Anda di halaman 1dari 12

TEORI INVESTASI

MATA KULIAH EKONOMI MAKRO

Dosen Pengampu :
Magistyo Purboyo Priambodo, S.E., M.E.

Disusun Oleh :
Sembada Yudha Prasetya / 190432626047
Ulil Abshor Abdala / 190432626124

PROGRAM STUDI EKONOMI PEMBANGUNAN


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS NEGERI MALANG
2020
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Para pemula dalam ilmu makroekonomi kadang-kadang dibingungkan oleh bagaimana
para ahli makroekonomi menggunakan kata-kata biasa dengan cara baru dan spesifik. Contohnya
adalah istilah “investasi”. Kebingungan muncul karena apa yang tampak seperti investasi untuk
seorang individu bukanlah investasi bagi perekonomian secara keseluruhan. Kaidah umumnya
adalah investasi perekonomian tidak mencakup pembelian yang hanya merealokasi aset-aset
yang ada di antara individu-individu yang berbeda. Investasi, dalam pandangan para ahli
makroekonomi, menciptakan modal baru.
Investasi adalah kata kunci penentu laju pertumbuhan ekonomi, karena investasi dapat
mendorong kenaikan output secara signifikan, selain itu juga secara otomatis akan meningkatkan
permintaan input, sehingga pada gilirannya akan meningkatkan kesempatan kerja dan
kesejahteraan masyarakat sebagai konsekuensi dari meningkatnya pendapatan yang diterima
masyarakat (Makmum & Yasin, 2003 : 63).
Menurut Rostow (dalam Todaro, 2000) menjelaskan bahwa setiap upaya untuk “tinggal
landas” dalam konsep pembangunan nasional suatu negara, mengharuskan adanya mobilisasi
tabungan dalam dan luar negeri dengan maksud untuk menciptakan investasi yang cukup, untuk
mempercepat pertumbuhan ekonomi, sehingga pada gilirannya akan meningkatkan kesejahteraan
masyarakat sebagai konsekuensi dari meningkatnya pendapatan yang diterima masyarakat.
Investasi adalah suatu istilah dengan beberapa pengertian yang berhubungan dengan keuangan
dan ekonomi. Istilah tersebut berkaitan dengan akumulasi suatu bentuk aktiva dengan suatu
harapan mendapatkan keuntungan dimasa depan. Terkadang, investasi disebut juga sebagai
penanaman modal.
Saat ini banyak negara-negara yang melakukan kebijaksanaan yang bertujuan untuk
meningkatkan investasi baik domestik ataupun modal asing. Hal ini dilakukan oleh pemerintah
sebab kegiatan investasi akan mendorong pula kegiatan ekonomi suatu negara, penyerapan
tenaga kerja, peningkatan output yang dihasilkan, penghematan devisa atau bahkan penambahan
devisa.
Melihat realita yang ada, investasi merupakan faktor dominan dalam pembangunan
ekonomi suatu negara. Hal tersebut dapat dilihat dari statistik yang menunjukkan bahwa semakin
tinggi nilai investasi suatu negara maka semakin tinggi pula pertumbuhan ekonomi negara
tersebut.
Uraian di atas menunjukkan bahwa perlunya peningkatan nilai investasi bagi setiap
negara khususnya negara berkembang seperti Indonesia. Pentingnya investasi dalam
meningkatkan pertumbuhan ekonomi akan menjadikan pemerintah dari setiap negara berlomba-
lomba untuk menciptakan iklim investasi yang kondusif dalam negaranya. Hal tersebut
dilakukan dengan berbagai upaya antara lain seperti : memulihkan situasi politik, keamanan dan
ketertiban, memberikan insentif kepada para investor, memberikan kemudahan dalam birokrasi,
menjamin kepastian hukum, serta menjalin hubungan diplomasi baik secara bilateral maupun
multilateral dengan negara lain. Semua upaya tersebut berorientasi pada peningkatan nilai
investasi yang pada akhirnya diharapkan dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi sehingga
cita-cita negara untuk menciptakan kesejahteraan bagi rakyatnya dapat tercapai.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan uraian latar belakang di atas dapat ditarik rumusan masalah sebagai berikut :
1. Apa yang dimaksud dengan investasi?
2. Apa saja dasar keputusan investasi?
3. Bagaimana proses investasi?
4. Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi tingkat investasi?

