Anda di halaman 1dari 13

Jurnal Ekonomi dan Bisnis Indonesia

2000, Vol. 15, No. 1, 1 - 13

ANALISIS EFISIENSI INDUSTRI PERBANKAN DI INDONESIA


(Studi Kasus Bank-Bank Devisa di Indonesia Tahun 1991-1996)
Iswardono S. Permono
Universitas Gadjah Mada

Darmawan
Alumni Universitas Gadjah Mada

ABSTRAK

Pembangunan nasional merupakan rangkaian upaya pembangunan yang teren-


cana dan berkesinambungan dimana tersusun dalam Repelita, bertitik tolak dari hal
tersebut industri perbankan memegang peranan sangat penting dalam pembangunan
ekonomi tidak hanya di Indonesia, di banyak negara industri perbankan sangat dibu-
tuhkan dalam pembangunan ekonomi, terutama sekali dalam membiayai aktivitas yang
berhubungan dengan uang. Berkaitan dengan aktiviatas perbankan tersebut dimana
tidak terlepas dari berbagai macam risiko yang dihadapi maka dunia perbankan perlu
bertindak rasional dalam artian memperhatikan masalah efisiensi.
Masalah efisiensi dirasakan sangat penting pada saat ini dan di masa mendatang,
karena antara lain disebabkan (1) permasalahan yang timbul sebagai akibat berku-
rangnya sumber daya, (2) kompetisi yang bertambah ketat dan (3) meningkatnya stan-
dar kepuasan konsumen. Oleh karena itu analisis efisiensi mendesak dilakukan untuk
mengetahui dan menentukan penyebab perubahan tingkat efisiensi serta selanjutnya
mengambil tindakan korektif supaya terlaksana peningkatan efisiensi.

PENDAHULUAN membiayai pembangunan. Maka untuk meng-


atasi kesulitan tersebut pemerintah melakukan
Industri perbankan memegang peranan
mobilisasi dana masyarakat melalui lembaga-
sangat penting bagi pembangunan ekonomi,
lembaga keuangan yang ada. (Wihana Kirana
sebagai Financial Intermediary yang menghu-
Jaya, 1998, hal. 42)
bungkan industri perbankan menjadi sangat
dibutuhkan dalam pembangunan ekonomi, Untuk lebih mengefektifkan mobilisasi
terutama sekali dalam membiayai aktivitas dana masyarakat tersebut, maka perlu dilaku-
yang berhubungan dengan uang. Pada perkem- kan serangkaian deregulasi sektor perbankan.
bangan selanjutnya sektor perbankan semakin Beberapa paket kebijakan deregulasi yang
memainkan peranan penting dalam pemba- terpenting antara lain (1) Paket Kebijakan 1
ngunan ekonomi Indonesia, terutama setelah Juni 1983 (Pakjun 83), kebijakan ini pada
kejayaan dari sektor minyak mulai menurun, dasarnya dimaksudkan untuk mengurangi
sehingga penerimaan dari sektor ini tidak lagi ketergantungan bank-bank umum pada kredit
dapat diandalkan karena harga minyak terus likuiditas Bank Indonesia dan untuk men-
merosot. Merosotnya harga minyak menyebab- dorong mobilisasi dana masyarakat. (2) Dalam
kan pemerintah mengalami kesulitan dalam upaya untuk meningkatkan efisiensi disektor
2 Jurnal Ekonomi dan Bisnis Indonesia Januari

keuangan, melalui penggalakkan persaingan tujuan utama deregulasi ini adalah mendorong
antar bank, pada tahun 1988 pemerintah me- pengembangan kelembagaan perbankan yang
ngeluarkan deregulasi yaitu berupa Paket pada akhirnya dapat meningkatkan pengerahan
Kebijakan 27 Oktober 1988 (PAKTO 88), dana masyarakat.

Tabel. 1.1. Perkembangan Sektor Perbankan Tahun 1988-1996

Nama Bank 1988 1990 1992 1994 1996


Bank Pemerintah
Jumlah Bank 7 7 7 7 7
Jumlah Kantor Cabang 825 1018 1066 1171 1379
Jumlah Dana (Miliar Rp) 22527 40638 52600 64383 90434
Jumlah Kredit (Miliar Rp) 28631 53524 68236 80010 108925
Bank Swasta Nasional
Jumlah Bank 66 109 144 166 164
Jumlah Kantor Cabang 593 2145 2855 3203 3964
Jumlah Dana (Miliar Rp) 11167 33951 51079 88925 164979
Jumlah Kredit (Miliar Rp) 10214 34975 42337 86206 149955
Bank Asing
Jumlah Bank 11 28 30 40 41
Jumlah Kantor Cabang 21 48 56 83 86
Jumlah Dana (Miliar Rp) 2516 6016 7474 11015 27783
Jumlah Kredit (Miliar Rp) 1913 6117 9330 18366 27584
Sumber : BI Statistik Ekonomi dan Keuangan Indonesia, edisi Juni 1994 dan Maret 1997 serta Infobank edisi
Juni 1997. Diolah kembali.

