Disusun Oleh:
NIM : 7193520052
FAKULTAS EKONOMI
2021
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu tujuan penting dari kebijakan ekonomi
makro yang akan mampu memberi kesejahteraan masyarakat. Salah satu ukuran
kesejahteraan masyarakat yaitu tingkat pendapatan perkapita. Berdasar data Badan Pusat
Statistik (BPS) tahun 1981-1996, pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tahun 1996
menunjukkan nilai yang cukup tinggi tetapi pada tahun 1997 mengalami penurunan
karena perekonomian Indonesia pada tahun tersebut sedang dilanda krisis ekonomi,
bahkan pada tahun 1998 pertumbuhan ekonomi Indonesia negatif. Pengeluaran untuk
aset tetap merupakan komitmen untuk menanggung beban tetap tahunan. Beban tetap ini
bukan berdasarkan volume produksi karena proyek harus menanggung beban tersebut
apakah mereka produktif atau tidak produktif. Masalah ini muncul pada saat resesi,
sehingga pengelolaan aset tetap sangat signifikan.
Selain pertumbuhan ekonomi dalam menilai kemajuan pembangunan juga dapat
dilihat pada tingkat investasi dan ekspor. Investasi terbagi menjadi dua macam yaitu
investasi domestik dan investasi publik. Investasi dalam aset tetap tertentu
mempengaruhi fasilitas dalam jangka panjang karena keputusan membeli mesin tertentu
menentukan jenis produksi, dan tingkat kualitasnya. Selain itu, menjual aset tetap
bukanlah tugas yang mudah dan juga tidak mudah menggunakan aset tetap tersebut
untuk pekerjaan lain. Aset tetap berada dalam bahaya keusangan teknologi dan teknis
karena mesin baru yang lebih efisien dan lebih murah keluar setiap tahun.
Penelitian ini bermaksud untuk memaparkan semakin meningkat/menurun rasio
keuangan (yang digunakan sebagai tolak ukur kinerja keuangan) pada sektor industri
manufaktur dan perbankan pengutang valas sebelum krisis ekonomi, saat krisis ekonomi,
dan setelah krisis ekonomi. Industri manufaktur dan perbankan memiliki karakteristik
yang sangat berbeda, namun demikian ada beberapa ukuran rasio yang sama untuk
melihat kinerja yang sudah dilakukan oleh kedua sektor industri tersebut. Ukuran kinerja
dalam hal ini rasio keuangan yang dimiliki oleh industri manufaktur dan perbankan yang
sama menjadi fokus dalam penelitan ini. Meretia adalah Net Profit Margin, Return On
Investment, Return On Equity, dan Operating Profit Margin, karena hanya empat jenis
rasio keuangan tersebut yang sama dalam industri manufaktur dan perbankan.
Menurut Sugandi (2004), banyak lembaga keuangan di Indonesia baik domestik
maupun lembaga luar negeri, telah gagal memprediksi terjadinya krisis, mereka optimis
menilai perekonomian Indonesia, dan beberapa analis percaya bahwa Indonesia tidak
akan mengalami krisis seperti di negara-negara Asia lainnya. Namun, di masa krisis nilai
tukar rupiah terhadap dolar melemah. Dan inilah yang menyebabkan perusahaan
kehilangan kemampuan untuk membayar hutang. Menurut Kuncoro dan Suhardjono
(2002), akar masalah penyebab krisis ekonomi adalah over-borrowing (utang yang
terlalu banyak) dan akumulasi utang luar negeri yang sangat cepat, khususnya di
Thailand dan Indonesia. Untuk menunjukkan bahwa kinerja keuangan dalam keadaan
yang baik, maka banyak perusahaan di Indonesia yang melakukan ekspansi keluar
negeri. Begitu juga sebaliknya, banyak perusahaan asing yang memasuki lingkungan
bisnis. Hal ini dilakukan untuk memperluas jaringan perusahaan ke taraf internasional.
Bagi perusahaan yang berskala internasional, tentunya memerlukan dana besar untuk
investasi dan mengembangkan usahanya. Terlihat pada perusahaan-perusahaan besar
yang ada di dunia, umumnya dibesarkan oleh hutang. Bahkan, ekonomi Negara maju
seperti Amerika Serikat juga ditopang oleh hutang (Investor, 2002). Namun kemampuan
membayar hutang inilah yang menjadi masalah bagi perusahaan di Indonesia pada masa
krisis ekonomi.
