Anda di halaman 1dari 19

ANALISIS PENGARUH INFLASI DAN TINGKAT SUKU BUNGA

TERHADAP PMA (PENANAMAN MODAL ASING) DI


INDONESIA TAHUN 2002 – 2017

DOSEN PENGAMPU:
Dr. Imam Asngari, SE., M.Si

DISUSUN OLEH:

1. Achmad Trisno Jati (01021281823048)


2. M. Daffa Syahtara (01021181823021)
3. M. Hadiq Alzuhri (01021281823047)
4. M. Hafizh Al-Fajri (01021281823098)
5. Prananda Absa Zasila (01021181823028)
6. Skolastika Ferlicia S R (01021181823024)

JURUSAN EKONOMI PEMBANGUNAN


FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
2020
A. PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Sebagai negara berkembang, Indonesia mengalami beberapa kendala,
salah satunya adalah pembangunan ekonomi. Pembiayaan yang terbatas sering
menjadi masalah dalam pembangunan ekonomi. Penananaman modal atau
investasi dapat digunakan sebagai sumber pembiayaan untuk menutupi
keterbatasan pembiayaan dalam pembangunan ekonomi Indonesia (Thirati,
2013)). UU Republik Indonesia Pasal 1 nomor 25 tahun 2007 tentang
penanaman modal atau investasi menyebutkan bahwa investasi mencakup
segala bentuk kegiatan penanaman modal, baik oleh penanam modal dalam
negeri ataupun penanaman modal asing yang melakukan usaha di wilayah
negara Republik Indonesia. Besarnya kebutuhan mengakibatkan pemerintah
harus membuka kesempatan bagi para pemilik modal, baik pemilik modal
dalam negeri maupun pemilik modal asing agar menanamkan atau
menginvestasikan modalnya di Indonesia. Setiap penanaman modal atau
investasi akan memberikan kontribusi yang besar bagi pertumbuhan ekonomi
sebuah negara, karena investasi akan mendorong berkembangnya aktivitas
ekonomi secara keseluruhan. Disamping adanya kebutuhan perekonomian
pembangunan, keberadaan investasi baik domestik maupun asing dapat
memberikan sejumlah manfaat bagi pemerintah dan perekonomian negara.
Sumber pembiayaan PMA ini oleh sebagian pengamat, merupakan
sumber pembiayaan luar negeri yang paling potensial dibandingkan dengan
sumber yang lain. Panayotou (1998) dalam Sarwedi (2002) menjelaskan bahwa
PMA lebih penting dalam menjamin kelangsungan pembangunaan
dibandingkan dengan aliran bantuan atau modal portofolio, sebab terjadinya
PMA disuatu negara akan diikuti dengan transfer teknologi, ilmu pengetahuan,
keterampilan manajemen, resiko usaha relatif kecil dan lebih profitable. Salah
satu yang mempengaruhi Penanaman modal asing (PMA) yaitu tingkat inflasi.
Perlu diketahui, tingkat inflasi berpengaruh negatif pada investasi. Disamping
itu, tingkat inflasi yang tinggi sering dinyatakan sebagai ketidakstabilan roda
ekonomi makro dan suatu ketidakmampuan pemerintah dalam mengendalikan
ekonomi makro. Berdasarkan beberapa penelitian sebelumnya, diperoleh
informasi bahwa salah satu faktor dominan yang mempengaruhi investasi
adalah tingkat suku bunga. Suku bunga merupakan faktor yang sangat penting
dalam menarik investasi karena sebagian besar investasi biasanya dibiayai dari
pinjaman bank. Jika suku bunga pinjaman turun maka akan mendorong investor
untuk meminjam modal dan dengan pinjaman modal tersebut maka ia akan
melakukan investasi.
Berdasarkan beberapa penelitian sebelumnya, diperoleh informasi bahwa
salah satu faktor dominan yang mempengaruhi investasi adalah tingkat suku
bunga. Suku bunga merupakan faktor yang sangat penting dalam menarik
investasi karena sebagian besar investasi biasanya dibiayai dari pinjaman bank.
Jika suku bunga pinjaman turun maka akan mendorong investor untuk
meminjam modal dan dengan pinjaman modal tersebut maka ia akan melakukan
investasi. Berdasarkan hal-hal tersebut diatas, maka penulis bermaksud untuk
melakukan penelitian yang berjudul : “ANALISIS PENGARUH INFLASI
DAN TINGKAT SUKI BUNGA TERHADAP PMA (PENANAMAN MODAL
ASING) DI INDONESIA TAHUN 2007 - 2017”

2. Rumusan Masalah
Berdasarkan dari pemaparan latar belakang diatas, dapat dirumuskan masalah
sebagai berikut :
1. Bagaimana kondisi Penanaman Modal Asing (PMA) di Indonesia tahun
2007-2017?
2. Bagaimana pengaruh suku bunga terhadap Penanaman Modal Asing (PMA)
di Indonesia tahun 2007-2017?
3. Bagaimana pengaruh inflasi terhadap Penanaman Modal Asing (PMA) di
Indonesia tahun 2007-2017?

3. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah diatas, dapat disimpulkan tujuan sebagai berikut:
1. Menganalisis kondisi Penanaman Modal Asing (PMA) di Indonesia tahun
2007 -2017.
2. Menganalisis pengaruh suku bunga terhadap Penanaman Modal Asing
(PMA) di Indonesia tahun 2007 - 2017.
3. Menganalisis pengaruh Inflasi terhadap Penanaman Modal Asing (PMA) di
Indonesia tahun 2007 - 2017.

4. Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Bagi Penulis
a. Penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai aplikasi dari teori-
teori ekonomi khususnya ekonomi makro sehingga dapat menambah
referensi untuk mengetahui secara teoritis tentang penanaman modal
asing di Indonesia.
b. Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan bagian dalam proses belajar
dan mejadi peluang untuk mempraktikan teori-teori yang sudah di
perlajari dalam perkuliahan dengan suatu masalah yang ada pada
kehidupan.
2. Bagi Masyarakat
a. Penelitian ini diharapkan mampu menambah wawasan tentang apa saja
yang dapat mempengaruhi penanaman modal asing.
3. Bagi Pemerintah
a. Pemerintah selaku pihak pembuat kebijakan, penelitian ini diharapkan
bisa dipergunakan menjadi sebuah masukan dalam membuat kebijakan
yang lebih baik
B. TINJAUAN PUSTAKA
1. Penanaman Modal Asing
Penanaman modal asing (PMA) atau investasi asing yaitu kegiatan arus
modal yang didapatkan dari pihak luar yang bergerak ke bidang dari Investasi
Asing. United Nations Conference on Trade and Development (UNCTAD)
mengartikan Penanaman Modal Asing seperti investasi yang dijalankan oleh
perusahaan di dalam negara terhadap perusahaan di negara lain demi keperluan
mengelolah operasi perusahaan di negara tersebut.
Penanaman Modal Asing (PMA) atau yang disebut dengan FDI (Foreign
Direct Investment) terjadi ketika sebuah perusahaan dari suatu negara
menanamkan modalnya dalam jangka waktu panjang ke perusahaan di negara
lain. Negara asal perusahaan yang menanam modal itu disebut host country
sementara negara tempat investasi yang dituju disebut home country (Igamo,
2015). dalam ilmu hukum investasi terdapat 3 ragam pemikiran dalam
menafsirkan kebijakan investasi yang dapat dipilih menjadi dasar pertimbangan
atau kebijakan hukuminvestasi dari kepentingan negara penerima modal (home
country), yakni :
1. Neo Classical Economic theory
Teori ini menjelaskan bahwa masuknya investasi membawa dampak yang
positif dan menerima dengan tangan terbuka terhadap masuknya investasi
asing, karena investasi asing dianggap sangat bermanfaat bagi home country.
Hal ini menunjukan bahwa modal asing yang dibawa ke penerima modal
akan mendorong modal domestik yang kemungkinan digunakan untuk
berbagai usaha

2. Dependency Theory
Teori ini tidak menerima masuknya investasi asing, dan memandang
masuknya investor asing dapat melumpukan investasi domestik serta
mengambil alih posisi dan peran investasi domestik dalam perekonomian
nasional. Investor asing juga dianggap banyak menimbulkan dampak negatif
bagi masyarakat baik terhadap pelanggaran hak-hak asasi manusia ataupun
lingkungan.

Gambar diatas menggambarkan kenaikan investasi asing dari I1 ke I2,


menyebabkan penurunan pada pertumbuhan ekonomi dari Y1 menjadi Y2.
Sesuai dengan teori ini yang berpendapat bahwa, penanaman modal asing
atau investasi asing di negara berkembang tidak menghasilkan pembangunan
ekonomi yang berarti. Investasi asing menghambat pertumbuhan ekonomi
dan kenaikan pemasukan dinegara penerima modal (Sornarajah, 2010).

3. The Middle Path Theory


Penganut teori ini menganggap bahwa masuknya investasi asing selain
banyak manfaat juga menimbulkan dampak negatif, karenanya negara harus
berperan untuk dapat mengurangi dampak negatif melalui berbagai
kebijakan hukum yang ditetapkan antara lain melalui screening dalam
perizinan dan upaya sungguh- sungguh dalam penegakan hukum.

