Anda di halaman 1dari 6

UPAYA PEMERINTAH DALAM MENGATASI PENYEBARAN BERITA

HOAKS SELAMA MASA PANDEMI COVID-19

Abstrak:
Awal munculnya virus covid-19 yang melanda hampir seluruh negara
termasuk Indonesia menimbulkan keresahan dan ketakutan bagi masyarakat
Indonesia. Berita mengenai covid-19 terus bermunculan di media elektronik dan
nonelektronik. Berita-berita tersebut ada yang terbukti benar dan ada pula yang
tidak benar atau hoaks. Kemunculan berita hoaks semakin menambah keresahan
bagi masyarakat Indonesia, serta dapat menimbulkan propaganda. Masyarakat
terjebak dalam informasi yang tidak benar adanya untuk itu perlu dilakukan
langkah pencegahan agar masyarakat tidak terjebak dalam informasi palsu.
Penyebaran berita hoaks di era globalisasi dimana perkembangan teknologi
semakin pesat dan canggih menjadi semakin mudah terjadi dan dapat melalui
media mana saja termasuk melalui media sosial yang sering digunakan oleh
masyarakat Indonesia. Dalam mencegah penyebaran berita Hoax, pemerintah ikut
berperan penting mengingat pengaruh dan dampak yang akan terjadi akibat dari
berita hoax tersebut. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan teknik
pengumpulan data adalah studi literature untuk mengetahui upaya-upaya yang
dilakukan pemerintah dalam mengatasi penyebaran berita hoaks selama pandemic
covid-19.

Kata Kunci: Berita Hoaks, Covid-19, Media Sosial, Pemerintah.

PENDAHULUAN
Awal tahun 2020 dunia digemparkan dengan munculnya Corona Virus 19
(Covid19). Virus yang pertama kali muncul di Wuhan, China ini kemudian
ditetapkan menjadi pandemi setelah menginfeksi hampir seluruh negara di dunia
termasuk Indonesia. Berdasarkan data WHO (World Health Organization) tanggal
24 April 2020 ada sebanyak 2.631.839 orang yang terkonfirmasi positif, dan
182.100 orang dinyatakan meninggal dunia. Kemunculan awal Covid-19
mendapatkan respon yang beragam dari berbagai negara. Ada yang cepat tanggap
dalam mengantisipasi penyebarannya dengan menetapkan kebijakan yang
diperlukan ada pula yang bersikap sebaliknya. Namun pada akhirnya hampir
seluruh negara dibuat tidak berdaya dengan Covid-19. Kasus positif pertama di
Indonesia tercatat pada Maret 2020 yakni seorang ibu dan anak (Harian
Kompas.Com). Kondisi ini kemudian meluas hingga ke berbagai kota di Indonesia
dengan jumlah kasus yang terus mengalami peningkatan.
Langkah-langkah penangan Covid-19 yang dilakukan pemerintah
Indonesia mulai dari penyediaan rumah sakit dengan ruangan standar isolasi.
Selain itu, pemerintah juga memiliki standar operasional penanganan yang sama
seperti standar inernasional. Terdapat pula tim gabungan dari TNI maupun sipil
kata Jokowi (Kalia, n.d.). Kebijakan lain yang ditetapkan pemerintah adalah
himbauan untuk melakukan Social Distancing dengan menghindari tempat-tempat
ramai dan tidak melakukan pertemuan yang melibatkan banyak orang. Banyak
masyarakat dan pengamat yang mengatakan bahwa pemerintah mengalami
kegagapan komunikasi dalam menjelaskan kondisi yang sedang terjadi. Tak hanya
pemerintah, masyarakat pun tidak luput dari kegagapan berkomunikasi.
Mendadak orang-orang menjadi ahli Covid-19. Semua hal yang berkaitan dengan
virus ini dikomentari, membuat statement sendiri, menyebarkan informasi yang
belum pasti kebenarannya. Hampir seluruh informasi yang berkaitan dengan
Covid-19 disebarluaskan melalui media sosial. Banyak berita yang simpang siur
kemudian menambah kebingungan masyarakat mengenai apa yang sebenarnya
tengah terjadi.
Di masa pandemi Covid-19, media sosial menjadi sumber informasi yang
penting bagi masyarakat. Informasi-informasi terkait berita terbaru covid-19 baik
mengenai perkembangan kasus, kebijakan-kebijakan pemerintah, serta langkah-
langkah pencegahan virus ini dapat dengan mudah diakses melalui media sosial
baik dari sumber yang resmi maupun yang belum jelas. Berdasarkan Data
Kominfo pada 8 April 2020 sudah ditemukan 474 isu hoaks terkait Covid-19 yang
tersebar di 1.125 platform digital (Juditha, 2020). Data Kemeninfo 2021 mencatat
ada sekitar 800.000 situs di Indonesia yang sudah terindikasi sebagai penyebar
informasi atau berita palsu (hoaks) (Mubarok et al., 2021). Penyebaran berita
hoaks ini menimbulkan kepanikan dan psikologis berat (stress) terutama di
kondisi darurat seperti ini sehingga perlu dilakukan langkah pencegahan.
Pemerintah memiliki peranan penting dalam mencegah penyebaran berita
hoaks. Upaya pencegahan ini sangat diperlukan agar tidak menimbulkan
keresahan dan kepanikan dalam kelompok masyarakat karena dikhawatirkan
dapat berdampak pada peningkatan penyebaran Covid-19 apabila masyarakat
terus mendapatkan berita-berita yang tidak benar adanya (hoaks). Berdasarkan
uraian tersebut, maka tujuan kajian ini adalah hendak melihat upaya pemerintah
dalam mengatasi penyebaran berita hoaks selama masa pandemi Covid-19. Kajian
ini diharapkan dapat membantu pembaca agar tidak serta merta percaya dengan
berita yang beredar di media sosial serta dengan mudah menyebarkannya.