Sebagai akibat dari berbagai deregulasi dia- Untuk meminimumkan tingkat risiko maka
tas, maka pada tabel 1.1 dapat dilihat bahwa perbankan perlu bertindak rasional dalam ar-
deregulasi yang dilakukan pemerintah telah tian memperhatikan masalah efisiensi. Penye-
mempengaruhi struktur industri perbankan di bab inefisiensi telah dibahas oleh pakar ekono-
Indonesia, adanya perubahan jumlah bank, ber- mi dan pengamat ekonomi lainnya. Inefisiensi
dampak pada berubahnya tingkat persaingan secara umum di sebabkan oleh tiga hal ialah
dalam industri perbankan karena : terdapatnya rantai birokrasi yang ber-
Selain adanya perubahan-perubahan seperti kepanjangan, mis allocation dalam penggu-
yang telah dikemukakan diatas usaha perban- naan sumber daya yang ada, tidak terdapatnya
kan juga tidak bisa dilepaskan dari berbagai economies of scale.
macam risiko dalam menjalankan operasinya. Efisiensi dapat didefinisikan sebagai per-
Risiko usaha bank merupakan tingkat ketidak- bandingan antara keluaran (Output) dengan
pastian mengenai suatu hasil yang diperkirakan masukan (Input), atau jumlah keluaran yang
atau diharapkan akan diterima. Risiko-risiko dihasilkan dari satu input yang dipergunakan.
yang berkaitan dengan usaha bank pada dasar- Suatu perusahaan dapat dikatakan efisien
nya dapat berasal dari sisi aktiva maupun sisi apabila (Syafaroedin Sabar, 1989, hal. 2) (1)
pasiva. Mempergunakan jumlah unit input yang lebih
sedikit bila dibandingkan dengan jumlah unit
2000 Iswardono S. Permono & Darmawan 3

input yang dipergunakan oleh perusahaan lain tematis persamaan ini didiskripsikan sebagai
dengan menghasilkan jumlah output yang berikut:
sama, (2) Menggunakan jumlah unit input
yang sama, dapat menghasilkan jumlah output Persamaan yang menunjukkan fungsi pro-
yang lebih besar. duksi neoklasik adalah menggambarkan hu-
bungan antara input dan output. Secara mate-
Tobin, menyebutkan ada empat faktor yang
matis persamaan ini didiskripsikan sebagai
menyebutkan efisiensi dalam lembaga keuang-
berikut:
an. Faktor pertama adalah efisiensi karena
abitrase informasi, kedua adalah efisiensi kare- V  F(X i ,...,X m ; Zi ,...,Z m ) 2.1)
na ketepatan penilaian dasar aset-asetnya,
ketiga adalah efisiensi karena lembaga Dimana V menunjukkan output, Xi = input
keuangan bank mampu mengantisipasi resiko variabel dan Zi = input fixed. Keuntungan
yang akan muncul dan keempat adalah Func- didefinisikan sebagai penerimaan dikurangi
tional Efficiency yaitu berkaitan dengan admi- biaya variabel total selama periode tertentu.
nistrasi dan mekanisme pembayaran yang dila- Pengertian ini didiskripsikan secara matematis
kukan oleh sebuah lembaga keuangan bank. sebagai berikut:
Termasuk di dalam Functional Efficiency ini m
p  pF(X i ,...,X m ; Zi ,...,Z n )   c i' X i
i
adalah risk pooling, general insurance, admi-
nistrasi, dan mobilisasi dana masyarakat. i 1
(Maxwell J. Fry, 1989, hal. 137-140) 2.2)
Dimana p’ adalah profit, p menunjukkan
EFISIENSI EKONOMI harga output per unit dan ci menunjukkan
harga variabel input ke-i. Biaya tetap total
Dalam penelitian ini konsep efisiensi
diabaikan selama tidak mempengaruhi kom-
mengacu pada efisiensi ekonomi dan teknis.
binasi optimal penggunaan input. Perilaku
Efisiensi ini dianalisis menggunakan pende-
maksimisasi profit mensyaratkan dipenuhinya
katan Profit Function. Fungsi ini menggambar-
kondisi orde pertama, sehingga diperoleh ben-
kan maksimisasi keuntungan oleh perusahaan
tuk produktivitas marginal. Secara matematis
pada pasar persaingan. Asumsi yang mendasari
kondisi ini didiskripsikan sebagai berikut:
formulasi pendekatan keuntungan adalah peru-
sahaan berusaha memaksimalkan laba, berpe- F(X, Z)
rilaku sebagai price taker dan memiliki faktor p  c i' 2.3 )
X i
produksi concave pada variabel input.
Pedekatan profit function diturunkan dari Dimana i = 1,...,m
dualitas antara fungsi produksi. Adanya hu- Dengan menggunakan harga output sebagai
bungan ini dapat digunakan untuk menganalisa numeraite maka dapat didifinisikan c1 identik
efisiensi ekonomi. '
dengan c i /p. Sehingga persamaan 2.3 dapat
Secara teoritis pengembangan model yang ditulis sebagai berikut:
dikemukakan J. Lau dan Pan A. Yotopoulus
(1971) ini dapat dijelaskan sebagai berikut: (J. F
 ci 2.4 )
Lau dan Pan A. Yotopoulus, 1971, hal. 94 – X i
109)
Persamaan yang menunjukkan fungsi pro- Dengan membagi faktor harga, P untuk
duksi neoklasik adalah menggambarkan kedua sisinya, maka persamaan 2.2 menun-
hubungan antara input dan output. Secara ma- jukkan keuntungan per unit output yang dijual.
4 Jurnal Ekonomi dan Bisnis Indonesia Januari

