Anda di halaman 1dari 17

BAB I

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang Masalah

Penanaman modal merupakan sektor utama yang sangat mempengaruhi negara-

negara di dunia untuk menggerakkan roda perekonomian negara. Penanaman modal asing

dapat berperan dalam pembangunan ekonomi, meningkatkan produksi, memberi perluasan

kesempatan kerja, mengolah sumber-sumber potensi ekonomi di dalam negeri. Penanaman

modal asing diharapkan dapat pula ikut berperan dalam meningkatkan taraf hidup

masyarakat dan pembangunan ekonomi pada umumnya. Penanaman modal asing juga

dipandang sebagai bidang yang sangat menguntungkan bagi negara tuan rumah (host state),

karena dengan adanya penanaman modal asing ini, negara penerima modal asing dapat

menjamin dan mengalihkan modal dalam negeri yang tersedia untuk digunakan bagi

kepentingan publik.1 Penanaman modal asing ke negara sedang berkembang pada

prinsipnya bersangkutan dengan tiga hal pokok yaitu ekonomi, politis dan hukum. Tiga

faktor tersebut mempunyai pengaruh besar terhadap masuknya modal asing ke suatu

negara.2

Masuknya modal asing bagi perekonomian Indonesia merupakan tuntutan keadaan

baik ekonomi maupun politik Indonesia. Alternatif penghimpunan dana pembagunan

perekonomian Indonesia melalui investasi modal secara langsung jauh lebih baik

1
M. Somarajah, 1994, The International Law on Foreign Investment, Cambridge U.P, Cambridge, hlm. 5.
2
Sumantoro, 1984, Bunga Rampai Permasalahan Penanaman Modal dan Pasar Modal, Binacipta, Bandung, hlm.
29.
2

dibandingkan dengan penarikan dana international lainnya seperti pinjaman luar negeri. 3

Penanaman modal harus menjadi bagian dari penyelengaraan perekonomian nasional dan

ditempatkan sebagai upaya untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi nasional,

menciptakan lapangan kerja, meningkatkan pembangunan ekonomi yang berkelanjutan,

meningkatkan kapasitas dan kemampuan teknologi nasional, mewujudkan kesejahteraan

masyarakat dalam suatu sistem perekonomian yang berdaya saing.4 Modal asing yang

dibawa oleh investor merupakan hal yang sangat penting sebagai alat untuk

mengintegrasikan ekonomi global. Selain itu, kegiatan investasi akan memberikan dampak

positif bagi negara penerima modal, seperti mendorong pertumbuhan bisnis, adanya supply

teknologi dari investor baik dalam bentuk proses produksi maupun teknologi. 5 Pada era

sekarang ini, pemerintah banyak melakukan perubahan peraturanbaik di tingkat pusat

maupun daerah untuk mempermudah dan menciptakan iklim yang baik bagi dunia

investasi, dengan harapan di kemudian hari akan meningkatkan kesejahteraan rakyat

Indonesia. Oleh karena itu, maka dibutuhkan penanaman modal asing melalui dunia

investasi yang sesuai dengan konsep dan cita-cita hukum ekonomi hukum ekonomi Indonesia

sebagai negara berkembang.

Bahwa ada sudut pandang dari berbagai para ahli yang coba memberikan gambaran

bagaimana Investor – investor asing dapat masuk ke negara berkembang. Berdasarkan teori

yang dikembangkan oleh para ahli banyak faktor yang mempengaruhi negara maju untuk

melakukan investasi kepada negara – negara berkembang Oleh karena itu dalam makalah

ini yang diberi judul “Teori Hukum Dalam Penanaman Modal Asing di Indonesia”, penulis

merasa tertarik untuk melihat teori – teori yang mempengaruhi investor asing untuk
3
Undang-undang Nomor. 25 Tahun 2007 Tentang Penanaman Modal, Penjelasan umum alenia ke 2.
4
Delisa A. Ridgway dan Mariya A.Talib, ”Globalization and Development: Free Trade, Foreign Aid, Investment
and The Rule of Law”, California Western International Law Journal, Vol 33, Spring 2003, hal. 335.
5
Jonh W. Head, Pengantar Umum Hukum Ekonomi, Jakarta, Proyek Elips, 1997, hal 71.
3

menanamkan modalnya di Indonesia dan teori – teori tersebut akan penulis gunakan sebagai

bahan pembuatan tesis nantinya.