Menurut Sugandi (2004), banyak lembaga keuangan di Indonesia baik domestik
maupun lembaga luar negeri, telah gagal memprediksi terjadinya krisis, mereka optimis
menilai perekonomian Indonesia, dan beberapa analis percaya bahwa Indonesia tidak
akan mengalami krisis seperti di negara-negara Asia lainnya. Namun, di masa krisis nilai
tukar rupiah terhadap dolar melemah. Dan inilah yang menyebabkan perusahaan
kehilangan kemampuan untuk membayar hutang. Menurut Kuncoro dan Suhardjono
(2002), akar masalah penyebab krisis ekonomi adalah over-borrowing (utang yang
terlalu banyak) dan akumulasi utang luar negeri yang sangat cepat, khususnya di
Thailand dan Indonesia. Untuk menunjukkan bahwa kinerja keuangan dalam keadaan
yang baik, maka banyak perusahaan di Indonesia yang melakukan ekspansi keluar
negeri. Begitu juga sebaliknya, banyak perusahaan asing yang memasuki lingkungan
bisnis. Hal ini dilakukan untuk memperluas jaringan perusahaan ke taraf internasional.
Bagi perusahaan yang berskala internasional, tentunya memerlukan dana besar untuk
investasi dan mengembangkan usahanya. Terlihat pada perusahaan-perusahaan besar
yang ada di dunia, umumnya dibesarkan oleh hutang. Bahkan, ekonomi Negara maju
seperti Amerika Serikat juga ditopang oleh hutang (Investor, 2002). Namun kemampuan
membayar hutang inilah yang menjadi masalah bagi perusahaan di Indonesia pada masa
krisis ekonomi.
1. Bagi Akademisi
Penelitian ini sebagai referensi maupun informasi di manajemen keuangan
dan juga dapat memperkaya pengembangan ilmu dalam bidang keuangan.
Penelitian ini juga diharapkan mampu memotivasi peneliti berikutnya yang
akan meneliti analisis kebangkrutan perusahaan manufaktur di Indonesia
peneliti juga mengharapkan peneliti berikutnya termotivasi untuk
mengembangkan lagi penelitian ini.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. KAJIAN TEORI
A.1 Pengertian Investasi
Investasi adalah komitmen atas sejumlah dana atau sumber daya lainnya yang
dilakukan pada saat ini, dengan tujuan memperoleh sejumlah keuntungan dimasa datang
(Tendelilin, 2001). Istilah investasi bisa berkaitan dengan berbagai macam aktivitas.
Menginvestasikan dana pada sektor rill (tanah, emas, mesin atau bangunan) maupun
asset finansial (deposito, saham atau obligasi), merupakan aktifitas yang umum di
lakukan.
Menurur Jogiyanto (2003), investasi dapat didefinisikan sebagai penundaan konsumsi
sekarang untuk digunakan dalam produksi yang efesien selam periode waktu tertentu.
Sedangkan menurut Menurut Sukirno kegiatan investasi yang dilakukan oleh masyarakat
secara terus menerus akan meningkatkan kegiatan ekonomi dan kesempatan kerja,
meningkatkan pendapatan nasional dan meningkatkan taraf kemakmuran masyarakat.
Peranan ini bersumber dari tiga fungsi penting dari kegiatan investasi, yakni (1) investasi
merupakan salah satu komponen dari pengeluaran agregat, sehingga kenaikan investasi
akan meningkatkan permintaan agregat, pendapatan nasional serta kesempatan kerja; (2)
pertambahan barang modal sebagai akibat investasi akan menambah kapasitas produksi;
(3) investasi selalu diikuti oleh perkembangan teknologi
B. Peneltian Sebelumnya
Machfoedz (1999) menguji pengaruh krisis ekonomi tahun 1997 terhadap efisiensi
perusahaan publik di Bursa Efek Jakarta (BEJ). Dari hasil uji hipotesis, ditemukan bahwa
secara keseluruhan sampel menunjukkan perbedaan efisiensi antara sebelum krisis
moneter dan sesudah krisis moneter.
Sampel penelitian adalah 129 perusahaan manufaktur, yang dibagi menjadi 4 sektor.
