang diperoleh maka
sebagai berikut: dapat kita lihat pergerakan jumlah uang beredar
pada tahun 1987-2017 pada gambar 2 sebagai
1. Jika 𝑡ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔>𝑡𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 maka Ho ditolak dan
berikut:
menerima Ha yang artinya variabel bebas (X)
secara parsial mempengaruhi variabel terikat JUMLAH UANG BEREDAR
(Y). 1500
2. Jika 𝑡ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔<𝑡𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 maka Ho diterima dan 1000
menolak Ha yang artinya variabel bebas (X) 500 JUB
0
secara parsial tidak mempengaruhi variabel
1987
1990
1993
1996
1999
2002
2005
2008
2011
2014
2017
terikat (Y).
5. Uji Statistik f (Uji Simultan) Sumber: Bank Indonesia, (2019)
Uji F dilakukan untuk mengetahui apakah Gambar 2
variabel bebas secara serentak mempengaruhi Perkembangan Cadangan Devisa
variabel terikat. Apabila uji F lebih besar dari
nilai tabel F maka variabel bebas secara Berdasarkan Gambar 2 tersebut
keseluruhan berpengaruh terhadap variabel memperlihatkan posisi jumlah uang beredar dan
terikat (Gujarati, 2006). Adapun kriteria tidak pernah menurun sampai 2017. Setiap tahun
pengujian yang digunakan adalah sebagai berikut: uang yang beredar di masyarakat terus mengalami
1. Jika 𝐹ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔>𝐹𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 maka Ho ditolak dan peningkatan, rata-rata 11%-12% per tahun.
menerima Ha yang artinya variabel bebas (X) Peningkat tersebut disebabkan oleh menigkatnya
secara simultan mempengaruhi variabel pertumbuhan ekonomi masyarakat serta pendapatan
domestik rasio bruto juga ikut meningkat. Serta
terikat (Y).
pada saat itu uang primer dapat terkendali sehingga
3. Jika 𝐹ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔<𝐹𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 maka Ho diterima dan
dapat membantu pengendalian harga-harga barang
menolak Ha yang artinya variabel bebas (X)
dan jasa .
secara simultan tidak mempengaruhi variabel
terikat (Y)
Perkembangan Inflasi
6. Pengujian Stabilitas
Inflasi merupakan meningkatnya harga
Untuk melihat model dalam penelitian ini
suatu barang secara terus menerus serta dapat
stabil atau tidak maka akan dilakukan uji
menurunkan nilai mata uang suatu negara. Salah
stabilitas structural model. Pengujian tersebut
satu penyebab inflasi karena adanya kenaikan
terdiri dari uji CUSUM (Cumulative Sum of
permintaan yang akan mengakibatkan harga naik
Recursive Residual) dan uji CUSUMQ
karena penawaran tetap sehingga harga barang di
(Cumulative Sum of Square of Recursive
Indonesia menjadi lebih mahal dan barang di
Residual). Pembuktian ini dapat dilihat dari plot
Amerika Serikat menjadi lebih murah. Hal ini
kuantitas Wr dan Sr melewati garis batas yang
mengakibatkan permintaan barang-barang Amerika
ditentukan oleh tingkat signifikansi. Apabia plot
menjadi meningkat sehingga permintaan terhadap
tersebut membentuk suatu garis linier, maka
dollar AS juga ikut meningkat dengan demikian
distribusinya dianggap memenuhi syarat
akan terjadi surplus di neraca pembayaran dan
signifikansi dengan syarat tidak melewati plot
devisa terkuras.Berdasarkan data yang diperoleh,
derajat dari signifikansinya.
maka pergerakan tingkat inflasi periode Januari
2014 sampai Desember 2018 dapat dilihat pada
Gambar 3 sebagai berikut:
7
Quin Criterion (HQ). Adapun panjang lag antar variabel), sedangkan jika nilai F-statistik lebih
optimal yang dipilih berdasarkan kriteria-kriteria kecil dari nilai kritikal value maka diterima Ho (Ho
di atas ditunjukkan pada Tabel 3. = Tidak terdapat kointegrasi antar variabel). dan
Tabel 3 apabila F-statistik berada diantara upper dan lower
Hasil Pengujian Lag Optimum bound maka kesimpulan tidak dapat diambil. Untuk
mengetahui hasil uji kointegrasi dengan
Lag LogL LR FPE AIC SC HQ
menggunakan metode bounds test dapat dilihat
- pada Tabel 4.