METODOLOGI
Artikel ini menggunakan pendekatan kualitatif yakni penelitian pustaka
(library research) (Sugiyono, 2019). Menurut Strauss dan Corbin (Rasidin et al.,
2020) penelitian kualitatif adalah suatu penelitian yang memperoleh penemuan-
penemuan yang tidak dihasilkan atau dicapai dengan menggunakan cara
pengukuran kuantitatif. Menurut Harahap (2014) menyatakan bahwa bahan-bahan
daam studi kepustakaan diperoleh dari sesuatu yang bersifat pustaka, dalam artikel
ini diperoleh melalui jurnal nasional, buku, laporan penelitian yang berkaitan
dengan berita hoaks, Covid-19, dan pemerintah. Sumber informasi berupa jurnal,
artikel, laporan penelitian yang diperoleh dalam kajian ini bersumber dari internet
(online) yang memiliki integritas dan kredibilitas. Bahan refensi yang telah
terkumpul kemudian dibaca dan ditelaah oleh penulis untuk dianalisis sesuai
dengan teknik analisis data yang dipopulerkan oleh Miles dan Huberman yakni
reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan.

HASIL DAN PEMBAHASAN


Hasil: Penyebaran berita hoaks tidak terlepas dari perkembangan teknologi yang
semakin pesat dan pengguna internet yang semakin meningkat. Perkembangan
teknologi ini selain membawa dampak positif juga dimanfaatkan oleh oknum-
oknum untuk melakukan tindak kejahatan dengan modus baru yang dapat berupa
penyebaran berita hoaks untuk menggiring opini negatif masyarakat,
menyebarkan ujaran kebencian, dan lain sebagainya. Hal ini menjadi penting
untuk dibahas karena informasi-informasi tersebut dapat menimbulkan
propaganda dalam kelompok masyarakat.
Tindakan tidak bertanggung jawab ini membuat pemerintah menghadirkan
sejumlah peraturan-peraturan baru untuk mencegah dan mengatasi hal tersebut.
Beberapa Undang-Undang yang dapat mengenai para pelaku penyebar hoaks
diantaranya adalah Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 yang direvisi menjadi
Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2016 tentang Informasi dan Transaksi
Elektronik (UU ITE); kita Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) dalam Bab 25
tentang Perbuatan Curang, Pasal 378; dan juga Undang-Undang Nomor 40 Tahun
2008 tentang Penghapusan Diskriminasi Ras dan Etnis.
Aris Kurniawan selaku Kasubdit Pemberdayaan Kapasitas TIK Kominfo
mensosialiasikan upaya penanganan hoaks di masa pandemic covid-19 melalui
live streaming. Dilansir dari laman aptika.kominfo.go.id yakni ada tujuh upaya
yang dapat dilakukan untuk menangani berita hoaks, yaitu:
1. Bersikap hati-hati dengan berita yang provokatif dan sensasional yakni berita-
berita yang dengan mudah dapat memancing emosi, kita harus curiga.
2. Cermati sumber berita dengan melihat situsnya berasal dari laman resmi dan
terpercaya atau tidak.
3. Periksa faktanyam apakah beritanya berimbang atau hanya berasal dari 1
sumber saja (semakin banyak sumber maka semakin besar kemungkinan
berita tersebut dapat dipercaya)
4. Cek keaslian foto/video dengan mengecek di google images
5. Ikuti akun-akun atau forum terkait aktivitas cek fakta, hoaks buster, dan
gunakan aplikasi terkait layanan informasi resmi dari pemerintah terkait
covid-19 (Covid19.go.id, Covid19.bnpb.go.id, aplikasi Peduli Lindungi, serta
akun resmi Kemenkes dan Kominfo)
6. Sabar dan terbuka
7. Mengurangi asupan informasi yang meragukan dan selalu optimis dan
melakukan hal-hal yang produktif.
Dilansir dari laman kominfo.go.id segala sesuatu yang berkaitan dengan
konten hoaks yang menimbulkan keresahan di kalangan masyarakat akan
ditindaklanjutin oleh aparat penegak hukum apabila terdapat unsur delik pidana
yang telah dilanggar oleh pemilik akun. Unsur pidana tersebut merujuk pada
Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 yang direvisi menjadi Undang-Undang
Nomor 11 Tahun 2016 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik (UU ITE)
Pasal 28 dengan denda pidana apabila terbuti memenuhi unsur pelanggaran yakni
penjara paling lama enam tahun dan/atau denda paling banyak Rp. 1 Miliar.
Pemerintah melalui Kominfo juga berupaya meningkatkan literasi masyarakat
melalui narasi tunggal positif dan terus menyampaikan informasi-informasi positif
guna menyapu bersih berita hoaks. Upaya yang terus dilakukan pemerintah dalam
menekan penyebaran hoaks selama masa pandemic covid-19 dilansir dari laman
Kompas.tv yaitu gencar mengadakan sosialisasi dengan mengajak masyarakat
untuk melaporkan hoax dengan cara melakukan screen capture disertai dengan url
link dan mengirimkan data tersebut ke aduankonten@mail.kominfo.go.id. Selain
itu pemerintah menyediakan berbagai situs yang menyajikan informasi akurat
seputar perkembangan Covid-19 di Indonesia yang dapat dengan mudah diakses
oleh masyarakat.