2. Rumusan Masalah

1. Apakah teori – teori yang dijelaskan oleh Para Ahli terkait dengan penanaman modal

asing?

2. Apakah dengan melihat teori yang ada, Indonesia membutuhkan adanya investasi

asing?

3. Tujuan Penulisan

Dalam penulisan ini, adapun tujuan penulisan makalah yang hendak dicapai oleh penulis

meliputi 2 hal yaitu :

1. Tujuan Objektif

a. Untuk mengetahui apa saja teori – teori yang diungkapkan oleh Para Ahli

mengenai penanaman modal asing ke negara berkembang.

b. Untuk mengetahui apakah dengan teori yang dijelaskan tersebut, Indonesia

membutuhkan adanya investasi asing.

2. Tujuan Subjektif

Bahwa makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas akhir Mata Kuliah Teori Hukum

sebagai salah satu syarat untuk lulus mata kuliah tersebut di Magister Hukum

Universitas Indonesia.
4

BAB II

PEMBAHASAN

Peran penting dari Penanaman Modal Asing (PMA) sebagai salah satu sumber

penggerak pembangunan ekonomi yang pesat selama era Orde Baru tidak bisa disangkal.

Selama periode tersebut, pertumbuhan arus masuk PMA ke Indonesia memang sangat pesat,

terutama pada periode 80-an dan bahkan mengalami akselerasi sejak tahun 1994. Juga, tidak

bisa dipungkiri bahwa pertumbuhan investasi dan PMA pada khususnya di Indonesia selama

era Soeharto tersebut didorong oleh stabilitas politik dan sosial, kepastian hukum, dan

kebijakan ekonomi yang kondusif terhadap kegiatan bisnis di dalam negeri, yang semua ini

sejak krisis ekonomi 1997 hingga saat ini sulit sekali tercapai sepenuhnya.

Pesatnya arus masuk PMA ke Indonesia selama periode pra-krisis 1997 tersebut tidak

lepas dari strategi atau kebijakan pembangunan yang diterapkan oleh Soeharto waktu itu yang

terfokus pada industrialisasi selain juga pada pembangunan sektor pertanian. Untuk

pembangunan industri, pemerintah Orde Baru menerapkan kebijakan substitusi impor dengan

proteksi yang besar terhadap industri domestik. Dengan luas pasar domestik yang sangat besar

karena penduduk Indonesia yang sangat banyak, tentu kebijakan proteksi tersebut merangsang

kehadiran PMA. Dan memang PMA yang masuk ke Indonesia terpusat di sektor industri

manufaktur. Baru pada awal dekade 80-an, kebijakan substitusi impor dirubah secara bertahap

ke kebijakan promosi ekspor. Sejak krisis 1997 hingga sekarang pertumbuhan arus masuk

PMA ke Indonesia masih relatif lambat jika dibandingkan dengan negara-negara tetangga yang

juga terkena krisis yang sama seperti Thailand, Korea Selatan dan Filipina.
5

Dengan demikian, kehadiran PMA bagi negara sedang berkembang sangat diperlukan

untuk mempercepat pembangunan ekonomi. Modal asing membantu dalam industrialisasi,

pembangunan modal dan menciptakan kesempatan kerja, serta keterampilan teknik. Melalui

modal asing terbuka daerah-daerah dan tergarap sumber-sumber baru. Resiko dan kerugian

pada tahap perintisan juga tertanggung, selanjutnya modal asing mendorong pengusaha

setempat untuk bekerjasama. Modal asing juga membantu mengurangi problem neraca

pembayaran dan tingkat inflasi, sehingga akan memperkuat sektor usaha negara dan swasta

domestik dari negara tuan rumah atau yang sering disebut host country. Menurut beberapa

pandangan dari Para Ahli terdapat beberapa teori Investor asing berkeinginan untuk

menanamkan modalnya ke negara – negara berkembang, teori dari para ahli tersebut adalah

sebagai berikut :

