Oleh :
1. Ai Aspah (176200033)
2. Dita Pratiwi (176200025)
3. Erika Kellie (186203002)
4. Selie (196203003)
5. Silfanus Baene (176200016)
6. Tania Anggelina Lubis (176200011)
7. Wildayani(176200023)
1
kreditur. Almilia dan Herdiningtyas (2005) menjelaskan bahwa ketidakmampuan
ini terjadi karena perusahaan mengalami kekurangan dan ketidakcukupan dana
dimana total kewajiban lebih besar daripada total aset, serta tidak dapat mencapai
tujuan ekonomis perusahaan, yaitu profit.
Perusahaan perlu memprediksi financial distress sejak dini untuk
mencegah kebangkrutan. Salah satu cara untuk memprediksi financial distress
adalah dengan melakukan analisis penggunaan laba.
Laba adalah tujuan perusahaan dibentuk. Wahyuningtyas (2010)
menjelaskan bahwa melalui informasi laba dapat diketahui kemampuan
perusahaan dalam pembagian deviden kepada para investor. Laba bersih suatu
perusahaan digunakan sebagai dasar pembagian deviden kepada investornya. Jika
laba bersih yang diterima perusahaan sedikit atau bahkan merugi, maka investor
tidak mendapatkan deviden. Bila hal ini terjadi secara berkelanjutan, investor akan
menilai perusahaan tersebut sedang dalam kondisi financial distress. Para investor
kemudian akan menarik investasinya terhadap perusahaan tersebut yang akan
semakin memperburuk kondisi keuangan perusahaan hingga mengakibatkan
perusahaan bangkrut. Inilah sebabnya penggunaan laba dapat digunakan sebagai
acuan untuk menilai kondisi financial distress suatu perusahaan.
Selain itu, arus kas juga merupakan salah satu cara untuk memprediksi
financial distress suatu perusahaan. Dalam laporan arus kas dapat diketahui alur
penerimaan dan pengeluaran kas. Kita dapat melihat apakah penerimaan kas lebih
besar jumlahnya daripada pengeluaran kas atau sebaliknya. Hal ini dapat menjadi
acuan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam membayar hutangnya pada
kreditur. Perusahaan akan kehilangan kepercayaan dari kreditur jika melalui
laporan arus kas tersebut diketahui kemampuan perusahaan dalam membayar
hutangnya kurang atau sama sekali tidak baik. Para kreditur akan menilai bahwa
perusahaan tersebut berada dalam kondisi financial distress jika hal ini terjadi
terus menerus yang akan berujung pada kebangkrutan perusahaan jika tidak dapat
diatasi.
Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti hendak menganalisis bagaimana
kemampuan informasi penggunaan laba dan arus kas dalam memprediksi
2
financial distress. Peneliti tertarik untuk meneliti “Penggunaan Laba dan Arus
Kas untuk Memprediksi Financial Distress (Studi pada Perusahaan
Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2017-2019).”
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
4
2.1.2 Arus Kas
Menurut Wahyuningtyas (2010), setiap perusahaan memerlukan kas dalam
menjalankan aktivitas usahanya baik sebagai alat tukar dalam memperoleh barang
atau jasa maupun sebagai investasi dalam perusahaan tersebut. Kas merupakan
alat pertukaran dan alat pembayaran yang diterima untuk pelunasan hutang, dan
dapat diterima sebagai setoran dengan jumlah sebesar nilai nominalnya, juga
simpanan bank atau tempat lain yang dapat diambil sewaktu-waktu.
Subramanyam dan Wild (2011), menyatakan pengaruh arus kas operasi
terhadap kondisi financial distress laporan arus kas merupakan campuran antara
laporan laba-rugi dengan neraca laporan arus kas dapat mengekspresikan laba
bersih perusahaan yang berkaitan dengan nilai perusahaan sehingga jika arus kas
meningkat, maka laba perusahaan akan meningkat dan hal ini akan meningkatkan
nilai perusahaan dan selanjutnya juga akan menaikkan laba perusahaan.
Berdasarkan PSAK No. 2 paragraf 12 (IAI,2009) jumlah arus kas dari
aktivitas merupakan indicator yang menentukan apakah perusahaan dapat
menghasilkan arus kas yang cukup untuk melunasi pinjaman, memelihara
kemampuan operasi perusahaan, membayar deviden dan melakukan investasi baru
tanpa mengandalkan sumber pendanaan dari luar.
Menurut Munawir (2005), laporan arus kas diperlukan untuk hal – hal
sebagai berikut.
1. Kadangkala ukuran laba tidak menggambarkan kondisi perusahaan yang
sesungguhnya.
2. Seluruh informasi mengenai kinerja perusahaan selama periode tertentu dapat
diperoleh lewat laporan ini.
3. Dapat digunakan sebagai alat untuk memprediksi arus kas perusahaan di masa
mendatang.
5
2.1.3 Financial Distress
Financial distress yaitu tahap penurunan kondisi keuangan yang terjadi
sebelum terjadinya kebangkrutan ataupun likuidasi (Platt, 2002). Menurut Atmini
(2005), financial distress adalah suatu konsep luas yang terdiri dari beberapa
situasi dimana suatu perusahaan menghadapi masalah kesulitan keuangan.