2. Inflasi
Inflasi didefinisikan sebagai kenaikan tingkat harga barang dan jasa
secara keseluruhan dalam waktu tertentu. pengertian lainya dari inflasi yaitu
mengarah kepada seluruh harga untuk membuatnya naik dan berlangsung dalam
waktu yang cukup lama. Harga yang naik dari beberapa barang saja belum
dapat dikatakan inflasi, melainkan ketika kenaikan tersebut menyeluruh
terhadap (atau mengakibatkan) keseluruhan dari harga barang-barang lain.
Inflasi datang dikarenakan adanya tekanan dari sisi permintaan demand-pull
inflation dan Cost push inflation yang diakibatkan oleh penurunan produksi
karena biaya produksi yang sedang naik (kenaikan biaya produksi dapat terjadi
karena tidak efisiennya perusahaan, nilai kurs mata uang negara yang
bersangkutan jatuh, kenaikan harga bahan baku industri, adanya tuntutan
naiknya upah dari serikat buruh yang kuat, dan sebagainya). Demand-pull
inflation dapat disebabkan oleh adanya kenaikan permintaan agregat (AD) yang
terlalu besar atau pesat dibandingkan dengan penawaran produksi agregat.
Teori Fisher menjelaskan apabila inflasi suatu negara mengalami
peningkatan maka suku bunga dalam negeri juga mengalami peningkatan.
Disisi lain keputusan investor asing dalam menanamkan modalnya sangat
dipengaruhi oleh kondisi suku bunga suatu negara. Berarti secara tidak
langsung pengaruh inflasi terhadap Penanaman Modal Asing di suatu negara
dapat terjadi melalui pengaruhnya pada bunga domestik.
Berdasarkan pernyataan diatas, semakin tinggi inflasi suatu negara maka
semakin tinggi pula suku bunga dalam negeri. Kondisi seperti ini
mengakibatkan penerimaan investasi suatu negara mengalami penurunan. Hal
ini sebagaimana dijelaskan dalam teori Klasik bahwa antara suku bunga dalam
negeri dan besarnya penerimaan investasi suatu negara memiliki hubungan
terbalik (Sadono Sukirno, 2003). Dengan demikian meningkatnya inflasi suatu
negara maka akan diikuti oleh kenaikan suku bunganya yang selanjutnya
mengakibatkan turunya jumlah investasi yang diterima oleh negara.

3. Suku Bunga
Suku bunga merupakan biaya peminjaman atau harga yang dibayarkan
untuk dana pinjaman. Suku bunga dapat berpengaruh dalam kesehatan ekonomi
secara menyeluruh, hal ini dikarenakan suku bunga tidak hanya dapat
mempengaruhi kesediaan konsumen untuk berkonsumsi atau menabung, tetapi
juga mempengaruhi keputusan investor ketika berinvestasi (Mishkin, 2008
dalam Rachmawati, 2015).

Ada dua jenis Suku bunga bank menurut Khalwaty (2010), yaitu:
a) Suku bunga nominal yaitu suku bunga dalam nilai uang. Suku bunga ini
adalah jenis nilai yang bisa diketahui secara umum. Suku bunga ini
menandakan jumlah rupiah dalam setiap satu rupiah yang digunakan untuk
investasi.
b) Suku bunga riil yaitu suku bunga yang sudah dikoreksi karena inflasi dan
disebut sebagai suku bunga nominal yang dikurangkan dengan laju inflasi.

Adapun perbedaan pandangan mengenai faktor yang mempengaruhi


investasi apakah dipengaruhi tingkat bunga nominal ataukah tingkat bunga riil.
Tingkat bunga nominal adalah tingkat bunga yang dilaporkan secara resmi dan
menentukan besarnya biaya modal yang dibayar investor dari meminjam uang.
Sedangkan tingkat bunga riil adalah tingkat bunga nominal dengan memasukkan
besarnya tingkat inflasi (Yuliadi, 2016).
Fungsi investasi menjelaskan hubungan antara besarnya jumlah investasi
dengan tingkat bunga riil dimana sifat hubungannya adalah negatif yaitu jika
tingkat bunga riil turun, maka tingkat investasi akan meningkat dan sebaliknya.
Sifat hubungan negatif antara tingkat bunga riil dengan jumlah investasi
dijelaskan dalam kurva investasi dengan lereng negatif (Yuliadi, 2016),
sebagaimana terlihat pada gambar 2.6.
Teori klasik mengatakan bahwa ketika pendapatan dari investasi (return
of investment) lebih besar dari tingkat suku bunga yang berlaku maka investasi
akan dijalankan (Sriwardiningsih, 2010). Teori klasik mempunyai pertimbangan
untuk mengadakan investasi dengan menetapkan patokan tingkat suku bunga.
Dalam kondisi ini, dari sudut pandang The General Theory Keynes, maka
penganut Keynesian sangat meyakini adanya campur tangan pemerintah untuk
mencapai kondisi perekonomian yang lebih baik (Sriwardiningsih, 2010).
4. Peneltian Terdahulu