A. Teori Raymond Vernon (The Product Cycle Theory atau Teori Siklus Produk)

The Product Cycle Theory atau Teori Siklus Produk ini dikembangkan oleh Raymond

Vernon (1966). Teori ini paling cocok diterapkan pada investasi asing secara langsung

(foreign direct investment) dalam bidang manufacturing, yang merupakan usaha ekspansi

awal perusahaan-perusahaan negara-negara maju seperti Amerika dengan mendirikan

pabrik-pabrik untuk membuat barang-barang sejenis di negara lain.6 Hubungan antara induk

perusahaan dan pendirian pabrik-pabrik sejenisnya untuk membuat barang yang sama atau

serupa di negara lain disebut investasi “Horizontaly Intergrated”. The Product Cycle

Theory ini menyatakan bahwa setiap teknologi atau proses produksi dikerjakan melalui tiga

fase yaitu: pertama, fase permulaan atau inovasi; kedua, fase perkembangan proses; ketiga,

fase pematangan atau fase standarisasi.7 Setiap fase tipe perekonomian negara mempunyai
6
Erman Rajagukguk, Hukum Investasi (Bahan Kuliah), (Jakarta: UI Press, 1995), hIm. 3-5.
7
Nindyo Pramono, Perkembangan Arus Investasi Ditinjau Dan Perspektif Hukum Bisnis, Jurnal Legislasi
Indonesia, Vol. 3 Nomor (Jakarta: DitJen Peraturan Perundang-undangan Departemen Hukum dan HAM RI, Juni
6

keunggulan/keuntungan komparatif atau principle of comparative advantage di dalam

memproduksi barang-barang atau komponen produksinya Selama fase ini perusahaan-

perusahaan negara maju seperti Amerika menikmati posisi monopoli karena kemampuan

teknologinya belum tersaingi.8 Fase kedua proses manufacturing dan tempat produksi di

luar negeri yang kemasukan aliran modal asing. Fase ketiga standarisasi proses

manufacturing memungkinkan peralihan lokasi produksi ke negara berkembang terutama

negara-negara industri baru (Newly Industrializing Countries) yang mempunyai keunggulan

tingkat upah rendah.9

The Product Cycle Theory membantu menjelaskan bahwa perusahaan multinasional

dan persaingan oligopoli, perkembangan dan penyebaran teknologi industri merupakan

unsur-unsur penentu utama terjadinya perdagangan dan penempatan lokasi-lokasi aktivitas

ekonomi secara global melalui investasi dan timbulnya strategi perusahaan yang

mengimplementasikan perdagangan dan produksi di luar negeri. The Industrial

Organization Theory Vertical Integration atau Teori Organisasi Industri Integrasi Vertikal,

teori ini cocok diterapkan pada new multinationalism country atau negara

multinasionalisme baru dan pada investasi yang terintegrasi secara vertikal, yakni produksi

barang di beberapa pabrik yang menjadi input bagi pabrik-pabrik lain dan suatu perusahaan

yang sejenis.10 Pendekatan teori ini berawal dari pemahaman bahwa biaya-biaya untuk

bisnis di luar negeri dengan investasi baik direct ataupun indirect harus mencakup biaya-

biaya lain yang dipikul perusahaan lebih banyak dan pada biaya-biaya yang diperuntukkan

hanya untuk sekedar mengekspor barang dari pabrik-pabrik dalam negeri; oleh karena itu

perusahaan harus memiliki keunggulan kompensasi atau “Compensating Advantages” atau


