Anda di halaman 1dari 19

EKONOMI

PEMBANGUNAN
%konami li^nira CArknuVinj
HaM3-32

ANALBSIS MAKRO KINERJA PASAR MODAL INDONESIA


DENGAN PENDEKATAN ERROR CORRECTION MODEL (ECM)
Rini Dwi Astuti

Abstract
In Indonesia, monetary crisis had brought economy damage, particularly at the capital
market. This study, concerns with analysis of capital market conducted in macro economy
perspective and usingError Correction Model (ECM) Approach. How didforeign exchange
fluctuation, deposit at banking sector, real deposit rate, LIBOR, and 'monetary crisissince
Augtist 1997, influence on the capital market performance?
This study concludes that capital market performance has a strong relationship with
macro economy stability. A deterioration of macro economy stabilization could diminish
investment in capital market, and then deteriorate capital market performance. A conducive
environment is needed tofoster capital market performance in both macro and micro per
spective, and so is the economic and non-economic aspect. Finally, mixedpolicy is badly
needed to cover all the instability in economy.

Keyword: capital market performance; macro economy: error correction model

PENDAHULUAN likuiditas perekonomian sejak bulan Agustus


Depresiasi rupiah yang terjadi semenjak 1997 berdampakbesar terhadap pasar modal.
aw^I bulan Agustus 1997, sangat berpenganih Dari tabel I dapat dilihat aktivitas pasar
terhadap perekonomian Indonesia. Tindakan modal, di mana setelah adanya krisis moneter
pemerintah yang menggantikan managed (periode 1997-1998) nilai IHSG mengalami
floating exchange rate denganfreely floating penurunan drastis dari 36.98% (periode 1996-
exchange rate telah menyebabkan nilai 1997) menjadi sebesar 0,91%, kemudian
rupiah meluncur ke bawah tanpa hambatan. mengalami peningkatan yang cukup pesat
Peluncuran yang begitu cepat tersebut membuat pada periode 1998-1999 sebesar 70.06%.
panik masyarakat sehingga menyebabkan Dari Tabel 2 dapat dilihat perkembangan
pembuat keputusan ekonomi melakukan tin laju pertumbuhan ekonomi Indonesia yang
dakan yang sebenamya tidak sesuai dengan menurun drastis bahkan mencapai nilai nega-
kebijakan yang telah ditetapkan. tif karena adanya krisis moneter pada tahun
Sikap mendua dari otoritas moneter den 1997, yaitu dari 4.65% pada tahun 1997 men
gan melepas band intervensi rupiah dan ' jadi -13.68% pada tahun 1998. Laju pertum
menerapkan freely floating exchange rate di buhan yang negatif tersebut dibarengi dengan
satu sisi dan pengetatan likuiditas ekonomi di laju inflasi yang tinggi yaitu sebesar 77.63%,
sisi lain dengan cara komando, temyata dengan tingkat suku bunga hanya sebesar
membuat masyarakat semakin panik dan kian 70%. Sehingga suku bunga He! yang terjadi
peka terhadap segala macam rumor, sehingga dalam perekonomian adalah negatif. Indika-
pertimbangan dan perhitungan ekonomi seo- tor-indikator makro ekonomi yang buruk
lah tidak berlaku lagi. Fluktuasi rupiah men- tersebut memberikan efek yang tidak baik
jadi begitu besar serta kebijakan pengetatan bag! kinerja pasar modal.

JEPVol 6. No. 1,2001 13


Rini Dwi Asluli, Analisis Makro Kineija Pasar Modal Indonesia. ISSN: 1410-2641

Tabel 1
Aktivitas Pasar Modal Tahun 1998-1999

Tahun Kurs IHSG Kapitalisasi Emiten Saham Tercatat

Rp/$AS Pasar (M Rp) Tercatat

1996 2,382 637.432 215,026 253 77,240,833,399


1997 4,650 401.712 159,930 282 135,668,883,612
1998 8,025 398.038 175,729 288 170,549,123,166
1999 7,100 676.919 451,815 277 846,131,138,504
Perubahan 36.98% . 25.62% 11.46%
• 75.64%
1996-1997

1997-1998 0.91% 9.88% 2.13% 25.71%

1998-1999 70.06% 157.11% 3.82% 396.12%

Sumbur: Investor. No. 16 Tahun II Januari 2000

label 2
Laju Pertumbuhan Ekonomi,Laju Inflasi, dan Suku Bunga di Indonesia

Tahun Pertumbuhan Laju Inflasi Suku Bunga


EkonomI (%) (%) (%)
1997 4.65 11.05 18-20

1998 -13.68 77.63 20-70

1999 0.12' 2.01 12

Kcierangan: *) perkiraan
Sumbcr: Investor, S'o.l6 Tahim II Januari 2000

Namun demikian, pasar modal Indonesia 6%. Semakin tinggi angka spread Ini, se-
yang diaktifkan kembali pada tahun 1977 makin besar dorongan perusahaan untuk
dan muiai berkembang pesat sejak tahun memotongnya (penghimpunan dana di pasar
1989, merupakan sumber pembiayaan alter- modal dapat memotong biaya inteimediasi
natif bagi dunia usaha dan bag! pemodal. keuangan). Perusahaan dapat menerbitkan
Pasar Modal juga merupakan altematif untuk obligasi dengan bunga 15%. Pembeli obligasi
melakukan investasi pada financial asset, di akan diuntungkan jika dibanding dengan
samping perbankan. Apabila bank menghim- mendepositokan dananya di bank..(yaitu
pun dana dari masyarakat, bank mungkin memperoleh 2% lebih tinggi) dan perusahaan
menawarkan bunga 13%. Sewaktu bank juga diuntungkan karena hanya menanggung
member! kredit, bank menawarkan tingkat biaya utang (cost of debt) lebih kecil diban-
bunga 19%, sehingga terjadi spread sebesar dirigkan dengan meminjam pada bank.

14 JEPVol 6. No. 1.2001


iSSN: 1410-2641 ' Rini Dwi Astuti, Analisis Makro Kinerja Pasar Modal Indonesia.