No Penulis dan Judul Variabel Metode Hasil


. Analisis
1. Nabilla Mardiana Inflasi, Teknik Hasil pengujian secara
Pratiwi suku analisis data statistik menunjukan
,Moch.Dzulkiro bunga, menggunaka bahwa variable inflasi
m AR, dn Devi nilai n analisis berpengaruh negatif
Farah Azizah, tukar, deskriptif dan signifikan terhadap
Pengaruh Inflasi, Investasi analisis jalur PMA; Tingkat suku
Tingkat Suku Asing, bunga berpengaruh
Bunga Sbi, Dan dan positif signifikan
Nilai Tukar Pertumbu terhadap investasi
Terhadap han asing; Nilai tukar
Penanaman Ekonomi rupiah berpengaruh
Modal Asing . signifikan dan negative
Dan terhadap investasi
Pertumbuhan asing, Inflasi dan nilai
Ekonomi Di tukar berpengaruh
Indonesia signifikan dan negative
terhadap pertumbuhan
ekonomi, tingkat suku
bunga investasi asing
berpengaruh signifikan
positif terhadap
pertumbuhan ekonomi.
2. Muhammad Investasi Regresi Hasil penelitian yang
Akmal Fadilah, Asing, Linier diperoleh adalah PDB,
Analisis Produk PDB, BI Berganda BI rate, dan inflasi
rate,dan
Domestik Bruto menggunaka secara bersama-sama
Inflasi
(Pdb), Suku n SPSS versi (simultan) berpengaruh
Bunga Bi (Bi 20 terhadap investasi
Rate), Dan asing dengan tingkat
Inflasi Terhadap signifikansi 5%. Secara
Investasi Asing parsial BI rate
Langsung (Pma) mempunyai pengaruh
Di Indonesia negatif terhadap
Periode 2006 investasi asing,
2015 sedangkan variabel
GDP dan inflasi secara
parsial berpengaruh
positif terhadap invesasi
asing di Indonesia
3. Amida Tri Investasi Metode Hasil regresi ini yaitu
Septifany, R. Asing regresi linier variabel inflasi, suku
Rustam Hidayat Langsung berganda bunga SBI, nilai tukar
dn Sri , Inflasi, dengan data
rupiah terhadap dollar,
Sulasmiyati, Suku deret waktu
Analisis Bunga dari Bank dan cadangan devisa
Pengaruh Inflasi, SBI, Nilai Indonesia secara simultan
Tingkat Suku Tukar, berpengaruh signifikan
Bunga, Nilai dan terhadap Investasi
Tukar Rupiah Cadangan Asing Langsung di
Dan Cadangan Devisa Indonesia. Tingkat suku
Devisa Terhadap
bunga variabel SBI dan
Penanaman
Modal Asing Di cadangan devisa
Indonesia (Studi berpengaruh positif
kasus: Bank terhadap investasi asing
Indonesia Tahun langsung di Indonesia,
2006-2014 kemudian variabel
tingkat inflasi dan
rupiah terhadap dollar
mempunyai efek negatif
dan berpengaruh
signifikan terhadap
investasi asing langsung
di Indonesia.
C. METODOLOGI PENELITIAN
1. Data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang
bersifat berkala atau time series dalam periode pengamatan tahun 1987 - 2017
yang terdiri dari:
1. Penanaman Modal Asing (PMA) dari tahun 2002-2017 dalam satuan juta
USD per tahun.
2. Suku Bunga nasional dari tahun 2002-2017 dalam satuan persen (%) per
tahun.
3. Tingkat inflasi Indonesia dari tahun 2002-2017 dalam satuan persen (%) per
tahun. Bersumber dari Badan Pusat Statistik (BPS) dan World Bank (Bank
Dunia).

2. Batasan Operasional Variabel


1. Penanaman Modal Asing yaitu aktivitas menanamkan modal untuk
melakukan usaha di wilayah Republik Indonesia yang dilakukan oleh
penanam modal asing, baik menggunakan modal asing seutuhnya ataupun
yang bekerjasama dengan penanam modal dalam negeri.
2. Tingkat suku bunga yaitu harga dari penggunaan dana investasi (Loanable
funds). Tingkat suku bunga merupakan salah satu indikator dalam
menentukan apakah seseorang akan melakukan investasi atau menabung.
3. Tingkat inflasi adalah sebagai kenaikan tingkat harga yang
berkesinambungan dan terus menerus sehingga mempengaruhi individu-
individu, bisnis dan pemerintah.

3. Teknik Analisis
Analisis data pada penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif yaitu
analisis yang menggunakan statistik. Alat analisis yang digunakan adalah
analisis statistik deskriptif dan analisis statistik inferensial.
1. Analisis Statistik Deskriptif
Kegunaan utama analisis deskriptif adalah untuk menggambarkan
jawaban-jawaban observasi. Penggunaan statistik deskriptif dapat
mempermudah pengamatan melalui perhitungan rata-rata data dan standart
deviasi, sehingga diperoleh gambaran data-data penelitian secara garis
besar.
2. Analisis Statistik Inferensial
Analisis Inferensial merupakan pengembangan dari analisis deskriptif
yang digunakan untuk menguji hipotesis formula statistiknya. Analisis
inferensial dalam penelitian ini menggunakan bantuan aplikasi Eviews
untuk pengujiannya.
a. Melakukan
Pengujian asumsi klasik dalam penelitian ini meliputi pengujian
normalitas, autokorelasi, heterokedastisitas dan multikolinearitas.
Pengujian asumsi klasik dimaksudkan untuk memastikan bahwa model
yang diperoleh benar-benar memenuhi asumsi dasar dalam analisis
regresi linear berganda yang meliputi asumsi normalitas, tidak terjadi
autokorelasi, tidak terjadi heteroskedastisitas dan tidak terjadi
multikolinearitas.
Analisis Regresi Berganda Analisis regresi berganda digunakan
untuk mengetahui besarnya pengaruh faktor-faktor yang mempengaruhi
PMA. Adapun bentuk persamaannya adalah :