2006), hlm. 4.
8
Ibid,. Hlm. 35.
9
Ibid., hlm. 6.
10
Ibid., hlm. 6.
7

“keunggulan spesifik seperti kealihan teknis manajerial, keadaan perekonomian yang

memungkinkan perolehan sewa secara monopoli untuk openasi perusahaannya di negara-

negara lain.11

B. Teori Alan M. Rugnan

Teori Alan M. Rugman, bahwa penanaman modal asing atau Foreign Direct

Investment (FDI) dipengaruhi oleh variabel lingkungan dan variabel internalisasi. Tiga jenis

variabel lingkungan yang menjadi perhatian yaitu: ekonomi, non ekonomi, dan

pemerintah.12 Variabel ekonomi biasanya berupa tenaga kerja dan modal, teknologi dan

tersedianya sumber daya alam dan keterampilan manajemen. Menyusun sistem fungsi

produksi keseluruhan suatu bangsa yang didefinisikan meliputi semua masukan faktor yang

terdapat dalam masyarakat.13 Variabel non ekonomi meliputi variabel politik, sosial dan

budaya masyarakat setiap negara mempunyai kekhasan masing-masin.14Bahwa

kenyataannya setiap negara sesungguhnya mempunyai faktor spesifik negara yang khas.

Faktor ketiga adalah variabel pemerintah yang harus diperhatikan oleh perusahaan

penanaman modal asing di mana modal asing akan masuk. Setiap negara mempunyai

kekhususan merk politiknya sendiri. Para politisi mencerminkan faktor spesifik lokasi

bangsa. Selalu tendapat keragaman dalam campur tangan pemerintah dalam bisnis

internasional (investasi).

C. Teori Kindleberger

Menurut teori hukum ini aspek yang paling sensitif dalam perekonomian

internasional adalah aspek investasi langsung atau direct investment. Amerika Serikat dan

11
Nindyo Pramono, op. cit., hlm. 7.
12
Ibid. hlm. 7-8.
13
Ibid.
14
Ibid.
8

Inggris berusaha membatasi investasi langsung oleh perusahaan-perusahaan yang

berdomisili di dalam batas-batas kedua negara ini untuk membatasi tekanan pada neraca

pembayaran mereka. Teori investasi langsung atau direct investment mempunyai banyak

implikasi, yaitu :

1. Investasi langsung tidak akan terjadi dalam industri di mana ada persaingan murni.

2. Perusahaan penanam modal tidak berkepentingan untuk mengadakan usaha bersama

atau joint venture dengan pengusaha setempat karena akan berusaha memiliki sendiri

seluruh keuntungan; dan pada saat bersamaan para penanam modal setempat tentu

tidak mau membeli saham-saham dan perusahaan induk serta penghasilan keseluruhan

penanam modal menjadi kabur atau samar-samar dibandingkan dengan keadaan

setempat yang dapat membawa banyak keuntungan sebagaimana mereka lihat.

3. Investasi langsung terjadi menurut dua arah industri yang sama, hal ini tidak akan

terjadi apabila kegiatan didasarkan atas tingkat-tingkat laba umum. Hal ini untuk

sebagian merupakan kejadian yang khas dalam persaingan oligopoli yaitu setiap

perusahaan harus bertindak seperti dilakukan perusahaan yang lain untuk

menghindarkan agar perusahaan lain tidak mendapatkan laba secara tidak terduga.

D. Teori Robbock & Simmond

Teori Robbock & Simmond melakukan pendekatan melalui pendekatan global,

pendekatan pasar yang tidak sempurna, pendekatan internalisasi, model siklus produk,

produksi internasional, model imperialisasi Marxis. Melalui pendekatan global, kekuatan

internal yang memengaruhi penanaman modal asing yaitu pengembangan teknologi atau

produk baru, ketergantungan pada sumber bahan baku, memanfaatkan mesin-mesin yag

sudah usang, mencari pasar yang lebih besar. Kekuatan eksternal yang mempengaruhi
9

penanaman modal asing yaitu pelanggan, pemerintah, ekspansi ke luar negeri dari pesaing

dan pembentukan Masyarakat Ekonomi Eropa (MEE).