Dipandang dari sisi ekonomi tnakro, dana masyarakat, suku bunga deposlto riel,
pasar modal diperlukan untuk memobilisasi dan suku bunga luar negeri, serta variabel
dana masyarakat, yang akan dialokasikan dummy krisis moneter sejak bulan Agustus
untuk investasi jangka panjang, akan tetapi tahun 1997 terhadap kinerja pasar modal di
meskipun investasi tersebut dilakukan untuk Indonesia periode tahun 1996-1999.
jangka panjang, pembeli sekuritas tidak perlu
mengikatkan dananya untuk jangka yang METODE PENELITIAN
sama, karena mereka dapat menjual sekuritas Selama ini, penelitian-penelitian yang
tersebut sebelum umur investasi atau jangka telah dilakukan sebagian besar lebih banyak
waktu sekuritas tersebut berakhir) (Husnan, menggunakan pendekatan Backward Ldbk-
1994). ing Model, seperti Partial Adjustment Model
Memang tidak dapat dipungkiri betapa (PAM) dan Error Correction Model (ECM)
pentingnya peran sektor keuangan dalam (Insukindro, 1990, Wickens-Breusch, 1988,
proses pembangunan. Hal tersebut tidak hanya Sugiyanto, 1994). Implikasi dari pendekatan
disadari oieh kalangan ekonom kapitalis tetapi ini adalah bahwa pelaku ekonomi akan be-
juga oieh ekonom-ekonom sosialis Marx- reaksi lebih lama terhadap kejadlan di pasar.
Lenin, dan juga oieh Keynes bahwa kerusakan Dalam pendekatan ini hanya dimasukkan
besar dapat timbul dalam suatu perekonomian variabel sekarang serta variabel lag, tetapi
^ karena rusaknya sektor keuangan. Di negara tidak memperhitungkan dampak keputusan
sedang berkembang, kebijakan moneter ditu- saat ini pada keputusan di masa datang.
jukan. untuk menjaga kestabilan moneter, Pembentukan model dinamik dipengaruhi
dan sebagai piranti untuk mempertinggi per- oieh berbagai faktor, seperti perilaku agen-
tumbuhan ekonomi serta pemerataan penda- agen ekonomi, faktor psikologis, faktor teknis,
patan. peranan otoritas ekonomi, faktor kelembagaan,
Menurut Savas (1987) dalam Nasution dan pandangan si pembuat model terhadap
(1990), terdapat empat alasan pengenaan fenomena nyata yang dihadapinya (Gujarati,
deregulasi dalam suatu perekonomian. Per- 1995). Di sisi lain, teori ekonomi juga tidak
lania. adalah alasan pragmatis untuk mengu- terlalu banyak bercerita tentang model dinamik
rangi defisit anggaran negara. Kedtia. alasan (jangka pendek), tetapi lebih memusatkan
ideologis untuk mengurangi campur ,tangan pada perilaku variabel dalam keseimbangan
negara dalam pengambilan keputusan. Keiiga, atau dalam jangka panjang.
alasan komersial dengan melimpahkan se- Dengan model ECM, masalah regresi
bagian besar kegiatan ekonomi pada swasta lancung [spurious regression) dapat diatasi
agar tercapai eflslensi. Dan keempai, alasan melalui penggunaan variabel perbedaan [dif
populis agar masyarakat lebih bebas menen- ference) yang tepat di dalam model. Namun
tukan pilihan-pilihannya. Berkaitan dengan taripa menghilangkan informasi jangka pan
upaya deregulasi sektor keuangan di Indone jang akibat penggunaan data perbedaan saja,
sia, dapat disimpulkan bahwa Indonesia lebih karena ECM juga memasukkan variabel level
condong pada penekanan alasan pragmatis (Domowitz & Elbadawi, 1987). Model ECM
karena mobilisas! dana masyarakat ditujukan yang valid mengindikasikan adanya koihte-
untuk menutup kesenjangan pembiayaan grasi (hubungan jangka panjang) antar varia
pembangunan. bel, spesifikasi modelnya behar, teorinya benar,
Penelitian [ni akan menganalisis mengenai dan terdapat hubungan kausalitas (paling tidak
kinerja pasar modal dilihat dari sudut pandang hubungan satu arah di mana variabel inde-
makroekonomi. Bagaimana pengaruh dari penden mempengaruhi variabel dependen-
indikator-indikator ekonomi yaitu kurs, posisi nya secara signifikan).

JEPVol 6. No. 1,2001 15


Rini Dwi Astuti, Analisis Makro Kinerja Pasar Modal Indonesia. ISSN: 1410-2641

DLKURS = LKURS-LKURS{-1)
Pembentukan Model DRD = RD-RD(-1)
Kinerja pasar modal yang dicerminkan DRF = RF-RF(-I)
dari fluktuasi nilai IHSG sangat dipengaruhi ECrr=LKURS(-1)+mM{-1)+RD(-1)+RF(-1)-LP^-1)
oleh variabei-variabe! makro ekonomi. Varia-
bel-variabel tersebut yaitu nilai kurs yang Estimasi Koeflsien Regresi Jangka
akan menentukan tingkat keuntungan inves- Pendek dan Jangka Panjang ECM
tasi di pasar modal, posisi dana masyarakat Pembentukan model dinamis memung-
di sektor perbankan yang merupakan pesaing kinkan kita dapat memperoleh besaran koe
kuat pasar modal dalam menarik dana flsien regresi jangka panjang. Skaiar tersebut
- masyarakat, serta tingkat bunga dalam negeri dapat dipakai untuk mengamati hubungan
maupun iuar negeri yang dianggap sebagai jangka panjang antar vektor variabel ekonomi
opportimity cost bag! pemilik modal yang seperti yang dikehendaki teori ekonomi (In-
menginvestasikan dananya di pasar modal. sukindro, 1990).
Variabel dummy krisis moneter merupakan Untuk mendapat besaran koeflsien re
s^ocA dalam model. gresi jangka panjang, anggaplah kita mem-
Model yang akan dianalisis dalam punyai model dinamik jan^a pendek {short-
penelitian ini adalah sebagai berikut: ruri) sebagai berikut:
LPM = f(LKURS,LDM,RD,RF..D) (1) DYi = Po + PiDXii + P2DX2t + (P3+P5)BXh +
aLPM/5LKURS<0 (P^+POBXa-PsBY, (3)
5LPM/5LDM<0 di mana DY, adalah variabel dependen dalam
5LPM / ard < 0 bentuk difference (DY,= Y,-Yi.i), DXn,
5LPM/5rf<0 adalah variabel independen dalam bentuk
5bPM/aD<0 •difference (DXn,= Xni-X,.i), dan B adalah
Di mana: backward lag operator (BY| = Yi.j; BXnj =
LPM : kinerja pasar modal (dalam bentuk Xn,.i). Nilai Pi dan P2 merupakan koeflsien
log) regresi jangka pendek yang menunjiikkan
LKURS : nilai kursRp/$ (dalam bentuk log) pengaruh variabel independen terhadap vari
LDM : posisi dana masyarakat (dalam abel dependen dalam jangka pendek.
bentuk log) Dari persamaan (3.4.1) di atas dapat di-
RD : suku bungarlil dalamnegeri tulis model jangka panjang (long-run), di
RF : suku bunga luar negeri mana dalam jangka panjang Y, = Y,.| dan X,
D : krisis moneter Agustus 1997 = X,.|, sehingga modelnya adalah sebagai
berikut:
Dari model dasar di atas kemudian PsYl = Po +{P3+P5)Xl, +(P4+P5)X2l (4)
dibentuk Model Koreksi Kesalahan (ECM) Yl= po/P5+{(P3+p5)/P5}Xl| +(P4+P5)/P5X2l (5)
sebagai berikut: atau
DLPM = 00+ oi DLKURS + 02 DLDM + ot3 Yi=yo +yi X11 +Y2X21 (6)
DRD + a4:DRF-f osLKURS {-1) + oe
Nilai Yi dan Y2 merupakan koeflsien regresi
LDM.(-1) +07RD (-1) +a8 RF (-1).+ jangka.panjang yang menunjukkan pengaruh
09 ECT + 010 D (2) variabel independen -terhadap variabel i/e-
Di mana:
^e/7£/e77;dalam.Jangka panjang.
DLPM = LPM-LPM(-I)
•DLDM=,LDM-LDM(^1)

16 JEPVol 6. No. 1.2001


ISSN: 1410-2641 RinI Dwi AstutI, Analisis Makro Kinerja Pasar Modal Indonesia.