Sehingga persamaan 2.2 menjadi “Unit – Dari persamaan 2.4 diketahui bahwa mak-
Output – Price” profit atau UOP profit: simisasi profit ini akan menghasilkan nilai
maksimal X* seperti pada persamaan 2.2. Oleh
P'
P  karena itu untuk tujuan analisa dapat digu-
P nakan estimasi persamaan 2.2, 2.5 atau 2.4.
m
 F(X1 ,.....,X m ; Z1 ,.....,Z n )   c i X i Dalam kerangka analisis ini selain dapat
i 1 mendekomposisi efisiensi ekonomi, dapat juga
…. 2.5 ) menghipotesakan perbedaan efisiensi secara
relatif antara unit usaha atau organisasi. Per-
Dari persamaan 2.4 dapat diperoleh peng-
bedaan efisiensi ini dapat bersifat alokasional
gunaan input optimal, X* yang merupakan
atau teknikal maupun kedua-duanya. Perbe-
fungsi harga normalisasi input variabel dan
daan profit function juga memiliki beberapa
jumlah input tetap. Secara matematis penggu-
keuntungan yang diharapkan yaitu adanya dua-
naan input optimal adalah:
litas antara fungsi produksi dan fungsi profit.
X*i  f i (c, Z) i = 1,...,m 2.6 ) Dalam hubungannya dengan analisa di bidang
perbankan fungsi profit mampu menggam-
Dimana c dan Z menunjukkan vektor harga barkan validitas data yang komprehensif. Pada
input yang dinormalisasi dan jumlah input laporan keuangan industri perbankan sulit
tetap. Dengan mensubstitusikan persamaan 2.6 membedakan antara faktor input dan faktor
ke dalam persamaan 2.2 maka diperoleh profit output. Sehingga menggunakan pendekatan
function yang telah memberikan nilai mak- function profit dengan sumber data pada
simal. laporan keuangan bank yang disusun berdasar-
kan neraca akan mengurangi masalah kesa-
Substitusi persamaan 2.6 ke dalam per-
lahan spesifikasi dan kesalahan pengukuran.
samaan 2.2 menghasilkan persamaan 2.7
sebagai berikut: Model yang diestimasi di formulasikan
dalam bentuk fungsi produksi Cobb-Douglas
 m  dengan memasukkan beberapa variabel yang
  pF(X1* ,...,X *m ; Z1 ,...,Z n )   c i X *i 
 i 1  diduga mempengaruhi keuntungan. Model
yang digunakan sebagai berikut:
  G(p, c1' ,...,c 'm ; Z1 ,...,Zn ) 2.7 ) 4
ln    0  s    *i D i  1* ln w i 
Dari persamaan 2.7 diketahui bahwa pada i1
sisi kanan dalam tanda kurung hanya c dan Z 1* ln K  *2 ln T  2.10 )
sehingga dapat ditulis dalam bentuk yang lebih
sederhana. Kemudian profit function untuk
mendapatkan nilai maksimal dari keuntungan DERIVASI MODEL DAN TEKNIK ANA-
tersebut dikalikan dengan p pada sisi kanan : LISIS MODEL

  pG* (c1 ,...,c m ; Z1 ,...,Zn ) 2.8 ) Model adalah penyederhanaan berbagai


fakta yang ada di dunia nyata ke dalam per-
Untuk mendapatkan UOP profit function samaan matematis, gambar dan grafik. Model
maka persamaan 2.7 dibagi dengan p untuk ekonomi persamaan matematis dapat diubah
kedua sisinya sehingga diperoleh: menjadi model ekonometri setelah memasuk-
kan variabel gangguan. Sehingga dapat diesti-

* 
p
 G * (c1 ,...,c m ; Z1 ,...,Z n ) 2.9) masi dengan metoda analisa tertentu dan
2000 Iswardono S. Permono & Darmawan 5

menghasilkan kesimpulan sebagai dasar ilus- Dimana:


trasi kebijakan yang di sarankan.
 i = Keuntungan Perbankan
LX1 = Bunga Deposito
Derivasi Model LX2 = Gaji Karyawan
LX3 = Biaya Okupansi
Model dalam penelitian ini diturunkan dari
fungsi profit yang menggambarkan perilaku Dari persamaan 2-12 dapat dicari solusi
maksimisasi keuntungan produsen. Langkah- keuntungan perusahaan secara langsung,
langkah pembentukan model adalah sebagai sehingga diperoleh persamaan 2-13)
berikut:
 1 m 
 i = (A i ) (1 ) (1    j / k ji )
Langkah I :  j 1 
Melakukan spesifikasi hubungan variabel-
variabel yang mempengaruhi keuntungan yang m i   j (1  )  
1 m
  (1  ) 1 
di formulasikan dari fungsi produksi Cobb-  (k j )    j j 
Douglas (CD). Fungsi produksi CD dipilih  j1   j1 
karena selain memiliki sifat-sifat yang diharap-
kan juga memiliki kemudahan dalam melaku-  m i   j (1 ) 1  n i   j (  ) 
1
 (c j )   ( Z j ) 
kan estimasi :  j1   j1 
m n
V = (  x i i ) (  Z j j ) 2.11 ) i = 1dan2, 2.13)
i 1 j1
Untuk mengetahui efisiensi relatif antar
Dimana:
unit usaha, digunakan rasio sebagai berikut:
m
Misalkan tiga persamaan pertama dalam tanda
 =  i<1
kurung sisi kanan dianggap konstan atau
i 1
identik dengan A* i. Maka persamaan 2.13
dapat dibandingkan dengan menggunakan
Langkah II : rasio A* 1 / A* 2. Rasio ini digunakan untuk
Menspesifikasikan bentuk UOP profit func- mengetahui perbedaan efisiensi relatif antar
tion dari fungsi produksi CD, sehingga diper- produsen.
oleh bentuk sebagai berikut:
Langkah III:
m -1 
 *
=A(1- )-1  ( c1 /  i ) - i (1-) 
 i 1  m m   n i *j 
 1 = A 1*  (c1j ) j
  ( Z j )  2.14)
n j(1 ) 1   j1   j1 
 Z j  2.12)
 j1  m *  n * 
 2 = A 1* (A *2 / A1* ) (c 2j )  j   (Z2j ) j 
Dari persamaan 2-12 dapat diturunkan  j 1   j1 
fungsi keuntungan produsen. Sehingga dari
persamaan 2-12 dapat diturunkan model 2.15 )
ekonometri sebagai berikut:
Dimana :
 i = 0 + 1LX1i + 2 LX2i +
*j   j (1  ) 1 2.16 )
3 LX3i +  i
6 Jurnal Ekonomi dan Bisnis Indonesia Januari