Y = a+b1 X1+b2 X2+....+bk xk+e

Dimana :

Y = Penanaman Modal Asing


B1,b2,...,bk = Koefisien Regresi
a = Konstanta
X1 = Inflasi
X2 = Tingkat Suku Bunga SBI
e = Variable Penganggu

a. Pengujian Hipotesis
1. Koefisien Determinasi (R2 )
Ukuran yang paling sederhana untuk mengukur sejauh
mana peran variabel bebas dalam mempengaruhi variabel terikat
adalah dengan menggunakan koefisien determinasi R2 .
Memiliki nilai limit 0 ≤ R2 ≤ 1. Apabila R2 mendekati 1 maka
variabel bebas semakin dapat menjelaskan variasi variabel
terikatnya.
2. Uji Simultan (Uji F)
Uji statistik F pada dasarnya menunjukan apakah semua
variabel bebas yang dimasukan dalam model mempunyai
pengaruh secara bersama-sama terhadap variabel terikat.
3. Uji Parsial (uji t)
Uji-t digunakan untuk membuktikan pengaruh variabel
independen terhadap variabel dependen secara parsial.
D. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Variabel
1. Penanaman Modal Asing
Penanaman modal asing (PMA) atau investasi asing yaitu kegiatan arus
modal yang didapatkan dari pihak luar yang bergerak ke bidang dari
Investasi Asing. Penanaman Modal Asing (PMA) atau yang disebut dengan
FDI (Foreign Direct Investment) terjadi ketika sebuah perusahaan dari suatu
negara menanamkan modalnya dalam jangka waktu panjang ke perusahaan
di negara lain.
Tabel Inflasi Indonesia Periode 2002-2017

Tahun Inflasi
2002 10,33
2003 5,06
2004 6,4
2005 17,11
2006 6,6
2007 6,59
2008 11,06
2009 2,78
2010 3,91
2011 6,8
2012 4,43
2013 8,4
2014 8,4
2015 3,4
2016 3,02
2017 3,61
sumber data : World bank

Berdasar data tabel diatas dapat dilihat bahwa tingkat inflasi terus
mengalami fluktuasi. Tingkat inflasi paling tinggi terjadi pada tahun 2005
yaitu sebesar 17,11% dan laju inflasi terrendah di tahun 2009 yaitu 2,78.
Laju Inflasi di tahun berikutnya mengalami cukup fluktuasi tetapi masih bisa
dikendalikan karena dibawah 10%.

2. Tingkat Suku Bunga di Indonesia


Tingkat bunga pada hakikatnya adalah harga, yang diekspresikan sebagai
persentase pertahun, yang pembebannya didasari pada jumlah uang yang
dipinjam. Suku bunga merupakan pembayaran bunga tahunan dari suatu
pinjaman, dalam bentuk persentase dari pinjaman yang diperoleh dari
jumlah bunga yang diterima tiap tahun dibagi dengan jumlah pinjaman.
Perlambang (2017) menyebutkan fluktuasi tingkat suku bunga yang terjadi
akan mempunyai implikasi yang penting terhadap sektor riil maupun sektor
moneter dalam perekonomian.Tingkat bunga tinggi akan menyulitkan
investasi di sektor riil. Namun tingkat bunga tinggi cenderung memberi
merangsang kuat bagi masyarakat untuk menabung.

Tabel Suku Bunga Indonesia Periode 2002-2017

Tahun Suku bunga


2002 12,93
2003 8,31
2004 5,92
2005 12,75
2006 9,75
2007 8,00
2008 9,25
2009 6,50
2010 6,50
2011 6,00
2012 5,75
2013 7,50
2014 7,75
2015 7,50
2016 4,75
2017 4,25
sumber data : World Bank

Berdasar data tabel diatas dapat dilihat bahwa tingkat suku bunga paling
tinggi terjadi pada tahun 2002 yaitu sebesar 12,93% hal ini diakibatkan
krisis moneter di tahun 1998 yang dalam masa pemulihanekonomi. dan
terrendah di tahun 2017 dimana kondisi perekonomian mulai membaik dan
ditahun-tahun sebelumnya mengalami fluktuasi yang relatif tidak terlalu
besar yaitu dibawah 10%.