1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan investasi?
2. Untuk mengetahui apa saja dasar keputusan investasi?
3. Untuk mengetahui bagaimana proses investasi?
4. Untuk mengetahui faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi tingkat investasi?
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Definisi Investasi


Pengertian investasi menurut Sadono Sukirno: Investasi dapat diartikan sebagai
pengeluaran atau pembelanjaan penanam-penanam modal atau perusahaan untuk
membeli barang-barang modal dan perlengkapan-perlengkapan produksi untuk
menambah kemampuan memproduksi barang-barang dan jasa-jasa yang tersedia dalam
perekonomian. (Sadono Sukirno, 1997: 107).
Investasi merupakan kegiatan dalam menanamkan modal dana dalam suatu
bidang tertentu. Investasi dapat dilakukan melalui berbagai cara, salah satunya yaitu
investasi dalam bentuk saham. Investor dapat menanamkan kelebihan dananya dalam
bentuk saham di pasar bursa. Tujuan utama investor dalam menanamkan dananya ke
bursa efek yaitu untuk mencari pendapatan atau tingkat pengembalian investasi (return)
baik berupa pendapatan dividen maupun pendapatan dari selisih harga jual saham
terhadap harga belinya (capital gain).
Taswan dan Soliha (2002:168) mendefinisikan investasi dapat dilakukan oleh
individu maupun badan usaha (termasuk lembaga perbankan) yang memiliki kelebihan
dana. Investasi dapat dilakukan baik di pasar uang maupun di pasar modal ataupun
ditempatkan sebagai kredit pada masyarakat yang membutuhkan.
Sedangkan definisi investasi menurut Sunariyah (2003:4) Investasi adalah suatu
penanaman modal untuk satu atau lebih aktiva yang dimiliki dan biasanya berjangka
waktu lama dengan harapan mendapatkan keuntungan di masa-masa yang akan datang”.
Dari definisi di atas dapat di simpulkan bahwa investasi merupakan suatu
komitmen atas sejumlah dana dan penundaan konsumsi selama periode waktu tertentu
untuk mendapatkan sejumlah keuntungan di masa yang akan datang.
Investasi adalah pengeluaran atau perbelanjaan penanaman modal atau
perusahaan untuk membeli barang-barang modal dan perlengkapan-perlengkapan untuk
menambah kemampuan memproduksi barang-barang dan jasa-jasa yang tersedia dalam
perekonomian.
Investasi merupakan pengeluaran perusahaan untuk membeli/memperoleh faktor-
faktor produksi yang akan digunakanoleh perusahaan untuk menghasilkan barang dan
jasa/ pengeluaran untuk membeli faktor produksi untuk membangun usaha dan
mempertahankan kelangsungan hidup perusahaan.
Jogiyanto (2008) mengartikan investasi sebagai penundaan konsumsi sekarang
untuk digunakan di dalam produksi yang efisien selama periode waktu tertentu.
Sedangkan menurut Tandellin (2001) investasi merupakan komitmen atas sejumlah dana
atau sumber dana yang dilakukan pada saat ini, dengan tujuan memperoleh sejumlah
keuntungan di masa yang akan dating. Tujuan seseorang berinvestasi yaitu untuk
meningkatkan nilai utility total dari suatu produk.
Pengertian investasi menurut Husnan (1996: 5) menyatakan bahwa: “Proyek
investasi merupakan suatu rencana untuk menginvestasikan sumber-sumber daya, baik
proyek raksasa ataupun proyek kecil untuk memperoleh manfaat pada masa yang akan
