PENDAHULUAN
Peranan sektor keuangan semakin penting, karena :
(1) Semakin meningkatnya financial deepening
(2) Semakin bervariasinya produk-produk keuangan karena terjadi financial inovation
(3) Terjadinya globalisasi sehingga pasar keuangan dunia semakin terintegrasi
Kemajuan teknologi informasi dan komunikasi mempercepat terjadinya trans
nasionalisasi keuangan, timbulnya innovasi produk dan meluasnya sekuritas. Akbiatnya
perkembangan besaran-besaran moneter di dalam negeri semakin sulit di kendalikan
(Syahrir, 1995)
25
Hidup (umum) kota Jakarta yang meliputi 62 jenis barang dan jasa. Sedang
Indeks Harga Konsumen IHK meliputi 115 – 150 jenis barang dan jasa (Widodo,
Hg. Suseno Triyanto, 1995).
Sejak April 1989 angka inflasi dihitung berdasarkan perubahan IHK umum
gabungan dari 27 kota-kota besar (sesuai jumlah propensi) di seluruh Idnoensia.
Jenis bararng dan jasa yang diliput dewasa ini sekitar 400 item, terdiri dari : (1)
bahan makanan, (2) makanan jadi, minuman dan rokok, (3) sandang, (4)
transportasi dan komunikasi, (5) pendidikan rekreasi dan olah raga, (6)
perumahan, (7) kesehatan.
26
Perilaku harga cenderung mudah meningkat karena pengaruh melemahnya
nilai tukar rupiah
Perilaku harga cenderung sulit untuk turun apabila nilai tukar rupiah
menguat, seperti pada bulan Agustus menguat 4,0%, bulan Juli menguat
21,0%, namun harga hanya turun (deflasi) sebesar 0,24%.
Financial Deepening
Pembahasan tentang masalah moneter dalam suatu negara sering kali harus
dimulai dengan pembahasan tentang financial deepening. Karena konsep ini akan
membawa kita kepada observasi yang lebih mendalam tentang besar kecilnya
suatu sistem keuangan dalam suatu negara.
Semakin tinggi suatu perekonomian maka semakin besar perran sistem keuangan,
karena semakin banyak pula penggunaan uang dalam berbagai transaksi
perekonomian. Dari tabel di bawah ini dapat dilihat bahwa M1/PDB dan
M2/PDB yang merupakan proksi dari financial deepening mengalami
peningkatan yang semakin besar sejak tahun 1995 (Sjahrir. 1995).
27
Financial Deepening dan Rasio M1/M2
Tahun PDB HK. M1 M2 M1/PDB M2/PDB M1/M2
‘83
1985 85.081,9 10.104 23.153 11,9 27,2 43,6
1986 90.080,5 11.677 27.661 13,0 30,7 42,2
1987 94.517,8 12.685 33.885 13,4 35,9 37,3
1988 99.936,0 14.382 41.998 14,4 42,0 34,6
1989 107.936,0 20.078 58.045 18,7 54,1 28,1
1990 114.921,0 23.819 84.630 20,7 73,6
(HK ’83)
1995 368.792,3 52.677 222.638 14,3 60,4 23,6
1996 413.797,9 64.089 288.632 15,3 69,7 22,2
1997 433.246,0 78.343 355.643 18,1 82,1 22,0
1998 376.051,6 100.489 570.525 26,7 151,7 17,6
1999 376.902,5 124.633 646.205 30,1 171,4 19,3
Sumber : (1) 1985 – 1990 (Sjahrir, 1995)
(2) 1995 – 199 diolah dari Laporan Tahunan BT
28
Giro Masyarakat/ swasta yang ada di bank Indonesia
Faktor-faktor yang
Mempengaruhi uang. Primer 101,8 88,9 94,1 97,1 125,6 23,8
Cadangan devisa bersih (NIR) 114,5 129,6 113,6 116,8 124,5 10,0
Aktiva Domestik bersih (NDA) -12,7 -40,6 -19,1 -19,7 1,1 -11,6
- Tagihan bersih pada 149,6 165,3 159,3 148,7 133,7 -15,6
pemerintah 37,2 37,3 37,3 37,3 37,3 0,1
- Bantuan likuiditas 23,7 18,6 17,7 16,7 15,9 -7,8