Diskripsi Data karena dianggap sebagai periode yang


Data yang digunakan dalam penelitian tepat. tidak terlalu cepat dan tidak terlalu
ini adalah.data runtun waktu (lime series) lama jika pemilik modal ingin meng-
dalam,bentuk bulanan. Periode yang digunakan investasikan dananya 'di sektor perbankan
adatah dari tahun 1996.01 sampai dengan dengan return (penghasilan bunga) yang
tahun 1999.11. Alasan dari pemllihan pe: relatif besar. Suku bunga yang digunakan-
riode ini adatah bahwa setelah krisis adalah suku bunga riil (diberi notasi RD),
moneter sejak bulan Agustus 1997, kinerja yang diperoleh 'dengan mengurangkan
pasar modal mengalami kemunduran-yang suku bunga.nominal dengan tingkatdn-
relatif besar, dan untuk selanjutnya ingin flasi, yang dapat dinotasikan dengan ru-
diketahui bagaimana kinerja pasar modal : mus sebagai berikut;
yang dipengaruhi oleh beberapa faktor makro r = R-i"
ekonomi. Dalam penelitian ini, faktor-faktor di mana .r adalah-suku bunga riil, R
tersebut adalah nilai kurs, posisi dana adalah suku-bunga nominal, dan i adalah
masyarakat, suku bunga deposito, suku tingkat inflasi.
bunga luar negeri, dan variabel dummy krisis Data suku bunga ini diperoleh dari
moneter sejak bulan Agustus 1997, yang Laporan Bulanan Bank Indonesia yang
akan mempengaruhi kinerja pasar modal. diterbitkan oleh Bank Indonesia.,
Model, yang digunakan dalam bentuk 4. Suku Bunga Luar Negeri
semilog, karena ada variabel yang tidak dapat Suku bunga luar negeri yang diguna-
digunakan dalam bentuk logaritma karena . kan adalah London Interbank Offer Rate'
sudah dalam satuan persen (yaitu variabel (LIBOR) untuk jangka waktu 6 bulan
suku bunga) dan bemilai nol (yaitu variabel- . (diberi notasi RF). Dipilih periode 6 bulan
boneka atau dummy variable). karena dianggap sebagai periode yang-
1. Kinerja pasar modal tepat dengan return yang relatif besar.
Kinerja pasar modal dicerminkan Data yang diperoleh berasal dari Laporan
oleh Indeks Harga Saham Gabungan Bulanan Bank Indonesia yang diterbit
(IHSG), yang dihitung dari rata-rata ter- kan oleh Bank Indonesia.
timbang IHSG di Bursa Efek Jakarta dan 5. Krisis Moneter Indonesia sejak bulan
IHSG di Bursa Efek Surabaya. Data yang Agustus 1997
diperoleh berasal dari Laporan Bulanan Ini merupakan variabel boneka
Bank Indonesia yang diterbitkan oleh {dummy variableX di mana sebelum
Bank Indonesia. Data tersebut digunakan adanya krisis moneter diberi nilai nol,
dalam bentuk logaritma, dan diberi notasi dan setelah adanya krisis moneter diberi
LPM. , nilai satu.
2. Kurs
Nilai kurs dihitung dari besamya HASIL DAN PEMBAHASAN
nilai rupiah terhadap nilai dollar Amerika Analisis Perilaku Data
Serikat. Data yang diperoleh berasal dari Ujiakar-akarunit .
Laporan Bulanan Bank Indonesia yang Data atau variabel yang diamati al^
diterbitkan oleh Bank Indonesia. Kurs stasioner jika nilai t-hitung (absolut) l^jh
digunakan dalam bentuk logaritma, dan besar dari nilai t-tabel (absolut),. Dari :uji
diberi notasi LKURS. stasioneritas yang telah dilakukan menun-.
3. Suku Bunga Deposito jukkan hasll bahwa tidak ada data/variabel
Suku bunga deposito yang diguna yang stasioner pada a = 5%. Untuk itu perlu
kan adalah suku bunga deposito 6 bulan, dilakukan uji derajat integrasi untuk menge-

JEPVol 6. No. 1,2001 17


Rini Dwi Astuti, Analisis Makro Kinerja Pasar Modal Indonesia. ISSN: 1410-2641

tahui pada derajal ke berapa varlabel-variabel Untuk melakukan uji kointegrasi, data
tersebut stasioner. yang digunakan harus berintegrasi pada derajat
yang sama. Jika dua atau lebih mempunyai
Uji derajat integrasi derajat integrasi yang berbeda, misaloya
Pengujian dilakukan terhadap semua vari- X'I(l) dan, Y~I(2), maka kedua variabel
abel yang belum stasioner, yaitu variabel tersebut tidak dapat berkointegrasi (Engle-
LPM, LKURS, LDM, RD, RF, Dl untuk. Granger, 1987,Insukindro, 1990).
dapat diketahui pada derajat integrasi ke Pengujian ini diperlukan sebagai syarat
berapa variabel yang diamati tersebut akan pembentukan ECM. Apabila pengujian ini
stasioner. gagal maka ECM yang diperoleh akan keiiru
Dari hasi! pengujian derajat integrasi (Sugiyanto, 1994).
satu atau dapat dinotasikan dengan 1(1), Kointegrasi akan tercapai jika nilai t-
diketahui bahwa semua variabel yang dia hitung (absolut) lebih besar dari nilai t-tabel
mati belum stasioner pada a = 5%, karena (absolut). Dari hasil uji kointegrasi yang
nilai t-hitung (absolut) masih lebih kecil dari dilakukan terhadap variabel kinerja pasar
nilai t-tabel (absolut). Sehingga perlu dila modal, kurs, posisi dana masyarakat, suku
kukan uji derajat integrasi pada derajat dua bunga deposito, suku bunga luar negeri, dan
atau dapat dinotasikan dengan 1(2). Dari dummy variable, yang telah stasioner pada
basil pengujian derajat integrasi dua, diketa 1(2), menunjukkan bahwa semua variabel
hui bahwa semua variabel yang diamati te- tersebut berkointegrasi pada a=5%, dan
lah stasioner pada a = 5%. Dengan kata lain, mempunyai hubungan jangka panjang antar
variabel LPM, LKURS, LDM, RD, RF, Dl variabel. Keberhasilan dari pengujian ini
stasioner pada 1(2) dengan a = 5%, di mana berarli bahwa ECM yang diperoleh tidak akan
nilai t-hitung (absolut) lebih besar dari nilai keiiru.
t-tabel (absolut). Dengan demikian, dapat
dilakukan uji kointegrasi karena variabel Model Koreksi Kesalahan {Error Correc
yang diamati mempunyai derajat integrasi tion Model=ECM)
yang sama. Hasil regresi dari model ECM dapat
diperoleh dari tabel 3. Dari tabel-tersebut dapat
Vji kointegrasi diketahui bahwa koefisien error correction
Pendekatan kointegrasi merupakan saiah term (ECT) signifikan dalam model. Dengan
satu cara. yang sering digunakan dalam signifikannya koefisien ECT berarti terdapat
penelitian-penelitian ekonomi dalam rangka indikasi bahwa antara variabel kinerja pasar
menghindari adanya regresi lancung (Sugi- modal, variabel kurs, variabel posisi dana
yanto, 1994). Ada cara lain yang digunakan masyarakat, variabel suku bunga deposito
untuk menghindari regresi lancung, yaitu riel, dan variabel suku bunga luar negeri
dengan memasukkan lebih banyak variabel terdapat kointegrasi, spesiflkasi modelnya
kelambanan (lag) baik variabel tergantung benar, teorinya benar, dan terdapat hubun
{dependent variable) maupun variabel bebas gan kausalitas (paling tidak hubungan satu
{independent variable). arah). Sehingga,. tidak ada alasan untuk
Dengan kata lain kita membentuk model menolak model ECM tersebut.
dinamis, seperti PAM. ECM, l-ECM (Insu-
kindro, 1990,Sugiyanto, 1994).