*j   j (1  ) 1 2.17 ) dapat digunakan untuk mengetahui perbedaan


efisiensi relatif suatu unit usaha. Selanjutnya
model dasar yang akan digunakan dalam
Langkah IV : penelitian ini adalah model fungsi keuntungan
yang diturunkan dari model fungsi produksi
Mentransformasikan dalam bentuk log na- Cobb-Douglas. Model Fungsi produksi Cobb-
tural dari persamaan 2.14 dan persamaan 2.15 Douglas : (Soekartawi, 1994, hal. 228 – 239)
untuk menghasilkan model regresi yang akan
diestimasi dalam penelitian ini. Sehingga di- Q = f ( K, L )
peroleh model regresi linear sebagai berikut:
Q = A K L 
m n
Ln 1  ln A1*   *j ln c1j   *j* ln Z1j A adalah besaran teknologi, K adalah kapi-
j 1 j 1 tal, L adalah tenaga kerja. Dari model fungsi
2.18) produksi Cobb-Douglas diatas kemudian
2.18 ) ditu-
runkan menjadi fungsi keuntungan. Model
Ln 2  ln A1*  ln A*2 / A1*  fungsi keuntungan Cobb-Douglas :
m n  = ApF ( X1,..., Xm ; Z1,...,Zn ) –
 *j ln c 2j   *j ln Z 2j 2.19) 2.19 )
n
j 1 j 1 m
 c J X j - f j Z j
Perbedaan efisiensi ini diperoleh dengan j 1 j 1

mengetahui rasio faktor konstanta A*2 / A*1,


di mana:
jika A1 = A2 dan k1 = k2 maka A*2 = A*1.
Hal ini mengimplikasikan bahwa ln A*2 / ln  = besarnya keuntungan
A*1 = 0 A = besaran efisiensi teknik
p = harga input per satuan misalnya
Sehingga model akhir yang akan diuji
Rp/Kg, Rp/Kuintal dan sebagainya.
secara empiris sebagai berikut:
Xj = variabel input produksi yang diguna-
Y  0  1MS  2LX1i  3LX2i  kan dimana j = 1,...,m
Zj = variabel input produksi tetap yang
4 LX3i  5D   digunakan dimana j = 1,...,n
cj = harga input produksi per satuan
Dimana:
fj = harga input produksi tetap per satuan
Y = Keuntungan operasional perbankan
selama satu tahun Dari bentuk persamaan diatas kemudian di-
 = Koefisien teknis ubah dalam bentuk logaritma, seperti pada
persamaan Cobb-Douglas, maka diperoleh:
MS = Pangsa pasar
LX1 = Perubahan biaya bunga m

LX2 = Perubahan biaya tenaga kerja ln (/p) = ln A +   j ln (cj / p) +


j 1
LX3 = Perubahan biaya okupansi
n
D = Variabel dummy
 jln Z j ;
Bertolak dari model yang telah dikembang- j 1

kan oleh Lau dan Yotopoulus serta Mullineaux m n


maka penelitian ini akan menguji model ln * = ln A* +   j ln c j * +   j ln Z j ;
j 1 j 1
tersebut untuk kasus di Indonesia. Menurut
Lau dan Yotopoulus serta Mullineaux PFA
2000 Iswardono S. Permono & Darmawan 7

Di mana: LX3 = Perubahan biaya okupansi (dalam


* = keuntungan yang telah dinormalkan persentase)
dengan harga produksi. D = Variabel dummy
j = koefisien variabel faktor produksi di- Kesulitan dari prosedur least square
normalkan dengan harga produksi. pooling adalah asumsi intersep dan kemiringan
j = koefisien faktor produksi tetap dinor- yang konstan menjadi tidak beralasan. Genera-
malkan dengan harga produksi. lisasi yang nyata adalah dengan memasukkan
cj* = variabel faktor produksi yang dinor- variabel dummy yang menggambarkan variasi
malkan dengan harga produksi. intersep akibat penggunaan data time series
Dengan mengacu pada persamaan fungsi dan cross section. (Pindyck, R.S. dan D.L.
keuntungan diatas maka dapat diturunkan men- Rubinfeld, 1991, hal. 224)
jadi: Penambahan variabel boneka tersebut akan
menghasilkan kolinearitas sempurna antara
 = f ( cj , Zj ) variabel-variabel tersebut. Bila F hitung > F
tabel maka terdapat perbedaan yang berarti
 = A cj1 Zj2
dalam variasi intersep, dengan demikian maka
Linearisasi model untuk memudahkan esti- model kovarian digunakan sebagai metode
masi dengan melinearkan sisi kanan dan sisi pooling data.
kiri menjadi :
Tabel 1. Hasil Regresi Model
ln  = ln A + 1 lncj + 2 ln Zj
Mengacu pada model fungsi keuntungan Variabel Koefisien t – Statistik
Cobb-Douglas diatas, dalam penelitian ini Konstanta 2.994 2.067
akan digunakan pendekatan Profit Function X1 0.044 3.177
dengan data panel tahun 1991-1996 yang X2 1.044 3.810
bersumber dari data sekunder, meliputi data X3 0.055 0.571
tentang neraca rugi laba dan pendapatan MS - 0.206 1.180
seluruh bank devisa. Sehingga model fungsi R2 0.710
keuntungan Cobb-Douglas pada persamaan DW 2.054
diatas dapat ditulis : F 10.556
Signifikansi pada  : 5 %
ln Y = 0 + 1 MS + 2 ln X1 + Sumber : Analisa data