3. Tingkat Inflasi di Indonesia


Inflasi menujuk pada suatu kondisi meningkatnya harga-harga secara
umum secara terus menerus. Mishkin(2008) menyebutkan inflasi sebagai
kenaikantingkat harga yang berkesinambungan dan terus menerus
mempengaruhi individu-individu, bisnis dan pemerintah. Sehingga
mengakibatkandaya belimenurun dan diikuti dengan melemahnya nilai riil
dari mata uang suatu negara. Inflasi sebagai masalah penting yang harus
diselesaikan dan sering menjadi agenda utama politik dan pengambil
kebijakan (Mishkin2008).Inflasi diakibatkan dari dua sisi, yakni sisi
permintaan (demand pull inflation) dan sisi penawaran (cost push inflation).
Demand pull inflation, inflasi ini lebih disebabkan oleh adanya faktor-
faktor yang menggeser kurva aggregate demand (AD), sehingga
menciptakan kelebihan permintaan. Selanjutnya harga
meningkat.Peningkatan aggregate demand terjadiketika target
pengangguran di bawah tingkat alamiah,mereka akan berupaya untuk
mencapai target output yang lebih tinggi dari tingkat output alamiah. Untuk
meningkatkan permintaan agregat,kondisi ini menggeser kurva permintaan
agregat.Akibatnya kenaikan terjadi kenaikan harga. Cost push inflation
menyebutkan inflasi terjadi sebagai akibat dari pergeseran kurva aggregate
supply (AS),lazimnya terjadi pada full employment.Pada tingkat ini upah
dan gaji tenaga kerja cenderung mengalami peningkatan, sehingga
mengakibatkan kenaikan biaya produksi.

Tabel Inflasi Indonesia Periode 2002-2017

Tahun Inflasi
2002 10,33
2003 5,06
2004 6,4
2005 17,11
2006 6,6
2007 6,59
2008 11,06
2009 2,78
2010 3,91
2011 6,8
2012 4,43
2013 8,4
2014 8,4
2015 3,4
2016 3,02
2017 3,61
sumber data : World bank

Berdasar data tabel diatas dapat dilihat bahwa tingkat inflasi terus
mengalami fluktuasi. Tingkat inflasi paling tinggi terjadi pada tahun 2005
yaitu sebesar 17,11% dan laju inflasi terrendah di tahun 2009 yaitu 2,78.
Laju Inflasi di tahun berikutnya mengalami cukup fluktuasi tetapi masih bisa
dikendalikan karena dibawah 10%.
B. Model
Penelitian ini menggunakan model analisis Ordinary Least Square
(OLS) atau disebut Pendugaan metode kuadrat terkecil. Model ini digunakan
untuk menganalisis pengaruh suku bunga dan inflasi terhadap pertumbuhan
ekonomi. Persamaan umum dalam model OLS adalah:

Yt = β0 + β1Xt + εt
Persamaan Model OLS pada penelitian ini adalah:
PEt = β0 + β1Inft + β2SBt+ εt
Dimana
PEt : Pertumbuhan Ekonomi (Persen) pada saat t
Inft : Inflasi (Persen) pada saat t
SBIt : Suku Bunga Bank Indonesia (Persen) pada saat t
εt : Error Term

C. Hasil Estimasi
1. Least Square
Dependent Variable: LOGPMA
Method: Least Squares
Date: 12/03/20 Time: 09:20
Sample: 2002 2017
Included observations: 16

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

C 12.33138 1.032740 11.94045 0.0000


BUNGA 0.260987 0.132188 1.974366 0.0700
INFLASI -0.663720 0.197951 -3.352954 0.0052

R-squared 0.488834 Mean dependent var 8.967166


Adjusted R-squared 0.410193 S.D. dependent var 1.530681
S.E. of regression 1.175546 Akaike info criterion 3.328703
Sum squared resid 17.96480 Schwarz criterion 3.473563
Log likelihood -23.62962 Hannan-Quinn criter. 3.336121
F-statistic 6.216026 Durbin-Watson stat 0.994796
Prob(F-statistic) 0.012754

Berdasar hasil regresi diatas terlihat bahwa probabiltas suku bunga sebesar
0,0700 yang berarti kurang dari 0,05 berarti variabel bunga mempegaruhi
Penanaman Modal Asing Indonesia secara tidak signifikan.Setiap kenaikan
bunga sebesar 1% akan meningkatkan PMA sebesar 0,260987 juta US$.
Sedangkan pada variabel inflasi terlihat probabilitas kurang dari 0,05 yaitu
sebesar 0,0052 dengan koefisien sebesar -0,663720 yang berarti setiap
kenaikan inflasi sebesar 1% akan menurunkan PMA sebesar 0,663720. Pada
Adjusted R-squared didapat hasil sebesar 0,410193 yang berarti Inflasi dan
Bunga mempengaruhi 41% PMA sedangkan 59% dipengaruhi oleh variabel
lain.

Uji Normalitas
6
Series: Residuals
Sample 2002 2017
5 Observations 16

4 Mean 1.29e-15
Median 0.188422
Maximum 1.945300
3 Minimum -2.524933
Std. Dev. 1.094374
Skewness -0.776343
2
Kurtosis 3.444940

1 Jarque-Bera 1.739205
Probability 0.419118

0
-3.0 -2.5 -2.0 -1.5 -1.0 -0.5 0.0 0.5 1.0 1.5 2.0
Probabilitas Jarque Berra didapatkan hasil 0,419118 yang berarti > 0,05, mo
del ini memenuhi asumsi normalitas (berdistribusi normal).