Sektor satu terdiri dari cement, ceramic and porcelain, metal and allied product,
chemicals, plastics, wood industries, dan pulp and paper. Sektor dua terdiri dari
machinery, automotive and components, textile, footwear, dan cable. Sektor tiga terdiri
dari food and beverages, tobacco, pharmaceuticals, cosmetic and household, dan
houseware. Sektor empat terdiri dari property and real estate, building construction,
telecomunication, transportation, durable goods, dan computer. Rasio keuangan
digunakan sebagai pengukur efisiensi perusahaan yang terdiri atas current ratio,
inventory turn over, total assets to total liabilities, debt to equity ratio, return on assets
dan return on equity. Penelitian ini menggunakan window period +1 dan -1 (tahun 1996
dan tahun 1997).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa krisis moneter ternyata sudah mulai
menghantam efisiensi kinerja perusahaan yang listing di Jakarta Stock Exchange,
meskipun jangka waktu krisis moneter baru berjalan selama enam bulan (mulai
pertengahan tahun 1997). Konsisten dengan Machfoedz (1999), Ika (2006) juga menguji
perbedaan kinerja perusahaan manufaktur pada waktu sebelum dan sesudah krisis dengan
menggunakan rasio keuangan yang sama dengan Machfoedz (1999) dan menemukan
bahwa semua rasio menunjukkan hasil yang signifikan. Sampel diambil pada seluruh
perusahaan manufaktur go-public yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta selama enam
periode mulai tahun 1994 sampai dengan tahun 1999. Ika (2006) memperpanjang
window period pengujian dari tahun 1994 sampai tahun 1996 yang dipilih sebagai wakil
masa sebelum krisis sedangkan tahun 1997 sampai tahun 1999 digunakan sebagai wakil
masa berlangsungnya krisis.
Surifah (2002) menguji perbedaan kinerja perbankan di Indonesia pada waktu
sebelum dan sesudah krisis moneter 1997 dengan menggunakan metode CAMEL
(Capital adequacy, Assets quality, Management, Earning dan Liquidity). Hasil penelitian
menunjukkan bahwa rata-rata rasio Capital, Assets, Management, and Liquidity berbeda
secara signifikan antara sebelum dan sesudah krisis. Akan tetapi kebanyakan rasio justru
cenderung naik pada waktu krisis. Temuan ini juga menunjukkan bahwa perbankan yang
sehat, pada saat krisis dapat menguntungkan karena mendapat limpahan dana dari bank
bermasalah. Sampel diambil dari Bank Umum Swasta Nasional devisa (17 bank) maupun
non devisa (15 bank) yang sehat selama periode 3 tahun sebelum krisis (1994-1996) dan
3 tahun setelah krisis berlangsung (1997 – 1999).
C. Kerangka pemikiran
Investasi adalah komitmen atas sejumlah dana atau sumber daya lainnya yang
dilakukan pada saat ini, dengan tujuan memperoleh sejumlah keuntungan dimasa datang.
Krisis ekonomi global yang dimulai pada akhir tahun 2008 disebabkan oleh Amerika
Serikat yang mengalami masalah keuangan, antara lain disebabkan oleh penumpukan
hutang nasional, pengurangan pajak korporasi, naiknya harga minyak dunia, pembekakan
biaya perang Irak dan Afganistan, serta yang paling krusial adalah Subprime Mortgage
(Kerugian surat berharga property). Ekonomi Indonesia terpengaruh oleh situasi ini,
namun dampaknya diperkirakan tidak separah ketika terjadi krisis ekonomi pada tahun
1998.
Untuk menunjukkan bahwa kinerja keuangan dalam keadaan yang baik, maka banyak
perusahaan di Indonesia yang melakukan ekspansi keluar negeri. Begitu juga sebaliknya,
banyak perusahaan asing yang memasuki lingkungan bisnis. Hal ini dilakukan untuk
memperluas jaringan perusahaan ke taraf internasional. Bagi perusahaan yang berskala
int ernasional, tentunya memerlukan dana besar untuk investasi dan mengembangkan
usahanya
D. Hipotesis
Berdasarkan kerangka pikir yang telah dijelaskan diatas, Adapun hipotesis dalam
penelitian ini tidak ada perbedaan rata-rata investasi aktiva tetap sebelum dan sesudah
krisis global.
HO2: Tidak ada perbedaan rasio aset tetap terhadap total aset antara perusahaan
terdaftar Palestina yang memiliki penjualan aset tinggi dan perusahaan publik Palestina
yang memiliki penjualan aset rendah.
HO3: Tidak ada perbedaan rasio aset tetap terhadap ekuitas antara perusahaan terdaftar
Palestina yang memiliki pengembalian aset tinggi dan perusahaan publik Palestina yang
memiliki pengembalian aset rendah.