Muchammad Zaidun dalam orasi ilmiahnya, mengemukakan teori-teori yang berkaitan

dengan kepentingan negara dalam bidang investasi, tinjauannya adalah dari sudut pandang

kepentingan pembangunan ekonomi, yaitu melihat segi kepentingan ekonomi yang menjadi

dasar pertimbangan perumusan kebijakan, lazimnya meminjam teori-teori ekonomi

pembangunan sebagai dasar pijakan kebijakan hukum investasi yang cukup populer, antara

lain:15

1. Teori Klasik dan Neo Klasik (The Classical and Neo Classical Theory on Foreign

Investment)

Teori ekonomi klasik dalam penanaman modal asing menyatakan bahwa penanaman

modal asing secara keseluruhan menguntungkan ekonomi negara penerima modal. Terdapat

beberapa faktor yang mendukung pandangan teori klasik dan neo klasik, yaitu: Pertama,

merupakan fakta bahwa modal asing yang dibawa ke negara pemilik modal menjamin

bahwa modal nasional/domestic yang tersedia dapat digunakan untuk kepentingan

pembangunan dan kepentingan masyarakat. Masuknya modal dan penanaman modal asing

kembali oleh penanaman modal asing yang berasal dari keuntungan yang tidak

dikembalikan ke negaranya, akan meningkatkan tabungan dari negara penerima modal.

Penghasilan pemerintah melalui pajak meningkat dan pembayaran pembayaran lain juga

akan meningkat. Lebih jauh lagi, modal asing yang masuk ke negara penerima modal

mengurangi pembatasan neraca pembayaran dari negara penerima modal. Secara umum,

M. Sornarajah, 2010, The International Law on Foreign Investment, Cambridge University Press, Cambridge
15

USA, hlm. 45.


10

penanaman modal meningkatkan aktivitas ekonomi dan meningkatkan kesejahteraan

masyarakat.16

Pendukung dari teori neo klasik ini lebih jauh lagi berpendapat bahwa penanaman

modal asing meningkatkan persaingan di bidang industri dengan pengembangan

produktivitas. Penanaman modal asing juga memperluas pasar bagi produsen negara

penerima modal untuk memasarkan barang-barangnya ke pasaran dunia, membawa pada

persaingan yang lebih besar dan kesempatan untuk pengalihan teknologi. 17 Teori neo -

klasik telah memainkan peranan yang sangat penting dalam mempengaruhi prinsip dasar

dari hukum internasional dalam bidang penanaman modal asing. Kebanyakan perjanjian

bilateral di bidang penanaman modal di antara negara - negara percaya bahwa masuknya

penanaman modal asing akan mendorong pembangunan ekonomi dan membawa

kemakmuran ekonomi negara mereka.18

2. Teori Kebergantungan (The Depency Theory)

Teori ini didasari oleh banyaknya penanaman modal asing yang dilakukan oleh

perusahaan-perusahaan multinasional yang berkantor pusat di negara maju dan beroperasi

melalui anak-anak perusahaannya di negara berkembang. Teori ini menyatakan bahwa

perusahaan multinasional dalam menanamkan modalnya di negara berkembang dengan

kebijakan global hanyalah untuk kepentingan induk perusahaan dan pemilik saham dari

perusahaan multinasional tersebut yang berada di negara penanam modal. Negara pemilik

modal menjadi sentral ekonomi di dunia, sedangkan negara - negara berkembang melayani

kepentingan dari negara pemilik modal. Pembangunan menjadi tidak mungkin dalam suatu

16
An Chandrawulan, 2011, Hukum Perusahaan Multinasional, Liberalisasi Hukum Perdagangan Internasional
dan Hukum Penanaman Modal, P.T. Alumni, Bandung, hlm. 58.
17
Ibid.
18
Ibid., hlm. 54-55.
11

negara berkembang sebagai pelaku ekonomi yang tidak penting kecuali dapat mengubah

situasi dengan negara berkembang menjadi pusat ekonomi melalui penanaman modal

asing.19

Menurut teori kebergantungan, penanaman modal asing di negara berkembang tidak

menghasilkan pembangunan ekonomi yang berarti. Penanaman modal asing menahan

pertumbuhan ekonomi dan kenaikan pemasukan di negara penerima modal. 20

Perkembangan ekonomi negara berkembang dirasakan lamban karena berbagai alasan.