18 JEPVol 6. No. 1,2001


ISSN; 1410-2641 Rini Dwi Astuti, Analisis Makro Kinerja Pasar Modal Indonesia.

label 3 •-
HasirPengujian Stasioneritas'

Vartabel Niial t*hitung. • Nilai t-tabel


LPM -1.8172 • -3.5162
LKURS -1.4822 -3.5162
•• LDM -1.0359 -3.5162
RD -1.7969 - -3.5162,.
RF -2.4022 -3.5162
D -1.7045 -3.5162

Tabel4
Hasil Pengujian Derajat Integrasi Pertama

Variabel NIlai t'hitung Nilai t-tabel


LPM -2.9141 -3.5189
LKURS -2.1494 -3.5189
LDM -2.4796 -3.5189
> RD -1.4712 -3.5189
RF -3.1775 -3.5189
D -2.9105 -3.5189-

Tabel 5
Hasil Pengujian Derajat Integrasi Kedua

Variabel - NIlai t-hitung Nilai t-tabel


LPM -5.2202 -3.5217
LKURS -4.6565 -3.5217
LDM -5.6228- -3.5217
RD -4.7449 -3.5217
RF • ' -4.4006 -3.5217
D -4.5277 -3.5217

' Tabel6
Hasil Ujl KointegrasI

NIlait-hitung Nilai t-tabel


-5.9057 (a=1%)

-5.1401 -5.1290(a=5%)
. -4.7497(a=10%)

JEPVol 6. No. 1,2001 19


Rini Dwi Astuti. Analisis Makro Kinerja Pasar Modal Indonesia. ISSN: 1410-2641

Tabel 7
Koefisien Regresi Model Koreksi Kesalahan (ECM)

Variabel Bebas Koefisien Regresi Nilai t- statlstik


C 4.3631 . 5.076
D(LKURS) -1.1469 -3.474*
D(LDM) 3.7048 3.787*
D{RD) -0.0254 4.324*
D{RF} 0.0249 0.216
LKURS(-1) -1.1320 -5.257*
LDM(-I) 0.2908" 1.851
RD(-1} -0.7086 -5.231* •
RF{-1) -0.9664 -5.585*
ECT 0.6834 5.191* •
D -0.1984 -2.572* -A

Tanda * berarti signifikan pada a = 5%


R- = 0.6889
ARCH(4) = 0.4058
LM(4) =0.673!

Tabel 8
Pengamh Variabel Bebas terhadap Variabel Tak Bebas dalam Jangka Pendek dan Jangka Panjang

Variabel Bebas Jangka Pendek Jangka Panjang

Kurs (dalam bentuk log) -1.1469* -2.6564*


Posisi Dana Masyarakat (dalam bentuk 3.7048* 1.4255
'og)
Suku Bunga-Deposito . -0.0254* -2.0369*
Suku BungaluarNegeri 0.0249 -2.4141*

Keterangan:
Tanda * berarti signifikan pada a = 5%
Jangka pendek : efek seketika tanpa selang waktu dalam periode pengamatan
Jangka panjang : efek dari keseimbangan lama ke keseimbangan baru setelah ada shock

20 JEP Vol6, No. 1,2001


ISSN: 1410-2641 Rini Dwi Asluti, Analisis Makro Kinerja Pasar Modal Indonesia.

Untuk variabel-variabel dalam bentuk Setiap ada kenaikan posisi dana masyarakat
perbedaan {difference) menunjukkan adanya sebesar satu persen akan menyebabkan ke
signifikansi kecuali untuk variabel suku bunga naikan kinerja pasar modal sebesar 3.7048
' luar negeri, hal ini berarti bahwa variabel- persen. Sehingga hipotesis bahwa posisi
variabel bebas tersebut, kecuali variabel suku dana masyarakat akan berpengaruh secara
bunga luar negeri, mempengaruhi variabel nyata dan negatif terhadap kinerja pasar
tak bebasnya dalam jangka pendek. Variabel- modal tidak dapat diterima. Ini berarti
variabel dalam bentuk level juga menunjukkan bahwa pasar modal bukan merupakan
adanya signifikansi, kecuali variabel posisi substitusi dari perbankan, tetapi merupakan
dana masyarakat, hal ini berarti variabel- komplementer dari perbankan. Semakin besar
variabel bebas mempengaruhi variabel tak dana masyarakat yang diinvestasikan di per
bebasnya dalam jangka panjang. Pengaruh bankan semakin besar pula dana masyarakat
variabel-variabel bebas tersebut dapat bersifat yang diinvestasikan di pasar modal.
seketika maupun tidak seketika, tetapi mem- Hal di atas mengindikasikan bahwa se
butuhkan selang waktu, sehingga dalam model makin besar dana simpanan masyarakat di
studi empiris variabel-variabel bebas mem bank berarti semakin banyak dana yang di-
pengaruhi variabel tak bebasnya dalam jangka miliki oleh masyarakat yang dapat diinves
pendek maupun jangka panjang. tasikan di luar sektor perbankan khususnya
Dalam jangka pendek, variabel kurs pasar modal. Ini dapat terjadi karena
berpengaruh secara nyata dan negatif terhadap masyarakat memilih untuk menginvestasi-
kinerja pasar modal sebesar 1.1469, artinya kan dana jangka pendeknya di sektor perj-.-
setiap kenaikan kurs sebesar satu persen bankan dan menanamkan investasi jangka
akan menyebabkan penurunan kinerja pasar panjangnya di pasar modal. Sehingga pasar
modal sebesar 1.1469 persen. Angka ini modal dan perbankan dapat berjalan seiring.
menunjukkan bahwa kinerja pasar modal tanpa ada persaingan yang cukup berarti
dipengaruhi oleh fluktuasi kurs dalam jumlah karena masing-masing mempunyai karakter-
yang relatif sama. Dengan naiknya nilal kurs istik sendiri.
nipiah terhadap dollar Amerika Serikat akan Dalam jangka panjang, posisi dana
menyebabkan turunnya Investor untuk me- masyarakat tidak akan mempengaruhi kinerja
nanamkan dananya dl Indonesia karena in- pasar modal. Hal ini dapat terjadi karena,
vestasi khususnya di pasar modal menjadi dalam jangka panjang, baik sektor perbankan
relatif lebih mahat, dengan nilai dollar yang maupun pasar modal masing-masing akan
sama membutuhkan jumlah rupiah yang lebih melakukan inovasi - terhadap produknya,
banyak. Dalam jangka panjang, pengaruh sehingga masyarakat pemilik dana dalam
variabel kurs terhadap kinerja pasar modal membuat keputusan investasi baik dl sektor
lebih besar daripada dalam jangka pendek perbankan maupun di pasar modal didasar-
yaitu sebesar 2.6S64. Artinya bahwa setiap kan pada karakteristik perbankan dan pasar
kenaikan kurs rupiah terhadap dollar akan modal yang berbeda satu sama lain dan tidak
menyebabkan penurunan kineija pasar modal saling mempengaruhi satu sama lain.
sebesar 2.6564 persen. Hal ini mengindikasi- Variabel suku bunga deposito berpenga
kan bahwa kenaikan nilai kurs akan semakin ruh secara nyata dan negatif terhadap kinerja
memperburuk kinerja pasar modal dalam pasar modaf dalam jangka pendek. Setiap
jangka-panjang. ^ _ ada kenaikan suku bunga deposito sebesar
Variabel posisi dana masyarakiat berpe satu persen terjadi penurunan kinerja.-^ar
ngaruh secara nyata dan .positif terhadap modal sebesar 2.54 persen. Angka ini m^un-
^ kinerja pasar modal dalam jangka pendek. jukkan b^wa kineija pasar modal akan turun