Uji Autokorelasi
Breusch-Godfrey Serial Correlation LM Tes t:

F-statistic 2.129618 Prob. F(2,11) 0.1653


Obs *R-s quared 4.466002 Prob. Chi-Square(2) 0.1072

Test Equation:
Dependent Variable: RESID
Method: Least Squares
Date: 12/03/20 Time: 09:45
Sam ple: 2002 2017
Included observations: 16
Pres am ple m is s ing value lagged res iduals s et to zero.

Variable Coefficient Std. Error t-Statis tic Prob.

C -0.461042 1.067024 -0.432082 0.6740


BUNGA 0.099625 0.131213 0.759259 0.4637
INFLASI -0.027606 0.191418 -0.144220 0.8879
RESID(-1) 0.639081 0.315191 2.027598 0.0675
RESID(-2) -0.089095 0.310987 -0.286493 0.7798

R-squared 0.279125 Mean dependent var 1.29E-15


Adjus ted R-squared 0.016989 S.D. dependent var 1.094374
S.E. of regress ion 1.085038 Akaike info criterion 3.251413
Sum squared res id 12.95037 Schwarz criterion 3.492847
Log likelihood -21.01130 Hannan-Quinn criter. 3.263776
F-statistic 1.064809 Durbin-Watson s tat 1.955041
Prob(F-s tatistic) 0.419025

Terlihat pada tabel diatas probabilitas chi square sebesar 0,1072 yang
dimana <0,05 sehingga tidak tedapat masalah autokorelasi serial.
Uji Heterokedastisitas
Heteroskedasticity Tes t: White

F-statistic 0.817487 Prob. F(5,10) 0.5639


Obs *R-squared 4.642363 Prob. Chi-Square(5) 0.4611
Scaled explained SS 3.746484 Prob. Chi-Square(5) 0.5865

Test Equation:
Dependent Variable: RESID^2
Method: Least Squares
Date: 12/03/20 Time: 09:37
Sample: 2002 2017
Included obs ervations: 16

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

C 3.900892 5.650562 0.690355 0.5057


BUNGA^2 0.378094 0.213467 1.771201 0.1069
BUNGA*INFLASI -1.069629 0.582651 -1.835797 0.0963
BUNGA 3.213123 1.821880 1.763630 0.1083
INFLASI^2 0.674111 0.378224 1.782309 0.1050
INFLASI -3.580396 2.516308 -1.422877 0.1852

R-squared 0.290148 Mean dependent var 1.122800


Adjusted R-s quared -0.064778 S.D. dependent var 1.813221
S.E. of regression 1.871029 Akaike info criterion 4.370850
Sum squared resid 35.00749 Schwarz criterion 4.660571
Log likelihood -28.96680 Hannan-Quinn criter. 4.385686
F-statistic 0.817487 Durbin-Watson stat 1.551766
Prob(F-statis tic) 0.563873

Berdasarkan hasil olahan data diatas ,terlihat bahwa probablitas chi square
lebih besar dari 0,05 yaitu 0,4611 sehingga tidak terjadi masalah
heterokedastisiti. Variabel Suku bunga dan inflasi memiliki probabilitas
lebih dai 5% yaitu masing-masing 0,1083 dan 0,1852.

Uji Multikolinieritas

LOGPMA BUNGA INFLASI


LOGPMA 1 -0.21629066... -0.57927373...
BUNGA -0.21629066... 1 0.788798062...
INFLASI -0.57927373... 0.788798062... 1
Berdasarkan hasil pengujian pada tabel diatas tidak temukan adanya matriks
korelasi yang besarnya diatas 0,85. Dengan demikian tidak ada masalah
multikolinieritas dalam model ini.
D. Analisis
1. Analisis Hipotesis Suku Bunga
Koefisien pada suku bunga adalah sebesar suku bunga sebesar 0,0700 yang
berarti kurang dari 0,05 berarti variabel bunga mempegaruhi Penanaman
Modal Asing Indonesia secara tidak signifikan.Setiap kenaikan bunga
sebesar 1% akan meningkatkan PMA sebesar 0,260987 juta US$. Pada
Adjusted R-squared didapat hasil sebesar 0,410193 yang berarti Inflasi dan
Bunga mempengaruhi 41% PMA sedangkan 59% dipengaruhi oleh variabel
lain. Sehingga dapat disimpulkan bahwa kenaikan suku bunga akan
meningkatkan Penanaman Modal Asing di Indonesia. Menurut Lembong
dan Nugroho (2013) tidak signifikanya pengaruh suku bunga terhadap
Penanaman Modal Asing (PMA) karena kegiatan investasi tidak hanya
dipengaruhi oleh tingkat suku bunga akan tetapi dipengaruhi oleh faktor lain
seperti situasi politik dan keamanan didalam negeri serta ekspektasi
perekonomian yang akan datang dan adanya ketidakpastian hukum. Selain
itu suku bunga lebih banyak berpengaruh pada investor domestik akan tetapi
investor asing lebih dipengaruhi oleh faktor eksternal.