HO4: Tidak ada perbedaan rasio aset tetap terhadap ekuitas antara perusahaan terdaftar
Palestina yang memiliki penjualan aset tinggi dan perusahaan publik Palestina yang
memiliki penjualan aset rendah. Dan Hipotesis nol yang sama untuk pasca krisis, Uji-T
sampel independen, untuk menguji hipotesis, kita perlu menggunakan uji-t sampel
independen untuk menemukan perbedaan antara rata-rata dua kelompok sampel
independen.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
Waktu yang digunakan peneliti untuk penelitian ini dilaksanakan sejak tanggal
dikeluarkannya ijin penelitian dalam kurun waktu kurang lebih 2 (dua) bulan, 1 bulan
pengumpulan data dan 1 bulan pengolahan data yang meliputi penyajian dalam bentuk
skripsi dan proses bimbingan berlangsung. Tempat pelaksanaan penelitian ini adalah di
PT Kereta Api Indonesia,Tbk Kota Medan.
3.2.2 Sampel
. Pengambilan sampel ini harus dilakukan sedemikian rupa sehingga diperoleh sampel
yang benar- benar dapat berfungsi atau dapat menggambarkan keadaan populasi yang
sebenarnya.
teknik sampling pada dasarnya dapat dikelompokkan menjadi dua yaitu:
1. Probability sampling
a. Simple random sampling
b. Proportionate stratified random sampling
c. Disproportionate stratified random sampling
d. Area (cluster) sampling
2. Non probability sampling
a. Sampling sistematis
b. Sampling kuota
c. Sampling insidental
d. Purposive sampling
e. Sampling jenuh
f. Snowball sampling.
Keterangan:
Batas atas 1 = batas bawah (nilai minimal) + range Batas atas 2 = (Batas atas 1 + 0,001) +
range Batas atas 3 = (Batas atas 2 + 0,001) + range
Batas atas 4 = (Batas atas 3 + 0,001) + range = nilai maksimal
Dalam analisis ini, dilakukan pembahasan mengenai bagaimana pengaruh investasi aktiva
tetap perusahaan dari tahun 2001 sampai dengan 2020, yang dilihat dari perubahan atau
pertumbuhan jumlah aktiva tetap setiap tahunnya.
Berdasarkan rumus tersebut dapat diketahui, ada 3 jenis nilai yang harus terlebih dahulu
kita persiapkan, yaitu :
Xi : adalah rata-rata skor / nilai kelompok i.
ni : adalah jumlah responden kelompok i
si2 : adalah variance skor kelompok i.
DAFTAR PUSTAKA
Chairul Nizar, Abubakar Hamzah, Sofyan Syahnur, Pengaruh Investasi dan Tenaga Kerja
Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Serta Hubungannya Terhadap Tingkat Kemiskinan di
Indonesia, Jurnal Ekonomi Pascasarjana Universitas Syah Kuala, Volume 1, No. 2, Mei
2013, hlm 3
Eduardus Tendelilin, Analisis Investasi dan Manajemen Portofolio, Edisi I, cet. I (Yogyakarta,
BPFE, 2001), hlm 1. 2 Jogiyanto, Teori Portofolio dan Analisis Investasi, Edisi III, cet, I
(Yogyakarta, BPFE, 2003) hlm 5.
Ika, Siti Rochmah, 2006, Evaluasi Kinerja Perusahaan Publik di Bursa Efek Jakarta Sebelum dan
Selama Krisis Moneter, Janavisi, Vol. 9, No. 2, 2006.
Kuncoro, Mudrajad dan Suhardjono, 2002, Manajemen Perbankan Teori dan Aplikasi, Edisi
Pertama, BPFE, Yogyakarta
Machfoedz, Mas’ud, 1999, Pengaruh Krisis Moneter Pada Efisiensi Perusahaan Publik di Bursa
Efek Jakarta, Jurnal Ekonomi dan Bisnis Indonesia, Vol. 14, No. 1.
Sugandi, Erich Alexander, Constructing Early Warning System of Currency Crises for Indonesia :
Leading Indicator Approach, Buletin Ekonomi Moneter dan Perbangkan, Vol VII, no 1
(Juni) h. 146 – 183
Surifah, 2002, Kinerja Keuangan Perbankan Nasional Indonesia Sebelum dan Setelah Krisis
Ekonomi, Jurnal Akuntansi dan Auditing Indonesia, Volume 6, No. 2, Desember.
Tamer Bahjat Sabri. International Journal of Financial Research. 2021. VOL 12 NO 4. The
Investment in Fixed Assets Before and After the Global Financial Crisis (Empirical Study
for Industry and Investment Sector in Palestine Stock Exchange)
LAMPIRAN