PEMBAHASAN:
Persamaan artikel ini dengan artikel sebelumnya adalah mengenai topik
utama yang dibahas yakni tentang berita hoaks dan upaya atau peran pemerintah
dalam menangani berita hoaks yang beredar. Artikel ini dan artikel sebelumnya
juga sama-sama menggunakan metode penelitian kualitatif. Sedangkan perbedaan
artikel ini dengan artikel sebelumnya yakni pada teknik pengumpulan data yang
digunakan. Artikel ini dalam pengumpulan datanya menggunakan studi literature
sedangkan 3 artikel lainnya menggunakan kuesioner, sosialisasi, dan penelusuran
berita hoaks di akun media sosial.
KESIMPULAN:
Berdasarkan hasil kajian literature dapat disimpulkan bahwa ada berbagai cara
yang dilakukan pemerintah untuk menangani berita hoaks selama pandemi Covid-
19 yakni dengan melakukan sosialisasi melalui Live Streaming, seminar,
meningkatkan literasi digital melalui narasi tunggal positif, mengajak masyarakat
untuk melaporkan oknum penyebar berita hoaks, memberikan sanski pidana
kepada oknum yang terbukti melanggar unsur pidana.

DAFTAR PUSTAKA

Juditha, C. (2020). Perilaku Masyarakat Terkait Penyebaran Hoaks Covid-19.


Jurnal Pekommas, 5(2), 105–116.
https://doi.org/10.30818/jpkm.2020.2050201
Kalia, B. S. C. (n.d.). COVID-19 DI BONDOWOSO MELALUI FACEBOOK
DISTRIBUTION ANALYSIS OF THE HOAKS PANDEMI COVID-19 NEWS
IN BONDOWOSO THROUGH FACEBOOK.
Mubarok, F. A., Khoerunnisa, A., & Shauma, N. U. (2021). PENYULUHAN
DALAM MENGATASI PENYEBARAN HOAX TENTANG
KESEHATAN SELAMA PANDEMI COVID-19 PADA. Seminar Nasional
Pengabdian Masyarakat LPPM UMJ.
Rasidin, M., Witro, D., Yanti, B. Z., Purwaningsih, R. F., & Nurasih, W. (2020).
PERAN PEMERINTAH DALAM MENCEGAH PENYEBARAN HOAKS
TENTANG PEMILU 2019 DI MEDIA SOSIAL. Jurnal Media Dan
Komunikasi, 3(2), 127–137. https://doi.org/10.17933/diakom.v3i2.76
Sugiyono. (2019). Metode Penelitian Kualitatif Pendidikan (Pendekatan
Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D). Alfabeta.

Anda mungkin juga menyukai