JEPVcl 6, No. "1,2001 21


Rini Dwi Asluli, Analisis Makro Kinerja Pasar Modal Indonesia. ISSN: 1410-2641

sekitar dua setengah kali jika terjadi kenaikan outflow atau capital flight) dari investor di
bunga deposito. Hal in! dapat terjadi karena dalam negeri dan tidak adanya capital inflow
dengan naiknya bunga deposito, masyarakat dari investor asing. Akibatnya kinerja pasar
akan leblh tertarik untuk menginvestasikan modal akan menurun drastis.
dananya di sektor perbankain dengan harapan Variabel dummy di sini tidak dapat
mendapatkan keiintungan bunga yang leblh dilepaskan dari model ECM karena meru-
besar. Akibatnya akan terjadi pergeseran kom- pakan shock bag! kinerja pasar modal. Di
posisi investasi masyarakat, yaitu investasi ' mana krisis moneter di Indonesia sejak bulan
dana Jangka pendek di perbankan yang lebih Agustus 1997, telah memberikan efek negatif
besar dibandingkan dengan Investasi dana terhadap kinerja pasar modal. Sikap panik
Jangka panjang di pasar modal. Akibatnya para investor di mana keputusan peiaku
investasi dana masyarakat di pasar modal akan ekonomi tidak lag! didasarkan pada aspek
turun. ekonomi secara mumi semakin memperburuk
Dalam Jangka panjang, suku bunga de kinerja pasar modal.
posito Juga berpengaruh secara nyata dan Nilai koefisien determinasi (R") yang
negatif terhadap kinerja pasar modal dalam bernilai rendah bukan merupakan masalah
Jumlah yang relatif sangat besar, di mana yang serius, karena koefisien ini dalam ECM
setiap kenaikan suku bunga deposito sebesar hanya mengukur hubungan antara variabel
satu persen akan mengakibatkan penurunan diferensi pertama variabel tak bebas dengan
kinerja pasar modal sebesar 203.69 persen. variabel-variabel bebas yang digunakan. Dan
Angka yang relatif besar tersebut mengindi- penggunaan variabel tak bebas dalam bentuk
kasikan bahwa kenaikan suku bunga de diferensi pertama ini dapat mengakibatkan
posito secara terus-menerus dalam Jangka nilai koefisien determinasi menjadi rendah.
panjang akan sangat memperburuk kinerja Dengan demikian, besar kecilnya koefisien
pasar modal. determinasi sangat dipengaruhi oleh sebaran
' Variabel suku bunga luar negeri dalam data terhadap rata-ratanya. Selain itu, koe
Jangka pendek tidak berpengaruh secara fisien ini tidak cukup layak untuk mengukur
nyata dan negatif terhadap pasar modal. Hal ketepatan spesifikasi model, sebab spesifikasi
ini berarti bahwa pengaruh suku bunga luar model telah didasarkan pada teori terkait dan
negeri terhadap kinerja pasar modal tidak dapat dilihat pula pada koefisien regresi
berlangsung seketika melainkan membutuhkan pada EOT. Nilai ECT yang signifikan mem-
selang waktu. Dalam Jangka panjang, suku beri indikasi bahwa model tersebut tidak ada
bun^ luar negeri berpengaruh secara nyata alasan untuk ditolak.
dan negatif terhadap kinerja pasar modal Pengujian terhadap autokorelasi diguna
sebesar 2.4141. Angka tersebut menunjukkan kan LM Test, dengan Jumlah autoregressive
bahwa' setiap kenaikan satu persen suku term empat (diperoleh dari 'Vn, n adalah
bunga luar negeri menyebabkah" penurunan Jumlah observasi). Jika nilai F-statistik hi-
kinerja pasar modal sebesar 241.41 persen. tung lebih kecil dibandingkan dengan nilai
Dengan naiknya suku bunga luar negeri, F-statistik tabel maka hipotesis tidak adanya
masyarakat pemillk modal memandang ada- autokorelasi dapat diterima. Hasil pengujian
nya investasi'yang lebih menarik di luar negeri menunjukkan bahwa nilai F-statistik hitung
dengan harapan akan memperoleh keuntungan sebesar 0.67 lebih kecil dari nilai F-statistik
{capiial gain) yang relatif lebih besar Jika tabel sebesar 2.0! pada a = 5 %, sehingga
dibandingkan dengan investasi di dalam negeri tidak terjadi autokorelasi di dalam model.
khususnya di pasar modal. Sehingga yang Pengujian terhadap heteroskedastisitas
terjadi adalah aliran modal ke luar {capital digunakan ARCH Test, dengan Jumlah auto-

22 JEPVcl 6, No. 1,2001


ISSN: 1410-2641 Rini Dwi AstutI, Analisis Makro hJnerja Pasar Modal Indonesia.

regressive term empat (diperoleh dari "^Vn, n' sama membutuhkan nilai rupiah yang lebih
adalah jumlah observasi). Jika nilai F-statistik besar.
hitung lebih kecil dibandingkan dengan nilai Variabel posisi dana masyarakat mem
F-statistik tabel maka hipotesis tidak adanya punyai hubungan yang positif dengan kinerja
heteroskedastis (atau terjadi homoskedastis) pasar modal, ini berarti bahwa semakin besar
dan autokorelasi dapat diterima. Hasil pen- dana simpanan masyarakat di bank berarti
gujian menunjukkan bahwa nilai F-statistik semakin banyak dana yang dimiliki oleh
hitung sebesar 0.41 lebih kecil dari nilai F- masyarakat yang dapat diinvestasikan di luar
statistik tabel sebesar 2.61 pada a = 5 %, sektor perbankan khususnya pasar modal.
sehingga tidak terdapat heteroskedastis mau- Ini dapat terjadi karena masyarakat memilih
pun autokorelasi di daiam model. untuk menginvestasikan dana jangka pendek-
Dari uji yang dilakukan terhadap auto nya di sektor perbankan dan menanamkan
korelasi dan heteroskedastis tersebut, diketahui investasi jangka panjangnya di pasar modal.
bahwa model ECM tersebut telah terbebas Sehingga pasar modal dan perbankan dapat
dari adanya autokorelasi dan heteroskedastis. berjalan seiring (bersifat komplementer) tanpa
Dengan' demikian, validitas dari model terse ada persaingan yang cukup berarti karena
but dapat dipertanggungjawabkan. masing-masing mempunyai karakteristik yang
berbeda.
SIMPULAN DAN IMPLIKASI Variabel suku bunga deposito mempunyai
KEBIJAKAN hubungan yang negatif terhadap kinerja pasar
Simpulan modal, ini berarti bahwa dengan naiknya
Model analisis terhadap kinerja pasar bunga deposito, masyarakat akan lebih ter-
modal dengan pendekatan Model Koreksi tarik untuk menginvestasikan dananya di sek
Kesalahan (ECM) tidak ada alasan untuk tor perbankan dengan harapan mendapatkan
ditolak, dan telah lolos dari uji asumsi klasik keuntungan bunga yang lebih besar. Se
sehingga validitas model dapat dipertanggung hingga akan terjadi pergeseran komposisi
jawabkan. Kinerja pasar modal secara signi- investasi masyarakat, yaitu investasi dana
flkan dipengaruhi oleh varlabel kurs, posisi jangka pendek di perbankan yang lebih besar
dana niasyarakat, suku bunga deposito (riil), dibandingkan dengan investasi dana jangka
dan suku bunga luar negeri, dengan shock panjang di pasar modal. Dalam jangka pan-
variabel dummy krisis moneter sejak bulan jang, kinerja pasar modal ditentukan oleh
Agustus 1997. variabel kurs, suku bunga deposito (riel),
Dalam jangka pendek, kinerja pasar dan suku bunga luar negeri. Hal ini mengin
modal ditentukan oleh variabel kurs, posisi dikasikan bahwa pengaruh variabel-variabel
dana masyarakat, dan suku bunga deposito tersebut terhadap kinerja pasar modal tidak
(riil). Hal ini mengindikasikan bahwa penga- bersifat seketika, melalnkan membutuhkan
ruh variabel-variabel tersebut terhadap kinerja selang waktu.
pasar modal bersifat seketika tanpa ada selang Variabel suku bunga luar negeri mem
waktu. Variabel kurs mempunyai hubungan punyai hubungan yang negatif dengan
negatif terhadap kinerja pasar modal, ini kinerja pasar modal. Ini berarti bahwa dengan
berarti bahwa dengan naiknya nilai kurs naiknya suku bunga luar negeri, masyarakat
rupiah terhadap dollar Amerika Serikat akan pemilik modal memandang adanya investasi.
menyebabkan penurunan kinerja pasar mo yang lebih menarik di luar negeri dengan
dal karena investasi di pasar modal menjadi harapan akan memperoleh keuntungan {capita!
relatif lebih mahal, dengan nilai dollar yang gain) yang relatif lebih besar jika dibanding
kan dengan investasi di pasar modal dalam