3 ln X2 + 4 ln X3 + D5 +e Menggunakan  = 0.05 diperoleh nilai t


tabel 1.96 sedangkan nilai t statistik parameter
Di mana : 0 = 2.067. Hal mengimplikasikan bahwa
Y = Keuntungan operasional perban- selama periode yang diteliti usaha perbankan
kan selama 1 tahun dalam miliar telah mendapatkan manfaat dari kualitas sum-
rupiah ber daya yang digunakan berupa teknologi
 = Koefisien teknis produksi. Nilai 0 = 2.994; angka positif
MS = Pangsa pasar (dalam persentase) menunjukkan bahwa bank-bank yang diteliti
LX1 = Perubahan biaya bunga (dalam telah memiliki efisiensi teknis yang mampu
persentase) mendukung usahanya. Efisiensi ini terkandung
LX2 = Perubahan biaya tenaga kerja dalam setiap kualitas input yang digunakan.
(dalam persentase) Semakin besar nilai koefisien teknologi sema-
kin besar pula efisiensi usahanya.
8 Jurnal Ekonomi dan Bisnis Indonesia Januari

Nilai t statistik parameter 2 = 3.177. Nilai swasta devisa, sedangkan pada bank-bank
2 setelah diantilogkan = 1.106 menunjukkan asing pangsa pasarnya sangat kecil diban-
bahwa dengan menganggap variabel-variabel dingkan bank pemerintah dan bank swasta
lain konstan, setiap penambahan variabel x1 sebagai gambaran selama periode penelitian
sebesar 1% akan meningkatkan keuntungan bank pemerintah masih sangat dominan
sebesar 1.106 %. Hal ini tidak konsisiten menguasai pangsa pasar antara 38.4% sampai
dengan teori produksi jangka pendek yaitu ber- 47.44%, bank swasta menguasai pangsa pasar
lakunya the law of diminishing return. antara 27.19% sampai 34.47% sedang bank
Nilai t statistik parameter 3 = 3.810. Nilai asing hanya menguasai antara 3.75% sampai
3 setelah diantilogkan = 11.066 menunjukkan 4.67%. Kemudian variabel biaya depresiasi
bahwa dengan menganggap variabel-variabel cenderung kecil dibandingkan beban bunga
lain konstan, setiap kenaikan variabel x2 dan beban tenaga kerja, sebab dalam analisis
sebesar 1% akan meningkatkan keuntungan jangka pendek variabel ini dianggap tidak
sebesar 11.066 %. berubah karena perubahan input hanya terjadi
pada input yang bersifat variabel.
Nilai t statistik parameter 4 = 0.571. Nilai
4 setelah diantilogkan = 1.135 menunjukkan Efisiensi Ekonomi
bahwa dengan menjaga variabel-variabel lain
konstan setiap kenaikan variabel x3 sebesar 1 Suatu unit usaha dikatakan memiliki efi-
% akan meningkatkan keuntungan sebesar siensi ekonomi apabila unit usaha tersebut
1.135 %. Meskipun demikian dalam analisa memiliki efisiensi produksi dan efisiensi eko-
produksi jangka pendek variabel ini dianggap nomis atau harga. Dari hasil estimasi diperoleh
tidak berubah, perubahan input hanya terjadi bahwa baik bank pemerintah, bank swasta
pada input yang bersifat variabel. devisa, dan bank asing telah memiliki efisiensi
produksi yang tercermin dari nilai positif 2.994
ANALISIS EKONOMI konstanta hasil regresi. Angka positif ini
mengandung makna bahwa dalam operasio-
Dari pengujian derajat pertama diperoleh nalnya industri perbankan telah memiliki tek-
hasil bahwa variabel pangsa pasar dan biaya nologi produksi yang terkandung dalam kua-
depresiasi tidak berpengaruh nyata terhadap litas sumber dayanya. Sedangkan perbedaan
efisiensi perbankan. Variabel Pangsa pasar efisiensi teknis antara kelompok bank selama
(MS) tidak berpengaruh terhadap efisiensi periode penelitian adalah sebagai berikut:
perbankan karena konsentrasi pangsa pasar
industri perbankan masih terpusat pada bank-
bank pemerintah dan sebagian kecil bank

Tabel 2. Hasil Regresi Masing-Masing Kelompok Bank


Variabel Kelompok Bank Kelompok Bank Swasta Kelompok Bank
Pemerintah Nasional Devisa Asing
Koefisien t Koefisien t Koefisien t
Konstanta 8.275 1.216 -2.368 -4.350 2.256 1.587
LX1 -2.561 -1.700 0.283 2.515 0.211 1.052
LX2 3.080 2.407 1.230 8.635 0.514 1.460
LX3 -0.183 -0.720 0.130 2.067 0.247 1.690
MS 0.115 0.002 0.059 0.904 0.394 1.863
Sumber : Analisis data
2000 Iswardono S. Permono & Darmawan 9