- Kredit likuiditas 1,1 1,1 1,3 1,4 1,5 0,4
-86,9 -107,4 -98,5 -86,8 -78,9 -8,0
- Tagihan lainnya
-137,4 -155,2 -133,2 -137,0 -108,4 -29,0
- Operasi pasar terbuka
- Lainnya bersih (NOT)
Sumber : Laporan Bank Indonesia Tahun 2000
29
- Komponen uang beredar (M2) terdiri dari uang kartal (Uk) + uang giral (Ug)
+ uang kuasi (Uq)
M2 = M1 + Uq ---- M1 = Uk + Uq
M2 = Uk + Ug + Uq
Ug = Giro masyarakat yang ada di perbankan
Uq = Deposito dan tabungan dalam rupiah di perbankan ditambah
Simpanan dalam valuta asing
- Dilihat dari tugas Bank Indonesia, maka :
M1 = merupakan sasaran antara
MO = merupakan sasaran operasional
BI mempengaruhi MO melalui :
- Penetapan besarnya RR
- Berlangsungnya OPT
30
kenaikan aktiva luar negeri bersih Rp 17,3 triliun. Sedangkan tagihan pada
pemerintah merupakan faktor pengurang (mengurangi) sebesar
Rp 16,5 triliun.
31
devisa. Sementara penurunan pada kelompok bank persero, terkait dengan
dialihkannya kredit macet ke Amu/ BPPN.
32
BPR. Untuk membantu pendanaan BPR, BI hingga tanggal 16-11-1999 masih
menyediakan bantuan likuiditas bagi penyaluran kredit modal kerja (KMK),
Kredit Kepada Pengusaha Kecil dan Mikro (KPKM) dan memperluas jaringan
cakupan Proyek Kredit Mikro (PKM).
Pengembangan Bank Syariah : kebijakan pengembangan bank syariah
diarahkan kepada upaya untuk mempersiapkan perangkat peraturan upaya
untuk penunang yang mendukung operasional bank syariah. Strateginya
mengacu kepada 4 langkah :
1) Penyusunan perangkat peraturan tentang perbankan syariah
2) Pengembangan jaringan bank syariah
3) Pengembangan piranti moneter dalam rangka mendukung kebijakan
moneter dan pengembangan bank syariah.
4) Pelaksanaan kegiatan sosialisasi perbankan syariah
33
Bank Sentral (Bank Indonesia) menjual atau membeli surat berharga dan
menentukan suku bunga bank atau diskonto.
Sejak 1-2-1984 Bank Indonesia memberikan SBI (Sertifikat Bank Indonesia) dan
setahun kemudian menyusul SBPU (Surat Berharga Pasar Uang)
Dengan menjual SBI karena bank-bank umum – likuiditas bank berkurang,
pemberian kredit berkurang – maka jumlah uang beredar berkurang. Sebaliknya
dengan membei kembali SBPU (bank umum menjual SBPU) – likuiditas bank
bertambah, kredit bank bertambah – jumlah uang beredar bertambah.
Keterangan :
TS = tidak sehat
CS = cukup sehat
KS = kurang sehat
S = Sehat
34
Tujuan utama untuk mengawasi apakah kredit yang diberikan bank sesuai dengan
keinginan pemerintah.
2) Bujukan Moral
Pimpinan bank Indonesia mengadakan pertemuan-pertemuan dengan pimpinan bank-
bank umum. Dalam kesempatan itu Bank Indonesia dapat menjelaskan kebijakan
yang sedang atau akan dijalankann dan dapat memberikan saran-saran atau himbauan
kepada bank-bank umum seperti untuk melakukan merger, penurunan suku bunga
dan sebagainya.
(Insukindro, 1995).
35
obligasi meningkat dari Rp18,9 triliun (1998) menjadi Rp 23,2 triliun. (Laporan
Tahunan Bank Indonesia, 1999).
DAFTAR BACAAN
4. Indrawati, Sri Mulyani, Teori Moneter, Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas
Indonesia, 1988.
5. Insukindro, Dr., Ekonomi Uang dan bank, Teori dan Pengalaman di Indonesia,
diterbitkan oleh BPFE, Yogyakarta, 1995.
36