datang.” Pada umumnya manfaat ini dalam bentuk nilai uang. Sedang modal, bisa saja
berbentuk bukan uang, misalnya tanah, mesin, bangunan dan lain-lain.
Pengertian investasi menurut Kasmir dan Jakfar (2012), investasi dapat
diartikan sebagai penanaman modal dalam suatu kegiatan yang memiliki jangka waktu
relatif panjang dalam berbagai bidang usaha. Penanaman modal yang ditanamkan dalam
arti sempit berupa proyek tertentu baik bersifat fisik atau pun non fisik, seperti proyek
pendirian pabrik, jalan, jembatan, pembangunan gedung dan proyek penelitian, dan
pengembangan.
Pengertian investasi menurut Downes dan Goodman, investasi adalah investasi
keuangan dimana seorang investor menanamkan uangnya dalam bentuk usaha dalam
waktu tertentu dari setiap orang yang ingin memperoleh laba dari keberhasilan
pekerjaannya.
Pengertian investasi menurut M. Suparmoko: Investasi adalah pengeluaran yang
ditujukan untuk menambah atau mempertahankan persediaan kapital (capital stock).
Persediaan kapital ini terdiri dari pabrik-pabrik, mesin-mesin kantor, barang tahan lama
lainnya yang dipakai dalam proses produksi. Termasuk dalam persediaan kapital adalah
rumah-rumah dan persediaan barang-barang yang belum dijual atau dipakai pada tahun
yang bersangkutan (inventory). Jadi investasi adalah pengeluaran yang menambah
persediaan kapital. (M. Suparmoko, 1994: 79-80).
Pengertian investasi menurut Martono dan D. Agus Marjito (2002: 138)
menyatakan bahwa: “Investasi merupakan penanaman dana yang dilakukan oleh suatu
perusahaan kedalam suatu asset (aktiva) dengan harapan memperoleh pendapatan dimasa
yang akan datang”.
Pengertian investasi menurut Deliarnov (1995, 123): Investasi merupakan pengeluaran
perusahaan secara keseluruhan yang mencakup pengeluaran untuk membeli bahan baku
atau material, mesin-mesin dan peralatan pabrik serta semua modal lain yang diperlukan
dalam proses produksi, pengeluaran untuk keperluan bangunan kantor, bangunan tempat
tinggal karyawan dan bangunan konstruksi lainnya, juga perubahan nilai stok atau barang
cadangan sebagai akibat dari perubahan jumlah dan harga.
Pengertian investasi menurut Sutojo (1993), investasi adalah usaha menanamkan
faktor-faktor produksi langka dalam proyek tertentu, baik yang bersifat baru sama sekali
atau perluasan proyek atau pabrik yang sudah ada untuk memperoleh manfaat keuangan
dan-atau non keuangan yang layak dikemudian hari.
Pengertian investasi menurut Haming dan Basalamah investasi merupakan
pengeluaran pada saat sekarang untuk membeli aktiva riil (tanah, rumah, mobil, dsb) atau
aktiva keuangan dengan tujuan untuk mendapatkan penghasilan yang lebih besar dimasa
yang akan datang, selanjutnya dikatakan investasi adalah aktivitas yang berkaitan dengan
usaha penarikan sumber-sumber (dana) yang dipakai untuk mengadakan barang modal
pada saat sekarang, dengan barang modal itu akan dihasilkan aliran produk baru di masa
yang akan datang.
Pengertian investasi menurut Mulyadi (2001: 284) menyatakan bahwa: “Investasi
adalah pengaitan sumber-sumber dalam jangka panjang untuk menghasilkan laba di masa
yang akan dating”.
2.2 Dasar Keputusan Investasi