JEPVol 6. No. 1,2001 23


Rini Dwi Astuti, Analisis MakroKineijaPasar Modal Indonesia. ISSN: 1410-2641

negeri. Sehingga yang terjadi adalah aliran adanya praktek monopoli dan oligopoli,
modai ke luar {capital outflow atau capital serta masalah birokrasi dan administrasi.
flight) dari investor di dalam negeri dan tldak Sudah.' saatnya perusahaan-perusahaan
adanya capital inflowdari investorasing. yang berada di pasar modal untuk melaku-
Variabel kurs dan' suku bunga deposito kan lindung nilai {hedging terhadap hu-
(riel) mempengaruhi kinerja pasar modal tangnya, karena perusahaan-perusahaan yang
baik dalam Jangka pendek maupun jangka berada di'pasar modal pada umumnya mem-
panjang. , ' ... punyai hutang yang jumlahnya tidak kecil,
sehingga. suatu saat jika-terjadi depresiasi
Implikasi Kebijakan nilai rupiah terhadap dollar Amerika Serikat
Kinerja pasar modal sangat dipengaruhi yang cukup signifikan maka akan sulit bag!
oleh kondisi makro ekonomi, sehingga kebi perusahaan untuk meraih keuntungan yang
jakan makro yang diambil oleh otoritas ditargetkan sebelumnya. Dan pada akhimya
moneter harus bersifat pasti dan tidak mem- akan Imemberikan dampak negatif terhadap
punyai implikasi kebijakan yang bersifat kinerja pasar modal karena kurangnya ke-
mendua'dalam arti bahwa kebijakan. untuk percayaan masyarakat domestik maupun
memperbaiki kinerja satu pihak dapat mem- asing terhadap pasar modal.
perburuk kinerja pihak lain. Sebagai contoh Salah satu faktor penting dalam penghi-
kebijakan uang ketat yang dilakukan peme- tungan resiko di pasar modaj adalah resiko
rintah dengan menalkkan tingkat suku bunga negara {country risk). Dan resiko ini tidak
deposito untuk memperkuat nilai kurs rupiah dapat tldak akan meningkatkan biaya modal
terhadap dollar justru memperburuk kinerja di pasar keuangan maupun pasar modal di
pasar modal. Indonesia. Dengan demikian, untuk
Perbaikan kondisi makro ekonomi untuk meminimaikan country risk diperlukan suatu
menunjang kinerja pasar modal harus diim- kombinasi kebijakan yang beragam secara
bangi dengan kondisi mikro ekonomi yang tepat, baik di sektor ekonomi maupun non-
kondusif, seperti kepastian dunia usaha, ekonomi;
tingkat resiko bisnis yang rendah,. tidak

24 JEPVol 6. No. 1,2001


ISSN: 1410-2641 Rini Dwi Astuti. Analisis Makro Kinerja Pasar Modal Indonesia.

DAFTAR PUSTAKA

Adiningsih, Sri, (1996), "Perencanaan Pembangunan Bidang Keuangan", KELOLA, Nomor


Khusus 25 Tahun Prlsma 1971-1996, hal. 119-127.
Abinianyu, Anggito, (1997), "Ekonomi Indonesia Menyiasati Krisis", Tabloid Berita Ming-
giian Adil, No.03 Tahun Ke-66, 15-21 Oktober.
Abimanyu, Anggito, (1997), "Fundamental Ekonomi Makro Tidak Mandiri", UMMAT.,
No. 15 Tahun III, 27 Oktober, hal.27.
Abimanyu, Anggito, (1997), "Menyelamatkan Masyarakal dari Incaran Pasar Global",
/C0;V7MA',Edisi 51, Oktober. • .
Astuti. Rini Dwi, (1998), "Penyerapan Dana Masyarakat oleh Perbankan di Indonesia
1983.4-1996.4 Pendekatan Backward Looking dan Forward Looking Model, Skripsi, ti
dak dipublikasikan.
Boediono, (1982), Seri Sinopsis Pengantar limu Ekonomi No.5: TeoriMoneter, Yogyakarta :
BPFE.

Domowitz, Ian and Ibrahim Elbadawi, (1987), "An Error Correction Approach to Money
-Demand", Journal ofDevelopmenlEconomics, hal. 257-275.
Dombusch, Rudiger and Stanley Fischer, (1994), Macroeconomics. Sixth Edition, Interna
tional Edition, McGraw-Hill Inc.
Engle, R.F and CWJ Granger, (1987), "Co-integration and Error Correction: Representation,
Estimation and Testing", Economelrica, hal. 251-276.
Fry, Maxwell J., (1982), "Model of Financial Repressed Developing Economies", IVorld
Developmenl, Vol. 10, September, hal. 731-750.
Gujarat!, DamodarN., (1995), Basic Econometric, Third Edition, McGRAW-HILL.
Husnan, Suad, (1994), "Investasi di Pasar Modal Indonesia: Perkembangan, Kecenderungan,
Kebutuhan, dan prospek", KELOLA, No.7/in, hal. lOO-113.
Insukindro, (1990), "Komponen Koefisien Regresi Jangka Panjang Model Ekonomi: Sebuah
Studi Kasus Impor Barang di Indonesia", Jurnal Ekonomi dan Bisnis lndonesia, )\a\. 39-
51.

