PENDAHULUAN
modal. Semakin tinggi stok modal, semakin tinggi pula output perekonomian
ekonomi.
1
2
keuangan adalah rasio dari kewajiban lancar (liquid liabilities) dari sistem
keuangan terhadap GDP. Kewajiban lancar dalam hal ini adalah (M3), namun
apabila (M3) tidak bisa didapatkan maka digunakan (M2). Kedua, adalah
rasio dari deposit money bank domestic asset dibagi dengan deposit money
bank domestic asset ditambah dengan central bank domestic asset yang
dari sektor swasta non keuangan dibagi dengan total kredit domestik.
Keempat, adalah rasio kredit sektor swasta non keuangan dibagi dengan GDP.
(Julaihah, 2005).
cabang-cabang dan kantor kas baru dengan tujuan agar bank dapat
Desember 1988 dan paket kebijakan Maret 1989 semua diarahkan pada
negara yang berkembang juga mempunyai tujuan seperti negara lain, yaitu
Informasi jumlah uang beredar (M2) dengan produk domestik bruto (PDB)
4
Tabel 1.1
peningkatan dari tahun ketahun yang disesuaikan dengan kebutuhan yang ada,
seperti kebutuhan dari sisi moneter dan kegiatan ekonomi. Jumlah uang
beredar dalam suatu periode merupakan hasil perilaku dari otoritas moneter,
tahun 2000 sampai dengan tahun 2014 sehingga perkembangan PDB dari
beredar dalam artian luas (M2) dengan produk domestik bruto (PDB)
pada tabel di atas. Semakin tinggi rasio M2/PDB mempunyai arti bahwa
keuangan juga dapat dilakukan sebagai upaya untuk menarik akses likuiditas
keuangan yang berasal dari gejolak nilai tukar maupun fluktuasi di pasar
saham atau obligasi. Pasar keuangan yang dalam mempunyai beberapa efek
positif, yaitu: (1) Dari sisi dunia usaha, pasar keuangan yang dalam
variabel kurs nilai tukar yang digunakan adalah nilai tukar rupiah terhadap
tersebut.
ER
13,000
12,000
11,000
10,000
9,000
8,000
7,000
00 01 02 03 04 05 06 07 08 09 10 11 12 13 14
Gambar 1.1
diketahui dengan terjadinya krisis keuangan Indonesia tahun 1997 hingga saat
ini masih merupakan permasalahan yang belum teratasi secara baik. Peran
Amerika Serikat.
Perkembangan itu membuat nilai tukar rupiah mengalami deviasi yang cukup
2002-2003 sebesar Rp.8.465/USD, tetapi terlihat lagi pada tahun 2004 dan
harga BBM. Pada tahun 2006-2007 kembali stabil sebesar Rp. 9.419/USD,
migas dan laju lintas modal portofolio. Pada kuartal ke empat tahun 2008
sampai dengan kuartal kedua tahun 2009, kurs kembali terdepresiasi sebesar
Rp.10.225/USD, hal tersebut terjadi karena pada akhir tahun 2008 Indonesia
terkena imbas krisis financial global. Krisis tersebut membuat selisish resiko
8
mendorong arus modal keluar dari investasi asing pada pasar modal serta
defisit neraca pembayaran Indonesia yang terus menekan rupiah. Pada tahun
operasional yang digunakan dari bank sentral dan instrumen yang secara
menghapuskan pagu suku bunga baik deposito maupun kredit, ternyata hal ini
pelaku bisnis dan juga pakar ekonomi menuntut Bank Indonesia selaku
penguasa moneter untuk mempengaruhi suku bunga deposito dan juga suku
bunga kredit berkaitan dengan turunnya suku bunga acuan, agar dapat
cermat, karena tingkat suku bunga yang terlalu tinggi maupun yang terlalu
Tingkat suku bunga yang terlalu rendah disisi lain dapat mendorong investasi,
demikian, tingkat bunga yang tinggi tidak mendorong kegiatan investasi dan
produksi. Pada keadaan tight money policy, tingkat suku bunga terlalu tinggi
Akibat hal tersebut, banyak orang mengambil dana yang ada tersebut
16
14
12
10
4
00 01 02 03 04 05 06 07 08 09 10 11 12 13 14
Gambar 1.2
2001 yang masih bertumpu pada operasi pasar terbuka (OPT) melalui
kenaikan harga BBM. Gejolak suku bunga terjadi pada tahun 2008,
eksternal, sebagai imbas krisis finansial global. Suku bunga naik menjadi
sentimen yang positif di pasar keuangan. Pada saat itu arus modal keluar
dari investasi asing sangat besar, oleh karena itu otoritas moneter
dengan PDB salah satu indikator yang digunakan sebagai tolak ukur
PDB
800,000
700,000
600,000
500,000
400,000
300,000
00 01 02 03 04 05 06 07 08 09 10 11 12 13 14
Gambar 1.3
2000.Q1–2014.Q4)
tabungan, hal ini memungkinkan alokasi yang lebih baik dari tabungan
1987). Saat itu diperkenalkan oleh Shaw (1973) dan Mackinnon (1973),
dari sumber daya yang tersedia untuk peluang investasi yang lebih baik.
FD
160
140
120
100
80
60
40
00 01 02 03 04 05 06 07 08 09 10 11 12 13 14
Gambar 1.4
2000.Q1–2014.Q4)
deepening juga dibenarkan oleh King dan Levine (1993), semakin kecil
M2/PDB > 20% dan dikatakan sektor keuangan yang dangkal apabila
M2/PDB < 20% (Azeinmen dan Chricton, 2006). Penggunaan rasio ini
empat variabel, yaitu rasio antara jumlah uang beredar (M2) terhadap
PDB, alokasi kredit domestik oleh bank sentral, persentase kredit yang
Agrawal (2001), meneliti pengaruh suku bunga, nilai tukar, dan PDB
dalam suku bunga dan dengan terjadinya depresiasi mata uang domestik
Naik turunnya nilai tukar mata uang pada dasarnya dipengaruhi oleh
tukar tetap, berarti nilai kurs mata uang domestik terhadap mata uang
Suatu apresiasi mata uang domestik terhadap mata uang asing dapat
barang dan jasa. Bila terjadi keadaan over demand, maka hal tersebut
deepening.
sebaliknya, dengan menganalisis dari segi kurs nilai tukar, tingkat suku bunga,
dan pendapatan nasional di Indonesia dari tahun 2000 sampai dengan tahun
2014.
variabel kurs nilai tukar, tingkat suku bunga SBI, dan pendapatan nasional
Sesuai dengan rumusan masalah di atas, maka tujuan dari penelitian yang
dilakukan adalah untuk mengetahui pengaruh variabel kurs nilai tukar, tingkat
deepening di Indonesia.
financial deepening.
keuangan.
20
Untuk menjaga agar tujuan akhir dari penelitian ini tetap pada fokus
1. Penelitian ini menganalisis kurs nilai tukar, tingkat suku bunga SBI,
bruto (PDB).
tengah rupiah terhadap dollar AS, untuk suku bunga dari SBI 1 bulan,
sebelumnya.
21
Engle-Granger.
BAB 1 PENDAHULUAN
penelitian.
BAB V PENUTUP