Adapun Dasar keputusan investasi menurut Tandelilin (2005) terdiri dari:


a. Return
Alasan utama orang berinvestasi adalah untuk memperoleh keuntungan. Dalam
manajemen investasi tingkat keuntungan investasi disebut sebagai return. Suatu hal
yang sangat wajar jika investor menuntut tingkat return tertentu atas dana yang telah
diinvestasikannya. Return yang diharapkan investor dari investasi yang dilakukannya
merupakan kompensasi atas biaya kesempatan (opportunity cost) dan resiko penurunan
daya beli akibat adanya pengaruh inflasi. Dalam berinvestasi perlu dibedakan antara
return yang diharapkan (expected return) dan return yang terjadi (realized return).
Return yang diharapkan merupakan tingkat return yang diantisipasi investor
dimasa datang. Sedangkan return yang terjadi atau return aktual merupakan return yang
telah diperoleh investor dimasa lalu.
Antara tingkat return yang diharapkan dan tingkat return aktual yang diperoleh
investor dari investasi yang dilakukan mungkin saja berbeda. Perbedaan antara return
yang diharapkan resiko yang harus selalu dipertimbangkan dalam proses investasi.
Sehingga dalam berinvestasi, disamping memperhatikan tingkat return, investasi harus
selalu mempertimbangkan tingkat resiko suatu investasi.

b.Risk
Korelasi langsung antara pengembalian dengan resiko, yaitu : semakin tinggi
pengembalian, semakin tinggi resiko. Oleh karena itu, investor harus menjaga tingkat
resiko dengan pengembalian yang seimbang.

c.Thetimefactor
Jangka waktu adalah hal penting dari definisi investasi. Investor dapat
menanamkan modalnya pada jangka pendek, jangka menengah, atau jangka panjang.
Pemilihan jangka waktu investasi sebenarnya merupakan suatu hal penting yang
menunjukkan ekspektasi atau harapan dari investor. Investor selalu menyeleksi jangka
waktu dan pengembalian yang bisa memenuhi ekspektasi dari pertimbangan
pengembalian dan resiko.

2.3 Proses Investasi


Proses investasi adalah suatu rangkaian aktivitas yang menghasilkan di dalam
pembelian aset nyata / surat berharga. Proses investasi berkisar tentang keputusan -
keputusan investasi yang berhubungan untuk memaksimumkan kekayaan investor.
Langkah - langkah dalam proses investasi :
1. Pengetahuan tentang pengembalian dan resiko investasi.
2. Mengetahui sikap investor terhadap resiko. Setiap investor harus mau menerima
resiko investasi yang terkadang di dalam aset riil maupun surat berharga, dan
dapat mengidentifikasi kombinasi pengembalian dan resiko yang dapat diterima.
Dengan kata lain, sebelum menerima resiko investasi, investor harus berada pada
posisi finansial yang logis, dan harus siap menggunakan alasan-alasan yang
masuk akal untuk proses pembuatan keputusan.
3. Pengetahuan dari setiap tipe surat berharga / aset yang tersedia untuk investasi,
termasuk pengembalian yang diharapkan dan resiko yang berhubungan dengan
tipe aset / surat berharga tersebut.
4. Memilih beberapa surat berharga / aset yang dapat memberi suatu pengembalian
dan resiko yang dapat diterima berdasarkan kebutuhan -kebutuhan dari investor
tertentu.

2.4 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tingkat Investasi

Investasi merupakan salah satu variabel yang penting dalam sebuah


perekonomian. Ada beberapa hal yang memengaruhi investasi, yaitu suku bunga, PDRB,
utilitas, birokrasi, kualitas SDM, regulasi, stabilitas politik dan keamanan serta faktor
sosial budaya. Hal ini menimbulkan implikasi kebijakan, yaitu penurunan suku bunga,
kebijakan fiskal, perbaikan sarana dan prasarana, perbaikan birokrasi pemerintahan,
peningkatan kualitas sumber daya manusia, pelonggaran regulasi, kebijakan untuk
menciptakan stabilitas politik dan keamanan, penguatan budaya lokal.