Bank pemerintah memiliki tingkat efisiensi alami inefisiensi bila dibandingkan kelompok
teknis paling tinggi dibandingkan dengan bank bank lainnya. Hal ini dapat dilihat dari nilai
swasta devisa dan bank asing. Hal ini dapat konstanta sebesar – 2.368 angka negatif ini
dilihat dari nilai konstanta sebesar 8.275 angka menunjukkan bahwa kelompok bank swasta
positif ini menunjukkan bahwa kelompok bank yang diteliti mempunyai efisiensi yang rendah
pemerintah yang diteliti telah memiliki atau mengalami inefisiensi sehingga belum
efisiensi teknis yang mampu mendukung usa- mampu mendukung usahanya. Indikator efi-
hanya. siensi ekonomis suatu unit usaha adalah rasio
Bank asing memiliki tingkat efisiensi antara nilai produksi marginal atas penggunaan
relatif tinggi dibandingkan dengan bank swasta input tertentu dengan harga input tersebut
nasional devisa. Hal ini dapat dilihat dari nilai bernilai satu. Jika rasio ini benilai > 1 maka
konstanta sebesar 2.256 angka positif ini juga penggunaan input tersebut belum efisien. Agar
seperti pada kelompok bank pemerintah yang efisien maka input tersebut perlu ditambah,
menunjukkan bahwa kelompok bank asing begitu pula sebaliknya.
yang diteliti telah memiliki efisiensi teknis Sedangkan untuk elastisitas masing-masing
yang mampu mendukung usahanya. industri perbankan setelah diantilogkan, koe-
Bank swasta nasional devisa memiliki ting- fisien elastisitas X1 dan X2 adalah sebagai
kat efisiensi yang rendah atau bahkan meng- berikut :

Tabel 3. Koefisien Elastisitas Industri Perbankan

Variabel Seluruh Bank B. Pemerintah B. Swasta nas. Bank Asing


X1 1.1060 0.0275 1.918 1.625
X2 11.066 3.080 16.982 3.265
R2 0.710 0.423 0.932 0.736
DW 2.054 2.371 1.718 1.954
Sumber : Analisis data

Analisis Efisiensi Ekonomis dan Efisiensi


Teknis
A. Efisiensi Ekonomis
Tabel 4. Hasil Perhitungan Rasio VMPx / Px

Variabel Seluruh Bank B. Pemerintah B. Swasta Nas. Bank Asing


X1 2.8332 7.4521 1.8553 0.0041
X2 1.7864 9.8589 3.1549 0.0153
Sumber : Data sekunder (diolah)

Efisiensi yang optimal dalam penggunaan Dimana:


faktor-faktor produksi tercapai jika memenuhi VMPXn = Value of Marginal Product dari
rumus :
faktor produksi Xn
VMPx1 VMPx2 VMPxn VMPXn  MPXn .Py
  ....... 1
Px1 Px2 Pxn
10 Jurnal Ekonomi dan Bisnis Indonesia Januari

MPXn = Marginal Product dan faktor rangi. Caranya dengan mengurangi faktor
produksi Xn input X1 dan menambah faktor input X2 dalam
Py = Harga output proses produksi. Maka, untuk mencapai efi-
siensi ekonomis dengan asumsi harga kedua
PXn = Harga faktor produksi Xn input yang digunakan dalam proses produksi
Apabila produsen dalam usahanya telah konstan, maka penggunaan input X1 harus
memenuhi ketentuan di atas, maka dikatakan dikurangi, sedangkan penggunaan input X2
dalam ekuilibrium. Dikatakan dalam posisi harus ditambah untuk seluruh kelompok bank
ekuilibrium sebab pada posisi ini produsen kecuali kelompok bank asing.
memperoleh keuntungan maksimal, sehingga
tidak ada kecenderungan untuk mengubah B. Efisiensi Teknis
proses produksinya. Tetapi bila kondisi terse-
but tidak dipenuhi, maka usahanya dalam Parameter efisiensi teknis akan diperoleh
kondisi yang tidak efisien secara ekonomis. dari hubungan teknis antara input dan output
Langkah yang harus di tempuh agar tercapai yang digambarkan oleh fungsi produksi. Pada
kondisi ekonomis yang optimal adalah: fungsi produksi Cobb-Douglas ditunjukkan:

1. Bila
VMPXn
 1 , maka pemakaian input Y  AX1b1.......X ibi ........X bn
n
PXn
Dimana:
Xn harus ditingkatkan.
Y = Hasil produksi (output)
VMPXn
2. Bila  1 , maka pemakaian input A = Efisiensi teknis
PXn Xi = Input/faktor produksi
Xn harus dikurangi. bi = Elastisitas produksi
Beberapa asumsi dasar yang digunakan dalam Semakin besar nilai A, maka outputnya
analisis efisiensi ekonomis pada penggunaan juga akan semakin besar. Ini berarti produksi
faktor-faktor produksi adalah : telah menggunakan faktor-faktor produksi
1. Produsen pada pasar persaingan sempur- secara lebih efisien. Faktor produksi dikatakan
na, sehingga tidak dapat mempengaruhi efisien secara teknis jika faktor produksi
harga input dan output. tersebut telah menghasilkan produksi rata-rata
2. Produsen bertindak rasional dalam memi- yang maksimal.
lih tingkat produksi yang efisien sehingga Sedangkan bila dilihat dari tingkat efisiensi
di peroleh keuntungan yang maksimal. teknisnya masing-masing bank (lihat nilai
konstanta pada tabel 2) mempunyai efisiensi
Dari hasil perhitungan, dapat dilihat bahwa sebagai berikut : (1) bank pemerintah memiliki
penggunaan input-input belum efisien secara tingkat efisiensi teknis paling tinggi diban-
ekonomis. Rasio VMPx/Px untuk input X1 dingkan kelompok bank lain yaitu sebesar
(biaya bunga) kelompok bank pemerintah dan 8.275 (2) kemudian disusul bank asing yang
bank asing < 1, sedangkan untuk input X2 punya tingkat efisiensi teknis relatif tinggi
(biaya tenaga kerja) > 1 kecuali bank asing sebesar 2.256 (3) bank swasta memiliki tingkat
yang X2-nya < 1. efisiensi yang paling rendah atau bahkan nega-
Agar penggunaan input-input efisien, maka tif sebesar –2.368. Dan untuk tingkat efisiensi
nilai rasio VMPx/Px harus ditambah untuk seluruh bank sebesar 2.994. Angka positif
input X1 dan input X2 pada kelompok bank menunjukkan bahwa bank telah memiliki efi-
asing serta X1 untuk kelompok bank peme- siensi teknis yang mampu mendukung usa-
rintah, sedangkan untuk input X2 harus diku- hanya.
2000 Iswardono S. Permono & Darmawan 11