Pertama, penanaman modal asing langsung yang banyak dilakukan oleh perusahaan

multinasional biasanya menegakkan kebijakan global bagi kepentingan negara -negara maju

yang kantor pusat dan pemilik sahamnya berada di negara pemilik modal. Negara pemilik

modal dari penanaman modal asing menjadi pusat ekonomi negara penerima modal hanya

sebagai pelayan ekonomi yang tidak penting bagi pusat ekonomi. Kedua, masuknya atau

mengalirnya modal ke negara berkembang, terdapat ketentuan bahwa modal yang ditanam

dan keuntungan yang diperoleh di negara penerima modal asing dapat dikembalikan ke

negaranya. Berdasarkan ketentuan ini, dalam praktik penanaman modal asing

mengembalikan baik modal asal maupun keuntungan dua kali lipat dari modal yang mereka

bawa. Ketiga, penanaman modal asing menggunakan kekayaan alam tanpa memerhatikan

kepentingan dan kebutuhan setempat, sebagai akibatnya mereka kehilangan pekerjaan dan

mengalami kebangkrutan. Penanaman modal asing berdasarkan teori kebergantungan hanya

menguntungkan perusahaan multinasional dan membuat kebergantungan negara

berkembang dalam membangun ekonominya bergantung kepada penanaman modal asing

dan tidak bermanfaat bagi negara penerima modal. Pada kenyataannya, di dunia saat ini

19
M. Sornarajah, Op.cit., hlm. 57.
20
Ibid.
12

dengan dikuranginya bantuan dana resmi terhadap negara-negara berkembang, penanaman

modal menjadi sumber pendanaan yang penting bagi pembangunan proyek-proyek besar.

Lebih jauh lagi, keberadaan teori kebergantungandalam penanaman modal asing langsung

tetap dipertahankan di era globalisasi.21

3. Teori Penengah (The Middle Path Theory)

Teori ini muncul sebagai reaksi dari negara - negara berkembang dalam mengubah

pandangannya terhadap perusahaan multinasional. Negara-negara berkembang mulai

percaya diri dalam menghadapi perusahaan multinasional dan perusahaan multinasionalpun

meninggalkan perannya sebagai alat dari kebijakan luar negeri negara pemilik modal. Teori

penengah dikenal juga sebagai teori yang mengedepankan peran pemerintah atau negara

dalam melakukan strategi pembangunan ekonomi khususnya di negara - negara

berkembang. Menurut teori ini, negara- negara harus merumuskan dan menyusun serta

mengikuti tujuan-tujuan yang tidak mudah dilakukannya sebagai permintaan atau

kepentingan dari kelompok-kelompok sosial, kelas-kelas atau masyarakat dalam

wilayahnya.22

4. Teori Interfensi Negara (Government Intervention Theory)

Pendukung teori ini berpendapat, perlindungan terhadap invant industries di negara-

negara berkembang dan kompetensi dengan industri di negara-negara maju merupakan hal

yang esensial bagi pembangunan nasional (Grabowski). Teori ini melihat pentingnya peran

negara yang otonom yang mengarahkan langkah kebijakan ekonomi termasuk investasi,

peran negara dipercaya akan bisa mengintervensi pasar untuk mengoreksi ketimpangan

21
M. Sornarajah , Op.Cit., hlm. 65.
22
Ibid.
13

pasar dan memberikan perlindungan kepada invant industri, kepentingan masyarakat,

pengusaha domestik dan perlindungan lingkungan. Peran negara juga dapat memberi

perlindungan bagi kepentingan para investor termasuk investor asing.