846.4 Tabel 4
4.49e 60.67 60.81 60.71
0 155 NA Hasil
+22 254 527 Uji Kointegrasi
617 (Bounds Test)
- Variabel Nilai Taraf
Depende F- Kepercayaan Kesimpula
713.4 227.9 6.43e 51.81 52.38 51.99 5%
n/ Statisti n
1 237 859* +18* 598* 693* 053* Independ I0 I1
- k
en Boun Boun
706.5 10.29 7.70e 51.96 52.96 52.27 d d
2 572 980 +18 837 753 382
- JUB / 5.3469 3.79 4.85 Terima Ha
696.8 12.45 7.83e 51.91 53.34 52.35
INF, 93
3 723 203 +18 945 681 581
PDB
Sumber: Hasil Pengolahan Data, 2019
Sumber: Hasil Pengolahan Data, 2019
Dari table 3 nilai lag optimum terdapat
Berdasarkan Tabel 4 diperoleh hasil
pada lag 1, dimana pada lag ini terdapat kriteria
pengujian kointegrasi dengan memakai metode
yaitu Final Prediction Error (FPE),Information
bound test pada taraf kepercayaan 5% yaitu
Criterion (SC), dan Hannan-Quin Criterion (HQ)
variabel JUB (sebagai variabel terikat), INF dan
dan jika diakumulasikan maka jumlah paling
PDB (sebagai variabel bebas) terdapat kointegrasi
banyak bintang terletak pada lag 1. Sedangkan
dalam jangka panjang karena memiliki nilai F-
pada lag 2 hanya terdapat dua kriteria yaitu
Statistik lebih besar dari pada nilai kritikal dari
Likelihood Ratio (LR),danAkaike Information
upper bound yaitu 5.346993 > 4.85.
Criterion (AIC). Adapun maksud dari lag
optimum pada penelitian ini ialah bahwa semua
Hasil Penelitian Untuk Hubungan Jangka
variabel penelitian yang digunakan dalam
Pendek
persamaan saling mempengaruhui satu sama lain
Setelah melakukan uji kointegrasi maka
sampai dua periode sebelumnya.
dapat dilihat bahwa terdapat hubungan jangka
pendek di antara variabel INF dan PDB terhadap
Uji Kointegrasi (Cointegration Test)
variabel JUB maka tahapan selanjutnya yaitu
Uji kointegrasi dilakukan untuk melihat
melakukan estimasi koefisien jangka pendek
ada atau tidaknya hubungan jangka panjang
dengan menggunakan model ARDL. Untuk
antara variabel bebas dan terikat. Pengujian
mengetahui pengaruh ekspor, kurs, BI Rate dan
kointegrasi dilakukan dengan menggunakan
inflasi terhadap cadangan devisa di Indonesia dapat
bound tes. Syarat pengambilan keputusan dalam
dilihat pada Tabel 5
uji kointegrasi dengan menggunakan bounds test
Tabel 5
yaitu membandingkan nilai F-statistik dengan
Estimasi Model ARDL Jangka Pendek
nilai kritikal dari lower bound (I0 Bound) dan
upper bounds (I1 Bound). Apabila nilai F- Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.*
statistik lebih besar dari nilai kritikal upper bound LNJUB 0.521748 0.158163 3.298804 0.0049
INF 0.010125 0.002748 3.684191 0.0022
maka Ha diterima (Ha = Terdapat kointegrasi LNPDB 3.511816 1.391780 2.523254 0.0234
9
C 0.864628 1.242098 0.696103 0.4970
INF -1.223363 3.536434-0.345931 0.7342
R-squared 0.999295 Mean dependent var 12.35246 LNPDB 6.222128 9.968302 0.624191 0.5419
Adjusted R-
squared 0.998779 S.D. dependent var 1.226266 C -69.786111 137.640640-0.507017 0.6195
S.E. of
regression 0.042853 Akaike info criterion -3.160986
Sumber: Hasil Pengolahan Data, 2019
Sum squared
resid 0.027546 Schwarz criterion -2.585059
Log Berdasarkan hasil pengujian jangka panjang
likelihood 54.67332 Hannan-Quinn criter. -2.989733
dengan menggunakan model ARDL pada tabel 6
F-statistic 1934.126 Durbin-Watson stat 1.858502
Prob(F- maka dapat diformulasikan sebagai berikut.