KESIMPULAN faatan sumber daya harus merefleksikan


tambahan produktivitasnya.
Setelah melihat hasil pengujian empiris dan
pembahasan terhadap efisiensi industri perban- Kedua. Pangsa pasar (market share) untuk
kan nasional dapat ditarik beberapa kesim- industri perbankan di Indonesia pengaruhnya
pulan sebagai berikut: tidak signifikan terhadap tingkat keuntungan
yang diperoleh perbankan walaupun mempu-
Pertama. Dilihat dari perspektif efisiensi
nyai hubungan yang positif terhadap tingkat
teknis, usaha perbankan yang diteliti secara
efisiensi itu sendiri. Hal ini disebabkan pangsa
umum memiliki koefisien teknologi yang posi-
pasar industri perbankan di Indonesia cen-
tif. Hal ini mengindikasikan bahwa teknologi
derung terkonsentrasi pada beberapa kelompok
berproduksi yang terkandung dalam setiap
bank saja atau pangsa pasarnya mempunyai
sumber daya yang digunakan misalnya pening-
sifat monopsoni. Apabila konsentrasi pasar ini
katan kualitas sumber daya manusia dan pe-
dibiarkan saja akan berdampak melemahnya
manfaatan alat elektronis perbankan telah
iklim persaingan yang pada gilirannya akan
meningkatkan efisiensi usaha, untuk itu hal ini
terjadi lagi inefisiensi alokasi sumber daya.
perlu dipertahankan atau kalau memungkinkan
bisa ditingkatkan lagi. Sedangkan bila dilihat
pada tiap-tiap kelompok bank maka kelompok SARAN
bank pemerintah memiliki tingkat efisiensi
Dari kesimpulan diatas dapat diajukan be-
paling tinggi kemudian disusul oleh kelompok
berapa saran sebagai ilustrasi kebijakan peme-
bank asing, sementara untuk kelompok bank
rintah dalam rangka menciptakan struktur
swasta mempunyai koefisien teknologi yang
perbankan yang tangguh dan efisien sehingga
negatif atau mengalami inefisiensi. Dilihat dari
mampu bersaing dalam era globalisasi pasar
perspektif ekonomi selama periode yang dite-
keuangan sebagai berikut:
liti dapat dilihat bahwa penggunaan input-input
belum efisien secara ekonomis. Hal ini 1. Perlu mendorong bank agar melakukan
disebabkan Rasio VMPx/Px untuk input X1 merger secara horisontal. Merger adalah
(biaya bunga) kelompok bank pemerintah dan penggabungan perusahaan atau pembelian
bank asing < 1, sedangkan untuk input X2 perusahaan oleh perusahaan lain (Agus
(biaya tenaga kerja) > 1 kecuali kelompok Sartono,1996, hal. 475) Secara umum
bank asing yang X2-nya < 1. merger dapat diartikan sebagai transaksi
yang menggabungkan beberapa unit eko-
Agar penggunaan input-input efisien, maka
nomi (dua perusahaan atau lebih) menjadi
nilai rasio VMPx/Px harus ditambah untuk
satu unit ekonomi atau perusahaan baru,
input X1 dan input X2 pada kelompok bank
yang melanjutkan operasi dari perusahaan-
asing serta X1 untuk kelompok bank peme-
perusahaan yang bergabung tersebut.
rintah, sedangkan untuk input X2 harus diku-
(Marzuki Usman, 1997, hal. 21) Merger
rangi. Caranya dengan mengurangi faktor
dapat dikatakan berhasil apabila usaha
input X1 dan menambah faktor input X2 dalam
tersebut dapat menghasilkan apa yang
proses produksi. Maka, untuk mencapai efi-
disebut sinergetik (synergy). Sinergi yang
siensi ekonomis dengan asumsi harga kedua
dihasilkan dapat berupa operating syner-
input yang digunakan dalam proses produksi
gy, yaitu dengan mendapatkan biaya
konstan, maka penggunaan input X1 harus
modal atau cost of funds yang lebih ren-
dikurangi, sedangkan penggunaan input X2
dah. Disamping itu, sinergi dalam kerang-
harus ditambah untuk seluruh kelompok bank
ka perencanaan jangka panjang akan
kecuali kelompok bank asing sehingga peman-
memungkinkan perusahaan untuk melaku-
kan ekspansi ke pasar baru secara lebih
12 Jurnal Ekonomi dan Bisnis Indonesia Januari