Bidang analisis ekonomi atas hukum atau “Economic Analysis of Law” muncul

pertama kali melalul pemikiran utilitarianisme Jeremy Bentham yang menguji secara

sistemik bagaimana orang bertindak berhadapan dengan insentif-insentif hukum dan

mengevaluasi hasil-hasil menurut ukuran-ukuran kesejahteraan sosial (social welfare).

Jeremy Bentham menerapkan, salah satu prinsip dan aliran utilitarianisme ke dalam

lingkungan hukum yaitu manusia akan bertindak untuk mendapatkan kebahagiaan yang

sebesar-besarnya dan mengurangi penderitaan. Bentham berpendapat, pembentuk undang-

undang hendaknya dapat melahirkan undang-undang yang dapat mencerminkan keadilan

bagi semua individu. Berpegang dengan prinsip di atas, perundang-undangan itu hendaknya

dapat memberikan kebahagiaan yang besar bagi sebagian besar masyarakat (the greatest

happiness for the greatest number).23

Prinsip-prinsip hukum ekonomi internasional harus ditaati oleh Indonesia agar dapat

menarik para investor asing menanamkan modalnya. Prinsip ini adalah prinsip ‘fair and

equitable’ dan prinsip tanggung jawab negara sebagai kerangka acuan dan/atau sebagai dasar

pengaturan penanaman modal asing. Tujuannya adalah untuk mewujudkan perlakuan yang

sama (most favourable nation/MFN) antara investor asing dan investor dalam negeri. Para

investor asing yang akan menanamkan modalnya di Indonesia terutama di daerah, pada

umumnya mengharapkan aturan-aturan hukum penanaman modal yang memberikan

kemudahan, perlindungan hukum dan kepastian hukum. Adanya sistem hukum yang memberi

23
Lili, Rasjidi, Filsafat Hukum, (Bandung: CV Remaja Karya, 1988),hlm, 51.
14

keadilan dan kepastian hukum membuat para investor asing tidak mengalihkan modalnya ke

negara lain.

Penyerapan prinsip-prinsip hukum penanaman modal dalam rangka menciptakan iklim

penanaman modal yang baik adalah untuk mewujudkan harmonisasi hukum penanaman modal.

Hal ini didasarkan pemikiran bahwa peraturan yang seragam mengenai penanaman modal akan

berdampak bagi masyarakat dan pemerintah untuk menyerap penanaman modal dan

mengarahkan pemerintah memberi jalan keluar. Hal ini dapat dilihat dari salah satu dari tiga hal

penting yang diperintahkan oleh konsiderans undang-undang ini, yakni: harmonisasi peraturan

penanaman modal dengan perubahan perekonomian global dan kewajiban internasional

Indonesia dalam berbagai kerja sama internasional dengan tetap mengacu kepada kedaulatan

politik dan ekonomi nasional.24 Peraturan yang seragam akan menjamin dan memberi

kemudahan kepada investor atau perusahaan untuk mudah masuk memobilisasi sumber daya,

dan memberikan keuntungan pendapatan daerah dan kewenangan yang diatur dalam undang-

undang. Peranan pemerintah dalam menciptakan iklim investasi diperlukan untuk mengatasi

kegagalan pasar (market failure) atau kegagalan laissez faire mencapai efisien, Dalam hal

mengatasi kegagalan tersebut pemerintah dapat melakukan intervensi melalui hukum dan

peraturan.