statistic) 0.000000
JUB=-69.786111-1.223363INF+6.222128LNPDB
Adapun intepretasi persamaannya adalah sebagai
Sumber: Hasil Pengolahan Data, 2019 Berdasarkan
berikut:
hasil pengujian jangka 1) Constanta -69.786111
pendek dengan memakai model ARDL pada tabel Apabila inflasi dan produk domestik bruto
4.4 maka dapat diformulasikan sebagai bernilai kontas maka jumlah uang beredar
berikut: LNJUB = 0.864628 + 0.010125INF juga akan konstan sebesar 69.786111
+3.511816LNPDB persen.
Adapun interpretasi persamaannya adalah 2) β1 = -1.223363
sebagai berikut: apabila inflasi meningkat 1 persen maka
1) Constanta = 0.864628 jumlah uang beredar akan menurun sebesar
Apabila inflasi dan produk domestik bruto 1.223363 persen.
bernilai konstan maka jumlah uang 3) β2 = 6.222128
beredar juga akan konstan sebesar apabila produk domestik bruto meningkat 1
0.864628 persen. persen maka jumlah uang beredar juga
2) Koefisien Inflasi = 0.010125 meningkat sebesar 6.222128 persen.
Apabila inflasi meningkat 1 persen maka
jumlah uang beredar juga akan meningkat Pembuktian Secara Parsial
sebesar 0.010125 persen. Uji t bertujuan untuk mengetahui koefisien-
3) Koefisien PDB = 3.511816 koefisien masing-masing variabel bebas signifikan
Apabila produk domestik bruto meningkat ataupun tidak terhadap variabel terikatnya secara
1 persen maka jumlah uang beredar akan parsial. Dalam uji t harus ditentukan derajat
meningkat sebesar 3.511816 persen. kebebasan (df) yang mana didapatkan dari jumlah
sampel dikurangi dengan jumlah regresor
Hasil Penelitian Untuk Hubungan Jangka (variabel). Pada penelitian ini didapat df=(n-k) (31-
Panjang 3=28) pada alfa 5% (0,05) maka didapat nilai t-
Setelah melakukan uji kointegrasi maka tabel adalah 1.70113 atau 1,70. Apabila
dapat dilihat bahwa terdapat hubungan jangka 𝑡ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔lebih besar dari pada 𝑡𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙l maka terima Ha
panjang di antara variabel INF dan PDB terhadap yang artinya variabel bebas secara parsial
variabel JUB maka tahapan selanjutnya yaitu berpengaruh terhadap variabel terikat, sedangkan
melakukan estimasi koefisien jangka panjang Apabila 𝑡ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔lebih kecil dari pada 𝑡𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙maka terima
dengan menggunakan model ARDL. Untuk Ho yang artinya variabel bebas tidak berpengaruh
mengetahui pengaruh inflasidan produk domestik terhadap variabel terikat.
bruto terhadap jumlah uang beredar di Indonesia Tabel 7
dapat dilihat pada Tabel 6. Hasil Pengujian Secara Parsial
Tabel 6 Depende
nt
Estimasi Model ARDL Jangka Panjang t-Statistik Prob t tabel Kesimpulan
Variabel
Long Run Coefficients
PE
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. Jangka Pendek
10
DAFTAR PUSTAKA