Berikut ada beberapa faktor yang mempengaruhi investasi, yaitu :

1. Suku bunga

Suku bunga merupakan faktor yang sangat penting dalam menarik investasi karena
sebagian besar investasi biasanya dibiayai dari pinjaman bank. Jika suku bunga pinjaman
turun maka akan mendorong investor untuk meminjam modal dan dengan pinjaman
modal tersebut maka ia akan melakukan investasi.

2. Pendapatan nasional per kapita untuk tingkat negara (nasional) dan PDRB
per kapita untuk tingkat propinsi dan Kabupaten atau Kota

Pendapatan nasional per kapita dan PDRB per kapita merupakan cermin dari daya
beli masyarakat atau pasar. Makin tinggi daya beli masyarakat suatu negara atau daerah
(yang dicerminkan oleh pendapatan nasional per kapita atau PDRB per kapita) maka akan
makin menarik negara atau daerah tersebut untuk berinvestasi.

3. Kondisi sarana dan prasarana

Prasarana dan sarana pendukung tersebut meliputi sarana dan prasarana transportasi,
komunikasi, utilitas, pembuangan limbah dan lain-lain. Sarana dan prasarana transportasi
contohnya antara lain :

jalan, terminal, pelabuhan, bandar udara dan lainlain. Sarana dan prasrana
telekomunikasi contohnya: jaringan telepon kabel maupun nirkabel, jaringan internet,
prasarana dan sarana pos. Sedangkan contoh dari utilitas adalah tersedianya air bersih,
listrik dan lain-lain.

4. Birokrasi perijinan

Birokrasi perijinan merupakan faktor yang sangat penting dalam mempengaruhi


investasi karena birokrasi yang panjang memperbesar biaya bagi investor. Birokrasi yang
panjang akan memperbesar biaya bagi pengusaha karena akan memperpanjang waktu
berurusan dengan aparat. Padahal bagi pengusaha, waktu adalah uang. Kemungkinan
yang lain, birokrasi yang panjang membuka peluang oknum aparat pemerintah untuk
menarik suap dari para pengusaha dalam rangka memperpendek birokrasi tersebut.

5. Kualitas sumberdaya manusia

Manusia yang berkualitas akhir-akhir ini merupakan daya tarik investasi yang cukup
penting. Sebabnya adalah tekhnologi yang dipakai oleh para pengusaha makin lama
makin modern. Tekhnologi modern tersebut menuntut ketrampilan lebih dari tenaga
kerja.

6. Peraturan dan undang-undang ketenagakerjaan

Peraturan undang-undang ketenagakerjaan ini antara lain menyangkut peraturan


tentang pemutusan hubungan kerja (PHK), Upah Minimum, kontrak kerja dan lain-lain.

7. Stabilitas politik dan keamanan

Stabilitas politik dan keamanan penting bagi investor karena akan menjamin
kelangsungan investasinya untuk jangka panjang.

8. Faktor-faktor sosial budaya

Contoh faktor sosial budaya ini misalnya selera masyarakat terhadap makanan. Orang
Jawa pedalaman misalnya lebih senang masakan yang manis rasanya, sementara
masyarakat Jawa pesisiran lebih senang masakan yang asin rasanya.

9. Pengaruh Nilai tukar

Secara teoritis dampak perubahan tingkat / nilai tukar dengan investasi


bersifat uncertainty (tidak pasti). Shikawa (1994), mengatakan pengaruh tingkat kurs
yang berubah pada investasi dapat langsung lewat beberapa saluran, perubahan kurs
tersebut akan berpengaruh pada dua saluran, sisi permintaan dan sisi penawaran
domestik. Dalam jangka pendek, penurunan tingkat nilai tukar akan mengurangi investasi
melalui pengaruh negatifnya pada absorbsi domestik atau yang dikenal
dengan expenditure reducing effect. Karena penurunan tingkat kurs ini akan
menyebabkan nilai riil aset masyarakat yang disebabkan kenaikan tingkat harga-harga
secara umum dan selanjutnya akan menurunkan permintaan domestik masyarakat. Gejala
diatas pada tingkat perusahaan akan direspon dengan penurunan pada pengeluaran /
alokasi modal pada investasi.