Pemerintah mengatur dunia usaha dan transaksi untuk meminimalkan informasi

asimetris dan mencegah monopoli. Dalam praktik, pemerintah seringkali gagal mengurangi

kegagalan pasar, bahkan tidak jarang intervensi dan pemerintah malah memperburuk iklim

investasi. Untuk mengatasi hal tersebut, pemerintah perlu menyusun kerangka acuan yang jelas

agar kompetisi berjalan dengan baik. Pengaturan yang baik akan menciptakan persaingan antar

24
Mahmul, Siregaar, Undang- Undang Penanaman Modal dan PenyelesaianSengketa Perdagangan Internasional
Dalam Kegiatan Penanarnan Modal, JurnalHukum Bisnis, Volume 26 Nomor 4, (Jakarta: Yayasan
PengembanganHukum Bisnis, 2007), hlm. 22.
15

dunia usaha sehingga hanya perusahaan efisien yang dapat bertahan hidup. Kondisi ini pada

gilirannya akan menguntungkan konsumen.

BAB III
16

KESIMPULAN

Berdasarkan rumusan masalah yang telah dijabarkan di bab–bab sebelumnya Penulis

menarik kesimpulan sebagai berikut :

1. Bahwa terdapat beberapa teori mengenai penanaman modal asing dari para ahli yang

membahas menganai konsep penaman modal asing di negara-negara berkembang seperti

Teori Siklus Produk yang dikembangkan oleh Raymond Vernon, Teori Jalan Tengah oleh

Sonarajah dan Teori Intervensi Pemerintah oleh Grabowski. Berdasarkan teori-teori di atas

setidak-tidaknya menggambarkan adanya variasi pemikiran untuk memahami kebijakan

investasi yang dapat dipilih oleh Pemerintah Indonesia dan menjadi dasar pertimbangan

kebijakan hukum investasi dari sisi kepentingan dan kedaulatan host country.

2. Bahwa dengan melihat kondisi Indonesia saat ini, adanya investasi asing sangat dibutuhkan

oleh Indonesia baik tingkat pemerintah pusat maupun daerah karena dapat membantu

meningkatkan pendapatan negara, meningkatkan perekonomian masyarakat dan pendapatan

asli daerah, dengan mengetahui teori-teori tersebut setidak-tidaknya kita dapat memahami

teori mana yang tepat untuk diterapkan dalam rangka mendatangkan investor asing ke

Indonesia.

DAFTAR PUSTAKA
17

An Chandrawulan, 2011, Hukum Perusahaan Multinasional, Liberalisasi Hukum Perdagangan


Internasional dan Hukum Penanaman Modal, P.T. Alumni, Bandung.
Delisa A. Ridgway dan Mariya A.Talib, ”Globalization and Development: Free Trade,
Foreign Aid, Investment and The Rule of Law”, California Western International Law Journal,
Vol 33, Spring 2003.
Erman Rajagukguk, Hukum Investasi (Bahan Kuliah), (Jakarta: UI Press, 1995).
Jonh W. Head, Pengantar Umum Hukum Ekonomi, Jakarta, Proyek Elips, 1997.
Lili, Rasjidi, Filsafat Hukum, (Bandung: CV Remaja Karya, 1988).
Mahmul, Siregaar, Undang- Undang Penanaman Modal dan PenyelesaianSengketa
Perdagangan Internasional Dalam Kegiatan Penanarnan Modal, Jurnal Hukum Bisnis,
Volume 26 Nomor 4, (Jakarta: Yayasan PengembanganHukum Bisnis, 2007).
M. Somarajah, 1994, The International Law on Foreign Investment, Cambridge U.P,
Cambridge.
M. Sornarajah, 2010, The International Law on Foreign Investment, Cambridge University
Press, Cambridge USA.
Nindyo Pramono, Perkembangan Arus Investasi Ditinjau Dan Perspektif Hukum Bisnis, Jurnal
Legislasi Indonesia, Vol. 3 Nomor (Jakarta: DitJen Peraturan Perundang-undangan Departemen
Hukum dan HAM RI, Juni 2006).
Sumantoro, 1984, Bunga Rampai Permasalahan Penanaman Modal dan Pasar Modal
,Binacipta,Bandung.
Undang-undang Nomor. 25 Tahun 2007 Tentang Penanaman Modal.

Anda mungkin juga menyukai