Menurut Fachrudin, 2008:5 (dalam Hadi, 2014), financial distress
merupakan kondisi perusahaan yang mengalami kesulitan keuangan umumnya
mengalami penurunan dalam pertumbuhan dan asset-aset tetap, serta peningkatan
dalam tingkatan persediaan relative terhadap perusahaan yang sehat.
Hofer (1980) dan Whitaker (1999) mendefinisikan financial distress jika
dalam beberapa tahun perusahaan mengalami laba bersih negatif, serta arus kas
lebih kecil dari hutang jangka panjang. Purwanti (2005) menjelaskan bahwa
model financial distress perlu dikembangkan, karena dengan mengetahui kondisi
financial distress perusahaan sejak dini diharapkan dapat dilakukan tindakan-
tindakan untuk mengantispasi yang mengarah kepada kebangkrutan (Purwanti,
2005).
Foster (1986) dalam Astuti (2005) menyebutkan paling tidak terdapat
empat analisis yang dapat digunakan untuk memprediksi potensi kebangkrutan,
yaitu:
1. Analisis Cash Flow
Penggunaan analisis arus kas, analisis ini menitikberatkan secara langsung
dugaan kesulitan keuangan pada periode tertentu. Analisis yang bisa digunakan
untuk mengetahui indikasi kesulitan keuangan, misalnya; rasio arus kas dari
operasi dengan total aktiva.
2. Analisis Strategi Perusahaan
Guna memprediksi kesulitan keuangan, dapat dilakukan dengan
mempertimbangkan karakteristik strategi dan manajerial perusahaan. Strategi
tersebut diantaranya mencakup strategi penerapan sistem Good Corporate
Governance (GCG) dalam perusahaan, seperti penerapan komponen mekanisme
tata kelola perusahaan, yaitu kepemilikan manajerial, kepemilikan insitusional,
6
ukuran dewan direksi, komisaris independen, komite audit, perputaran (turnover)
dari direksi, dan lain-lain.
3. Analisis Laporan Keuangan
Sebagian besar penelitian tentang kinerja keuangan perusahaan
menggunakan analisis laporan keuangan. Umumnya analisis ini menggunakan
rasio pada pos-pos laporan keuangan. Untuk melihat efisiensi keuangan suatu
entitas dengan entitas lain pada periode yang sama atau analisis time series untuk
membandingkan kondisi keuangan perusahaan pada periode yang berbeda. Dalam
memprediksi kesulitan keuangan peneliti menggunakan dua pendekatan, yaitu
analisis unvariate yang berfokus pada variabel laporan keuangan tunggal atau
kombinasi dari berbagai variabel laporan keuangan yang biasa disebut analisis
multivariate, seperti yang dilakukan oleh Narayanan et.al.
4. Analisis Variabel Eksternal
Beberapa indikator yang dapat digunakan untuk mengamati adanya
kesulitan keuangan juga telah menjadi perhatian dari peneliti baik sebagai elemen
keuangan ataupun keuangan ataupun non keuangan diantaranya (a) likuiditas, (b)
piutang dagang, (c) perputaran persediaan, (d) hutang dagang, dan (e) margin laba
bruto atau profitabilitas.
7
Tabel 1.1
Tinjauan Penelitian Terdahulu
Fanni Djongkang dan Manfaat Laba Variabel Model laba cukup kuat
Maria Rio Rita (2014) dan Arus Kas Independen digunakan sebagai
untuk (Laba dan Arus model prediksi
financial distress suatu
Memprediksi Kas)
perusahaan sedangkan,
Kondisi model arus kas tidak
Financial Variabel dapat menjelaskan
Distress Dependen financial distress suatu
(Financial perusahaan, sehingga
Distress) tidak dilakukan
pengujian lebih lanjut
terhadap holdout
sample.
8
Amelia Fatmawati dan Faktor – Faktor Variabel Kondisi laporan
Wahidahwati (2017) yang Indpenden keuangan perusahaan
Mempengaruhi (Good terutama laporan laba
rugi yang semakin
Financial Corporate
rendah menyebabkan
Distress (Studi Governance, perusahaan mengalami
pada Efisiensi financial distress.
Perusahaan Operasi, Laba, Variabel arus kas dari
Manufaktur di dan Arus Kas) kegiatan operasi
BEI) berpengaruh positif
Variabel terhadap financial
distress. Hasil penelitian
Dependen
ini menunjukkan bahwa
(Financial tinggi rendahnya arus
Distress) kas operasi
menyebabkan
perusahaan mengalami
financial distress.
9
2.3 Kerangka Pemikiran
Gambar 2.1
Kerangka Penelitian Penggunaan Laba dan Arus Kas Untuk Memprediksi
Kondisi Financial Distress (Studi Kasus pada Perusahaan Manufaktur yang
Terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2017-2019
LABA
Financial Distress
ARUS KAS
2.4 Hipotesis
Zikmund (1997:112), menjelaskan hipotesis adalah proposisi atau dugaan
belum terbukti bahwa tentatif menjelaskan fakta atau fenomena, serta kemungkinan
jawaban atas pertanyaan-pertanyaan penelitian. Dapat disimpulkan bahwa hipotesis
adalah dugaan sementara terhadap penelitian yang sedang dilakukan. Adapun
hipotesis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.
H1 : Penggunaan laba dapat memprediksi kondisi financial distress perusahaan
manufaktur.
H2 : Arus kas dapat memprediksi kondisi financial distress perusahaan
manufaktur.
10
BAB III
METODE PENELITIAN
11
12