2. Analisis Hipotesis Inflasi


Pada variabel inflasi terlihat probabilitas kurang dari 0,05 yaitu sebesar
0,0052 dengan koefisien sebesar -0,663720 yang berarti setiap kenaikan
inflasi sebesar 1% akan menurunkan PMA sebesar 0,663720. Maka dapat
disimpulkan bahwa variabel inflasi berpengaruh negatif terhadap suku
bunga.
E. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil perhitungan dan analisis yang telah dilakukan diatas dapat ditarik
kesimpulan dapat disimpulkan bahwa suku bunga berpengaruh positif dan tidak
signifikan terhadap Penanaman Modal Asing (PMA) Sehingga dapat disimpulkan
bahwa kenaikan suku bunga akan meningkatkan Penanaman Modal Asing di
Indonesia. Selain itu suku bunga lebih banyak berpengaruh pada investor domestik
akan tetapi investor asing lebih dipengaruhi oleh faktor eksternal.
DAFTAR PUSTAKA :

Igamo, Alghifari Mahdi. (2015). Pengaruh Resiko Ekonomi Terhadap Penanaman


Modal Asing Di Negara Asean (Studi Kasus Perbandingan Antara Negara
Indonesia, Malaysia, Singapura, Thailand, Filippina, Brunei Dan Myanmar).
Jurnal Ekonomi Pembangunan Volume 32, Nomer 2 Hal: 75-85.
Sukirno, Sadono. (2000). Pengantar Teori Makroekonomi. Edisi Kedua. Jakarta:
PT.Raja Grafindo Persada.
Sadono S. (2003). Makroekonomi Teori Pengantar Edisi Kedua, PT Raja Grafindo
Persada, Jakarta
Sugiartiningsih, (2017). Pengaruh Inflasi Indonesia Terhadap Penerimaan Penanaman
Modal Asing Langsung Korea Selatan Di Indonesia Periode 2000-2014. Jurnal
Managemen Maranatha Volume 17 Nomer 1
Mishkin, Frederic. 2008. Ekonomi Uang, Perbankan dan Pasar Keuangan, Edisi 8.
Jakarta: Salemba Empat dalam Rachmawati, Martien dan Nisful Laila. (2015).
Faktor Makroekonomi Yang Mempengaruhi Pergerakan Harga Saham Pada
Indeks Saham Syariah Indonesia (ISSI) di Bursa Efek Indonesia (BEI). JESTT
Vol.2 No.11.
Khalwaty, T. (2010). Inflasi dan Solusinya. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
Yuliadi, Imamudin. (2016). Teori Ekonomi Makro: Pendekatan Ekonomi Islam. Edisi
Pertama, Cetakan Pertama. Katalok Dalam Terbitan. Yogyakarta: LP3M UMY.
Sriwardiningsih, Enggal. (2010). Dampak Pertumbuhan Ekonomi, Suku Bunga, Inflasi
Dan Kebijakan Fiskal Terhadap Investasi Asing Di Indonesia. Binus Business
Review Vol 1 No 2. Diakses Pada Tanggal 25 Oktokbe 2018.
Septifany, Amida Tri, R. Rustam Hidayat Dan Sri Sulasmiyati. (2015). Analisis
Pengaruh Inflasi, Tingkat Suku Bunga, Nilai Tukar Rupiah Dan Cadangan
Devisa Terhadap Penanaman Modal Asing Di Indonesia (Studi Pada Bank
Indonesia Periode Tahun 2006-2014). Jurnal Administrasi Bisnis (JAB), Vol. 25
No. 2.
Fadilah, Muhammad Akmal. (2017). Analisis Produk Domestik Bruto (Pdb), Suku
Bunga Bi (Bi Rate), Dan Inflasi Terhadap Investasi Asing Langsung (Pma) Di
Indonesia Tahun 2006-2015. Faculty of Economic Riau University, Pekanbaru.
JOM Fekon, Vol. 4 No. 1.
Pratiwi, Nabilla Mardiana, Moch.Dzulkirom dan AR Devi Farah Azizah. (2015).
Pengaruh Inflasi, Tingkat Suku Bunga Sbi, Dan Nilai Tukar Terhadap
Penanaman Modal Asing Dan Pertumbuhan Ekonomi Di Indonesia (Tahun 2004
sampai dengan Tahun 2013). Universitas Braiwjaya. Jurnal Administrasi Bisnis
(JAB)|Vol. 26 No. 2.
Sugiyono. 2008. Metode Peneltitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung:
Alfabeta

Sulasmiyati, S. (2015). ANALISIS PENGARUH INFLASI, TINGKAT SUKU BUNGA,


NILAI TUKAR RUPIAH DAN CADANGAN DEVISA TERHADAP
PENANAMAN MODAL ASING DI INDONESIA (Studi Pada Bank Indonesia
Periode Tahun 2006-2014) . 4-5.

Anda mungkin juga menyukai