Pada sisi penawaran, pengaruh aspek pengalihan pengeluaran (expenditure


switching)  akan perubahan tingkat kurs pada investasi relatif tidak menentu. Penurunan
nilai tukar mata uang domestik akan menaikkan produk-produk impor yang diukur
dengan mata uang domestik dan dengan demikian akan meningkatkan harga barang-
barang yang diperdagangkan / barang-barang ekspor (traded goods)  relatif terhadap
barang-barang yang tidak diperdagangkan (non traded goods), sehingga didapatkan
kenyataan nilai tukar mata uang domestik akan mendorong ekspansi investasi pada
barang-barang perdagangan tersebut.

10. Tingkat Inflasi

Tingkat inflasi berpengaruh negatif pada tingkat investasi hal ini disebabkan karena
tingkat inflasi yang tinggi akan meningkatkan resiko proyek-proyek investasi dan dalam
jangka panjang inflasi yang tinggi dapat mengurangi rata-rata masa jatuh pinjam modal
serta menimbulkan distrosi informasi tentang harga-harga relatif. Disamping itu menurut
Greene dan Pillanueva (1991), tingkat inflasi yang tinggi sering dinyatakan sebagai
ukuran ketidakstabilan roda ekonomi makro dan suatu ketidakmampuan pemerintah
dalam mengendalikan kebijakan ekonomi makro.
BAB III
PENUTUP

Investasi adalah suatu kegiatan dimana investor menanamkan kekayaannya untuk


dijadikan modal usaha dengan maksud agar mendapatkan keuntungan yang besar.Dengan adanya
investasi tersebut, bisa memberikan andil bagi perkembangan negara.Dapat disimpulkan bahwa
investasi merupakan salah satu indikator penentu tingkat pertumbuhan dan pembangunan
ekonomi suatu negara. Dengan kata lain, semakin tinggi nilai investasi dalam suatu negara maka
akan semakin tinggi pula pertumbuhan dan pembangunan ekonomi dari negara yang
bersangkutan.
Didalam penanaman modal dalam negeri, penekanannya lebih kepada aspek
perseorangan warga negara Indonesia, badan usaha milik negara, dan/atau pemerintah Negara
Indonesia yang melakukan penanaman modal di wilayah negara Republik Indonesia.
Sedangkan dalam penanaman modal asing penekanannya lebih kepada perseorangan warga
negara asing, badan usaha asing, dan/atau pemerintah asing yang melakukan penanaman modal
di wilayah negara Republik Indonesia, dengan kegiatan usaha-usaha atau jenis usaha terbuka
bagi kegiatan penanaman modal, kecuali bidang usaha atau jenis usaha yang dinyatakan tertutup
dan terbuka dengan persyaratan dan batasan kepemilikan modal asing atas bidang usaha
perusahaan diatur didalam Peraturan Presiden No. 36 Tahun 2010.
Dengan beberapa pertimbangan, maka dapat disimpulkan bahwa negara Indonesia adalah
sebuah negara yang sedang berkembang, dan tentunya masih banyak dana-dana yang diperlukan
untuk melangsungkan hidupnya, salah satunya melalui Penanaman Modal Dalam Negeri dan
Penanaman Modal Asing. Dengan tersedianya modal yang mencukupi, diharapkan dapat menjadi
faktor utama yang berperan dalam mempercepat pertumbuhan ekonomi nasional, sehingga
tujuan pembangunan nasional: masyarakat yang adil, makmur, dan sejahtera, dapat tercapai.

Anda mungkin juga menyukai