Insukindro, (1991), "Regresi Linier Lancung dalam Analisis Ekonomi: Suatu Tunjuan dengan
Satu Studi Kasus di Indonesia", Jurnal Ekonomi dan Bisnis Indonesia, No.l, Tahun VI,
hal. 77-87.

Iswardono, SP, (1994), Vang dan Bank, Edisi 4, Yogyakarta: BPFE.


Jaya, Wihana Kirana dan Nurwardono, (1992), "Peran Pembangunan Sektor Keuangan
dalam Mobilisasi Dana dan Pertumbuhan Ekonomi", Jurnal Ekonomi dan Bisnis Indo
nesia, No.l Tahun VII, hal. 117-129.
Kamerschen, David R., (1984), Money &Banking, 8*^ edition, South-Westem Publishing Co.
Kitchen, Richard L., (1986), Finance for the Developing Countries, John Wiley & Sons.

JEPV0I6.N0.I.2OOI 25
Rini Dwi Astuti, Analisis Makro Kineija Pasar Modal Indonesia ISSN:1410-2641

Maddaia, G.S., (1992), Introduction to Econometrics^ New York : Macmillan Pub. Co.,.
Mansoer, Faried Wijaya, (1992), Seri Pengantar Ekonomika Ekonomikamakro, Edisi Ketlga,
Vogyakarta: BPFE.
Munzir, Erman, (1996). Bahan Kuliah Ekonomi Indonesia FE'UGM Yogyakarta, tidak di-
publlkasikan
Nasutiori, Anwar, (1990). Tinjauan Ekonomi atas Dampak Deregulasi tahun 1988 pada Sis-
tem Keuangan Indonesia, Gramedia.
Prasetiantono, A. Tony, (1996), "Evaluasi Terhadap Devaluasi dalam Perekonomian Indone
sia", Jurnal Ekonomi dan BisnisIndonesia, September, haI.67-75.
Price, Simon and'Insukindro, (1994), "The Demand for Indonesian Narrow Money; Long
Run Equilibrium, Error Correction and Forward Looking Behaviour", Journal ofInter
national Trade and EconomicDevelopment, July.
Samuelson, Paul A. dan William D. Nordhaus, (1995), Makroekonomi, Edisi Keempatbelas,
Jakarta: Penerbit Eriangga.
Silalahi, Pande Radja, (1997), "Dampak De'presiasi Rupiah terhadap Pasar Modal, Perbankan
dan Dunia Usaha", Jurnal Pasar ModalIndonesia, NO.OSA'III/Agustus, hal. 15-28.
Soelaeman, Adril, (1997), "Fliiktuasi Mata Uang akan Mempengaruhi Country Risk? -
menghadapi ulah spekulan temyata rupiah tidak kebal", Jurnal Pasar Modal Indonesia
N0.08/VM/Juli, hal. 33-36.
Subagyo, Sri Fatmawati, Rudy Badrudin, Astuti Pumamawati, Algifari, (1997), Bank dan
Lemhaga Keuangan Lainnya, Yogyakarta : STIE YKPN.
Sugiyanto, Catur, (1994), Ekonometrika Terapan, Edisi Pertama, Yogyakarta : BPFE.
Sumantoro, (1990), Pengantar tentang Pasar Modal di Indonesia, Jakarta : GhaliaIndonesia.
Wickens, M.R. and T.S Breusch, (1988), "Dynamic Spesification, the Long Run and Estima
tion of Transformed Regression Models. Economic Journal, hal. 189-205.
Zetha, Ema, (1997), "Struktur Mikro Ekonomi'yang Mem'prihatinkan—Menyambut Pidato
Presiden Soeharto 16 Agustus 1997", Jurnal Pasar Modal Indonesia, NO.OSA'llI/Agustus
• hal. 61-66. . •

Publikasi:

, Laporan BulananBank Indonesia. Bank Indonesia, beberapa penerbitan.


, Investor No. 16, Januari 2000. •

26. , JEPV0I6.N0.I.2OOI
ISSN: 1410-2641 Rini Dwi Astuti, Analis'is Makro f^nerja Pasar Modal Indonesia.

LAMPIRAN1 UMPIRAN2 •.
UJISTASIONERITAS UJI INTEGRASI PADA DERAJAT PERTAKIA

Augmented Dickev-Fulier: UR00T(C,4) LPM Augmented Dickey-Fullen UR00T(C,4) D(LPM)'


Dickey-Fuller t-statistic -1.8172 Dickey-Fuller t:statistic -2.9141'
MacKinnon critical values: 1% -4.1837 MacKinnon critical values:. 1%'. -4.1896
5% -3.5162 ••5% .-3.5189
10% -3.1882 10% --3.1898

Augmented Dickey-Fuller: UR00T(C.4) LKURS Augmented Dick^-FuIIa: UR00T(C,4) D(LKURS)


Dickey-Fuller t-statistic -1.4822 Dickey-Fuller t-stalistic -2.1494
MacKinnon critical values: 1% -4.1837 MacKinnon critical values: 1% -4.1896
5% -3.5162 5% . -3.5189
10% -3.1882 10% -3.1898

Augmented Dickey-Fuller: UR00T(C,4) LDM Augmented Dickey-Fullen UR00T(C.4) D(LDM)


Dickey-Fuller t-statistic -1.0359 Dickey-Fuller t-statistic -2.4796
MacKinnon critical values: 1% -4.1837 MacKinnon critical values: 1% -4.1896
5% -3.5162 5% -3.5189
10% -3.1882 10% -3.1898

Augmented Dickey-Fuller: UR00T(C,4) RD Augmented Dickey-Fuller: UR00T(C,4) D(RD)


Dickey-Fuller t-statistic -1.7969 Dickey-Fuller t-statistic -1.4712
MacKinnon critical values: 1% -4.1837 MacKinnon critical values: 1% • -4.1896 •
5% -3.5162 5% . -3.5189
10% -3.1882 10% -3.1898

Augmented Dickey-Fuller: UR00T(C,4) RF Augmented Dickey-Fullen UR00T(C.4) D(RF)


Dickey-Fuller t-statistic -2.4022 Dickey-Fuller t-statistic -3.1775 •
MacKinnon critical values: 1% -4.1837 MacKinnon critical values: 1% -4.1896
' 5% -3.5162 5% -3.5189
10% -3.1882 10% -3.1898

Augmented Dickey-Fuller: UR00T(C.4) D Augmented Dickey-Fuller: UR00T(C,4) D(D)


Dickey-Fuller t-stalistic -1.7045 Dickey-Fuller l-statistic -2.9105'
MacKinnon critical values: 1% -4.1837 MacKinnon critical values: 1% -4.1896
5% -3.5162 ' •' 5% -3.5189
10% -3.1882 10%- -3.1898

JEPVol 6. No. 1.2001 27


Rini Dwi Astuti. Analisis Makro Kinerja Pasar Modal Indonesia ISSN : 1410-2641

LAMPIRAN 3
UJIINTEGRASIPADA DERAJAT KEDUA

Augmented Dickey-Fuller: UROOT(C.4) D(LPM.2)