cepat sebagai tanggapan atas adanya boleh melebihi 20% dari pangsa pasar
perubahan lingkungan bisnis. Sinergi juga harus ditaati dan dipatuhi.
memberikan efek untuk memungkinkan-
nya terjadi alih teknologi dari perusahaan
REFERENSI
yang sudah tinggi tingkat teknologinya
kepada perusahaan pasangannya. Kaitan- Anthony Robert, K. John D. dan Norton M.
nya dengan merger seperti telah dikemu- Bedford, Management Control System, 4th
kakan diatas yang mana diharapkan tercip- Edition, Homewood Illionis, Richard D.
ta sinergi operasi dan sinergi finansial. Irwin Inc. 1980.
Sinergi operasi berkaitan dengan penu- Berger et.al, The Efficiency of Financial Ins-
runan biaya operasi sedangkan sinergi titutions: A Riview and Preview of
finansial berkaitan dengan penurunan Research Past Present and Future, Journal
biaya modal. Penurunan biaya operasi Banking of Finance 17, 1993.
melalui merger dimungkinkan karena
alasan-alasan berikut: Berger, Harold, Money, Banking, and Public
Policy, Rand Mc.Nally and Company,
 Adanya pengaruh economies of scale, Chicago, 1962.
yaitu penurunan ongkos per unit
karena naiknya skala usaha bank. English et.al, Output Allocative and Technical
Efficiency of Bank, Journal Banking of
 Adanya merger menyebabkan mem- Finance (JBF) 17, 1993.
baiknya manajemen dan pelaksanaan
operasi. Artinya bahwa setelah mer- Fry, Maxwell J., Money, Interest, and Banking
ger biasanya akan terjadi konsolidasi in Development, The John Hopkins Univer-
tentang fungsi administrasi, pengha- sity Press, 1989.
pusan kantor yang tumpang tindih, Gujarati, Damodar N., Basic Econometrics,
dan penurunan jumlah karyawan. Third Edition, McGraw-Hill, 1995.
Hanya penurunan biaya karena per- Hansen, Mark E., Memotong Ongkos Sampai
baikan efisiensi yang akan mengha- 30%, Majalah Infobank, Edisi Juli, No.
silkan bank yang berdaya saing dan 212, 1997.
memberikan manfaat kepada masya-
rakat. Untuk maksud demikian maka Insukindro, Ekonomi Uang dan Bank: Teori
setelah merger diharapkan muncul dan Pengalaman di Indonesia, BPFE,
tim manajemen yang baik sehingga Yogyakarta, 1995.
mampu mengelola dan meningkatkan Kast, Fremont E., dan James E. Rosenwig,
non financial assets menjadi financial Organization and Management: A System
assets yang produktif. and Contigency Approach, McGraw-Hill
2. Langkah merger dapat ditempuh namun Inc., 1979.
perlu diperhatikan agar merger perbankan Kirana Jaya, W. dan Nur Wanto C.N., Jurnal
tidak berdampak pada meningkatnya kon- Ekonomi dan Bisnis Indonesia, Vol 13
sentrasi pasar. Apabila konsentrasi pasar No.1, 1998
terjadi maka akan berdampak melemahnya Kuncoro, Mudrajat, Manajemen Keuangan
iklim persaingan yang pada gilirannya Internasional, Pengantar Ekonomi dan
akan terjadi lagi inefisiensi alokasi sumber Bisnis Global, BPFE, Yogyakarta, 1996.
daya. Untuk mengantisipasi hal ini maka
implementasi PP No. 70 Tahun 1992 yaitu Kusriyanto, Bambang, Meningkatkan Produk-
aset bank yang melakukan merger tidak tivitas Karyawan, Seri Manajemen No. 95,
PPM, Cetakan IV, 1993.
2000 Iswardono S. Permono & Darmawan 13

Lau and Yotopoulos, A Test Relative Efficiency Sartono, R. Agus, Manajemen Keuangan,
and Application to Indian Agriculture, Edisi III, BPFE, Yogyakarta, 1996.
American Economic Review (AER) Vol. Siamat, Dahlan, Manajemen Bank Umum,
61 March, 1971. Intermedia, Jakarta, 1993.
Miller, Roger L. and David D. Van Hoose, Soediyono, R., Prinsip-Prinsip Dasar Manaje-
Modern Money and Banking, Third Edi- men Bank Umum dan Penerapannya di
tion, McGraw-Hill, 1995. Indonesia, Edisi I, BPFE, Yogyakarta,
Mullineaux, Donald J., Economies of Scale 1992.
and Organizational Efficiency in Banking: Soekartawi, Teori Ekonomi Produksi(Pokok
A Profit Function Approach, Journal of Bahasan Analisis Fungsi Cobb-Douglas),
Finance Vol. XXXIII, 1978. PT. Raja Grafindo Persada, 1994.
Pindyck, R.S. dan D.L. Rubinfeld, Econome- Suyatno, Thomas, Kelembagaan Perbankan,
tric Models and Economic Forecasts, Third Edisi II, Cetakan XIII, Gramedia-STIE Per-
Edition, McGraw-Hill, 1991. banas, Jakarta, 1996.
Reed, Edward W. and Edward K. Gill, The Liang Gie, Efisiensi Tenaga Kerja Bagi
Commerce Bank, Edisi 4 Prentice Hall, Pembangunan Negara, Gadjah Mada Uni-
1989, Edisi Terjemahan Oleh Bumi versity Press, Cetakan IV, Yogyakarta,
Aksara, Jakarta, 1995. 1985.
Sabar, Syafaroedin, Konsep Efisiensi Untuk Usman, Marzuki, Merger Sebagai Salah Satu
BUMN, (Makalah Pada Seminar Nasional Langkah Manajemen Perbankan Dalam
“Efisiensi Ditinjau Secara Multi Konsep”, Mengantisipasi Persaingan Global, Maja-
Surabaya, 1989. lah Pegembangan Perbankan, Edisi Maret-
Samuelson, Paul A., and William D. Nordhaus, April, 1997.
Mikro Ekonomi, Edisi 14 (Edisi Bahasa
Indonesia), Penerbit Erlangga, Jakarta,
1995.

Anda mungkin juga menyukai