Dickey-Fuller t-stalistic -5.5202
MacKinnon critical values: 1% -4.1958
5% -3.5217
10% -3.1914
Augmented Dickey-Fuller: UR00T(C,4) D(LKURS.2)
Dickey-Fuller t-statistic -4.6565
MacKinnon critical values: 1% -4.1958
5% -3.5217
10% -3.1914
Augmented DIckey-Fullen UR00T{C,4) D(LDM,2)
Dickey-Fuller t-statistic -5.6228
MacKinnon criticalvalues: 1% -4.1958
5% -3.5217
10% -3.1914
Augmented Dickey-Fuller URQ0T(C,4) D(RD.2)
Dickey-Fuller t-statistic -4.7449
MacKinnon critical values: 1% -4.1958
5% -3.5217
10% -3.1914
Augmented Dickey-Fullen UR00T(C.4) D(RF.2)
Dickey-Fuller t-statlstic -4.4006
MacKinnon critical values: 1% -4.1958
5% -3.5217
10% -3.1914
Augmented Dickey-Fuller: UR00T(C',4} 0(0.2)
Dickey-Fuller t-statistic . -4.5277
MacKinnon critical values: 1%' *-4.1958
5% -3.5217
10% -3.1914

28 JEPV0I6.N0.I.2OOI
ISSN; 1410-2641' Rini Dwi Asluti, Analisis Makro Kinerja Pasar Modal Indonesia.

LAMPIRAN 4
UJI KOINTEGRASI PADA DERAJAT DUA: 1(2)

Engle-Granger Cointegration Test: UR00T(C,4)


"Cointegrating Vector-
D(LPM.2) 1.000000
D(LKURS.2) 1.015272 - . • • •;
D(LDM.2) -3.573850
D(RD.2) 0.004802
D(RF.2) -0.059330
D(D.2) 0.344317
Dickey-Fuller t-statislic -5.1401
MacKinnon critical values: 1% -5.9057
5% -5.1290
tQ% -4.7497- • .

LS//Dependent Variable is D(RESID) .


Date: 8-01-2000/Time: 13:54
SMPL range: 1996.07-1999.11
Number of observations: 41
Engle-Granger Cointegration Test: UR00T(C.4}

VARIABLE COEFFICIENT STD. ERROR T-STAT. 2-TAILSiG.


D(RESID(-1)) 1.8254531 0.5598232 3.2607673
0.0024
D(RESID(-2)) 1.1430481 0.4238852 2.6965981
0.0106
D(RESID(-3)) 0.4591124 0.2870525 1.5994023
0.1185
D(RESID(.4)) 0.2809992 0.1621371 1.7330959
0.0916 •
RESID(-I) -3.3234128 0.6465641 -5.1401137
O.OOQQ
R-squared 0.768482 Mean ofdependent var 0.000494
Adjusted R-squared 0.742757 S.D. ofdependent var 0.207281
S.E. ofregression 0.105131 Sum ofsquared resid 0.397890
Log likelihood 36.84413 F-statistic 29.87382
Durbin-Watson stat 1.983614 Prcb(F-statistic) 0.000000

JEPVcl6,No. 1,2001 29
Rini Dwi Astuti, Analis'is Makro Kinerja Pasar Modal Indonesia. ISSN; 1410-2641

LAMPiRAN 5
MODEL ECM
LSII Dependent Variable is DLPM
Date: 8-06-2000 / Time: 19:33
SMPL range: 1996.01 - 1999.11
Number of observations: 47
VARIABLE COEFFICIENT STD.ERRCR T-STAT. 2-TAILSIG.
C 4.3631080 0.8594850 5.0764214 0.0000
DLKURS •1.1469259 0.3301001 -3.4744788 0.0014
DLDM 3.7047718 0.9783853 3.7866182 0.0006
DRD -0.0254480 0.0058853 -4.3239658 0.0001
DRF 0.0249296 ' 0.1154880 0.2158636 0.8303
LKURS(-1} -1.1319963 0.2153150 -5.2573964 0.0000
LDM(-I) 0.2908290 0.1571223 " 1.8509721 0.0724
RD(-1) -0.7085791 0.1354660 -5.2306803 0.0000
RF(-1) -0.9663862 0.1730270 •5.5851767 0.0000
EOT 0.6834020 0.1316572 5.1907695 0.0000
D -0.1984354 0.0771539 -2.5719430 0.0144
R-squared 0.688892 Mean ofdependent var 0.004431
Adjusted R-squared 0.602474 S.D.ofdependentvar 0.130859
S.E. of regression 0.082506 Sum ofsquared resid 0.245062
Loglikelihood 56.83514 F-statistic 7.971556
Durbin-Watson stat 1.865578 Prob(F-statistic) 0.000001.

LAMPiRAN 6
UJIHETEROSKEDASTIS MODEL ECM
LS II Dependent Variable is RESID'^2
Date: 8-06-2000/Time: 19:34
SMPL range: 1996.05-1999.11
Number of observations: 43

VARIABLE COEFFICIENT STD. ERROR T-STAT.- - •2-TAIL SIG.


RESID(-1)'^2 -0.1208911 0.1613956 -0.7490359 0.4584
RESID(-2)'^2 -0.0886758 0.1610088 •0.5507517 0.5850
RESID(-3}'^2 -0.1625970 0.1607501 •1.0114891 0.3182
RESlD(-4)'^2 -0.0471025 0.1621266 -0.2905292 0.7730
C 0.0077672 0.0023686 3.2791702 0.0022
R-squared 0.040966 Mean of dependentvar 0.005496
Adjusted R-squared -0.059985 S.D. of dependentvar 0.007957
S.E. of regression 0.008192 Sum ofsquared resid 0.002550
Log likelihood 148.2385 F-statistic 0.405800
Durbin-Watson stat 2.000650 Prob(F-statistic) 0.803276

30 JEPVol 6, No.1,2001
ISSN: 1410-2641 Rini Dwi Astuti, Analisis Makro Kineija Pasar Modal Indonesia.

LAMPIRAN 7
UJI AUTOKORELASl MODEL ECM
LSII DependentVariable Is RESID
Date: 8-06-2000/Time: 19:34
SMPL range: 1996.01 -1999.11
Number of observations: 47

VARIABLE COEFFICIENT STD. ERROR T-STAT. 2-TAiLSiG.


C -0.8158346 1.0579661 -0.7711349 0.4463
DLKURS 0.1377623 0.3365520 0.4093343 0.6850
DLDM •0.3392205 0.9864251 -0.3438887 0.7332
DRD 0.0069465 0.0060597 1.1463408 0.2602
DRF -0.0308036 0.1096001 -0.2810541 0.7805
LKURS(-1) 0.2147068 0.2858926 0.7510054 0.4581
LDM(-I) 0.0141100 0.1504726 0.0937710 0.9259
RD(-1} 0.1626259 0.1888581 0.8611012 0.3956
RF(-1) 0.1777494 0.2306408 0.7706764 0.4466
EOT -0.1582246 0.1836121 -0.8617328 0.3952
D 0.0461801 0.0911720 0.5065163 0.6160
RESiD(-l) -0.0763993 0.2516370 0.7634
-0.3036093
RESiD(-2) -0.3785792 0.1966289 -1.9253492
0.0631
RESiD(.3) -0.2415341 0.1898719 0.2125
-1.2720896
RESlD(-4) 0.2189392 0.1829174 1.1969294
0.2401
R-squared 0.227487 Mean ofdependentvar 1.54E-10
Adjusted R-squared -0.110487 S.D. ofdependent var 0.072989
S.E. of regression 0.076916 Sum ofsquared resid 0.189313
Log likelihood 62.90065 F-statlstic 0.673091
Durbin-Watson stat 1.950200 Prob(F-statistic) 0.782352

JEPVcl 6, No. 1,2001 31

Anda mungkin juga menyukai